Anda di halaman 1dari 12

PROPOSAL SEJARAH

“Penelitian Vatunonju”

Disusun Oleh :

JUSUF PATARA

Kelas X IPS 1

SMA NEGERI 3 PALU


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. karena dengan rahmat, karunia, serta
taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan proposal tentang “Penelitian di Vatunonju”
ini. Sebagai bahan tugas mata pelajaran sejarah saya dengan harapan dapat diterima secara baik.
Proposal ini diajukan guna memenuhi tugas pada mata pelajaran sejarah. Saya sangat berharap
proposal ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai
sejarah budaya megalitik khususnya di Desa Vatunonju. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa
di dalam proposal ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan proposal yang telah saya buat di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga proposal sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya proposal yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan saya memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dimasa depan.

Palu, 9 November 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................................................... ii
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 1
PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 3
A. Sejarah Desa Vatunonju........................................................................................................ 3
B. Penelitian Di Vatunonju........................................................................................................ 4
HASIL PENELITIAN ..................................................................................................................... 5
PENUTUP ...................................................................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................... 9

ii
PENDAHULUAN

Sulawesi Tengah menyimpan banyak peninggalan pada masa pra sejarah. Peninggalan
tersebut kebanyakan berasal dari zaman batu besar (megalith). Peninggalan tersebut berupa
patung batu (menhir), kalamba, sarkofagus, lumpang batu, dan masih banyak lagi jenis yang lain.
Semua peninggalan tersebut tersebar di beberapa titik di Selawesi Tengah seperti Lembah Bada,
Lembah Besoa, Lembah Napu, Bangga, Dan Vatunonju.
Penulis melakukan penelitian di Taman Purbalaka Vatunonju. Taman Purbakala ini
terletak di Desa Vatunonju Kabupaten Sigi. Objek wisata ini berjarak ± 25 Km arah selatan dari
Kota Palu. Objek wisata ini dapat dijangkau dengan kendaraan roda dua maupun roda empat.
Perjalanan menuju olaksi objek wisata ini memakan waktu ± 15-20 menit. Sepanjang perjalanan,
terdapat pemandangan dan suasana khas pedesaan di Sulawesi Tengah yang masih nampak alami
dan hijau yang dikelilingi oleh barisan perbukitan dan pegunungan.
Taman Purbakala Vatunonju didirikan pada tahun 1983 dan diresmikan oleh Menteri
Sosial saat itu Hariyati Subagyo sebagai objek sejarah. Sejak saat itu, desa Vatunonju resmi
menjadi objek sejarah dan mulailah berdatangan para peneliti-peneliti tentang kepurbakalaan.
Peninggalan yang ada di Vatunonju adalah lumpang batu. Ada tiga belas lumpang batu yang saat
ini dikumpulkan dalam satu taman. Peralatan dari batu ini diduga digunakan oleh manusia purba
pada era zaman batu atau monolit. Lumpang batu tersebut ditemukan oleh peneliti dari Belanda,
bernama Dr.Kruyt pada tahun 1898. Lumpang batu yang dalam bahasa Kaili disebut Vatunonju
mengilhami penamaan desa ini.
Kawasan ini telah dipagari untuk alasan kenyamanan dan keamanan. Di dalam lokasi
objek wisata tersebut terdapat baruga yang dapat menampung sekitar 50 orang dan dua buah
replika gampiri. Listrik pun sudah ada sehingga tidak perlu khawatir akan bergelap-gelapan jika
malam tiba. Letak yang berdekatan dengan pemukiman juga mempermudah dengan adanya
masjid dan warung di sekitar lokasi. Objek wisata ini sering dijadikan sebagai tujuan study tour
oleh siswa dan mahasiswa baik dari Kota Palu maupun dari daerah lain. Kawasan ini juga biasa
digunakan oleh organisasi mahasiswa untuk melaksanakan penerimaan mahasiswa baru. Tidak
jarang, wisatawan yang berasal dari mancanegara juga datang untuk melihat langsung lumpang
batu tersebut.
Di daerah sekitar kawasan tersebut terdapat patung seorang tokoh bernama
Karandjalembah yang merupakan salah satu raja Kerajaan Sigi yang mengadakan perlawanan

1
terhadap kekuasaan kolonial. Ia kemudian ditangkap dan diasingkan ke Sukabumi sampai akhir
hayatnya. Beberapa tahun yang lalu, jasadnya dipindahkan dari Sukabumi ke kampung
halamannya di Vatunonju. Makamnya berada di sebuah bukit yang letaknya tidak jauh dari
Taman Purbakala Vatunonju. Keberadaan Taman Purbakala Vatunonju sangat penting bagi
perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang sejarah dan arkeologi. Keunikan dan nilai
historis yang tersimpan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan (Lestari, 2014).
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di Vatunonju
bersama dengan rekan-rekan kelas X IPS 1 untuk meneliti terkait Lumpang Batu yang terdapat di
Taman Purbakala Vatunonju. Adapun rumusan masalah yang terdiri dari : 1) Bagaimana sejarah
desa Vatunonju, 2) Bagaimana penelitian pertama di Vatunonju, 3) Bagaimana kondisi lumpang
batu yang ada di Taman Purbakala Vatunonju.

2
PEMBAHASAN

A. Sejarah Desa Vatunonju


Desa Vatunonju terletak di Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi
Tengah. Penduduk asli Watunonju berasal dari Sigimpu (benar-benar Sigi) yaitu suatu daerah di
bagian Palolo sekitar 28 km dari Vatunonju. Dahulu daerah Watunonju merupakan hutan dan
ketika itu daerah watunonju belum dihuni oleh manusia. Manusia zaman itu hidup berkelompok
dan selalu tinggal berpindah-pindah, tetapi ketika telah tumbuh pengetahuan tentang bercocok
tanam mereka umumnya tinggal di daerah pegunungan. Kelompok manusia yang akan menjadi
penduduk Watunonju adalah suatu kelompok yang bernamakan Hilonga. Mereka hidup di daerah
Sigimpu. Pekerjaan mereka yaitu berburu binatang serta bercocok tanam.
Sebagai kebiasaan setelah panen, mereka mengadakan pesta syukuran yang bernama
Movunja (pesta panen). Kemudian untuk kelengkapan acara, sebelum memulai pesta mereka
berburu binatang sampai ke bukit yang banyak batu berlubang, menyerupai lesung. Ketika
mereka ingin memulai pesta syukuran terjadi bencana banjir karena terjadinya semburan lumpur
dari dalam tanah. Banjir itu pun membuat genangan air yang luas dan disebut danau Ranotiko
(sekarang ini, danau itu telah menjadi lembah). Bencana itu banyak memakan korban jiwa.
Beruntungnya orang yang tidak mengikuti pesta itu selamat dari bencana. Menurut hasil
penelitian, orang-orang yang selamat segera melarikan diri ke daerah Lindu, daerah Palolo,
daerah Bodi Lemontasi, Vatung Gede dan ada juga yang lari menuju perbukitan yang semula
mereka temukan ketika berburu (daerah Watunonju).
Orang-orang dari kelompok Hilonga yang lari ke perbukitan itu (daerah Watunonju)
mengadakan upacara adat yang mereka sebut Mampasulemanu. Upacara itu bertujuan untuk
mengetahui tentang masalah layak atau tidak layak mereka tinggal menetap di Watunonju.
Upacara itu dipimpin oleh tetua adat mereka, dan hasil akhirnya yaitu mereka layak tinggal di
daerah itu. Seluruh daerah itu awalnya merupakan hutan, akan tetapi karena mereka tinggal kini
separuh dari hutan itu merupakan tempat pemukiman mereka. Daerah itupun mereka namakan
Watunonju (bahasa Suku Kaili yang berarti lumpang batu) kerena banyak mereka temukan
lumpang batu atau batu yang berlubang. Akhirnya mereka merupakan cikal bakal penduduk
Watunonju (Zurhaar, 2010).

3
B. Penelitian di Vatunonju
Lumpang batu di Watunonju, pertama kali diteliti oleh dua orang ilmuan sekaligus
misioner Belanda yang sempat mengkristenkan Sulawesi Tengah terutama di Kabupaten Poso
yaitu ketika Indonesia masih dijajah oleh Belanda. Mereka adalah Albert Qruit dan Adrian.
Setelah mereka mengajarkan agama Kristen di seluruh Poso mereka lalu mengajarkan agama
Kristen di Palu. Setelah itu ia meneruskan misinya ke daerah Sigi Biromaru. Namun misi mereka
sangat ditentang oleh Raja Karanjalemba yang mempunyai wibawa dan pengaruh yang sangat
kuat. Dua orang misioner tersebut pun pergi dari Watunonju karena keberanian Raja
Karanjalemba. Tetapi Albert Qruit dan Adrian pergi tidak dengan tangan kosong, mereka sempat
mengadakan penelitian yang pertama kali terhadap peninggalan arkeolog di daerah Watunonju
yang berada di Kecamatan Sigi Biromaru tersebut yaitu penelitian terhadap lumpang batu pada
tahun 1898 Masehi.
Khusus orang Sulawesi Tengah yang pertama kali meneliti adalah Masyudin Masyuda
(seorang budayawan Sulawesi Tengah) pada tahun 1972. Peneliti yang kedua yaitu Dr. Herry
Sukendar pada tahun 1975. Ia menamukan empat belas buah lumpang batu. Dia memelihara
batu-batu tersebut dengan membuat lembaga kebudayaan di Watunonju pada tahun 1978 dan
dikembangkan lagi tahun 1979. Tahun 1983 Desa Watunonju pun diresimikan oleh Hariyati
Subagyo (mentri sosial saat itu) sebagai suatu objek sejarah. Sejak Desa Watunonju menjadi
suatu objek sejarah yang resmi, saat itu pula mulai berdatanganlah peneliti-peneliti yang lain.
Salah satu contohnya antara lain para pelajar yang ingin menyelesaikan materi mata pelajaran
sejarah di sekolah (Zurhaar, 2010).

4
HASIL PENELITIAN

No. Gambar Ukuran Keterangan


Kedalaman Lubang : 8,5 cm Batu ini dinamakan batu
Panjang : 1 meter nonju yang memiliki arti
1. Lebar : 79 cm lesung atau batu
Tinggi : 35 cm lumping. pada zaman
purbakala batu ini
Kedalaman Lubang : 12 cm
digunakan oleh
Panjang : 59 cm
masyarakat setempat
2. Lebar : 35cm
untuk menumbuk hasil
Tinggi : 38cm
pertanian atau

Batu ini memiliki : 4 lubang kebutuhan manusia

Kedalaman Lubang : 8 cm purba

3. Panjang : 67 cm
Lebar : 54 cm
Tinggi : 25 cm
Kedalaman Lubang : 14 cm
Panjang :116 cm
4. Lebar : 1 meter
Tinggi : 37cm

Panjang : 85 cm
Lebar : 54 cm
5. Tinggi : 38 cm
Batu ini tidak memiliki
lubang

Kedalaman Lubang : 11 cm
Panjang : 144 cm
6. - Lebar : 95 cm
Tinggi : 32 cm

5
Batu ini tidak memiliki
lubang
Kedalaman Lubang : 14 cm
Panjang : 129 cm
7. Lebar : 73 cm
Tinggi : 49 cm

Kedalaman Lubang : 10 cm
Panjang : 75 cm
8. Lebar : 67 cm
Tinggi : 17 cm
Batu ini memiliki lubang
yang menembus tanah.
Kedalaman Lubang : 3 cm
9. Panjang : 63 cm
- Lebar : 43 cm
Tinggi : 22 cm
Kedalaman Lubang : 13 cm
10. Panjang : 63 cm
- Lebar : 43 cm
Tinggi : 22 cm

6
PENUTUP

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis pembahasan maka dapat di ambil kesimpulan:
1) Situs di Desa Vatunonju merupakan salah satu situs dari beberapa situs yang ada di wilayah
Provinsi Sulawesi Tengah. Benda yang terdapat di situs Taman Purbakala Vatunonju antara
lain batu lumpang sebanyak 10 buah. Batu ini dinamakan Batu Nonju yang memiliki arti
lesung atau batu lumping. Pada zaman purbakala batu ini digunakan oleh masyarakat
setempat untuk menumbuk hasil pertanian atau kebutuhan manusia purba.
2) Pemerintah Daerah Kabupaten Sigi telah mengupayakan berbagai usaha untuk melestarikan,
mengamankan benda-benda purbakala di Kabupaten Sigi khususnya di Desa Vatunonju.
Meskipun demikian, terdapat kendala-kendala dalam menangani benda-benda purbakala
tersebut. Pertama, kurangnya kesadaran dari sebagian kecil masyarakat sekitar situs terhadap
benda-benda purbakala. Kedua, juru pelihara situs kesulitan untuk melestarikan dan menjaga
benda-benda purbakala tersebut.
3) Pemanfaatan situs di Desa Vatunonju sebagai sumber belajar pada pembelajaran sejarah
dapat meningkatkan minat belajar siswa. Penggunaan sumber belajar dalam pembelajaran
sejarah sangat penting. Pelajaran sejarah selama ini kurang diminati siswa karena mereka
hanya mendengarkan dongeng dan cerita tanpa mengetahui kenyataannya. Penggunaan
sumber belajar bertujuan agar pembelajaran tidak monoton dan untuk membangkitkan minat
belajar siswa serta memotivasi siswa untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitar, dan situs
dapat digunakan sebagai wadah untuk menggali informasi dan kebenaran informasi sejarah.

Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan yang diperoleh, maka diajukan beberapa saran sebagai
berikut: Pertama, bagi Pemerintah Kabupaten Sigi, diharapkan berpartisipasi dalam menjaga,
mengembangkan dan melestarikan situs-situs sebagai kebudayaan daerahnya serta menyediakan
sarana prasarana ke situs-situs sehingga dapat memudahkan masyarakat untuk mengunjungi
situs. Kedua, bagi guru sejarah, diharapkan dengan adanya situs di Desa Vatunonju ini guru
dapat memanfaatkan situs ini sebagai Sumber Belajar Sejarah dan diharapkan dapat memilih
sumber pembelajaran yang lebih bermakna dengan cara menggunakan peninggalan sejarah di

7
sekitar. Ketiga, bagi masyarakat, diharapkan masyarakat ikut menjaga dan melestarikan
keberadaan situs agar benda purbakala yag ada tidak rusak dan hilang, sehingga dapat
memperkarya nilai-nilai budaya Bangsa ini.

8
DAFTAR PUSTAKA

Lestari, A. P. (2014). Wisata Edukatif di Taman Purbakala Vatunonju. Retrieved November 9,


2022, from anakuntad.com: https://anakuntad.com/2015/01/wisata-edukatif-di-taman-
purbakala-vatunonju/

Zurhaar, M. A. (2010, Agustus 28). Latar Belakang Sejarah Desa Watunonju, Sulteng. Retrieved
November 9, 2022, from kakarmand.blogspot.com:
http://kakarmand.blogspot.com/2010/08/latar-belakang-sejarah-desa-watunonju.html

Anda mungkin juga menyukai