NIM : 43020190042
Selain penjelasan yang diberikan oleh Jalaluddin Rahmat dengan dua model
keberagaman, baik Islam dimulai dari teks maupun konteks, yang terpenting adalah
meminjam perkataan Hegel dan selalu terpisah dalam teks Dialektika antara konteks dan
konteks. lain. Tradisi sejarah menjadi objek evaluasi pemahaman baru, bukan
pemahaman literal dari pemahaman baru.
Jika Anda mengikuti pandangan ini, maka tidak ada hubungan antara teologi
sebagai dasar transformasi sosial, seperti mencari jarum di padang pasir yang luas. Oleh
karena itu, dalam agama Kristen muncul istilah teologi pembebasan, dan gagasan ini
belakangan diadopsi oleh beberapa pemikir Islam. Menurut Nurcholis Madjid, meskipun
teologi yang berpusat pada Tuhan memiliki pengaruh positif berupa cara hidup, meskipun
pengaruh itu sendiri palsu, lebih jelas berbahaya, dan kerugian yang sesungguhnya
adalah efek sampingnya, yaitu Pribadi yang merusak martabat dan kemanusiaan.
Pandanganku lebih ke kelompok pertama dari pandangan Jalaluddin Rahmat. Karena ketika
ada masalah, pemecahannya mengutamakan kebebasan berpikir. Bebas mengutarakan
pemikiran, bukan mengharuskan untuk anut seseorang.dan poin nomor 2 menganut sebuah
teologi, yang menjadi dasar atau paling tidak menjadi inspirasi bagi seseorang atau
komunitas untuk melakukan interaksi dan transformasi sosial yang terjadi dalam masyarakat
Islam. Yang mengutamakan kebijaksanaan.