KDPK
KDPK
Resume
Salah satu komplikasi yang sering terjadi pada pasien pasca operasi adalah
terjadinya infeksi tambahan yang disebut infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial
merupakan infeksi silang yang terjadi akibat perpindahan mikroorganisme melalui
petugas kesehatan dan alat yang dipergunakan saat melakukan tindakan.
Bab II
Isi
2.1. Pengertian
Masalah Infeksi Nosokomial pada tahun terakhir ini telah menjadi topik
pembicaraan di banyak negara. Telah diketahui bahwa pengelolaan infeksi
nosokomial menimbulkan biaya tinggi, baik yang ditanggung pihak penderita
maupun pihak Rumah Sakit. Bahkan di Amerika, infeksi nosokomial termasuk dalam
10 besar penyebab kematian. Di negara maju, angka kejadian infeksi nosokomial
telah dijadikan salah satu tolok ukur mutu pelayanan rumah sakit. Izin operasi suatu
rumah sakit bisa dicabut karena tingginya angka kejadian infeksi nosokomial. Infeksi
Nosokomial dapat terjadi dimana saja diruang perawatan rumah sakit, kapan saja,
tanpa membedakan umur dan jenis penyakit. 1,2
Dari data yang didapat dari surveilan WHO menyatakan angka kejadian Infeksi
Nosokomial cukup tinggi : 5% tahun atau 9 juta orang dari 190 juta yang dirawat,
angka kematiannya cukup tinggi.6. Infeksi Nosokomial dapat menyebakan kematian
dan ketidakwajaran, memperpanjang pasien untuk berada di rumah sakit dan
meningkatkan pengeluaran pasien. Semenjak 1970, National Nosocomial Infection
Surveillance System (NNIS) telah mengumpulkan dan menganalisis data frekuensi
infeksi nosocomial yang ada di U.S. rumah sakit. Rumah sakit yang tergabung di
NNIS dilaporkan dari 26,965 infeksi, 64% disebabkan oleh single pathogen dan 20%
disebabkan oleh multiple pathogen. Dari 84% infeksi yang mana pathogen telah
terinfeksi, 86% disebabkan oleh bakteri aerobic, 2% bakteri anaerobic, dan 8% fungi.
Virus, protozoa, dan parasite lainnya terhitung 5%. Escheria coli, Pseudomonas
aeruginosa, enterococci, dan Staphyloccocus yang teridentifikasi pathogen. Data
dari rumah sakit individual didapatkan 50% infeksi pada pasien yang mati ketika di
rumah sakit. 42 rumah sakit dilaporkan dari total 22.432 infeksi, diantara 1.253 yang
mati, ditemukan 1.811 yang terinfeksi. Kira-kira 1% dari semua Infeksi Nosokomial
menyebabkan kematian dan 3% terinfeksi yang memungkinkan juga kematian
tersebut. Pasien yang mati ketika di rumah sakit, 9% dilaporkan mati, 38%
memungkinkan mati, dan 37% tidak tidak terkait, 15% akibat infeksi lain. 7
5. Dengan pengendalian infeksi nosokomial akan menghambat biaya dan waktu yang
terbuang
6. Dinegara yang sudah maju masalah ini telah diangkat menjadi masalah nasional,
sehingga bila angka infeksi noskomial disuatu rumah sakit tinggi, maka izin
operasionalnya dipertimbangkan untuk dicabut oleh istansi yang berwenang. 5
1. Apabila pada waktu dirawat di RS, tidak dijumpai tanda-tanda klinik infeksi tersebut
2. Pada waktu penderita mulai dirawat tidak dalam masa inkubasi dari infeksi
tersebut
5. Bila pada saat mulai dirawat di RS sudah ada tanda-tanda infeksi, tetapi terbukti
bahwa infeksi didapat penderita waktu perawatan sebelumnya dan belum pernah
dilaporkan sebagai infeksi nosokommial. 5
1. Agent
Pasien yang berada dirumah sakit memungkinkan mereka tidak terlindungi dari
bermacam-macam mikroorganisme. Hubungan antara pasien dan mikoroorganisme
itu sendiri akibat dari perkembangan penyakit klinis – factor lain yang mempengaruhi
sifat dasar dan frekuensi dari infeksi nosocomial. Kemungkinan pertama yang
penting untuk mempercayai sebagian infeksi dalam karakteristik mikroorganisme,
termasuk resistensi terhadap antimicrobial agen, virulensi dan jumlah dari bahan
yang terinfeksi. Banyak bakter, virus, fungi dan parasite lain yang memungkinkan
menyebabkan infeksi nosocomial. Infeksi kemungkinan disebabkan oleh
mikroorganisme yang diperoleh dari orang lain di rumah sakit (cross-infeksi) atau
dapat disebabkan oleh dari dalam diri individu itu sendiri (endogenous-infeksi).
Beberapa organisme diperoleh dari kontaminasi yang bersumber dari manusia lain.
3
Sumber : http://muhammadsaink.blogspot.com/2011/04/stop-nosocomial-infection-in-
your.html
2. Host
- pasien sendiri
Pasien mungkin mendapak infeksi nosocomial akibat kondisi tubuhnya tidak fit
atau imunitas yang rendah, umur, penyakit bawaan, diagnosis dan terapi. Dapat
menyerang seluruh umur, anak-anak, muda, tua yang mana resistensi tubuhnya
terhadap infeksi menurun. Pasien yang mempunyai riwayak penyakit kronis seperti
tumor ganas, leukemia, diabetes militus, gagal ginjal, AIDS mempunyai
kemungkinan yang lebih besar untuk terserang bakteri pathogen. 3
Jika keluarga pasien tidak mematuhi peraturan yang ada di rumah sakit,
maka akan menyebabkan kemungkinan bagi mereka untuk terserang infeksi
nosocomial ini. Terlebih lagi mereka mempunya kemiripan factor gen.
3. Lingkungan
Bakteri yang menyebabkan infeksi nosokomial dapat menyebar dalam berbagai cara
:
3. Ke lingkungan
- Di air, area yang lembab/basah, dan adakalanya di produk yang steril atau tidak
terinfeksi (Pseudomonas, Acineotobacter, Myobacterium).
- Pada debu (bakteri yang diameternya lebih kecil dari 10µm tinggal pada udara
pada beberapa jam dan dapat terhirup pada keadaan yang bersamaan dengan
debu). 3
Masa Inkubasi pada Infeksi Nosokomial adalah 3 x 24 jam sejak mulai pasien
dirawat
Masa Laten dan Periode Infeksi Noskomial ini tergantung dari imunitas pasien
sendiri. Jika ia mempunyai imunitas yang kuat terhadap factor eksogen (kelompok
yang merawat, alat medis, serta lingkunga) yang tidak baik. Maka bisa jadi ia tidak
terserang Infeksi Nosokomial. Dan jika imunitasnya tidak cukup kuat, maka dapat
jadi pasien tersebut dirawat berhari, berminggu-minggu dan lebih parahnya
berbulan-bulan.3
2.6. Pencegahan
Perolehan Infeksi Nosokomial di tentukan dari semua pasien factor, seperti imunitas
yang membahayakan dan melakukan campur tangan yang dapat meningkatkan
factor risiko. Perawatan pasien harus dibedakan berdasarkan macam-macam infeksi
yang ada. Penilaian risiko akan sangat membantu untuk mengkategorikan pasien
dan mengontrol infeksi yang kira-kira akan ada pada kedepannya.
2.6.2. Mengurangi Transmisi dari orang ke orang
- Hand decontamination
- Personal hygiene
Para pegawai harus mempunyai personal hygiene yang baugs. kuku harus bersih
dan tetap pendek. Rambut sekiranya pendek dan terikat. Jambang atau kumis
pendek dan bersih
2.6.3. Clothing
- Working clothes
Normalnya para pegawai memakai pakaian yang seragam dan ditutupi oleh jas putih
- Sepatu
Diderah yang harus terjaga kebersihannya dan di ruang operasi, para pegawai harus
memakai sepatu yang sudah distandarkan, yang mana mudah dipakai dan
dibersihkan
2.6.4. Masker
Menggunakan masker yang terbuat dari wool, atau bahan-bahan lain yang tidak
mudah terinfeksi.
- Melindungi pasien : para staff menggunakan sarung tangan yang steril untuk
operasi, dan kegiatan lain
- Sarung tangan yang tidak steril harus dijauhkan dari pasien
- harus mengetahui jumlah bakteri yang ada, tingkat kebahayaannya di air atau
kehadiran mereka di sabun dan protein
- Menggunakan air hangat untuk membersihkan alat-alat seperti peralatan kebersihan,
alat dapur, dll.
- Sterilisasi
2.7. Pengobatan
· Tahapan Penapisan
· Tahap Diagnostik
· Screening donor darah
Bab III
Penutup
3.1.Kesimpulan
Berdasarkan dari informasi yang saya dapat mengenai Infeksi Nosokomial di dunia,
bahkan di Indonesia dapat disimpulkan bahwa Infeksi Nosokomial ini sangat perlu
dikendalikan dan harus diprioritaskan agar bisa memutus rantai infeksi. Apabila tidak
maka semakin banyak orang yang akan menderita penyakit ini, menurunkan derajat
kesehatan, dan juga infeksi nosocomial akan mencemari citra rumah sakit.
3.2.Saran
1. Rumah Sakit
Perlu adanya tim pengendalian Infeksi Nosokomial. Harus ada pengawasan ketat
untuk pemberian antibiotika, diadakan pemeriksaan kultur ruangan secara berkala,
disediakan alat kesehatan yang dibutuhkan diruang-ruang perawatan yang
menunjang untuk kejadian Infeksi Nosokomial
2. Perawat
3. Pengunjung
DAFTAR PUSTAKA
1. Andreas Budi K, Sri Seiyarini, Syahirul Alim. Gambaran Ketaatan Perawatan Jalan
Nafas dan kejadian Infeksi Nosokomial Saluran Pernafasan di ICU Rs. X
Yogyakarta. Jurnal di Internet. 2009.www.pdii.lipi.go.id
2. Pengendalian Infeksi Nosokomial di RS Persahabatan, Jakarta. H. Thamrin
Hasbullah.
1993.www.kalbe.co.id/files/cdk/files/cdk_082_infeksi_nosokomial_(i).pdf
4. Mardan Ginting. Infeksi Nosokomial dan Manfaar Pelatihan Keterampilan Perawat
Terhadap Pengendaliannya di Ruang RAwat Inap Penyakit Dalam RSUP H. Adam
Malik Medan Tahun
2001.www.kalbe.co.id/files/cdk/files/cdk_082_infeksi_nosokomial_(i).pdf
6. Djoko Roeshadi, Alit Winarti. Pengendalian Infeksi Nosokomial di RSUD Dr.
Soetomo, Surabaya.
1993. www.kalbe.co.id/files/cdk/files/cdk_082_infeksi_nosokomial_(i).pdf
7. 7. Teresa C. Horan, M.P.H. John W. White, Ph.D. William R. Jarvis, M.D. T. Grace
Emori, R.N., M.S. David H. Culver, Ph.D. Van P. Munn, B.S. Clyde Thornsberry,
Ph.D. David R. Olson, Ph.D. James M. Hughes, M.D. Hospital Infections Program
Center for Infectious Diseases. Nosocomial Infection Surveillance,
1984. www.cdc.gov/mmwr/preview/mmwrhtml/00001772.htm
Gambar Pendukung
Sumber : http://diemazcaeem.blogspot.com/2011/05/konjungtivitis-bakteri.html
Sumber : Lia Natalia. Pseudomonas aeruginosa, Penyebab Infeksi
Nosokomial.mikrobia.files.wordpress.com/2008/05/lia-natalia078114123.pdf