Anda di halaman 1dari 50

TUGAS WAWASAN SENI RUPA

Untuk melengkapi tugas mata kuliah :

WAWASAN SENI

Dosen Pengampu : Drs. Syahruddin Harahap, M. SI.

DISUSUN OLEH :

GENIE SOPHEEN
(2203151014)
KELAS : D

PENDIDIKAN SENI RUPA


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
TUGAS 11

WAWASAN SENI RUPA KARYA SENIMAN INDIVIDUAL

Untuk melengkapi tugas mata kuliah :


WAWASAN SENI

Dosen Pengampu : Drs. Syahruddin Harahap, M. SI.

DISUSUN OLEH :
GENIE SOPHEEN
(2203151014)
KELAS D

PENDIDIKAN SENI RUPA


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
1. Defenisi Analisis
Analisis adalah proses memecah topik atau substansi yang kompleks menjadi bagian-bagian
yang lebih kecil untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik.
Jadi secara umum, pengertian analisis adalah aktivitas yang terdiri dari serangkaian kegiatan
seperti mengurai, membedakan dan memilah sesuatu untuk dikelompokkan kembali menurut
kriteria tertentu dan kemudian dicari kaitannya lalu ditafsirkan maknanya.
Pendapat lain menyebutkan analisis adalah usaha dalam mengamati sesuatu secara mendetail
dengan cara menguraikan komponen-komponen pembentuknya atau menyusun komponen
tersebut untuk dikaji lebih lanjut.

2. Defenisi Analisis Visual


Analisis visual adalah hasil dari bidang visualisasi informasi dan visualisasi ilmiah yang
berfokus pada penalaran analitik yang difasilitasi oleh antarmuka visual interaktif.
Pendapat lainnya Analisis visual adalah suatu metode penilaian kemampuan suatu
lahan/lansekap yang ditunjukkan dengan adanya perubahan visual sebagai akibat dari kegiatan
manusia, atau dapat juga didefinisikan sebagai daya dukung fisik suatu lahan/lansekap untuk
meyerap atau menampung berbagai pengembangan dan pengelolaan kegiatan yang diusulkan
dengan tetap memperhatikan terpeliharanya kualitas dan karakter visualnya.
Dengan kata lain, analisis ini memperkirakan pengaruh-pengaruh visual lansekap dan kondisi
fisik alamiah suatu kawasan akan kemungkinan dikembangkannya suatu aktivitas atau kegiatan di
kawasan tersebut.

3. Elemen Visual atau Unsur-unsur Visual


Elemen visual atau unsur visual yang dapat dilihat dalam seni rupa merupakan sebuah bagian
yang penting dalam menciptakan karya seni rupa. Elemen rupa merupakan objek material yang
akan disusun agar menjadi sebuah karya seni. Unsur-unsur atau elemen tersebut diantaranya:

a. Garis (line)
Garis adalah suatu bentuk yang dilukiskan oleh sebuah titik yang bergerak sehingga
menghasilkan sebuah elemen yang memanjang dan memiliki arah. Garis hanya mempunyai satu
dimensi yaitu panjang. Garis berdasarkan sifatnya terdiri dari 2 jenis yakni garis nyata dan semu.
Bentuk garis dapat dibagi menjadi tiga macam, yakni: garis lurus; Horizontal dan vertikal, kedua
garis lengkung dan bergelombang, ketiga garis patah-patah; bentuk zig-zag, siku-siku atau
membentuk sudut tajam.
                
b. Bidang (shapes)
Bangun adalah bentuk yang terbangun dari garis-garis yang menyatu, serta memiliki dimensi
panjang dan lebar. Pada dasarnya bangun dasar berasal dari segitiga, lingkaran, dan persegi.
Bidang di bagi menjadi dua, pertama bidang yang terdiri dari segi empat, lingkaran, segi tiga sama
sisi, dan bidang hasil gabungan antara segi empat/lingkaran/segi tiga sama sisi (contoh: limas,
jajar genjang dll).
c. Warna (colour)
Warna memiliki peran utama dalam penerapan desain terutama dalam logo atau visual
branding. Warna berasal dari 2 sumber yang berbeda, yaitu cahaya dan pigmen. Pengelompokan
warna pun dibagi menjadi 3, yaitu warna primer (warna utama), sekunder (Pencampuran
menggunakan 2 warna utama), dan tersier (pencampuran 3 warna utama).

d. Irama (rhytme)
Irama dapat terbentuk dari warna (misal: biru dengan hijau berulang-ulang secara terus
menerus). Karena pengulangan bidang/bentuk atau garis yang beraturan dengan bentuk dan jarak
yang sama. Karena perbedaan dan ukuran/bentuk yang teratur dan berkelanjutan. Karena
perbedaan jarak ruanng yang menerus antara bentuk/bidang yang selaras dalam gerak.

e. Tekstur
Tekstur merupakan permukaan bidang yang bisa dirasakan kehadirannya baik melalui indra
mata ataupun dengan menyentuhnya. Jadi tekstur dapat dibedakan menjadi dua yaitu tekstur nyata,
bila diraba akan terasa kasar. contoh: lukisan yang langsung dari tube cat, atau lukisan dari bahan
pasir dan sebagainya. Kedua tekstur semu atau yang hanya bisa dilihat oleh indera mata saja,
artinya tekstur ini hanya bisa dilihat saja, tidak bisa dirasakan melalui tangan keberadaanya/tekstur
tipuan. Contoh: lukisan pohon yang kasar nampak tekstur batangnya namun jika diraba lukisan itu
tetap halus.

f. Gelap terang
Gelap terang merupakan perbedaan-perbedaan yang berkenaan dengan sinar atau cahaya.
Unsur ini dapat ditampilkan secara kontras atau menyolok, dimana efek tersebut bisa
menampilkan gambar itu menjadi tiga dimensi. Misal: warna biru tua sampai biru terang yang
dijejerkan.

g. Komposisi
Komposisi adalah susunan (keseimbangan). Komposisi ini mencakup
keseimbangan (balance) , artinya apabila unsur-unsur garis, bidang, warna, dan sebagainya
memberi rasa seimbang serta memuasakan kepada kita yang melihat atau
merasakannya. Balance dibagi menjadi dua yaitu keseimbangan simetris dan asimetris.

h. Dominasi 
Dominasi atau lebihh sering disebutkan yaitu, pusat perhatian dari karya. Kehadiran ini
ditujukan untuk menonjolkan bagian tertentu yang sekirannya perlu disampaikan. dominasi bisa
ditampilkan melalui warna, misal: warna terang apabila background karya gelap begitu   pula
sebaliknya. Namun tidak hanya warna saja, dominasi bisa ditampilkan dengan bentuk yang
digarap/dikerjakan secara detail.

i. Kesatuan
Perpaduan/keselarasan antara unsur-unsur visual menjadi satu kesatuan ungkapan dan kesatuan
makna. Kesatuan ungkapan dan kesatuan makna ini yang merupakan kesan keseluruhan dari
sebuah karya seni. Keselarasan unsur-unsur itu membentuk suatu pernyataan atau ungkapan maka
bisa dikatakan lukisan itu berhasil dan memiliki kekuatan. Jika tidak, karya itu hanyalah
penyampaian elemen/unsur yang tidak memiliki kekuatan.

4. Defenisi Desain
Desain adalah kegiatan kreatif untuk merencanakan dan merancang sesuatu yang umumnya
fungsional dan tidak ada sebelumnya dalam rangka menyelesaikan suatu masalah tertentu agar
memiliki nilai lebih dan menjadi lebih bermanfaat bagi penggunanya.

5. Prinsip-Prinsip Desain
Prinsip-prinsip desain adalah suatu ketentuan yang dapat digunakan dalam membuat desain
sehingga desain akan mudah dan dapat menghasilkan desain yang baik.  Dengan menggunakan
prinsip desain tersebut seorang perupa dapat dengan mudah menyatukan komposisi dan kesan
yang akan disampaikan pada sebuah desain. Prinsip-prinsip desain terdiri dari:

1. Keselarasan (harmony)
Dalam suatu desain adalah keteraturan tatanan di antara bagian-bagian desain, yaitu susunan
yang seimbang, menjadi satu kesatuan yang padu dan utuh, masing-masing saling mengisi
sehingga mencapai kualitas yang disebut harmoni. Faktor keselarasan merupakan hal utama dan
penting dalam penciptaan sebuah karya desain.

2. Kesebandingan (proposi)
Merupakan perbandingan antar satu bagian dengan bagian lain, atau antara bagian-bagian
dengan unsur keseluruhan secara visual memberikan efek menyenangkan, artinya tidak timpang
atau janggal baik dari segi bentuk maupun warna.

3. Irama (rythme)
Dalam pengertian visual dapat dirasakan karena ada faktor pengulangan di atas bidang atau
dalam ruang, yang menyebabkan timbulnya efek optik seperti gerakan, getaran, atau perpindahan
dari unsur yang satu ke unsur yang lain. Faktor irama ini kerap kali memandu mata kita mengikuti
arah gerakan dalam karya desain.

4. Keseimbangan (balance)
Dalam penciptaan desain adalah upaya penciptaan karya yang memiliki daya tarik visual.
Kesimbangan pada unsur dan bagian desain, maupun pada keindahan dan fungsi desain.
Keseimbangan dapat memberikan efek formal (simetri), informal (asimetri), atau efek statik
(piramid) dan dinamik (bola) efek memusat, memencar, dan lain sebagainya. Jadi faktor
keseimbangan bertalian dengan penempatan unsur visual, keterpaduan unsur, ukuran, atau
kehadiran unsur pada keluasan bidang-ruang terjaga bila struktur rupa serasi dan sepadan, dengan
kata lain bobot tatanan rupa memberi kesan mantap dan kukuh.

5. Penekanan (emphasis)
Dalam merealisasi gagasan desain, adalah penentuan faktor utama yang ditonjolkan karena
kepentingannya, ada faktor pendukung gagasan yang penyajiannya tidak perlu mengundang
perhatian, meski kehadirannya dalam keseluruhan desain tetap penting. Prinsip penekanan dapat
dilakukan dengan mengubah ukuran, bentuk, irama, arah, warna kontras, dan lain-lain.

6. Defenisi Estetika
Estetika adalah ilmu yang membahas bagaimana keindahan dapat terbentuk, serta bagaimana
dapat merasakannnya. Sebuah keindahan yang sudah terbentuk tentunya harus dapat dirasakan
oleh banyak orang. Estetika yang sering disebut oleh banyak orang yakni estetika adalah
keindahan. Namun rupanya jika ditelaah lebih jauh ada cukup banyak pengertian dari estetika
salah satunya lagi yakni. estetika merupakan ilmu yang membahas keindahan bisa terbentuk dan
dapat merasakannya.

7. Prinsip-Prinsip Estetika
Prinsip-prinsip estetika merupakan hukum atau kaidah seni yang berfungsi sebagai sumber
acuan dalam berkarya seni. Prinsip-prinsip untuk mencapai estetika ditentukan dengan:
1. Kesatuan (Unity)
Dalam berkarya prinsip utama yang harus dipenuhi ialah prinsip kesatuan, untuk itu dalam
merancang secara sempurna perlu dipikirkan keutuhan dan kesatuan antara semua unsur senirupa
disamping keutuhan antara unsur seni dan gagasan (ide) sebagai landasan mencipta.
2. Keseimbangan (Balance)
Keseimbangan merupakan prinsip dan penciptaan karya untuk menjamin tampilnya nilai-nilai
keselarasan dan keserasian yang mendukung prinsip kesatuan dengan menggunakan unsur-unsur
seni. Karena fungsinya yang menampilkan nilai-nilai keserasian dan keselarasan maka prinsip ini
juga sering disebut prinsip harmoni.
3. Irama (Rhythm)
Dalam penciptaan karya seni untuk menekankan keseimbangan yang mendukung gerak atau
arah dengan menggunakan unsur-unsur seni. Irama dapat dihayati secara visual atau auditif jika
ada gerak seperti yang dapat kita hayati pula di alam, misalnya irama dari gelombang laut,
gerakkan gumpalan awan, gelombang suara dari angin dan lain sebagainya. Gerak atau arah
tersebut dapat menggugah perasaan tertentu seperti keberaturan, berkelanjutan, dinamika dan
sebagainya.
4. Proporsi
Adalah prinsip dalam penciptaan karya untuk menekankan hubungan satu bagian dengan
bagian lain dalam usaha memperoleh kesatuan melalui penggunaan unsur-unsur seni. Proporsi
sebagai prinsip dalam penentuan nilai estetik, oleh seniman dipakai untuk memberikan kesan
kesatuan bentuk ekspresi.
5. Aksentuasi/Dominasi
Merupakan prinsip dalam penciptaan karya yang mengikat unsur-unsur seni dalam kesatuan.
Prinsip aksentuasi menampilkan pusat perhatian dari seluruh kesatuan karya.

8. Defenisi Artistik
Artistik adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan kreasi artistik, ekspresi emosi, ekspresi
diri dan kegiatan individualistik. Defenisi artistik adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan
bentuk seni, termasuk lukisan, musik, sastra, akting, menari dsb.
Istilah artistik digunakan untuk menyatakan segala sesuatu yang bersifat seni atau memiliki
nilai seni. Contohnya pementasan drama, pertunjukkan musik, tayangan film, lukisan, dan lain
sebagainya. Masing-masing memiliki nilai seni sehingga terlihat dan terdengar indah bagi orang
yang melihat atau mendengarnya.

9. Prinsip-Prinsip Artistik
Sebuah karya seni rupa bisa dikatakan memiliki nilai estetika (nilai seni) apabila lengkap
unsur-unsur yang ada di dalamnya. Selain unsur-unsur seni rupa, dalam membentuk sebuah
bentuk karya seni rupa juga dibutuhkan beberapa prinsip dasar.
Prinsip-prinsip seni rupa adalah beberapa prinsip dasar yang menunjang unsur-unsur yang
kemudian unsur-unsur tersebut bergabung menjadi satu karya yang memiliki nilai seni. Secara
umum, berbagai prinsip dasar dalam seni rupa (prinsip estetika) yang terbagi menjadi 8, yaitu
berikut ini :
a. Kesatuan
Merupakan prinsip yang menunjang bagaimana satu unsur dengan unsur lainnya saling berpadu
dengan harmonis dalam menciptakan sebuah komposisi seni rupa yang indah dan juga menarik
mata.
b. Keselarasan
Sebuah karya seni rupa indah dan memiliki nilai estetis, yang harus diperhatikan adalah
kesatuan unsur-unsur karya seninya berpadu dengan selaras dan harmonis. Yang dimaksud dengan
keselarasan itu sendiri adalah adanya kedekatan antara satu unsur dengan lainnya yang notabene
berbeda satu sama lain, baik itu dalam pencahayaan, bentuk, bahkan pemilihan warna saja sudah
memegang peranan penting dalam membangun sebuah keindahan.
c. Penekanan
Contrast atau penekanan merupakan prinsip yang menjadi dasar dari kesan perbedaan dua buah
unsur yang memiliki sifat saling berlawanan dan juga yang saling berdekatan. Dengan adanya
prinsip penekanan, maka adanya perbedaan yang mencolok baik itu dalam warna, penggambaran
bentuk dan juga ukuran dari karya seni itu sendiri, akan memberikan tampilan yang jauh lebih
menarik.
d. Irama
Yang dimaksudkan dengan rythm adalah sebuah prinsip yang mengambil tempat sebagai dasar
atas pengulangan satu atau mungkin lebih unsur dengan cara yang teratur.
e. Gradasi
Gradiasi adalah sebuah susunan warna yang berdasar pada beberapa tingkatan khusus dalam
sebuah karya seni.
f. Kesebandingan
Kesebandingan yang juga sering disebut sebagai proporsi merupakan sebuah prinsip seni rupa
yang memiliki acuan pada keteraturan serta penyesuaian dari bentuk fisik karya seni rupa yang
telah diciptakan.
g. Komposisi
Komposisi berperanan dalam membentuk sebuah karya seni rupa adalah sebagai dasar dari
keindahan. Sebuah karya seni tak bisa dikatakan indah, serasi, teratur dan juga menarik tanpa
memiliki komposisi seni yang tepat.
h. Keseimbangan
Prinsip dasar karya seni yang terakhir adalah keseimbangan atau dikenal juga sebagai balance.
Prinsip dasar yang satu ini memiliki tanggung jawab terhadap kesan yang tercipta dari sebuah
susunan unsur-unsur seni rupa. Jika seorang seniman pandai mengatur keseimbangan unsur-unsur
seni rupa yang tengah ia kerjakan, maka akan muncul sebuah daya tarik khusus bagi para
penikmat seni yang melihat karya seni tersebut.
10. Analisis Karya Seni Lukis Melalui Metode Analisis Elemen Visual, Desain
Visual, Prinsip-prinsip Estetika dan Prinsip-prinsip Artistik

Analisis Elemen Visual, Desain Visual, Prinsip-prinsip Estetika Dan


GAMBAR
Prinsip-prinsip Artistik
Elemen visual pada karya lukisan ini terdiri dari 3 figur utama yakni, kepala singa,
seorang perempuan dan burung hantu. Sebagai latar belakang atau background
lukisan terdapat seperti awan di langit dan gunung, serta dihiasi oleh dedaunan
hijau dan hiasan tambahan dengan warna yang Figur perempuan tampak seperti
menggunakan mahkota. Ekspresi perempuan terlihat serius dan ekspresi singa
cenderung seperti marah. Kesan kontras didapatkan dari warna daun hijau pada
bagian background dan warna langit yang cukup minim pada bagian belakang.
Prinsip artistik yang diterapkan pada lukisan ini adalah keselarasan. Terlihat dari
adanya pengelompokan unsur-unsur sejenis pada bagian kanan lukisan yang
dikelompokkan dengan dominan warna coklat keemasan. Demikian pula dari segi
bentuk. Bentuk yang sama cenderung disusun pada bagian kanan lukisan.
Penggunaan elemen warna sebagai elemen visual pada lukisan ini sangat menarik,
natural, dan terlihat seperti nyata. Pemilihan warna kulit pada figur perempuan
sangat natural. Kontras pada bagian bayangan difigur perempuan menambah
kesan natural. Figur tambahan pada lukisan ini adalah figur wajah perempuan
yang memegang dagu. Latar belakang yang digunakan tidak menunjukkan
kesatuan antara masing-masing figur dalam lukisan. Keselarasan pada lukisan ini
sangat harmoni apalagi di gambar seorang perempuan dibelakang memperlihatkan
kaindahansuatu kesatuan bentuk ekspresi yang diciptakan seniman.

Warna yang digunakan pada lukisan ini terlihat seperti warna tembaga. Terdiri
dari elemen visual yang beragam. Figur perempuan tampak realis. Bagian frame
merupakan kesatuan yang terdiri dari bentuk bulat dan garis yang berulang.
Komposisi yang ada didalam lukisan ini selaras dan teratur sehingga dapat
menarik perhatian.

Lukisan ini terdiri dari berbagai elemen visual yang rumit dan banyak, namun
karena pada lukisan diterapkan prinsip kesatuan dan kesimbangan, lukisan
menjadi karya yang menarik. Warna yang digunakan tidak terlalu beragam dan
hanya berbeda tone saja. Figur yang dapat diamati pada lukisan ini adalah figur
perempuan pada bagian atas, figur abstrak pada bagian tengah, dan figur sebagai
kepala dua perempuan yang tidak dibentuk sebagai pala sempurna. Pada kedua
figur perempuan, digunakan teknik refleksi atau bayangan, karena gambar tersebut
merupakan bentukan dari satu figur yang kemudian dibentuk dalam bentuk
bayangannya, hingga menjadi kesatuan yang berbeda arah, tapi saling
melengkapo. Bagian latar belakang cenderung tidak terlalu menjadi fokus, warna
yang digunakan adalah warna hijau.

Kesatuan elemen visual yang rumit pada lukisan, menjadikan figur perempuan
pada lukisan menjadi bagian yang kontras, hingga menjadi centre of interest. Pada
bagian mahkota dijadikan menyatu menjadi kesatuan bagian latar belakang.
Keseimbangan dan komposisi pada gambar ini teratur dan tidak terlalu padat.

Prinsip proporsi yang digunakan pada lukisan yang terdiri dari figur perempuan
bersayap dan pada bagian latar belakang, terdapat kesatuan relief yang rumit dan
detail. Selain itu kesatuan figur dan warna pada lukisan menambah kesan yang
klasik. Frame pada lukisan merupaka elemen bentuk yang dibuat berulang.

Lukisan ini memiliki elemen visual yang banyak dan juga rumit. Warna yang
digunakan sangat beragam. Figur utama adalah wanita yang sedang berbaring dan
figur wajah yang terlihat memejamkan mata dan bentuk bibir dan hidung. Pada
bagian bawah wajah terlihat elemen visual garis yang disusun dan dikelompokkan
menjadi bentukan janggut figur wajah. Pada bagian pinggiran lukisan dibuat
semacam frame yang terdiri dari kesatuan yang berharmoni dan berulang.

Figur pada lukisan ini sangat banyak. Warna yang ditampilkan sangat beragam.
Kesatuan warna kehijauan dari dedaunan dijadikan sebagai kesatuan warna yang
beriirama sehingga menjadi kesatuan untuk latar belakang lukisan. Fokus pada
lukisan menjadi terarah pada figur-figur atau objek-objek yang berbeda warna
atau kontras dengan warna kehijauan daun.

Prinsip proporsi sangat baik digunakan pada lukisan ini. Figur terdiri dari figur
perempuan bersayap yan, kepala harimau, dan dua figur bersayap yang saling
berhadapan atau berrefleksi satu sama lain. Pada bagian latar belakang, terdapat
kesatuan relief yang rumit dan detail. Selain itu kesatuan figur dan warna pada
lukisan menambah kesan yang klasik.Frame pada lukisan merupaka elemen
bentuk bulatan yang dibuat berulang.

Sedikit berbeda dengan lukisan-lukisan sebelumnya, lukisan ini menerapkan lebih


banyak warna pada bagia belakang nya. Komponen pada lukisan sangat banyak,
rumit, dan detil. Figur perempuan digambar bersayap. Pada bagian atas terdapat
bentukan yang terdiri dari berbagai elemen visual seperti garis dan bentukan
kubah yang beragama hingga membentuk satu kesatuan.

Lukisan ini memiliki dua figur yang terlihat menjadi fokus lukisan, yakni figur
perempuan dan figur patung laki-laki bersayap pada bagian kanan belakang
lukisan. Lukisan terlihat memilih warna-warna patung yang membuat figur pada
lukisan semakin natural.

Elemen Visual pada lukisan ke 18 yang untuk lukisan ini yang ditegaskan adalah
wanita yng bersayap yang sedang menjunjung timbangan, disebelahnya terdapat
pedang, dan di belakang timbangan ada juga wajah yang di gambarkan setengah.
Tekstur yang dibagus sekali dan rumit gunakan pada lukisan ini bidang
yangdigunakan pada lukisan adalah seperti kerajaan dan menggunakan warna
keemasan. Pada bagian frame dibuat komponen garis dan bunga yang berulang.

Hampir sama dengan lukisan 11, lukisan ini memiliki latar belakang yang dibuat
dari kesatuan antara elemen visual yang banyak dan rumit. Namun dalam tone
warna yang sama dan hanya berbeda kontras untuk menunjukkan bentuk
keruangan. Figur perempuan bersila tampak menjadi fokus dan pusat perhatian
yang dimaksudkan pada lukisan. Latar belakang merupakan lukisan yang
menunjukkan relief yang rumit dan dilengkapi dengan patung yang membuat latar
belakang semakin terlihat berbentuk 3D. Komposisi pada gambar yang teratur
memberikan kesan keindahan pada gambar.

Hampir sama dengan beberapa lukisan sebelumnya, warna yang digunakan


cenderung satu warna dan hanya berbeda pada kontras. Pada lukisan terdapat
beberapa figur seperti figur dua wanita, figur kuda bersayap, dan figur kepala
kucing. Sorot cahaya lebih banyak digunakan pada sisi kiri lukisan, yakni pada
sorot figur perempuan sampai pada bahunya. Komposisi pada lukisan ini terlihat
berat di tengah. Gradiasi pada lukisan ini juga menambah keindahan pada lukisan.

Pada lukisan ini penempatan figur perempuan sebagai fokus atau pusat perhatian
sangat baik. Latar belakang terdiri dari kesatuan elemen dan bentuk yang
dikelompokkan sesuai kemiripan mereka menjadi satu kesatuan bentuk atas
prinsip kesatuan dan proposi yang seimbang, sehingga tampak sama. Warna yang
digunakan cenderunga senada dan sama, hanya kontras yang menjadi pembeda
dan penambah kesan tekstur dalam lukisan. Figur perempuan digambarkan
memiliki sayap yang bertekstur dan memiliki warna yang senada dengan latar
belakang lukisan. Kerundung yang digunakan sangat detil dan menunjukkan
bagaimana penggunaan kontras pada lukisan kainnya sehingga tampak natural dan
nyata.

Lukisan ini menggunakan warna yang hampir sama, hanya saja elemen kontras
begitu terlihat jelas antara gelap dan terang sehingga menunjukkan kesan 3D pada
sosok figur patung dan menunjukkan adanya ruang pada lukisan. Figur utama
pada lukisan terdiri dari dua figur wanita, satu dalam figur wanita yang bersayap,
dan figur kepala harimau dengan elemen garis dan bentuk seperti tali dan lilin.

Elemen Visual yang pada lukisan ini menunjukkan figur seorang perempuan
dengan benda yang terlihat seperti mahkota di bagian kepalanya. Selain itu
terdapat figur-figur tambahan seperti bentuk kepala hewan yang digambarkan
secara abstrak disekitaran figur perempuan.. Bagian latar belakang terlihat abstrak
dengan warna gradasi antara biru, abu-abu, dan merah muda, sedangkan pada
bagian bawah lukisan, terdapat bentukan atau unsur seperti air yang memberikan
bentuk bayangan dari figur lukisan pada bagian atas. Prinsip yang digunakan
adalah prinsip aksentuasi, yakni prinsip yang menampilkan pusat perhatian dari
seluruh kesatuan karya. Aksentuasi pada lukisan ini diterapkan dengan membuat
warna pada figur perempuan cenderung kontras dibanding dengan warna figur lain
dalam lukisan.

Pada lukisan ini kesan pertama figur yang paling menonjol adalah figur
perempuan yang menyusia anaknya. Figur perempuan terlihat menggunakan
kerudung dan dalam posisi duduk memangku seorang anak. Selain itu figur
tambahan lainnya adalah figur abstrak, figur kepala naga, dan figur burung elang.
Kesatuan setiap figur menjadikan lukisan ini menjadi lukisan yang berharmoni
dengan prinsip kesatuan.

Elemen visual pada lukisan ini terlihat corak yang di gunakan pada lukisan ini
sangat indah kaya akan ragam bentuk, seperti spiral, lingkaran, bentuk cabang-
cabang. Figur yang digambarkan pada lukisan ini tidak ditekankan pada satu figur
yang jelas, melainkan cenderung figur yang abstrak. Warna keemasan menjadi
warna yang dominan. Hanya saja warna kontas lain diberikan pada bagian sudut
lukisan saja. Elemen garis dan titik pada lukisan sangat beragam dan rumit.
Elemen visual pada lukisan ini merepresentasikaan tiga figur perempuan. Ketiga
figur perempuan ini digambarkan dengan prinsip keseimbangan. Prinsip
keseimbangan ini bisa terlihat pada lukisan dengan adanyapengelompokkan
bentuk-bentuk dan warna-warna disekitar pusat sedemikian rupa sehingga terdapat
suatu daya tarik yang sama pada tiap-tiap sisi dari pusat tersebut.Pada sisi kanan,
figur perempuan memiliki kesatuan warna metalik, figur perempuan kiri memiliki
kesatuan warna keemasaan, dan figur kepala wanita pada bagian tengah berwarna
kehijauan. Selain itu figur tambahan terlihat baik dari sisi kiri yakni burung elang
dan pada sisi kanan adalah naga.

Lukisan ini terdiri dari elemen visual seperti titik, gairs, ruang, dan tekstur. Figur
wajah perempuan terlihat seperti menjadi pusat fokus, hal ini ditandai dengan
digunakannya prinsip aksentuasi untuk warna kulit wajah perempuan yang
cenderung berbeda dari sekitarnya. Sehingga mengarahkan fokus pada figur wajah
tersebut. Kesatuan elemen pada lukisan ini menciptakan harmoni yang baik dan
menarik. Selain itu terdapat figur bangun ruang seperti balok dan bola. Figur
tambahan lainnya adalah kepala buru elang dan sosok seperti setengah bulan yang
mirip dengan dewa matahari (Dewa Ra) dalam kepercayaan Mesir Kuno

Pada lukisan ini kesan pertama fokus elemen visualnya adalah figur seorang
perempuan dengan pakaian dan mahkota pada bagian kepalanya. Mahkota, hiasan
pakaian, serta figur dibuat terdiri elemen visual yang tekstur sehingga terkesan
nyata.

Dari segi warna, lukisan ini memuat pilihan warna yang tidak jauh berbeda
dengan lukisan sebelumnya (lukisan di atas). Terdapat dua figur yang cenderung
menjadi pusat fokus yakni figur perempuan terbaring dan figur wajah dalam
bentukan setengah saja. Figur tambahan lainnya adalah figur kepala burung elang
yang terdiri dari elemen susunan bentuk-bentuk seperti spiral. Latar belakang biru
walau tidak mencolok, cukup kontras dengan objek lukisan yang berwarna
keemasan. Lukisan menggunakan prinsi aksentuasi yaitu prinsip dalam penciptaan
karya yang mengikat unsur-unsur seni dalam kesatuan.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-analisis.html
https://translate.googleusercontent.com/translate_c?
client=srp&depth=1&hl=id&nv=1&prev=search&rurl=translate.google.com&sl=en&sp=nmt4&tl
=id&u=https://en.m.wikipedia.org/wiki/Visual_analytics&usg=ALkJrhhiy_YIrH5SXfmKhFERZZ
javB-Jtw
http://studyandlearningnow.blogspot.com/2013/06/analisis-vac-visual-absorption.html?
m=1#:~:text=Analisis%20VAC%20(Visual%20Absorption%20Capability)%20atau%20yang
%20disebut%20juga%20analisis,daya%20dukung%20fisik%20suatu%20lahan%2F
http://tengklengs.blogspot.com/2013/01/elemen-seni-rupa-atau-unsur-visual.html?m=1
https://www.portaldekave.com/artikel/elemen-dasar-dalam-visual-desain
https://pt.slideshare.net/mobile/MonikaEilina/pengertian-dan-unsur-unsur-seni-rupa/3?
smtNoRedir=1
https://serupa.id/pengertian-desain/
https://brainly.co.id/tugas/7112207
https://www.mikirbae.com/2016/08/pengertian-dan-prinsip-desain-seni-rupa.html?
m=1#:~:text=Prinsip%2Dprinsip%20desain%20adalah%20suatu,akan%20disampaikan%20pada
%20sebuah%20desain
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Estetika
https://m.liputan6.com/hot/read/4406683/estetika-adalah-cabang-filsafat-yang-membahas-tentang-
seni-ketahui-unsurnya#:~:text=Estetika%20adalah%20ilmu%20yang%20membahas,dapat
%20dirasakan%20oleh%20banyak%20orang
https://sudrajatfitr22.blogspot.com/2016/04/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html?m=1
http://www.definisimenurutparaahli.com/pengertian-artistik/
https://ilmuseni.com/seni-rupa/prinsip-prinsip-seni-rupa
TUGAS 12 - TUGAS 13

WAWASAN SENI RUPA INDONESIA

Untuk melengkapi tugas mata kuliah :


WAWASAN SENI

Dosen Pengampu : Drs. Syahruddin Harahap, M. SI.

DISUSUN OLEH :
GENIE SOPHEEN
(2203151014)
KELAS D

PENDIDIKAN SENI RUPA


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
1. Wawasan Seni Rupa Etnik Indonesia

Etnik atau suku bangsa adalah suatu golongan manusia yang anggota-anggotanya
mengidentifikasikan dirinya dengan sesamanya, biasanya berdasarkan garis keturunan yang
dianggap sama. Seni rupa etnik merujuk kepada seni rupa tradisional, yang dimana seni rupa
tersebut merujuk pada aspek individual, sosial, maupun budaya dari satu bentuk ekspresi seni yang
unik serta memiliki ciri tradisi. Berbagai macam seni rupa entik yang di Indonesia, yng dimana
seni rupa tersebut dibagi atas seni rupa yang dilihat dari keindahannya(murni) dan juga fungsi
berserta keindahanya (terapan). Karya seni rupa etnik sangat berkaitan dengan hubungan manusia
dan alam/roh-roh ataupun hubungan manusia dengan tuhan, tujuannya tak lain dan tak
bukan,untuk memuja dan mensyukuri anugerah tuhan berikan dan pemaknaan sesuatu yang
bersifat simbolis.
Seni rupa etnik di Indonesia sering dipengaruhi budaya luar yang kemudian di padukan dan
dikembangkan sehingga memiliki ciri khas bangsa Indonesia.hal-hal tersebut tak terlepas dari
negara kita yakni Negara maritime yang dikelilingi oleh lautan dan banyak sekali pulau. Hal-hal
tersebut membuat Negara kita menjadi negara tujuan untuk berdaga oleh berbagai suku bangsa di
luar Indonesia,dan merekapun membawa budaya mereka,dan terjadilah asimilasi budaya.

A. Sejarah Seni Rupa Etnik Indonesia


Kajian sejarah seni rupa etnik menunjuk bahwa seni rupa suatu bangsa tak dapat
berkembang kalau tidak mendapat pengaruh dari luar. Perkembangannya selalu menunjukan
sebagai suatu pertumbuhan dari awal kemudian tumbuh, akhirnya mencapai titik puncak atau
dengan istilah seni klasik. Oleh karena itu di dunia ini tidak ada yang abadi, maka pencapaian
puncak inipun akan mengalami saat terakhirnya, pada suatu saat akan mengalami kelahirannya
kembali (renaisance).
Seni Rupa Prasejarah Indonesia
Zaman prasejarah adalah zaman sebelum ditemukan sumber–sumber atau dokumen–dokumen
tertulis mengenai kehidupan manusia. Latar belakang kebudayaannya berasal dari kebudayaan
Indonesia yang disebarkan oleh bangsa Melayu Tua dan Melayu Muda. Agama asli pada waktu itu
animisme dan dinamisme yang melahirkan bentuk kesenian sebagai media upacara (bersifat
simbolisme).
Sejarah Seni rupa Indonesia Zaman Prasejarah dibagi berdasarkan perkembangan kebudayaan
manusia, maka pada Zaman prasejarah meliputi empat masa antara lain :
1. Masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana, serta alat yang digunakan
dibuat dari batu.
2. Masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut, serta alat yang digunakan dibuat
dari batu yang sudah dibentuk
3. Masa bercocok tanam, dan alat-alat yang digunakan sudah lebih halus dan bagus.
4. Masa Perundagian (perindustrian), alat-alat dipergunakan selain dibuat dari batu juga dari
logam.

1) Karya Seni Lukis

Karya seni lukis yang paling tua diketemukan yaitu berupa lukisan pada dinding gua
seperti: lukisan binatang buruan yang terdapat di dinding gua Leang-Leang di Sulawesi
Selatan. Lukisan ini dikerjakan dengan cara menoreh dinding gua dengan penggambaran
binatang yang realistic dibubuhi dengan warna merah, putih, hitam dan coklat yang dibuat dari
bahan pewarna alam.Sedangkan lukisan lambang nenek moyang yang berbentuk setengah
binatang dan setengah manusia dan juga lukisan lukisan cap-cap tangan terdapat di dinding gua
di Irian Jaya. Lukisan-lukisan pada zaman batu menengah tidak dibuat sebagai hiasan semata
melainkan mengandung tujuan tertentu dan dianggap memiliki kekuatan magis. Lukisan yang
berupa pahatan serta hiasan yang terdapat pada bagian-bagian bangunan adat dan pada benda-
benda kerajinan mulai dibuat pada zaman Neolitikum dan megalitikum.

2) Karya Seni Patung


Gowawambea

Karya seni patung Indonesia pada zaman pra-sejarah mulai dikenal pada zaman
Neolitikum berupa patung-patung nenek moyang dan patung penolak bala. Gaya patungnya
disesuaikan dengan bahan baku yang digunakan, yaitu batu, kayu serta bahan lainnya. Hasil-
hasil peninggalan di Jawa Barat menunjukan bahwa patung-patung memiliki ukuran besar
dengan gaya statis, frontal dan bersifat monumentalis. Sedangkan yang ditemukan di daerah
Pasemah (Sumatera Selatan) gayanya lebih dinamis dan fiktural. Di daerah lain seperti di
daerah Nias, Toraja dan Dayak pada zaman Megalitikum sampai saat ini masih ditemukan
peninggalan karya patung. Contoh seni patung hasil peninggalan zaman batu, seperti Arca Batu
Gajah yaitu batu besar yang dihiasi seseorang yang sedang menunggang binatang buruan,
contoh lain yaitu Arca batu yang menampakan seseorang laki-laki menegendarai seekor lembu.

Seni Rupa Zaman Budha


Seni rupa Buddha adalah seni rupa yang dipengaruhi ajaran Agama Buddha. Karya seni ini
meliputi beberapa media seperti: arca, relief, dan lukisan yang menampilkan Buddha, bodhisatwa,
dan entitas lainnya. Benda-benda yang dikaitkan dengan praktik ritual Buddha
seperti wajra, genta, dan stupa dan arsitektur candi dan wihara Buddha, juga termasuk seni rupa
Buddha.
Seni rupa Buddha tumbuh mengikuti penyebaran penganutnya sesuai dengan perkembangan
ajaran dharma. Dari India seni rupa Buddha menyebar ke utara memasuki Asia Tengah, dan
kemudian berkembang ke Asia Timur membentuk cabang utara seni rupa Buddha. Seni rupa
Buddha juga berkembang ke arah timur, dari India menuju Asia Tenggara dan kemudian
membentuk cabang selatan seni rupa Buddha. Di luar India, seni rupa ini diterapkan, diadaptasi,
dan berkembang sedemikian rupa sesuai dengan gaya negara-negara yang mengembangkannya. Di
India, seni rupa Buddha berkembang dan kemudian memengaruhi perkembangan seni rupa Hindu
dan Jaina, hingga kemundurannya pada abad ke-10 akibat pesatnya perkembangan agama Hindu
dan Islam di India.

Arca Awalokiteshwara perunggu berlapis emas


Relief rendah di Borobudur Arca Buddha di Borobudur
Seni Rupa Islam
Seni rupa Islam adalah seni rupa yang berkembang pada masa lahir hingga akhir masa
keemasan Islam. Rentang ini bisa didefinisikanmeliputi Jazirah Arab, Afrika Utara, Timur
Tengah, dan Eropa sejak mulai munculnya Islam pada 571 M hingga mulai mundurnya
kekuasaanTurki Ottoman. Walaupun sebenarnya Islam dan keseniannya tersebar jauh lebih luas
daripada itu dan tetap bertahan hingga sekarang.
Peninggalan seni rupa Islam banyak berbentuk masjid, istana, ilustrasi buku, dan permadani.

Masjid Al-Aqsa, simbol kekayaan seni rupa Islam

B. Jenis dan Bentuk Seni Rupa Etnik Indonesia


Etnik Gayo
Suku Gayo adalah sebuah suku bangsa yang mendiami dataran tinggi Gayo di Provinsi Aceh
bagian tengah. Selain itu suku Gayo juga mendiami sebagian wilayah di Aceh Tenggara, Aceh
Tamiang, dan Aceh Timur.

motif kerawang gayo

Kerawang atau "Kerawang Gayo" (Penuturan dalam Bahasa Gayo) atau Upuh Ulen-ulen adalah
busana Adat Suku Gayo yang Biasanya dipakai saat melangsungkan acara Resepsi Pernikahan,
acara tarian adat dan budaya secara turun-temurun. Kerawang Itu Sendiri Merupakan hasil cipta
karsa dari manusia yang menjadi nilai estetika dalam prilaku kehidupan yang kemudian menjadi
budaya. Sedangkan budaya itu sendiri adalah hasil refleksi manusia dengan alam.
Etnik Melayu
Secara ras atau rumpun bangsa, Melayu di Indonesia dibedakan menjadi dua kelompok yaitu
Melayu Deutero dan Melayu Proto.
Melayu Deutero adalah rumpun Melayu Muda yang datang setelah Melayu Proto pada Zaman
Logam sekitar lebih kurang 500 SM. Rumpun yang masuk gelombang kedua ini meliputi suku
bangsa Melayu, Aceh, Lampung, Minangkabau, Manado,[butuh rujukan] yang bermukim di pulau
Sumatra, Jawa, Bali, Madura, dan Sulawesi.
Melayu Proto adalah rumpun Melayu Tua yang datang kali pertama pada masa lebih kurang 1500
SM meliputi suku bangsa Dayak, Toraja, Sasak, Nias, Batak, Kubu dll. yang bermukim di pulau
Kalimantan, Sulawesi, Nias, Lombok, dan Sumatra.

songket melayu batubara

Etnik Batak

rumah bolon batak toba

Rumah Bolon memiliki bentuk persegi empat. Rumah Bolon mempunyai model seperti rumah
panggung. Rumah ini memiliki tinggi dari tanah sekitar 1,75 meter dari tanah.Tingginya rumah
Bolon menyebabkan penghuni rumah atau tamu yang hendak masuk ke dalam rumah harus
menggunakan tangga. Tangga rumah Bolon terletak di tengah-tengah badan rumah.Hal ini
mengakibatkan jika tamu atau penghuni rumah harus menunduk untuk berjalan ke tangga.Bagian
dalam rumah Bolon adalah sebuah ruang kosong yang besar dan terbuka tanpa kamar. Rumah
berbentuk persegi empat ini ditopang oleh tiang-tiang penyangga. Tiang-tiang ini menopang tiap
sudut rumah termasuk juga lantai dari rumah Bolon. Rumah Bolon memiliki atap yang
melengkung pada bagian depan dan belakang. Rumah Bolon memilik atap yang berbentuk seperti
pelana kuda.
tobatabo
ulos batak
gorga batak

Etnik Minangkabau
Arsitektur Minangkabau merupakan bagian dari seni arsitektur khas
Nusantara, yang wilayahnya merupakan kawasan rawan gempa. Sehingga
banyak rumah-rumah tradisionalnya yang berbentuk panggung,
menggunakan kayu dan pasak, serta tiang penyangga yang diletakkan di
atas batu tertanam. Namun ada beberapa kekhasan arsitektur
Istano basa pagaruyung Minangkabau yang tak dapat dijumpai di wilayah lain, seperti atap
bergonjong.
Bentuk gonjong diyakini berasal dari bentuk tanduk kerbau, yang
sekaligus merupakan ciri khas etnik Minangkabau.
Ukiran Rumah Gadang biasanya berbentuk garis melingkar atau persegi,
dengan motif seperti tumbuhan merambat, akar yang berdaun, berbunga
dan berbuah. Pola akar biasanya berbentuk lingkaran, akar berjajaran,
berhimpitan, berjalinan dan juga sambung menyambung. Cabang atau
ranting akar berkeluk ke luar, ke dalam, ke atas dan ke bawah. Disamping
itu motif lain yang dijumpai dalam ukiran Rumah Gadang adalah motif
geometri bersegi tiga, empat, dan genjang. Jenis-jenis ukiran Rumah
Gadang antara lain kaluak paku, pucuak tabuang, saluak aka, jalo, jarek,
itiak pulang patang, saik galamai, dan sikambang manis.
Ukiran pada rumah
adat minangkabau

Etnik Siak

pucuk rebung bersiku keluang


Motif rebung melambangkan harapan baik sebab bambu merupakan pohon yang tidak rebah
oleh tiupan kencang angin sekalipun. Motif pucuk rebuh selalu hadir pada setiap kain songket
sebagai kepala kain atau tumpal kain tersebut.
Etnik Sunda
Budaya Sunda memiliki banyak kesenian, diantaranya adalah kesenian sisingaan, tarian khas
Sunda, wayang golek, permainan anak-anak, dan alat musik serta kesenian musik tradisional
Sunda yang bisanya dimainkan pada pagelaran kesenian.

Sisingaan adalah kesenian khas Sunda yang menampilkan 2–4


boneka singa yang diusung oleh para pemainnya sambil menari.
Sisingaan sering digunakan dalam acara tertentu, seperti pada acara
khitanan.

sisingaan

Wayang golek adalah boneka kayu yang dimainkan berdasarkan


karakter tertentu dalam suatu cerita pewayangan. Wayang dimainkan
oleh seorang dalang yang menguasai berbagai karakter maupun suara
tokoh yang di mainkan.
wayang golek sunda

Etnik Betawi

ondel-ondel

Ondel-ondel adalah bentuk pertunjukan rakyat Betawi yang sering ditampilkan dalam pesta-
pesta rakyat. Tampaknya ondel-ondel memerankan leluhur atau nenek moyang yang senantiasa
menjaga anak cucunya atau penduduk suatu desa.
Etnik Jawa

Wayang adalah seni pertunjukkan asli Indonesia yang berkembang pesat


di Pulau Jawa dan Bali. Pertunjukan ini juga populer di beberapa daerah
seperti Sumatra dan Semenanjung Malaya juga memiliki beberapa
budaya wayang yang terpengaruh oleh kebudayaan Jawa dan Hindu.
wayang wong
Kain tenun lurik serat akan makna filosofi dan tak bisa dilepaskan dari
kepercayaan dan keberadaannya selalu mengiringi berbagai acara
upacara adat. Makna yang tersematkan terletak pada motif warnanya.
Ada juga corak yang dianggap sangat sakral dan menjadi sumber
nasihat, petunjuk, dan harapan. Contohnya saja lurik gedog madu yang
biasanya dugunakan dalam upacara adat mitoni ataupun siraman. Ada
motif lurik juga corak motif lasem yang biasanya digunakan untuk pakaian
perlengkapan pengantin pada zaman dahulu

Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi
bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama. Perempuan-
perempuan Jawa pada masa lampau menjadikan keterampilan mereka
dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga pada masa lalu
pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan sampai
ditemukannya "Batik Cap" yang memungkinkan masuknya laki-laki ke
batik keris jogja dalam bidang ini. Ada beberapa pengecualian bagi fenomena ini, yaitu
batik pesisir yang memiliki garis maskulin seperti yang bisa dilihat pada
corak "Mega Mendung", di mana di beberapa daerah pesisir pekerjaan
membatik adalah lazim bagi kaum lelaki.

Etnik Banjar

Rumah adat Banjar ada beberapa jenis, tetapi yang paling menonjol adalah
Rumah Bubungan Tinggi yang merupakan tempat kediaman pangeran/raja
(keraton). Jenis rumah yang ditinggali oleh seseorang menunjukkan status
dan kedudukannya dalam masyarakat.
rumah bubungan tinggi

Motif ukiran jambangan bunga adalah salah satu motif ukiran khas etnis
Banjar dalam bentuk tatah surut (relief) dan tatah baluang (kerawang) yang
diterapkan pada ornamen ukiran Rumah adat Banjar (Rumah Banjar). Motif
Motif jambangan bunga banyak ditemukan pada semua bagian rumah adat
Banjar misalnya di ukir pada tataban Rumah Bubungan Tinggi di
Kalimantan Selatan.
jambangan

Etnik Dayak
Seni rupa Dayak terlihat pada seni pahat dan patung yang didominasi motif-motif hias setempat
yang banyak mengambil ciri alam dan roh dewa-dewa dan digunakan dalam upacara adat.
penyang jimat

Penyat merupakan sejenis jimat yang diwariskan secara turun-temurun oleh keluarga Suku
Dayak. Bentuknya bermacam-macam. Ada yang berupa kayu-kayuan, batu-batuan, botol-botol
kecil yang tertutup rapat, juga taring binatang.
Etnik Asmat
Suku Asmat merupakan salah satu suku terbesar di Papua. Suku ini dikenal dengan ukiran
kayunya yang unik. Populasi suku Asmat terbagi menjadi dua yaitu pesisir pantai dan pedalaman.

proses ukiran patung suku asmat

Seni ukir Asmat lahir dari upacara keagamaan. Ukiran suku Asmat yang bersifat naturalis
memiliki beragam motif, mulai dari patung manusia, panel, perisai perahu, tifa, telur kasuari
sampai ukuran tiang. "Hasil dialog dengan arwah nenek moyang" tersebut dijadikan sebagai
pola ukiran mereka, seperti perahu, pohon, binatang dan orang berperahu, orang berburu dan
lain-lain.

C. Fungsi dan Makna Seni Rupa Etnik Indonesia


Fungsi :
 Sebagai sarana untuk mengungkapkan perasaan dan tidak terlapas dari adat istiadat.
 Sebagai sarana pelengkap kegiatan keagamaan.
 Sebagai pengingat suatu peristiwa penting.
 Sebagai sarana pembeda antara daerah satu yang satu dengan daerah lain.
 Sebagai ikon budaya bangsa.
Seperti penjelasan sembelumnya, bahwasannya karya seni rupa etnik Sangat berkaitan
dengan budaya dari setiap etnik yang ada di Indonesia,umunya karya seni rupa tersebut
berkaitan dengan hubungan manusia dan alam/roh-roh ataupun hubungan manusia dengan
tuhan,tujuannya tak lain dan tak bukan, untuk memuja dan mensyukuri anugerah tuhan berikan
dan pemaknaan sesuatu yang bersifat simbolis.
Seperti contohnya, upacara yang sudah terkenal dari masyarakat etnik dayak,yakni upacara
Tiwah. Upacara ini digunakan untuk ritual mengantarkan tulang belulang orang yang
meninggal ke Sandung. Rumah kecil yang sudah dibuat khusus oleh mereka yang sudah
meninggal disebut Sandung. Upacara ini termasuk upacara yang sangat sakral. Seni rupa Dayak
terlihat pada seni pahat dan patung yang didominasi motif-motif hias setempat yang banyak
mengambil ciri alam dan roh dewa-dewa dan digunakan dalam upacara adat.

patung ukir blontang

Contoh dari seni patung khas etnik Dayak yang bernama Blontang atau blontakng yaitu
patung ukir terbuat dari kayu ulin yang merupakan patung simbol pada upacara kematian
Kwangkey oleh Suku Dayak Benuaq di Provinsi Kalimantan Timur, Indonesia. Ukiran pada
Blontang biasanya berbentuk sosok manusia yang merupakan gambaran sosok yang meninggal.
Patung suku dayak,mereka gunakan sebagai ajimat(sebagai penolak bala)dan alat
upacara adat.motif. Ukiran khas suku dayak biasanya menggunakan motif alam, seperti
tumbuhan dan satwa sebagai simbol kepercayaan.

Makna
Seni rupa etnik memiliki maknanya masing-masing tergantung jenis karyanya. Seperti
batik motif mega mendung dari etnik Jawa yang mrmiliki motif mega mendung yang
melambangkan pembawa hujan yang dinanti-nantikan sebagai pembawa kesuburan, dan
pemberi kehidupan.Sesuai namanya yang berarti langit yang akan turun hujan, tujuh gradasi
warna batik megamendung tersebut sesuai dengan tujuh lapisan yang ada di langit. Dalam
filosofi batik megamendung, kata “mendung“ diartikan sebagai kesabaran. Jadi, sebagai
manusia, hendaknya kita tidak mudah marah, melainkan harus panjang sabar.

D. Bahan dan Teknik Seni Rupa Etnik

a. Dalam membuat batik


Semula batik dibuat di atas bahan dengan warna putih yang terbuat dari kapas yang dinamakan
kain mori. Dewasa ini batik juga dibuat di atas bahan lain seperti sutera, poliester, rayon dan
bahan sintetis lainnya. Motif batik dibentuk dengan cairan lilin dengan menggunakan alat yang
dinamakan canting untuk motif halus, atau kuas untuk motif berukuran besar, sehingga cairan
lilin meresap ke dalam serat kain. Kain yang telah dilukis dengan lilin kemudian dicelup
dengan warna yang diinginkan, biasanya dimulai dari warna-warna muda. Pencelupan
kemudian dilakukan untuk motif lain dengan warna lebih tua atau gelap. Setelah beberapa kali
proses pewarnaan, kain yang telah dibatik dicelupkan ke dalam bahan kimia untuk melarutkan
lilin.

b. Dalam membuat wayang


Bahan pokok untuk membuat wayang adalah kulit kerbau. Kulit sapi dapat digunakan sebagai
bahan baku namun tidak sebaik kulit kerbau, karena kulit sapi lebih lentur. Proses dimulai
dengan pembersihan dan pengeringan kulit kerbau. Hasil dari proses ini adalah lembaran-
lembarahan kulit. Kulit kerbau yang masih muda akan lebih baik mutunya daripada kulit kebau
yang sudah tua. Kulit kerbau muda akan lebih mudah ditatah. Kulit kerbau yang punya
penyakit kurap lebih baik mutunya karena memiliki kadar lemak yang rendah. Bahan yang di
perlukan: Tatah, Ganden/palu, Malam atau lilin, Jangka, Penggaris, Batu asahan dan Air,
Penindih, Pandukan dan Paku corekan.

c. Dalam membuat songket


Yaitu alat tenun utama yang terbuat dari kayu atau bambu dan alat penunjang yang mencakup
alat penarik benang, pembuat motif, serta alat untuk memasukkan dan mengambil
benang.Bahan untuk membuat songket yaitu benang katun, sutra, atau dari bahan lainnya yang
mendukung keindahan kain songket.

d. Dalam membuat keris


Logam dasar yang digunakan dalam pembuatan keris ada dua macam logam adalah logam besi
dan logam pamor, sedangkan pesi keris terbuat dari baja. Untuk membuatnya ringan para
Empu selalu memadukan bahan dasar ini dengan logam lain. Keris masa kini (nèm-nèman,
dibuat sejak abad ke-20) biasanya memakai logam pamor nikel. Keris masa lalu (keris kuna)
yang baik memiliki logam pamor dari batu meteorit yang diketahui memiliki kandungan
titanium yang tinggi, di samping nikel, kobal, perak, timah putih, kromium, antimonium, dan
tembaga. Batu meteorit yang terkenal adalah meteorit Prambanan, yang pernah jatuh pada abad
ke-19 di kompleks percandian Prambanan.
Teknik pembuatan:
Pembuatan keris bervariasi dari satu empu ke empu lainnya, tetapi terdapat prosedur yang
biasanya bermiripan. Berikut adalah proses secara ringkas menurut salah satu pustaka. Bilah
besi sebagai bahan dasar diwasuh atau dipanaskan hingga berpijar lalu ditempa berulang-ulang
untuk membuang pengotor (misalnya karbon serta berbagai oksida). Setelah bersih, bilah
dilipat seperti huruf U untuk disisipkan lempengan bahan pamor di dalamnya. Selanjutnya
lipatan ini kembali dipanaskan dan ditempa. Setelah menempel dan memanjang, campuran ini
dilipat dan ditempa kembali berulang-ulang. Cara, kekuatan, dan posisi menempa, serta
banyaknya lipatan akan memengaruhi pamor yang muncul nantinya. Proses ini disebut saton.
Bentuk akhirnya adalah lempengan memanjang. Lempengan ini lalu dipotong menjadi dua
bagian, disebut kodhokan. Satu lempengan baja lalu ditempatkan di antara kedua kodhokan
seperti roti sandwich, diikat lalu dipijarkan dan ditempa untuk menyatukan. Ujung kodhokan
lalu dibuat agak memanjang untuk dipotong dan dijadikan ganja. Tahap berikutnya adalah
membentuk pesi, bengkek (calon gandhik), dan terakhir membentuk bilah apakah berluk atau
lurus. Pembuatan luk dilakukan dengan pemanasan.
Tahap selanjutnya adalah pembuatan ornamen-ornamen (ricikan) dengan menggarap bagian-
bagian tertentu menggunakan kikir, gerinda, serta bor, sesuai dengan dhapur keris yang akan
dibuat.
Tahap terakhir, yaitu penyepuhan, dilakukan agar logam keris menjadi logam besi baja.
Tindakan penyepuhan harus dilakukan dengan hati-hati karena bila salah dapat membuat bilah
keris retak.

E. Perkembangan Seni Rupa Etnik Indonesia Sejak Kemerdekaan


Perkembangan seni rupa etnik sejak zaman kemerdekaan,tidak terlepas dari keberhasilan
perkembangan masa-masa sebelumnya,terutama pada masa persagi dan masa kedudukan
jepang,pada dua masa itu,masyarakat Indonesia mulai berpikir untuk bebas berekspresi dalam
penciptaan karya seni rupa,di tambah lagi setelah masa kemerdekaan.
Pada masa kemerdekaan benar-benar mendapatkan kebebasan yang sesungguhnya. Hal ini
ditandai dengan munculnya berbagai kelompok atau perkumpulan seniman,yaitu antara
 Pada tahun 1946 berdiri SIM (Seniman Indonesia Muda) yang sebelumnya bernama
“Seniman masyarakat”. Dipimpin oleh S. Sudjojono, anggotanya : Affandi, Sudarso,
Gunawan, Abdus Salam, Trubus dan sebagainya.
 Pada tahun 1947 berdiri perkumpulan pelukis rakyatyang dipimpin oleh Affandi dan
Hendra yang keluar dari perkumpulan SIM. Anggota dari pelukis rakyat antara lain :
Hendra, Sasongko, Kusnadi dan sebagainya.
 Pada tahun 1948 berdiri perkumpulan yang memberikan kursus menggambar, yaitu
Prabangkara. Selanjutnya para tokoh SIM, Pelukis rakyat dkk. merumuskan pendirian
lembaga pendidikan Akademi Seni Rupa.Tokoh perintisan lembaga tersebut antara lain S.
Sudjojono, Hendra Gunawan, Djayengasmoro, Kusnadi, Sindusisworo dan lain-lain.
 Pada tahun 1950 di Bandung berdiri Balai Perguruan Tinggi Guru Gambaryang dipelopori
oleh Prof. Syafei Sumarja dibantu oleh Muhtar Apin, Ahmad Sadali, Sudjoko, Edi Kanta
Subraka dan lain-lain.
 Pada tahun 1959 Balai Perguruan Tinggi Guru Gambar berubah menjadi jurusan Seni Rupa
pada Institut Teknologi Bandung.
Dari hal-hal tersebut la banyak para seniman dan orang kreatif lainnya mengembangkan seni
rupa etnik yang kesan dan fungsinya untuk hal hal tertentu,berubah ke hal yang lebih modern,hal
tersebut dikarenakan,setelah kemerdekaan Indonesia,banyak orang –orang kreatif yang bebas
mengekspresikan pikirannya untuk mengembangkan suatu karya karena sudah tak dirundung rasa
ketakutan terhadap sistem kolonialisasi yang dimana orang-orang sulit untuk berekspersi karna
dibelenggu rasa ketakutan terhadap penjajah,
Seperti,batik, Batik dahulu dimasa sebelum kemerdekaan,hanya sebatas pakai adat yang
digunakan etnik jawa,khususnya kaum ningrat/bangsawa saja,motif dan gaya pun tak banyak
berkembang,namun.
Saat ini penggunaan batik tidak seperti pada zaman dahulu yang memiliki berbagai aturan
dalam penggunaannya. Batik menjadi lebih bebas dikreasikan dalam bentuk apa pun dan dapat
dijadikan busana untuk dipakai sehari-hari maupun untuk bepergian ke mana pun. Saat kita
melihat batik pada masa sekarang kemudian melihat batik pada masa lalu, terlihat banyak sekali
perbedaannya. Dengan berbagai keberagaman yang dimiliki dalam motif, warna, teknik
pembuatan dan jenis bahan. Selain itu motif batik sekarang sudah tidak terpaku pada bentuk-
bentuk motif tradisional saja, batik di era modern perkembangannya sangat luas dan bebas, mulai
dari pengembangan unsur motif klasik hingga pengolahan motif yang sangat ekspresif.
Keberagaman motif ini sangat tergantung dari pencipta atau kreator batik tersebut. Motif batik
bisa berupa pengayaan flora atau fauna secara bebas, sebuah cerita kehidupan sehari-hari masa
sekarang atau masa lampau, bahkan bisa berupa motif logo tim sepak bola.
Pewarnaan batik sekarangpun bisa dilakukan dengan cara pewarnaan menggunakan zat warna
sintetis dibantu oleh mesin yang canggih, tidak lagi brgantung pada zat warna alami yang
prosesnya sangat lama. Teknik membatik pun berkembang. Zaman dahulu teknik batik
perintangan dengan malam dilakukan menggunakan berbagai macam canting. Dalam
perkembangannya, tidak hanya canting saja yang digunakan. tetapi juga bisa menggunakan kuas.
Bahkan, pewarnaannya tidak lagi hanya celup tetapi bisa dengan menggunakan air-brush atau
dengan teknik colet. Pengembangan teknik yang tanpa batas ini akhirnya mampu mengembangkan
berbagai efek dan tekstur dalam motif batik modern.

F. Perkembangan Seni Rupa Etnik Modern Indonesia


Seni rupa modern indonesia, juga disebut seni rupa masa kini, merupakan periode termuda dari
perkembangan seni rupa di Indonesia sejak masa prasejarah yang berlanjut ke prot-sejarah, masa
klasik-kecandian; Hindu-Budha dan seterusnya seni rupa Islam. Singkatnya seni rupa
etnik/tradisional Indonesia yang telah hadir sebelumnya dan yang sebagian darinya sekarang
masih hidup dan di lestarikan.
Dalam bandingan dengan usia seni tradisional yang tua itu, yang telah mengalami perjalanan
sejarah selam hampir 4000 tahun (sejak 2000 tahun sebelum masehi hingga kini) maka usia seni
rupa modern indonesia relatif masih sangat muda. Yakni 150 tahun sejak perintisan pertama oleh
Raden Saleh sng hsmpirhampir terputus selama 50 tahun sebelum nampak kembali penerusannya
secara lebih bergairah, mulai 1925 hingga kini.
Seni rupa masa kini Indonesia bersifat baru, yang berbeda dengan seni rupa etnik tadisional
dengan telah melepaskan cara-cara khas tradisional dalam pembentukan rupa, pemilihan tema dan
dalam pemakain bahan maupun dalam fungsi kegunaanya.
Tidak lagi memahat patung nenek moyang dan menatah serta menyungging tokoh-tokoh
pewayangan dalam bermacam-macam bentuknya, guna memvisualisasikan sastra pedalangan
sebagai sarana ajaran moral manusia dalamhidup di masyarakat, menurut pandangan murni
ketimuran.sedangkan seni rupa masa kini Indonesia tidak bermaksud mengembangkan bakat seni
pribadi atau potensi kreatif-artistik individu seniman, dengan wawasannya sebagai manusia
berbudaya baru yang berpandangan universal,. Ini berpengaruh dalam memperluas pandangan
estetis dan dalam menggarap tema kehidupan dan budaya dnegan cara intuitif dari pernungan
pribadi, atau secara kritis analistis-ilmiah.
Namun ini tidak berarti terputusnya hubungan evaluatif antara seni rupa modern indonesia
dengan seni rupa etnik tradisional oleh seniman indonesia, sesuai arti orientasi budaya yan seluas-
luasnya terhadap nilai-nilai seni yang bermutu dimanapun ini berada.
Seni etnik tradisioanal Indonesia yang kaya dalam misi atau pesan dengan makna simbolis.
Seni tradisional yang beragam dalam gaya dengan stilasi bentuknya di masing-masing daerah,
berciri khas atau orijinal itu, bagi sebagian seniman modern Indonesia, khususnya mereka yang
tali budaya tradisinya belum putus, merupakan sumber inspirasi bagi penciptaan karya barunya
dan sekaligus bagi penuangan identitas etnik atau kebangsaan dengan nilai karakteristik di
samping nilai universal, dari kebebasan komposisi pembentukan karyanya yang baru dan pribadi.
Karyanya merupakan sumbangan seniman modern Indonesia dalam memperkaya seni rupa
modern Indonesia.

G. Masuknya Pengaruh Seni Rupa Hindu-Budha ke Indonesia

1. Perkembangan Seni Rupa Budha di Indonesia

Seni rupa Buddha atau Seni Buddhis adalah seni rupa yang dipengaruhi ajaran Agama Buddha.


Karya seni ini meliputi beberapa media seperti: arca, relief, dan lukisan yang
menampilkan Buddha, bodhisatwa, dan entitas lainnya; tokoh-tokoh Buddhis yang terkenal, baik
tokoh sejarah atau pun tokoh mitologis; adegan kisah kehidupan para tokoh Buddhis; benda-benda
yang dikaitkan dengan praktik ritual Buddha seperti wajra, genta, dan stupa; mandala dan media
pencitraan lainnya; arsitektur candi dan wihara Buddha, juga termasuk seni rupa Buddha.
Seni rupa Buddha berasal dari anak benua India berdasarkan sejarah kisah kehidupan dan
ajaran Siddhartha Gautama, pada abad ke-6 sampai ke-5 SM, berkembang dan berevolusi karena
bersentuhan dengan budaya lain, kemudian menyebar ke sebagian besar wilayah benua Asia dan
dunia.
Seni rupa Buddha tumbuh mengikuti penyebaran penganutnya sesuai dengan perkembangan
ajaran dharma. Dari India seni rupa Buddha menyebar ke utara memasuki Asia Tengah, dan
kemudian berkembang ke Asia Timur membentuk cabang utara seni rupa Buddha. Seni rupa
Buddha juga berkembang ke arah timur, dari India menuju Asia Tenggara dan kemudian
membentuk cabang selatan seni rupa Buddha. Di luar India, seni rupa ini diterapkan, diadaptasi,
dan berkembang sedemikian rupa sesuai dengan gaya negara-negara yang mengembangkannya. Di
India, seni rupa Buddha berkembang dan kemudian memengaruhi perkembangan seni rupa Hindu
dan Jaina, hingga kemundurannya pada abad ke-10 akibat pesatnya perkembangan agama Hindu
dan Islam di India.
Tahap pra-ikon (abad ke-5 hingga abad ke-1 SM)

Telapak kaki Buddha. Abad ke-1 Gandhara

Pada periode abad ke-2 hingga ke-1 SM, seni pahat Buddhis semakin jelas menggambarkan
episode kehidupan Buddha dan ajarannya. Bentuk karyanya berupa kepingan tablet nazar
pemujaan atau ukiran, biasanya terkait dengan hiasan stupa. Meskipun India memiliki tradisi
seni patung yang panjang serta keahlian dalam ikonografi yang kaya, Buddha pada periode ini
tidak pernah digambarkan dalam wujud manusia, melainkan hanya melalui simbolisme Buddha.
Ada pula pendapat yang menyatakan bahwa perwujudan Buddha sudah ada sejak masa
hidup Buddha Gautama. Akan tetapi pada masa awal ini wujud Buddha dibuat dari patung kayu,
dan mungkin telah lapuk dan musnah ditelan waktu. Menurut tradisi Tibet, China, dan Jepang,
patung pertama Buddha diukir dari kayu cendana,[3] dan tradisi pemujaan dengan memberikan
sesaji persembahan sekantung serbuk kayu cendana, hingga kini masih bertahan di Jepang.
Meskipun demikian, tidak ada bukti arkeologi yang mendukung pendapat ini, karena bukti
arkeologi perwujudan sosok Buddha tertua ditemukan pada koin emas wangsa Kushan, dari
kurun 150 sampai 50 SM.
Contoh paling awal dari seni rupa Buddha di India berasal dari abad ke-1 SM. Vihara
Mahabodh di Bodh Gaya, yang kemudian menjadi contoh bangunan serupa di Myanmar dan
Indonesia. Fresko di Sigiriya disebutkan berusia lebih tua daripada fresko di Gua Ajanta.[4]
Tahap ikon (abad ke-1 M hingga kini)

Perwujudan Buddha dalam Seni Buddha-Yunanidari Gandhara, Abad pertama masehi

Seni rupa Gandhara diuntungkan karena selama berabad-abad bersentuhan


dengan kebudayaan Yunani sejak penaklukan Aleksander Agungpada tahun 332 SM.
Tumbuhnya kerajaan Yunani-Baktria dan kerajaan Indo-Yunani mendorong tumbuhnya Seni
Buddha-Yunani. Arca-arca Buddha dari Gandhara menampilkan pengaruh artistik Yunani, dan
disebutkan bahwa gagasan "manusia-dewa" sesungguhnya diilhami oleh budaya Mitologi
Yunani.[5] Sebagai contoh, Herakles dengan jubah dan cawat kulit singa (dewa pelindung
Demetrius I dari Baktria) "dijadikan sebagai model penggambaran bodhisatwa Wajrapani,
pengawal Buddha."

Lukisan dinding Padmapani dan Wajrapani di
kedua sisi Gua 1 di Gua Ajanta

Seni rupa Buddha terus berkembang di India hingga beberapa abad kemudian. Pada
abad ke-5 M, fresko atau seni lukis dinding Buddha mencapai puncak pencapaian estetikanya
dengan contoh karya terbaik; fresko Boddhisatwa Padmapanidengan ekspresi yang teduh nan
anggun terlukis di dinding Gua Ajanta, yang dikembangkan oleh Raja Harishena dari Wangsa
Wakataka. Seni Buddha di India yang berasal dari periode ini seolah menjadi purwarupa bagi
karya seni Buddha di wilayah lain, menjadi contoh dan diteladani. Patung batu pasir berwarna
merah muda dari Mathura yang berkembang pada masa Kekaisaran Gupta kurun abad ke-4
sampai ke-6 M telah mencapai tingkat kehalusan dan keindahan yang sedemikian rupa dalam
penyelesaian dan modelnya. Seni rupa aliran Gupta menjadi sedemikian berpengaruhnya
hingga menyebar ke wilayah Asia lainnya. Pada abad ke-10, seni Buddha mulai memudar di
India, sedangkan Hindu dan Islam terus berkembang di India.
Seni rupa Buddha utara cenderung dicirikan dengan panteon yang kaya dan sinkretis,
dengan banyak wujud menggambarkan Buddha, Bodhisatwa, dewata, dan makhluk-makluk
surgawi.

Relief rendah di Borobudur. Arca Buddha di Borobudur.


Beberapa contoh arca Buddha Mahayana berupa arca bodhisatwa dari periode ini
ditemukan di kawasan Asia Tenggara.

Arca Awalokiteshwara perunggu berlapis


emas gaya Malayu-Sriwijaya, ditemukan
2. Perkembangan Seni Rupa Hindu di Indonesia
di Jambi, Sumatera.
Seni rupa Hindu Indonesia awal mulanya datang dari India lewat agama, politik, dan
perdagangan yang tersebar di wilayah Indonesia. Wilayah yang menjadi pusat perkembangan seni
rupa ini yaitu seperti Bali, Jawa, dan Sumatera yang kemudian lambat-laun bercampur dengan
kebudayaan daerah Indonesia. Akulturasi yang terjadi ini berlangsung dalam kurun waktu yang
bertahap melalui proses imitasi (peniruan), adaptasi (penyesuaian), dan kreasi (penguasaan). Hasil
kreasi yang membentuk seni yang indah ini menjadikan seni rupa Hindu cukup berpengaruh di
Indonesia dan menjadi sejarah yang berharga.
Seni rupa dari Hindu memiliki ciri-ciri tersendiri yang membedakannya dengan seni rupa
lainnya. Sifat yang dibawanya adalah feodal, yaitu pusat kesenian berada di istana dan juga
bersifat sakral. Jenis kesenian ini menjadi media pada upacara adat yang dilakukan. Selain itu,
sifatnya juga lebih konvensional, dimana kesenian ini merupakan hasil akultrasi antara
kebudayaan India dan Indonesia sehingga membentuk seni rupa Hindu Indonesia yang terpadu.
Karya seni dari perpaduan ini bisa diamati dari terbentuknya bangunan candi, pura, dan puri.
Banyak candi-candi di Indonesia yang mengisyaratkan lahirnya seni rupa yang terakulturasi,
misalnya saja seperti Candi Borobudur, Candi Sari, dan lain-lain. Setiap candi biasanya memberi
fungsi masing-masing. Ada yang didirikan untuk tempat raja bertapa, sebagai gapura atau pintu
gerbang, tempat bersemedi, dan berbagai fungsi lainnya yang disesuaikan dengan kebudayaan
Hindu di Indonesia.
Candi yang dibangun biasanya memiliki struktur yang khas, seperti atap yang berbentuk limas
dan bermahkota stupa, terdapat banyak patung dan arca di sekitar tubuh candi, serta kaki candi
yang biasanya berbentuk bujur sangkar. Tak jauh berbeda dengan bangunan pura ataupun puri,
masing-masingnya juga memiliki keunikan tersendiri. Pura yang biasa banyak kita temui yaitu
dibangun di Bali. Tempat pembangunan pura ada yang didirikan di tepi pantai, di daerah
persawahan, di lereng gunung, dan di komplek istana. Jika pura lebih banyak mengambil peran
sebagai pusat spritualitas, puri lebih berperan sebagai pusat dari pemerintahan, sekaligus juga
sebagai pusat keagamaan. Itulah beberapa bangunan yang menunjukkan karya dari seni rupa
Hindu Indonesia

H. Masuknya Pengaruh Seni Rupa Islam ke Indonesia


Seni rupa Islam adalah seni rupa yang berkembang pada masa lahir hingga akhir masa
keemasan Islam. Rentang ini bisa didefinisikanmeliputi Jazirah Arab, Afrika Utara, Timur
Tengah, dan Eropa sejak mulai munculnya Islam pada 571 M hingga mulai mundurnya
kekuasaanTurki Ottoman. Walaupun sebenarnya Islam dan keseniannya tersebar jauh lebih luas
daripada itu dan tetap bertahan hingga sekarang.
Seni rupa Islam adalah suatu bahasan yang khas dengan prinsip seni rupa yang memiliki
kekhususan jika dibandingkan dengan seni rupa yang dikenal pada masa ini. Tetapi perannya
sendiri cukup besar di dalam perkembangan seni rupa modern. Antara lain dalam pemunculan
unsur kontemporer seperti abstraksi dan filsafat keindahan. Seni rupa Islam juga memunculkan
inspirasi pengolahan kaligrafi menjadi motif hias.
Dekorasi di seni rupa Islam lebih banyak untuk menutupi sifat asli medium arsitektur daripada
yang banyak ditemukan pada masa ini, perabotan. Dekorasi ini dikenal dengan istilah arabesque.
Peninggalan seni rupa Islam banyak berbentuk masjid, istana, ilustrasi buku, dan permadani.

Lukisan Islam mengandungi unsur-unsur berulang, misalnya penggunaan reka


bentuk geometri berbunga-bunga atau bersayur-sayuran dalam gaya ulangan yang dikenali
sebagai arabes. Arabes dalam lukisan Islam sering dipergunakan untuk melambangkan
sifat Allah yang unggul, tidak terbahagi, dan tidak terbatas.
Ciri dan periodisasi

Masjid Al-Aqsa, simbol kekayaan seni rupa Islam


Seni rupa Islam tidak berdiri sendiri seperti Seni rupa Buddha ataupun Barat. Ia merupakan
gabungan dari kesenian daerah-daerah taklukan akibat adanya ekspansi oleh kerajaan bercorak
Islam di sekitar Timur Tengah, Afrika Utara, Asia Kecil, dan Eropa dan penakulukan oleh
bangsa Mongol.
Daerah ini didefinisikan sebagai Persia, Mesir, Moor, Spanyol, Bizantium, India, Mongolia,
dan Seljuk. Selain itu ditemukan pula pengaruh akibat hubungan dagang, seperti Tiongkok. Ini
disebabkan miskinnya seni rupa asli Arab pada saat itu walaupun dalam bidang sastra dan musik
sebenarnya memperlihatkan hal yang menakjubkan. Keberagaman pengaruh inilah yang membuat
seni rupa Islam sangat kaya.
Hal ini terutama bisa dilihat dari arsitektur Islam yang memperlihatkan gabungan corak dari
berbagai daerah.
1. Seni rupa asli Jazirah Arab
Seni rupa asli Jazirah Arab bisa terlihat dari arsitektur di sekitar wilayah Makkah dan Madinah.
Kedua kota ini merupakan pusat pemerintahan pada masa Nabi Muhammad.
Biasanya arsitektur asli Jazirah Arab berupa bentuk bangunan segi empat sederhana yang
difungsikan sebagai tempat ibadah. Bagian tengah merupakan lapangan terbuka dengan dikelilingi
pilar, dinding, dan kamar-kamar. Lapangan berfungsi sebagai tempat salat berjamaah dan di bagian
depan kiblat terdapat mimbar untuk khatib yang memberikan ceramah keagamaan.
Contoh bangunan yang masih memperlihatkan ciri arsitektur ini adalah Masjid Nabawi.
2. Seni rupa Umayyah

Masjid Umayyah, Syria

Seni rupa pada zaman Umayyah banyak dipengaruhi oleh kesenian Bizantium, sebagai akibat
dipindahkannya pusat pemerintahan Islam dari Makkah ke Syria. Seni rupa ini banyak
memperlihatkan ciri seni rupa kristen awal, yaitu bentuk-bentuk basilika dan menara. Seperti bisa
dilihat di Masjid Umayyah yang awalnya adalah Gereja Johannes di Damaskus. Interior masjid ini
digarap seniman-seniman Yunani dari Konstantinopel.
3. Seni rupa Abbasyiah
Perkembangan seni rupa periode ini dimulai sejak tahun 747 M sebagai akibat keruntuhan
Dinasti Umayyah akibat revolusi oleh Keluarga Abbasiyah bersama kelompok Syiah. Seni rupa ini
terkonsentrasi di pusat pemerintahan baru di daerah Baghdad dan kemudian pindah ke Sammara,
Persia (sekarang wilayah Iran dan Irak). Walaupun sebenarnyaBaghdad adalah pusat pemerintahan
dan kebudayaan, namun penyerangan oleh bangsa Mongol membuat hampir seluruh peninggalan
di daerah ini musnah, sehingga bukti karya lebih banyak didapat di daerah-daerah sekitarnya.
Seni rupa pada zaman ini maju akibat lancarnya perdagangan dengan bangsa Syria, Tiongkok,
India, dan bahkan Nusantara. Selain itu dimulai banyak penerjemahan tulisan-tulisan kuno Yunani,
sehingga seni ilustrasi berkembang.
Peninggalan penting dari masa ini adalah Masjid Mutawakkil, Masjid Abu Delif, dan bekas
istana kalifah. Masjid pada zaman ini berciri mirip bangunan kuno mesopotamia, yaitu menara
yang semakin mengecil di bagian ujungnya dan motif hias abjad Kufa, yaitu motif hias dari
kaligrafi berbentuk tajam dan kaku. Selain itu ditemukan bentuk tiang melengkung.
4. Seni rupa Turki
Pada masa ini seni rupa yang berkembang adalah dekorasi dan tekstil. Antara lain ditemukan
teknik hias batu bata. Selain itu ditemukan kaligrafi dengan abjad nashi dan juga banyak pengaruh
keramik-keramik Tiongkok dari dinasti Sung.
5. Seni rupa Kordoba
Dimulai pada tahun 750, Seni rupa Kordoba meliputi daerah Spanyol dan Moor. Contoh
peninggalannya adalah Masjid Kordoba. Ia merupakan gabungan kesenian Yunani klasik dan
kesenian lokal yang tidak terorganisasi dengan baik menjadi satu kesatuan. Ciri utamanya adalah
pelengkung tapal kuda.

Proses berkembangnya Agama Islam di Indonesia meninggalkan telah mempengaruhi corak


dan kebudayaan Indonesia asli. Percampuran unsur-unsur budaya antara budaya Islam dan budaya
asli Indonesia melahirkan akulturasi kebudayaan. Perwujudan akukturasi kebudayaan itu dalam
bentuk seni bangunan dan arsitektur, seperti mesjid, keraton, nisan makam, seni tulis indah atau
kaligrafi, dan seni sastra.

I. Masuknya Pengaruh Seni Rupa Eropa ke Indonesia


Masuknya seni Eropa ke perairan Indonesia dibawa oleh kaum pedagang pencari rempah-
rempah dari Eropa pada abad ke 16; seperti pedagang Portugis di Selat Malaka (1511) dan
pedagang Belandan di perairan Maluku –di Tidore dan Ternate- (1516). Kaum pedagang ini
membawa beragam jenis cinderamata untuk para penguasa lokal, yang antara lain berupa lukisan.
Pada umumnya lukisan itu berupa lukisan potret atau pemandangan. Cinderamatalainnya biasa
berupa ragam perhiasan emas, kain sutera, porselen China dan lain sebagainya. Selain membawa
lukisan-lukisan sebagai cinderamata, para pedagang Belanda (VOC) di perairan nusantara
membawa tukang gambar (draftmen) amatir untuk mendokumentasikan perjalanan, membuat peta
geografi: posisi gunung api, karang, teluk, benteng serta flora dan fauna. Tidak ketinggalan pula
penggambaran figur penduduk setempat. Hanya saja, gambar-gambar awal perjalanan ini biasanya
berakhir di lemari simpan administrator VOC di Belanda, untuk melindungi kepentingan Belanda
di Timur. Beberapa dari hasil gambar ini kelak dicetak dengan teknik etsa dan litografi.
Di masa ini, cerita petualang di dunia Timur (Oriental) benar-benar menarik perhatian orang
Eropa. Langkanya literatur mengenai Timur membuat para petualang tersebut selalu ditunggu-
tunggu ceritanya di kafe-kafe. Cerita mitologi laut dan Timur merupakan cerita paling menarik
untuk didengar. Dan, semua ini membuat karya-karya para tukang gambar perjalanan yang dicetak
dalam bentuk kartu mendapat pasaran bagus. Persepsi orang Eropa tentang Timur kemudian
berkembang, masuk ke dalam akademi-akademi, juga senirupa, menjadi sebuah jalur pikiran yang
disebut Orientalisme.
Pada tahun 1816 secara resmi administasi nusantara di bawah pemerintahan kerjaaan Belanda.
Saat itulah penjajahan Belanda terhadap Indonesia di mulai. Pada masa penjajahan, ekspedisi
dipimpin oleh seorang profesor kelahiran Jerman, Caspar Reinward, yang diangkat sebagai
gubernur untuk BSAS. Profesor Reinward dibantu dua profesional drafter, Adrianus Johannes
danJannes Theodorus Bik. Seorangpelukis Belgia, Antoine Auguste Joseph Payen diundang serta
dalam tim ekspedisi ilmiah BSAS. Terpisah dari pendokumentasian ilmiah BSAS, beberapa
seniman petualang Eropa mulai datang dan menetap di nusantara –saat itu mulai dikenal sebagai
Netherland East Indies-. Bersama dengan penelitian ilmiah BSAS, para seniman petualang mulai
masa yang disebut sebagai seni rupa masa kolonial di nusantara.
Ruud Spruit, seorang peneliti seni rupa, memperkirakan sekitar 1,200 seniman Eropa
berdatangan pada masa penjajahan Belanda 1816-1942. Mereka antara lain adalah Marius Bauer,
WOJ Niewkamp, Walter Spies, Rudolf Bonnet, William Hofker, Isaac Israel, Rolland Strasser,
Carel Dake Jr, dan banyak lagi. Seniman-seniman ini menghasilakan lukisan-lukisan bertema
genre lokal. Tema pemandangan alam : gunung, sawah, laut, penduduk pribumi –ekspresi khas
pemikiran Orientalisme- mendominasi karya para seniman dalam berbagai gaya naturalisme,
realisme, impressionisme hingga post impressionisme. Ini kelak di sebut sebagai Mooi Indie
(Hindia Molek) oleh pelukis Indonesia Sindudarsono Sujoyono (terkenal dengan nama Sujoyono).
Seiring dengan berdatangannya para seniman Eropa, dan meningkatnya kelas menengah Eropa
pemegang kendali administrasi dan perdagangan, di tahun1902 didirikan Bataviasche Kunstking
(The Batavian Art Cirle), kemudian diikuti Bond van Nederlandsch-Indische Kunstkringen (The
Alliance of Art Circles of the Netherland East Indies) di tahun 1916. Sejak saat itu beberapa
konser, pameran maupun seminar banyak diadakan di dua institusi tersebut. Hanya saja, baik
pengunjung maupun anggota yang diperkenankan hadir mengikuti acara-acara tersebut dibatasi
untuk orang-orang Eropa dan sedikit elite pribumi. Ironinya, bahwa banyak pertunjukkan lokal
dipertontonkan untuk para elite tersebut. Sangat sedikit acara internasional dibuka untuk umum.
Antara lain pameran seni rupa koleksi seorang pemilik pabrik cat P.A.R., Regnault. Koleksinya
antara lain karya van Gogh, de Toulouse-Lautrec, Redon, Utrillo, Gauguin, van Dongen,
Kandinsky, Chagall, Picasso, Kollwitz, de Chirigo, Ensor, Sluyter dan Dufy yang digelar tiap
tahun mulai 1935-1939.

J. Kesimpulan Seni Rupa Indonesia


Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa seni rupa terbai atas berbagai jenis etnik
yang dikembangkan sehingga memiliki ciri khas bangsa Indonesia. Hal-hal tersebut membuat
Negara kita menjadi negara tujuan untuk berdagang oleh berbagai suku bangsa di luar
Indonesia,dan merekapun membawa budaya mereka,dan terjadilah asimilasi budaya. Seni rupa
suatu etnik itu berkembang sesuai dengan perkembangan seni rupa suatu Negara,

Seni Rupa Etnik Modern Indonesia adalah suatu bentuk perwujudan seni yang akibat dari
pengaruh kaidah seni Barat/Eropa yang dalam perkembangannya sejalan dengan perjuangan
bangsa Indonesia untuk melepaskan diri dari penjajah.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Kesenian_Suku_Asmat#:~:text=Bagi%20suku%20Asmat%2C%20seni
%20ukir,diwariskan%20dari%20generasi%20ke%20generasi.&text=Seni%20ukir%20Asmat%20lahir
%20dari,telur%20kasuari%20sampai%20ukuran%20tiang.
https://nasional.sindonews.com/berita/1291798/15/suku-suku-tertua-di-indonesia-apa-
saja#:~:text=Suku%20Jawa%20merupakan%20suku%20tertua,ini%20dihuni%20oleh%20Suku
%20Jawa.
https://serupa.id/seni-rupa-tradisional-pengertian-sifat-ciri-sejarah-dan-contoh/
https://serupa.id/sejarah-seni-rupa-indonesia-prasejarah-hingga-modern/
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132319840/pendidikan/kuliah-psb-15.pdf
https://teropong.id/forum/2017/10/13/pengertian-seni-tradisional-ciri-ciri-jenis-cabang-fungsi-seni-
tradisional/
https://sipadu.isi-ska.ac.id/sidos/rpp/20171/rpp_98941.pdf
http://encyclopedia.jakarta-tourism.go.id/post/litografi-hindia-belanda?lang=id

https://www.kompas.com/skola/read/2020/05/27/194500369/pengaruh-kebudayaan-hindu-buddha-di-
indonesia?page=all
http://coretanwnh.blogspot.com/2015/01/ragam-seni-rupa-indonesia.html

https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwi_k4e6oqrtAhV363MB
HfymCVMQFjABegQIAxAC&url=https%3A%2F%2Fwww.batiqa.com%2Fid%2Fhotels%2Fcirebon
%2Fread-article%2FBatik%2520Megamendung%2C%2520Batik%2520Kebanggaan%2520Khas
%2520Cirebon%23%3A~%3Atext%3DSesuai%2520namanya%2520yang%2520berarti%2520langit
%2Cmarah%252C%2520melainkan%2520harus%2520panjang
%2520sabar.&usg=AOvVaw0PBFghTGE0RJ_GeSIBWgKj

https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Gayo#:~:text=Bentuk%20kesenian%20Gayo%20yang
%20terkenal,seni%20bertutur%20yang%20disebut%20Didong.&text=Di%20samping%20itu%20ada
%20pula,(seni%20berpidato%20berdasarkan%20adat).
SENI RUPA MODERN INDONESIA

Untuk melengkapi tugas mata kuliah :


WAWASAN SENI

Dosen Pengampu : Drs. Syahruddin Harahap, M. SI.

DISUSUN OLEH :

GENIE SOPHEEN

(2203151014)

KELAS D

PENDIDIKAN SENI RUPA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


2020
KATA PENGANTAR

Puji beserta syukur kehadirat Tuhan yang maha Esa karna berkat rahmat dankarunia-Nya saya
dapat menyelesaikan tugas Seni Rupa Modern Indonesia ini untuk memenuhi tugas mata kuliah
“Wawasan Seni”. Dan saya berterima kasih kepada Bapak Drs. Syahruddin Harahap, M. SI. selaku
Dosen Mata Kuliah Wawasan Seni yang telah memberikan tugas ini kepada saya.

Saya sangat berharap semoga tugas ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai materi Wawasan Seni dan semoga tugas yang sederhana ini dapat di
pahami oleh siapapun yang membacanya dansekiranya tugas ini dapat berguna bagi saya sendiri
maupun pembacanya.

Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan yang jauh dari
kata sempurna baik itu dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.Oleh karena itu saya
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar sayadapat memperbaiki tugas saya ini dan
sekaligus saya meminta maaf.

Medan, 10 Desember 2020

GENE SOPHEEN

2203151014
Seni Rupa Modern Indonesia

Seni Rupa adalah cabang seni yang memiliki sejarah yang sangat kuat dan merupakan bagian dari
aktivitas manusia yang turut menandakan kehadiran sebuah era kebudayaan. Seni rupa modern adalah
suatu karya seni rupa yang merupakan hasil kreativitas untuk menciptakan karya yang baru atau
dengan kata lain karya seni rupa pembaruan.Seni modern lahir dari dorongan untuk menjaga standar
nilai estetik yang kini sedang terancam oleh metode permasalahan.

Seni rupa modern Indonesia adalah suatu bentuk perwujudan seni yang akibat dari pengaruh
kaidah seni Barat/Eropa yang dalam perkembangannya sejalan dengan perjuangan bangsa Indonesia
untuk melepaskan diri dari penjajah.

Seni rupa modern yang berkembang di Eropa sejak awal abad ke-19 pengaruhnya masuk ke
Indonesia pada awal abad ke-20. Raden Saleh adalah seorang anak bangsa yang telah belajar seni lukis
dan mengembara di Eropa selama kurang lebih 20 tahun pulang ke Indonesia dengan membawa gaya
dan teknik melukis yang diperoleh di Eropa.

Para ahli menetapkan sejak kepulangan Raden Saleh itulah dimulai perkembangan seni rupa
modern di Indonesia. Dalam perkembangannya seni rupa modern di Indonesia mengalami periodisasi
sebagai berikut:

1. Periode Perintis (1807-1880)

Raden Saleh

Perkembangannya diawali oleh pelukis Raden Saleh. Berbekal pengalaman belajar melukis di
luar negeri seperti di Belanda, Jerman, Prancis, dia dapat merintis kemunculan seni rupa modern
di Indonesia. Corak lukisannya beraliran romantis dan naturalis. Disebut sebagai zaman perintis
karena merupakan awal dari perkembangan Seni Lukis modern di indonesia.
Contoh karya-karya masa perintisan
Hutan terbakar Perkelahian
antara hidup dan
mati

Pangeran Berburu Banteng


Diponegoro di Jawa

Berburu Rusa Badai/TheStorm


(1851)

2. Periode Hindia Molek (Indie Mooi) / Masa Indonesia Jelita (1920 – 1938)
Periode ini merupakan kelanjutan dari periode perintisan setelah pakum beberapa saat karena
meninggalnya Raden Saleh. Kemudian munculah seniman Abdullah Surio Subroto dan diikuti
oleh anak-anaknya, Sujono Abdullah, Basuki Abdullah, dan Trijoto Abdullah. Pelukis-pelukis
Indonesia yang lain seperti Pirngadie, Henk Ngantung, Suyono, Suharyo, dan Wakidi. Masa ini
disebut dengan masa Indonesia jelita karena pelukisnya melukiskan tentang kemolekan/keindahan
objek alam. Pelukis hanya mengandalkan teknik dan bahan saja. Karya Abdullah SR.
Contoh lukisan pada periode ini adalah:

The Day’s end Mount Mountain Landscape


Lukisan cat minyak Karya Wakidi
Karya Abdullah SR
Gunung Merapi Ir Soekarno
Karya Basuki Karya Basuki Abdullah
Abdullah

Lukisan
pemandangan Ibu dan Anak
Priangan Karya Basuki Abdullah
Karya Abdullah
Suriosubroto
(1935)

Pemandangan Djawa Upacara Pembakaran


Tengah Jenazah di Bali
Karya Basuki Abdullah
Karya Abdullah
Suriosubroto

3. Periode Persagi (Persatuan Ahli-ahli Gambar Indonesia)


Pada periode ini di Indonesia sedang terjadi pergolakan. Bangsa Indonesia berjuang untuk
mendapatkan hak yang sejajar dengan bangsa-bangsa lain, terutama hak untuk merdeka dari
penjajahan asing. Pergolakan di segala bidang pun terjadi, seperti dalam bidang kesenian yang
berusaha mencari ciri khas Indonesia.
Pelopor masa ini yang dikenal memilki semangat tinggi adalah S. Sdjojono. Dia tidak puas
dengan kehidupan seni rupa jelita yang serba indah, karena dianggap bertolak belakang dengan
kejadian yang melanda bangsa Indonesia. Sebagai langkah perjuangannya, S. Sudjojono dan Agus
Jayasuminta bersama kawan-kawannya mendirikan PERSAGI (Persatuan Ahli-ahli Gambar
Indonesia) berupaya mengimbangi lembaga kesenian asing Kunstring yang mampu menghimpun
lukisan-lukisan bercorak modern. PERSAGI berupaya mencari dan menggali nilai-nilai yang
mencerminkan kepribadian Indonesia yang sebenarnya. Persagi bertujuan untuk mengembangkan
seni lukis di Indonesia dengan mencari corak Indonesia asli.

Karya-karya seni lukis masa PERSAGI antara lain :


Tjap Go Meh
Penggodaan
Karya S.Sudjoyono
(1940) Karya Otto Djaya

Laki-laki Bali dan


Ayam Jago
Persiapan Gerilya
Karya Agus Djaja S Karya Dullah
(1958)

Kawan-kawan Di Depan Kelambu


Revolusi Terbuka
karya S. Sudjojono Karya Sudjojono
(1947) (1939)

4. Periode Pendudukan Jepang (1942 – 1945)


Kegiatan melukis pada masa ini dilakukan dalam kelompok Keimin Bunka Shidoso. Tujuannya
adalah untuk propaganda pembentukan kekaisaran Asia Timur Raya. Kelompok ini didirikan oleh
tentara Dai Nippon dan diawasi oleh seniman Indonesia, Agus Jayasuminta, Otto Jaya, Subanto,
Trubus, Henk Ngantung, dll.
Untuk kelompok asli Indonesia berdiri kelompok PUTRA (Pusat Tenaga Rakyat), tokoh-tokoh
yang mendirikan kelompok ini adalah tokoh empat serangkai yaitu Ir. Sukarno, Moh. Hatta, KH.
Dewantara dan KH. Mas Mansyur. Khusus yang menangani bidang seni lukis adalah S. Sudjojono
dan Affandi. Pelukis yang ikut bergabung dalam Putra diantaranya Hendra Gunawan, Sudarso,
Barli, Wahdi, dll. Pada masa ini para seniman memiliki kesempatan untuk berpameran, seperti
pameran karya dari Basuki Abdullah, Affandi, Nyoman Ngedon, Hendra Gunawan, Henk
Ngantung, Otto Jaya, dan lain-lain.

Mengungsi Keluarga Pemusik


(1947) (1971)
karya S. Sudjojono karya Hendra Gunawan

Pengemis
karya Affandi

5. Periode Pasca Kemerdekaan


Setelah Jepang keluar dari bumi Indonesia, dunia seni lukis mendapatkan angin segar. Masa
kemerdekaan benar-benar mendapatkan kebebasan yang sesungguhnya. Hal ini ditandai dengan
munculnya berbagai kelompok atau perkumpulan seniman,yaitu antara lain :
a. Pada tahun 1946 berdiri SIM (Seniman Indonesia Muda) yang sebelumnya bernama “Seniman
masyarakat”. Dipimpin oleh S. Sudjojono, anggotanya : Affandi, Sudarso, Gunawan, Abdus
Salam, Trubus dan sebagainya.
b. Pada tahun 1947 berdiri perkumpulan pelukis rakyatyang dipimpin oleh Affandi dan Hendra
yang keluar dari perkumpulan SIM. Anggota dari pelukis rakyat antara lain : Hendra,
Sasongko, Kusnadi dan sebagainya.
c. Pada tahun 1948 berdiri perkumpulan yang memberikan kursus menggambar, yaitu
Prabangkara. Selanjutnya para tokoh SIM, Pelukis rakyat dkk. merumuskan pendirian lembaga
pendidikan Akademi Seni Rupa.Tokoh perintisan lembaga tersebut antara lain S. Sudjojono,
Hendra Gunawan, Djayengasmoro, Kusnadi, Sindusisworo dan lain-lain.

Kuda Putih Balinese Beauty

karya Affandi Karya Basuki Abdullah


Potret Diri

Karya Affandi

6. Periode Akademi (1950)


Pada masa ini ditandai dengan berdirinya pendidikan pendidikan formal seperti:
ASRI (Akademi Seni Rupa Indonesia) berdiri tanggal 18 Januari 1948 di Yogyakarta yang
diprakarsai oleh R.J. Katamsi.
Pada tahun 1950 di Bandung berdiri Balai Perguruan Tinggi Guru Gambar yang dipelopori
oleh Prof. Syafei Sumarja dibantu oleh Muhtar Apin, Ahmad Sadali, Sudjoko, Edi Kanta Subraka
dan lain-lain. Pada tahun 1959 Balai Perguruan Tinggi Guru Gambar berubah menjadi jurusan
Seni Rupa pada Institut Teknologi Bandung.
Guru gambar pada tingkat sekolah-sekolah menengah menuntut terbentuknya jurusan seni rupa
pada perguruan tinggi Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (Universitas Negeri) yang tersebar
di Indonesia. Pada perkembangan selanjutnya pendidikan kesenian mulai masuk ke dalam
kurikulum Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah.
Dari Masa Pendidikan Formal lahir pelukis-pelukis akademis Yogyakarta seperti: Widayat,
Bagong Kusudiharjo, Edhi Sunarso, Saptoto, G. Sidharta, Abas Alibasyah, Hardi, Sunarto, Siti
Rulyati, Mulyadi, Irsam, Arief Sudarsono, Agus Dermawan, Aming Prayitno dan Bandung: Popo
Iskandar, Achmad Sadali, But Muchtar, Srihadi, A.D. Pirous, Hariadi, Kabul Suadi, Sunaryo, Jim
Supangat, Pandu Sadewa, T. Sutanto.

Tari Bedoyo Ketawang


Kucing Hitam Merah dengan 5 penari jawa
Karya Popo Iskandar
Karya Sri Hadi
(2005)

Garuda
Karya Abas Alibasyah
(1969)
7. Periode Seni Rupa Baru
Pada sekitar tahun 1974 muncul kelompok baru dalam seni lukis. Kelompok ini menampilkan
corak baru dalam seni lukis Indonesia yang membebaskan diri dari batasan-batasan seni rupa yang
telah ada. Seniman muda yang mempelopori kelompok ini adalah Jim Supangkat, S. Prinka, Dede
Eri Supria.

Lukisan Gaya
Indonesia Baru Lukisan karya
karya Dede Eri Dede Eri Supria
Supria

Aliran dan Bentuk Seni Rupa Modern Indonesia

1. Aliran Seni Rupa Naturalisme


Naturalisme merupakan aliran dalam seni rupa yang berusaha melukiskan sebuah objek yang
mempunya kesamaan dengan keadaan alam.

Bentuk aliran seni rupa naturalisme adalah wujudnya sama persis sesuai aslinya dan dapat dilihat oleh
mata kita. Proposrsi, keseimbangan, pewarnaan, dan prinsip-prinsip yang dimiliki seni rupa lainnya
tergambar sesuai dengan pemandangan yang sebenarnya. Kebanyakan dari aliran seni rupa naturalisme
mengambil objek landscape atau pemandangan alam.

2. Aliran Seni Rupa Realisme


Realisme merupakan aliran seni rupa yang menggambarkan objek dengan keadaan yang benar-
benar nyata dan tidak berfokus pada objek.

Bentuk aliran realisme yaitu penggambaran objek harus sangat diperhatikan dan detail. Khususnya
untuk menciptakan kesan dan suasasna dari objek tersebut. Kebanyakan dari aliran seni rupa realisme
mengambil objek seperti manusia ataupun hewan dengan ekspresi yang terlihat hidup.
3. Aliran Seni Rupa Romantisme

Romantisme merupakan aliran seni rupa yang lebih memperlihatkan nilai-nilai estetika, fantastis,
irasional, dan absurd. Pada umumnya menggambarkan kisah-kisah yang romantis atau dramatis.

Bentuk aliran romantisme adalah lebih memainkan warna cerah dan mecolok pada objek dan benda
disekitar objek. Biasanya aliran romantisme menggambarkan objek yang lebih sedikit. Kebanyakan
dari aliran romantisme ini mengambil objek manusia, khususnya objek pria dan wanita dalam situasi
yang romantis.

4. Aliran Seni Rupa Ekspresionisme

Ekspresionisme merupakan aliran seni rupa yang lebih memperlihatkan curahan batin pembuatnya
secara general dan bebas, baik dari imajinasi, dalam batin, ataupun perasaannya.

Bentuk aliran ekspresionisme adalah lebih menekankan pada ekspresi ketakutan, kekerasan, kesedihan,
kemiskinan, dan ekpresi manusia. Aliran seni rupa ekspresionisme mengambil objek wajah manusia
dan ekspresi yang diperlihatkannya.

5. Aliran Seni Rupa Impresionisme

Impresionisme merupakan aliran seni rupa yang memperlihatkan kesan pada objek yang di
gambarkan secara sekilas atau selintas saja.

Bentuk aliran impresionisme adalah objek yang digambarkan tanpa memperlihatkan detail yang
khusus dan cenderung kabur atau blur. Sebagian besar aliran seni rupa impresionisme mengambil
objek manusia dan ada juga yang hewan.

6. Aliran Seni Rupa Kubisme

Kubisme merupakan aliran seni rupa yang cenderung memperlihatkan abstraksi objek ke dalam
bentuk geometri tertentuk untuk mendapatkan nilai seni yang indah.

Bentuk aliran kubisme adalah dalam penggambarannya, objek dirubah dalam kombinasi bidang-
bidang seperti persegi, segitiga, lingkaran, dan sebagainya. Objek yang digambarkan biasanya berupa
manusia dan hewan, dengan background alam atau bangunan.

7. Aliran Seni Rupa Fauvisme


Fauvisme merupakan aliran seni rupa yang menekankan pada corak warna yang bebas, imajinatif,
dan liar. Aliran seni rupa ini muncul sekitar abad ke-20 Masehi.

Bentuk aliran fauvisme adalah wujud dari objek yang digambar tidak terlalu penting, keliaran gambar
sangat ditonjolkan, dan memiliki warna yang imajinatif. Beberapa pelukis ada yang melukis fauvisme
ini dalam bentuk landscape dan ada pula yang tidak terikat pada objek tertentu.

8. Aliran Seni Rupa Dadaisme

Dadaisme merupakan aliran seni rupa yang justru dianggap anti seni dan anti perasaan karena
aliran seni rupa ini lebih menggambarkan refleksi kekerasan dan kekasaran.

Bentuk aliran dadaisme adalah gambar suatu objek cenderung berbau kekerasan, kasar, dan bersifat
kritikan, sindiran ataupun plesetan. Objek yang dijadikan bahan lukisan tanpa batasan dan sangat
beragam, baik benda, manusia, hewan ataupun tumbuhan.

9. Aliran Seni Rupa Futurisme

Futurisme merupakan aliran seni rupa yang sangat menekankan keindahan gerak, garis, visual,
dan warna sebagai aliran seni rupa anti kubisme yang dikatakan statis.

Bentuk aliran futurisme adalah gambar suatu objek digambarkan dalam bentuk sedang bergerak,
sehingga memiliki gerak bayang disekitarnya. Objek yang dijadikan bahan lukisan biasanya adalah
makhluk hidup, misalkan kuda yang berkaki lebih dari 4 karena digambarkan sedang bergerak dalam
model bayangan.

10. Aliran Seni Rupa Surealisme

Surealisme merupakan aliran seni rupa yang ditujukan untuk menggambarkan objek yang sering
dijumpai dalam mimpi atau imajinasi alam bawah sadar.

Bentuk aliran Surealisme adalah penggabungan antara dua objek nyata yang berbeda wujud dan
terkesan aneh. Objek yang digabung dalam lukisan bisa benda mati dan makhluk hidup, asalkan bisa
menjadi unik.
KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Seni Rupa Modern Indonesia adalah
suatu bentuk perwujudan seni yang akibat dari pengaruh kaidah seni Barat/Eropa yang dalam
perkembangannya sejalan dengan perjuangan bangsa Indonesia untuk melepaskan diri dari penjajah.
Seni rupa modern Indonesia mengalami perkembangan yang signifikan pada kurun akhir 1930an
hingga akhir 1950an. Seni rupa modern yang berkembang di Eropa sejak awal abad ke-19
pengaruhnya masuk ke Indonesia pada awal abad ke-20. Adalah Raden Saleh seorang anak bangsa
yang telah belajar seni lukis dan mengembara di Eropa selama kurang lebih 20 tahun pulang ke
Indonesia dengan membawa gaya dan teknik melukis yang diperoleh di Eropa.
Raden Saleh Syarif Bustaman ( Terbaya, 1814 -1880 ), putra keluarga bangsawan pribumi
mampu melukis gaya/cara barat (alat, media dan teknik) yang natural dan romantis. Mendapat
bimbingan dari pelukis Belgia Antonio Payen, pelukis Belanda A. Schelfhouf dan C. Kruseman di Den
Haag. Berkeliling dan pernah tinggal di Negara-Negara Eropa.
Para ahli menetapkan sejak kepulangan R. Saleh itulah dimulai perkembangan seni rupa modern
di Indonesia. Dalam perkembangannya seni rupa modern di Indonesia mengalami periodisasi sebagai
berikut.
1. Periode Perintisan (1817-1880)
2. Periode Indonesia Jelita ( Indie Mooi )
3. Periode Cita Nasional
4. Periode Pendudukan Jepang
5. Periode Setelah Kemerdekaan
6. Periode Pendidikan Formal
7. Periode Seni Rupa Baru Indonesia
Disamping itu beberapa aliran-aliran seni rupa yang perlu di perhatikan yaitu : Aliran Romantik,
Aliran Realisme, Aliran Naturalisme, Aliran Impresionis, Aliran Ekspresionisme, Aliran Fauvisme,
Aliran Kubisme, Aliran Futuris, Aliran Dadaisme, Aliran Surealisme.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/doc/60832329/Seni-Rupa-Modern-Indonesia
http://sule-epol.blogspot.com/2016/10/makalah-seni-rupa-modern.html?m=1
http://congkodok.blogspot.com/2014/01/karya-tulis-seni-rupa-modern.html?m=1
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Periode_seni_rupa_modern_Indonesia#:~:text=Periode%20seni
%20rupa%20modern%20Indonesia%20adalah%20suatu%20masa%20berkembangnya
%20karya,karakter%2C%20inovasi%2C%20dan%20orisinalitas
http://doddi-sularto.blogspot.com/2013/09/perkembangan-seni-rupa-modern-indonesia.html?m=1
https://slideplayer.info/slide/11938112/
https://blogkulo.com/sejarah-seni-rupa-indonesia/
https://www.academia.edu/31083473/PERIODISASI_PERKEMBANGAN_SENI_RUPA_MODERN
_DI_INDONESIA
https://id.scribd.com/document/395730372/Periode-Indonesia-Jelita

Anda mungkin juga menyukai