Oleh :
Laporan pendahuluan ini dibuat dalam rangka untuk memenuhi tugas praktik di PMB
Ny. Muhartik Amd, Keb pada tanggal 2 November sampai 19 Desember 2020 oleh
mahasiswi D3 Kebidanan STIKES Karya Husada Kediri tahun 2020.
NIM : 201802007
Judul: Laporan Pendahuluan “Nyeri Luka Jahitan Perineum pada Ny.L P1001 20 Tahun
di PMB Ny. Muhartik Amd, Keb Desa Kandangan Kec. Kandangan Kab. Kediri”
Laporan pendahuluan ini telah disetujui dan disahkan pada
Hari :
Tanggal :
Mahasiswa
Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan pendahuluan mengenai Persalinan. Laporan ini
disusun sebagai kelengkapan pelaksanaan praktik oleh mahasiswi sesuai dengan kurikulum
yang diberikan kepada mahasiswi program studi D3 kebidanan STIKES Karya Husada
Kediri.
1. CI lahan praktik ibu bidan Muhartik Amd, Keb sebagai bidan pendamping yang telah
mengarahkan selama praktik.
2. Semua asisten bidan PMB Ny.Muhartik Amd, Keb yang telah membimbing dan
megarahkan selama praktik.
3. Segenap dosen pembimbing dari D3 Kebidanan STIKES Karya Husada Kediri
4. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan laporan pendahuluan ini.
Penulis selalu terbuka dengan kritik dan saran dari pembaca, penulis berharap pembaca
dapat memahami dengan baik agar pengetahuan kita bertambah dan bisa menjadi lebih baik
lagi dari sebelumnya.
Penulis
NYERI LUKA JAHTIAN PERINEUM
A. Definis
Ruptur adalah robekan atau koyaknya jaringan secara paksa Perineum adalah
bagian yang terletak antara vulva dan anus panjangnya rata-rata 4 cm Heating
perineum merupakan cara yang di lakukan untuk menutup luka robekan pada
perineum melalui jahitan Pada persalinan dengan kondisi tertentu perineum dapat
terjadi robekan, baik robekan perineum secara spontan dan robekan perineum secara
di sengaja
B. Etologi
Menurut Oxom (2010), faktor-faktor yang menyebabkan ruptur perineum terdiri
dari :
a. Faktor maternal, mencangkup :
- Purtus presipitatus yang tidak dikendalikan dan tidak ditolong (sebab paling
sering)
- Pasien tidak mampu berhenti mengejan
- Partus diselesaikan secara tergesa-gesa dengan dorongan fundus yang
berlebihan
- Edema dan kerapuhan pada perineum
- Arcus pubis sempit dengan pintu bawah panggul yang sempit pula sehingga
menekan kepala bayi ke arah posterior
- Perluasan episitomi.
- Posisi Persalinan (Wikjosastro, 2007)
- Kepala janin terlalu cepat lahir
- Persalinan tidak dipimpin sebagaimana mestinya
- Jaringan parut pada perinium
b. Faktor janin mencangkup
- Bayi yang besar
- Posisi kepala yang abnormal, seperti presentasi muka
- Kelahiran bokong
- Ekstraksi forceps yang sukar
- Dystocia bahu
- Anomali kongenital, seperti hydrocephalus
Menurut Wiknjosastro (2007), terjadinya rupture perineum disebabkan
oleh faktor ibu (paritas, jarak kelahiran dan berat badan bayi), pimpinan
persalinan tidak sebagaimana mestinya, riwayat persalinan, ckstraksi cunam,
ekstraksi vakum, trauma alat dan episiotomy (Wiknjosastro, 2007).
C. Patofisiologis
Robekan perineum terjadi pada hampir semun persalinan pertama dan tidak
jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan ini dapat dihindarkan atau dikurangi
dengan menjaga jangan sampai dasar panggul dilalui oleh kepala janin dengan cepat.
Sebaliknya kepala janin yang akan lahir jangan ditahan terlampau kuat dan lama,
karena akan menyebabkan asfiksia dan perdarahan dalam tengkorak janin, dan
melemahkan otot-otot dan fasia pada dasar panggul karena diregangkan terlalu lama
Robekan perineum umumnya terjadi di garis tengah dan bisa menjadi luas apabila
kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa sehingga
kepala janin terpaksa lahir lebih ke belakang daripada biasa, kepala janin melewati
pintu bawah panggul dengan ukuran yang lebih besar daripada sirkumferensia
suboksipito-bregmatika, atau anak dilahirkan dengan pembedahan vaginal. Faktor-
faktor yang menyebabkan ruptur perineum
a. Faktor maternal, mencakup:
a. Partus presipitatus yang tidak dikendalikan dan tidak ditolong sebab paling
sering)
b. Pasien tidak mampu berhenti mengejan
c. Partus diselesaikan secara tergesa-gesa dengan dorongan fundus yang
berlebihan
d. Edema dan kerapuhan pada perineum
e. Varikositas Vulva yang melemahkan jaringan-jaringan perineum
f. Arcus pubis sempit dengan pintu bawah panggul yang sempit pula sehingga
menekan kepala bayi ke arah posterior
g. Perluasan episitomi
Kala II
a. Batasan karakteristik
Subjektif
a. Mengungkapkan secara verhal atau melaporkan nyeri dengan isyarat
Objektif
a. Posisi untuk mengindari nyeri
b. Perubahan tonus otot dengan tentang lemas sampai tidak bertenaga
c. Respon autonomic misalnya diaphoresis, perubahan tekanan darah
pernapasan atau nadi, dilatasi pupil
d. Perubaan selera makan Perilaku distraksi missal, mondar-mandir
mencari orang atau aktifitas lain, aktivitas berulang
e. Perilaku ekspresif missal, gelisah, merintih, menangis, kewaspadaan
berlebihan, peka terhadap rangsang, dan menghela napas panjang
f. Wajah topeng, nyeri
g. Perilaku menjaga atau sikap melindungi
h. Fokus menyempit, missal, gangguan persepsi waktu, gangguan proses
piker, interaksi menurun
i. Bukti nyeri yang dapat diamati
j. Berfokus pada diri sendiri
k. Gangguan tidur, missal, mata terlihat layu, gerakan tidak teratur atau
tidak menentu dan tidak menyeringai
b. Faktor yang berhubungan
Agen-agen penyebab cedera ; biologis, kimia, fisik dan psikologis
2) Resiko infeksi
Definisi berisiko terhadap invasi organism patogen
Faktor Resiko
A. Penyakit kronis
B. Pengetahuan yang kurang untuk menghindari pajanan pathogen
C. Perubahan peristaltic
D. Kulit rusak (mis pemasangan kateter intravena, prosedur invasif)
E. Rupture membrane amnion prematur
F. Rupture membrane amnion lama
G. Jaringan mengalami trauma
H. Penurunan hemoglobin
I. Penatalaksanaan
a. Ruptur perineum derajat I tidak perlu dijahit jika tidak ada perdarahan dan
aposisi luka baik
1) Derajat I
a. Dijahit/dibiarkan
b. Biarkan karena sangat nyeri
Dijahit bila
a. Perdarahan berlebih
b. Kontinuitas jaringan diragukan
c. Laserasi bilateral & labia dapat menyatu
2) Derajat II
Ruptur perineum derajat Il perlu dijahit (JNPK-KR, 2008)
3) Derajat III dan IV
Hal-hal yang perlu disiapkan dalam melakukan penjahitan pada rupture
derajat III dan IV
b. Tempat
Tempat untuk melakukan penjahitan derajat III dan IV sebaiknya berada
di ruang operasi. Hal ini disebabkan karena penjahitan pada derajat III dan IV
memerlukan suatu tempat yang aseptic dan pencahayaan yang adekuat.
Anasthesi yang digunakan bisa regional maupun general anasthesi, sehingga
akan membuat otot sfingter menjadi rileks yang akan memudahkan
dilakukannya penjahitan
c. Antibiotik
Infeksi dapat terjadi setelah penjahitan rupture perineum sampai ke daerah
sfingter ani, hal ini disebabkna karena adanya peningkatan resiko terjadinya
inkontinensia alvi maupun terbentuknya fistula Untuk itu diperlukan suatu
terapi antibiotic spectrum luas baik per parenteral maupun per oral, setelah
dilakukan penjahitan
d. Laxans
Pada umumnya, seorang wanita setelah dilakuka penjahitan pada sfingter
ani akan mengalami konstipasi. Untukl itu, terkadang diperlukan obat
pencahar, untuk memudahkan penegeluaran feses.
e. Teknik penjahitan
Terdapat dua metode yang digunakan dalam penjahitan stingter ani
ekterna, yaitu: end to end (approximation) dan teknik overlap Sedangkan untuk
penjahitan sfingter ani interna menggunakan teknik overlap (Fowler, 2009).
f. Perawatan luka perineum
Perawatan luka perineum adalah membersihkan daerah vulva dan
perineum pada ibu yang telah melahirkan sampai 24 hari pasca persalinan dan
masih menjalani rawat inap di rumah sakit (Winkjosastro, 2007)
Irfana Tri Wijati. 2015. Standar Asuhan Kebidanan Persalinan. Pati : Akbid Bakti Utama
Pati
JNPK-KR. 2008. Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusu Dini. Jakarta: JNPK-KR
Saifudin, Abdul Bari. 2002. Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal. Jakarta : Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
DATA SUBYEKTIF
1. Identitas Pasien
2. Keluhan Utama:
ibu mengatakan bagian jahitan vagina terasa nyeri
S tin S d b d r PM P R
pt d C k d r m B K S
k n n M
h
1 1 1 40 √ √ √ p 2900 7 √ hi
mmg hri du
p
4. Riwayat Persalinan Sekarang:
ibu mengatakan melahirkan anak ke 1 pada tgl 11 November 2020 pukul 04.10
Wib di RS secara normal dengan BB 2.900 kg, panjang 49 cm dan lingkar kepala
31 cm
b. Pola eleminasi
BAK : Ibu mengatakan Bak 4-5 kali sehari
BAB : Ibu mengatakan Bab 1 kali sehari
c. Pola istirahat :
Ibu Mengatakan Tidur siang 1 jam, Tidur malam 5-6 jam
d. Pola aktivitas :
Ibu mengatakan melakukan pekerjaan rumah dengan di bantu suami
e. Personal hygiene :
ibu mengatakan mandi 2 kali sehari, ganit pembalut 4-5x, gosok gigi 2 kali
sehari.
f. Pola kebiasaan :
ibu mengatakan tidak merokok, tidak minum alkohol,dan tidak minum jamu-
jamu
g. Psikososial :
keluarga senang atas kelahiran anaknya, hubungan social ibu baik
DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Kesadaran : commposmetis
b. Tekanan darah : 90/60 mmHg
c. Denyut nadi : 80x/mnt
d. Pernapasan : 19x/mnt
e. Suhu : 36,5 ºC
f. BB : 43 kg
2. Pemeriksaan Fisik
a. Muka : Tidak Odem, Simetris, Cloasma(-)
b. Mata : Kelopak mata : tidak ada pembengkakan
Konjungtiva: bewarna merah muda kanan dan kiri
Sklera: bewarna putih kanan dan kiri
d. Abdomen : tidak ada luka bekas jahitan, TFU pertengahan pusat sympisis
e. Ano Genetalia : Tidak ada tanda infeksi, lochea rubra , luka episiotomy
Masih belum kering dan sedikit menyatu
ANALISIS DATA
Diagnosis : P1A01 post partum hari ke 7 dengan nyeri jahitan perineum
PENATALAKSANAAN
Jam Kegiatan
1. Pemberi tahu hasil pemeriksaan bahwa kondisi ibu dalam keadaan baik
Tekanan darah : 90/60 Pernapasan : 19x/menit
Denyut nadi : 80x/menit Suhu : 36,5 oC
BB : 43 kg
E/ ibu mengerti kondisinya
2. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan dengan rutin mengganti pakaian
dalam dan pembalut
E/ ibu mengerti
3. Menganjurkan ibu untuk makan makanan yg tinggi protein dan tidak tarak
makan (seperti telur, deging ) dan makan makanan yg tinggi serat
18.30
E/ ibu mengerti
4. Menganjurkan Ibu untuk banyak minum air putih min 8 gelas/ hari
E/ Ibu mengerti
5. Mengajarkan ibu teknik distraksi dan relaksasi untuk mengurangi rasa nyeri,
dengan cara menarik nafas panjang melalui hidung dan dikeluarkan dari mulut
perlahan lahan
E/ ibu mengerti
6. Memberitahukan ibu untuk melakukan kontrol ulang 2 minggu lagi, dan ibu
bisa datang kapan saja ke PMB jika merasa ada keluhan
E/ ibu mengerti
Pembimbing Institusi