Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PERJALANAN KKM 2010

Oleh, Raedi Fadil Zulfahmi (0906523914) Sebagai, Tugas KKM 2010

NAMA KEGIATAN
KKM Sejarah UI 2010 (Kuliah Kerja Mahasiswa Sejarah Universitas Indonesia 2010)

PENYELENGGARA KEGIATAN
Dosen Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia

TUJUAN KEGIATAN
Meneliti dan mencari tau sumber sejarah daerah Jawa Barat, terutama daerah Tasik melalui penelitian terhadap beberapa situs sejarah.

LOKASI DAN DURASI


Tasikmalaya, 16 17 Juni 2010

DESKRIPSI KEGIATAN HARIAN


HARI PERTAMA, 16 Juni 2010 Pagi-siang Situs Candi Cangkuang, Kampung Pulo Sebelum berangkat menuju daerah jawa barat seluruh mahasiswa berkumpul terlebih dahulu di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya pada pukul 06.00. Setelah itu rombongan seluruh mahasiswa dan dosen sejarah berangkat dari depok langsung menuju ke daerah Jawa Barat untuk melaksanakan kegiatan KKM yang diadakan oleh dosen untuk lebih mengetahui sumber-sumber sejarah secara langsung dan dapat menelitinya secara langsung.

Situs yang pertama yang kita datangi adalah sebuah situs Candi yang berada di tengah-tengah danau. Perjalanan ke situs sejarah berupa candi dapat membantu peneliti melihat langsung dan mengetahui objek penelitian serta kehidupan warga sekitar situs. Ditempat ini mahasiswa yang dipandu dosen mendapatkan Informasi-informasi yang diberikan langsung oleh kuncen(juru

kunci) Kampung Pulo yang berada tidak jauh dari Candi Cangkuang. Kuncen memberikan segala informasi mengenai asal usul candi, dan kebudayaan masyarakat kampung pulo yang letaknya tidak terlalu jauh dari candi. Situs Candi Cangkuang yang berada di daerah Kampung Pulo, sebuah perkampungan adat di daerah Jawa Barat. Kuncen (juru kunci atau kepala adat) daerah Kampung Pulo menyebutkan bahwa Candi Cangkuang adalah sebuah situs candi bercorak Hindu. Candi ini kemudian tetap berdiri walaupun warga daerah sekitar Candi Cangkuang, dalam perkembangannya, menerima ajaran islam dan berubah menjadi masyarakat islam. Setelah menjelaskan tentang Situs candi Cangkuang, Kuncen juga menjelaskan kehidupan masyarakat kampung pulo yang merupakan masyarakat asli daerah tersebut. Dahulu Daerah kampung pulo memiliki seorang tokoh yang dianggap warga sekitar sebagai pendiri daerah tersebut, dan oleh karena itu tokoh ini dianggap adalah orang yang memiliki kemampuan hebat yang bernama Mbah Dalem Arief Muhammad. Mbah Dalem kemudian membangun tujuh bangunan pokok berupa: satu masjid dan enam rumah. Jumlah tersebut tetap dipertahankan sampai sekarang. Mbah Dalem Arif Muhammad kemudian dimakamkan di sebelah Candi Cangkuang. Selain makam Mbah Dalem, terdapat juga makam orang dekat atau keluarga Mbah Dalem Arief Muhammad di sekitar Candi Cangkuang. Kuncen Kampung Pulo kemudian menceritakan kebiasaan masyarakat Kampung Pulo lebih dalam lagi. Kuncen berpendapat bahwa jumlah bangunan dipertahankan untuk menjaga kontrol sosial dalam masyarakat adat Kampung Pulo. Hal lain yang diceritakan oleh kuncen adalah mengenai larangan untuk berziarah ke makam-makam yang ada di sekitar Candi Cangkuang pada hari Rabu. Hari rabu menjadi hari yang terlarang, karena hari rabu merupakan hari baik bagi agama hindu, oleh karena itu warga sekitar tidak boleh berziarah di hari Rabu, untuk menghindari munculnya pikiran-pikiran kehinduan. Warga Kampung Pulo menggunakan istilah pamali untuk menyebut hal-hal yang dilarang. Arti yang sebenarnya dari pamali belum dapat dijelaskan secara pasti. Adat lain warga Kampung Pulo, adalah upacara memandikan benda-benda ritual pada

tanggal 14 Maulid. Alasan dari diselenggarakannya upacara tersebut pada tanggal 14 Maulid, sekali lagi, tidak dijelaskan secara mendetil oleh kuncen.

Sore Kampung Adat Kampung Naga Penelitian objek-objek sejarah berupa bangunan-bangunan peninggalan

merupakan sebuah cara yang baik untuk meneliti sebuah sejarah. Penelitian tersebut akan lebih detail apabila ditambah penelitian mengenai masyarakat sekitar. Kelompok KKM Sejarah 2010 melakukan penelitian lapangan ke sebuah kampung adat, Kampung Naga dengan dipandu oleh Ketua RT, Mang Nana dan Mang Cahyan. Keadaan geografis desa, struktur masyarakat desa, dan kebiasaan masyarakat desa Kampung Naga adalah hal yang diteliti. Penjelasan Mang Nana yang pertama adalah mengenai geografis Kampung Naga. Kampung naga memiliki nama administratif Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasik, Provinsi Jawa Barat. Tanah seluas 1,5 Ha ini berbatasan dengan Sungai Ciwulan di sebelah Timur, Bukit-bukit kecil di sebelah Barat, dan parit-parit di sebelah utara dan selatan desa. Kampung Naga memiliki 113 bangunan, yaitu 110 rumah dan 3 balai kampung. Kampung Naga juga memiliki satu lumbung umum. Penjelasan kedua adalah mengenai struktur sosial masyarakat Kampung Naga. Kampung Naga, sebagai desa berlatar Islam, memiliki dua lembaga yang berpengaruh di desa, yaitu lembaga nonformal dan lembaga formal. Lembaga nonformal terdiri dari Kuncen sebagai kepala adat, Punduh sebagai penasihat Kuncen, dan Lebe sebagai pengurus jenazah. Lembaga Formal terdiri dari RT, RW, dan Kepala Dusun. Jabatan yang paling dituakan di kampung adat ini adalah Kuncen sebagai pemimpin adat. Hal ketiga yang dijelaskan oleh Mang Nana adalah mengenai kebiasaan masyarakat desa. Kebiasaan pertama masyarakat desa adalah memainkan kesenian Sejak dan alat musik Angklung pada saat perayaan 17 Agustus dan Khitanan. Kesenian lain yang dimainkan adalah Terebang Gembrung yang dimainkan pada saat Idul Fitri dan Idul Adha. Sebuah alat seperti rebana digunakan dalam acara

Terebang Gembrung ini, sedangkang mengenai bagaimana bentuk dan jalannya upacara ini tidak dijelaskan lebih detail. Kebiasaan lain dari warga Kampung Naga adalah memanggil dukun beranak untuk membantu proses melahirkan.

Falsafah warga Kampung Naga juga sempat dijelaskan. Warga Kampung naga mengenal istilah berikut: Pemerintah bukan tempat untuk dilawan atau dimintai pertolongan, tetapi tempat pengabdian. Apa bila diberi kita terima, bila tidak diberi, tidak jadi masalah, dan satu lagi jika ada satu orang yang marahmarah, kita mah pergi saja tidak ikut yang marah. Dua hal tersebut adalah dua falsafah yang sempat di sebutkan oleh Mang Nana. Falsafah pertama membuat warga Kampung Naga mampu menerima struktur administratif yang diberikan oleh pemerintah, dan falsafah yang ketiga membuat desa Kampung Naga menjadi tempat yang relatif aman.

HARI KE-DUA, 17 Juni 2010 Pagi Astana Gede Kawali Peneliti Sejarah biasanya membaca buku untuk mendapat informasi-informasi sejarah. Peneliti juga dapat mengambil informasi dari inkripsi-inkripsi. Peserta KKM Sejarah 2010 mencoba untuk mencari informasi dari inkripsi makammakam anggota kerajaan Sunda, Astana Gede Kawali. Hal pertama yang dapat dijelaskan di situs ini adalah mengenai fungs dari Astana Gede. Astana Gede Kawali merupakan sebuah komplek pemakaman

petinggi-petinggi Kerajaan Sunda. Situs Astana Gede Kawali nampaknya sudah mendapat bantuan dari pemerintah berupa penulisan beberapa keteranganketerangan mengenai tulisan inkripsi batu nisan dan pagar-pagar pembatas. Makam-makam aseli Astana Gede Kawali tidak memiliki pagar-pagar, hanya dibatasi oleh batu-batu. Makam Diah Pitaloka, seorang anggota kerajaan yang dikisahkan memiliki rupa sangat cantik, sampai memikat hati pemimpin Maja Pahit, juga dapat ditemukan di situs ini.

Siang Bumi Alit Membaca arsip merupakan salah satu jalan untuk mendapat data-data. Wawancara, disisi lain dapat memperkuat informasi-informasi sejarah dari datadata yang sudah di dapat. Wawancara terkadang memberikan sebuah pandangan baru, yang sangat berbeda terhadap sejarah. Perjalanan peserta KKM Sejarah 2010 ke kawasan Bumi Alit merupakan sebuah perjalanan yang memberikan pandangan baru peserta terhadap teori masuknya agama islam. Seorang keturunan dari sesepuh Bumi Alit menceritakan bagaimana islam bisa masuk dan meninggalkan peniggalan-peninggalannya di Kawasan Bumi Alit. Peserta KKM Sejarah 2010 menemukan hal-hal menarik yang berbeda dari cerita sejarah yang sudah diterima masyarakat luas. Salah seorang keturunan dari sesepuh Bumi Alit menceritakan kisah bagaimana islam masuk ke wilayah Nusantara berdasarkan cerita-cerita dari leluhurnya. Beliau menceritakan bahwa islam masuk ke Nusantara, terutama daerah Bumi Alit bukan melalui pedagang Gujarat, Persia, maupun Arab. Kepercayaan di Bumi Alit adalah bahwa islam masuk melalui utusan daerah Sunda yang langsung bertemu dan berguru dengan Sayyidina Ali. Cerita ini merupakan sebuah hal yang menarik bagi para peserta yang sudah memiliki keajegan bahwa Islam masuk ke Nusantara melalui pedagang Gujarat, Arab, dan India. Hal menarik lain dari kawasan Bumi Alit adalah adanya artefak-artefak berupa pedang dan beberapa perabot-perabot yang dikatakan merupakan pemberian langsung dari Sayyidina Ali. Hal yang sangat disayangkan adalah perabot-perabot tersebut berada dibalik lemari kaca dan dibalut oleh kain putih, sehingga tidak terlihat sama sekali wujud aseli dibalik bentuk pedang tersebut.

Sore Situ Panjalu

Seorang sejarawan biasanya memiliki keahlian dalam mengumpulkan data-data. Kegiatan mengumpulkan data-data, terutama dari kunjungan-kunjungan ke situssitus, terkadang menjadi hal yang sangat sulit dilakukan. Kendala yang sering dihadapi oleh sejarawan dalam mengumpulkan data biasanya adalah masalah bahasa dan tidak adanya pemandu. Kendala-kendala ini dialami oleh peserta KKM Sejarah 2010 pada saat tiba di situs Situ Panjalu. Informasi yang didapat dalam perjalanan ke wilayah Situ Panjalu ini sangat terbatas, yaitu hanya keadaan geografis dan sebagian kecil keterangan mengenai wilayah Panjalu saja yang berhasil di dapat. Sedikitnya informasi ini dikarenakan tidak adanya pemandu di wilayah Panjalu. Selain itu, Pengurus masjid yang berada di situs tersebut sedang melakukan pengajian rutin, sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan wawancara. Situs Kerajaan Panjalu terdapat ditengah-tengah danau Panjalu. Kerajaan tersebut dikelilingi oleh air danau dan hutan-hutan sehingga dapat dibayangkan sulitnya mobilitas di kerajaan tersebut. Informasi-informasi tersebut adalah informasi yang bisa didapat berhubung tidak adanya pemandu di wilayah ini.

Anda mungkin juga menyukai