Anda di halaman 1dari 4

REVIEW

ASESMEN PERILAKU

Nama : Kamelia Arifah

NIM : 18410157

Kelas : F

Hakikat tingkah laku dalam islam

 Manusia pada hakikatnya adalah makhluk yang diciptakan Allah untuk mengemban
tanggung jawab besar dalam menjalankan perannya sebagai hamba di muka bumi. Hal tersebut
tidak terlepas dari interaksi manusia dengan lingkungan, yang secara spesifik dapat
disimpulkan menjadi interaksi antara manusia dengan Tuhan (sebagai pemuja), interaksi antar
manusia (sebagai manusia dalam suatu masyarakat), serta interaksi antara manusia dengan
entitas lain (sebagai khalifah). Untuk menjalankan interaksi tersebut, manusia diharapkan
bertingkah laku yang baik, atau dikenal juga sebagai akhlaqul karimah. Tingkah laku manusia
dianggap baik jika manusia dapat menjalankan cara hidup Islam yang sempurna, yaitu apabila
ada dua interaksi utama, yang dikenal sebagai hablun minallah (interaksi manusia dengan
Allah) dan hablun minannas (interaksi manusia dengan manusia dan lingkungan).

Asesmen tingkah laku (Behavioral Assessment)


Assesmen perilaku adalah alat ukur modifikasi perilaku yang digunakan untuk mengukur
perilaku individu, terlepas dari apakah perilaku yang ditunjukan mengalami peningkatan atau
penurunan. Assesmen perilaku mencakup banyak teknik pengukuran berdasarkan pencatatan
perilaku individu. Assesmen perilaku menggunakan laporan eksklusif tentang perilaku yang
dapat diamati atau perilaku pribadi yang dapat dilihat orang lain. Assesmen tersebut sebagian
besar merupakan respon terhadap model tradisional. yang mengandalkan pada gangguan yang
disebabkan oleh penyebab yang tersembunyi seperti faktor ketidaksadaran atau trait
kepribadian yang tidak dapat diamati.

Self-report perilaku (behavioral self-report) ialah metode asesmen ketika klien memberikan
informasi mengenai frekuensi dari perilaku tertentu. Alasan rasional yang mendasari teknik
self-report perilaku adalah informasi mengenai perilaku bermasalah yang harus diperoleh dari
klien yang memiliki akses paling dekat dengan informasi penting dalam memahami dan
menangani masalah perilaku. Informasi ini dapat diperoleh dalam berbagai cara, termasuk
wawancara yang dilakukan oleh klinisi, pemantauan diri (self-monitoring) yang dilakukan oleh
klien terhadap perilakunya, dan melengkapi sejumlah checklist oleh siapa saja atau invertori
lain yang dirancang untuk tujuan ini.
Metode asesmen perilaku
1. Observasi Naturistik
Metode ini adalah salah satu metode assessmen yang mana observer secara
langsung mengamati perilaku atau apa yang dirasakan klien secara actual.

2. Pemantauan Diri
Metode pemantauan diri ini merupakan metode assesmen yang mana klien
bertindak sebagai pengamat atas tindakan dan interaksinya. Pada metode ini klien
dituntut untuk dapat membedakan perilaku, perasaan atau pikiran tertentu yang dialami
klien, dan mencatat data sehingga bisa ditampilkan dalam bentuk yang memungkinkan
dalam assesmen dan intervensi.

3. Laporan Diri Situasi Spesifik Oleh Klien


Metode ini bersifat retrospektif atau menghayati keberadaan diri dan sumatif,
lebih menyadarkan pada daya ingat diri akan pola umum perilakunya. Yang menjadi
pusat perhatian dan observasi pada laporan diri merupakan perilaku yang spesifik
terjadi dalam prangkat spesifik sehingga metode ini memiliki nilai akurasi yang
cenderung tinggi.

Laporan dapat dikakuan melalui:


A. Wawancara behavior: memfokuskan tingkah laku yang jadi masalah dan kejadian
sebelum (antesidan) dan yang mengikuti tingkah laku (konsekuensi) tersebut, untuk
mengerti sifat yang tepat dari tingkah laku tersebut dan mencari bersama klien tujuan-
tujuan intervensi.
B. Memonitor diri : klien membuat catatan mengenai frekwensi tingkah laku.
C. Ceklis behavioral dan inventori behavior

4. Observasi Analog (identic)


Metode assesmen ini adalah kelompok realitas, yang mana berisikan mengenai
karakteristik dasar mengenai hal-hal nyata dalam cara yang sederhana dan terkendali.
Dapat dilakukan dengan cara: audiophone, paper and pencil test, videotape, roleplay
test, anactment test, dan stimulasi.

5. Observasi serta rating oleh orang lain yang signifikan


Metode ini menggunakan orang terdekat untuk pengumpul data dengan cara
mengobservasi langsung atau bisa dengan cara retrospektif membuat peringkas atas
perilaku klien. Pada metode ini menampilkan sumber data yang menyeluruh, karena
klien dipandang oleh orang lain dengan signifikan yang sangat kuat mempengaruhi
perilaku dan persepsi klien. Dalam pengumpulan data orang yang signifikan dapat
menceritakan kepada klinisi sejumlah besar kenyataan tentang lingkungan social klien.

Proses dalam sebuah asesmen tingkah laku


Teknik asesmen yang sangat populer digunakan dalam modifikasi perilaku adalah
analisis fungsional. analisis fungsional adalah manipulasi yang sistematis dari suatu situasi
untuk menguji perannya sebagai anticedents yang mengontrol suatu perilaku tertentu, atau
sebagai consequences yang memperkuat terbentuknya perilaku tertentu. Proses modifikasi
perilaku yang berhasil paling tidak melalui fase-fase
berikut:
1. Fase Skrining atau Intake Phase
Pada fase awal dari proses pertemuan klien dengan terapis disebut dengan intake
phase. Pada fase ini, terapis memberi kesempatan pada klien untuk mengisi formulir
yang disediakan ataupun hanya wawancara umum dengan maksud agar terapis
memperoleh informasi mengenai nama, alamat, usia, status pernikahan, dan
sebagainya. Pada fase ini juga, terapis dapat mengumpulkan informasi awal mengenai
hal-hal atau peristiwa-peristiwa yang mendorong klien untuk datang menemui terapis.

Fase ini disebut dengan skrining karena fase ini memiliki lima fungsi, diantaranya yaitu:
(1) untuk memberi kesempatan pada terapis untuk menimbang apakah klien telah
datang kepada terapis atau biro yang tepat untuk menangani masalah yang sedang
dialaminya, (2) dapat menginformasikan layanan-layanan yang diberikan dan kode etik
profesi, (3) mendeteksi apakah klien yang datang termasuk ke dalam kategori krisis
(dorongan bunuh diri atau penyalahgunaan obat) sehingga membutuhkan tindakan
segera atau tidak, (4) mengumpulkan data melalui tes-tes psikologi yang dapat
digunakan untuk memperkuat diagnosa, dan (5) menentukan perilaku mana yang perlu
diukur baseline nya.

2. Fase Baseline
Fase baseline adalah fase penilaian awal terhadap perilaku klien, yang
merupakan sampel dari perilaku target. Fase ini dilakukan dengan cara beberapa kali
pengukuran terhadap sampel perilaku tersebut pada situasisituasi yang berbeda.
Pengukuran dihentikan apabila hasul pengukuran sudah menunjukkan hasil yang
konsisten. Selama fase baseline, terapis menilai seberapa jauh gap antara sampel
perilaku yang ditunjukkan klien dengan perilaku-perilaku target untuk menentukan
level perilaku yang saat ini dimiliki klien. Pada fase ini, terapis juga melakukan
pengamatan dan penilaian terhadap lingkungan tempat dimana klien hidup sehari-hari,
sehingga dapat mengumpulkan informasi mengenai faktor-faktor apa saja yang
mungkin potensial untuk mendukung atau menghambat proses modifikasi perilaku
terhadap klien. Setelah diamati, terapis dapat memprediksi variabel apa saja yang perlu
di kontrol untuk mencapai tujuan program modifikasi perilaku.

3. Fase Treatment
Setelah fase baseline dilakukan, terapis memperoleh data yang lebih lengkap
mengenai klien. Idealnya, pada saat ini terapis mulai merancang program modifikasi
perilaku yang tepat bagi klien. Pada masalah-masalah kesulitan belajar, umumnya
program dalam bentuk pelatihan atau program pengajaran. Untuk masalah-masalah
klinis atau komunitas, program yang lebih sering diusulkan adalah terapi atau intervensi
komunitas. Terdapat beberapa metode dalam modifikasi perilaku yang dapat
disarankan pada beberapa klien dengan masalah-masalah tertentu dan selama metode
ini diterapkan, sebagaimana pendekatan lainnya asesmen tetap harus dilakukan.

4. Fase Tindak Lanjut


Fase tindak lanjut dilakukan untuk mengevaluasi mengenai keberlangsungan
suatu perubahan perilaku tertentu. Bila perubahan dapat bertahan selama periode
tertentu mengikuti perubahan perilaku yang terjadi setelah klien melakukan modifikasi
perilaku.
Beberapa prosedur yang bisa dilakukan untuk pengumpulan data, dapat dikelompokkan
ke dalam tiga prosedur sebagai berikut:
1. Penilaian tidak langsung
Prosedur penilaian tidak langsung dapat dilakukan dengan cara
mewawancarai orang-orang terdekat dengan klien, misalnya orangtua, saudara-
saudara, klien, teman-teman, guru, dan orang-orang yang banyak berhubungan
dengannya. Cara lain yang masuk kategori asesmen yang tidak langsung adalah
kuesioner yang di desain khusus seperti misalnya life history, self report
problem checklist, dan role play.

2. Penilaian langsung kepada klien


Prosedur penilaian langsung kepada klien dapat dilakukan dengan cara
melakukan observasi terhadap sampel perilaku yang diperlihatkan klien.
Prosedur penilaian langsung ini memberikan data yang akurat karena
ditampilkan langsung oleh klien. Kelemahan dari prosedur ini adalah
membutuhkan banyak waktu. Pada prosedur ini beberapa hal yang menjadi
sasaran untuk dinilai adalah frekuensi dimunculkannya perilaku tertentu, durasi
munculnya perilaku, intensitas, dan kualitas.

3. Penilaian eksperimen
Prosedur penilaian eksperimen dilakukan dengan cara melakukan
kontrol pada situasi yang ada pada klien (anticedent) untuk kemudian diamati
perilaku apa yang dimunculkan (consequence). Prosedur ini disebut juga
dengan analisis fungsional.

Hal-hal yang direkam dalam prosedur pengambilan data yaitu:


a. Topography : respon tertentu terhadap satu stimulus
b. Frekuensi : seberapa sering perilaku itu ditunjukkan atau dilakukan klien
c. Intensity : pengukuran intensitas atau kekuatan suatu respon
d. Stimulus Kontrol : variabel perilaku yang mendasari dan mengontrol
munculnya suatu perilaku
e. Latency : waktu antara stimulus yang diberikan dengan respons yang dilakukan
f. Quality : kecenderungan apakah perilaku tersebut mempunyai nilai fungsional
atau tidak

Anda mungkin juga menyukai