Anda di halaman 1dari 22

Asesmen

Asesmen Dalam
Dalam Modifikasi
Modifikasi Prilaku
Prilaku
Kelompok
Kelompok66::
Risa
RisaPratiwi
Pratiwi//18104241058
18104241058
Nugroho
NugrohoSyahrani
SyahraniWiradinata
Wiradinata//18104241045
18104241045
Fina
FinaDestri
DestriShally
ShallyNur
NurAzizah
Azizah//18104244022
18104244022
Zulfita
ZulfitaNourma
NourmaUtami
Utami//18104244029
18104244029
Naeli Rohmah / 18104241033
Naeli Rohmah / 18104241033
Pokok
Pokok Bahasan
Bahasan ::
1.
1. Behavioral
Behavioral Assesment
Assesment
2.
2. Direct
Direct Behavioral
Behavioral Assesment
Assesment
3.
3. Penggunaan
Penggunaan ABAB
ABAB Design
Design
1. Behavioral Assesment
A. Konsep Dasar Behavioral Assesment

Asesmen perilaku merupakan alat dalam modifikasi perilaku yang


digunakan untuk mengukur perilaku individu apakah perilaku yang
dimunculkan itu meningkat atau berkurang. Asesmen berguna
sebagai alat untuk menilai dan mengambil keputusan untuk langkah
selanjutnya yang akan dilakukan dalam program modifikasi perilaku.
ujuan Asesmen Prilaku menurut ( Robb ahli behavioral
):

Identifikasi
Klasifikasi
Mengontrol
Mengkhususkan
Evaluasi
Komponen Asesmen :
a. Parameter/ ukuran yang digunakan
untuk membandingkan fakta/data
b. Fakta/data yang diukur
c. Pengukur
d. Mekanisme/ prosedur pengukuran

Fungsi Asesmen Prilaku :

1. Membatasi tingkat dimana perilaku target ditentukan


2. Merefleksikan perubahan perilaku setelah program dimulai
Hal – hal yang harus diperhatikan dalam prosedur pengambilan data
ini adalah :

- Topography - Quality
- Frekuensi - Stimulus antecedent
- Intensity - Organismik
- Stimulus kontrol - Respon
- Latency - Konsekuen
Proses modifikasi perilaku dapat dikatakan berhasil paling tidak
melalui fase-fase berikut:
1. Fase Skrining 2. Fase Baseline 3. Fase Tritmen 4. Fase Tindak Lanjut
Pada fase ini terapis Selama fase baseline, Saat ini terapis mulai Fase tindak lanjut dilakukan
memberi kesempatan terapis menilai seberapa merancang program untuk mengevaluasi
pada klien untuk jauh gap antara sampel modifikasi perilaku yang mengenai keberlangsungan
mengisi formulir yang perilaku yang ditunjukkan tepat bagi klien. Pada suatu perubahan perilaku
disediakan ataupun klien dengan perilaku masalah-masalah tertentu. Bila perubahan
hanya wawancara perilaku target untuk kesulitan belajar, tersebut dapat bertahan
umum dengan maksud menentukan level perilaku umumnya program dalam selama periode tertentu
agar terapis yang saat ini dimiliki klien. bentuk pelatihan atau mengikuti perubahan
memperoleh informasi program pengajaran. perilaku yang terjadi setelah
mengenai nama, Pada fase ini, terapis Untuk masalah-masalah klien dikenai metode
alamat, usia, status juga melakukan klinis atau komunitas, modifikasi perilaku, maka
perkawinan dll. pengamatan dan penilaian program yang lebih sering dapat disimpulkan bahwa
Pada fase ini, terapis terhadap lingkungan diusulkan adalah terapi metode tersebut efektif.
juga dapat tempat di mana klien atau intervensi komunitas. Sebaliknya, bila perubahan
mengumpulkan hidup sehari-hari untuk itu tidak permanen maka
informasi awal mengumpulkan informasi dapat dikatakan bahwa
mengenai hal-hal atau mengenai faktor-faktor problem yang sesungguhnya
peristiwa-peristiwa apa saja yang mungkin tidak terpecahkan secara
yang mendorong klien potensial mendukung atau tuntas.
datang menemui menghambat proses
terapis. modifikasi perilaku
terhadap klien
 
B. Prosedur Asesmen dalam Modifikasi Perilaku

1. Penilaian tidak langsung

2. Penilaian langsung pada klien

3. Penilaian eksperimen
C. Identifikasi dan Definisi Perilaku Target
Identifikasi Tujuan Program Definisi Prilaku Target

a. Garis Pedoman a. Objective

b. Analisis Tugas b. Clear


c. Complete
Garis Pedoman Perilaku Target
Perilaku yang membawa klien pada tingkat Interaksi dengan peer atau olahraga atau
normatif dari berfungsinya hubungan dengan aktivitas untuk manula
kelompok mereka
Perilaku yang membahayakan diri dan orang Perilaku melukai diri, betengkar di sekolah,
lain kekerasan terhadap pasangan
Perilaku yang menurunkan resiko terluka, sakit Menghindari seks bebas, tidak merokok,
(fisik dan psikis) menggunakan sabuk pengaman
Perilaku yang mempengaruhi pemfungsian Kurangnya interaksi sosial, bolos sekolah atau
adaptif kerja
Perilaku yang dapat membawa pada Peningkatan kemampuan prososial, taat minum
peningkatan positif obat
Perilaku yang mengurangi problem yang Tantrum anak, komunikasi lemah dalam
dirasakan oleh individu yang berinteraksi perkawinan
dengan klien
 
D. Strategi dan Metode dalam Asesmen Perilaku

Strategi Asesmen Metode Asesmen

a. Pengukuran Frekuensi a. Interview


b. Kategorisasi Diskret b. Tes
c. Jumlah Orang c. Observasi
d. Intercal Recording d. Life Record
e. Durasi
E. Penerapan Asesmen dalam Program Modifikasi Perilaku

Asesmen digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi


mengenai klien mengenai permasalahan yang dihadapi. Asesmen
digunakan juga sebagai evaluasi dari program modifikasi perilaku
yang dilakukan sampai perilaku target terwujud. Sebagai alat untuk
mengumpulkan data asesmen dapat dilakukan dengan pretest,
sedangkan untuk evaluasi asesmen dapat dilakukan dengan
melakukan post test.
2. Direct Behavioral Assesment
Berikut ini enam karakteristik perilaku yang harus dipahami :
1. Topografi Perilaku
Topografi sebuah respons adalah gerakan-gerakan spesifik yang terlibat di dalam
pembuatan respons. Dorongan-dorongan gambar berguna untuk membantu pengamat
mengidentifikasi variasi-variasi di dalam pembuatan respons.

2. Jumlah Perilaku
Ada dua cara yang banyak digunakan yaitu penghitungan berdasarkan frekuensi dan
durasi.
a. Frekuensi perilaku, frekuensi (taraf) perilaku merujuk pada jumlah kemunculan
perilaku di periode waktu tertentu. Terdapat dua jenis grafik yang digunakan dalam
pencatatan frekuensi yaitu grafik frekuensi dan grafik kumulatif.
b. Durasi relatif perilaku, frekuensi atau hitungan adalah ukuran umum jumlah
perilaku, tetapi durasi realtif perilaku atau lebih tepatnya jumlah durasinya dibagi
waktu total, juga menjadi pengukur penting besaran perilaku.
3. Intensitas Perilaku
Kita harus mengukur intensitas, data, atau kekuatan sebuah respons. Asesmen
untuk intensitas sering kali menggunakan alat-alat tambahan.

4. Kontrol Stimulus Perilaku


Kontrol stimulus merujuk pada taraf korelasi antara sebuah stimulus dan sebuah
respons. Salah satu contoh instrumen asesmen yang mengevaluasi kontrol stimulus
adalah Assesment of Basic Learning Abilities Revisi Edisi Singkat ABLA-R (Dewiele,
Martin, Martin, Yu & Thomson, 2012), sebuah penyempurnaan terhadap ABLA
yang dikembangkan pertama kali oleh behavioris Nancy Kerr dan Lee Meyerson.
Lanjutan Kontrol Stimulus Perilaku
ABLA-R menilai kemudahan individu disabilitas intelektual mempelajari enam tingkat pemilihan stimulus
berikut :
- Tingkat 1, imitasi atau peniruan, pengetes memasukkan objek ke sebuah wadah (kaleng kuning) dan
meminta klien melakukan hal yang sama.
- Tingkat 2, pemilihan posisi, pengetes menyajikan sebuah kotak merah dan sebuah kaleng kuning di posisi
kanan-kiri dan meminta klien memasukkan objek ke wadah di sebelah kiri (kaleng kuning).
- Tingkat 3, pemilihan visual, meskipun kotak merah dan kaleng kuning ditaruh acak kiri maupun kanan,
klien diminta tetap menaruh ke wadah semula (kaleng kuning) semua jenis objek, ketika pengetes
menyuruhnya “taruh wadah”.
- Tingkat 4, pemilihan visual yang identik lewat pencocokan sampel, klien disajikan kotak merah dan kaleng
kuning di posisi acak, lalu disajikan beberapa benda. Klien diminta untuk bisa menaruh objek-objek yang
memiliki kemiripan dengan wadahnya.
- Tingkat 5, pemilihan visual yang tidak identik lewat pencocokan sampel, klien disajikan kotak merah dan
kaleng kuning di posisi acak, lalu disajikan beberapa benda. Klien dimiinta untuk bisa menaruh objek-objek
tersebut meski tidak mirip dengan wadahnya.
- Tingkat 6, pemilihan auditoris visual terpadu, klien meletakkan dengan bedar benda-benda yang tidak
cocok ke kaleng kuning maupun kotak merah, tak peduli apapun posisi wadah-wadah tersebut. Pengetes
hanya mengatakan “kotak merah” atau “kaleng kuning”.
5. Latensi Perilaku
Latensi perilaku adalah waktu antara kemunculan stimulus dan dimulainya
perilaku. Contohnya, meski mahasiswa langsung bekerja efektif begitu ia memulai,
namun tugas tidak langsung dikerjakan saat pertama diberikan. Mahasiswa
biasanya mengulur waktu sebelum akhirnya memulai mengerjakan tugasnya.
Lamanya waktu menunda inilah yang disebut latensi.

6. Kualitas Perilaku
Kualitas perilaku berkaitan dengan upaya penyempurnaan hasil dari performa
atau sering kali merupakan kombinasi frekuensi dan kontrol stimulus. Contohnya
adalah mahasiswa dinilai baik jika memiliki frekuensi belajar yang tinggi dan
mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan benar.
3. Penggunaan ABAB Design
Pengantar
a. Desain A-B
Desain A-B merupakan desain dasar dari penelitian eksperimen subyek tunggal.
Prosedur desain ini disusun atas dasar apa yang disebut dengan logika baseline
(baseline logic). Dengan penjelasan yang sederhana, logika baseline menunjukkan
suatu pengulangan pengukuran perilaku atau target behavior pada sekurang-
kurangnya dua kondisi yaitu kondisi baseline (A) dan kondisi intervensi (B).

b. Desain A-B-A
Desain A-B-A merupakan salah satu pengembangan dari disain dasar A-B, disain A-
B-A ini telah menunjukkan adanya hubungan sebab akibat antara variabel terikat dan
variabel bebas. Prosedur dasarnya tidak banyak berbeda dengan disain A-B, hanya
saja telah ada pengulangan fase baseline.

c. Desain A-B-A-B
Continue >>
a. Desain A-B-A-B
Pada desain A-B-A-B ini langkah pertama adalah mengumpulkan data
target behavior pada kondisi baseline pertama (A1). Setelah data menjadi
stabil pada kondisi baseline, intervesi (B1) diberikan. Pengumpulan data
pada kondisi intervensi dilaksanakan secara kontinyu sampai data mencapai
trend dan level yang jelas. Setelah itu masing-masing kondisi yaitu baseline
(A2) dan intervensi (B2) diulang kembali pada subyek yang sama.

A1 (baseline 1) yaitu kemampuan dasar.


B1 (intervensi) yaitu kondisi subjek penelitian selama diberikan
perlakuan.
A2 (baseline 2) yaitu pengulangan kondisi baseline sebagai evaluasi
sampai sejauh mana intervensi yang diberikan berpengaruh pada
subjek.
B2 (intervensi 2) yaitu perubahan kondisi subjek penelitian selama
diberikan perlakuan yang sudah diulang.
. Pola desain A-B-A-B
c. Ilustrasi
Seorang guru ingin mengubah perilaku seorang anak yang berperilaku agresif yaitu sering memukul teman
atau bahkan gurunya di kelas. Peneliti atau guru ingin memperbaiki perilaku agresif anak tersebut dimana
frekuensi memukulnya ingin dikurangi atau bahkan ditiadakan. Oleh karena itu yang menjadi target behavior
adalah jumlah atau banyaknya (frekuensi) perilaku memukul teman.

Untuk mengukur berapa banyak subyek memukul temannya digunakan pencatatan data kejadian (event
recording) dengan merekam kegiatan subyek di kelas selama 2 jam setiap hari. Pencatatan data pada fase
baseline (A1) selama 15 hari, intervensi (B1) 10 hari, baseline kedua (A2) 8 hari, dan intervensi kedua (B2) 8
hari. Intervensinya disebut contingent exercise dengan prosedir sebagai berikut:
1. Peneliti atau guru akan memberikan peringatan pada subyek pada saat subyek memukul teman dengan
meminta subyek melakukan duduk dan berdiri sebanyak 10 kali dengan mengatakan “Ryan, jangan
memukul. Lakukan duduk dan berdiri 10 kali”
2. Jika Ryan tidak mengikuti permintaan nomor 1 peneliti atau guru menggunakan perintah yang lebih tegas
disertai gerakan tubuh. Gerakan tubuh digunakan jika subyek tidak menghiraukan perintah verbal.
3. Jika perintah nomor 2 juga tidak dihiraukan, peneliti atau guru akan memberikan perintah yang lebih tegas
lagi yaitu menyuruh dengan kata yang lebih keras “Duduk!”, “Berdiri!” seperti dalam latihan fisik.
Hasil dari data penelitian pada desain A-B-A-B Hasil Penelitian dengan Desain A-B-A-B
Terima Kasih
Atas Perhatiannya
Semoga apa yang disampaikan
Dapat menjadi Ilmu yang
bermanfaat

Anda mungkin juga menyukai