Anda di halaman 1dari 12

SITUS MAKAM GARUSELA KECAMATAN CISAGA KABUPATEN CIAMIS

(Suatu Tinjauan Sejarah tentang Hubungan Garusela dengan Sumedang


dalam Penyebaran Agama Islam Abad ke-17)

Oleh:
Agus Gunawan 1
Rika Septiani 2

ABSTRAK
Hasil penelitian menunjukkan : 1) Makam Eyang Kyai Haji Putih merupakan makam leluhur
Dusun Cisaga Kolot yang berasal dari Sumedang dan termasuk keturunan Prabu Geusan Ulun serta
Prabu Geusan Ulun merupakan penguasa Kerajaan Sumedang Larang sekitar tahun 1578 M. Sehingga
makam tersebut dikeramatkan di Dusun Cisaga Kolot Desa Mekarmukti Kecamatan Cisaga Kabupaten
Ciamis. 2) Makam Eyang Kyai Haji Putih lebih terkenal dengan sebutan Makam Keramat Garusela
karena dalam keseharian Kyai Haji Putih, selain menyebarkan agama Islam, dia juga membuat sela
sebagai perlengkapan untuk menunggang kuda. Keterampilannya dalam membuat sela dia dapatkan
ketika masih di Sumedang. 3) Susuhunan Geusan Ulun atau yang lebih dikenal dengan nama Kyai Haji
Putih juga mendapat kepercayaan dari Kerajaan Sumedang Larang untuk mengislamkan daerah
Kerajaan Galuh, khususnya di wilayah Cisaga. Berbeda dengan para pendahulunya yang menyebarkan
agama Islam dengan cara berdagang, menjadi pekerja/pelayan atau pernikahan, Kyai Haji Putih
menyebarkan agama Islam dengan perilaku dalam kesehariannya. 4) Proses penyebaran agama Islam
yang dilakukan oleh Kyai Haji Putih yang berjalan damai dan menggunakan metode yang halus, yaitu
menggabungkan budaya yang lama dengan nilai-nilai Islam, menjadikan nilai-nilai Islam ini dapat
dengan mudah diserap dan diterima dengan baik oleh masyarakat Dusun Cisaga Kolot. Refleksi dan
cara penyampaian yang dilakukan Kyai Haji Putih adalah mengaktualisasikan ajaran agama Islam
dengan kehidupan sehari-hari, cara penyampaian yang mudah diterima dan kedekatan Kyai Haji Putih
dengan masyarakat Dusun Cisaga Kolot menjadikan poin penting dalam keberhasilan Kyai Haji Putih
dalam menyebarkan agama Islam.

Kata Kunci: Makam Garusela dan Penyebaran Agama Islam

ABSTRACT
The results showed: 1) The tomb Grandmother Kyai Haji Putih an ancestral graves Hamlet
Cisaga Conservative derived from Sumedang and the descendants of King Geusan King Geusan Ulun
Ulun and the ruler of the kingdom of Sumedang Disallow around 1578 AD So the sacred tomb in Hamlet
Cisaga Conservative Village Mekarmukti Cisaga District of Ciamis regency. 2) The tomb Grandmother
Kyai Haji Putih better known as the Tomb of Sacred Garusela because in everyday Kyai Haji Putih, in
addition to spreading Islam, he also makes the sidelines as equipment for horse riding. His skill in
making interrupted him get while still in Sumedang. 3) His Majesty Geusan Ulun or better known by the
name of Kyai Haji White also won the trust of the kingdom of Sumedang Disallow to Islamize the region
Galuh Kingdom, especially in the area Cisaga. Unlike his predecessors who spread Islam by way of
trade, labor / waitress or marriage, Kyai Haji Putih spread Islam by the behavior in daily life. 4) The
process of the spread of Islam made by Kyai Haji White peaceful and methods are subtle, which
combines the old culture with the values of Islam, making the values of Islam can be easily absorbed
and well received by the people of Dusun Cisaga conservative. Reflection and methods of delivery are
performed Kyai Haji Putih is to actualize the teachings of Islam in daily life, the way that is easily
accepted and proximity Kyai Haji Putih community Cisaga Conservative Hamlet makes an important
point in the success of Kyai Haji Putih in spreading Islam.

Kata Kunci: Garusela tomb and the spread of Islam

Jurnal Artefak Vol. 2 No. 1 – Maret 2014 [ISSN: 2355-5726]


Hlm: 33 - 44
1 Dosen Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Galuh Ciamis
2 Mahasiswa Pendidikan Sejarah

Halaman | 33
PENDAHULUAN 5) Situs masa revolusi kemerdekaan; antara
lain berupa tempat-tempat pertempuran
Peninggalan sejarah merupakan tempat- bersejarah serta monumen perjuangan yang
tempat yang diperoleh melalui hasil penelitian telah dibangun misalnya; di desa Cirikip
dan penemuan masyarakat. Peninggalan sejarah Kecamatan Panawangan.
sangat berguna untuk menambah wawasan dan 6) Naskah-naskah Kuno, baik naskah sastra
pengetahuan masyarakat. Dari peninggalan sejarah dan keagamaan, pendidikan dan
sejarah ini pula dapat dijadikan sebagai tempat naskah lain yang tertulis dalam berbagai
pembuktian bahwa telah ada kehidupan di masa jenis seperti lontar, kulit kayu, daluang
lampau yang membuktikan bahwa kehidupan maupun kertas, serta ditulis dengan
manusia dari abad ke abad mengalami menggunakan berbagai huruf seperti huruf
perubahan. sunda kuno, sunda cacarakan, arab pegon,
Kabupaten Ciamis merupakan salah satu maupun latin seperti tersebar di pondok-
kabupaten di Provinsi Jawa Barat yang memiliki pondok pesantren maupun di kalangan
banyak peninggalan sejarah, baik berupa tulisan, masyarakat.
bangunan, benda-benda maupun karya seni 7) Benda-benda perkakas perang, alat-alat
lainnya. Menurut Dadan Wildan yang dikutip kesenian, senjata dan lain sebagainya yang
oleh Juniar Nur Priatna (2010: 1) Kabupaten tersimpan di masyarakat maupun yang
Ciamis memiliki peninggalan arkeologis, sudah tersimpan di tempat-tempat
sejarah, dan kepurbakalaan dari berbagai masa, penyimpanan khusus, seperti bumi alit
antara lain : (sebuah bangunan kecil tempat
1) Situs Purbakala: antara lain tempat di mana penyimpanan benda-benda peninggalan
ditemukannya fosil-fosil purbakala berupa purbakala) di Kecamatan Panjalu.
fosil binatang dan tumbuh-tumbuhan di 8) Tradisi masyarakat, antara lain tradisi
Kecamatan Rancah Kabupaten Ciamis. masyarakat di Kampung Kuta di
Kemudian Situs Sanghyang Bedil, Kecamatan Rancah, dan tradisi nyangku di
Penyandaan, Batu Anjing dan Situs Lingga Kecamatan Panjalu.
dan Situs Punden Berundak di Kecamatan
Kawali. Peninggalan-peninggalan sejarah tersebut
2) Situs masa Hindu-Budha: antara lain situs mampu tumbuh lestari dan berkembang sampai
prasasti Kawali lengkap dengan situs saat ini dikarenakan situs purbakala merupakan
kerajaan Galuh di Kecamatan Pamarican, warisan budaya yang harus tetap dijaga
serta situs sekitar pesisir pantai keberadaannya. Menurut Undang-undang Benda
Pangandaran. Cagar Budaya (BCB), situs adalah suatu tempat
3) Situs masa pertumbuhan dan yang diduga mengandung sejarah. Oleh sebab
perkembangan agama Islam: antara lain itu, keutuhannya harus tetap terjaga dan
berbagai jenis arsitektur mesjid dan terpelihara, karena disamping sebagai khasanah
makam-makam para ulama-ulama penyebar ilmu pengetahuan yang berharga, juga
agama Islam di beberapa Kecamatan dan merupakan peninggalan budaya masa lampau
Kabupaten Ciamis, serta berbagai naskah yang dianggap mewakili zamannya. Begitu juga
kuno Islam yang tersebar di pesantren- halnya yang terjadi di Dusun Cisaga Kolot Desa
pesantren dan kalangan masyarakat. Mekarmukti Kecamatan Cisaga Kabupaten
4) Situs masa Kolonial Belanda: antara lain Ciamis, dimana di lokasi tersebut ada sebuah
beberapa peninggalan zaman Kolonial Situs Makam Keramat Garusela.
Belanda (juga zaman pemerintahan Jepang) Adapun berdasarkan cerita turun temurun
seperti : benteng dan gua-gua pertahanan di yang beredar di masyarakat, makam tersebut
pesisir pantai Pangandaran Kecamatan disebut keramat karena dianggap sangat berjasa
Pangandaran; bangunan-bangunan yang dan merupakan orang pertama yang
berarsitektur kolonial seperti pendopo mengembangkan agama Islam di daerah
kecamatan, bangunan rumah, stasiun kereta tersebut. Dia juga dianggap sebagai leluhur dari
api, sekolah-sekolah dan jenis-jenis masyarakat Dusun Cisaga Kolot, sehingga
arsitektur lain yang dibangun pada masa setelah meninggal dunia tetap saja dikenang dan
kolonial. ditokohkan.

Halaman | 34
SITUS MAKAM GARUSELA KECAMATAN CISAGA KABUPATEN CIAMIS
(Suatu Tinjauan Sejarah tentang Hubungan Garusela dengan Sumedang
dalam Penyebaran Agama Islam Abad ke-17)
Agus Gunawan & Rika Septian

Interpretasi atau penafsiran sering disebut


METODE PENELITIAN sebagai biang subjektivitas. Itu sebagian benar,
tetapi sebagian salah. Benar, karena tanpa
Metode penelitian adalah suatu teknik penafsiran sejarawan, data tidak bisa berbicara.
atau cara kerja dalam penyampaian materi yang Sejarawan yang jujur akan mencantumkan data
berguna untuk mencapai tujuan. Penelitian ini dan keterangan dari mana data itu diperoleh.
menggunakan penelitian sejarah. Menurut Orang lain dapat melihat kembali dan
Kuntowijoyo dalam bukunya Pengantar Ilmu menafsirkan ulang. Itulah sebabnya,
Sejarah, membagi langkah-langkah penelitian subjektivitas penulisan sejarah diakui, tetapi
sejarah ke dalam lima tahapan, yaitu: 1) untuk dihindari. Interpretasi itu ada dua macam,
pemilihan topik, (2) pengumpulan sumber, (3) yaitu analisis dan sintesis. Analisis berarti
verifikasi (kritik sejarah, keabsahan sumber), (4) menguraikan. Kadang-kadang sebuah sumber
interpretasi: analisis dan sintesis, dan (5) mengandung beberapa kemungkinan. Analisis
penulisan. berarti menguraikan. Misalnya, kita membaca
Dalam pemilihan topik penelitian, disitu ada petani bertanah, pedagang, pegawai
sebaiknya berdasarkan: (1) kedekatan emosional negeri, petani tak bertanah, orang swasta, guru,
dan (2) kedekatan intelektual. Kedekatan tukang, mandor, kita dapat menyimpulkan
emosional maksudnya adalah bahwa topik yang bahwa ormas itu terbuka untuk semua orang.
dipilih dalam melakukan penelitian adalah topik Jadi bukan khusus petani bertanah, tetapi juga
yang disenangi. Sedangkan yang dimaksud untuk petani tak bertanah, pedagang, pegawai
dengan kedekatan intelektual adalah telah negeri, dan sebagainya. Setelah analisis itu kita
menguasai topik yang dipilih, kalaupun belum temukan fakta bahwa pada tahun itu ormas
menguasainya maka harus membaca literatur tertentu bersifat terbuka berdasarkan data yang
yang berkaitan dengan topik yang dipilih. Dua kita peroleh dan kita cantumkan. Sintesis berarti
syarat tersebut, subjektif dan objektif, sangat menyatukan. Setelah ada data tentang
penting karena orang hanya akan bekerja dengan pertempuran, rapat-rapat, mobilisasi massa,
baik kalau dia senang dan mampu. pergantian pejabat, pembunuhan, orang-orang
Sumber (sumber sejarah disebut jugs data mengungsi, penurunan dan pengibaran bendera,
sejarah; data –dari bahasa Inggris datum [bentuk ditemukan fakta bahwa telah terjadi revolusi.
tunggal] atau data [bentuk jamak]; bahasa Latin Jadi, revolusi adalah hasil interpretasi setelah
datum berarti “pemberian”) yang dikumpulkan data-data dikelompokkan menjadi satu.
harus sesuai dengan jenis sejarah yang akan Dalam penulisan sejarah aspek kronologi
ditulis. Sumber sejarah menurut Kuntowijoyo sangat penting. Penyajian penelitian dalam
yaitu: (1) dokumen tertulis, (2) artifact, (3) bentuk tulisan mempunyai tiga bagian: (1)
sumber lisan, dan (4) sumber kuantitatif. Selain Pengantar, (2) Hasil Penelitian, dan (3)
itu, ia juga membagi sumber sejarah berdasarkan Simpulan.
urutan penyampaiannya yang terdiri dari sumber Berdasarkan uraian diatas dapat
primer dan sumber sekunder. Sumber sejarah disimpulkan bahwa metode penelitian adalah
disebut primer bila disampaikan oleh saksi mata. cara untuk memperoleh pengetahuan atau
Misalnya, catatan rapat, daftar anggota memecahkan masalah dengan teknik serta alat-
organisasi, dan arsip-arsip laporan seorang alat tertentu, sehingga menghasilkan suatu
asisten residen abad ke-19. Sedangkan sumber pengetahuan yang ilmiah.
sekunder dalam ilmu sejarah ialah yang Dalam penelitian ini penulis
disampaikan yang bukan saksi mata. Misalnya, menggunakan langkah-langkah metode historis
kebanyakan buku hanya mengandung sumber atau metode sejarah. Sebagaimana yang
sekunder. dikemukakan oleh Nugroho Notosusanto yang
Setelah mengetahui secara persis topik dikutip oleh Erdis Rusmayadi (2012: 28),
dan sumber sudah dikumpulkan, maka tahap Metode historis atau metode sejarah merupakan
berikutnya adalah verifikasi, atau kritik sejarah, proses kerja untuk menuliskan kisah-kisah masa
atau keabsahan sumber. Verifikasi itu ada dua lampau berdasarkan jejak-jejak yang
macam: autentisitas, atau keaslian sumber atau ditinggalkan dengan langkah-langkah: (1)
kritik ekstern, dan kredibilitas, atau kebiasaan heuristik (menemukan), (2) kritik sumber, (3)
dipercayai atau kritik intern. interpretasi, dan (4) historiografi.

Halaman | 35
1. Heuristik (Menemukan) yang kita butuhkan. Karena itu,
Tahapan pertama yaitu mencari dan penulisan sumber-sumber sejarah
mengumpulkan sumber yang berhubungan mempunyai dua segi ekstern dan intern.
dengan topik yang akan dibahas.
Mengumpulkan sumber yang diperlukan Kritik ekstern atau kritik luar
dalam penulisan ini merupakan pekerjaan dilakukan untuk meneliti keaslian sumber,
pokok yang dapat dikatakan gampang- apakah sumber tersebut valid, asli atau bukan
gampang susah, sehingga diperlukan tiruan. Sumber tersebut utuh, dalam arti
kesabaran dari penulis. Menurut Notosusanto bulum berubah, baik bentuk maupun isinya.
(1971: 18) Heuristik berasal dari bahasa Kritik ekstern hanya dapat dilakukan pada
Yunani Heuriskein artinya sama dengan to sumber yang menjadi bahan rujukan penulis.
find yang berarti tidak hanya menemukan, Disamping itu penulisan ini juga didasarkan
tetapi mencari dahulu. Pada tahap ini, pada latar belakang pengarang dan waktu
kegiatan diarahkan pada penjajakan, penulisan. Kritik intern atau kritik dalam,
pencarian, dan pengumpulan sumber-sumber dilakukan untuk menyelidiki sumber yang
yang akan diteliti, baik yang terdapat dilokasi berkaitan dengan sumber masalah penelitian.
penelitian, temuan benda maupun sumber Tahapan ini menjadi ukuran sejauh mana
lisan. objektifitas penulis dalam mengelaborasi
2. Kritik Sumber segenap data atau sumber yang telah
Pada tahap ini, sumber yang telah diperolehnya, dan tentunya mengedepankan
dikumpulkan pada kegiatan heuristik yang prioritas.
berupa; buku-buku yang relevan dengan Setelah menetapkan semua teks
pembahasan yang terkait, maupun hasil autentik, serta referensi pengarang, maka
temuan dilapangan tentang bukti-bukti penulis akan menetapkan apakah keaslian itu
dilapangan tentang pembahasan. Setelah kredibel dan sejauh mana hal tersebut
bukti itu atau data itu ditemukan maka mempengaruhi objek kajian. Pada tahapan ini
dilakukan penyaringan atau penyeleksian pula kita dapat keabsahan suatu sumber yang
dengan mengacu pada prosedur yang ada, kemudian akan dikomparasikan sumber satu
yakni sumber yang faktual dan orisinilnya dengan sumber yang lainnya, tentunya
terjamin. dengan masalah yang sama.
Tahapan kritik ini tentu saja memiliki 3. Interpretasi
tujuan tertentu dalam pelaksanaannya. Salah Setelah melalui tahapan kritik sumber,
satu tujuan yan dapat diperoleh dalam kemudian dilakukan interpretasi atau
tahapan kritik ini adalah otentitas penafsiran terhadap fakta sejarah yang
(authenticity). Menurut Lucey (1984: 47) diperoleh dari arsip, buku-buku yang relevan
dalam Sjamsuddin (2007: 134) dinyatakan dengan pembahasan, maupun hasil penelitian
bahwa: langsung dilapangan. Pada tahap analisis,
Sebuah sumber sejarah (catatan harian, peneliti menguraikan sedetail mungkin fakta
surat, buku) adalah otentik atau asli jika itu (mantifact, socifact, dan artifact) dari
benar-benar produk dari orang yang dianggap berbagai sumber atau data sehingga unsur-
sebagai pemiliknya (atau dari periode yang unsur terkecil dalam fakta tersebut
dipercayai sebagai masanya jika tidak menampakan koherensinya. Penafsiran
mungkin menandai pengarangnya) atau jika dalam metode sejarah menimbulkan
itu yang dimaksudkan oleh pengarangnya. subjektivitas sejarah, yang sangat sukar
Kritik sebagai tahapan yang juga dihindari, karena ditafsirkan oleh sejarawan
sangat penting terbagi dua, yakni intern dan (subjek) sedangkan yang objektif adalah
ekstern. Notosusanto (1971: 20) menegaskan faktanya.
hal ini: Notosusanto (1978: 13-16)
Setiap sumber menpunyai aspek intern menyatakan bahwa subjektivitas dalam
dan aspek ekstern. Aspek eksternnya sejarah ada empat, yaitu (1) sikap berat
bersangkutan dengan apakah sumber iu sebelah pribadi (personal bias), (2) group
memang sumber, artinya sumber sejati prejudice (prasangka kelompok), (3) teori-
yan dibutuhkan. Aspek internnya teori interpretasi sejarah yang bertentangan,
bertalian dengan persoalan apakah dan (4) konflik-konflik filsafat,
sumber itu dapat memberikan informasi

Halaman | 36
SITUS MAKAM GARUSELA KECAMATAN CISAGA KABUPATEN CIAMIS
(Suatu Tinjauan Sejarah tentang Hubungan Garusela dengan Sumedang
dalam Penyebaran Agama Islam Abad ke-17)
Agus Gunawan & Rika Septian

Pada tahap sintesis, peneliti kepada leluhur-leluhur atau tokoh-tokoh pemuka


mengaitkan dan menyatukan fakta-fakta dusun.
sehingga interaksi antarunsur akan Makam Eyang Kyai Haji Putih lebih
membentuk makna keseluruhan yang utuh terkenal dengan sebutan Makam Keramat
dan bulat (Hegel, 2002 : 20-39). Garusela karena dalam keseharian Kyai Haji
4. Historiografi Putih, selain menyebarkan agama Islam, dia juga
Historiografi atau penulisan sejarah membuat sela sebagai perlengkapan untuk
merupakan tahapan akhir dari seluruh menunggang kuda. Keterampilannya dalam
rangkaian dari metode historis. Tahapan membuat sela dia dapatkan ketika masih di
heuristik, kritik sumber, serta interpretasi, Sumedang. Pada waktu itu, Kerajaan Sumedang
kemudian dielaborasi sehingga menghasilkan Larang telah dipengaruhi oleh Kesultanan
sebuah historiografi. Mataram. Sehingga telah mengenal kuda sebagai
Dengan menempuh keempat langkah alat transportasi serta perlengkapannya (hasil
diatas, dapat dipastikan akan diperoleh hasil wawancara dengan Ibu Zuariyah pada tanggal 28
penelitian yang diharapkan. Tentunya Maret 2015).
langkah demi langkah harus dikuasai benar Menurut sejarahnya (historisnya), nama
agar tidak terjadi kekeliruan yang tidak pemakaman tersebut bukanlah Garusela
diharapkan sehingga berakibat pada kurang melainkan Gurusela. Gurusela tersebut
tercapainya tujuan penelitian ini. mempunyai makna historis yang sangat tinggi
untuk masyarakat Dusun Cisaga Kolot.
PEMBAHASAN Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Guru berarti orang yang pekerjaannya (mata
Asal Usul Situs Makam Garusela pencahariannya, profesinya) mengajar dan Sela
adalah tempat (ruang) diantara dua benda
Makam Eyang Kyai Haji Putih (barang). Berdasarkan uraian diatas dapat
merupakan makam leluhur Dusun Cisaga Kolot disimpulkan bahwa Gurusela adalah orang yang
yang berasal dari Sumedang dan termasuk pekerjaannya membuat sela, benda yang
keturunan Prabu Geusan Ulun serta Prabu berfungsi sebagai tempat duduk untuk
Geusan Ulun merupakan penguasa Kerajaan menunggangi kuda (hasil wawancara dengan Ibu
Sumedang Larang sekitar tahun 1578 M (hasil Wiwi pada tanggal 28 Maret 2015).
wawancara dengan Bapak Asikin pada tanggal Kecintaan dan rasa hormat yang sangat
08 Februari 2015). Sehingga makam tersebut tinggi dilakukan masyarakat Dusun Cisaga
dikeramatkan di Dusun Cisaga Kolot Desa Kolot kepada leluhur mereka yaitu Eyang Kyai
Mekarmukti Kecamatan Cisaga Kabupaten Haji Putih. Rasa terima kasih yang ditunjukan
Ciamis. masyarakat Dusun Cisaga Kolot kepada Eyang
Dia merupakan orang pertama yang Kyai Haji Putih, yaitu diaplikasikan dengan
masuk Islam dan pergi ke Mekkah untuk berziarah ke keramat pada bulan-bulan tertentu,
memperdalam ilmunya serta menyebarkan seperti sebelum menyambut bulan suci
agama Islam di Dusun Cisaga Kolot (hasil Ramadhan ataupun pada bulan Syawal dan
wawancara dengan Bapak Asikin pada tanggal setiap hari Jum’at khususnya Jum’at keliwon,
08 Februari 2015). Dengan perjuangannya bahkan pada hari-hari biasa pun tetap ada yang
tersebut, muncullah suatu ajaran agama atau datang untuk berziarah ataupun hanya sekedar
kepercayaan yang bisa dirasakan oleh berkunjung.
masyarakat Dusun Cisaga Kolot sampai Para peziarah yang datang mengunjungi
sekarang. Bentuk rasa terima kasih masyarakat makam Eyang Kyai Haji Putih bukan hanya
terhadap Eyang Kyai Haji Putih terlihat sampai berasal dari masyarakat sekitar Desa
sekarang dengan adanya suatu pemakaman Mekarmukti saja, melainkan dari berbagai
keramat yang dinamakan “Makam Keramat daerah, kota, dan bahkan ada yang berasal dari
Eyang Kyai Haji Putih Susuhunan Geusan Ulun” luar Pulau Jawa. Tidak hanya dari kalangan
atau lebih dikenal dengan nama “Makam masyarakat biasa saja, melainkan juga dari
Keramat Garusela”. Keberadaan keramat kalangan pejabat-pejabat pemerintah. Adapun
tersebut di Dusun Cisaga Kolot sebenarnya hal-hal yang dilakukan mereka adalah
merupakan bentuk penghormatan terakhir membacakan do’a atau sebutan dalam bahasa

Halaman | 37
setempat Tawashulan yang berarti Bapak Ayat, Bapak Umir, Bapak Abthobi dan
mempersembahkan, menghadiahkan do’a Bapak Mad pada tanggal 21 Februari 2015).
kepada arwah leluhur dengan tujuan amal
ibadahnya di terima di sisi Allah SWT (hasil Hubungan Garusela dengan Sumedang
wawancara dengan Bapak Ayat pada tanggal 21
Februari 2015). Prabu Guru Aji Putih merupakan putra
Hal yang serupa juga dilakukan dalam Ratu Komara keturunan Wretikandayu (Galuh).
ajaran agama manapun, ketika orang yang Prabu Guru Aji Putih menikah dengan Dewi
dianggap suci atau dapat mengadakan sesuatu Nawang Wulan (Ratna Inten), kemudian
diluar kemampuan manusia biasa oleh berputra: sulung bernama Batara Kusuma atau
masyarakat tersebut makamnya akan di Batara Tuntang Buana yang dikenal juga sebagai
keramatkan oleh masyarakat. Di Islam seperti Prabu Tajimalela, kedua Sakawayana alias Aji
halnya makam nabi-nabi, para wali, begitu Saka, ketiga Haris Darma dan yang terakhir
halnya di agama lain pasti mereka akan Jagat Buana yang dikenal Langlang Buana.
mendapatkan penghormatan terakhir berupa Dikisahkan secara turun-temurun melalui
keistimewaan di makamnya dalam arti lain cerita lisan atau pantun dalam masyarakat
berbeda dengan makam-makam orang biasa. tradisional Sunda. Demikian pula tentang Prabu
Susuhunan Geusan Ulun atau yang lebih Guru Aji Putih, didalam kisah tradisional
dikenal dengan nama Kyai Haji Putih juga masyarakat Sunda, terutama yang hidup di tatar
mendapat kepercayaan dari Kerajaan Sumedang Parahyangan sangat meyakini bahwa cikal bakal
Larang untuk mengislamkan daerah Kerajaan berdirinya Sumedang Larang tidak dapat
Galuh, khususnya di wilayah Cisaga. Berbeda terlepas dari kerajaan sebelumnya, yakni
dengan para pendahulunya yang menyebarkan Tembong Agung yang didirikan Prabu Guru Aji
agama Islam dengan cara berdagang, menjadi Putih.
pekerja/pelayan atau pernikahan, Kyai Haji Menurut catatan Pemda Sumedang:
Putih menyebarkan agama Islam dengan “Berdasarkan catatan sejarah yang ada,
perilaku dalam kesehariannya (hasil wawancara sebelum menjadi Kabupaten Sumedang
dengan Bapak Asikin pada tanggal 08 Februari seperti sekarang ini, telah terjadi beberapa
2015). peristiwa penting diantaranya: (1) Pada
Dari berbagai narasumber menyebutkan mulanya Kabupaten Sumedang adalah
bahwa Eyang Kyai Haji Putih adalah seorang sebuah kerajaan bernama Kerajaan
leluhur yang memiliki ilmu yang tinggi dan Tembong Agung dengan rajanya bernama
memiliki kekuatan magis yang luar biasa. Prabu Galuh Haji Aji Putih (Aji Purwa
Menurut cerita masyarakat sekitar Dusun Cisaga Sumedang), (2) Pada masa pemerintahan
Kolot, bahwa disekitar lokasi makam Eyang Prabu Tuntang Buana yang juga dikenal
Kyai Haji Putih dilindungi dengan kekuatan dengan sebutan Prabu Tajimalela, Kerajaan
magis yang dimiliki oleh Eyang Kyai Haji Putih, Tembong Agung berubah nama menjadi
terbukti pada masa Pemerintahan Kolonial kerajaan Sumedang Larang”.
Belanda, barang siapa yang bersembunyi (http://www.sumedang.go.id – Pemda
disekitar lokasi makam Eyang Kyai Haji Putih Sumedang, 17 Mei 2010).
tidak akan terlihat oleh bangsa penjajah tersebut.
Maka banyak orang-orang pribumi yang Didalam versi lain dijelaskan tentang
bersembunyi disekitar makam tersebut dan masalah ini, bahwa: “Kerajaan Sumedang
menjadikan daerah tersebut sebagai markas Larang berasal dari pecahan kerajaan Sunda-
karena dianggap daerah yang aman. Menurut Galuh yang beragama Hindu, yang didirikan
penglihatan para penjajah yaitu bangsa Belanda, oleh Prabu Aji Putih atas perintah Prabu
daerah sekitar makam tersebut adalah hutan Suryadewata sebelum Keraton Galuh
rimba yang tidak berpenghuni jadi ketika dipindahkan ke Padjajaran, Bogor. Seiring
melakukan patroli daerah tersebut sengaja dengan perubahan zaman dan kepemimpinan,
dilewati karena mereka yakin didaerah sekitar nama Sumedang mengalami beberapa
makam tidak ada siapapun. Namun perubahan. Yang pertama yaitu Kerajaan
kenyataannya sebaliknya, justru masyarakat Tembong Agung (Tembong artinya nampak dan
pribumi banyak yang bersembunyi didaerah Agung artinya luhur) dipimpin oleh Prabu Guru
sekitar makam tersebut (hasil wawancara dengan Aji Putih pada abad ke XII. Kemudian pada
masa zaman Prabu Tajimalela, diganti menjadi

Halaman | 38
SITUS MAKAM GARUSELA KECAMATAN CISAGA KABUPATEN CIAMIS
(Suatu Tinjauan Sejarah tentang Hubungan Garusela dengan Sumedang
dalam Penyebaran Agama Islam Abad ke-17)
Agus Gunawan & Rika Septian

Himbar Buana, yang berarti menerangi alam, sebutan Pangeran Santri, maka sebenarnya
Prabu Tajimalela pernah berkata “Insun medal; antara Sumedang Larang dengan Cirebon itu
Insun madangan”. Artinya aku dilahirkan; aku adalah bersaudara. Pangeran Kusumahdinata,
menerani. Kata Sumedang diambil dari kata putra Pangeran Pamalekaran (Dipati Teterung),
Insun Madangan yang berubah pengucapannya putra Aria Damar Sultan Palembang keturunan
menjadi Sun Madang yang selanjutnya menjadi Majapahit. Ibunya Ratu Martasari/Nyi Mas
Sumedang. Ada juga yang berpendapat berasal Ranggawulung, keturunan Sunan Gunung Jati
dari kata Insun Medal yang berubah dari Cirebon (Aan Merdeka Permana, 2005: 84).
pengucapannya menjadi Sumedang dan Larang Pangeran Kusumahdinata lebih dikenal
berarti sesuatu yang tidak ada tandingannya.” dengan julukan Pangeran Santri karena asalnya
(Sumedang Larang, wikipedia, 17 Maret 2010). yang dari pesantren dan perilakunya yang sangat
Sebutan untuk kata Sumedang Larang alim. Pangeran Santri adalah cucu dari Syekh
dapat juga diartikan sebagai “tanah luas yang Maulana Abdurahman (Sunan Panjunan) dan
jarang bandingnya” (Su=bagus, Medang=luas cicit dari Syekh Datuk Kahfi, seorang ulama
dan Larang=jarang bandingannya). keturunan Arab Hadramaut yang berasal dari
Kemudian versi lainnya, seperti buku Mekkah dan menyebarkan agama Islam di
rintisan penelusuran masa silam Jawa Barat dan berbagai penjuru daerah di kerajaan Sunda.
Sejarah Jawa Barat yang ditulis oleh Yoseph Sejak Pangeran Santri menikah dengan Ratu
Iskandar, memaparkan: Kerajaan Sumedang Pucuk Umun, seorang wanita keturunan raja
Larang didirikan oleh Prabu resi Tajimalela, Sumedang Larang kuno, Kerajaan Sumedang
berkedudukan di gunung Tembong Agung, Larang mulai mendapat pengaruh Islam.
menurut cerita Parahyangan disebut Mandala Pernikahan Ratu Pucuk Umun dengan Pangeran
Himbar Buana, sedangkan Tajimalela disebut Santri ini memiliki enam putera, yaitu: Raden
Panji Rahmayang putera Demung Tabela Panji Angkawijaya (Prabu Geusan Ulun), Kiyai
Ronajaya dari daerah Singapura. Rangga Haji, Kiyai Demang Watang, Santowaan
Selanjutnya, Kerajaan Sumedang Larang Wirakusumah, Santowaan Cikeruh, dan
diperintah oleh raja-raja sebagai berikut: Santowaan Awiluar. Ratu Pucuk Umun dan
Nama Raja-raja Kerajaan Tahun Pangeran Santri diperkirakan wafat sekitar tahun
Sumedang Larang 1579.
Prabu Guru Aji Putih 900 Setelah Pangeran Santri meninggal, Prabu
Prabu Agung Resi 950 Geusan Ulun dinobatkan menjadi raja Sumedang
Cakrabuana / Prabu Taji Larang sebagai pengganti ayahnya. Masa
Malela kekuasaan Prabu Geusan Ulun bertepatan
Prabu Gajah Agung 980 dengan runtuhnya Kerajaan Pajajaran akibat
Sunan Guling 1000 serangan Banten di bawah Sultan Maulana
Sunan Tuakan 1200 Yusuf. Sebelum Prabu Siliwangi meninggalkan
Nyi Mas Ratu Patuakan 1450 Pajajaran mengutus empat Kandaga Lante untuk
Ratu Pucuk Umun / Nyi Mas 1530 - 1578 menyerahkan Mahkota serta menyampaikan
Ratu Dewi Inten Dewata amanat untuk Prabu Geusan Ulun yang pada
Prabu Geusan Ulun / 1578 - 1601 dasarnya Kerajaan Sumedang Larang supaya
Pangeran Angkawijaya melanjutkan kekuasaan Pajajaran. Geusan Ulun
harus menjadi penerus Pajajaran. Dalam Pustaka
Pada pertengahan abad ke-16, mulailah Kertabhumi I/2 yang berbunyi: "Ghesan Ulun
corak agama Islam mewarnai perkembangan nyakrawartti mandala ning Pajajaran kangwus
Sumedang Larang. Ratu Pucuk Umun, seorang pralaya, ya ta sirna, ing bhumi Parahyangan.
wanita keturunan raja-raja Sumedang Larang Ikang kedatwan ratu Sumedang haneng
kuno yang merupakan seorang Sunda muslimah; Kutamaya ri Sumedangmandala" (Geusan Ulun
menikahi Pangeran Santri (1505-1579 M) yang memerintah wilayah Pajajaran yang telah
bergelar Ki Gedeng Sumedang dan memerintah runtuh, yaitu sirna, di bumi Parahyangan.
Sumedang Larang bersama-sama serta Keraton raja Sumedang ini terletak di Kutamaya
menyebarkan ajaran Islam di wilayah tersebut. dalam daerah Sumedang), selanjutnya
Dengan kehadiran Pangeran diberitakan "Rakyan Samanteng Parahyangan
Kusumahdinata atau yang lebih terkenal dengan mangastungkara ring sira Pangeran Ghesan

Halaman | 39
Ulun" (Para penguasa lain di Parahiyangan mampir ke Cirebon untuk bertemu dengan
merestui Pangeran Geusan Ulun). Panembahan Ratu penguasa Cirebon, dan
Keempat orang bersaudara, senapati dan disambut dengan gembira karena mereka berdua
pembesar Pajajaran yang diutus ke Sumedang sama-sama keturunan Sunan Gunung Jati.
tersebut, yaitu Jaya Perkosa (Sanghyang Hawu); Dengan sikap dan perilakunya yang
Wiradijaya (Nangganan); Kondang Hapa; dan sangat baik serta wajahnya yang rupawan, Prabu
Pancar Buana (Embah Terong Peot). Geusan Ulun disenangi oleh penduduk di
Dalam Pustaka Kertabhumi I/2 Cirebon. Permaisuri Panembahan Ratu yang
menceritakan keempat bersaudara itu: "Sira bernama Ratu Harisbaya jatuh cinta kepada
paniwi dening Prabu Ghesan Ulun, Rikung sira Prabu Geusan Ulun. Ketika dalam perjalanan
rumaksa wadyabala, sinangguhan niti pulang ternyata tanpa sepengetahuannya, Ratu
kaprabhun mwang salwirnya" (Mereka Harisbaya ikut dalam rombongan, dan karena
mengabdi kepada Prabu Geusan Ulun. Di sana Ratu Harisbaya mengancam akan bunuh diri
mereka membina bala tentara, ditugasi mengatur akhirnya dibawa pulang ke Sumedang Larang.
pemerintahan dan lain-lain), sehingga penobatan Karena kejadian itu, Panembahan Ratu marah
Prabu Geusan Ulun sebagai nalendra penerus besar dan mengirim pasukan untuk merebut
Kerajaan Sunda Pajajaran dan Raja Sumedang kembali Ratu Harisbaya sehingga terjadi perang
Larang ke-9 mendapat restu dari 44 penguasa antara Cirebon dan Sumedang Larang.
daerah Parahyangan yang terdiri dari 26 Akhirnya Sultan Agung dari Mataram
Kandaga Lante, Kandaga Lante adalah meminta kepada Panembahan Ratu untuk
semacam kepala yang satu tingkat lebih tinggi berdamai dan menceraikan Ratu Harisbaya yang
dari pada cutak (camat) dan 18 umbul dengan aslinya dari Pajang-Demak dan dinikahkan oleh
cacah sebanyak ± 9000 umpi, untuk menjadi Sultan Agung dengan Panembahan Ratu.
nalendra baru pengganti penguasa Pajajaran Panembahan Ratu bersedia dengan syarat
yang telah sirna. Pemberian pusaka Pajajaran Sumedang Larang menyerahkan wilayah
pada tanggal 22 April 1578 akhirnya ditetapkan sebelah barat Sungai Cilutung (sekarang
sebagai hari jadi Kabupaten Sumedang. Majalengka) untuk menjadi wilayah Cirebon.
Sumedang Larang mengalami masa Karena peperangan itu pula ibukota dipindahkan
kejayaan pada waktu dipimpin oleh Pangeran ke Gunung Rengganis, yang sekarang disebut
Angkawijaya atau Prabu Geusan Ulun sekitar Dayeuh Luhur.
tahun 1578, dan dikenal luas hingga ke pelosok Setelah Prabu Geusan Ulun wafat (1608),
Jawa Barat dengan daerah kekuasaan meliputi pemerintahan Sumedang Larang diteruskan oleh
wilayah Selatan sampai dengan Samudera anak tirinya, Raden Aria Suriadiwangsa (1608-
Hindia, wilayah Utara sampai Laut Jawa, 1624). Sementara itu, kekuasaan di Mataram
wilayah Barat sampai dengan Cisadane, dan yang sudah beralih tangan ke tangan Sultan
wilayah Timur sampai dengan Kali Pamali Agung (1613-1645) dan Mataram berkembang
Kabupaten Brebes. menjadi negara kuat. Pada masa pemerintahan
Secara politik Kerajaan Sumedang Larang Raden Aria Suriadiwangsa, Kerajaan Sumedang
didesak oleh tiga musuh: yaitu Kerajaan Banten Larang berubah menjadi Kabupaten Sumedang,
yang merasa terhina dan tidak menerima dengan akibat Raden Aria Suriadiwangsa berserah diri
pengangkatan Prabu Geusan Ulun sebagai kepada Mataram (1620). Faktor yang
pengganti Prabu Siliwangi; pasukan VOC di mendorong Raden Aria Suriadiwangsa berserah
Jayakarta yang selalu mengganggu rakyat; dan diri kepada Mataram, yaitu pertama, ia merasa
Kesultanan Cirebon yang ditakutkan bergabung bahwa Sumedang Larang terjepit diantara tiga
dengan Kesultanan Banten. Pada masa itu kekuatan, yaitu Mataram, Banten dan Kompeni
Kesultanan Mataram sedang pada masa di Batavia. Ketiga kekuatan itu sama-sama ingin
kejayaannya, banyak kerajaan-kerajaan kecil di menguasai Sumedang Larang. Oleh karena itu,
Nusantara yang menyatakan bergabung kepada Raden Aria Suriadiwangsa harus menentukan
Mataram. Dengan tujuan politik pula akhirnya sikap tegas bila tidak ingin menjadi bulan-
Prabu Geusan Ulun menyatakan bergabung bulanan dari ketiga kekuatan tersebut. Kedua, ia
dengan Kesultanan Mataram dan beliau pergi ke masih mempunyai hubungan keluarga dengan
Demak dengan tujuan untuk mendalami agama penguasa Mataram dari pihak ibunya, Ratu
Islam dengan diiringi empat prajurit setianya Harisbaya (A. Sobana Hardjasaputra, 2014: 21-
(Kandaga Lante). Setelah dari pesantren di 23).
Demak, sebelum pulang ke Sumedang Larang ia

Halaman | 40
SITUS MAKAM GARUSELA KECAMATAN CISAGA KABUPATEN CIAMIS
(Suatu Tinjauan Sejarah tentang Hubungan Garusela dengan Sumedang
dalam Penyebaran Agama Islam Abad ke-17)
Agus Gunawan & Rika Septian

Prabu Geusan Ulun memiliki tiga orang Sesampainya ke daerah Panglanjan, Sunan Pager
istri: yang pertama Nyi Mas Cukang Gedeng Barang mendirikan sebuah pesantren yang
Waru, putri Sunan Pada; yang kedua Ratu bernama Pesantren Kiara Lawang.
Harisbaya dari Cirebon, dan yang ketiga Nyi Susuhunan Geusan Ulun atau yang lebih
Mas Pasarean. Dari ketiga istrinya tersebut ia dikenal dengan nama Kyai Haji Putih juga
memiliki lima belas orang anak. Prabu Geusan mendapat kepercayaan dari Kerajaan Sumedang
Ulun memerintahkan anak-anak beserta Larang untuk mengislamkan daerah Kerajaan
keturunannya untuk mengembangkan ilmu Galuh, khususnya di wilayah Cisaga. Berbeda
keagamaannya (Agama Islam) yang telah dengan para pendahulunya yang menyebarkan
didapatkan oleh anak-anaknya ke daerah sebelah agama Islam dengan cara berdagang, menjadi
timur, yaitu Kerajaan Galuh. Diantaranya putra pekerja/pelayan atau pernikahan, Kyai Haji
Prabu Geusan Ulun yang mengembangkan ilmu Putih menyebarkan agama Islam dengan
keagamaannya ke daerah Kerajaan Galuh, yaitu perilaku dalam kesehariannya (hasil wawancara
Pangeran Rangga Permana dan Sunan Pager dengan Bapak Asikin pada tanggal 08 Februari
Barang. 2015).
Pangeran Rangga Permana pada tahun Sehingga masyarakat Dusun Cisaga Kolot
1585 M mendirikan Kertabumi. Kertabumi meyakini bahwa sosok Kyai Haji Putih adalah
letaknya sebelah utara Kota Bojong dan sosok yang bersahaja, dan bijaksana. Sosok yang
sekarang menjadi nama Desa. Ini adalah hadiah disegani, bukan karena hanya dilihat dari
pernikahan dengan Tanduran Agung putri keturunannya, namun beliau adalah sosok yang
Maharaja Cipta Sanghiyang Raja Galuh Gara berjasa bagi masyarakat Cisaga Kolot, memiliki
Tengah maka oleh mertuanya diberi daerah ilmu yang tinggi, dan memiliki kekuatan magis
Muntur yang selanjutnya diberi nama Kertabumi yang luar biasa serta merupakan penyebar ajaran
ini adalah suatu politik Sumedang dan Cirebon agama Islam di daerah Cisaga dan sekitarnya.
yang sudah masuk Islam untuk mengembangkan Dalam kesehariannya, selain
Islam di daerah Galuh. Kemudian, Pangeran menyebarkan agama Islam, dia juga membuat
Rangga Permana bergelar Prabu di Muntur. sela sebagai perlengkapan untuk menunggang
Dalam politik pemerintahannya berorientasi ke kuda. Keterampilannya dalam membuat sela dia
Sumedang. Dengan cara pernikahan pulalah dapatkan ketika masih di Sumedang. Pada waktu
raja-raja Galuh mulai masuk Islam. (H. Djaja itu, Kerajaan Sumedang Larang telah masuk dan
Sukarja, 2001: 87). dipengaruhi oleh Kesultanan Mataram.
Sunan Pager Barang adalah anak Prabu Sehingga telah mengenal kuda sebagai alat
Geusan Ulun keluaran dari pesantren yang transportasi serta perlengkapannya. Setelah
mengembangkan ilmu keagamaannya yang telah beberapa lama kemudian, akhirnya Kyai Haji
didapatkannya di pesantren ke Kerajaan Galuh. Putih berhasil mengislamkan daerah Cisaga,
Setelah sampai di Kerajaan Galuh, Sunan Pager khususnya Dusun Cisaga Kolot dan juga
Barang melamar ikut bekerja di Kerajaan Galuh mendirikan sebuah pesantren (hasil wawancara
meskipun menjadi seorang pelayan. Sunan Pager dengan Ibu Zuariyah pada tanggal 28 Maret
Barang diterima sebagai pelayan dan 2015).
memelihara kuda kepunyaan raja Galuh Prabu Upaya peningkatan kualitas kehidupan
Jaya Ningrat. Setelah lama bekerja, Sunan Pager beragama Islam di kalangan masyarakat
Barang tidak terlepas dari perhatian raja Galuh selanjutnya dilakukan oleh pesantren. Lahir dan
yang menurut penilaiannya ia termasuk orang keberadaan pesantren erat hubungannya dengan
yang pintar dan jujur, tak lepas pula puterinya kegiatan dakwah Islam dan sikap penolakan
raja Galuh memperhatikan ketampanannya terhadap intervensi kekuasaan Belanda
kepad Sunan Pager Barang sampai pada (Kompeni dan Pemerintah Kolonial Hindia
akhirnya menaruh hati padanya. Atas ijin dari Belanda) merasuknya kebudayaan Barat ke
raja Galuh, Sunan Pager Barang menikah dengan dalam lingkungan elit pribumi, dan kiranya juga
puterinya yang bernama Haur Kuning. Setelah upaya penyebaran agama Kristen. Pada mulanya
menikah Sunan Pager Barang ditugaskan untuk tradisi pendidikan di kalangan pesantren di Tatar
mengembangkan agama Islam ke daerah timur Sunda dipengaruhi oleh tradisi pesantren di Jawa
dari Kerajaan Galuh, yaitu ke daerah Panglanjan sehingga buku ajar dan bahasa pengantarnya
(sekarang Langkapsari Kecamatan Banjarsari). menggunakan bahasa Jawa. Hal ini kiranya erat

Halaman | 41
hubungannya dengan arah proses masuknya terlihat sampai sekarang dengan adanya suatu
agama ini dan juga masuknya kebudayaan Jawa pemakaman umum yang dinamakan
ke Tatar Sunda pada masa Kesultanan Mataram. “Pemakaman Garusela”.
Namun selanjutnya (sejak abad ke-19)
pesantern-pesantren di Tatar Sunda menciptakan PENUTUP
tradisi sendiri yang berbasiskan budaya Sunda
(pupujian, bahan ajar, dan bahasa pengantar Simpulan
berbahasa Sunda) (Edi Ekadjati S, 2006: 5). Dari hasil pembahasan di atas tentang
Proses penyebaran agama Islam yang SITUS MAKAM GARUSELA KECAMATAN
dilakukan oleh Kyai Haji Putih yang berjalan CISAGA KABUPATEN CIAMIS (Suatu
damai dan menggunakan metode yang halus, Tinjauan Sejarah tentang Hubungan Garusela
yaitu menggabungkan budaya yang lama dengan dengan Sumedang dalam Penyebaran Agama
nilai-nilai Islam, menjadikan nilai-nilai Islam ini Islam Abad ke-17) terdapat beberapa simpulan,
dapat dengan mudah diserap dan diterima sebagai berikut :
dengan baik oleh masyarakat Dusun Cisaga 1. Makam Eyang Kyai Haji Putih merupakan
Kolot. Refleksi dan cara penyampaian yang makam leluhur Dusun Cisaga Kolot yang
dilakukan Kyai Haji Putih adalah berasal dari Sumedang dan termasuk
mengaktualisasikan ajaran agama Islam dengan keturunan Prabu Geusan Ulun serta Prabu
kehidupan sehari-hari, cara penyampaian yang Geusan Ulun merupakan penguasa Kerajaan
mudah diterima dan kedekatan Kyai Haji Putih Sumedang Larang sekitar tahun 1578 M.
dengan masyarakat Dusun Cisaga Kolot Sehingga makam tersebut dikeramatkan di
menjadikan poin penting dalam keberhasilan Dusun Cisaga Kolot Desa Mekarmukti
Kyai Haji Putih dalam menyebarkan agama Kecamatan Cisaga Kabupaten Ciamis.
Islam. 2. Makam Eyang Kyai Haji Putih lebih terkenal
Kegigihan Kyai Haji Putih dalam dengan sebutan Makam Keramat Garusela
menyebarkan agama Islam sangatlah kuat, karena dalam keseharian Kyai Haji Putih,
terbukti dengan karakter masyarakatnya yang selain menyebarkan agama Islam, dia juga
religius. Dalam menyebarkan agama Islam Kyai membuat sela sebagai perlengkapan untuk
Haji Putih harus berhadapan dengan masyarakat menunggang kuda. Keterampilannya dalam
yang sebelumnya menganut ajaran agama membuat sela dia dapatkan ketika masih di
Hindu. Namun, cerita Kyai Haji Putih tidak Sumedang.
begitu lengkap tentang perjuangannya, 3. Susuhunan Geusan Ulun atau yang lebih
dikarenakan sumber-sumber berupa buku telah dikenal dengan nama Kyai Haji Putih juga
hancur dan juru kunci terdahulu telah meninggal mendapat kepercayaan dari Kerajaan
dan digantikan juru kunci baru yang kurang Sumedang Larang untuk mengislamkan
memahami dengan asal-usul Kyai Haji Putih. daerah Kerajaan Galuh, khususnya di
Di dalam pandangan Saini KM (1995) wilayah Cisaga. Berbeda dengan para
dalam buku Ngamumule Budaya Sunda pendahulunya yang menyebarkan agama
Nanjeurkeun Komara Agama Lokakarya Islam dengan cara berdagang, menjadi
Dakwah Islam Napak Kana Budaya Sunda pekerja/pelayan atau pernikahan, Kyai Haji
(Ganjar Kurnia, 2006: 108), bisa diterimanya Putih menyebarkan agama Islam dengan
Islam dengan baik di Tatar Sunda karena perilaku dalam kesehariannya.
diantara keduanya, yaitu Islam dan Sunda 4. Proses penyebaran agama Islam yang
mempunyai persamaan paradigmatik yang dilakukan oleh Kyai Haji Putih yang berjalan
bercirikan Platonik. Islam memandang dan damai dan menggunakan metode yang halus,
memehami dunia sebagai ungkapan azas-azas yaitu menggabungkan budaya yang lama
mutlak dan terekam dalam wahyu Alloh. dengan nilai-nilai Islam, menjadikan nilai-
Sedangkan kebudayaan Sunda lama meletakkan nilai Islam ini dapat dengan mudah diserap
nilai-nilai mutlak yang kemudian diwujudkan dan diterima dengan baik oleh masyarakat
dalam adat beserta berbagai upacaranya. Dusun Cisaga Kolot. Refleksi dan cara
Setelah berhasil mengislamkan daerah penyampaian yang dilakukan Kyai Haji Putih
Cisaga, khusunya Cisaga Kolot Kyai Haji Putih adalah mengaktualisasikan ajaran agama
meninggal. Namun, tidak jelas tahun Kyai Haji Islam dengan kehidupan sehari-hari, cara
Putih meninggal. Sebagai bentuk rasa terima penyampaian yang mudah diterima dan
kasih masyarakat terhadap Kyai Haji Putih kedekatan Kyai Haji Putih dengan

Halaman | 42
SITUS MAKAM GARUSELA KECAMATAN CISAGA KABUPATEN CIAMIS
(Suatu Tinjauan Sejarah tentang Hubungan Garusela dengan Sumedang
dalam Penyebaran Agama Islam Abad ke-17)
Agus Gunawan & Rika Septian

masyarakat Dusun Cisaga Kolot menjadikan


poin penting dalam keberhasilan Kyai Haji
Putih dalam menyebarkan agama Islam.

DAFTAR PUSTAKA

Edi S, Ekadjati. 2006. Sejarah Masuknya Islam


ke Tatar Sunda dan
Perkembangannya. Bandung: Kreatif Kiblat
Hamid, Abd Rahman & M. Saleh Madjid.
Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta:
Ombak
Hardjasaputra, A. Sobana. 2014. Priangan Abad
Ke 17-19 Kedudukan dan
Peranan Bupati. Ciamis: Galuh Nurani
Kuntowijoyo. 2013. Pengantar Ilmu Sejarah.
Yogyakarta: Tiara Wacana
Permana, Aan Merdeka. 2005. Geusan Ulun.
Bandung: Diterbitkan sendiri
dengan edisi terbatas
Priyadi, Sugeng. 2012. Metode Penelitian
Pendidikan Sejarah. Yogyakarta:
Ombak
Sukardja, H. Djadja. 2001. Inventarisasi dan
Dokumentasi Sumber Sejarah Galuh
Ciamis, Dikbud Kabupaten Ciamis
Suwito. 1972. Kumpulan Nami-nami Patilasan
anu aja diwewengkon Kabupaten
Tjiamis
Wildan, Dadan. 2002. Sunan Gunung Jati
(antara fiksi dan fakta) Pembumian
Islam dengan Pendekatan Struktural dan
Kultural. Bandung: Humaniora
Utama Press
--------. 2006. Ngamumule Budaya Sunda
Nanjeurkeun Komara Agama
Lokakarya Dakwah Islam Napak Kana Budaya
Sunda. Bandung: Perhimpunan Keluarga
Besar Pelajar Islam Indonesia Jawa Barat
--------, (2015) Profil Desa Mekarmukti.
Mekarmukti: Desa Mekarmukti.

Halaman | 43
Halaman | 44

Anda mungkin juga menyukai