Anda di halaman 1dari 19

Infeksi Nosokomial

by Adelina Fitri (10101001031)


Bab I
Pendahuluan

Resume

Salah satu komplikasi yang sering terjadi pada pasien pasca operasi adalah
terjadinya infeksi tambahan yang disebut infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial
merupakan infeksi silang yang terjadi akibat perpindahan mikroorganisme melalui
petugas kesehatan dan alat yang dipergunakan saat melakukan tindakan.

Makalah ini berisikan informasi Mengenai Infeksi Nosokomial, seperti


Pengertian, Batasa-batasan yang dipakai untuk Infeksi Nosokomial, Triad
Epidemiologi, Transmisi, Riwayat Alamiah, Pencegahan dan Pengobatan.

Saran ditujukan kepada pihak penyelenggaran pelayanan kesehatan agar


memberikan pelatihan berkelanjutan kepada para perawat dan petugas kesehatan
lainnya, serta melengkapi sarana dan prasarana menunjang pelaksanaan program
pengendalian infeksi nosokomial.

Bab II
Isi

2.1. Pengertian

Infeksi Nosokomial (Hospital Acquired Infection/Nosocomial Infection) adalah


infeksi yang didapat ketika penderita itu dirawat di rumah sakit. 1

Infeksi Nosokomial (INOK) merupakan masalah kesehatan sejak ratusan tahun


lalu. Perhatian terhadap infeksi nosokomial telah ada sejak tahun 1840-an di mana
Ignaz Semmelweiz memperhatikan tingginya angka kematian pada ruangan
persalinan. Ia menduga bahwa ini terjadi akibat infeksi yang dibawa oleh dokter dan
mahasiswa dari ruang otopsi. Oleh karena itu ia meminta agar para dokter dan
mahasiswa mencuci tangan dulu dengan larutan klronitaed sebelum memeriksa para
ibu di ruangan. Ternyata setelah itu angka kematian menurun tajam. Di Indonesia
masalah infeksi nosocomial juga merupakan masalah yang cukup serius. Apalagi di
rumah sakit yang jumlah penderita dirawatnya banyak dengan tenaga perawatnya
banyak dengan tenaga perawatnya masih terbatas. 1,4

Masalah Infeksi Nosokomial pada tahun terakhir ini telah menjadi topik
pembicaraan di banyak negara. Telah diketahui bahwa pengelolaan infeksi
nosokomial menimbulkan biaya tinggi, baik yang ditanggung pihak penderita
maupun pihak Rumah Sakit. Bahkan di Amerika, infeksi nosokomial termasuk dalam
10 besar penyebab kematian. Di negara maju, angka kejadian infeksi nosokomial
telah dijadikan salah satu tolok ukur mutu pelayanan rumah sakit. Izin operasi suatu
rumah sakit bisa dicabut karena tingginya angka kejadian infeksi nosokomial. Infeksi
Nosokomial dapat terjadi dimana saja diruang perawatan rumah sakit, kapan saja,
tanpa membedakan umur dan jenis penyakit. 1,2

Dari data yang didapat dari surveilan WHO menyatakan angka kejadian Infeksi
Nosokomial cukup tinggi : 5% tahun atau 9 juta orang dari 190 juta yang dirawat,
angka kematiannya cukup tinggi.6. Infeksi Nosokomial dapat menyebakan kematian
dan ketidakwajaran, memperpanjang pasien untuk berada di rumah sakit dan
meningkatkan pengeluaran pasien. Semenjak 1970, National Nosocomial Infection
Surveillance System (NNIS) telah mengumpulkan dan menganalisis data frekuensi
infeksi nosocomial yang ada di U.S. rumah sakit. Rumah sakit yang tergabung di
NNIS dilaporkan dari 26,965 infeksi, 64% disebabkan oleh single pathogen dan 20%
disebabkan oleh multiple pathogen. Dari 84% infeksi yang mana pathogen telah
terinfeksi, 86% disebabkan oleh bakteri aerobic, 2% bakteri anaerobic, dan 8% fungi.
Virus, protozoa, dan parasite lainnya terhitung 5%. Escheria coli, Pseudomonas
aeruginosa, enterococci, dan Staphyloccocus yang teridentifikasi pathogen. Data
dari rumah sakit individual didapatkan 50% infeksi pada pasien yang mati ketika di
rumah sakit. 42 rumah sakit dilaporkan dari total 22.432 infeksi, diantara 1.253 yang
mati, ditemukan 1.811 yang terinfeksi. Kira-kira 1% dari semua Infeksi Nosokomial
menyebabkan kematian dan 3% terinfeksi yang memungkinkan juga kematian
tersebut. Pasien yang mati ketika di rumah sakit, 9% dilaporkan mati, 38%
memungkinkan mati, dan 37% tidak tidak terkait, 15% akibat infeksi lain. 7

Sehubungan dengan infeksi nosokomial ini, maka ada baiknya mengetahui


hal-hal sebagai berikut :

1.      Secara umum infeksi nosocomial adalah infekksi yang didapatkan penderita


selama dirawat di rumah sakit

2.     Infeksi nosocomial sukar diatasi karena sebagai penyebabkan adalah


mikrooraganisme/bakteri yang sudah resisten terhadap antibiotika

3.      Bila terjadi infeksi nosocomial, maka akan terjadi penderitaan yang


berkepanjangan serta pemborosan waktu serta pengeluaran biaya yang bertambah
tinggi kadang-kadang kualitas hidup penderita akan menurun

4.      Infeksi nosokomial disamping berbahaya bagi penderita, juga berbahya bagi


lingkungan baik selama dirawat dirumah sakit ataupun diluar rumah sakit setelah
berobat jalan

5.      Dengan pengendalian infeksi nosokomial akan menghambat biaya dan waktu yang
terbuang
6.      Dinegara yang sudah maju masalah ini telah diangkat menjadi masalah nasional,
sehingga bila angka infeksi noskomial disuatu rumah sakit tinggi, maka izin
operasionalnya dipertimbangkan untuk dicabut oleh istansi yang berwenang. 5

2.2. Batasan-batasan yang dipakai untuk infeksi nosokomial

Infeksi Nosokomial disebut juga dengan “Hospital acquired infection” apabila


memenuhi batasan/kriteria sebagai berikut :

1.      Apabila pada waktu dirawat di RS, tidak dijumpai tanda-tanda klinik infeksi tersebut

2.      Pada waktu penderita mulai dirawat tidak dalam masa inkubasi dari infeksi
tersebut

3.      Tanda-tanda infeksi tersebut baru timbul sekurang-kurangnya 3 x 24 jam sejak


mulai dirawat

4.      Infeksi tersebut bukan merupakan sisa (residual) dari nfeksi sebelumya

5.      Bila pada saat mulai dirawat di RS sudah ada tanda-tanda infeksi, tetapi terbukti
bahwa infeksi didapat penderita waktu perawatan sebelumnya dan belum pernah
dilaporkan sebagai infeksi nosokommial. 5

2.3. Triad Epidemiologi

1. Agent

Pasien yang berada dirumah sakit memungkinkan mereka tidak terlindungi dari
bermacam-macam mikroorganisme. Hubungan antara pasien dan mikoroorganisme 
itu sendiri akibat dari perkembangan penyakit klinis – factor lain yang mempengaruhi
sifat dasar dan frekuensi dari infeksi nosocomial. Kemungkinan pertama yang
penting untuk mempercayai sebagian infeksi dalam karakteristik mikroorganisme,
termasuk resistensi terhadap antimicrobial agen, virulensi dan jumlah dari bahan
yang terinfeksi. Banyak bakter, virus, fungi dan parasite lain yang memungkinkan
menyebabkan infeksi nosocomial. Infeksi kemungkinan disebabkan oleh
mikroorganisme yang diperoleh dari orang lain di rumah sakit (cross-infeksi) atau
dapat disebabkan oleh dari dalam diri individu itu sendiri (endogenous-infeksi).
Beberapa organisme diperoleh dari kontaminasi yang bersumber dari manusia lain.
3

Sebelum pengenalan dasar-dasar praktik yang hygiene dan antibiotic ke dalam


praktik medic, kebanyakan rumah sakit berhubungan dengan zat-zat pathogen
(penyakit yang disebabkan oleh makanan dan udara, tetanus, etc) ataujuga dapat
disebabkan oleh mikroorganisme yang tidak ada didalam diri individu (diphtheria,
tuberculosis). Kebanyakan infeksi diperoleh di rumah sakit disebabkan oleh
mikroorganisme yang mana biasanya dari populasi yang umum, yang mereka
menyebabkan tidak atau lebih sedikit penyakit daripada diantara pasien rumah sakit.
3
Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri gram negatif yang dapat
menyebabkan penyakit pada hewan dan manusia. Bakteri ini ditemukan di air dan
tanah. Pseudomonas aeruginosa berbentuk batang dengan ukuran sekitar 0,6 x 2
μm.

Sumber : http://muhammadsaink.blogspot.com/2011/04/stop-nosocomial-infection-in-
your.html

2.   Host

-          pasien sendiri

Pasien mungkin mendapak infeksi nosocomial akibat kondisi tubuhnya tidak fit
atau imunitas yang rendah, umur, penyakit bawaan, diagnosis dan terapi. Dapat
menyerang seluruh umur, anak-anak, muda, tua yang mana resistensi tubuhnya
terhadap infeksi menurun. Pasien yang mempunyai riwayak penyakit kronis seperti
tumor ganas, leukemia, diabetes militus, gagal ginjal, AIDS mempunyai
kemungkinan yang lebih besar untuk terserang bakteri pathogen. 3

-          Staf Rumah Sakit

Dokter dan personeil paramedic merupakan sumber infeksi yang penting


dalam terjadinya infeksi nosocomial, perlu diperhatikan kesehatan dan
kebersihannya, pengetahuan tentang septik dan aseptic, dan keterampilan teknik
perawatan. 2

-          Keluarga pasien yang berkunjung

Jika keluarga pasien tidak mematuhi peraturan yang ada di rumah sakit,
maka akan menyebabkan kemungkinan bagi mereka untuk terserang infeksi
nosocomial ini. Terlebih lagi mereka mempunya kemiripan factor gen.

3.   Lingkungan

Faktor Lingkungan tak kalah pentingnya sebagai penunjang untuk terjadinya


infeksi nosocomial bagi pasien yang dirawat. Umumnya pasien yang dirawat
diharuskan menampung sputumnya setiap kali batuk. Kebanyakan pasien
membuang sputum yang berkumpul tersebut di WC atau di kamar mandi
terkontaminasi bakteri yang ada di sputum. Hal ini perlu mendapat perhatian, arena
dilaporkan bahwa air mandi yang terkontaminasi mikroorganisme pathogen dan
berhasil merenggut korban sebanyak 128 dan meninggal 29 orang. Sedangkan
sirkulasi udara perlu mendapat perhatian. Sepeti dibangsal-bangsal yang dihuni oleh
banyak pasien. Di ruangan ini sirkulasi udara kurang baik, sehingga terjadinya
infeksi nosocomial pada pasien yang dirawat mungkin sekali. Mengenani
pembuangan bahan yang harus dibuang yang perlu mendapat perhatian adalah
pembuangan sputum yang dilakukan oleh pasien di kamar mandi / WC akan
berbahaya tidak saja bagi pasien, tetapi juga bagi petugas / orang lain. 3
2.4. Transmisi Infeksi Nosokomial

Gambar dibawah ini menunjukkan Transmisi Infeksi Nosokomial.

 Sumber :  Pengendalian Infeksi Nosokomial di RS Persahabatan, Jakarta. H.


Thamrin Hasbullah.
1993.www.kalbe.co.id/files/cdk/files/cdk_082_infeksi_nosokomial_(i).pdf
Sumber : http://muhammadsaink.blogspot.com/2011/04/stop-nosocomial-infection-in-
your.html

Bakteri yang menyebabkan infeksi nosokomial dapat menyebar dalam berbagai cara
:

1.      Yang telah permanen atau hanya singgah sementara pada pasien

(endogenous infection). Bakteri ada dikeadaan normal yang menyebabkan transmisi


baik dari habitat luar dan dalam (system urinaria), merusak jaringan (melukai) atau
penggunaan antiobiotik yang tidak tepat. Sebagai contoh, bakteri gram negative
yang menyerang saluran pencernaan sering kali disebabkan daerah pembedahan
atau bekas operasi yang terinfeksi setelah melakukan operasi di bagian perut atau
menyerang sisitem urinaria di salauran kencing. 3

2.      Ke pasien yang lain atau para pegawai

(exogenous cross-infection). Bakteri menular diantara pasien : (a). kontak langsung


diantara pasien (tangan, kelenjar saliva (air ludah)). (b). dari udara (debu atau
sirkulasi udara yang terkontaminasi oleh bakteri yang sudah menyerang pasien). (c).
melalui kontaminasi oleh pegawai/perawat (tangan, baju, hidung dan
tenggorokan/kerongkongan) yang dapat jadi itu terjadi untuk sementara atau karir
permanen. (d). melalui objek yang terkontaminasi dari pasien (termasuk peralatan),
tangan pegawai, pengunjung atau sumber dari lingkungan itu sendiri (air, gas,
makanan). 3

3.      Ke lingkungan

(endemic or epidemic exogenous environmental infections). Beberapa tiper dari


mikroorganisme yang selalu ada di lingkungan rumah sakit :

-          Di air, area yang lembab/basah, dan adakalanya di produk yang steril atau tidak
terinfeksi (Pseudomonas, Acineotobacter, Myobacterium).

-          Di peralatan yang digunakan untuk perawatan


-          Pada makanan

-          Pada debu (bakteri yang diameternya lebih kecil dari 10µm tinggal pada udara
pada beberapa jam dan dapat terhirup pada keadaan yang bersamaan dengan
debu). 3

2.5. Riwayat Alamiah

2.5.1. Masa Inkubasi dan Klinis

Masa Inkubasi pada Infeksi Nosokomial adalah 3 x 24 jam sejak mulai pasien
dirawat

2.5.2. Masa Laten dan Periode Infeksi

Masa Laten dan Periode Infeksi Noskomial ini tergantung dari imunitas pasien
sendiri. Jika ia mempunyai imunitas yang kuat terhadap factor eksogen (kelompok
yang merawat, alat medis, serta lingkunga) yang tidak baik. Maka bisa jadi ia tidak
terserang Infeksi Nosokomial. Dan jika imunitasnya tidak cukup kuat, maka dapat
jadi pasien tersebut dirawat berhari, berminggu-minggu dan lebih parahnya
berbulan-bulan.3

2.6. Pencegahan

Pencegahan Infeksi Nosokomial dapat dilakukan dengan berbagai cara :

2.6.1. Stratifikasi Risiko

Perolehan Infeksi Nosokomial di tentukan dari semua pasien factor, seperti imunitas
yang membahayakan dan melakukan campur tangan yang dapat meningkatkan
factor risiko. Perawatan pasien harus dibedakan berdasarkan macam-macam infeksi
yang ada. Penilaian risiko akan sangat membantu untuk mengkategorikan pasien
dan mengontrol infeksi yang kira-kira akan ada pada kedepannya.
2.6.2. Mengurangi Transmisi dari orang ke orang

- Hand decontamination

Dapat dilakukan dengan mencuci tangan, menjaga kehigienisan diri khususnya


tangan

-    Personal hygiene

Para pegawai harus mempunyai personal hygiene yang baugs. kuku harus bersih
dan tetap pendek. Rambut sekiranya pendek dan terikat. Jambang atau kumis
pendek dan bersih

2.6.3. Clothing

- Working clothes

Normalnya para pegawai memakai pakaian yang seragam dan ditutupi oleh jas putih

-    Sepatu

Diderah yang harus terjaga kebersihannya dan di ruang operasi, para pegawai harus
memakai sepatu yang sudah distandarkan, yang mana mudah dipakai dan
dibersihkan

2.6.4. Masker

Menggunakan masker yang terbuat dari wool, atau bahan-bahan lain yang tidak
mudah terinfeksi.

2.6.5. Sarung Tangan

Sarung Tagan digunakan untuk :

-          Melindungi pasien : para staff menggunakan sarung tangan yang steril untuk
operasi, dan kegiatan lain
-          Sarung tangan yang tidak steril harus dijauhkan dari pasien

-          Tangan harus dicuci bersih ketika sarung tangan dilepas

2.6.6. Praktik Menyuntik yang Aman

Untuk mencegah transmisi diantara pasien dan suntikan :

-          Mengurangi suntikan yang ridak perlu

-          Menggunakan jarum suntik yang aman

-          Gunakan jarum suntik untuk sekali pakai

-          Mencegah kontaminasi melalui obat

-          Patuhi semua peraturan yang ada

2.6.7. Mencegah Transmisi dari lingkungan

- Lingkungan Rumah Sakit yang bersih

- Rutin untuk membersihkan area rumah sakit, memungkinkan pengurangan


mikroorganisme yang hidup dalam kondisi kotor.

- Harus ada kebijaksanaan tentang seberapa sering rumah sakit dibersihkan

- Mencegah Infeksi perlengkapan pasien

- harus menemukan cara untuk membasmi organisme

- mempunyai bahan pembersih

- harus mengetahui jumlah bakteri yang ada, tingkat kebahayaannya di air atau
kehadiran mereka di sabun dan protein
- Menggunakan air hangat untuk membersihkan alat-alat seperti peralatan kebersihan,
alat dapur, dll.

- Sterilisasi

Sterilisasi digunakan untuk membasmi mikroorganisme. Dengan cara ini dapat


mengurangi mikroba yang berukuran10-6. 3

2.7. Pengobatan

            Pemeriksaan Mikrobiologi Klinik berperan dalam seluruh tahapan


asuhan/pelayanan medis yang berhubungan dengan tatalaksana/pengobatan
penderita penyakit infeksi yang meliputi :

·         Tahapan Penapisan

1.      Langsung : Leptospiroses, Lues, dsb

2.      Pengecatan : Dipteri, Tuberkulosis, Gas gangrene, Gonorhae, Mikosis, dsb

·         Tahap Diagnostik

1.      Kultur dan Tes Resistensi

2.      Tes Immuno-Serologi : Demam Tifoid, Sifilis, Demam Berdarah, AIDS, TORCH,


SARS, Avian Flu, dsb

3.      Tes Mikrobiologi Molekuler : TBC, Avian Flu, SARS

·         Pengelolaan penderita (monitoring)/tindak lanjut (hasil terapi antibiotic)

·         Pemeriksaan lanjutan Kultur dan Tes Resistensi

·         Screening donor darah

Tes Serologi : Sifilis, AIDS, Malaria, Demam Tifoid, dan Hepatitis B


            Pemriksaan mikrobiologi klinik memungkinkan untuk mengetahui kuman
penyebab infeksi beserta gambaran pola keperkaan kuman terhadap antibiotic,
sehingga akan membantu klinisi dalam pemilihan antibiotika. Hanya saja untuk
pemeriksaan sampai indentifikasi memerlukan waktu 3-4 hari, sementara itu
pemberian antibiotic kepada pasien tidak dapat ditunda. Dalam keadaan seperti ini
maka pemilihan antibiotic secara educated guess sangat penting berdasarkan
gambaran pola kepekaan kuman setempat. 9

Bab III 

Penutup

3.1.Kesimpulan

Berdasarkan dari informasi yang saya dapat mengenai Infeksi Nosokomial di dunia,
bahkan di Indonesia dapat disimpulkan bahwa Infeksi Nosokomial ini sangat perlu
dikendalikan dan harus diprioritaskan agar bisa memutus rantai infeksi. Apabila tidak
maka semakin banyak orang yang akan menderita penyakit ini, menurunkan derajat
kesehatan, dan juga infeksi nosocomial akan mencemari citra rumah sakit.

3.2.Saran

1.      Rumah Sakit
Perlu adanya tim pengendalian Infeksi Nosokomial. Harus ada pengawasan ketat
untuk pemberian antibiotika, diadakan pemeriksaan kultur ruangan secara berkala,
disediakan alat kesehatan yang dibutuhkan diruang-ruang perawatan yang
menunjang untuk kejadian Infeksi Nosokomial

2.      Perawat

Manajer keperawatan harus mampu memberikan support system kepada perawat


pelaksana agar pelayanan tetap berkualitas dan perawatan jalan nafas sesuai
dengan instruksi kerja. Bagi supervise keperawatan harus selalu ikut survey
terhadap pencegahan Infeksi Nosokomial. Perawat pelaksana hendaknya
memotivasi diri sendiri serta belajar mandiri dalam meningkatkan skill keperawatan
intensif.

3.      Pengunjung

Kepada Pengunjung, terutama kepada keluarga terdekat dari pasien diharapkan


kesadaran dari dalam dirinya sendiri untuk tetap mematuhi semua peraturan yang
ada di rumah sakit, berperilaku hygiene dengan tidak meludah sembarangan,
membuang sampah pada tempatnya, menjaga kebersihan diri maupun lingkungan
yang ada disekitar di rumah sakit.

DAFTAR PUSTAKA

1.     Andreas Budi K, Sri Seiyarini, Syahirul Alim. Gambaran Ketaatan Perawatan Jalan
Nafas dan kejadian Infeksi Nosokomial Saluran Pernafasan di  ICU Rs. X
Yogyakarta. Jurnal di Internet. 2009.www.pdii.lipi.go.id
2.     Pengendalian Infeksi Nosokomial di RS Persahabatan, Jakarta. H. Thamrin
Hasbullah.
1993.www.kalbe.co.id/files/cdk/files/cdk_082_infeksi_nosokomial_(i).pdf

3.    Prevention of hospital-acquired infections A practical guide 2nd edition World


Health Organization Department of Communicable Disease, Surveillance and
Response.2002.http://www.who.int/emc.

4.     Mardan Ginting. Infeksi Nosokomial dan Manfaar Pelatihan Keterampilan Perawat
Terhadap Pengendaliannya di Ruang RAwat Inap Penyakit Dalam RSUP H. Adam
Malik Medan Tahun
2001.www.kalbe.co.id/files/cdk/files/cdk_082_infeksi_nosokomial_(i).pdf

5.     Parhusip. Factor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Infeksi Nosokomial serta


Pengendaliannya di BHG UPF Paru RS. Dr. Pirngadi?Lab. Penyakit Paru FK-
USU. 1993.www.kalbe.co.id/files/cdk/files/cdk_082_infeksi_nosokomial_(i).pdf

6.      Djoko Roeshadi, Alit Winarti. Pengendalian Infeksi Nosokomial di RSUD Dr.
Soetomo, Surabaya.
1993. www.kalbe.co.id/files/cdk/files/cdk_082_infeksi_nosokomial_(i).pdf

7.      7. Teresa C. Horan, M.P.H. John W. White, Ph.D. William R. Jarvis, M.D. T. Grace
Emori, R.N., M.S. David H. Culver, Ph.D. Van P. Munn, B.S. Clyde Thornsberry,
Ph.D. David R. Olson, Ph.D. James M. Hughes, M.D. Hospital Infections Program
Center for Infectious Diseases. Nosocomial Infection Surveillance,
1984. www.cdc.gov/mmwr/preview/mmwrhtml/00001772.htm

8. Lia Natalia. Pseudomonas aeruginosa, Penyebab Infeksi


Nosokomial.mikrobia.files.wordpress.com/2008/05/lia-natalia078114123.pdf

9.  Hendro Wahjono. Peran Mikrobiologi Klinik Pada Penaganan Penyakit Infeksi.


2007. eprints.undip.ac.id/320/1/Hendro_Wahjono.pdf

Gambar Pendukung

1.      Penyakit yang ditimbulkan

Sumber : http://diemazcaeem.blogspot.com/2011/05/konjungtivitis-bakteri.html
Sumber :  Lia Natalia. Pseudomonas aeruginosa, Penyebab Infeksi
Nosokomial.mikrobia.files.wordpress.com/2008/05/lia-natalia078114123.pdf

Anda mungkin juga menyukai