Manuskrip
Disusun oleh :
http://repository.unimus.ac.id
PERBEDAAN HASIL PEMERIKSAAN URIN RUTIN (Protein, Glukosa,
pH) DENGAN URIN ANALYZER URIT-50 DAN METODE CARIK
CELUP
ABSTRAK
Pemeriksaan urin rutin (protein, gluosa dan pH) dapat dilakukan secara sederhana dan
automatik, tenaga laboratorium banyak menggunakan metode pemeriksaan autometik
dengan alat Urine Analyzer Urit-50 yang lebih terstandarisasi, metode manual yaitu
dengan metode carik celup yang mempunyai kekurangan apabila pembacaan lebih dari 30
detik maka akan terjadi perubahan warna yang dapat menimbulkan kesalahan dalam
menentukan hasil. Tujuan dari pemeriksaan ini untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan
yang signifikan antar pemeriksaan metode Urin Analyzer dan carik celup, jenis penelitian
adalah Analitik dengan studi potong lintang (cross sectional). Hasil pemeriksaan protein
dan glukosa menunjukan tidak terjadi perbedaan sedangkan pemeriksaan pH terjadi
perbedaan. Uji statistic Shapiro-wilk dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05)
diperoleh data berdistribusi normal dan dilanjutkan dengan uji analisis menggunakan
analisis non parametrik Man whitney. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
perbedaan yang signifikan antara menggunkan alat urine analyzer dan carik celup.
http://repository.unimus.ac.id
DIFFERENCES OF RUTINE URINE EXAMINATION RESULTS (Protein,
Glucose, pH) WITH URITE-50 URINE ANALYZER AND DYNOW
CARRY METHODS
ABSTRACT
Routine urine examination (protein, gluose and pH) can be carried out simply and
automatically, many laboratory personnel use the autometric examination method with
the more standardized Urit-50 Urine Analyzer, the manual method, namely the dipping
method which has drawbacks if the reading is more than 30 seconds there will be a color
change which can cause an error in determining the results. The purpose of this
examination was to determine whether there was a significant difference between the
urine analyzer and the dipping method examination. This type of research was analytic
with across sectional study. The results of the examination of protein and glucose showed
no difference, while the pH examination was different. Thestatistical test Shapiro-Wilk
with a confidence level of 95% (α = 0.05) obtained data with a normal distribution and
continued with a test analysis using non-parametric analysis of Man Whitney. So it can be
concluded that there was no significant difference between using a urine analyzer and a
dipstick.
http://repository.unimus.ac.id
Pendahuluan menilai tes warna, kejernihan, bau,
Pemeriksaan urin rutin atau berat jenis dan pH. Analasis kimiawi
urinalisis adalah pemeriksaan meliputi tes protein, glukosa dan
laboratorium tertua dan sederhana keton. (Hardjoeno, H dan Fitriani,
yang dapat dilakukan untuk skrining 2011).
kesehatan secara umum. Hasil Pemeriksaan urin rutin dapat
pemeriksaan urin rutin juga dapat dilakukan secara sederhana dan
dipakai untuk menunjang diagnosis, automatik, tenaga laboratorium
menentukan prognosis serta semakin banyak menggunakan
memantau perkembangan dan metode pemeriksaan secara
pengobatan suatu penyakit. automatik yaitu dengan prinsip kerja
Pemeriksaan urin rutin bertujuan alat warna area tes yang akan
untuk mengidentifikasi bahan yang diberikan sampel disinari dengan
ada di dalam urin baik secara panjang gelombang tertentu
makroskopis, mikroskopis (sedimen) kemudian sinar dipantulkan kembali
maupun kimiawi. Derajat suatu dengan intensitas yang sebanding
penyakit antara lain seperti DM dan dengan warna tes dan ditangkap oleh
penyakit hati dapat diketahui dari detektor sengai remisi kemudian
hasil pemeriksaan kimiawi dikonversi dengan standar
sedangkan hasil pengamatan konsentrasi dengan menggunakan
mikroskopis sedimen dapat dipstick alat urin analyzer karena
menunjukan adanya infeksi, radang, lebih mudah dan lebih
kelainan fungsi ginjal, trauma dan terstandarisasi. (Hardjoeno H, 2007).
keganasan. (McPherson & Pincus, Pemeriksaan yang memakai
2011). carik celup biasanya sangat cepat,
Pemeriksaan urin terdiri dari mudah dan spesifikasi carik celup
pemriksaan makroskopik, berupa secarik plastik kaku yang
mikroskopik sedimen urin dan pada sebelah sisinya dilekati dengan
pemeriksaan kimia urin. satu sampai sembilan kertas isap atau
Pemeriksaan makroskopik adalah bahan peyerap lain yang masing-
pemeriksaan yang dilakukan untuk masing mengandung reagen-reagen
http://repository.unimus.ac.id
spesifik terhadap salah satu Hasil
zat yang mungkin ada di dalam urin. Sampel pada penelitian ini
Adanya dan banyaknya zat yang menggunakan sampel urin
dicari ditandai oleh perubahan warna mahasiswa laki-laki dan perempuan
tertentu pada bagian yang d3 analis kesehatan reguler b
mengandung reagen spesifik. Universitas Muhammadiyah
(Gandasoebrata, 2013). Semarang dengan melakukan
Bahan dan metode pemeriksaan urin rutin seperti
Jenis penelitian ini bersifat protein, glukosa dan pH.
Analitik untuk mengetahui Tabel 1 Distribusi Frekuensi Hasil
perbedaan hasil pemeriksaan urin Pemeriksaan Protein Metode
rutin (Protein, Glukosa, pH) dengan Carik Celup
Urin Analyzer Urit-50 dan Metode Protein N %
http://repository.unimus.ac.id
menggunakan metode carik celup pH N %
http://repository.unimus.ac.id
metode carik celup karena pada menggunakan urin Analyzer Urit-
dasarnya kedua pemeriksaan tersebut 50 diperoleh nilai yaitu : protein
sama-sama menggunakan secarik dengan positif1 (+) sebanyak 10
plastik kaku yang pada sebelah orang (62, 5%), glukosa negatif
sisinya dilekati dengan satu sampai sebanyak 16 sampel dan 8
sembilan kertas isap atau bahan responden dengan pH 5,5 (50%)
penyerap lain yang masing-masing dan pH 6 (50%).
mengandung reagen-reagen spesifik 2. Pemeriksaan urin rutin (protein,
terhadap salah satu zat yang mungkin glukosa dan pH) dengan
ada di dalam urin (Gandasoebrata, menggunakan carik celup
2013). diperoleh nilai yaitu : protein
Kedua pemeriksaan tersebut dengan positif1 sebanyak 10 orang
dilakukan secara sederhana dan (62,5%), glukosa negatif dengan
autometik, pada pemeriksaan protein, 16 sampel dan pH 6 sebanyak 13
glukosa dan pH menggunakan alat responden.
urin analyzer mempunyai prinsip 3. Tidak terjadi perbedaan yang
kerja alat warna area tes yang akan signifikan antara menggunkan alat
diberikan sampel lalu disinari dengan urine analyzer dan carik celup,
panjang gelombang tertentu karena p-value=0,05 sama dengan
kemudian sinar di pantulkan dengan > 0,05 yang berarti hipotesis
instensitas yang sebanding dengan ditolak.
warna tes dan ditangkap oleh Saran
detektor sengai remisi kemudian Diharapkan peneliti
dikonversi dengan standar selanjutnya melakukan perbandingan
konsentrasi dengan menggunakan pemeriksaan urin rutin protein,
dipstick alat urin analyzer karena glukosa dan pH menggunakan carik
lebih mudah dan lebih celup dan pemeriksaan manual.
terstandarisasi. (Hardjoeno H, 2007).
Kesimpulan Daftar Pustaka
1. Pemeriksaan urin rutin (protein, Arbi, R. dkk. 2015. Hubungan Kadar
glukosa dan pH) dengan Gula Darah dengan
http://repository.unimus.ac.id
Glukosuria pada Pasien Hardjoeno, H. dan Mangarengi, F.
Diabetes Melitu. Program 2007. Substansi dan Cairan
Pendidikan Sarjana Fakultas Tubuh. Makasar : Lembaga
Kedokteran Universitas Islam Penerbitan Universitas
Bandung. Hasanuddin.
Aziz, H. A. 2016. gambaran reduksi Hardjoeno, H dan Fitriani, 2011.
urin dengan metode benedict Interpretasi hasil tes
pada pasien diabetes melitus. laboratorium diagnotik.
Sekolah Tinggi Ilmu Hasanuddin university press :
Kesehatan Muhammadiyah Makasar.
Ciamis. Hanifah, A. 2012. Pengaruh
Brunzel, N.A. 2013. Fundamentals Penundaan Waktu terhadap
of Urine and Body Fluid Hasil Urinalisis Sedimen
Analysis. Philadelphia: Urin. Skripsi. Makasar :
Elsvier Fakultas Farmasi Universitas
Bandiyah. S. 2009. Kehamilan Hasanuddin
Persalinan Gangguan Luklukaningsih, Z., 2014. Anatomi,
Kehamilan. Yogjakarta: Nuha Fisiologi, dan Fisioterapi. Ed
Medika. 1., Yogyakarta : Nuha
Widagdho, W. POCT (Point Of Care Medika
Test) Pemeriksaan Kimia McPherson RA & Piscus MR, 2011.
Darah. Hendry’s clinical diagnosis
http;//www.googleweblight.co and management by
m. Diakses pada Juni 2013. laboratory methods, 22th Ed.,
Gandasoebrata, 2013. Penuntun Philadelphia : Elsevier-
Laboratorium Klinik. Dian saunders : 453-7
Rakyat. Jakarta. Pearce. 2005. Anatomi dan Fisiologi
Guyton, A.C. dan Hall, J.E. 2006. untuk Paramedis. Jakarta :
Textbook of Medical Gramedia Pustaka Utama.
Physiology. Elsivier Saunders. Riswanto dan Rizki, M. 2015.
Urinalisis: Menerjemahkan
http://repository.unimus.ac.id
Pesan Klinis Urine.
Yogyakarta: Pustaka
Rasmedia
Suryaatmaja M, 2004. Pendidikan
berkesinambungan patologi
klinik 2004. Jakarta : bagian
patologi klinik fakultas
kedokteran universitas
Indonesia.
Syaifudin, 2006. Anatomi Fisiologi
untuk Mahasiswa
Keperawatan. Ed 3., Jakarta :
Buku Kedokteran EGC
Widagdho, W., POCT (Point Of
Care Test) Pemeriksaan
Kimia Darah.
http;//www.googleweblight.c
om. Diakses pada Juni 2013.
Wirawan R. 2011. Penilian hasil
pemeriksaan urin (cermin dunia
kedokteran)
Wirawan, R. 2015. Pemeriksaan
Cairan Tubuh. Jakarta:
Departemen Patologi Klinik
Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
http://repository.unimus.ac.id