Anda di halaman 1dari 8

BAB IV

PEMBAHASAN

Setelah penulis melaksanakan asuhan kebidanan kesehatan reproduksi


dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan dan memahami
penatalaksanaan yang dilakukan pada Nn. A. Pembahasan ini dilakukan
secara sistematis yaitu dengan pengkajian SOAP. Pembahasan ini akan
diuraikan sebagai berikut :
A. Prioritas Masalah
Berdasarkan identifikasi beberapa masalah dari kasus diatas, didapatkan 2
masalah. Masalah tersebut diidentifikasi dengan metode USG, yakni :
1. Urgency (dilihat dari ketersediaan waktu, mendesak atau tidaknya
masalah tersebut diselesaikan).
2. Seriousness (tingkat keseriusan masalah).
3. Growth (tingkat perkembangan masalah).
Berdasarkan penilaian dengan menggunakan skala likert yakni poin 1
(sangat kecil), 2 (kecil), 3 (sedang), 4 (besar), dan 5 (sangat besar)
ditemukan hasil penilaian sebagai berikut.
Tabel 3.1 Penilaian USG (Urgency, Seriousness and Growth)
U S G
Masalah Total
(Urgency) (Seriousness) (Growth)
Menoragia 5 4 4 13
Anemia 4 4 4 12

B. Analisis Masalah
1. Menoragia
Pada pengkajian prioritas masalah di atas, menoragia masih
sangat rentan dari segi urgency, seriousness dan growth topik ini
mendapatkan poin 13 dikarenakan Nn. A perlu penanganan segera
agar perdarahan tidak berlanjut. Menurut analisis dan pengkajian
masalah dengan metode fishbone, ditemukan beberapa akar
permasalahan di antaranya :
Methods Man
Kemampuan pengelolaan
stress karena adaptasi dengan
lingkungan pesantren Adaptasi hormon, IMT
gemuk, konsumsi
makanan instan

Menoragia

aktivitas dan olahraga


Minimnya pengetahuan yang kurang
tentang alat reproduksi dan
kesehatan reproduksi

Material Environment

Gambar 4.1 Fishbone Menoragia


2. Anemia
Remaja putri perlu mengkonsumsi makanan seimbang karena
sangat dibutuhkan pada saat menstruasi. Gizi kurang atau terbatas
selain akan mempengaruhi pertumbuhan, fungsi organ tubuh juga akan
menyebabkan terganggunya fungsi reproduksi. Hal tersebut akan
berdampak pula pada gangguan siklus menstruasi. Apabila hal ini
diabaikan maka dampaknya akan terjadi keluhan-keluhan yang
menimbulkan rasa ketidaknyamanan selama siklus menstruasi (Paath
dan Erna, 2004). Selain itu keadaan anemia pada remaja putri juga
dapat mempengaruhi kinerja organ tubuh tertentu. Termasuk pada
organ seksual perempuan berupa ketidakseimbangan hormon
reproduksi yang dihasilkan (Sadikin, 2001). Yaitu ketidakseimbangan
hormon estrogen dan progesteron yang dapat mempengaruhi siklus
menstruasi (Paath dan Erna, 2004).

Pada pengkajian prioritas masalah di atas, anemia yang dialami


oleh Nn. A dari segi urgency, seriousness dan growth topik ini
mendapatkan poin 12 dikarenakan apabila keadaan umum pasien tidak
diperbaiki secara segera akan memperburuk keadaan klien sendiri.
Menurut analisis dan pengkajian masalah dengan metode fishbone,
ditemukan beberapa akar permasalahan di antaranya:

Methods Man

Diit dan pola makan


yang salah
Perdarahan, asupan gizi

Anemia

Informasi yang tidak


Minimnya pengetahuan
benar kejelasannya yang
tentang pencegahan
beredar di masyarakat
terhadap anemia

Material Environment

Gambar 4.2 Fishbone Anemia

C. Alternatif Pemecahan Masalah


1. Menganjurkan melakukan relaksasi atau melakukan kompres hangat
pada bagian yang nyeri.
Penelitian dari Azizah (2013) tentang Aplikasi Relaksasi Nafas
Dalam Sebagai Upaya Penurunan Skala Nyeri Mentruasi
(Dismenorhea) Pada Siswi Mts. Ibtidaul Falah Samirejo Dawe Kudus
menyatakan bahwa ada pengaruh signifikan terhadap penurunan skala
nyeri. Menurut Huges dkk (2005) teknik relaksasi melalui olah nafas
merupakan salah satu keadaan yang mampu merangsang tubuh untuk
membentuk sistem penekan nyeri yang akhirnya menyebabkan
penurunan nyeri. Selain dapat mengurangi intensitas nyeri, teknik
relaksasi nafas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan
meningkatkan oksigenasi darah.
Cara lain untuk mengurangi intensitas nyeri menstruasi dapat
dilakukan komres hangat. Menurut penelitian yang dilakukan Nida
dan Sari tahun 2015 tentang Pengaruh Pemberian Kompres Hangat
Terhadap Penurunan Nyeri Dismenore Pada Siswi Kelas XI SMK
Muhammadiyah Watukelir Sukoharjo menyatakan bahwa ada
pengaruh kompres hangat terhadap penurunan nyeri dismenore.
Pemberian kompres hangat pada perut wanita yang mengalami nyeri
haid, dapat meningkatkan relaksasi otot-otot dan mengurangi nyeri
akibat spasme atau kekakuan serta memberikan rasa hangat. Rasa
hangat dari air ini dapat menyebabkan pembuluh darah meningkatkan
aliran darah kebagian tubuh yang mengalami perubahan fungsi, selain
itu juga panas dapat mengurangi ketegangan otot menjadi rileks.
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Rohmawati, 2012 tentang
perbedaan pemberian kompres hangat dan aromaterapi terhadap
penurunan nyeri dismenore mendapatkan hasil bahwa lebih banyak
responden yang diberikan terapi kompres hangat pada daerah
abdomen saat mengalami nyeri menstruasi akan mengalami penurunan
rasa nyeri.
2. Menganjurkan untuk makan seimbang dengan banyak mengkonsumsi
makanan tinggi protein, baik hewani maupun nabati seperti daging
merah, ikan, telur, sayuran hijau, kacang-kacangan, dan menganjurkan
untuk mengurangi makanan instan atau bahkan menghentikan makan
makanan instan serta mengkonsumsi makanan/minuman yang
mengandung vitamin C dan zat besi seperti buah jeruk, buah naga,
buah biit.

Menurut jurnal tentang Hubungan Pengetahuan dan Pola Makan


Dengan Kejadian Anemia Remaja Putri MTs Swasta Al-Hidayah
Talang Bakung Kota Jambi tahun 2017 menyatakan bahwa ada
hubungan antara pengetahuan dan pola makan dengan kejadian
anemis. Perubahan gaya hidup dan kebiasaan pangan menuntut
penyesuaian masukan energi dan zat gizi. Pola makan yang buruk
seperti sering telat makan, konsumsi makanan yang mengandung
lemak dan kolesterol tinggi, serta kurang minum air putih dapat
menurunkan daya tahan tubuh. Demikian juga penerapan pola makan
seperti sering mengkonsumsi makanan siap saji (junk food).
Beberapa faktor resiko yang dapat menimbulkan kondisi anemia
adalah pola makan rendah kandungan besi dan vitamin, khususnya
folat, gangguan intestinal yang akan mempengaruhi absorpsi zat-zat
gizi ke dalam tubuh. Gizi merupakan salah satu factor penentu kualitas
sumber daya manusia. Kecukupan akan zat gizi sangat diperlukan oleh
setiap individu sejak dalam kandungan, bayi, anak-anak, masa remaja
hingga usia lanjut. Keadaan gizi seseorang menggambarkan apa yang
dikonsumsinya dalam jangka waktu yang lama dan tercermin dari
status gizi. Buah biit baik untuk meningkatkan hemoglobin dalam
darah karena mengandung vitamin C dua sampai empat kali lipat
disbanding buah jeruk (Sulistyowati, 2015).
3. Menganjurkan untuk olahraga rutin 3 kali/minggu dengan durasi tiap
olahraga 30 menit.
Aktivitas fisik berlebih dapat menyebabkan terjadinya disfungsi
hipotalamus yang menyebabkan gangguan pada sekresi GnRH. Hal
tersebut menyebabkan menarche yang tertunda dan gangguan siklus
menstruasi dengan perubahan metabolism steroid yang mempengaruhi
release atau penglepasan gonadotrophin (Asmarani, 2010).
Meningkatnya aktifitas fisik juga berhubungan positif dengan
panjang fase folikuler. Penelitian yang dilakukan di California
menyebutkan wanita berusia kurang dari 35 tahun dengan aktifitas
fisik >4 jam per minggu secara signifikan memperpanjang masa
folikuler. Penelitian yang dilakukan oleh Patras University Medical
School juga menyatakan gangguan siklus menstruasi dan tertundanya
menarche dialami oleh remaja dan wanita dewasa yang melakukan
pelatihan secara intensif selama 15 jam atau lebih setiap minggunya.
Intensitas aktivitas fisik yang terlalu tinggi sehingga tidak mampu
dikompensasi oleh tubuh dapat menyebabkan gangguan endokrin
dalam tubuh salah satunya ketidakteraturan siklus menstruasi.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan tinjauan kasus yang telah dibuat asuhan kebidanan kesehatan
reproduksi pada Nn. A, dapat disimpulkan sebagai berikut
1. Pada pengkajian didapatkan data subyektif Nn. A mengeluh menstruasi
kurang lebih 12 hari dan ganti pembalut 3-4x/hari dan pada data objektif
didapatkan hasil pemeriksaan Hb sebesar 11.5 gr%.
2. Pada interpretasi data didapatkan diagnosa kebidanan pada Nn. A berumur
15 tahun dengan menoragia dan anemia ringan.
3. Pada kasus Nn. A tersebut, pelaksanaan telah dilakukan sesuai dengan
perencanaan yang telah dibuat.
4. Pada kasus Nn. A tersebut, evaluasi yang didapatkan dari perencanaan
yang telah dilakukan, dimana evaluasi yang ada untuk menilai
perencanaan apa yang telah dilakukan dan bagaimana hasilnya. \

B. Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan
Agar menjadi tambahan sumber kepustakaan dan perbandingan pada
asuhan kebidanan pada gangguan kesehatan reproduksi dengan
menoragia.
2. Bagi Klien dan Keluarga
Agar Klien lebih mengetahui dan memahami kondisi kesehatan
reproduksinya dan gangguan yanng mungkin dapat terjadi.
3. Bagi Lahan Praktik
Hasil penulisan dapat memberikan masukan terhadap tenaga kesehatan
untuk lebih meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat dan
selalu menjaga mutu pelayanan.
4. Bagi Masyarakat
Agar menambah informasi kepada masyarakat tentang keluarga
berencana dan kesehatan reproduksi dari segi biologis dan psikologis
serta masalah pada kesehatan reproduksi.

Anda mungkin juga menyukai