1.2. Untuk mendukung kelestarian lingkungan, unit pengolahan dilengkapi dengan unit penanganan limbah cair (bak
kontrol) dan sedangkan untuk limbah padat ditampung untuk dikirim ke rendering plant atau Tempat
Pembuangan Akhir.
1.3. Kebersihan di lingkungan pabrik di lakukan oleh petugas GA dengan jadwal setiap hari, di catat dalam laporan
kebersihan lingkungan pabrik.
1.4. Kelengkapan data yang diperlukan meliputi nama produk, kode produksi, best before, tanggal penerimaan produk
di pelanggan, sampel produk atau pengemasnya (jika masih ada), dan data-data lainnya yang diperlukan sesuai
dengan kebutuhan. Data berupa foto diperlukan terutama apabila cukup jauh dan pengiriman produk
bermasalah ke pabrik tidak efisien.
2.2. Konstruksi unit pengolahan dirancang dan dipelihara dalam kondisi baik untuk memberikan ruang leluasa yang
memudahkan untuk proses penanganan dan ruang gerak bagi karyawan, efektifitas pembersihan, mencegah
kemungkinan infestasi serangga atau binatang pengganggu lainnya dan masuknya kontaminan dari lingkungan
luar. Bahan bangunan yang digunakan bersifat tidak mengandung racun atau membahayakan terhadap produk.
2.3. Unit pengolahan tesebut dilengkapi dengan peralatan yang memadai sehingga penanganan dan pengolahan
dapat dilakukan dengan efektif dan higienis. Bahan baku dan produknya ditransportasikan menggunakan
konveyor dan troli untuk pemindahan antar area proses. Ruang pengolah terbagi atas daerah beresiko rendah,
beresiko sedang dan beresiko tinggi yang dipisahkan secara ketat dengan dinding atau penyekat untuk
menghindari kontaminasi silang.
2.5. Jendela
Konstruksi jendela harus mudah dibersihkan, tidak memungkinkan adanya akumulasi kotoran, dan jika diperlukan,
dilengkapi dengan tirai anti serangga yang dapat dilepas dan dibersihkan. Pada area-area tertentu, jendela harus
tidak dapat dilepas.
MANUAL MUTU SMKP-PSA-09
STANDAR OPERASIONAL SANITASI PROSEDUR
Halaman : 2 dari 8 Revisi : 2
2.6. Lantai
Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, kemiringan yang memadai sehingga tidak memungkinkan timbul
nya genangan air. Permukaan lantai halus dan mudah dibersihkan.
2.9. Penerangan
Semua lampu diberi pelindung dari mika atau bahan lainnya yang tidak mudah pecah atau retak; untuk menjamin
keamanan produk dan karyawan yang bekerja di bawahnya dari bahaya pecahan kaca lampu. Intensitas cahaya
mencukupi (Area produksi dan penyimpanan: 220 lux, Area pemeriksaan : 540 lux).
3.2. Sistem ventilasi dirancang sedemikian rupa sehingga udara tidak mengalir dari area kotor ke area yang lebih
bersih dan dapat dipelihara/dicuci.
3.3. Sistem ventilasi dilengkapi dengan kipas dan pelindung yang dirancang untuk menghindari kemungkinan
menetesnya kondensasi pada produk, bahan pengemas dan peralatan yang kontak langsung dengan produk.
4.2. Tidak terjadi hubungan silang antara sistem saluran air bersih (bermutu air minum) dengan sistem saluran air yang
tidak bersih.
4.4. Pemeriksaan secara berkala dilakukan untuk mengetahui tidak adanya kontaminasi silang antara sistem air
bersih dan air limbah.
4.5. Air yang digunakan harus memiliki sertifikat dari Laboratorium eksternal; dan diuji sesuai dengan ketentuan
persyaratan pemerintah yang berlaku mengenai standar air bekualitas air minum.
MANUAL MUTU SMKP-PSA-09
STANDAR OPERASIONAL SANITASI PROSEDUR
Halaman : 3 dari 8 Revisi : 2
4.6. Uap yang digunakan untuk kontak langsung dengan produk atau permukaan yang kontak dengan produk tidak
boleh menimbulkan bahaya atau kontaminasi produk. Uap yang digunakan berasal dari air yang bermutu air
minum.
4.7. Semua bahan kimia yang digunakan untuk keperluan perlakuan air harus merupakan bahan kimia yang telah
mendapatkan rekomendasi untuk digunakan.
5.2. Apabila diperlukan, peralatan terdiri dari bagian-bagian yang dapat dilepas dan dipindah-pindahkan dengan
tujuan memudahkan pembersihan dan perawatan. Pembongkaran, pemasangan kembali, perawatan dan
pembersihan bagian-bagian peralatan dilakukan sesuai prosedur untuk setiap alat.
5.3. Peralatan dan sarana yang digunakan untuk menangani bahan mentah dipisahkan dari peralatan/sarana yang digunakan untuk
menangani produk matang/jadi.
6.2. Proses pencucian dilakukan dengan menggunakan cara fisik, seperti menggunakan panas, penggosokan
(menggunakan sikat), air bertekanan atau dengan cara kimiawi (menggunakan larutan kimia). Pencucian
meliputi pembersihan dari kotoran-kotoran yang besar, pembilasan, penggunaan cairan pembersih, pembilasan
dan sanitasi.
6.3. Peralatan dan sarana yang digunakan untuk menangani bahan mentah dipisahkan dari peralatan/sarana yang
digunakan untuk menangani produk matang/jadi.
6.4. Pemantauan pencucian dan sanitasi didokumentasikan secara tertulis meliputi area penyimpanan, ruang
pengolahan, bagian peralatan yang dibersihkan, frekuensi pencucian. Pemantauan tersebut harus dapat
menjamin bahwa semua bagian unit pengolahan bersih, termasuk pencucian perlengkapan pengolahan.
6.5. Apabila digunakan peralatan untuk mencampur bahan pembersih dan sanitasi secara otomatis, maka peralatan
tersebut harus dikalibrasi secara berkala untuk memastikan bahwa dosis bahan pembersih dan sanitasi yang
digunakan sesuai dengan takaran yang telah ditentukan.
7.2. Bahan-bahan tersebut diperiksa sesuai dengan spesifikasi sebelum digunakan dan digunakan sesuai petunjuk
pemakaian atau konsentrasi yang benar.
7.3. Bahan-bahan kimia yang digunakan untuk pencucian dan sanitasi bersifat aman digunakan untuk industri
pengolahan makanan dan dilengkapi petunjuk penggunaan, rekomendasi, dan atau ‘Material Safety Data Sheet
(MSDS)’ yang menyebutkan komposisi.
7.4. Terdapat catatan mengenai jumlah, dosis atau takaran, lokasi penggunaan, tujuan penggunaan dan nama petugas
yang menggunakan cairan pembersih, desinfektan, dan bahan kimia lainnya.
7.5. Petugas menggunakan perlengkapan kerja yang sesuai dan telah memperoleh pelatihan sehingga mengetahui
bahaya serta tata cara menangani dan mengatasi bahaya dalam melakukan pekerjaan yang menggunakan cairan
pembersih, desinfektan, dan bahan kimia.
8.2. Pemeriksaan dan penanggulangan terhadap binatang pengganggu di unit pengolahan dilakukan oleh lembaga
pengendalian eksternal secara berkala meliputi pengendalian rutin terhadap lalat, nyamuk, kecoa, semut dan
tikus. Hal tersebut telah di pantau dalam bentuk dokumentasi
8.3. “Insect Killer” dan “Insect Catcher” ditempatkan pada area luar di depan pintu ruang pengolahan untuk mencegah
masuknya serangga terbang, yang dilengkapi tempat penampungan serangga yang mati. Sedangkan umpan
tikus dan perangkap tikus diletakkan pada tempat-tempat yang rawan gangguan tikus.
8.4. “Insect Killer” dan “Insect Catcher” diperiksa dan dibersihkan setiap minggu untuk mengetahui efektifitasnya,
sedangkan umpan tikus diperiksa kondisinya secara berkala.
8.5. Semua pestisida, baik insektisida, dan rodentisida yang digunakan untuk keperluan pengendalian hama dan tikus
memiliki rekomendasi dan atau ‘material safety data sheet’ yang menyebutkan komposisi yang terdapat di
dalamnya. Bahan-bahan kimia yang terkandung dalam pestisida yang digunakan merupakan bahan kimia yang
telah disahkan penggunaannya oleh institusi yang berwenang dan tidak membahayakan bagi lingkungan.
8.6. Apabila pestisida beserta perlengkapan aplikasinya disimpan di unit pengolahan, maka harus disimpan pada
tempat dengan akses terbatas, hanya oleh operator yang berwenang saja.
8.7. Semua pestisida digunakan sesuai dengan takaran atau dosis yang terdapat pada label atau ‘Material Safety Data
Sheet (MSDS)’. Pada setiap tindakan pengendalian binatang pengganggu, terdapat catatan mengenai jumlah
pestisida yang digunakan, dosis yang digunakan, cara aplikasi pestisida, lokasi penggunaan pestisida, tujuan
penggunaan, nama operator yang melakukan pengendalian, dan catatan mengenai pemantauan kondisi
lingkungan setelah dilakukan pengendalian.
8.8. Pemantauan mengenai kecenderungan adanya binatang pengganggu tercatat dan dianalisis tingkat gangguan
yang ditimbulkannya. Tindakan koreksi dan pencegahan/penanggulangan adanya binatang pengganggu
terdokumentasi dan dilakukan tanpa mengganggu kelayakan dan keamanan pangan.
MANUAL MUTU SMKP-PSA-09
STANDAR OPERASIONAL SANITASI PROSEDUR
Halaman : 5 dari 8 Revisi : 2
8..9. Lembaga pengendalian binatang pengganggu yang ditugaskan harus memiliki surat ijin usaha pengendalian
hama yang berlaku dan sah dari instansi yang berwenang dan mengerti tata cara pengendalian hama yang aman
dan tidak mengganggu kelayakan dan keamanan pangan. Petugas lembaga pengendalian binatang pengganggu
sudah memperoleh pelatihan cara pengendalian hama dan penanganan pestisida yang digunakan dalam
pengendalian hama.
8.10. Lembaga pengendalian binatang pengganggu memberikan jaminan keamanan proses pengendalian binatang
pengganggu yang dilakukannya tidak menimbulkan bahaya pada kelayakan dan keamanan pangan. Apabila
terjadi bahaya pada kelayakan dan keamanan pangan, lembaga pengendalian hama bertanggung jawab terhadap
semua kerugian yang ditimbulkan.
9.2. Fasilitas toilet tersedia dalam jumlah yang cukup dengan sistem pembuangan yang baik dan selalu dalam kondisi
bersih dan baik.
9.3. Toilet dibersihkan dan disanitasikan sebelum waktu kerja, setiap waktu selama jam kerja dan setelah selesai
operasional.(dicatat dalam cheklist gedung)
9.4. Dalam toilet disediakan sarana pencucian dan kebersihan seperti bak cuci tangan yang dilengkapi dengan sistem
air bersih, tempat sampah, dispenser sabun untuk keperluan cuci tangan.
9.5. Kebersihan loker di pantau setiap hari dan didokumentasikan dalam cheklist sanitasi.
X. KESEHATAN KARYAWAN
10.1 Karyawan diperiksa kesehatannya (medical check up) secara berkala.
10.2. Karyawan yang setelah dilakukan pemeriksaan dan pengamatan diketahui atau diduga mengidap penyakit yang
dapat mengkontaminasi tidak diperkenankan menangani produk hingga kondisinya dinyatakan sembuh secara
medis. Karyawan yang sakit atau kecelakaan dilaporkan kepada pihak manajemen.
10.3. Karyawan yang mengalami gangguan kesehatan, memeriksakan kondisinya ke klinik yang dan diperiksa
kesehatannya oleh dokter luar yang telah di tunjuk perusahaan.
10.4. Kondisi kesehatan yang perlu dilaporkan kepada dokter luar yang telah di tunjuk perusahaan mencakup juga
kondisi kesehatan sebagai berikut: penyakit kuning/hepatitis, diare, muntaber, demam, peradangan tenggorokan,
luka atau penyakit kulit yang terbuka/terlihat, luka bernanah, dan keluarnya cairan dari dalam hidung atau telinga.
10.5. Karyawan yang sakit, memiliki luka terbuka, atau memiliki sumber kontaminasi mikroba, tidak boleh melakukan
proses yang dapat mengakibatkan kontaminasi pada produk sampai kondisinya pulih. Semua luka yang terbuka
harus ditutup dengan penutup luka yang sesuai (kedap air).
10.6 Karyawan baru diperiksa terlebih dahulu kesehatan fisiknya dan telah menjalani proses pemeriksaan secara
laboratorium yang dilakukan oleh lembaga medis yang sah.
MANUAL MUTU SMKP-PSA-09
STANDAR OPERASIONAL SANITASI PROSEDUR
Halaman : 6 dari 8 Revisi : 2
11.2. Pakaian kerja yang digunakan adalah pakaian kerja yang hanya digunakan di dalam lingkungan area pengolahan.
Sebelum produksi, pakaian kerja yang bersih dipakai kepada karyawan dan setelah selesai produksi, dilepas
untuk dilakukan pencucian oleh karyawan sendiri.
11.3. Perlengkapan pakaian kerja karyawan dan kebersihannya sebelum memulai proses produksi dipantau setiap hari
dan didokumentasikan, swab Test dilakukan secara berkala.
11.4. Pakaian kerja harus dilepas saat keluar dari area pengolahan, seperti ke toilet, ruang istirahat atau keluar gedung
dan harus dikenakan saat kembali ke area kerja.
11.5. Karyawan harus mengenakan pelindung jika anggota badannya bersentuhan langsung dengan makanan terbuka
atau permukaan kontak makanan dan tidak boleh menyentuh produk secara langsung. Karyawan harus
mengenakan sarung tangan saat menangani produk matang.
11.6. Karyawan yang bertugas di area produksi yang berbeda dibedakan pakaian kerjanya menurut warna. Karyawan
pada area beresiko rendah dan sedang, yang menangani bahan mentah serta karyawan pada area beresiko tinggi
yang menangani produk matang dibedakan pakaian luarnya menurut warna.
11.7. Setiap orang tidak diijinkan untuk masuk ke area produksi yang satu ke tempat produksi yang lain tanpa
mengganti seragam jika ada kemungkinan terjadi kontaminasi silang (contoh: perpindahan dari produksi area
beresiko rendah/mentah ke area beresiko tinggi/produk matang).
11.8. Fasilitas untuk mengenakan pakaian kerja tersedia dan terjaga kebersihannya. Fasilitas penggantian pakaian
kerja untuk area beresiko rendah dan tinggi terletak terpisah (berbeda) untuk menghindari kontaminasi silang.
11.9. Perhiasan seperti gelang, cincin, kalung, peniti, giwang, jam tangan, tidak boleh digunakan di dalam unit
pengolahan.
11.10. Tidak diperkenankan mengenakan bulu mata palsu dan menggunakan kosmetika termasuk parfum dengan aroma
kuat atau obat-obatan luar/bahan kimia yang berbau tajam, seperti balsem dan minyak kayu putih.
11.11. Karyawan diharuskan memelihara kukunya dalam kondisi bersih, terpotong pendek dan rapi, tidak mengenakan
kuku palsu dan pewarna kuku.
11.12. Tidak diperbolehkan makan dan minum, merokok, mengunyah permen, meludah di dalam ruang pengolahan.
Karyawan tidak boleh bersin atau batuk di atas produk atau bahan baku yang terbuka.
11.13. Karyawan yang memiliki luka pada bagian tangan atau lengan bawah yang terbuka masih diperkenankan
menangani produk jika lukanya tertutup oleh pelindung yang sesuai dan mengenakan sarung tangan.
MANUAL MUTU SMKP-PSA-09
STANDAR OPERASIONAL SANITASI PROSEDUR
Halaman : 7 dari 8 Revisi : 2
11.14. Apabila mengenakan penutup telinga, maka penutup tersebut harus terikat kuat dan berwarna jelas.
11.15. Karyawan diberikan penyuluhan mengenai cara mencuci dan mensaitasikan tangan dan sarana pengolahan.
Karyawan mencuci dan mensanitasikan tangan dan sepatu boot sebelum memasuki ruang pengolahan pada bak
cuci tangan dan bak cuci sepatu boot yang berisi air yang telah diberi bahan sanitazer.
11.16. Karyawan harus mencuci dan mensanitasikan tangannya segera pada saat:
11.16.c. Pada waktu-waktu tertentu yang ditentukan secara rutin selama proses produksi
11.16.d. Setelah memegang benda yang kotor sebelum kembali menangani produk
11.16.f. Setelah menangani bahan mentah atau bahan pangan yang terkontaminasi.
11.17. Petunjuk bagi karyawan untuk mencuci tangannya ada dan jelas terbaca dan terlihat pada setiap tempat-tempat
pencucian tangan dan toilet, baik di kantor maupun area produksi. Tempat cuci tangan harus mudah terjangkau
oleh karyawan.
11.18. Fasilitas pencucian tangan tersedia bagi karyawan yang akan kembali ke area pengolahan setelah dari toilet dan
akan berpindah dari area bahan mentah ke area bahan matang. Fasilitas pencucian tangan bebas dari operasi/
penggunaan tangan, yaitu dengan menggunakan pedal kaki.
11.19. Pada setiap fasilitas pencucian tangan, disediakan perlengkapan pengering tangan. Fasilitas pengering yang
menggunakan handuk kertas, mempunyai dispenser yang modelnya tidak memungkinkan tangan menyentuh
dispenser saat mengambil kertas.
11.20. Peraturan mengenai kebersihan karyawan, baik mengenai seragam, peraturan bagaimana memasuki ruang
produksi, dan hygiene, berlaku untuk semua karyawan unit pengolahan, termasuk karyawan bagian Maintenance/
Engineering, juga untuk tamu/pengunjung dan kontraktor.
13.2 Limbah padat dipisahkan dan ditempatkan dalam wadah terpisah dan tertutup, tidak menimbulkan kontaminasi
pada produk, dan tidak memungkinkan adanya hewan pengganggu berdiam dan berkembang biak. Tempat
penyimpanan limbah padat terpisah dari tempat penanganan produk.
13.3 Lokasi penampungan limbah padat akhir dibersihkan setiap hari sehingga tidak menumpuk untuk menjaga agar
tidak terdapat infestasi serangga atau hama.
13.4. Limbah padat di ruang pengolahan ditempatkan sementara pada tempat sampah tertutup yang teridentifikasi
dan senantiasa dibersihkan. Tempat sampah dapat dibuka dengan menggunakan kaki.
13.5. Limbah cair dialirkan ke unit pengolahan limbah cair (waste water treatment) atau ditampung dalam tempat
penampungan khusus yang terpisah sebelum diproses lebih lanjut, sesuai dengan jenis limbah cair.
13.6. Tempat penanganan limbah padat dan limbah cair terpisah dan tidak bercampur.
13.7. Identifikasi tahapan proses produksi dan jenis limbah yang dihasilkan terdapat pada Lampiran.
13.8. Petugas yang mengumpulkan limbah di ruang pengolahan tidak diperkenankan untuk menangani produk.
14.2. Peralatan transportasi, termasuk konveyor dan kontainer, harus tidak boleh mengkontaminasi pangan dan
kemasan dan dapat dibersihkan secara efektif serta disuci hamakan.
14.3. Peralatan transportasi harus dibedakan antara bahan pangan dan bahan non-pangan, dan antar jenis bahan
pangan untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang, serta teridentifikasi. Apabila diperlukan, sebelum
digunakan untuk keperluan yang berbeda, peralatan transportasi harus dibersihkan dan disanitasikan terlebih
dahulu.
14.4. Peralatan transportasi dapat mempertahankan kondisi kebersihan produk, suhu, kelembaban, dan parameter
kondisi lainnya yang secara efektif dapat melindungi produk dari pertumbuhan mikroorganisme yang dapat
mengancam keamanan pangan maupun menyebabkan kemunduran mutu sehingga tidak layak dikonsumsi.
Apabila memungkinkan, kondisi selama transportasi dipantau dan didokumentasikan.
14.5. Desain peralatan untuk transportasi harus sedemikian rupa sehingga dapat dilakukan proses pembersihan,
perawatan, dan perbaikan, dan apabila diperlukan, juga sanitasi serta dijaga kondisinya dapat berfungsi dengan
baik sesuai yang diinginkan.
SMKP-PSA-09
TASI PROSEDUR
Revisi : 2
enghindari kemungkinan
ak langsung dengan produk.
ipindah-pindahkan dengan
n kembali, perawatan dan
an panas, penggosokan
rutan kimia). Pencucian
n cairan pembersih, pembilasan
uk mengetahui efektifitasnya,
ka masih diperkenankan
nakan sarung tangan.
SMKP-PSA-09
TASI PROSEDUR
Revisi : 2
t. Masing-masing limbah
SMKP-PSA-09
TASI PROSEDUR
Revisi : 2