Gambar 1. Lambang K3
Bentuk lambang K3 berupa palang dilingkari roda bergigi sebelas berwarna hijau
di atas warna dasar putih. Arti dan makna lambang K3 yaitu:4
1. Palang bermakna bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja (PAK).
2. Roda gigi bermakna bekerja dengan kesegaran jasmani maupun rohani.
3. Warna putih bermakna bersih dan suci.
4. Warna hijau bermakna selamat, sehat, dan sejahtera
5. Sebelas gerigi roda bermakna sebelas bab dalam Undang-undang No. 1 Tahun
1970 tentang Keselamatan Kerja.
2.3 Pengendalian Risiko K3
Pengendalian risiko keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu upaya
pengendalian potensi bahaya yang ditemukan di tempat kerja. Pengendalian
risiko perlu dilakukan sesudah menentukan prioritas risiko. Metode
pengendalian dapat diterapkan berdasarkan hierarki dan lokasi pengendalian.
Hierarki pengendalian merupakan upaya pengendalian mulai dari efektivitas
yang paling tinggi hingga rendah, sebagai berikut:5
4. Pengendalian Administrasi
Pengendalian administrasi berfungsi untuk membatasi pajanan pada
pekerja. Pengendalian administrasi diimplementasikan bersamaan dengan
pengendalian yang lain sebagai pendukung. Contoh pengendalian
administrasi diantaranya:
a. Pelatihan/sosialisasi/penyuluhan pada SDM Fasyankes
b. Penyusunan prosedur kerja bagi SDM Fasyankes
c. Pengaturan terkait pemeliharaan alat
d. Pengaturan shift kerja
Untuk faktor risiko biologi yang sangat infeksius dan bahan kimia, dapat
menggunakan bentuk APD secara lengkap atau merujuk pada juknis terkait.
Berikut penjelasan masing-masing APD beserta contoh gambar APD :5
a. Penutup Kepala (shower cap)
Alat penutup kepala adalah alat pelindung yang berfungsi untuk
melindungi kepala dari jatuhnya mikroorganisme yang ada dirambut dan kulit
kepala petugas terhadap alat- alat/daerah steril dan juga sebaliknya untuk
melindungi kepala/rambut petugas dari percikan bahan–bahan dari pasien.
e. Masker
Masker atau alat pelindung pernafasan adalah alat yang berfungsi
untuk melindungi pernafasan dari mikrobakterium dan virus yang ada di
udara, dan zat kimia yang digunakan. Bagi SDM Fasyankes yang
menggunakan respirator harus dilatih untuk menggunakan dan memelihara
respirator khusus secara tepat. SDM Fasyankes harus tahu keterbatasan dan
pengujian kecocokan respirator secara tepat, minimal masker dengan tipe
N95 atau masker yang dapat memproteksi SDM dari paparan risiko biologi
maupun kimia.
Gambar 7. Masker
i. Coverall
Coverall adalah alat yang berfungsi untuk melindungi seluruh tubuh
dari kepala sampai kaki dari penularan melalui percikan darah ataupun cairan
tubuh sangat infeksius yang masuk melalui mucous membrane atau luka.
Penyediaan APD ini diutamakan pada Fasyankes yang melakukan pelayanan
dengan kasus karantina atau Fasyankes dengan pandemic wabah, radiasi dan
paparan bahan kimia yang sangat toksik.
Gambar 11. Coverall
3) Bahaya tergores alat-alat yang tajam, bahaya strerilisasi dari alat-alat dokter
gigi yang kurang bersih, bahaya tidak melakukan sterilisasi setelah melakukan
tindakan. Risiko dalam tahapan ini adalah infeksi luka sayatan dan infeksi
nosokomial atau tertular penyakit dari pasien.7
dan strerilisasi yang efektif pada alat, perlengkapan dan lingkungan (termasuk
ceceran darah) dan penggunaan serta waktu penggunaan disinfektan yang
tepat terhadap permukaan kontak dan instrumen serta perlengkapan yang tidak
dapat disterilkan.6
Transmission based precaution ditujukan bagi pasien yang beresiko baik
yang telah diketahui atau suspect terinfeksi atau terkolonisasi dengan transmisi
penularan yang tinggi sehingga membutuhkan tambahan tindakan pencegahan atas
tindakan pencegahan standar atau ketika pemberantasan agen infeksi dengan
sterilisasi tidak memungkinkan. 6
terkontaminasi. Staf harus dilatih untuk dapat menilai tingkat resiko dan
kemungkinan akibatnya, mengenali situasi ketika terjadi paparan dan mengetahui
cara mencegah atau meminimalisasi resiko terhadap pasien, staf dan orang lain.6
Pengaturan area proses sterilisasi terletak di tengah ruangan, diatur
sedemikian rupa, terpisah dari ruang kerja namun mudah diakses oleh para staf.
Untuk mengurangi potensi terjadinya kontaminasi pada ruangan steril, area ini harus
memiliki jalur yang membatasi hanya petugas yang dapat memasuki ruangan ini.
Proses dekontaminasi peralatan adalah rangkaian proses yang terdiri dari 5 tahap
pernyataan efektivitas pabrik). Oven udara panas, larutan kimia, air mendidih,
sinar UV, butiran panas dan sterilisator tidak adekuat untuk proses sterilisasi
tekanan uap, pemanasan, dan zat kimia kering. Pita indikator kimia dan biologi
digunakan untuk mengecek fungsi sterilisasi dan diletakkan dalam pak pada
setiap proses. Perubahan warna pita mengindikasikan terjadinya proses
sterilisasi. Kalibrasi monitor biologi dilakukan untuk menjamin sterilisasi
berlangsung baik. Bukti penghancuran spora dengan kultur setelah
dilakukan siklus sterilisasi menilai bahwa semua mikroorganisme yang
disterilisasi telah dihancurkan. Antiseptik adalah zat kimia yang digunakan untuk
mencegah pertumbuhan atau aktivitas mikroorganisme dengan cara
menghambat atau membunuh yang dipakai terhadap jaringan hidup. Disinfektan
adalah zat kimia untuk membunuh organisme patogen (kecuali spora kuman)
dengan cara fisik atau kimia dilakukan terhadap benda mati. Antiseptik biasanya
digunakan dan dibiarkan menguap seperti halnya alkohol. Umumnya isopropil
alkohol 70-90% adalah yang termurah namun merupakan antiseptik yang
sangat efektif. Penambahan Iodium pada alkohol akan meningkatkan daya
disinfeksi dengan atau tanpa Iodium, isopropil alkohol tidak efektif terhadap
spora.6
Solusi Iodium baik dalam air maupun dalam alkohol bersifat sangat
antiseptik dan telah dipakai sejak lama sebagai antiseptik kulit sebelum proses
pembedahan. Iodium juga efektif terhadap berbagai protozoa seperti amuba yang
menyebabkan disentri. Solusi Hipoklorit paling banyak dipakai untuk disinfeksi
dan menghilangkan bau karena bersifat relatif tidak membahayakan jaringan
manusia, mudah ditangani, tidak berwarna, meskipun memudarkan warna. Di
rumah sakit dipakai untuk mendisinfeksi ruangan, permukaan serta alat non
bedah.6
Peroksida hidrogen (H2O2) merupakan antiseptik yang efektif dan non
toksik. Molekulnya tidak stabil dan apabila dipanaskan akan terurai menjadi air dan
oksigen. Pada konsentrasi 0,3-6%, H2O2 dipakai untuk disinfeksi dan pada
konsentrasi 6-25% untuk sterilisasi. H2O2 10% bersifat virusid dan sporosid.
suhunya. Dengan cara ini akan dicapai tekanan 1,5 atm dan suhu 1210 C. Dengan
tekanan dan suhu seperti ini, dalam waktu 10-12 menit, semua bentuk hidup
berikut spora akan dimatikan.6
Teknik sterilisasi lainnya adalah pemanasan kering dan radiasi.
Pembakaran merupakan cara sterilisasi yang 100% efektif tetapi terbatas
penggunaannya. Alat-alat yang berupa gelas tahan panas seperti piring petri,
pipet, tabung reaksi dapat disterilkan dengan cara sterilisasi dengan udara panas
pelindung diganti dan permukaan dental unit dibersihkan. Lapisan lantai harus
mudah dibersihkan dan area ini harus memiliki ventilasi yang baik. Cairan
disinfektan yang efektif berupa iodofor dilusi, klorin, fenolik sintetik.6
1. Suryani, A. I., Ikhwansyah I., Eka L. M., 2013. Pengaruh Potensi Bahaya
terhadap Risiko Kecelakaan Kerja di Unit Produksi Industri Migas PT. X Aceh.
Jurnal Precure, [e-Journal] 1: pp. 34-42
2. Dewi, Anita. 2011. Dasar-Dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Jember: Jember University p:1.
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003. Tentang Kesehatan. Jakarta:
Kementerian Kesehatan
4. Rezeki, Sri. 2016. Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Kementrian
Kesehatan Indonesia. Jakarta. P : 12
5. Menkes RI. 2018. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
52 Tahun 2018 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan.
6. Lugito, M, DH. Kontrol Infeksi dan Keselamatan Kerja dalam Praktek
Kedokteran Gigi. Jurnal PDGI. 62(1).2013: 24-30
7. Sawitri,R,M. Mulyono. Analisis Risiko pada Pekerjaan Dokter Gigi di
Kabupaten dan Kota Probolinggo. The Indonesia Journal of Occupational
Safety and Health. 8(1). 2019. 29-37