Anda di halaman 1dari 8

PENGAJARAN BACA PUISI

Pengajaran Membaca Puisi melalui Latihan Olah Vokal dan


Olah Tubuh
Oleh Ridwanudin
Sebuah puisi dapat dinikmati ketika dibaca. Pembacaan
puisi dengan benar akan menambah rasa nikmat itu. Hal itulah
yang menjadi sebab mengapa kompetensi membaca indah puisi
perlu dikuasai kepada para siswa. Terlebih lagi, pada saat-saat
tertentu sering diadakan lomba baca puisi yang diselenggarakan
dalam tingkat lokal, regional, maupun nasional.
Kenyataannya, kemampuan membaca puisi dengan benar
belum merupakan prioritas pembelajaran bagi guru. Alasannya
sangat klasik. Guru bahasa Indonesia bukan merupakan model
yang baik dalam membaca puisi. Biasanya guru bisa bertindak
sebagai juri pembacaan puisi, tetapi tidak bisa memberikan
contoh yang baik. Jika ditelusuri, hal ini disebabkan perhatian
yang kurang terhadap sastra sejak menjadi mahasiswa, terutama
dalam kegiatan teater.
Biasanya, pengajaran membaca puisi dilaksanakan dengan
pendekatan struktur. Pendekatan struktur lebih menekankan
pada pembedahan puisi yang akan dibacakan. Langkah-
langkahnya adalah membaca berulang-ulang, memberinya
jeda, mencari alur, dan memahami makna secara intensif.
Namun, ternyata belum berhasil meningkatkan kompetensi
membaca puisi para siswa. Kendalanya terletak pada
ketidakmampuan siswa mengekspresikan puisi yang
dipelajarinya melalui irama, volume, mimik, dan kinestetik.
Lalu, pendekatan apakah yang bisa meningkatkan
kemampuan mengekspresikan tersebut? Dalam sebuah tulisan di
internet, Didin Widyartono, seorang mahasiswa pascasarjana
UM mengusulkan pendekatan Latihan Dasar Teater untuk
membaca puisi. Ide tersebut menambah ketertarikan penulis
terhadap hubungan latihan teater dengan membaca puisi. Kalau
kita cermati, hampir semua pemain teater atau drama adalah
seorang pembaca puisi yang baik. Mereka sudah terlatih
vokalnya, gesturnya, mimiknya melalui latihan-latihan rutin.
Para pemain teater juga terlatih untuk berkonsentrasi dan
menghayati peran.
Dalam tulisan ini, penulis akan menguraikan bagaimana
menerapkan salah satu latihan dalam teater untuk meningkatkan
kemampuan membaca puisi yaitu latihan olah vokal dan olah
tubuh. Olah vokal berpengaruh terhadap volume suara dan
irama, olah tubuh berpengaruh terhadap mimik dan kinesik.
Volume suara yang baik ialah suara yang dapat terdengar
sampai jauh. Artikulasi yang baik ialah pengucapan yang jelas.
Setiap suku kata terucap dengan jelas dan terang meskipun
diucapkan dengan cepat sekali. Lafal yang benar pengucapan
kata yang sesuai dengan hukum pengucapan bahasa yang
dipakai . Menghayati atau menjiwai berarti tekanan atau lagu
ucapan harus dapat menimbulkan kesan yang sesuai dengan
tuntutan peran dalam naskah.
Ada beberapa istilah dalam teater yang sangat berguna
dalam menunjang kemampuan membaca puisi. Dengan latihan
yang benar dan berkelanjutan, kemampuan dasar teater tersebut
akan meningkatkan kompetensi membaca puisi karena
menyangkut irama, volume suara, mimik, dan kinestetik.
VOKAL
Untuk menjadi seorang pembaca puisi yang baik, maka dia
harus mernpunyai dasar vokal yang baik pula. Baik di sini
diartikan sebagai : dapat terdengar (dalam jangkauan penonton,
sampai penonton, yang paling belakang). jelas
(artikulasi/pengucapan yang tepat), tersampaikan misi (pesan)
dari irama yang diucapkan, tidak monoton.
ARTIKULASI
Yang dimaksud dengan artikulasi pada teater adalah
pengucapan kata melalui mulut agar terdengar dengan baik dan
benar serta jelas, sehingga telinga pendengar/penonton dapat
mengerti pada kata-kata yang diucapkan.
GESTIKULASI
Gestikulasi adalah suatu cara untuk memenggal kata dan
memberi tekanan pada kata atau kalimat pada sebuah dialog.
Jadi seperti halnya artikulasi, gestikulasi pun merupakan bagian
dari dialog, hanya saja fungsinya yang berbeda.
INTONASI
Seandainya pada dialog yang kita ucapkan, kita tidak
menggunakan intonasi, maka akan terasa monoton, datar dan
membosankan. Yang dimaksud intonasi di sini adalah tekanan-
tekanan yang diberikan pada kata, bagian kata atau dialog.
Dalam tatanan intonasi, terdapat tiga macam, yaitu : Tekanan
Dinamik (keras-lemah), Tekanan.Nada (tinggi-rendah), Tekanan
Tempo (cepat-lambat)
WARNA SUARA
Hampir setiap orang memiliki warna suara yang berbeda.
Demikian pula usia sangat mempengaruhi warna suara.
Misalnya saja seorang kakek, akan berbeda warna suaranya
dengan seorang anak muda. Seorang ibu akan berbeda warna
suaranya dengan anak gadisnya. Apalagi antara laki-laki dengan
perempuan, akan sangat jelas perbedaan warna suaranya.
Jadi jelaslah bahwa untuk membawakan suatu dialog
dengan baik, maka selain harus memperhatikan artikulasi,
gestikulasi dan intonasi, harus memperhatikan juga warna suara.
OLAH TUBUH
Sebelum kita melangkah lebih jauh untuk mempelajari
seluk beluk gerak, maka terlebih dahulu kita harus mengenal
tentang olah tubuh. Olah tubuh (bisa juga dikatakan senam),
sangat perlu dilakukan sebelum kita mengadakan latihan atau
pementasan. Dengan berolah tubuh kita akan, mendapat
keadaaan atau kondisi tubuh yang maksimal. Selain itu olah
tubuh juga mempunyai tujuan melatih atau melemaskan otot-
otot kita supaya elastis, lentur, luwes dan supaya tidak ada
bagian-bagian tubuh kita yang kaku selama latihan-latihan.
Tubuh yang diolah untuk kepentingan membacakan puisi
meliputi muka untuk melatih mimik, tangan dan kaki untuk
melatih kinesik.
Pendekatan Latihan Olah Vokal dan Olah Tubuh

1. Pemanasan / olah tubuh
Latihan pemanasan diperlukan untuk membuat kondisi
tubuh yang lelah menjadi bugar. Senam pemanasan ini bisa
dimulai dengan
1.
1. gerakkan kepala; menoleh kanan kiri, atas bawah,
dan berputar. Gerakan dilakukan dengan perlahan-
lahan untuk menghindari cedera. 4×8 hitungan.
2. gerakan tangan: membentuk huruf S, lengan
dibuka dan ditutup, lengan diputar ke depan
belakang. 4×8 hitungan.
3. gerakan kaki; diangkat ke depan, ke kanan, ke
kiri, dll. bergantian dari kaki kanan dan kiri
4. Membentuk lingkaran, searah jarum jam berlari-
lari kecil, berjalan, berlari-lari kecil, mengendap-
ngendap, berlari-lari kecil, gerakan berenang,
berjalan, berlari dengan gerakan lambat (slow
motion). Perubahan gerakan dikomando guru.
5. Melenturkan otot muka: gerakan seperti
mengunyah, menjelek-jelekkan muka, muka seolah-
olah ditarik ke depan, ke samping, ke atas, ke bawah
dengan mengikuti gerakan tangan. Contoh:
6. Siswa membacakan puisi tanpa bersuara dengan
gerakan artikulasi yang sesuai.
1.
1.
1. Olah vokal
1. Siswa menyebutkan judul puisi dengan volume
suara bergradasi dari berbisik sampai berteriak.
2. Siswa menyebutkan judul puisi dengan dengan
artikulasi yang tepat.
3. Siswa menyebutkan larik puisi dengan tempo
bergradasi dari lambat ke cepat.
2. Imajinasi (Penghayatan)
1. mengajak siswa berkonsentrasi pada area kepala
dengan fokus mata. Bahwa mata yang dimiliki
memiliki potensi untuk melirik, melotot, terpejam,
dll. Siswa diajak berimajinasi tentang apa yang
terjadi di dalam puisi yang telah dipilih. Siswa
diminta agar berimajinasi terhadap puisi tersebut.
Bagaimana gerakan bola mata yang maksimal dalam
berekspresi nanti ketika membaca puisi.
2. setelah dirasa cukup, siswa diajak untuk
berkonsentrasi pada mulut. Sama dengan mata,
mulut juga memiliki potensi untuk bisa maksimal.
Mulut bisa untuk melongo, menguap, tertutup, dll.
Siswa diajak berimajinasi tentang apa yang terjadi di
dalam puisi yang telah dipilih. Siswa diminta agar
berimajinasi terhadap puisi tersebut. Bagaimana
gerakan bibir yang maksimal dalam berekspresi
nanti ketika membaca puisi. Bibir memiliki potensi
yang maksimal jika diolah dengan baik.
3. setelah dirasa cukup, siswa diajak untuk
memadukannya dengan gerak wajah (mimik). Siswa
diminta berkonsentrasi pada bentuk mimik. Siswa
diminta agar berimajinasi terhadap puisi tersebut.
Bagaimana bentuk mimik yang maksimal dalam
berekspresi nanti ketika membaca puisi. Mimik
memiliki potensi yang maksimal jika diolah dengan
baik.
1.
1. setelah dirasa cukup, siswa diajak untuk
memadukannya dengan gerak kepala. Siswa diminta
berkonsentrasi pada gerakan kepala. Siswa diminta
agar berimajinasi terhadap puisi tersebut.
Bagaimana gerakan kepala yang maksimal dalam
berekspresi nanti ketika membaca puisi. Kepala
memiliki potensi yang maksimal jika diolah dengan
baik.
2. Siswa kembali diminta untuk berkonsentrasi pada
bagian tengah dari tubuh, khususnya bagian atas
punggung. Bagaimana gerakan punggung yang
maksimal dalam berekspresi nanti ketika membaca
puisi. Punggung memiliki potensi yang maksimal
jika diolah dengan baik.
3. Siswa diajak berkonsentrasi dan berimajinasi
pada bagian tangan. Siswa diminta untuk tetap
berimajinasi pada puisi yang telah dipilih.
Bagaimana gerakan punggung yang maksimal
dalam berekspresi nanti ketika membaca puisi.
Tangan memiliki potensi yang maksimal jika diolah
dengan baik.
Setelah melakukan teknik latihan di atas, semua siswa
diminta untuk membacakan puisi di depan siswa yang
lain. Pertama-tama siswa membaca puisi di belakang layar,
sehingga yang terdengar hanya suaranya saja. Hal ini untuk
memberikan keleluasaan kepada siswa untuk berekspresi tanpa
dihalangi oleh rasa malu. Pada tahap selanjutnnya siswa
membaca puisi langsung di hadapan siswa yang lain. Hal ini
bisa dilakukan setelah rasa percaya diri siswa terbangun.
Kegiatan pembelajaran puisi melalui latihan olah vokal
dan olah tubuh ini setidaknya memerlukan 4 jam pelajaran. Dua
jam pelajaran pertama digunakan untuk latihan olah vokal dan
olah tubuh sekaligus pendalaman puisi. Dua jam berikutnya
digunakan untuk membaca puisi di depan kelas. Kegiatan
latihan sebaiknya dilakukan di luar ruangan. Hal ini diperlukan
agar kegiatan olah tubuh dan olah vokal dapat dilakukan dengan
leluasa.

Anda mungkin juga menyukai