Pengaruh Ukuran Partikel Pellet
Pengaruh Ukuran Partikel Pellet
Pollard merupakan hasil samping dari pengolahan gandum dengan kandungan nutrisi yang
rendah, energi metabolisme 1140 kkal/kg, protein 11,8 %, serat 11,2 % dan lemak 3 % (Ichwan,
2003). Bahan baku utamanya yaitu gandum didatangkan dari luar negeri, tetapi limbahnya dapat
diperoleh dari pabrik pengolahan gandum menjadi tepung terigu (Yaman, 2010).
Pollard merupakan kulitari gandum yang halus, mempunyai kandungan serat dan protein yang
cukup, biasanya digunakan untuk meningkatkan kandungan serat pada makanan (terutama roti whole
wheat) dan dapat juga dijadikan pakan ternak. Hasil samping penggilingan gandum ini merupakan
sumber protein yang digunakan sebagai pakan ternak (Phang, 2001).
Penggunaan pollard sebagai pakan probiotik dengan cara difermentasi bertujuan
meningkatkan kualitas pollard serta memperpanjang masa simpan pollard. Fermentasi mampu
meningkatkan nilai fungsional pollard dengan mengubah substrat. Cara yang dilakukan yaitu dengan
memanfaatkan zat yang ada dalam starter untuk dikembangkan pada pollard.
Manfaat ukuran partikel dapat diaplikasikan terhadap ternak dan juga teknologi proses
produksi pakan.Agustina (2005) menyatakan bahwa ukuran partikel ransum yang dibutuhkan
oleh ternak tergantung pada umur, jenis,dan ukuran tubuh ternak. Ternak muda dan kecil seperti
ikan dan ayam membutuhkan ukuran partikel bahan yang halus agar mempermudah untuk
mengkonsumsi dan meningkatkan kecernaan pakan. Ukuran partikel rata-rata atau Geometric
Mean Diameter (GMD) yang sesuai untuk pakan ikan 500-1000 μm untuk ukuran mash dan 1500 μm
untuk ukuran pellet (Cremer dan Jian1999) sedangkan GMD unggas 600-900 μm(Addo et al.
2012). GMD yang sesuai dengan kondisi rumen sapi dan domba 200-1200 μm(Martz dan Belyea
1996) sedangkan untuk pakan babi 600-800 μm(MF 2051).
Menurut Dozier (2001) semakin kecil ukuran partikel maka semakin luas
permukaan partikel sehingga dapat meningkatkan proses pematangan dan
gelatinisasi.
Bahan baku dapat dibagi menjadi partikel kasar, sedang dan halus. Secara umum,
partikel kasar memiliki diameter di atas 3mm. Partikel sedang dan halus memiliki
khasiat pelet yang baik, konsumsi energi yang rendah dan abrasi yang lebih sedikit
untuk mesin die and roller. Dibandingkan dengan partikel kasar, partikel sedang dan
halus memiliki area permukaan yang lebih spesifik saat terkena uap selama
masa conditioning. Uap mudah menembus inti partikel kecil dan menyebabkan
perubahan fisik dan kimia, yang kemudian meningkatkan kualitas pellet.
Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1, inti dari partikel sedang dan halus (dua
kubus kecil di sebelah kiri) mudah ditembus oleh uap, tetapi uap tidak dapat
menembus inti partikel kasar (kubus besar di sebelah kanan), sehingga
meninggalkan inti yang kering.
Gambar 1. Penembusan uap ke dalam partikel
yang berbeda
(a)Partikel halus (b)Partikel kasar
Selain itu, bahan baku partikel kasar cenderung lebih mudah retak setelah
proses pelletting (seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2). Material sedang dan
halus memiliki kepadatan yang tinggi dari partikel yang ditekan (seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 3), dan kemampuan yang lebih baik untuk melewati
lubang pencetak partikel pellet atau die (seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4),
dengan abrasi pada lubang die yang lebih sedikit serta output yang lebih tinggi.
Namun, jika bahan dihancurkan terlalu halus, biaya produksi akan meningkat.
Ukuran partikel yang ideal adalah kombinasi yang wajar dari bahan baku kasar,
sedang dan halus. Contohnya seperti produksi pakan ternak dan pellet berdiameter
6mm, distribusi ukuran partikel yang wajar ditunjukkan pada Gambar 5.
Sumber
Yulia, A 2005, KUALITAS FISIK PELLET RANSUM BROILER MENGANDUNG BAHAN
DENGAN UKURAN PARTIKEL YANG BERBEDA PADA PROSES PRODUKSI
BERKESINAMBUNGAN, skripsi
Megawati, 2014, UKURAN PARTIKEL DAN SIFAT FISIK HASIL GILINGAN PRODUK
SAMPING AGROINDUSTRI
https://www.poultryindonesia.com/zheng-chang-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-kualitas-dan-
efisiensi-pellet/