Anda di halaman 1dari 3

BAB 2

ISI

2.1 Analisis Situasi (deskripsi profil tempat kerja)


Analisis pengumpulan data yang dilakukan dengan melakukan pengamatan lapangan dan
analisis dokumen dengan tahapan mengidentifikasi bahaya dan menilai resiko serta
pengendaliannya.
Tempat kerja yang diamati merupakan home industri yang mengolah keripik tempe di
daerah Sanan Malang. Lokasinya berada di tengah lingkungan yang padat penduduk. Home
industri ini sudah beroprasi sejak tahun 2012. Di sana memiliki 10 pekerja dengan diantaranya:
3 orang memotong tempe, 4 membungkus, 3 menggoreng tempe yang rata-rata berumur 40
tahun ke atas. Mereka bekerja dari hari Senin hingga Sabtu Minggu libur. Mereka bekerja
selama 10 jam perharinya. Mulai dari jam 06.00 hingga jam 16.00. Dengan perincian
kegiatannya mulai dari jam 06.00 untuk yang memotong tempe, menggoreng tempe, dan
berakhir hingga mengemas produksi tempe jam 16.00. Mereka bekerja sesuai dengan bagian
masing-masing. Dalam sekali produksi dalam sehari home industry tersebut dapat
memproduksi kurang lebih 1000 bungkus yang kemudian dipasarkan ke took-toko disekitar
Sanan.
2.2 Analisis hazard di tempat kerja
Identifikasi kegiatan yang dilakukan pekerja dalam memproduksi keripik tempe yaitu:
pekerjaan yang dilakukan dimulai dari proses pemotongan tempe yang dilakukan dengan pisau
besar secara manual. Proses penggorengan tempe yang dilakukan dengan kompor gas yang
tempat menggorengnya berada di halaman samping rumah, penataan tempat kerja yang
kurang baik terbukti sirkulasi udara panas yang kurang memadai, tempat produksi dalam
keadaan kurang bersih, terdapat aliran air dibawah penggorengan. Para pekerja yang
menggunakan alat pelindung diri seadanya.
Proses pembuatan tempe ini berpotensi terjadinya kecelakaan kerja yang mengarah pada
kurangnya perhatian pekerja, cara penggunaan alat yang salah atau tidak semestinya,
pemakaian alat pelindung diri yang kurang baik.
Dalam melakukan analisis.

2.3 Risiko masalah kesehatan di tempat kerja


Penilaian potensi bahaya yang diidentifikasi bahaya resiko melalui analisa dan evaluasi
bahaya resiko yang dimaksudkan untuk menentukan bahaya resiko dengan mempertimbangkan
kemungkinan terjadi dan besar akibat yang ditimbulkan.

No Proses Potensi Bahaya Resiko


1 Pemotongan kripik Luka terkena pisau Cidera anggota badan
tempe
2 Menggoreng kripik o Percikan minyak goreng o Cidera anggota
tempe o Ketersediaan APD yang seadanya badan
o Tempat kompor yang berdekatang o Kebakaran
satu dengan yang lain
o Luas tempat menggoreng 6 x 2m
o Sirkulasi udara yang kurang baik
o Penataan tempat antara kompor
gas, tabung gas, dan regulator
3 Mengemas produksi Hubungan arus pendek Kebakaran
tempe

2.4 sistem manajemen risiko/standar pelayanan K3 di tempat kerja


Dalam home industry tersebut masih belum menampakkan system manajemen keselamatan
dan kesehatan kerja (K3). Hal ini dapat dilihat dari: proses pemotongan kripik tempe yang
dilakukan secara manual dengan menggunakan pisau besar. Hal ini beriso terjadi cidera pada
tangan. Bila terjadi cidera yang dilakukan pekerja hanya menutup luka dengan plaster dan
membiarkan sembuh dengan sendirinya. Lingkungan yang digunakan untuk melakukan
penggorengan tempe beresiko kebakaran dan juga cidera anggota badan. Hal ini dapat dilihat
dari terdapat sumber api dari kompor gas, penataan tempat kerja yang kurang baik , serta
penggunaan alat pelindung diri yang seadanya. Tetapi di sana belum tampak kebijakan
manajemen kebakaran dan identifikasi bahaya kebakaran dengan ketidaktauan cara
penanganan kebakaran yang benar.

BAB 4

PEMBAHASAN

4.1 Identifikasi Bahaya


Kegiatan atau aktivitas yang terdapat pada bagian dalam proses pembuatan kripik tempe
berpotensi terjadinya kecelakaan kerja. Dari proses pemotongan tempe dengan pisau secara
manual, proses menggoreng tempe yang dilakukan dengan menggunakan APD seadanya,
penataan tempat yang kurang baik, dan proses pengemasan produksi yang dilakukan dengan
menggunakan listrik.
Tindakan dengan adanya kecelakaan dan perbuatan yang mengarah pada tindakan yang
mengandung bahaya kerja selalu diikuti dengan potensi terjadinya kecelakaan kerja akibat
kurangnya perhatian manusia, cara penggunaan alat yang salah atau tidak semestinya,
pemakaian alat pelindung diri yang kurang baik.

No Proses Potensi Bahaya Resiko Peluang Tingkat


bahaya
1 Pemotongan Luka terkena pisau Cidera anggota Mungkin Sedang
kripik tempe badan terjadi
2 Menggoreng o Percikan minyak o Cidera o Sering o Sedang
kripik tempe goreng anggota terjadi
o Ketersediaan APD badan
yang seadanya
o Tempat kompor o Kebakaran o Mungkin o Berat
yang berdekatang terjadi
satu dengan yang
lain
o Luas tempat
menggoreng 6 x 2m
o Sirkulasi udara yang
kurang baik
o Penataan tempat
antara kompor gas,
tabung gas, dan
regulator
3 Mengemas Hubungan arus pendek Kebakaran Mungkin Berat
produksi tempe terjadi

4.2 Pengendalian resiko


Pengendalian resiko bertujuan untuk meminimalkan tingkat resiko dari potensi bahaya yang
ada. Upaya yang dilakukan untuk mengurangi atau menurunkan tingkat resiko agar menjadi
rendah yaitu dengan:
Untuk iritasi karena terkena pisau dan percikan dari minyak goring dapat dilakukan tindakan
pengendalian atau pengurangan resiko dengan menggunakan APD (sarung tangan, masker,
apron) serta laranagn makan dan minum di tempat kerja. Hal ini sesuai dengan UU no. Tahun
1970 pasal 13 tentang keselamatan kerja, yaitu kewajiban memasuki tempat kerja dan
Kepmanker. 333/MEN/1989 tentang diagnosis dan pelaporan penyakit akibat kerja dan
Kepmenaker. 187/MEN/1999 tentang pengendalian bahaya kimia berbahaya serta PP No. 18
tahun 1999 revisi PP 101/2014 di penegndalian sampah B3 padat/non organic, dan IK Waste
Management di tempat kerja serta dilakukan sosialisasi dan pelatihan penggunaan APD yang
benar dan penanganan bahan kimia.
Untuk kebakaran, tindakan penegndalian resiko dapat dilakukan yanitu penyediaan alat
pemadam kebakaran. Hal ini telah sesuai dengan UU No 1 tahun 1970 tetang keselamaatn
kerja, Permenaker No 04/MEN/1980 tentang syarat-syarat pemasanagn dan pemelharaan
APAR, dan Kep. 186/MEN/1999 tentang unit penanggulangan kebakaran ditenpat kerja.
PerMenaker Per 02/MEN/1983 tentang Penetapan system permit to work meliputi: penentuan
system proteksi dari proses penggorengan temped an pengemasan kripik tempe. Kesiapan
peralatan penanganan danpelatihan tanggap darurat.

Anda mungkin juga menyukai