Anda di halaman 1dari 33

Laporan Saluran Tertutup

OLEH:

Yehezkiel Akwila Sinaga


1905511041

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2020
BAB I

DASAR TEORI

1. Pipa Dengan Pompa


Jika pompa menaikan zat cair dari kolam lain dengan selisih elevasi muka air H2
seperti yang ditunjukan dalam Gammbar maa daya yang digunakan oleh pompa untuk
menaikkan zat cair setinggi Hs adalah sama dengan tinggi H2 ditambah dengan kehilangan
tenaga selama pengaliran dalam pipa tersebut.Kehilangan tenaga adalah ekivalen dengan
penambahan tinggi elevasi, sehingga efeknya sama dengan jika pompa menaikkan zat cair
setinggi H = H2 + ∑hf. Dalam gambar tersebut tinggi kecepatan diabaikan sehingga garis
tenaga berimpit dengan garis tekanan

Hf2

P/
H2

1 Hf1

P/

gambar 7.2. Pipa dengan pompa


Kehilangan tenaga terjadi pada pengaliran pipa 1 dan 2 yaitu sebesar hf1 dan hf2.
Pada pipa 1 yang merupakan pipa isap, garis tenaga (dan tekanan) menurun sampai
dibawah pipa. Bagian pipa dimana garis tekanan di bawah sumbu pipa mempunyai
tekanan negatif. Sedang pipa 2 merupakan pipa tekan.

1
Daya yang diperlukan pompa untuk menaikkan zat cair :

D= (kgf m/dtk)

atau

(HP)
D= 

dengan  adalah efisiensi pompa. Pada pemakaian pompa, efisiensi pompa


digunakan sebagai pembagi dalam rumus daya pompa

2
2. Pipa Hubungan Seri

Apabila suatu saluran pipa terdiri dari pipa-pipa dengan ukuran yang berbeda,
pipa tersebut adalah dalam hubungan seri. Gambar dibawah menunjukkan suatu
sistem tiga pipa dengan karakteristik berbeda yang dihubungkan secara seri. Panjang,
diameter, dan koefisien gesekan masing-masing pipa adalah L1, L2, L3; D1, D2, D3;
dan f1, f2, f3.
Jika beda tinggi muka air kedua kolam diketahui, akan dicari besar debit aliran
Q dengan menggunakan persamaan kontinuitas dan energi (Bernoulli). Langkah
pertama yang harus dilakukan adalah menggambarkan garis tenaga. Seperti terlihat
dalam Gambar 7.3 garis tenaga akan menurun ke arah aliran. Kehilangan tenaga pada
masing-masing pipa adalah hf1, hf2, dan hf3. Dianggap bahwa kehilangan tenaga
sekunder cukup kecil sehingga diabaikan.
Q = Q1 = Q2 = Q3

Hf1
H1 Hf2

H2

Gambar Pipa dalam hubungan seri

3
Dengan menggunkan persamaan Bernoulli untuk titik 1 dan 2 (pada garis aliran) adalah :

z1+ + = z2+ + + hf1 + hf2 + hf3

Pada kedua titik tinggi tekanan adalah H1 dan H2, dan kecepatan V1 = V2 = 0
(tampang aliran sangat besar) sehingga persamaan di atas menjadi :
z1 + H1 = z2 + H2 + hf1 + hf2 + hf3
(z1 + H1) – (z2 + H2) = hf1 + hf2 + hf3
atau

H = hf1 + hf2 + hf3

Dengan menggunakan persamaan Darcy-Weisbach, persamaan. menjadi :

H = F1 + F2 + F3

Untuk masing-masing pipa, kecepatan aliran adalah :

V1 = Q / (¼ 1 D 2) ; V
2 = Q / (¼  D2 ) ; V =3Q / (¼  D )
2 2
3

Substitusi nilai V1, V2, dan V3 ke dalam persamaan maka akan di dapat:

H= + +

4
Debit aliran adalah:

π 2gH
Q
 5 5
4 f1L1 / D1  f2L2 / D2  f3L3 / D3 
5 1/ 2

Kadang-kadang penyelesaian pipa seri dilakukan dengan suatu pipa ekivalen


yang mempunyai penampang seragam. Pipa disebut ekivalen apabila kehilangantekanan
pada pengaliran di dalam pipa ekivalen sama dengan pipa-pipa yang diganti. Sejumlah
pipa dengan bermacam-macam nila f, L, dan D akan dijadikan menjadi satu pipa
ekivalen. Untuk itu diambil diameter D dan koefisien gesekan fe dari pipa yang
terpanjang (atau yang telah ditentukan) dan kemudian ditentukan panjang pipa ekivalen.
Kehilangan tenaga dalam pipa ekivalen :

H=

= + +

5
3. Pipa Hubungan Pararel

Pada keadaan dimana aliran melalui dua atau lebih pipa dihubungkan secara
pararel seperti dalam Gambar 3.1 maka persamaan kontinuitas adalah :
Q = Q1 + Q2 + Q3

Persamaan tersebut dapat ditulis dalam bentuk :

Q = ¼  (D12 V1 + D22 V2 + D 2
3 V3)

Persamaan energi :

H = hf1 = hf2 = hf3

Persamaan tersebut dapat ditulis dalam bentuk :

H= = =

6
H
A
1

Gambar 3.1. Pipa hubungan pararel

Panjang pipa ekivalen ditentukan dengan cara yang sama seperti pada hubungan
seri. Dari persamaan di dapat :
/
/
Q= 2

Dengan cara seperti di atas :

/
/
= 2

/
/
= 2

/
/
= 2

Substitusi persamaan tersebut ke dalam persamaan maka akan di dapat :

/ / / /
= + +
7
4. Pipa Bercabang

Sering suatu pipa menghubungkan tiga atau lebih kolam. Gambar 4.1
menunjukkan suatu sistem pompa bercabang yang menguhungkan tiga buah kolam.
Akan di cari debit aliran melalui tiap-tiap pipa yang menghubungkan ketiga kolam
tersebut apabila panjang, diameter,macam pipa (kekasaran k), diberikan dan rapat
massa serta kekentalan zat cair diketahui. Garis tekanan akan berada pada muka air
di tiap-tiap kolam, dan akan bertemu pada satu titik di atas titik cabang T. Debit aliran
melalui tiap pipa ditentukan oleh kemiringan garis tekanan masing-masing. Arah
aliran sama dengan arah kemiringan (penurunan) garis tenaga.

hf2
hf1

ZA
ZB
hT=hf3

Gambar 4.1. Pipa mengubungkan tiga kolam

Persamaan kontinuitas pada titik cabang, yaitu aliran menuju titik cabang T
harus sama dengan yang meninggalkan T. Pada gambar tersebut terlihat bahwa aliran
akan keluar dari kolam A dan masuk ke kolam C. Aliran keluar atau masuk

8
ke dalam kolam B tergantung pada sifat pipa 1 dan 2 serta elevasi muka air kolam A,
B, dan C. Persamaan kontinuitas adalah salah satu dari kedua bentuk berikut:
Q1 = Q2 + Q3

atau

Q1 + Q2 = Q3

Yang tergantung apakah elevasi garis tekanan di titik cabang lebih besar atau lebih
kecil dari pada elevasi muka air kolam B. Persamaan berlaku apabila elevasi garis
tekanan di T lebih tinggi dari elevasi muka air kolam B, dan apabila sebaliknya
berlaku persamaan (7.21). Prosedur hitungan adalah sebagai berikut :
i. Anggap garis tekanan di titik T mempunyai elevasi hT.

ii. Hitung Q1, Q2, dan Q3 untuk keadaan tersebut.

iii. Jika persamaan kontinuitas dipenuhi, maka nilai Q1, Q2, dan Q3 adalah benar.
iv. Jika aliran menuju T tidak sama dengan aliran meninggalkan T, di buat
anggapan baru elevasi garis tekanan di T, yaitu dengan menaikkan garis
tekanan di T apabila aliran masuk lebih besar daripada aliran keluar dan
menurunkannya apabila aliran masuk lebih kecil dari aliran keluar.
v. Ulangi prosedur tersebut sampai dipenuhinya persamaan kontinuitas.

Pada keadaan seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 4.1 dengan menganggap
bahwa elevasi muka air kolam C sebagai bidang referensi dan dianggap bahwa elevasi
garis tekanan di T di bawah elevasi muka air kolam B (hT < zB) maka persamaan aliran
mempunyai hubungan sebagai berikut ini.
Persamaan energi :

-ℎ = ℎ =

9
-ℎ = ℎ =

ℎ =ℎ =

Persamaan kontinuitas :

Q1 + Q2 = Q3

Dari persamaan di atas, jika zA, zB, dan sifat-sifat pipa diketahui maka hT, Q1, Q2,
dan Q3 dapat dihitung.

10
5. HIDROLIKA JARINGAN PERPIPAAN

Jaringan perpipaan merupakan suatu rangkaian pipa yang saling terhubung satu

sama lain secara hidrolis, sehingga apabila di satu pipa mengalami perubahan debit

aliran maka akan terjadi penyebaran pengaruh ke pipa pipa yang lain. Pengaruh ini

dapat di deteksi dari segi perubahan tekanan yang ada di pipa.

Pipa yang tergabung dalam suatu jaringan pipa dapat dibedakan satu dengan yang

lain dari segi :

 Panjang Pipa

 Diamater Pipa

 Jenis Pipa

 Kedudukan pipa dalam jaringan

Kedudukan pipa dalam suatu jaringan dapat dinyatakan dengan :

 Nomor pipa

 Simpul atau node yang dihubungkan oleh pipa tersebut

Dalam suatu sistem jaringan air yang keluar dari node dikendalikan oleh sebuah

valve yang menghubungkan antara satu bagian jaringan dengan

11
bagian lainnya. Sedangkan secara kolektif air yang keluar dari satu node jaringan

tergantung dari perilaku konsumen atau pemakai air memakai air. Pemakaian air

sendiri secara hidrolis tergantung dari sisa tekanan pada node tersebut sedangkan

faktor lain yang mempengaruhi adalah tingkat kebutuhan konsumen akan air.

Sebagai asumsi misalnya 1 orang per hari memakai air 200 L/org/hari, bila

sebuah node melayani 500 orang maka satu node itu mengeluarkan air sebanyak

200 L/org/hari x 500 org = 100.000 L/hari atau 100 m3/hari atau atau rata rata

dalam 1 detik adalah 100.000/3600/24=1,1574 L atau Q = 1,1574 L/dt. Hal

ini berarti debit air yang keluar dari node tersebut adalah 1,1574 L/dt.

12
BAB II

SOAL DAN PENYELESAIAN

SOAL

1. Air dipompa dari sumber mata air menuju reservoir dan elevasi sumber air berada
pada +60.50 sedangkan levasi reservoir + 90.50. Debit aliran yang harus dipompa
sebesar 50 L/dt.
Karakteristik pipa :
- Pipa 1 : L1 = 200 m ; D1 = 30 cm ; f1 = 0.015
- Pipa 2 : L2 = 400 m ; D2 = 20 cm ; f2 = 0.015
Hitung daya pompa yang diperlukan untuk menaikkan air (efisiensi pompa 80 %).

2. Air dipompa dari sumber mata air menuju reservoir dan elevasi sumber air berada
pada +70.00 sedangkan levasi reservoir + 90.00. Debit aliran yang harus dipompa
sebesar 30 L/dt.
Karakteristik pipa :
- Pipa 1 : L1 = 300 m ; D1 = 20 cm ; f1 = 0.015
- Pipa 2 : L2 = 400 m ; D2 = 20 cm ; f2 = 0.015
Hitung daya pompa yang diperlukan untuk menaikkan air (efisiensi pompa 75 %).

3. Air dari kolam A dialirkan menuju kolam B melalui dua buah pipa yang
dihubungkan secara paralel. Elevasi muka air kolam A berada pada + 120 m dan
elevasi muka air kolam B pada + 95.00 m. Panjang dan diameter kedua pipa sebagai
berikut :
- Pipa 1 : L1 = 300 m ; D1 = 40 cm ; f1 = 0.018
- Pipa 2 : L2 = 300 m ; D2 = 20 cm ; f2 = 0.018
Hitung :
a. Debit masing-masing pipa
b. Apabila kedua pipa tersebut diganti pipa tunggal, berapa diameter pipa
dengan panjang pipa 300 m.

4. Air dari kolam A dialirkan menuju kolam B melalui dua buah pipa yang
dihubungkan secara paralel. Elevasi muka air kolam A berada pada + 110 m dan
elevasi muka air kolam B pada + 60.00 m. Panjang dan diameter kedua pipa sebagai
berikut :
- Pipa 1 : L1 = 400 m ; D1 = 50 cm ; f1 = 0.02

13
- Pipa 2 : L2 = 400 m ; D2 = 30 cm ; f2 = 0.02
Hitung :
a. Debit masing-masing pipa
b. Apabila kedua pipa tersebut diganti pipa tunggal, berapa diameter pipa
dengan panjang pipa 400 m.

5. Sebuah reservoir dengan beda elevasi muka air 12 m dihubungkan menggunakan dua
buah pipa seri. Pipa 1 : L1 = 18 m ; D1 = 30 cm, Pipa 2 : L2 = 36 m ; D2 = 40 cm.
Koefisien kekasaran kedua pipa sama, f = 0,04. Koefisien tenaga sekunder di C, D,
dan E adalah 0,5 ; 0,6 ; 1. Hitung debit aliran dalam pipa!
6. Kolam A dan B dengan beda tinggi muka air 55 m (kolam A lebih tinggi dari kolam
B) dihubungkan oleh serangkaian pipa 1, 2, dan 3 yang dihubungkan secara seri.
Pipa 1 (D1=60 cm, L1=400m, f1=0,016); pipa 2 (D2=40 cm, L2=200m, f2=0,016);
pipa 3 (D3=35, L3=400m,f3=0,016). Kehilangan tinggi tenaga sekunder diabaikan.
Tentukan debit pipa

7. Terdapat pipa bercabang dengan karakteristik masing-masing pipa sebagai berikut.

Pipa 1 : L1 = 3000 m ; D1 = 60 cm, Pipa 2 : L2 = 2200 m ; D2 = 40 cm, Pipa 3 : L3


= 2220 m ; D3 = 30 cm, nilai f semua pipa sama = 0,030. Elevasi A = 196,0 ;
elevasi B = 191,0 ; elevasi D = 166,0. Ujung pipa D terbuka ke udara luar.
Hitunglah debit masing – masing pipa!

8. Terdapat pipa bercabang dengan karakteristik masing-masing pipa sebagai berikut.


Pipa 1 : L1 = 2500 m ; D1 = 60 cm, Pipa 2 : L2 = 1250 m ; D2 = 40 cm, Pipa 3 : L3
= 2000 m ; D3 = 30 cm, nilai f semua pipa sama = 0,029. Elevasi A = 196,0 ; elevasi
B = 180,0 ; elevasi D = 163,0. Ujung pipa D terbuka ke udara luar. Hitunglah debit
masing – masing pipa!

9. Diketahui suatu jaringan pipa seperti pada gambar di bawah. Hitunglah besar debit
pada tiap – tiap pipa!

? 50

120

10. Jaringan pipa seperti gambar.


14
Hitung debit aliran di tiap pipa dengan menggunakan cara Cross.

50

K=2 K=1.8
K=2.1

K=2.2 15 K=2.1

17 18

15
PENYELESAIAN

1)
× ×
 h =
× ×
× 0,015 × 200 × (0,05) 2
= = 0,251m
× (3,14)2 × (0,3)5

× ×
 h =
× ×
× 0,015 × 400 × (0,05)2
= = 3,87m
× (3,14)2 × (0,2)5

 H= + Σℎ
= 30 + (0,251 + 3,87)
= 34,121 m

× ×
 D=
, × 34,121 × 1
= × 0,8
= 0,028 Hp

2)
× ×
 h =
× ×
× 0,015 × 300 × (0,03) 2
= = 1,032m
× (3,14)2 × (0,2)5

× ×
 h =
× ×
× 0,015 × 400 × (0,03)2
= = 1,393m
× (3,14)2 × (0,2)5

 H= + Σℎ
= 20 + (1,032+1,393)
= 22,425m
× ×
 D=
, × 22,425 × 1
= × 0,75
= 0,007 Hp

16
3) a)H = h =h
 h =H
× ×
= 25
× ×

× , × ×
= 25
× ( , ) ×( , )

= 0,764 /s

 h =H
× ×
= 25
× ×

× , × ×
= 25
× ( , ) ×( , )

=0,13 /s

/ / /
b) = +

/ / /
( , ) ( , )
= +
, × 300 , × 300 , ×

= 0,425 m

17
4) a)H = h =h

 h =H
× ×
= 50
× ×

× , × ×
= 50
× ( , ) ×( , )

=1,551 /s

 h =H
× ×
= 50
× ×

× , × ×
= 50
× ( , ) ×( , )

= 0,431 /s

/ / /
b) = +

/ / /
( , ) ( , )
= +
, × 400 , × 400 , ×

= 0,546 m

5)
 Q = Q1 = Q2

. 0,3 × = . 0,4 ×

= 1,67 ×
( , × 2) ( , × 2) ( 2) , ( 2) ( 2)
 H = 0,5 + 0,04 + 0,04 + +
, × , ×

( 2)
15 = 12,425

= 5,1 m/dt

18
Q = . 0,4 × 5,1 = 0,64 /dt

6) a)
 H=h× +h× +h×

× × × × × ×
55 = + +
× × × × × ×

( . )× × ( . )× × ( . )× ×
55 = + +
× , ×( , ) × . ×( . ) × . ×( , )

 Q = Q1 = Q2= Q3
Q = 0,635 /s

7)
zA = elevasi A – elevasi D = 196,0 – 166,0= 30 m
zB = elevasi B – elevasi D = 191,0 – 166,0 = 25 m
Pemisalan 1
Elevasi C = elevasi B.
hf2 = 0
hC = zB
hC = 27 m
hf1 = zA - hC = 30 – 25 = 5 m
. , . . ( )
5= = . ( , )

Q1 = 0,05 /dt
hf2 = 0 , Q2 = 0
hf3 = hC = 25 m.
. , . . ( )
25 = = . ( , )

Q3 = 0,011 /dt
Uji persamaan kontinuitas
Q1 – (Q2 + Q3) = 0,05 – (0 + 0.011) = 0,039 > 0 (belum memenuhi)
Permisalan 2
Elevasi muka air di P = 193,0 (Permisalan sembarang)
Sehingga :
19
hf1 = 196,0 – 193,0 = 3 m
hf2 = 193,0 – 191,0 = 2 m
hf3 = 193,0 – 166,0 = 27 m
Debit di pipa 1,
hf1 = k1 . 1
3 = 69,3 . 1
Q1 = 0,2 /dt
Debit di pipa 2,
hf2 = k2 . 2
2 = 260,9 . 2
Q2 = 0,88 /dt
Debit di pipa 3,
hf3 = k3 . 3
27 = 1108,7 3
Q3 = 0,16 /dt
Uji persamaan kontinuitas
Q1 – (Q2 + Q3) = 0,2– (0,88 + 0,16) = -0,84 /dt < 0 (belum memenuhi).
Permisalan 3
Cara interpolasi berdasarkan hasil hitungan pada pemisalan I dan II.
Berdasarkan hukum segitiga sebangun :
,
=(
, , , )

x = -0,6
Q1 = 0,2 + x = -0,4 /dt
. , . . ( , )
hf1 = = =3m
. ( , )

Elevasi C = 196,0 – 3 = 193 m


hC = 193– 163,0 = 30 m
hf2 = 30 – 25 = 5 m
Debit pipa 2 :
/ /
. . . . . . ,
Q2 = = = 0,01 /dt
. . . , .

hf3 = hc = 24,2 m

20
/ /
. . . . . . ,
Q3 = = = 0,063 /dt
. . . , .

Uji persamaan kontinuitas


Q1 – (Q2 + Q3) = -0,4 – (0,01 + 0,063) = -0,47 < 0 (belum memenuhi)

Permisalan 4
Cara interpolasi berdasarkan hasil hitungan pada pemisalan II dan III.
, ( , ) , ,
,
=

x = 0,53
Q1 = 0,21 + x = 0,74 /dt
. , . . ( , )
hf1 = = = 51,4 m
. ( , )

Elevasi C = 196,0 – 51,4= 144,6 m


hC = 144,6 – 163,0 = -18,4 m
hf2 = -18,4 – 25 = -43,4 m
Debit pipa 2 :
/ /
. . . , . . . ,
Q2 = = = 0,2 /dt
. . . , .

hf3 = hc = 29,8 m
/ /
. . . , . . . ,
Q3 = = = 0,2 /dt
. . . , .

Uji persamaan kontinuitas


Q1 – (Q2 + Q3) = 0,74 – (0,2 + 0,2) = 0 (memenuhi)

8)
zA = elevasi A – elevasi D = 196,0 – 163,0= 33 m
zB = elevasi B – elevasi D = 180,0 – 163,0 = 17 m
Pemisalan 1
Elevasi C = elevasi B.
hf2 = 0
hC = zB
hC =17 m

21
hf1 = zA - hC = 33 – 17 = 16 m
. , . . ( )
16 = = , . ( , )

Q1 = 0,21 /dt
hf2 = 0 , Q2 = 0
hf3 = hC = 17 m.
. , . . ( )
17 = = , . ( , )

Q3 = 0,009 /dt
Uji persamaan kontinuitas
Q1 – (Q2 + Q3) = 0,21 – (0 + 0.009) = 0,201 > 0 (belum memenuhi)
Permisalan 2
Elevasi muka air di P = 192,0 (Permisalan sembarang)
Sehingga :
hf1 = 196,0 – 192,0 = 4 m
hf2 = 192,0 – 180,0 = 12 m
hf3 = 192,0 – 163,0 = 29 m
Debit di pipa 1,
hf1 = k1 . 1
4 = 69,3 . 1
Q1 = 0,06 /dt
Debit di pipa 2,
hf2 = k2 . 2
12 = 260,9 . 2
Q2 = 0,05 /dt
Debit di pipa 3,
hf3 = k3 . 3
29 = 1108,7 3
Q3 = 0,03 /dt
Uji persamaan kontinuitas
Q1 – (Q2 + Q3) = 0,06– (0,05 + 0,03) = -0,02 /dt < 0 (belum memenuhi).
Permisalan 3
Cara interpolasi berdasarkan hasil hitungan pada pemisalan I dan II.
22
Berdasarkan hukum segitiga sebangun :
,
=(
, , , )

x = 0,022
Q1 = 0,21 + x = 0,232
. , . . ( , )
hf1 = = = 4,15 m
, . ( , )

Elevasi C = 196,0 – 4,15 = 191,85 m


hC = 191,85– 163,0 = 28,85 m
hf2 = 28,85 – 17 = 11,85 m
Debit pipa 2 :
/ /
. . . , . , . . ,
Q2 = = = 0,2 /dt
. . . , .

hf3 = hc = 28,85 m
/ /
. . . , . , . . ,
Q3 = = = 0,015 /dt
. . . , .

Uji persamaan kontinuitas


Q1 – (Q2 + Q3) = 0,232 – (0,2 + 0,015) = 0(memenuhi)

9)
Pendekatan 1
20

30 50

II
70 I 30
20

40
50
120

Langkah Ruas I Ruas II


k 1x20 = 400 5x20 = 2000
-4x50 = -10000 -1x30 = -900
2x70 = 9800 -1x20 = - 400
∑k = 200 ∑k = 700
2kQ 2x1x20 = 40 2x5x20 = 200

23
2x4x50 = 400 2x1x30 = 60
2x2x70 = 280 2x1x20 = 40
∑ 2 k Q = 720 ∑ 2 k Q = 300
Q Q1 = 200/720 = 0 Q2 = 700/300 = 2

Pendekatan 2 22

30 50

II
70 I 28
18

40
50
120

Langkah Ruas I Ruas II


k 1x18 = 324 5x22 = 2420
-4x50 = -10000 -1x28 = -784
2x70 = 9800 -1x18 = - 324
∑k = 124 ∑k = 1312
2kQ 2x1x18 = 36 2x5x22 = 220
2x4x50 = 400 2x1x28 = 56
2x2x70 = 280 2x1x18 = 36
∑ 2 k Q = 716 ∑ 2 k Q = 312
Q Q1 = 124/716 = 0 Q2 = 1312/312 = 4

24
Pendekatan 3
18

30 50

II
70 I 32
22

40
50
120

Langkah Ruas I Ruas II


k 1x22 = 484 5x28 = 1620
-4x50 = -10000 -1x32 = -1024
2x70 = 9800 -1x22 = - 484
∑k = 284 ∑k = 112
2kQ 2x1x22 = 44 2x5x28 = 180
2x4x50 = 400 2x1x32 = 64
2x2x70 = 280 2x1x22 = 44
∑ 2 k Q = 724 ∑ 2 k Q = 288

25
10) Pendekatan I
50
B

7 8
35
K=1.8
K=2 K=2.1

10 10

K=2.2 15 K=2.1

17 18

Langkah Jaring 1 Jaring 2


K× 2,1 × (35 ) =2572,5 1,8 × (8 ) =115,2
2,2 × (10 ) =220 -2,1 × (10 ) = −210
-2 × (7 )= -98 -2,1 × (35 ) = -2572,5
∑ K × = 1900 ∑ K × = 220
2kQ 2×2,1×35=147 2×1×50 =100
2,2×2×10=44 2×3×5 = 30
2×2×7=28 2×1×42 = 84
∑2 k Q= 75 ∑2 k Q= 230
Q Q1= 1900/220 = 8 Q2 = 75/230 = 0

26
Pendekatan II

50 Langkah Jaring 1 Jaring 2


B K× 2,1 × (10 )=210 1,8 × (20 ) = 720
2,2 × (2 ) = -8,8 -2,1 × (2 ) = 8,4
7 8 -2 × (19 )= -722 -2,1 × (10 ) = -210
∑ K × = -520,8 ∑ K × = 518,4
35
2kQ 2×2,1×10 =42 2×1,8×20 =72
K=1.8 2,2×2×2 =8,8 2×2,1×2 = 8,4
K=2 K=2.1
2×2×19 =76 2×2,1×10 = 42
∑2 k Q = 126,8 ∑2 k Q= 122,4
10 10 Q Q1= -520,8/126,8 = -4 Q2 = 518,4/122,4 = 4

K=2.2 15 K=2.1

17 18

Pendekatan III
50
B

15 16 Langkah Jaring 1 Jaring 2


K× 2,1 × (19 )= 758,1 1,8 × (16 ) = 460,8
19 2,2 × (2 ) = 8,8 -2,1 × (2 ) = -8,4
K=1.8 -2 × (15 )= -450 -2,1 × (19 ) = 758,1
K=2 K=2.1 ∑ K × = 316,9 ∑ K × = -305,7
2kQ 2×2,1×19 = 79,8 2×1,8×16 = 57,6
2,2×2×2 = 8,8 2×1,2×2 = 8,4
2 2
2×2×15 = 60 2×2,1×19 = 79,8
∑2 k Q = 148,6 ∑2 k Q= 145,8
K=2.2 15 K=2.1
Q Q1= 316,9/148,6 = 2 Q2 = -305,7/145,8 = -2
17 18

27
Pendekatan IV

50
B

17 18 Langkah Jaring 1 Jaring 2


K× 2,1 × (15 )= 472,5 1,8 × (18 ) = 583,2
15 2,2 × (0 ) = 0 -2,1 × (0 ) = 0
K=1.8 -2 × (17 )= -578 -2,1 × (15 ) = -472,5
K=2 K=2.1 ∑ K × = -105,5 ∑ K × = 110,7
2kQ 2×2,1×15= 63 2×1,8×18 = 64,8
2,2×2×0= 0 2×3×0 = 0
0 0
2×2×17= 68 2×2,1×15 = 63
∑2 k Q= 131 ∑2 k Q= 127,8
K=2.2 15 K=2.1
Q Q1= -105,5/131 = 0 Q2 = 110,7/127,8 = 0
17 18

28
BAB III

APLIKASI PROGRAM WATERNET

Pengertian
Program ini dirancang untuk simulasi aliran air atau fluida lainnya
dalam pipa, baik loop maupun tidak. Waternet dirancang untuk pengguna
dengan pengetahuan minimal namun memadai dalam jaringan pipa. Input
dan output dalam Waternet dibuat interaktif sehingga memudahkan
pengguna dan memperkecil kesalahan. Kemampuan dan fasilitas Waternet
dalam melakukan simulasi jaringan adalah sebagai berikut.
1. Menghitung debit dan tekanan di seluruh jaringan pipa dengan suatu
pipa dengan satu node merupakan titik dengan elevasi tidak berubah
(reservoir) dengan berbagai fasilitas seperti pompa, katup dan
tangki.
2. Fasilitas pompa dengan debit dan tekanan pompa pada tipe daya
tetap. Fasilitas pompa dilengkapi dengan waktu atau saat pompa
hidup atau mati. Pompa dapat diatur hidup atau mati pada jam-jam
tertentu oleh pengguna atau hidup terus sepanjang simulasi. Pompa
juga dapat diatur hidup- matinya berdasarkan elevasi tangki yang
diisinya
3. Fasilitas default diberikan untuk pengguna dalam input data. Data
default akan digunakan untuk setiap pompa, pipa, node yang akan
digunakan oleh penggunanaya.
4. Fasilitas pustaka untuk kakasaran pipa dan kehilanga tinggi tenaga
sekunder. Fasilitas ini mempermudah pengguna untuk menentukan
nilai diameter kekasaran pipa serta kehilangan tinggi energi
sekunder belokan sambungan dan lain-lain.
5. Fasilitas hitung dengan tipe aliran berubah yang sangat berguna
untuk simulasi perubahan elevasi di dalam tangki akibat fluktuasi
karena aliran yang masuk dan keluar dari tangki tersebut. Pengguna
dapat memeriksa tinggi tekanan dan debit di setiap node, serta debit
dan kecepatan aliran di setiap pipa untuk mengoptimalkan jaringan.
Fasilitas tipe aliran berubah digunakan untuk menghitung distribusi
aluran dan tekanan di seluruh jaringan pipa dengan interval waktu
60 menit atau kurang.
6. Dalam Waternet juga terdapat fasilitas untuk menghitung fluktuasi
kebutuhan air di setiap node yang dapat ditentukan oleh pengguna.
Fasilitas ini membuat simulasi jaringan distribusi menjadi lebih realistis
karena kebutuhan setiap node dapat diatur sesuai kebutuhan sebenarnya di
lapangan.

29
3.2. Membuka File WaterNet

Untuk memulai running WaterNet, klik Start pada Windows (di


bagian pojok kiri bawah), klik program, dan temukan program WaterNet.
Ada dua aplikasi yang tersedia yaitu WaterNet dan report. Aplikasi
WaterNet digunakan untuk perencanaan dan optimasi jaringan distribusi
fluida dalam pipa, sedang file report adalah file untuk melaporkan hasil
running program WaterNet dengan jaringan yang telah dibuat. Setelah
program WaterNet diklik, pengguna langsung terhubung dengan WaterNet,
pertama-tama akan terlihat tampilan Selamat Datang seperti terlihat pada
Gambar 3.1

Gambar 3.1. Tampilan Selamat Datang pada


WaterNet

Setelah pengguna mengklik tombol setuju, maka pengguna akan


dihadapkan pada jendela password (Gambar 3.2.). Nomor password
berbeda antara komputer yang satu dengan komputer yang lain. Hal ini
disebabkan WateNet membangkitkan bilangan random saat WaterNet
pertama kali dibuka. Jika pengguna mengisikan password maka WaterNet
akan bekerja dengan kapasitas penuh sesuai dengan versinya.

30
Gambar 3.2. Jendela Password pada WaterNet

3.3.Pembuatan Lembar Kerja Baru

Pembuatan lembar kerja baru dalam program WaterNet dapat


dilakukan dengan menggunakan pilihan new pada menu file. Sebelum
proses penggambaran dan simulasi dilakukan, terlebih dahulu pengguna
akan dihadapkan pada jendela default seperti pada Gambar 3.3. Menu yang
terdapat pada jendela default harus diisikan sebelum melakukan
penggambaran dan simulasi jaringan pipa air bersih.
Data yang ditampilkan kemudian diisikan, termasuk data default pipa.
Contoh data default yang telah diisikan dapat dilihat pada Gambar 3.3.
berikut.

Gambar 3.3. Jendela default pipa pada WaterNet

31
DAFTAR PUSTAKA

Arsana,Kerta. “https://kertahidraulika.blogspot.com/”, diakses pada 15 Mei 2020

Darmadi. 2011. “https://darmadi18.files.wordpress.com/2011/09/bab-viii-jaringanpipa.pdf”,


diakses 16 Mei 2020

Rohman,Abdur. “https://www.academia.edu/9276394/BAB_III_HIDROLIKA_PERPIPAAN”, diakses


22 Mei 2020

Sofyan. 2008. “https://surososipil.files.wordpress.com/2008/08/bab3-sofyan.pdf”, diakses pada 28


Mei 2020

32

Anda mungkin juga menyukai