Anda di halaman 1dari 7

TUGAS TUTORIAL II

UPBJJ-UT : Yogyakarta Semester : 3 A (tiga) BI


Program Studi : S1 PGSD Pokjar/Kelas : SMP Muh Wonosari
Kode Mata Kuliah : PDGK4207 Kab./Kota : Gunungkidul
Mata Kuliah : Pendidikan Seni di SD Nama Tutor : Anastasia Winarti P, S.Pd.
Hari/tanggal : Minggu, 26-4-2020 Sifat Ujian : take home
Nama : Desiana Pamungkas Sari NIM : 857903299

1. Jelaskan karakteristik lagu untuk anak SD!


Jawab :
a. Melodi
Jangkauan suara anak SD dapat dibedakan berdasarkan jenis suara anak yaitu suara tinggi dan suara rendah,
bukan berdasarkan jenis kelamin. Anak-anak yang bersuara tinggi memiliki jangkauan antara nada c ’- f’’ ;
sedangkan suara rendah anak berkisar antara nada a – d’’. Melodi yang dinyanyikan oleh anak sebaiknya
diciptakan dalam jarak satu oktaf saja.
Dalam penciptaan nyanyian untuk anak SD digolongkan berdasarkan kelas.  Kelas I,II dan sebagian kelas
III luas wilayah suaranya hanya sekitar 5-6 nada. Kelas IV – V sudah dapat menyanyikan melodi hingga 8 nada
atau lebih.
b. Ritme
Ritme nyanyian anak SD sebaiknya mudah dinyanyikan. Ritme melodi yang memiliki nilai not yang
hampir sama akan lebih mudah dinyanyikan dibandingkan dengan ritme yang nilai-nilai notnya berbeda jauh
(kompleks).
Ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam menciptakan nyanyian untuk anak, di antaranya :
a. Pembuatan Tema Lagu
Tema lagu dapat dikatakan sebagai ide dasar menguasai seluruh jiwa lagu. Tema ini yang
membedakan antara nyanyian yang satu dengan lainnya. Tema lagu anak pada umumnya bersifat gembira.
Urutan proses penemuan ide dasar musical atau tema pembuatan nyanyian anak SD :
1. Amati dan tangkap perasaan anak-anak (langsung maupun tidak langsung).
2. Jelaskan perasaan anak tersebut mengendap sehingga menjadi milik diri sendiri.
3. Ubah dalam bentuk ungkapan-ungkapan musical.
4. Catat ide dasar tersebut.
Pada sebagian pencipta lagu, proses di atas tidaklah selalu dalam urutan yang sama. Namun proses
tersebut akan terjadi pula walau hanya dalam pikiran atau imajinasi.
b. Pengembangan Tema Lagu (sebagai melodi)
Suatu motif terdiri dari satu ritme dan dua nada. Panjang motif yang sedang terdiri dari 8 nada,
sedangkan yang paling panjang 12 nada dan 2 birama.
Ada beberapa cara yang harus dipelajari terlebih dahulu untuk mengolah atau mengembangkan suatu
motif :
a. Repetisi (pengulangan)
Adalah membuat motif baru dengan mengulang motif sebelumnya persis sama.
b. Sekuens (Pengulangan pada tingkat yang berbeda)
Adalah pengulangan suatu motif pada tingkat yang lebih tinggi (naik) atau lebih rendah (turun) dari motif
asli. Contohnya, lagu “Satu Nusa Satu Bangsa”
c. Augmentasi (Pembesaran)
1) Interval
Motif yang terdiri dari beberapa nada dapat dikembangkan juga dengan cara memperbesar intervalnya.
2) Nilai
Yaitu dengan merubah irama dari suatu motif.
d. Diminusi (Pengecilan interval)
1) Interval
Motif yang terdiri dari beberapa nada dapat dikembangkan juga dengan cara memperkecil intervalnya.
2) Nilai
Caranya adalah merubah irama motif.
e. Inversi (Pembalikan)
Motif asli menunjukkan alur melodi naik, maka untuk mengembangkannya dapat dibuat dengan merubah
alur melodi menjadi turun. Pembalikan alur melodi pada pengembangan motif dapat merupakan
pembalikan murni dari interval.
f. Penentuan Teks Lagu
Teks disusun berdasarkan cerita, pikiran, perasaan yang hendak diungkapkan. Dalam teks lagu anak SD
masih berkisar pada hal-hal yang berhubungan dengan bahasa yang realistis dan kongkrit.
2. Uraikan tentang 3 teknik pernafasan dalam bernyanyi!
Jawab :
Dalam bernyanyi dikenal jenis pernafasan, yaitu :
a. Pernafasan perut, yang mengembang setelah menghirup udara adalah bagian perut.
b. Pernafasan dada, ciri utama pernafasan ini adalah mengembangnya dada dan terangkatnya pundak saat
menghirup udara.
c. Pernafasan diafragma (sekat rongga badan), pernafasan yang baik sewaktu bernyanyi bernafas dengan cara ini
badan terhindar dari ketegangan yang berlebihan dan memiliki daya yang cukup untuk menghasilkan dan
mempertahankan cadangan udara saat bernyanyi.
Cara bernafas diafragma :
1) Berdiri dengan rileks
2) Tarik nafas sedalam-dalamnya melalui hidung (dua hitungan)
3) Pertahankan beberapa saat (dua hitungan)
4) Keluarkan udara melalui mulut ( empat hitungan)
5) Kendorkan otot (relaksasi dua hitungan)
Jadi proses bernafas yang baik sewaktu bernyanyi adalah menghirup (inhalasi), menahan (suspensasi),
mengeluarkan (ekshalasi), menahan (relaksasi) lalu di ulang lagi.
3. Sebutkan jenis suara pada anak dan tulislah karakteristik/kemampaun anak usia 7-12 tahun!
Jawab :
Jangkauan suara anak SD dapat dibedakan berdasarkan jenis suara anak yaitu suara tinggi dan suara rendah, bukan
berdasarkan jenis kelamin. Anak-anak yang bersuara tinggi memiliki jangkauan antara nada c ’- f’’ ; sedangkan suara
rendah anak berkisar antara nada a – d’’. Melodi yang dinyanyikan oleh anak sebaiknya diciptakan dalam jarak satu
oktaf saja. Kelas I,II dan sebagian kelas III luas wilayah suaranya hanya sekitar 5-6 nada. Kelas IV – V sudah dapat
menyanyikan melodi hingga 8 nada atau lebih. Karakteristik anak antara lain:
 Usia 6 – 7 tahun pada umumnya memiliki suara yang tinggi dan ringan, namun ada juga yang bersuara rendah
 Usia 8 – 9 tahun pada umumnya anak mulai dapat bernyanyi dengan nada yang tepat
 Usia 10 -12 tahun pada umumnya belum mengalami perubahan suara , suara mereka masih terdengar jernih dan
ringan
4. Gambarlah aba- aba 1 pukulan, 2 pukulan, 3 pukulan, 4 pukulan dan berilah contoh lagunya!
Jawab :
a. aba- aba 1 pukulan, contoh lagu: Tujuh Belas Agustus, Apuse, Potong Bebek Angsa

b. aba- aba 2 pukulan, contoh lagu:

c. aba- aba 3 pukulan,contoh lagu: Melati, Doa dan Restumu, Lisoi


d. aba- aba 4 pukulan. contoh lagu: Tanah Tumpah Darahku, Maju Tak Gentar, Indonesia Raya

5. Tulislah langkah-langkah dalam proses penciptaan karya seni tari!


Jawab :
1. Eksplorisasi
Eksplorisasi adalah tahap awal seseorang akan menyusun tari dalam proses penyusunan karya tari. Kegiatan ini
meliputi:
a. Berfikir
b. Berimajinasi
c. Merasakan
d. Merespon alam sekitar(lingkungan, fisik, dunia binatang, tumbuhan, kejadian-kejadian sekarang atau masa
lau atau suatu cerita)
2. Improvisasi
Improvisasi memberikan kesempatan lebih luas dalam melakukan imajinasi, pilihan, dan penciptaan
dibandingkan dengan eksplorisasi. Ciri improvisasi ditandai dengan gerak spontanitas.
3. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap gerak-gerak yang sudah diperoleh dari tahapan improvisasi. Evaluasi atau pemilihan gerak
didasrakan pada ide dasar yang meliputi tema, ceritera, watak, gerak, dan gerak-gerakyang menjadi ciri dari ide
dasarnya.
4. Forming (pembentukan gerak/ komposisi)
Forming adalah tahap pembentukan gerak-gerak yang sudah pasti tappi belum membentuk sebuah karya tari
utuh.
6. Jelaskan apa yang dimaksud dengan tema,berilah contoh macam- macam tema yang sesuai untuk anak SD!
Jawab :
Tema adalah suatu pesan yang ingin disampaikan kepada penonton, atau siapa saja yang memang tertarik pada seni
tari atau dengan kata lain tema adalah pokok pikiran, gagasan atau ide dasar. Dalam garapan tari, apa saja yang bisa
dijadikan tema, dari kejadian sehari-hari, pengalaman hidup, binatang, cerita rakyat, cerita kepahlawanan, legenda,
upacara adat dan lain-lain. Namun demikian, hendaknya sesuatu yang lazim bagi manusia, karena tujuan dari tari
antara lain adalah menciptakan komunikasi antara karya seni dengan masyarakat penikmatnya.
Karena tema merupakan gagasan atau ide dasar dari suatu garapan tari, maka setiap tarian pasti bertema. Tema
merupakan penggambaran keseluruhan cerita dari sebuah tari. Tema sebuah tari yang mampu bertahan lama adalah
yang mengandung kebenaran-kebenaran abadi yang lazim bagi semua orang. Dengan demikian sumber tema dari
sebuah tarian sangat ditentukan oleh kekayaan pengamalan jiwa penciptanya.
Contoh macam- macam tema yang sesuai untuk anak SD adalah:
1. Tema Binatang
Tema binatang mengandung arti bahwa setiap gerakan yang dihasilkan merupakan bentuk peniruan dari suatu
binatang. Peniruan itu meliputi pencerminan bentuk fisik, perilaku, cara makan, dan sebagainya. Biasanya
binatang yang digambarkan berkaitan dengan keberadaan binatang tersebut dalam alam sekitar atau bisa juga
dengan pengaguman seorang penari dengan keindahan suatu binatang. Tari dengan tema binatang biasanya
ditarikan secara berkelompok tetapi tidak menutup kemungkinan untuk ditarikan secara berpasangan ataupun
tunggal. Misalnya tari merak. Pada tari terebut diceritakan bahwa merak merupakan binatang yang anggun dan
mempunyai keindahan bulu yang luar biasa.
2. Tema Kepahlawanan
Tari kepahlawanan adalah tari yang mengandung unsur cerita heroik atau kepahlawanan. Pada tema ini sering
diungkapkan atau diceritakan tentang perjuangan dan kegagahan suatu tokoh tertentu. Di dalam tema ini juga
diceritakan kronologis suatu tragedi yang menuntut suatu tokoh atau sekelompok untuk memperjuangkan
sesuatu yang ditujunya. Tujuan dari tari dengan tema pahlawan ini adalah agar penontonnya dapat termotivasi
dan terdorong untuk bersemangat dalam menjalani hidup. Di Indonesia tema ini muncul ketika bangsa Indonesia
memperjuangkan kemerdekaannya dan berjuang menghadapi penjajah.
Contohnya adalah:Tari Kuda Kepang dan Tari Seudati
3. Tema Kehidupan Sehari-Hari
Tema kehidupan sehari-hari menggambarkan aktivitas manusia sehari-hari. Segala aktivitas hidup dapat
dijadikan sebagai tema. Tema dalam hal ini berupa pokok pikiran yang berkaitan juga dengan budaya maupun
mata pencaharian dari masyarakat setempat. Contoh dari tema ini adalah tari panen. Pada tarian tersebut
diceritakan aktivitas panen yang dilakukan oleh petani, mulai dari cara memetik padi sampai pada mengolah
padi yang dihasilkan. Begitu pula dengan tari petik cengkeh. Pada umumnya tari bertema ini sering dijadikan
sebagai media pendidikan untuk siswa sekolah dasar untuk mempelajari secara mendalam aktivitas suatu
golongan masyarakat tertentu.
4. Suasana Hati
Tema ini menggambarkan pergaulan antara muda dan mudi. Tari yang bertema pergaulan ini adalah tari
pergaulan. Tari ini biasanya dilakukan pada saat bulan purnama sebagai pergaulan muda mudi atau kaum remaja
yang merupakan tari sosial yang memiliki latar belakang cerita. Tari ini merupakan wujud suka cita warga desa
dalam bersih desa atau acara lainnya yang berhubungan dengan berlangsungnya pertemuan antara kaum muda
dan mudi.
Ciri-cirinya antara lain:
a. Gerak tari ini dilakukan secara bebas, yang mengikuti adalah muda dan mudi atau warga masyarakat secara
umum.
b. Tarian ini sering dilaksanakan pada saat bulan purnama baik untuk kalangan anak-anak, remaja putra putri
atau dewasa maupun orang tua.
c. Dapat dilakukan di arena yang luas atau tanah lapang.
d. Pelaksanaan pertunjukan tarian ini biasanya digelar sebagai puncak dari kegiatan yang dilakukan pada
siang harinya.
e. Tarian ini pada dasarnya digunakan sebagai sarana untuk komunikasi atau pergaulan antara laki-laki atau
perempuan, remaja dan orang tua atau kegiatan yang berhubungan dengan hajat orang banyak di suatu desa.

7. Buatlah satu bentuk rancangan sederhana karya seni untuk anak SD!
Jawab :
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan Pendidikan : SD Negeri Ngunut
Kelas / Semester :I/1
Tema : Keluargaku
Sub Tema : Kegiatan Keluargaku
Alokasi Waktu : 1 x Pertemuan
A. Kompetensi Inti (KI)
KI 1 : Menerima, menjalankan dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 : Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi
dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya.
KI 3 : Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar, melihat, membaca dan menanya) dan
menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-
benda yang dijumpainya di rumah, sekolah, dan tempat bermain.
KI 4 : Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis, dan logis, dalam karya yang estetis,
dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan peri-laku anak
beriman dan berakhlak mulia.
B. Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator
Seni Budaya dan Prakarya
Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
3.4 Memahami karya seni rupa teknik tempel 3.4.1 Menjelaskan teknik membuat kolase
4.4 Membuat karya kolase, montase, aplikasi, 4.4.1 Membuat kolase dari bahan alam
dan mozaik
C. Tujuan Pembelajaran
1. Setelah mengamati, siswa mampu menjelaskan teknik membuat kolase dengan benar.
2. Setelah berdiskusi, siswa mampu membuat kolase dari bahan alam dengan teknik yang kreatif.
D. Materi Pembelajaran
1. Membuat kolase dari bahan alam
E. Metode Pembelajaran
Diskusi dan Tanya Jawab
F. Langkah-langkah Pembelajaran
Pendahuluan
1. Kelas dibuka dengan salam, menanyakan kabar, dan mengecek kehadiran siswa.
2. Kelas dilanjutkan dengan doa dipimpin oleh salah seorang siswa.
3. Menyanyikan Lagu Indonesia Raya. Guru memberikan penguatan tentang pentingnya menanamkan semangat
kebangsaan.
4. Guru memberikan apersepsi dengan menanyakan apa saja bahan yang berasal dari alam?
5. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan selama pembelajaran.
Kegiatan Inti
1. Siswa mengamati kolase yang ada di buku siswa.
2. Siswa diminta membuat pertanyaan berdasarkan kolase yang diamatinya..
3. Siswa mendiskusikan dengan temannya teknik membuat kolase. Siswa juga mendiskusikan hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam membuatnya. Siswa membaca langkah-langkah membuat kolase yang ada di buku siswa.
Guru mempraktikkan satu persatu langkah dengan hati-hati. Siswa diberi kesempatan bertanya jika ada hal-hal
yang masih kurang jelas.
4. Siswa membuat kolase. Siswa bisa menggambar sendiri gambar yang diinginkan atau guru bisa membagikan
sketsa gambar kupu-kupu.
5. Siswa bisa mengambil daun-daun kering atau yang sudah tidak digunakan di lingkungan sekolah (siswa bisa
membawa sendiri dari rumah, guru menginformasikan di pertemuan sebelumnya).
6. Siswa menyiapkan lem dan gunting. Siswa mulai menempel daun-daun atau ranting kering. Siswa
memperhatikan keindahan dan keserasian. Guru memotivasi siswa untuk membuat dengan teliti dan hati-hati.
Siswa dibebaskan untuk berkreasi seindah mungkin.
Penutup
1. Siswa menyimak ulasan guru tentang kegiatan yang sudah dilakukan.
2. Siswa bersama guru membuat kesimpulan pembelajaran yang telah berlangsung.
3. Siswa bersama guru melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran.
4. Kelas ditutup dengan doa bersama dipimpin salah seorang siswa.

G. Penilaian
Teknik Penilaian:
1. Penilaian Sikap : lembar observasi
2. Penilaian Pengetahuan : tes tertulis
3. Penilaian Keterampilan : unjuk kerja (membuat kolase dari bahan alam)
H. Media/Alat, Bahan dan Sumber Belajar
1. Media : contoh kolase
2. Sumber belajar :
a. Buku Guru dan Buku Siswa Kelas IV, Tema 3: Peduli Terhadap Makhluk Hidup, Subtema 1: Hewan dan
Tumbuhan di Lingkungan Rumahku, Pembelajaran 2. Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013 (Revisi
2017). Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Ngunut, 15 Agustus 2019


Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru Kelas

HARDIYONO, S.Pd.SD Desiana Pamungkas Sari, S.Pd


NIP. 196109201982011002 NIP. -
8. Buatlah Syair lagu baru bertema keluargaku
Jawab :
Ada Ibuku
Ada Ayahku
Mereka menyayangiku dan mengasihiku
Oh ibu Oh ayah
Pelita hidupku
Mereka semua keluarga kecilku
9. Tulislah periodisasi perkembangan seni rupa untuk anak!
Jawab :
a. Masa Coreng-Moreng (Scribbling Period)
Kesenangan membuat goresan pada anak-anak usia dua tahun bahkan sebelum dua tahun sejalan dengan
perkembangan motorik tangan dan jarinya yang masih menggunakan motorik kasar. Hal ini dapat kita temukan
anak yang melubangi atau melukai kertas yang digoresnya. Goresan-goresan yang dibuat anak usia 2-3 tahun
belum menggambarkan suatu bentuk objek. Pada awalnya, coretan hanya mengikuti perkembangan gerak
motorik. Biasanya, tahap pertama hanya mampu menghasilkan goresan terbatas, dengan arah vertikal atau
horizontal. Hal ini tentunya berkaitan dengan kemampuan motorik anak yang masih mengunakan moRotik
kasar. Kemudian, pada perekmbangan berikutnya penggambaran garis mulai beragam dengan arah yang
bervariasi pula. Selain itu mereka juga sudah mampu mambuat garis melingkar. Periode ini terbagi ke dalam tiga
tahap, yaitu: 1) corengan tak beraturan, 2) corengan terkendali, dan 3) corengan bernama. Ciri gambar yang
dihasilkan anak pada tahap corengan tak beraturan adalah bentuk gembar yang sembarang, mencoreng tanpa
melihat ke kertas, belum dapat membuat corengan berupa lingkaran dan memiliki semangat yang tinggi
Corengan terkendali ditandai dengan kemampuan anak menemukan kendali visualnya terhadap coretan yang
dibuatnya. Hal ini tercipta dengan telah adanya kerjasama antara koordiani antara perkembangan visual dengan
perkembamngan motorik. Hal ini terbukti dengan adanya pengulangan coretan garis baik yang horizontal ,
vertical, lengkung , bahkan lingkaran. Corengan bernama merupakan tahap akhir masa coreng moreng. Biasanya
terjadi menjelang usia 3-4 tahun, sejalan dengan perkembangan bahasanya anak mulai mengontrol goresannya
bahkan telah memberinya nama, misalnya: “rumah”, 3.23 “mobil”, “kuda”. Hal ini dapat digunakan oleh orang
tua atau guru pada jenjang pendidikan usia dini (TK) dalam membangkitkan keberanianan anak untuk
mengemukakan kata-kata tertentu atau pendapat tertentu berdasarkan hal yangdigambarkannya.
b. Masa Pra Bagan (Pre Schematic Period)
Usia anak pada tahap ini bisanya berada pada jenjang pendidikan TK dan SD kelas awal. Kecenderungan umum
pada tahap ini, objek yang digambarkan anak biasanya berupa gambar kepala-berkaki. Sebuah lingkaran yang
menggambarkan kepala kemudian pada bagian bawahnya ada dua garis sebagai pengganti kedua kaki. Ciri-ciri
yang menarik lainnya pada tahap ini yaitu telah menggunakan bentuk-bentuk dasar geometris untuk memberi
kesan objek dari dunia sekitarnya. Koordinasi tangan lebih berkembang. Aspek warna belum ada hubungan
tertentu dengan objek, orang bisa saja berwarna biru, merah, coklat atau warna lain yang disenanginya.
c. Masa Bagan (Schematic Period)
Konsep bentuk mulai tampak lebih jelas. Anak cenderung mengulang bentuk. Gambar masih tetap berkesan
datar dan berputar atau rebah (tampak pada penggambaran pohon di kiri kanan jalan yang dibuat tegak lurus
dengan badan jalan, bagian kiri rebah ke kiri, bagian kanan rebah ke kanan). Pada perkembangan selanjutnya
kesadaran ruang muncul dengan dibuatnya garis pijak (base line). Penafsiran ruang bersifat subjektif, tampak
pada gambar “tembus pandang” (contoh: digambarkan orang makan di ruangan, seakan-akan dinding terbuat
dari kaca). Gejala ini disebut dengan idioplastis (gambar terawang, tembus pandang). Misalnya gambar sebuah
rumahyang seolah-olah terbuat dari kaca bening, hingga seluruh isi di dalam rumah kelihatan dengan jelas. Hasil
karya anak-anak itu disebutnya gambar fisioplastik. Anak yang belum berumur 8 tahun belum mampu
menggambar apa yang dilihatnya tetapi mereka menggambar maenurut apa yang sedang dipikirkannya. Hasil
karya mereka itu disebut gambar ideoplastik. 3.28 Pada masa ini juga, kadang-kadang dalam satu bidang gambar
dilukiskan berbagai peristiwa yang berlainan waktu. Hal ini dalam tinjauan budaya dinamakan continous
narrative, anak sudah bisa memahami ruang dan waktu. Objek gambar yang dilukiskan banyak dan berulang
menggambarkan sedang dilakukan.
d. Masa Realisme Awal (Early Realism)
Pada periode Realisme Awal, karya anak lebih menyerupai kenyataan. Kesadaran perspektif mulai muncul,
namun berdasarkan penglihatan sendiri. Mereka menyatukan objek dalam lingkungan. Selain itu kesadaran
untuk berkelompok dengan teman sebaya dialami pada masa ini. Perhatian kepada objek sudah mulai rinci.
Namun demikian, dalam menggambarkan objek, proporsi (perbandingan ukuran) belum dikuasai sepenuhnya.
Pemahaman warna sudah mulai disadari. Warna biru langit berbeda dengan biru air laut. Penguasan konsep
ruang mulai dikenalnya sehingga letak objek tidak lagi bertumpu pada garis dasar, melainkan pada bidang dasar
sehingga mulai ditemukan garis horizon. Selain dikenalnya warna dan ruang, penguasaan unsur desain seperti
keseimbangan dan irama mulai dikenal pada periode ini. Ada perbedaan kesenangan umum, misalnya: anak laki-
laki lebih senang kepada menggambarkan kendaraan, anak perempuan kepada boneka atau bunga.
e. Masa Naturalisme Semu
Pada masa naturalisme semu, kemampuan berfikir abstrak serta kesadaran sosialnya makin berkembang.
Perhatian kepada seni mulai kritis, bahkan terhadap karyanya sendiri. Pengamatan kepada objek lebih rinci.
Tampak jelas perbedaan anak-anak bertipe haptic dengan tipe visual. Tipe visual memperlihatkan kesadaran rasa
ruang, rasa jarak dan lingkungan, dengan fokus pada hal-hal yang menarik perhatiannya. Penguasaan rasa
perbandingan (proporsi) serta gerak tubuh objek lebih meningkat. Tipe haptic memperlihatkan tanggapan
keruangan dan objek secara subjektif, lebih banyak menggunakan perasaannya. Gambar-gambar gaya kartun
banyak digemari. Ada sesuatu yang unik pada masa ini, di mana pada satu sisi anak ekspresi kreatifnya sedang
muncul sementara kemampuan intelektualnya berkembang dengan sangat pesatnya. Sebagai akibatnya, rasio
anak seakan-akan menjadi penghambat dalam proses berkarya. Apakah gambar ini seperti kucing? Sementara
kemampuan menggambar kucing kurang misalnya. Sebagai akibatnya mereka malu kalau memperlihatkan
karyanya kepada sesamanya.
10. Jelaskan tentang seni rupa Dwimatra dan Trimatra!
Jawab :
a. Seni rupa Dwimatra adalah panjang dan lebar dalam suatu bidang papar/datar, tidak memiliki kedalaman atau
ketebalan. Dalam bidang tersebut akan terdapat kesan ruang, volume, dimensi yang bersifat optis, khayali dan
ilusif, kedalaman tidak teraba, namun terasa oleh mata. Cara pandang 2 dimensi adalah satu arah, yaitu dari
muka atau depan.
b. Seni rupa Trimatra adalah Apa yang ada disekeliling kita bersifat tiga dimensi, tidak saja memiliki panjang,lebar
tapi memiliki pula ruang,massa, volume, raut, warna dan bentuk. Cara pandang 3 dimensi dilakukan dari
berbagai arah, yaitu tiga arah utama : tegak atas-bawah, lintang kiri-kanan dan sudut depan belakang.

--TERIMAKASIH--

Anda mungkin juga menyukai