Ulat Sutera
T
dibiarkan tumbuh akan menjadi pohon yang besar dan
anaman Murbei (Morus spp.) merupakan
tingginya bisa mencapai 6 m. Tanaman ini umumnya
faktor penting dalam usaha persuteraan.
bercabang banyak dan mempunyai bentuk daun yang
Jumlah dan kualitas daun murbei
bermacam-macam tergantung jenisnya, ada yang bulat,
mempengaruhi kesehatan ulat, produksi
lonjong, berlekuk bergerigi dan ada pula yang bergelombang.
dan kualitas kokon. Kualitas kokon pada
akhirnya akan menentukan kualitas dan
68 kuantitas benang sutera yang dihasilkan.
Varietas murbei unggul memiliki kemampuan produksi tinggi
dan resisten terhadap kekeringan, hama dan penyakit serta
D
mudah dibudidayakan.
aun murbei dengan nutrisi yang baik
akan meningkatkan daya tahan ulat
terhadap serangan penyakit dan dapat
meningkatkan produksi kokon 20% lebih
banyak.
Sistem rorakan dilakukan dengan membuat lubang memanjang dengan jarak 1m seperti penanaman
tebu sedalam 50cm dan lebar 40cm. Jarak tanam1m x 0,5m atau 1m x 0,4m. Pupuk dasar diperlukan
untuk sistem rorakan sebanyak 20-25ton/ha. Bila pupuk kandang sudah dimasukkan kedalam rorakan
kemudian bibit siap ditanam.
70
Tantangan
Murbei unggul yang dihasilkan belum tahan terhadap serangan hama dan penyakit.
Keterangan
Peneliti : Lincah Andadari, Sugeng Pudjiono, Suwandi dan Tri Rahmawati
Unit Kerja : Pusat Penelitian dan Pengembangan Peningkatan Produktivitas Hutan (Pusprohut)
Surel (E-mail) : a.lincah@yahoo.co.id dan sg_pudjiono@yahoo.co.id
Gambar : Priyo Kusumedi, Lincah Andadari dan Sugeng Pudjiono.
Rincian Informasi : www.forda-mof.org atau litbang.dephut.go.id
Deskripsi
Dalam upaya pengembangan budidaya persuteraan alam
di Indonesia faktor penting yang perlu ditingkatkan mulai
dari aspek hulu (budidaya ulat sutera), aspek produksi
(pemintalan dan penenunan) hingga aspek pemasaran
produk.
Ulat Sutera Unggulan Balitbanghut
Gambar: Tim Sutera Pusprohut Balitbanghut
Faktor yang tak kalah penting dalam keberhasilan budidaya
72 B udidaya persuteraan mempunyai
rangkaian kegiataan cukup panjang,
mulai dari penanaman murbei,
sutera ini adalah kemampuan dan ketrampilan petani,
disamping faktor umur. Faktor umur merupakan satu faktor
penentu, karena biasanya angkatan kerja muda akan lebih
pembibitan ulat sutera, pemeliharaan kreatif dan inovatif. Disamping itu peningkatan produktivitas
ulat sutera, pengolahan kokon, pemintalan budidaya ulat sutera harus terus dilakukan untuk
benang dan penenunan untuk menghasilkan menghasilkan ulat sutera yang berkualitas baik.
kain, sampai dengan pemasaran hasilnya.
Kondisi biofisik lokasi juga berpengaruh dalam budidaya ulat
sutera, terutama suhu, kelembaban nisbi, kualitas udara,
aliran udara dan cahaya. Menurut Syamsijah dan Lincah
(1992), kondisi yang ideal untuk budidaya ulat sutera berkisar
antara suhu 20⁰C – 23⁰C dengan kelembaban berkisar antara
70-85%, sedangkan budidaya ulat sutera cocok dilakukan
pada ketinggian berkisar 300 - 800m dpl.
2. Pemeliharaan ulat sutera, dibagi menjadi 2 yaitu pemeliharaan ulat kecil dan pemeliharaan ulat
besar
Penentuan umur ulat dalam pertumbuhannya tidak dihitung dengan bilangan hari, namun dengan
istilah tingkat atau instar. Hal ini disebabkan karena perbedaan iklim dan umur ulat.
a) Pemeliharaan ulat kecil
b) Pemeliharaan ulat besar
Keberhasilan pemeliharaan ulat dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain kualitas dan
kuantitas daun murbei, jenis bibit dan teknik pemeliharaan. Faktor tersebut sangat
diperlukan agar pemeliharaan ulat sutera
dapat menghasilkan kokon yang banyak
73
dan mutu yang baik.
3. Proses Pengokonan
Untuk mendapatkan hasil yang baik dan
menggembirakan, pekerjaan pengokonan
ini harus dilakukan dengan sungguh-
sungguh serta membutuhkan banyak waktu
dan tenaga. Tanda ulat akan mengokon,
antara lain nafsu makan ulat berkurang dan
kepalanya bergerak mencari pegangan untuk
mulai membuat kokon; tubuh ulat transparan
74
Tantangan
Budidaya ulat sutera saat ini pengusahaannya belum sampai pada fase optimal karena belum
menghasilkan output yang maksimal. Kendalanya adalah belum dilakukan proses produksi 75
dalam kapasitas yang memenuhi BEP (Break Event Point), sehingga perlu dilakukan penambahan
input produksi dan upaya teknis untuk meningkatkan efisiensi proses produksi dan menambah
produktivitas usaha.
Keterangan
Penyusun : Lincah Andadari, Sugeng Pudjiono, Suwandi, Tri Rahmawati, Nurhaedah M dan Achmad Rizal H.
Bisjoe
Unit Kerja : Pusat Penelitian dan Pengembangan Peningkatan Produktivitas Hutan (Pusprohut)
Surel (E-mail) : a.lincah@yahoo.co.id dan sg_pudjiono@yahoo.co.id
Gambar : Koleksi Lincah Andadari dan Sugeng Pudjiono.
Rincian Informasi : www.forda-mof.org atau litbang.dephut.go.id
Deskripsi
Hibridisasi adalah persilangan dua individu yang mempunyai
sifat berbeda. Dari proses hibridisasi diperoleh individu baru
yang disebut hybrid, pada umumnya mempunyai sifat ciri
yang merupakan campuran antara induk jantan dan induk
betinanya.
Uji Mult i Lokasi Tanaman Murbei SULI-01
di Sukabumi Jawa Barat
Gambar: Koleksi Sugeng Pudjiono Dari perpaduan dua sifat
76 ciri induk tersebut dapat
78
Tantangan
Diperlukan pengembangan dan sistem distribusi jenis Murbei SULI-01 untuk memenuhi kebutuhan bibit
murbei unggul yang mempunyai produktivitas sangat tinggi.
Keterangan
Peneliti : Sugeng Pudjiono dan Lincah Andadari
Unit Kerja : Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan (BBPBPTH) Yogyakarta
Surel (E-mail) : sg_pudjiono@yahoo.co.id
Gambar : Lincah Andadari dan Sugeng Pudjiono
Rincian Informasi : www.forda-mof.org atau litbang.dephut.go.id
Buku Seri Iptek V Kehutanan
23 Penanganan Kokon
Deskripsi
Setelah instar berlangsung sekitar 1 minggu, nafsu makan
ulat akan berkurang dan hanya makan sedikit. Tubuh
akan menjadi transparan karena volume kelenjar sutera
Kokon Ulat Sutera
meningkat mengisi sebagian besar tubuh dan mengecil.
Gambar: Lincah Andadari dan Sugeng Pudjiono
Tanda-tanda ulat matang apabila tubuh ulat pendek
Tantangan
Usaha tani persuteraan alam merupakan salah satu dari berbagai jenis usaha/bisnis di bidang pertanian,
produk yang dihasilkan adalah kokon sutera sebagai bahan baku industri yang merupakan komoditi
perdagangan internasional.
Kebutuhan benang sutera di dalam negeri mencapai 900 ton/tahun, sedangkan produksi pada tahun 2012
hanya mencapai 19,05 ton/tahun, dengan asumsi 1 kg benang dibutuhkan 8 - 10 kg kokon.
Dalam perdagangan kokon, penentuan harga didasarkan kepada kualitas kokon yang meliputi bobot
kokon, rasio kulit kokon dan rasio kokon cacat. Tingkat perkembangan yang telah dicapai saat ini perlu
terus ditingkatkan dan disempurnakan di masa-masa yang akan datang.
82
83
Gambar (A) Ulat Sutera Hibrid Harapan (B) Rumah Pembibitan Ulat Sutera di Tasikmalaya
Gambar: Tim Sutera Pusprohut
Keterangan
Peneliti : Lincah Andadari
Unit Kerja : Pusat Penelitian dan Pengembangan Peningkatan Produktivitas (Pusprohut)
Surel (E-mail) : a.lincah@yahoo.co.id
Gambar : Tim Sutera Pusprohut, Lincah Andadari dan Sugeng Pudjiono
Rincian Informasi : www.forda-mof.org atau litbang.dephut.go.id
Deskripsi
Perkembangan tuntutan kebutuhan pasar dalam negeri
memerlukan kokon yang berkualitas tinggi. Segmentasi
harga kokon didasarkan atas kualitas kokon, dimana
transaksi jual beli tidak lagi dilakukan secara borongan tetapi
terhadap kokon segar yang berkualitas tinggi dibeli dengan
Kokon Ulat Sutera dan Benang Sutera yang Dihasilkan
Gambar: Lincah Andadari dan Sugeng Pudjiono harga yang lebih mahal.
Pembinaan, pemberdayaan ekonomi rakyat di sektor persuteraan alam telah dikukuhkan dengan
dikeluarkannya Peraturan Bersama 3 Menteri, yaitu Menteri Kehutanan, Menteri Perindustrian
dan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah nomor P. 47/MenhutII/2006,
nomor 29/M-IND/PER/6/2006 dan nomor 07/PER/M.KUM/VI/2006 tanggal 12 Juni 2006 tentang
Pembinaan dan Perkembangan Persuteraan Alam Nasional dengan Pendekatan Klaster. 85
B. Kelemahan :
Rendahnya produksi persuteraan alam di Indonesia menyebabkan
kegiatan persuteraan alam belum bisa dirasakan manfaatnya oleh
masyarakat. Hal ini disebabkan antara lain:
1. Pemeliharaan tanaman murbei belum dilakukan dengan baik
2. Ketrampilan dan teknologi pemeliharaan ulat sutera belum
standar
3. Permodalan yang masih sangat terbatas
4. Kegiatan budidaya ulat sutera sifatnya masih sambilan (belum
mendapat perhatian yang serius)
5. Pemasaran, kurang usaha promosi dan mutu produk masih
rendah menyebabkan kurang keberanian menembus pasar luar
negeri, disamping harga yang tidak dapat bersaing. Manfaat Persuteraaan Alam
Gambar: Lincah Andadari dan Sugeng Pudjiono
Tantangan
• Usaha pengembangan persuteraan alam di Indonesia saat ini belum berkembang sesuai dengan yang
diharapkan, oleh karena itu diperlukan keterpaduan antara indutri hulu dan hilir selain pengembangan
persuteraan alam yang lebih mendalam agar produksi dan kualitas per satuan luasnya lebih meningkat
dan didapat hasil yang optimal.
• Peluang industri dan pemasaran produk sutera yang tidak segera diantisipasi, akan meningkatkan
impor spun-silk maupun barang-barang jadi, sehingga mengakibatkan akan semakin tidak dikenalnya
sutera Indonesia di pasar dunia dan peluang yang ada akan diambil alih oleh negara-negara yang
mempunyai sumberdaya setara Indonesia.
• Usaha persuteraan alam juga diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam perekonomian
nasional, karena Indonesia memiliki peluang yang sangat besar untuk mengembangkan 87
persuteraan alam, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik maupun untuk memenuhi
pasar global, untuk itu peran serta Kementerian Kehutanan, Kementerian Perindustrian, dan
Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, para pemangku kepentingan
selaku instansi pembina serta para pemilik modal sangat diperlukan agar keberlangsungan usaha
persuteraan alam dapat terus ditingkatkan.
Keterangan
Peneliti : Lincah Andadari
Unit Kerja : Pusat Penelitian dan Pengembangan Peningkatan Produktivitas (Pusprohut)
Surel (E-mail) : a.lincah@yahoo.co.id
Gambar : Lincah Andadari
Rincian Informasi : www.forda-mof.org atau litbang.dephut.go.id