Ringkasan
Perlatihan Teknik Vokal Paduan Suara Anak memberikan apresiasi dan penggalian bakat bagi
tingkat sekolah dasar. Teori pemahaman teknik vokal yang meliputi teknik pernafasan, pernafasan,
produksi suara, frasering dan penghayatan terhadap lagu yang dinyayikan memberikan kemudahan
proses pelatihan yang dilaksanakan. Dimasa pandemi Covid-19 dicoba dilaksanakan pada salah satu
SD Negri Ciganitri yang berada di Kecamatan Bojongsoang Kabupaten Bandung. Pelatihan selama
dua bulan menghasilkan 5 lagu Nasional/Daerah yang dilakukan dengan rekaman suara maupun
visual. Hasil dari perekaman tersebut dipublikasikan sebagai Pergelaran Paduan Suara Virtual ke
Medsos Youtube dengan link:
http://youtube.com/playlist?list=PLOrgg8mkOkwgtQb_Mzy7Zc5nJxLqEtmxs
Metoda Pelatihan Teknik Vokal Paduan Suara Aanak dengan Analogi Bahasa dan
Perumpamaan
Analogi bahasa, kalimat, dan kata sebagai perumpamaan dalam hal ini adalah bagian
bagian penting metoda pelatihan yang harus diberikan pada tingkat usia anak jika
menginginkan proses pelatihan dapat dimengerti dan dipahami. Ada beberapa materi analogi
disampaikan berkaitan dengan teknik vokal dan interpretasi lagu sesuai dengan materi yang
diberikan yakni meliputi : Penempatan (Vocal placement), pemahaman produksi suara, dan
interpretasi Lagu.
Penempatan (Vocal placement) adalah materi sebagai upaya merangkum pemahaman
tanpa mengurangi arti kosnsep yang diberikan. Teknik pernafasan yang yang diberikan diikuti
dengan arah tarikan (hirupan) nafas, yakni arah tarikan udara (nafas) dan saat mengeluarkan menjadi
teknik tercapainya bentuk vokal yang diharapkan. Pemahaman ini dipraktekan kepada peserta didik
dengan cara, arah udara yang dihirup (ambil nafas), pelatih mengarahkan udara yang dihirup pada
dinding langit mulut. Saat mengirup udara (ambil nafas) dinding langit mulut bagian atas dari rongga
mulut dirasakan dingin. Dalam melakukan menghirup udara dan saat mengeluarkan dilakukan pada
sumber yang sama yakni langit-langit mulut. Pelatihan dengan cara ini dilakukan terus-menerus pada
setiap kali pertemuan, agar pesaerta didik dapat memahami, sekaligus sebagai pemanasan dan
vokalising persiapan yang selalu dibutuhkan dalam setiap praktik bernyanyi.
Pengecekan dan praktik langsung, diberikan untuk memberikan keyakinan terhadap
penyerapan materi yang dilakukan dengan menggunakan huruf vokal (a, i, u, e, dan o), yang setiap
huruf vokal memliki pemahaman arah yang sesuai dengan karakternya. Vokal huruf “a” memiliki
karakter yang bervariasi kaitannya dengan kebutuhan yang berkaitan dengan tebal- tipisnya suara
yang bisa ditentukan melalui uara lembut dan tajam dapat dihasilkan dengan mengarahkan huruf
vokal “a” kedepan lurus yang posisinya tian biasanya secara umum bentuk vokal “a” diarahkan ke
depan atas. Adapun kesan lembut dan samar dapat diberikan dengan arah sedikit kebelakang. Ketiga
kualitas vokal tersebut tanpa berhasil jika tidak memperhatikan dengan suport dari kekuatan perut dan
diafrahma. Pada sisi lain vokal “a’ yang mendapatkan awal konsonan huruf ”w” sebagai contoh nyata
dalam memberikan pemahaman kualitas vokal harus diberikan pada penekanan arah vokal untuk
mendapatkan marna yang lebih halus dengan memberikan imajinasi arah ke belakang atas. akan
membawa pada kulaitas vokal “a “ pada timbre hasil suara yang lebih halus. Bahasa leterlux konsep
teknik vokal tidak atau kurang memberikan secara maksimal pemahaman terhadap pola pikir mereka.
Dalam hal ini analogi- analogi perumpamaan diberikan sifat vokal yang sesuai dengan bentuk mulut
dan imajinasi arah yang harus disampaikan.
Analogi yang diberikan untuk memahami timbre suara yang diarahkan pada gambaran buah
dari yang kecil hingga yang besar. Dalam hal ini diberikan contoh “Buah Anggur” dan “Buah
Rambutan”. Untuk memberikan pemahaman dan sekaligus untuk memberikan umpan terhadap
peserta didik agar tetap konsentrasi penggunaan rongga yang harus dipertahankan agar vokal yang
keluar tetap memiliki kualitas timber yang diinginkan. Imajinasi dan analogi ini diperlukan untuk
siswa dapat memahami tentang bagian mulut tetap berada pada posisi yang dibutuhkan dalam suara
atau vokal yang lebih bagus. Pada wilayah tertentu imajinasi bahwa didalam mulut ada “Buah
Anggur” atau “Rambutan”, membantu mengarahkan rongga mulut yang lebih besar dalam kaitannya
dengan kualitas timbre suara. Ajakan siswa untuk menghirup nafas melalui mulut, yakni
menghembuskan nafas dengan vokal disertai imajinasi buah anggur ataupun buah rambutan di
dalamnya. Ketika dikeluarkan dengan vokal “a” dan menggunakan teknik langit langit sebagai
sumber suara, dibantu dengan dorongan dari perut/diafrahma misalnya, maka akan keluar vokal “a”
yang lebih berkualitas. Dikaitkan pula dengan kebutuhan suara yang diinginkan (suara tipis atau
suara tebal) dari analogi buah tersebut
Analogi berikutnya, saat menyanyikan vokal “i”, penulis menggunakan analogi “Ikatan Sapu
Lidi”. Saat mengirup dan mengeluarkan vokal berpusat pada langit langit, dibantu dengan analogi
sebuah “lubang ikatan sapu lidi” yang besar dengan kecil. Untuk mendapatkan kesan tipis dan suara
nyaring, suara bagaikan memasukan lidi dalam lubang kecil, suara diarahkan dan ditarik keatas,
menghasilkan suara yang tipis dan jernih. Dalam hal penempatan (placement) suara, siswa disuruh
merasakan ketika ambil nafas, mereka harus tau bahwa diarahkan pada langit langit bagian mulut atas
yang merasa dingin ketika angin masuk ke dalam mulut. Demikian pula saat mengeluarkan vokal
bersember dari tempat yang dirasakan dinguin tersebut. Masing masing vokal “a, i, u, e, o” memliki
analogi terendiri, dan hal terpenting adalah analogi tersebut dimengerti dan dapat dipraktekkan.
Permasalahan masing masing siswa dapat dikernali dan diperbaiki langsung saat praktik dan
tatap muka. Masing masing peserta didik memliki kemampuan dan keterbatasan tertentu kaitannya
dengan pengucapan huruf vokal ataupun konsonan, yang diperlukan teknik khusus untuk membuat
kesan kesragaman suara, meskipun dengan konsonan yang berbeda untuk tetap menjaga vokal tanpa
mengurangi kualitas suara secara kelompok. Sebagai contoh, bahwa pada lagu Indonesia Pusaka, di
bagian introduksi ada syair yang dinyanyikan dengan vokal “U”. Vokal ‘u’ tersebut digunakan dua
konsonan yakni ‘du’ dan ‘tu’. Pada satu sisi ada anak yang mengucapkan syair ‘du’ dengan suara
yang medok, sehingga menjadi dua bagian pengucapan yang dilakukan secara bersama yakni ‘du’ dan
‘tu’. Dengan dua konsonan tersebut ditentukan peserta didik yang harus mengucapkan yang ‘tu’ yang
medok, dan yang ‘du’ adalah yang dapat memberikan kesan vokal ‘u’ yang sudah maksimal. Dalam
pengucapan konsonan ‘n’ pada akhir kata dengan nada tinggi, untuk tetap tidak mengurangi kualitas
vokal sesuai dengan nada yang diharapkan, maka tidak semua peserta didik diharuskan untuk
menekankan konsonan ‘n’, tetapi dipilih hanya yang mampu untuk melalukan. Dalam syair tersebut
tetap ada yang mewakili untuk pengucapan konsonan yang dimaksud, sehingga kualitas syair yang
diucapkan tetap terjaga. Banyak hal semacam ini yang kemudian evaluasi dan diselesaikan secara
spontan pada saat latihan.
Analogi Pemahaman Produksi Suara dan Interpretasi Lagu. Analogi
pemahaman teknik disesuaikan dengan ekspresi lagu yang dibawakan. Keras/lembut sesuai
dengan tanda dinamik partitur. Interpretasi lagu lebih berkonsentrasi pada dinamik
disesuaikan dengan makna syair atau karakter interpretasi, dan unsur melody. Pada sisi lain
lagu yang dinyanyikan dicoba diberikan. Tidak lupa pula yang harus ditekankan secara
konsep bahwa sikap tubuh dalam bernyanyi harus menjadi dasar pengetahuan yang harus
diberikan.
Sikap tubuh dapat dipahamkan dengan sikap berdiri ataupun duduk, namun badan
diusahakan dengan sikap tegak, kemudian bahu didorong ke belakang, hati bersikap rileks.
Secara khusus bahwa persyaratan yang penting untuk sikap berdiri yakni kedua kaki
bertumpu di lantai secara seimbang. Keempat poin yang disebutkan, didalam praktek
diusahakan agar berjalam secara otomatis. Bila semuanya telah terposisikan didalam
pikiran, maka secara otomatis pikiran akan merefleksikan semua itu melalui saraf-saraf
kerja didalam tubuh. Adapun upaya pemberian analogi kaitanya dengan pembawaan lagu
sesuai dengan ekpresi lagu yang akan dipertunjukkan adalah sebagai berikuit:
Dalam lagu Indonesia Pusaka, sebagai contoh, dengan sedikit humor, vokal “ sair
yang berbunyi “Tempat Berlindung di Hari Tuwa”, bagi peserta didik pemula jika tidak
diberikan perhatian khusus terhadap teknik yang seharusnya, maka akhir dari kalimat lagu
tersebut menjadi kasar dan bentuk mulut cenderung kesamping. Ucapan ucapan humor
untuk memberikan perhatian agar selalu diingat maka kalimat “jangan melototin saya
dengan akhir kata “tuwa” dengan suara “cempreng” , serentak mereka tertawa, kemudian
vokal akhir “a” dari kata “tuwa” dengan memperharikan fokus suara langit langit dan
imajinasi arah vokal yang cenderung belakang atas kepala. Dengan sedikit humor, akan
membewa sukacita mereka untuk tertawa dan lebih mendekatkan diri hubungan personal
dengan antara peserta didik dengan pelatihnya. Jika hubungan personal sudah terbangun
maka akan menjadi mudah untuk memberikan berbagai kemungkinan evaluasi terjadi, dan
Demikian halnya dengan suara vokal “e” pada sayair lagu Nyiur Hijau yakni pada
kalimat “ Nyiur Hijau Di Tepi Pandai” vokal huruf ‘e’ pada kata ‘tepi” jika tidak diingatkan
membuka mulut seperti mengucapkan vokal ‘a’ namun fokus pada ‘e’ , maka akan
didapatkan vokal yang lebih halus kearah head voice (suara kepala). Semua bentuk vokal
yang berkonsentrasi pada langit lngit atau mulut bagian atas, membawa kepada
konsentrasi head voice dan ini banyak dibutuhkan dalam menyanyikan paduan suara
terutama suara suara dengan nada yang tinggi. Meskipun ada nada nada yang ingin
mendapatkan kualitas yang alus dari suara rendah teknik suara dada yang hanya dapat
dipahami oleh orang yang betul betul dapat membedakan antara suara dada (Chest voice )
dan suara kepla (head voice) pada nada rendah tersebut. Pada sisi yang lain bahwa dalam
banyak hal bahkan dapat secara ekstrim kaitanya dengan penyampaian tekni cresendo
(suara yang makin mengeras) siswa diberi analogi dengan kalimat “yang mendengarkan
tuli (budeg)” hal ini merupakan ajakan kepada peserta didik untuk besuara lebih keras.
Dalam interpretasi lagu, “Di Timur Mata Hari”., pada bagian tertentu yakni syair “Di-
timur-mata- hari- mu-lai ber- cahya” kata awal sampai “kata bercahya” dibawakan dengan
stakato. Hal ini mengikuti aransemen musik pengiringnya. Lebih lanjut akhir dari vokal “a”
kata “ namun bagian akhir dari vokal “a” pada kata “cahya” maka lebih diperluas dan
diperkeras” dibawakan dengan makin lama makin keras. Kalimat lagu berikutnya sesuai
dengan imajinasi apakah ingin lebih tegas sebagai ajakan, penegasan yakni pada syair
terakhir “Seluruh Pemuda Indonesia”. Pada bagian ini disertai dengan pemahaman arah,
teknik penempatan dan produksi suara, sesuai dengan analogi-analogi kalimat yang telah
diberikan sebelumnya. Pemahaman teknik pernafasan, kemana arah udara dan dari mana
udara dikeluarkan dengan vokal seperti telah dilakukan mengarahkan siawa untuk
berkonsentrasi pada suara kepala (head voice).
Adanya tanda perubahan tempo, dan sebagainya, agar lagu dapat dinyanyikan dengan
tepat dan mendukung ekspresi. Klasifikasi tiga hal pokok meliputi: Penguasaan lagu,
iterpretasi lagu, dan ekspresi penghayatan lagu, ketiganya tidak terlepas dari teknik
pemanasan dan teknik pernafasan agar mendapat penempatan suara, produksi suara yang
baik. Pada sisi yang lain adanya pemahaman resonansi (ruang resonansi), memperkeras
dinding-dinding rongga resonansi dalam tubuh, terutama di atas pita suara, seperti rongga
dahi, rongga tulang baji, rongga rahang, rongga tenggorokan, rongga mulut, dan rongga
hidung dalam bernyanyi pada umumnya selalu diusahakan dengan cara yang rileks.
Tujuannya adalah agar dinding ruang resonansi dapat terbuka dengan baik sehingga dapar
ikut bergetar secara maksimal.
Teknik teknik tersebut diatas dilakukan secara praktis sesuai dengan pemahaman
tingkat usia peserta didik. Bahasa leterlux teknik vokal memerlukan analogi-analogi
permpamaan yang sesuai dengan pemahaman tingkat usia peserta didik. Suasana hati perlu
dijaga agar memudahkan untuk mengambil simpati peserta didik yang pada akhirnya akan
mempermudah pemahaman materi dengan maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
A. Sumber Buku
Aley, Ririe. 2010. Intisari Pintar Olah Vokal, PT. Gramedia, Yogyakarta.
Mangunsong’s, V, Teknik Vokal Dalam Paduan Suara, disajikan dalam Acara Latian Dasar
Teknik UKM Paduan Suara UNISBANK, 12-13 Bulan Desember 2015, Semarang,
Jawa Tengah
Silaen, HT. (2006), “Diktat Perkuliahan Praktik Instrumen Mayor I-Vokal. Hasil
Lokakarya Pengembangan Program Hibah Kompetensi A-1 Bach III Termin I”
Tanggal 25 Maret, Jurusan Pendidikan Seni Musik Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negri Yogyakarta.
Sitompul, Binsar (1988), Paduan Suara & Pemimpinnya, PT. BPK. Gunung Mulia, Jakarta.
Tim Pusat Musik Liturgi, 1984, Menjadi Drigen II- Membentuk Suara, Pusat Musik Liturgi
Yogyakarta.
B. Sumber Website:
Http://vmangunsongs.blogspot.com/2016/04/teknik-dasar-vokal-dalam-paduan-
suara.html?m=1, (diunggah, 8 April tahun 2020).