Sop Icu Anak
Sop Icu Anak
PROSEDUR
I. INDIKASI UMUM
1. Semua penderita yang membutuhkan bantuan pernafasan mekanik atau alat bantuan
khusus lainnya.
2. Semua penderita yang membutuhkan monitoring secara cermat dan ketat.
Pengertian : Peraturan yang dibuat untuk mengatur tugas jaga ICU Anak / NICU
Tujuan : Supaya pelayanan pasien dan pencatatan pasien di ICU Anak / NICU dapat
berjalan baik
Kebijakan : Dokter jaga ICU Anak / NICU melaksanan tugas sesuai dengan prosedur
PROSEDUR
1. Serah terima pasien dengan segala permasalahannya dari dokter ICU Anak ke dokter
jaga sesuai konsultan jaga kelas 1 dan kelas 2, dengan aturan :
Senin - Kamis 14.00
Jumat 11.00
Sabtu 12.30
Minggu/ Hari libur pagi : 08.00
Malam : 20.00
2. Atasi kegawatan → Lakukan program → Konsul Anestesi atau sub bagian lain yang
terkait.
Pengertian : Obat-obat emergensi dan peralatan standar yang harus tersedia di ICU Anak
/ NICU / IGD
Tujuan : Mendukung pelayanan terhadap kegawatan penderita yang dirawat
Kebijakan : Semua tempat perawatan yang menjadi ruang lingkup ICU Anak / NICU / IGD
harus tersedia
PROSEDUR
I. PERALATAN
A. Alat pembebas jalan napas
1. AMBU Bag : lengkap
2. Masker / sungkup muka : semua ukuran lengkap
3. Laringoskop dan Blade (prematur, bayi, anak)
4. Pipa ET lengkap (No. 2,5 s/d 8)
5. Pipa nasofaringeal lengkap
6. Pipa orofaringeal lengkap
7. Pipa trakheostomi lengkap (No. 5 s/d 8)
8. Masker (non dan rebreathing), 0,2 kanul, T piece
9. Head box
10. Kateter pengisap
C. Monitor
1. Bed side monitor : pulse oxymetri, tekanan darah invasif dan non invasif
2. EKG
3. Respirasi
4. Temperatur
D. Lain-lain
1. NGT (feeding tube)
2. Spuit
3. Catheter urin
E. Obat-Obatan
1. Adrenalin
2. Aminophylin
3. Atropin sulfas
4. Calcium cholide 10% calcium glukonas 10%
5. Dexametason
6. Diazepam
7. Dilantin
8. Digoxin
9. Diphenhidramin
10. Dopamin
11. Dobutamin
12. Dextrose 40%
13. Furosemid
14. Heparin
15. Klonidin inj
16. Lidocain
17. Manitol
18. Midazolam
19. Morfin
20. Naloxone
21. Natrium bikarbonat
22. Phenytoin
23. Phenobarbital
F. Cairan-Cairan
A. Cairan kristaloid
Cairan yang mengandung molekul elektrolit
1. Sodium Chloride (NaCl 0,9%)
2. Ringer laktat
3. Maintenance : D 5% dengan elektrolit NaCl dan KCl
B. Cairan koloid
Cairan pengganti plasma sebelum mendapatkan transfusi
1. HAES steril 6%, HAES steril 10%
2. Expafusin
3. Albumin 2,5%, 10%
Unit Terkait : IGD, ICU Anak, SMF lain SMF lain RSUD Kota Kupang
PENGELOLAAN TRAUMA PEDIATRIK
No. Dokumen No. Revisi Halaman
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh
1 April 2011 DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM
RSUD Kota Kupang STANDAR DAERAH KOTA KUPANG
OPERASIONAL
PROSEDUR
Pengertian : Keadaan pasca paparan diatas kemampuan tubuh anak untuk mengkompensasi
perubahan yang membahayakan jiwa.
Tujuan : Sebagai panduan dalam penilaian dan penanganan trauma pada anak
Kebijakan : Penilaian dan penanganan trauma pada anak berdasarkan prioritas untuk
menghindari kematian dan menghentikan proses kegawatan.
PROSEDUR
No. Langkah-Langkah Pelaksana
1. Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk melakukan Dokter, Perawat
tindakan medis kepada orangtua / keluarga pasien
3. Circulation / Sirkulasi :
a. Lakukan penilaian terhadap perfusi
b. Bila terjadi henti jantung, lakukan resutasi kardiopulmoner
c. Tentukan ada tidaknya syok
d. Kenali dan kendalikan pendarahan besar
e. Lakukan bebat tekan pada pendarahan eksternal
f. Identifikasi lokasi pendarahan
seperti rongga dada, abdomen dan rongga peritoneal
g. Pasang akses intravena.
3. Survey kedua
Unit terkait : Bangsal Anak, HCU Anak, ICU Anak, IGD, HCU Neonatus, NICU RSUD Kota Kupang
PROSEDUR
1. Tentukan respon pupil terhadap cahaya. Kanan dan kiri > 3 mm,
respon ada = 1, tak ada data = 0. Hasil penilaian dikalikan 2,357
2. Jika ada salah satu keadaan berikut ini, nilainya = 1, tidak ada = 0
(1) Cardiac arrest sebelum perawatan (5) kardiomiopati atau miokarditis
(2) Difisiensi imun berat (6) sindroma hipoplatik jantung kiri
(3) Leukimia/ limfoama setelah induksi (7) infeksi HIV
yang pertama (8) IQ < 35 lebih buruk dari Sindrom Down
(4) Pendarahan otak (9) penyakit neurodegeneratif
Hasil penilaian dikalikan 1,826
3. Tentukan apakah penderita dirawat efektif nilainya = 1, darurat nilainya = 0
Hasil penilaian dikalikan 1,552
4. Mendapat ventilator 1 jam pertama (tidak = 0, ya = 1)
Hasil penilaian dikalikan 1,342
5. Tekanan darah sistolik mmHg (tak ada data = 120, ada data dikurangi 120)
Hasil pernilaian dikalikan 0,021
6. Base exsess mmol/L (ada data :1, tak ada data = 0)
Hasil penilaian dikalikan 0,071
7. Hitung 100 kali Fi02 (abssolut) dibagi paO2 mmHg (bila tidak ada data = 0, ada data=1)
Hasil penilaian dikalikan 0,415
8. (1+2+3+4+5+6+7) – 4,873 = PIM logit
Prediksi kemungkinan meninggal = elogit/(1+elogit) = 2,7183 Pim logit /(1+2,7183 PIM logit)
2. 1 + RM = : RM INV RM =
Unit Terkait : Bangsal Anak, HCU Anak, IGD, ICU Anak RSUD Kota Kupang
PENILAIAN TINGKAT KESADARAN
(METODE GLASGOW-PITTSBURGH COMA SCALE)
No. Dokumen No. Revisi Halaman
PROSEDUR
a. BUKA MATA
Spontan 4
Pada perintah 3
Pada rangsangan nyeri 2
Tidak ada 1
f. KEJANG
Tidak ada 5
Kejang fokal 4
Umum intermiten 3
Umum kontinyu 2
Flaksid 1
g. NAPAS SPONTAN
Normal 5
Periodik 4
Hiperventilasi sentral 3
Hipoventilasi / ireguler 2
Apnea 1
Unit terkait : Bangsal Anak, IGD, ICU Anak, HCU Anak, NICU, HCU Neonatus, RSUD Kota Kupang
PROSEDUR
Skala Coma Glasgow (4-15 th) Skala koma anak (< 4 th)
Unit terkait : Bangsal Anak, HCU Anak, ICU Anak, IGD, HCU Neonatus, NICU RSUD Kota Kupang
KEJANG DEMAM
Pengertian : Kejang demam adalah kejang yang berhubungan dengan demam (suhu berada
diatas 380C) perrektal tanpa adanya infeksi susunan syaraf, gangguan elektrolit
terjadi pada anak usia diatas 1 bulan dengan tidak adanya riwayat kejang tanpa
demam sebelumnya.
Tujuan : Sebagai panduan penanganan kejang demam
Kebijakan : Penanganan segera dan tepat akan mencegah komplikasi dan menurunkan
mortalitas
PROSEDUR
No Langkah-Langkah Petugas
1. Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk melakukan tindakan Dokter,
medis kepada orangtua / keluarga pasien Perawat
2. Kenali gejala dan kejang demam Dokter
- Demam suhu diatas 380C perrektal, kejang, tidak ada penurunan kesadaran
sesudah kejang, frekuensi kejang, lama kejang dan jenis kejang.
- Tidak ditemukan penurunan kesadaran setelah kejang (tanpa adanya infeksi
susunan syaraf, gangguan elektrolit, terjadi pada anak usia diatas 1 bulan
dengan tidak adanya riwayat kejang tanpa demam sebelumnya.
4. Pengobatan Dokter,
Medikamentosa Perawat
1. Antipiretik, paracetamol 10-15 mg/kgBB/kali setiap 6 jam atau
Ibuprofen 5-10 mg/kgBB/kali tiap 6 jam
2. Profilaksis terapi untuk mencegah berulangnya kejang
Profilaksis intermintten
Diberikan selama anak demam, diazepam 0,5 mg/kgBB/hr
Profilaksis terus menerus
Diberikan pada kejang demam kompleks dengang faktor resiko
Lama pemberian 1 tahun.
Fenobarbital 3-5 mg/kgBB/hr
Asam valproat 15-40 mg/kgBB/hr
3. Pengobatan terhadap penyakit yang mendasari
Unit terkait : Bangsal Anak, HCU Anak, ICU Anak, IGD, HCU Neonatus, NICU RSUD Kota Kupang
BAGAN PENGELOLAAN KEJANG PADA ANAK
Unit terkait : Bangsal Anak, HCU Anak, ICU Anak, IGD, HCU Neonatus, NICU RSUD Kota Kupang
BAGAN PENGELOLAAN KEJANG PADA ANAK
No. Dokumen No. Revisi Halaman
Pengertian : Status konvulsivus ialah kejang yang berlangsung > 30 menit atau kejang
berulang tanpa disertai pemulihan kesadaran diantara 2 kejang
Tujuan : Mengatasi kejang secepatnya, mencegah komplikasi dan kejang berulang
Kebijakan : Penanganan segera dan tepat akan mencegah komplikasi dan gejala sisa
serta menurunkan mortalitas
No Langkah-Langkah Pelaksana
1. Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk Dokter,
melakukan tindakan medis kepada orangtua / keluarga pasien Perawat
2. Pada menit ke 0 Dokter,
- Beri oksigen, perhatikan KU dan kondisi jalan napas (kalau Perawat
perlu intubasi)
- Ukur tanda vital (tekanan darah, suhu)
- Monitor EKG dan respirasi
- Telusuri riwayat kejang
- Periksa status neorologi
1. Inj Diazepam (0,2-0,5 mg/kgBB IV) atau perrektal 0,2-0,5 mg. Jika
kejang (+) inj phenitoin 15-20 mg/kgBB IV, jika kejang berlanjut inj
phenitoin 10 mg/kgBB
2. Periksa elektrolit, Mg, Ureum, GDS, hitung jenis, analisa gas darah,
skreening intoksikasi (bila dicurigai)
3. Pasang jalur IV dan berikan cairan D5% dan elektrolit rumatan.
4. Inj D 10% IV 2ml/kgBB IV, jika GDS rendah dan 100 mg tiamin IM
atau IV
5. Pasang monitor EEG segera bila memungkinkan
3. Pada menit ke 20-30 Dokter,
Jika kejang (+) lakukan intubasi, pasang kateter, cek suhu, monitor Perawat
EEG
Drip Diazepam 5-20 mg/kgBB (dosis 7 mg/kg/BB → konsul PICU) +
midazolam bolus 0,15 mg/kgBB (drip 1 mcg/kgBB/jam) dapat dinaikan
tiap 15 menit sampai 0,75-10 mg/kgBB/mnt
4. Pada menit ke 40-60 jika masih kejang Dokter,
Mulai pemberian propovol 1-2 mg/kg lading dose dilanjutkan 2-10 Perawat
mg/kg/jam. Dengan monitor EEG.
5. Evaluasi pengobatan yang diberikan dan atasi penyakit yang mendasari Dokter
Unit terkait : Bangsal Anak, HCU Anak, ICU Anak, IGD, HCU Neonatus, NICU RSUD Kota Kupang
BAGAN PENGELOLAAN KEJANG PADA ANAK
No. Dokumen No. Revisi Halaman
PROSEDUR
No Langkah-Langkah Petugas
1. Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk melakukan Dokter,
tindakan medis kepada orangtua / keluarga pasien Perawat
2. Kenali gejala, tanda penyakit Dokter,
Sakit kepala, muntah, perubahan kepribadian, diplopia, kejang, penurunan Perawat
kesadaran, dilatasi pupil
3. Pemeriksaan laboratorium dan penunjang atas indikasi : Dokter,
Pengukuran tekanan intrakranial, USG kepada pada bayi dengan UUB Perawat
masih terbuka, CT scan kepala, Funduskopi
4. Pengobatan : Dokter,
Tergantung pada penyebabnya : Perawat
1. Endema otak
a. Endema vasogenik
Kortikosteroid
Manitol 0,5-1 gr/kgBB/6-8 jam
b. Endema sitotoksik
Manitol 0,5-1 gr/kgBB/6-8 jam
c. Endema interstitial
Asetazolamid 25-50 mg/kgBB/hr
2. Hidrosefalus : VP shunting
3. Tumor, pendarahan, SOL
a. Konsul bedah syaraf, operatif
b. Atasi faktor penyebabnya
5. Pematauan efek samping pengobatan berupa gangguan elektrolit, Dokter,
gangguan keseimbangan cairan dan sirkulasi, hipertensi dan komplikasi Perawat
penyakit yaitu tanda-tanda herniasi dan Cushing syndrome.
Unit terkait : Bangsal Anak, HCU Anak, ICU Anak, IGD, HCU Neonatus, NICU RSUD Kota Kupang
MENINGITIS BAKTERI
No. Dokumen No. Revisi Halaman
Pengertian : Meningitis bakteri adalah peradangan selaput otak yang disebabkan oleh
bakteri patogen.
Tujuan : Sebagai panduan penanganan meningitis bakteri
Kebijakan : Penanganan segera dan tepat akan mencegah komplikasi dan menurunkan
mortalitas
PROSEDUR
No Langkah-Langkah Petugas
1. Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk melakukan Dokter,
tindakan medis kepada orangtua / keluarga pasien. Perawat
Unit terkait : Bangsal Anak, HCU Anak, ICU Anak, IGD, HCU Neonatus, NICU RSUD Kota Kupang
MENINGITIS TUBERKULOSA
No. Dokumen No. Revisi Halaman
Pengertian : Meningitis tuberkulosa adalah radang selaput otak yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis
Tujuan : Sebagai panduan penanganan meningitis tuberkulosa
Kebijakan : Penanganan segera dan tepat akan mecegah komplikasi dan menerunkan
mortalitas.
PROSEDUR
No Langkah-Langkah Petugas
1. Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk melakukan Dokter,
tindakan medis kepada orangtua / keluarga pasien. Perawat
2. Kenali gejala dan tanda meningitis tuberkulosa Dokter,
- Adanya riwayat demam kronis, kejang dan penurunan berat badan Perawat
- Imunisasi BCG, kontak dengan penderita tuberkulosis dewasa
Manifestasi klinis dibagi 3 stadium :
1. Stadium I : predominan gejala gastrointestinal, pasien tanpak apatis
atau iritabel, nyeri kepala intermiten.
2. Stadium II : kesadaran somnolen, disorientasi disertai tanda rangsang
meningeal, refleks tendon meningkat kelmpuhan nerfus VI, VII, IV, VI
dan III
3. Stadium III : pasien koma, pupil terfiksasi, spasme klonik, pernapasan
Irregular, hidrosefalus pada dua pertiga kasus dengan lama sakit >3
minggu.
3. Pemeriksaan laboratorium dan penunjang : darah perifer lengkap, gula Dokter,
darah elektrolit, pemeriksaan CSS (sel, protein, glukosa), CT scan kepala, Perawat
x foto dada, uji Tuberkulin dan EEG.
4. Pengobatan suportif (sama seperti pada meningitis bakteri) Dokter,
Pengobatan kausatif : pemberian obat anti tuberkulosa Perawat
Sesuai rekomendasi American Academic of Pediatric 1994, dengan
pemberian 4 macam obat selama 2 bulan, dilanjutkan pemberian INH dan
Rifampisin selama 10 bulan.
Dosis obat antituberkulosa adalah sebagai berikut :
a. Isoniazid (INH) 5-10 mg/kgBB/hr, max 300 mg/hr
b. Rifampisin 10-20 mg/kgBB/hr, max 600 mg/hr
c. Pirazinamid 20-40 mg/kgBB/hr, max 2000 mg/hr
d. Ethambutol 15-25 mg/kgBB/hr, max 2500 mg/hr
e. Streptomisin inj 20 mg/kgBB/hr
Prednison 1-2 mg/kgBB/hr selama 2-3 minggu kemudian tapp-of
5. Pemantauan efek samping obat dan komplikasi Dokter
Unit terkait : Bangsal Anak, HCU Anak, ICU Anak, IGD, HCU Neonatus, NICU RSUD Kota Kupang
ENSEFALITIS
No. Dokumen No. Revisi Halaman
Pengertian : Ensefalitis adalah infeksi jaringan otak yang disebabkan oleh berbagai
macam mikroorganisma. Penyebab tersering dan terpenting ialah virus.
Tujuan : Sebagai panduan penanganan ensefalitis
Kebijakan : Penanganan segera dan tepat akan mecegah komplikasi dan menerunkan
mortalitas.
PROSEDUR
No Langkah-Langkah Petugas
1. Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk melakukan Dokter,
tindakan medis kepada orangtua / keluarga pasien. Perawat
Unit terkait : Bangsal Anak, HCU Anak, ICU Anak, IGD, HCU Neonatus, NICU RSUD Kota Kupang
TETANUS
Pengertian : Suatu penyakit toksemia akut dan fatal yang disebabkan oleh Clostridium
tetani, dengan tanda utama kekakuan otot (spasme) tanpa disertai gangguan
kesadaran.
Tujuan : Sebagai panduan penanganan ketoasidosis diabetik
Kebijakan : Penanganan segera dan tepat akan mecegah komplikasi dan menerunkan
mortalitas.
PROSEDUR
No Langkah-Langkah Petugas
1. Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk melakukan Dokter,
tindakan medis kepada orangtua / keluarga pasien. Perawat
Catatan :
Bila ada sepsis/ pneumonia dapat ditambahkan sefalosporin.
Netralisasi toksin
- Anti tetanus serum (ATS) 50.000-100.000 IU, setengah dosis diberikan
intramuskular dan setegahnya intravena, dilakukan uji kulit terlebih
dahulu.
- Apabila tersedia dapat diberikan human tetanus immunoglobulin
(HTIG) 3000-6000 IU i.m
Anti konvulsi
- Diazepam 0,1-0,3 mg/kgBB/kali intravena tiap 2-4 jam
- Dalam keadaan berat : diazepam drip 20 mg/kgBB/hari dirawat di ICU
- Dosis pemeliharan 8 mg/kgBB/hari oral, dibagi 6-8 dosis
Perawatan luka atau port d’entree
Dilakukan setelah diberi antitoksin dan anti konvulsi
Tetanus sedang
- Terapi dasar tetanus
- Perhatian khusus pada keadaan jalan nafas (akibat kejang dan
aspirasi)
- Pemberian cairan parenteral, bila perlu nutrisi secara parenteral
Tetanus berat
- Terapi dasar seperti diatas
- Perawatan dilakukan di ICU Anak, diperlukan intubasi dan pemakaian
ventilator
- Balans cairan dimonitor secara adekuat
- Apabila spasme sangat hebat, berikan pankuronium bromida
0,02 mg/kgBB/kali intravena, diikuti 0,05 mg/kgBB/kali, diberikan tiap
2-3 jam
- Apabila terjadi aktifitas simpatis yang berlebihan, berikan b-blocker
seperti propanolol dan b-bloker labetalol
Unit terkait : Bangsal Anak, HCU Anak, ICU Anak, IGD RSUD Kota Kupang
Pengertian : Sindroma Gullain Barre merupakan kelainan pada saraf perifer yang berupa
Demyelinisasi segmental
Tujuan : Sebagai panduan penanganan Sindroma Guillain Barre
Kebijakan : Penanganan segera dan tepat akan mencegah komplikasi dan menurunkan
mortalitas.
PROSEDUR
No Langkah-Langkah Petugas
1. Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk melakukan Dokter,
tindakan medis kepada orangtua / keluarga pasien. Perawat
4. Pengobatan :
- Imuno Globulin Iv 0,4 gr/kgBB/hari selama 5 hari
- Plasmapheresis
- Kortikosteroid (kontroversi)
Unit terkait : Bangsal Anak, HCU Anak, ICU Anak, IGD, HCU Neonatus, NICU RSUD Kota Kupang
BANTUAN NAPAS BUATAN (VTP)
PROSEDUR
Yang melakukan baging : Dokter, Perawat, mahasiswa disertakan dalam kasus belajar.
Unit terkait : Bangsal Anak, HCU Anak, ICU Anak, IGD, HCU Neonatus, NICU RSUD Kota Kupang
PENENTUAN KEMATIAN BATANG OTAK
PADA PENDERITA DENGAN VENTILATOR
No. Dokumen No. Revisi Halaman
Pengertian : Mati batang otak suatu keadaan jaringan otak rusak sedemikian beratnya
sehingga fungsi vitalnya rusak irreversibel dan tidak lagi tergantung pada
keadaan jantung.
Tujuan : Untuk menyamakan penilaian / diagnosis kematian batang otak
Kebijakan : Diagnosis kematian batang otak harus melalui prosedur yang ditetapkan
PROSEDUR
1. Pada hakekatnya seseorang telang meninggal jika batang otaknya sudah mati. Oleh
karena itu penentuan kematian seseorang dapat dilakukan dengan hanya melakukan
pemeriksaan terhadap fungsi batang otak saja.
2. Untuk mengetahui fungsi batang otak perlu dilakukan pemeriksaan terhadap :
- Respon terhadap sekitar (perintah, rangsangan, gerak, dan sebagainya)
- Gerakan otot dan postur dengan catatan bahwa pasien tidak dalam sedang berada di
bawah pengaruh obat pelemas otot.
- Refleks Pupil dan Refleks Kornea
- Respon motorik saraf kranial terhadap rangsangan
- Refleks menelan atau batuk jika tuba endotrakeal didorong ke bawah
- Refleks vestibulo okuler bila air es dimasukan kedalam telinga
- Napas spontan jika respirator dilepas dalam waktu cukup (± 10 menit) sehingga pCO2
melebihi 50 torr
3. Pemeriksaan tersebut pada ayat 2 baru boleh dilakukan paling sedikit 6 jam setelah onset
epneu dan koma.
4. Jika hasil dari pemeriksaan tersebut pada ayat 2 negatif maka diagnosis kematian batang
otak belum dapat ditegakkan sebelum dilakukan pemeriksaan yang ke 2 untuk
kepentingan konfirmasi, sehingga karenanya pasien harus tetap dianggap masih hidup
dan diperlakukan sebagaimana layaknya.
5. Pemeriksaan yang kedua untuk kepentingan konfirmasi tersebut diatas baru boleh
dilakukan paling cepat 2 jam setelah pemeriksaan pertama.
6. Jika pemeriksaan yang kedua juga menunjukan hasil yang negatif maka diagnosis
kematian batang otak dapat ditegakkan dan selanjutnya pasien dinyatakan meninggal
serta dibuat surat kematiannya.
7. Pemeriksaan agiografi dan EEG tidak diperlukan tetapi dokter dapat melakukannya jika
merasa ragu terhadap hasil pemeriksaan seperti tersebut diatas.
8. Dalam hal pasien meninggal (dinyatakan meninggal) maka segala macam peralatan
penunjang kehidupannya harus dicabut kecuali pasien dipersiapkan menjadi donor
kadaver.
Unit terkait : Bangsal Anak, HCU Anak, IGD, HCU Neonatus, NICU RSUD Kota Kupang
PENENTUAN KEMATIAN BATANG OTAK
PENDERITA DI BANGSAL / HCU ANAK / IGD
No. Dokumen No. Revisi Halaman
Pengertian : Mati batang otak suatu keadaan jaringan otak rusak sedemikian beratnya
sehingga fungsi vitalnya rusak, irreversibel dan tidak lagi tergantung pada
keadaan jantung.
Tujuan : Untuk menyamakan penilaian / diagnosis kematian batang otak
Kebijakan : Diagnosis kematian batang otak harus melalui prosedur yang ditetapkan
PROSEDUR
1. Setiap pasien yang dibawa ke IGD dianggap masih dalam keadaan hidup dan
diperlakukan sebagaimana layaknya sebelum dinyatakan meninggal.
2. Pernyataan meninggal cukup dilakukan seorang dokter kecuali bila pasien dipersiapkan
menjadi donor kadaver. Maka harus dibuat oleh minimal 2 orang dokter yang tidak terlibat
dalam proses transplantasi.
3. Sebelumnya dokter harus melakukan pemeriksaan teliti.
4. Bila sudah terdapat henti jantung dan paru maka perlu resusitasi paling sedikit 10 menit
atau dipasang alat / respirator kecuali dokter yakin bahwa tindakan medik tersebut tidak
ada gunanya.
5. Jika sesudah resusitasi tidak menunjukan tanda-tanda berhasil maka segala upaya dapat
dihentikan dan kemudian pasien ditempatkan di ruang observasi selama 2 jam untuk
kepentingan konfirmasi kecuali dokter yakin bahwa pasien telah benar-benar meninggal.
6. Jika selama observasi tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan maka pasien tersebut
dapat dinyatakan meninggal.
7. Setiap pasien yang telah dinyatakan meninggal oleh dokter harus dibuatkan surat
kematian atas namanya dan selanjutnya jenazah ditempatkan di kamar jenazah.
8. Dalam hal pasien dipasang alat penunjang kehidupan (respirator) maka untuk penentuan
kematiannya di kemudian hari harus menggunakan kriteria diagnosis yang bersumber
pada konsep “brain stem death is death”
Unit terkait : Bangsal Anak, HCU Anak, ICU Anak, IGD RSUD Kota Kupang
HIPERPIREKSIA
PROSEDUR
No Langkah-Langkah Petugas
1. Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk melakukan Dokter,
tindakan medis kepada orangtua / keluarga pasien. Perawat
2. Kenali gejala klinis demam : set point hipotalamus normal atau meningkat Dokter,
Set point normal Set point meningkat Perawat
0
Suhu ≥ 41,1 C Suhu ≥ 41,10C
Pengeluaran panas (N) ↓
Klinis : - Badan panas Badan dingin
- Piloerekton (-) Piloerekton (+)
- Ekstremitas panas Ekstremitas dingin
- Keringan >> <<
- Menggigil (-) (+)
3. Pertahankan/ stabilisasi Dokter,
a. Respirasi : airway (posisi kepala, isap lendir) dan breathing (oksigen Perawat
nasal – Intubasi)
b. Sirkulasi (infus IV) → tiap kenaikan 10C tambah cairan 12,5 %
4. Turunkan panas Dokter,
a. Set point hipotalamus normal : pengeluaran panas secara fisik Perawat
- Eksternal / surface direct cooling (kompres dingin), hipoterrmic
mattras )
b. Set point hipotalamus meningkat :
- Antiperetik
- Sedasi
- Fasodilatasi kulit (selimut, largaktil, kompres hangat)
5. Atur ventilasi dan suhu ruangan (180C) agar sesuai kondisi pasien Perawat
6. Pantau suhu tubuh secara kontinyu Perawat
7. Cari penyebab dan obati (laboratorium atas indikasi) Dokter
Unit terkait : Bangsal Anak, IGD, ICU Anak,HCU ANAK, NICU ,HCU Neonatus RSUD Kota Kupang
SEPSIS
Pengertian : Sepsis adalah SIRS dengan bukti atau dugaan infeksi sebagai penyebab.
Tujuan : Sebagai panduan penanganan Sepsis
Kebijakan : Penanganan segera dan tepat akan mencegah komplikasi dan menurunkan
mortalitas.
PROSEDUR
No Langkah-Langkah Petugas
1. Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk melakukan Dokter,
tindakan medis kepada orangtua / keluarga pasien. Perawat
SEPSIS
SIRS dengan bukti atau dugaan infeksi sebagai penyebab.
INFEKSI
suatu kecurigaan atau bukti (dengan kultur positif, pengecatan jaringan,
atau uji PCR)
infeksi disebabkan kuman patogen ATAU sindrom klinis yang
berhubungan dengan kemungkinan besar infeksi.
Bukti infeksi meliputi penemuan positif pada pemeriksaan klinis,
pencitraan atau test laboratorium (misalnya sel darah putih pada cairan
tubuh yang normal steril, perforasi usus, foto rontgen dada menetap
adanya pneumonia, ruam ptekiae atau purpura, atau purpura fulminan).
SEPSIS BERAT
sepsis dengan disfungsi organ kardiovaskular atau ARDS atau ≥ 2
disfungsi organ lain.
SYOK SEPTIK
sepsis dengan disfungsi organ kardiovaskular (lihat tabel 2)
4. Pengelolaan : Dokter,
1. Diagnosis dini Perawat
2. Early Goal Directed Therapy (EGDT)
Resutasi cairan agresif dengan koloid atau kristaloid, pemberian obat-
obatan inotropik dan atau vasopresor dalam waktu 6 jam sesudah
diagnosis ditegakkan di unit gawat darurat sebelum masuk PICU.
3. Inotropik / Vasopresor / Vasodilatator
4. Extra Corporeal Membrane Oxigenation (ECMO)
5. Suplemen Oksigen
6. Koreksi Asidosis
7. Terapi Antibiotika
8. Eradikasi Sumber Infeksi
9. Terapi kortikosteroid
10. Anti-inflamasi
11. Granulocyte Macrophage Colony Stimulating Factor (GMCSF)
12. Intravenous Immunoglobulin (IVIG)
13. Transfusi Tukar / Hemafiltrasi
14. Terapi suportif
a. Profilaksis stress ulcers
b. Profilaksis trombosis vena dalam
c. Pencegahan hipoglikemia pada sepsis
d. Penatalaksanaan disfungsi organ : paru, saluran cerna,
koagulasi, dan renal.
Tabel 1. Tanda vital khusus sesuai umur dan variabel laboratorium (batas bawah untuk HR,
jumlah lekosit, dan tekanan darah sistolik untuk persentil 5 dan batas atas untuk
frekuensi jantung, laju napas, atau hitung lekosit untuk persentil 95).
Kelompok usia Heart rate, x/menit Laju napas Σ lekosit Tekanan
(mmHg) x / menit (x 103/mm2 sistol
takikardi bradikardi
0 hari – 1 > 180 < 100 > 50 > 34 < 65
minggu
1 minggu – 1 bulan > 180 < 100 > 40 > 19,5 atau < 5 < 75
1 bulan – 1 tahun > 180 < 90 > 34 > 17,5 atau < 5 < 100
2,5 tahun > 140 Not applicable > 22 > 15,5 atau < 6 < 94
6-12 tahun > 130 Not applicable > 18 > 13,5 atau < 4,5 < 105
13 – 18 tahun > 110 Not applicable > 14 > 11 atau < 4,5 < 117
Pernapasan
• PaO2/FiO2 <300 tanpa adanya penyakit jantung sianotik atau penyakit paru sebelumnya
ATAU
• PaCO2 >65 torr atau 20 mmHg diatas PaCO2 normal ATAU
• Dibutuhkan FiO2 >50% untuk menjaga saturasi diatas 92% ATAU
• Membutuhkan ventilasi mekanik non elektif invasif atau non invasif
Neurologi
• Glasgow Coma Scale ≤ 11
• Perubahan akut pada status mental dengan penurunan GCS ≥ 3 poin dari keadaan
abnormal
Hematologi
• Hitung trombosit < 80.000/mm3 atau penurunan 50% hitung trombosit dari nilai tertinggi
yang dicatat dalam 3 hari terakhir (untuk pasien hematologi / onkologi kronik) ATAU
• Rasio internasional normal > 2
Ginjal
• Serum kreatinin ≥ 2 kali batas atas normal sesuai usia atau 2 kali lipat peningkatan dari
kreatinin awal.
Hepar
• Bilirubin total ≥ 4 mg/dl (tidak untuk neonatus) ATAU
• SGPT 2 kali diatas batas normal sesuai usia
Unit terkait : Bangsal Anak, IGD, ICU Anak, HCU Anak, NICU, HCU Neonatus RSUD Kota Kupang
PENGELOLAAN TERAPI CAIRAN PADA SYOK
No. Dokumen No. Revisi Halaman
Pengertian : Syok adalah suatu kumpulan gejala gangguan hemostatik akut akibat
bermacam etiologi yang menyebabkan kegagalan metabolisme sel
Tujuan : Menyamakan pengelolaan terapi cairan pada syok
Kebijakan : Pengelolaan terapi cairan pada syok dilakukan sesuai algoritme
PROSEDUR
Catatan : x tal = kristaloid
Unit terkait : Bangsa Anak, HCU Anak, ICU anak, IGD RSUD Kota Kupang
PENGELOLAAN SYOK HIPOVOLEMIK
No. Dokumen No. Revisi Halaman
Pengertian : Syok adalah suatu kumpulan gejala gangguan hemostatik akut akibat
bermacam etiologi yang menyebabkan kegagalan metabolisme sel
Tujuan : Menyamakan pengelolaan syok tanpa penyulit
Kebijakan : Pengelolaan syok tanpa penyulit dikerjakan sesuai algoritme
PROSEDUR
Unit terkait : Bangsa Anak, HCU Anak, ICU anak, IGD RSUD Kota Kupang
Pengertian : Syok adalah suatu kumpulan gejala gangguan hemostatik akut akibat
bermacam etiologi yang menyebabkan kegagalan metabolisme sel
Tujuan : Menyamakan pengelolaan syok tanpa penyulit
Kebijakan : Pengelolaan syok dikerjakan sesuai algoritme yang telah dibuat
PROSEDUR
Unit terkait : Bangsa Anak, HCU Anak, ICU anak, IGD RSUD Kota Kupang
PENGELOLAAN SYOK SEPTIK
No. Dokumen No. Revisi Halaman
Pengertian : Syok septik adalah suatu sindrom klinik yang disebabkan tidak cukupnya
perfusi jaringan dan hipoksia jaringan yang diinduksi oleh sepsis.
Tujuan : Menyamakan pengelolaan syok septik
Kebijakan : Pengelolaan syok dikerjakan sesuai algoritme
PROSEDUR
Masukan dengan cepat 20 cc/kgBB bolus garam isotonik atau koloid hingga 60 cc/kgBB
atau lebih
Koreksia hipoglikemia dan hipokalsemia
60 menit
Unit terkait : Bangsal Anak, HCU Anak, ICU Anak, IGD, HCU Neonatus RSUD Kota Kupang
DEMAM BERDARAH DENGUE
No. Dokumen No. Revisi Halaman
Pengertian : Manifestasi klinik yang berat dari penyakit Arbovirus yang ditandai dengan
demam akut, perdarahan dan kelainan hematologik dan dapat disertai syok.
DBD dengan kegagalan sirkulasi :
- Nadi cepat dan lemah
- Tekanan nadi sempit (<20 mmHg)
- Hipotensi (sesuai umur)
- Kulit dingin dan lembab
- Kencing < 1 cc/kgBB/jam
- Lemah / irraitabel
Tujuan : Sebagai panduan penanganan demam berdarah dengue
Kebijakan : Penanganan segera dan tepat akan mencegah komplikasi dan menurunkan
mortalitas.
PROSEDUR
Langkah-Langkah Petugas
Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk melakukan Dokter,
tindakan medis kepada orangtua / keluarga pasien. Perawat
Kenali gejala, tanda dan grade demam berdarah dengue sesuai kriteria Dokter
WHO tahun 1997
Kriteria klinis
a. Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus
menerus selama 2-7 hari.
b. Terdapat manifestasi perdarahan, termasuk uji bendung positif, petekie,
ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, dan atau melena.
c. Pembesaran hati.
d. Syok, ditandai nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi,
hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembab dan pasien tampak
gelisah.
Kriteria laboratorium
a. Trombositopenia (100.000/l atau kurang).
b. Hemokonsentrasi
dilihat dari peningkatan hematokrit 20% menurut standar umum jenis
kelamin.
Suportif
- Mengatasi kehilangan cairan plasma sebagai akibat peningkatan
permeabilitas kapiler dan perdarahan.
(Lihat lampiran)
- Cairan intravena diperlukan, apabila :
o anak terus-menerus muntah
o tidak mau minum
o demam tinggi
o dehidrasi dapat mempercepat terjadinya syok
nilai hematrokit cenderung meningkat pada pemeriksaan berkala.
DBD disertai syok (Sindrom Syok Dengue, derajat III dan IV) Dokter,
- Penggantian volume plasma segera, Perawat
cairan intravena larutan ringer laktat 10-20 ml/kgBB
secara bolus diberikan dalam waktu 30 menit.
Apabila syok belum teratasi tetap diberikan ringer laktat 20 ml/kgBB/jam
ditambah koloid 20-30 ml/kgBB/jam, maksimal 1500 ml/hari.
- Pemberian cairan 10 ml/kgBB/jam tetap diberikan
sampai 24 jam pasca syok.
Volume cairan diturunkan menjadi 7 ml/kgBB/jam,
selanjutnya 5ml dan 3ml apabila tanda-tanda vital baik.
- Jumlah urine 1 ml/kgBB/jam merupakan indikasi bahwa sirkulasi
membaik.
- Pada umumnya cairan tidak perlu diberikan lagi 48 jam setelah syok
teratasi.
- Oksigen 2-4 liter/menit pada DBD syok.
Unit terkait : Bangsal Anak, HCU Anak, ICU Anak, IGD, HCU Neonatus, NICU RSUD Kota Kupang
Bagan 1 a. Tatalaksana kasus tersangka DBD
DISTRES RESPIRASI DAN GAGAL NAPAS AKUT
PROSEDUR
Langkah-Langkah Petugas
1. Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk melakukan Dokter,
tindakan medis kepada orangtua / keluarga pasien. Perawat
4. Pengelolaan : Dokter,
- Oksigenasi Perawat
dengan konsentrasi O2 bervariasi
- Indikasi intrubasi :
• Henti napas, gasping atau pernapasan argonal.
• Obstruksi jalan napas atas (stridor, peningkatan usaha pernapasan),
atau potensial terjadi obstruksi (misalnya trauma wajah, inhalasi).
• Penurunan refleks perlindungan jalan napas
(misalnya penurunan fungsi neurologis).
• Antisipasi kebutuhan akan ventilator mekanik
(misalnya gagal napas akut, trauma dada, peningkatan usaha
pernapasan, syok, peningkatan tekanan intrakarnial).
- Humidifikasi
- Cairan parenteral (kalori, elektrolit, nutrisi, dll)
- Pengisapan lendir saluran napas
- Atasi penyakit penyerta (obat-obatan)
- Perawatan umum fisioterapi
(posisi, vibrasi / perkusi)
- Pengawasan hipoksia, sianosis, kesukaran ventilasi, gangguan
sirkulasi, kelelahan
- Atasi penyebab
Pemantauan Dokter,
- Klinis : Perawat
tanda vital, tanda perfusi adekuat
(kulit hangat, diuresis baik, capillary reffil < 2 detik, tidak sianosis, tidak
gelisah)
- Analisis gas darah
- Pulse oxymetri
Unit terkait : Bangsal Anak, HCU Anak, ICU Anak, IGD, HCU Neonatus, NICU RSUD Kota Kupang
ASMA BRONKHIALE
Pengertian : Serangan asma bronkial (asma) adalah episode perburukan yang progresif
dari segala batuk, sesak napas, mengi, rasa dada tertekan atau berbagai
kombinasi dari gejala tersebut.
Tujuan : Sebagai panduan penanganan asma bronkhiale
Kebijakan : Penanganan segera dan tepat akan mencegah komplikasi dan menurunkan
mortalitas.
PROSEDUR
Langkah-Langkah Petugas
Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk melakukan Dokter,
tindakan medis kepada orangtua / keluarga pasien. Perawat
Penilaian tingkat serangan yang lebih tinggi harus diberikan jika pasien
memberi respon kurang terhadap terapi awal, atau serangan memburuk
dengan cepat atau pasien berisiko tinggi.
Indikasi Intubasi :
- Klinis memburuk meskipun pengobatan maksimal
- PCO2 terus meninggi (> 60 mgHg atau pH < 7,2)
Bedah : Dokter
Diperlukan jika terdapat komplikasi berupa pneumothoraks
Suportif : Dokter,
Atasi komplikasi berupa dehidrasi, asidosis metabolik, atau atelektasis. Perawat
Jika perlu konsultasi psikolog atau psikiater.
Unit terkait : Bangsal Anak, HCU Anak, ICU Anak, IGD, HCU Neonatus NICU RSUD Kota Kupang
Tatalaksana awal
Nebulisasi ß-agonis 1-3x, selang 20 menit (2)
Nebulisasi ketiga + antikolinergik
Jika serangan berat, nebulisasi. 1x (+ antikoinergik)
Pengertian : Pneumonia adalah infeksi akut parenkim paru yang meliputi alveolus dan
jaringan intersitial. Berbagai mikroorganisme dapat menyebabkan
pneumonia, antara lain virus dan bakteri.
Tujuan : Sebagai panduan penanganan pneumonia
Kebijakan : Penanganan segera dan tepat akan mencegah komplikasi dan menurunkan
mortalitas.
PROSEDUR
Langkah-Langkah Petugas
Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk melakukan Dokter,
tindakan medis kepada orangtua / keluarga pasien. Perawat
- Anak :
demam tinggi, batuk, gelisah, rewel dan sesak napas.
Anak besar : kadang mengeluh nyeri kepala, nyeri abdomen disertai
muntah.
Pada anak pra sekolah, gejala yang sering terjadi adalah demam, batuk
(non produktif / produktif), takipneu, dan dispneu yang ditandai dengan
retraksi dinding dada.
Pada kelompok anak sekolah dan remaja, dapat dijumpai panas, batuk
(non produktif / produktif), nyeri dada, nyeri kepala, dehidrasi dan letargi.
Pengobatan Dokter,
Medikamentosa Perawat
- Antibiotik empirik sesuai dengan pola kuman tersering yaitu
Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus influenzae.
- Pemberian antibiotik sesuai dengan kelompok umur.
- Untuk bayi < 3 bulan diberikan golongan pensillin
(Ampisillin 50-100 mg/kbBB/hari, im/iv, terbagi 4 dosis) dan
aminoglikosida (Gentamisin 5-7 mg/kgBB/hari, im/iv, terbagi 2 dosis).
- Untuk usia 3 bulan, ampisillin dipadu dengan kloramfenikol
(50-100 mg/kgBB/hari, i.v, terbagi dalam 3-4 dosis)
- Bila keadaan pasien berat atau terdapat empiema, antibiotik pilihan
adalah golongan sefalosporin.
- Antibiotik parenteral diberikan sampai 48-72 jam setelah panas turun,
dilanjutkan dengan pemberian per oral selama 7-10 hari.
- Bila diduga penyebab pneumonia adalah S aureus, kloksalisin
(50 mg/kgBB/hari, i.v, terbagi 3-4 dosis) dapat segera diberikan.
- Bila alergi terhadap pensilin dapat diberikan cefazolin, klindamisin, atau
vancomycin.
Lama pengobatan untuk stafilokokus adalah 3-4 minggu.
Bedah : Dokter,
hanya jika terjadi komplikasi pneumotoraks / pneumomediastinum. Perawat
Suportif :
Pemberian oksigen sesuai derajat sesaknya.
Nutrisi parenteral diberikan selama pasien masih sesak.
Lain-lain :
Jika terjadi atelektasis, diperlukan rujukan ke rehabiltasi medik.
Jika dalam 48-72 jam tidak ada respons klinis (sesak dan demam tidak Dokter,
membaik), antibiotika diganti dengan golongan sefalosporin. Perawat
Unit terkait : Bangsal Anak, HCU Anak, ICU Anak, IGD, HCU Neonatus, NICU RSUD Kota Kupang
SERANGAN SIANOTIK
Pengertian : Keadaan gegawatan yang sering ditemukan pada bayi dan anak yang
menderita penyakit jantung bawaan sianotik, yang disebabkan perubahan
keseimbangan “vascular bed” sirkulasi pulmonal dan sistemik.
Tujuan : Sebagai panduan penanganan serangan sianotik
Kebijakan : Penanganan segera dan tepat akan mencegah komplikasi dan menurunkan
mortalitas.
PROSEDUR
Langkah-Langkah Petugas
Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk melakukan Dokter,
tindakan medis kepada orangtua / keluarga pasien Perawat
Terapi Dokter,
- Posisi lutut ke dada (knee chest) Perawat
- Morphin sulfat 0,1-0,2 mg/kgBB s.c, i.m, i.v
- Bikarbonat natrikus 1 mEq/kgbb i.v diencerkan
- Oksigen
- Propranolol 0,01-0,25 mg/kgbb i.v pelan2
PROSEDUR
Langkah-Langkah Petugas
Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk melakukan Dokter,
tindakan medis kepada orangtua / keluarga pasien. Perawat
Kenali gejala dan tanda penyakit Dokter,
- Sesak napas, bayi mengalami kesulitan minum, endema, gangguan Perawat
pertumbuhan dan perkembangan, penurunan toleransi latihan, keringat
berlebihan pada dahi.
- Takikardi, takipneu, atau dispneu
- Tanda gagal jantung kiri : takipneum ortopneu, sesak, mengi, dan ronkhi
- Tanda gagal jantung kanan : hepatomegali, peningkatan JVP, edema
Pemeriksaan laboratorium dan penunjang atas indikasi Dokter,
- Darah rutin, elektrolit, ureum, kreatinin, SGOT, SGPT, analisa gas darah Perawat
atau sesuai dengan penemuan klinis.
- Elektrokardiografi, X foto toraks dada, ekhokardiografi dan kateterisasi
jantung.
Terapi umum Dokter,
- Tirah baring posisi setengah tunduk Perawat
- Oksigen
- Koreksi gangguan elektrolit dan asam basa
- Mengatasi faktor predisposisi seperti : demam, anemi, infeksi
Terapi medikamentosa Dokter,
- Inotropik : digoxin, dopamine, dobutamin, dll Perawat
- Diuretik : furosemid, spironolakton
- Ace inhibitor : kaptopril
Bedah Dokter
Tergantung etiologi
Suportif Dokter,
Perbaikan penyakit-penyakit Perawat
8. Pemantauan tanda-tanda syok kardiogenik Dokter
Unit terkait : Bangsal Anak, HCU Anak, ICU Anak, IGD, HCU Neonatus, NICU RSUD Kota Kupang
KRISIS HIPERTENSI
PROSEDUR
Langkah-Langkah Petugas
Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk melakukan Dokter,
tindakan medis kepada orangtua / keluarga pasien. Perawat
Pengobatan Dokter,
Perawat penderita di ICU Anak dan jika mungkin dipasang kateter intra-arterial Perawat
untuk monitor tekanan darah secara langsung, akurat dan continyu.
Obat antihipertensi untuk krisis hipertensi tertera pada tabel di bawah ini.
Nifedipin biasa diberikan secara sublingual sebelum obat parenteral.
Vasodilator langsung
Diazoxide IV bolus 1-3 mg/kg 15 men 1-5 men < 2 jam Hiperglikemia
Hopotensi
Alpha-and beta-blocker
Labetelol Infus 1-3 Infus kontinu 1-5 men 2-6 jam Hipotensi
mg/kg/ml bronkospasme
Diuretikum IV/ infus 1-2 mg/kg 6 jam/ kontinu beberapa 6-8 jam ototoksik
Furosemid menit
Dosis awal :
Klonidin 0,002 mg/kgBB/8 jam dalam 10 ml Dextrose 5% dengan jumlah tetesan
awal 12 tetes/menit, diberikan bersama dengan
Furosemid 1 mg/kgBB/8 jam secara intravena bolus (dengan kecepatan 10 mg/mnt
untuk menghidari ototoksik) atau infus continyu dengan syringe pump.
Dosis selanjutnya :
Klonidin tersebut ditambahkan dengan 6 tetesan / 30 menit sampai mencapai
maksimal 36 tetes/menit (=0,006 mg/kgBB) dan tekanan diastoliknya turun menjadi
≤ mmHg atau maximum arterial presure (map) < 93 mmHG.
Jika terdapat vaktor nyeri pada krisis hipertensi maka perlu diusahakan
menghilangkan nyeri dan agitasi sebelum diberikan pengobatan antihipertensi.
Unit terkait : Bangsal Anak, HCU Anak, ICU Anak, IGD, HCU Neonatus, NICU RSUD Kota Kupang
GAGAL GINJAL AKUT
PROSEDUR
Langkah-Langkah Petugas
Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk melakukan Dokter,
tindakan medis kepada orangtua / keluarga pasien. Perawat
- Uji diuretik :
Diberikan furosemide 2 ml/kgBB intravena atau manitol 0,5-1,0 g/kg
infus.
Bila dalam beberapa jam berikutnya jumlah urin > 50 ml/m2 jam
(2-3 ml/kgBB/jam) disebut uji diuretik positif
yang berarti ada 2 kemungkinan yaitu : Azotemia prerenal atau konversi
GGA oliguria menjadi GGA non-oliguria.
Pengobatan Dokter,
Perawat
I. Pengobatan Konservatif
Pengobatan konservatif dapat bersifat darurat dan tidak darurat
sebagai berikut :
1. Imbang cairan
Darurat
Pada dehidrasi harus segera diberikan substitusi cairan isotonik,
misal 0,9% NaCl atau Ringer-Laktat 20 ml/kgBB/ selama 30-60
menit.
Tidak darurat
Pada anuria, oliguria atau poliuria pemberian cairan harus hati-
hati dan perlu monitor tekanan darah, berat badan, imbang
cairan biokimia darah dan suhu badan.
2. Hiperkalemia
Darurat
Darurat apabila [K+] darah > 6 mEq/l atau telah terjadi kelainan
EKG
harus diberikan :
o 10% kalsium glukonat 0,5 ml/kgBB IV selama 2-4 menit
o natrium bikarbonat 2-3 mEq/kgBB atau
o glukosa 0,5 g/kgBB bersama insulin 0,1 satuan/kgBB
selama 30 menit.
Tidak darurat
Tidak darurat apabila [K] < 6 mEq/l cukup diberi diet pantang
kalium atau sodium polystirene sulfonat oral.
3. Hiponatremia
Darurat
Darurat apabila [Na-] < 120 mmol/l diberikan 3% NaCl
(0,5 mmol/l) per infus dengan rumus perhitungan
sebagai berikut :
- Na (mmol) = ((Na) diharapkan – [Na] aktual) mmol/l x 0,6 x
kgBB
- Mula-mula diberikan ½ dosis tersebut
Tidak darurat
Pada (Na-) < 120 mmol/l dapat diatasi dengan restriksi cairan.
Tidak darurat
Pemberian kalsium karbonat / glukonat oral dengan dosis
kalsium elemental 50 mg/kgBB.
5. Asidosis Metabolik
Darurat
Apabila pH darah < 7,25 dan kadar bikarbonat < 12 mEq/l
diberikan Na bikarbonat dengan perhitungan sebagai berikut :
(24-(HCO3) terukur) x 0,5 kgBB (mEq)
Setengah dari jumlah tersebut diberikan intravena dalam waktu
2-4 jam
kemudian dievaluasi dengan analisa gas darah ulang.
Pemberiannya diteruskan secara infus dengan kecepatan sama
sampai pH > 7,25 dan bikarbonat > 12-13 mEq/l.
Tidak darurat
Pada penderita yang masih dapat makan minum produksi asam
endogen tetap berlangsung
perlu diberikan oral 2-3 mEq/kg/hari dalam dosis terbagi
(tablet 1 gram=12 mEq)
6. Hipertensi
Darurat
Pada ensefalopati hipertensi, perdarahan intraserebral, perlu
diberikan obat anti hipertensi parenteral
Pada oliguria diberikan furosemide 2-3 mg/kgBB
Dan pada anuria 5 mg/kgBB.
Tidak darurat
Restriksi cairan dan garam.
Apabila hipertensi menetap diberikan obat anti hipertensi oral.
7. Konvulsi
Perlu diberikan diazepam intravena perlahan-lahan dengan dosis
0,2-0,5 mg/kgBB
Kalau perlu diulang setelah 15 menit.
8. Obat-Obatan
Dosis obat-obatan yang bersifat nefrotoksik harus dikurangi sesuai
turunnya klirens kreatinin
Atau apabila dosis tidak dikurangi maka interval pemberiannya harus
diperpanjang.
9. Nutrisi
Pada penderita yang masih dapat makan minum, diberi kalori
rumatan minimal, dengan protein bernilai biologis tinggi.
Jika masukan per oral tidak mungkin lagi perlu diberikan nutrisi
parenteral yaitu dexstrosa 10-20% 50-60 kal/kgBB atau intra lipid.
Pasien harus mencakup asam amino esensial dan non esensial
0,5 g/kgBB/hari.
Masukan kalori ideal ialah minimal 1440 kal/m2/hari.
Indikasi :
o Kelebihan cairan (overhidrasi) yang gagal pada pengobatan
medikamentosa
misalnya edema paru-paru, gagal jantung kongestif, hipertensi.
o Gangguan metabolisme berat yang berbahaya
misalnya hiperkalimia, urenia > 200 mg%.
o Keadaan umum penderita memburuk dengan sindrom urenia berat :
- perdarahan
- konvulsi
- penurunan kesadaran sampai koma.
o Nekrosis tubuler akut karena intoksikasi oleh senyawa yang dapat
didialisis.
o Membantu pelaksanaan nutrisi suportif.
Unit terkait : Bangsal Anak, HCU Anak, ICU Anak, IGD, HCU Neonatus, NICU RSUD Kota Kupang
DIARE AKUT
Pengertian : Diare akut adalah buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam, dengan
konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu. Diare menyebabkan
gangguan gizi dan kematian.
Tujuan : Sebagai panduan penanganan diare akut
Kebijakan : Penanganan segera dan tepat akan mencegah komplikasi dan menurunkan
mortalitas.
PROSEDUR
Langkah-Langkah Petugas
Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk melakukan Dokter,
tindakan medis kepada orangtua / keluarga pasien. Perawat
Kenali gejala dan tanda dehidrasi dan akibat-akibatnya sebagai hipokalemia Dokter,
(kembung), hipernatremia dengan kejang serta hyperthermia dan gejala Perawat
penyebab.
Timbang berat badan, tentukan derajat dehidrasi, tingkat kesadaran dan Dokter,
keadaan sirkulasi (ukur tekanan darah dan nadi) Perawat
• Tanpa dehidrasi :
cairan rumah tangga dan ASI diberikan semaunya, oralit diberikan
sesuai usia setiap kali buang air besar atau muntah dengan dosis :
- Kurang dari 1 tahun : 50-100 cc
- 1-5 tahun : 100-200 cc
- Lebih dari 5 tahun : semua anak
Nutrisi Perawat
Anak tidak boleh dipuasakan
Makanan diberikan sedikit-sedikit tetapi sering (lebih kurang 6 kali
sehari)
rendah serat
buah-buahan diberikan terutama pisang.
Medikamentosa Dokter
- Tidak boleh diberikan obat anti diare
- Antibiotik sesuai hasil pemeriksaan penunjang. Sebagai pilihan adalah
Kotrimoksamol, Amoksilisin dan atau sesuai hasil uji sensitivitas.
- Anti parasit : Metronidazol
Hiponatremia Dokter,
Rehidrasi dengan NaCl 0,9% atau NaCl 0,45% dengan perkiraan Perawat
kekurangan cairan sebagai berikut :
100 ml/kgBB pada bayi 60 ml/kgBB pada anak dan remaja.
Penggantian cairan dalam waktu 24 jam, 50% dalam waktu 8 jam,
sisanya 50% dalam waktu 16 jam.
Koreksi kekurangan Natrium dengan perhitungan sebagai berikut :
Defisin Na = (135 mEq/l – kadar Na pasien) x (0,55 x kgBB) m.
Penggantian kekurangan Natrium 50% dalam waktu 8 jam
sisanya 50% dalam waktu 16 jam, diberikan tidak boleh melebihi
1-2 mEq/l per jam.
Unit terkait : Bangsal Anak, HCU Anak, ICU Anak, IGD RSUD Kota Kupang
GIZI BURUK
Pengertian : Gizi buruk : 1. Tampak sangat kurus dan atau endema pada kedua
punggung kaki sampai seluruh tubuh.
2. BB/ PB atau BB/ TB < -3SD
Tujuan : Sebagai panduan penanganan gizi buruk
Kebijakan : Penanganan segera dan tepat akan mencegah komplikasi dan menurunkan
mortalitas.
PROSEDUR
Langkah-Langkah Petugas
Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk melakukan Dokter,
tindakan medis kepada orangtua/ keluarga pasien. Perawat
Kenali gejala dan tanda gizi buruk dan komplikasinya serta gejala Dokter,
penyebab. Lakukan pengukuran anthropometri. Perawat
Pemeriksaan laboratorium : Perawat
Gula darah, preparat darah hapus, Hb, Ht, urin rutin dan biakan urin, feses
rutin, foto polos dada, uji kulit untuk tuberkulosis.
GIZI BURUK
5.1 Hipoglikemia : - Sadar : Glukosa 10% atau gula pasir 10% oral atau NGT 50 ml
glukosa darah - Letargi : Glukosa 10% iv bolus 5 ml/kgBB
< 3 mmol/l - Syok : RL dan Dekstrosa/ Glukosa 10% 1:1 menjadi RLG 5%
atau < 54 mg/ 15 ml/kgBB selama 1 jam pertama atau 5 tts/mnt/kgBB
dl
5.2 Hipotermia: - Metode kanguru dan diselimuti
suhu tubuh - Dengan lampu jarak 50 cm dati tubuh
axiler < - Monitor suhu tiap 30 menit
36,50C atau - Hentikan pemanasan bila suhu 370C
peraba dingin
5.3 Dehidrasi dan - Lihat bagan
syok
5.4 Elektrolit - KCl 150-300 mg/kg/hari
Infeksi - Malaria
Lini Kedua
- Cairan :
Stabilisasi 130 ml/kg/hari atau 100 ml/kg/hari bila endema berat
Rehabilitasi 150-220 ml/kgBB/hari
- Kalori
Stabilisasi 80-100 kkal/kgBB/hari,
Transisi 100-150 kkal/kgBB/hari,
Rehabilitasi 150-220 kkal/kgBB/hari
- Protein
Stabilisasi 1-1,5 g/kgBB/hari
Transisi 2-3 g/kgBB/hari
Rehabilitasi 3-4 g/kgBB/hari
Pemberian cairan dan makanan untuk stabilisasi
(Rejatan/ syok, letargis dan muntah/ diare/ dehidrasi)
KETOASIDOSIS DIABETIK
PROSEDUR
Langkah-Langkah Petugas
Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk melakukan Dokter,
tindakan medis kepada orangtua / keluarga pasien. Perawat
Kenali gejala dan tanda diabetes atau riwayat poliuria dan polidipsi Dokter,
beberapa hari sebelumnya kemudian kesadaran menurun sampai koma. Perawat
Tanda-tanda asidosis dan dehidrasi, kadang sampai syok.
Hiperpnea, reflek tendon menurun sampai hilang, adanya refleks Babinski
dan hipotermia.
Timbang berat badan, tentukan derajat dehidrasi, tingkat kesadaran dan Dokter,
keadaan sirkulasi (ukur tekanan darah dan nadi) Perawat
Pemeriksaan laboratorium atas indikasi : Dokter,
- Gula darah - Fungsi ginjal Perawat
- Urinalisa - BGA
- X foto dada - Elektrolit darah
- Keton darah - Darah tepi lengkap
- Kultur darah, urin dan tenggorok - EKG
Indikasi rawat ICU Anak : Dokter
- pH < 7,0
- Umur < 2 tahun
- Tidak sadar
- GDS > 1000 mg% atau kondisi lain yang memerlukan perawaran di ICU
Anak
- Selain itu pasien dirawat di HCU
Manajemen airway dan breathing Dokter,
Intubasi dan pemakaian ventilator mekanin jika perlu Perawat
Pengertian : Hipoglikemia adalah kadar gula plasma yang kurang dari 45 mg/dl pada bayi
atau anak-anak, dengan atau tanpa gejala. (Catatan : Kadar glukosa plasma
kurang lebih 15% lebih tinggi dari kadar glukosa darah. Darah kapiler dan
arteri menunjukkan kadar gula sekitar 10% lebih tinggi dari kadar dalam
plasma)
Tujuan : Sebagai panduan penanganan hipoglikemia
Kebijakan : Penanganan segera dan tepat akan mencegah komplikasi dan menurunkan
mortalitas.
PROSEDUR
Langkah-Langkah Petugas
Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk melakukan Dokter,
tindakan medis kepada orangtua / keluarga pasien. Perawat
Kenali gejala dan tanda hipoglikemia yaitu : Dokter
- Kejang - Lemah
- Gangguan bicara - Letargi, pucat, berkeringat dingin, takikardia
- Hipotermia - Koma
- Respon klinik yang positif terhadap pemberian gula.
Pemeriksaan laboratorium Dokter,
- Gula darah : kadar gula plasma yang rendah (kurang dari 45 mg/dl atau Perawat
25 mg/dl tergantung usia).
- Urine lengkap.
Pengobatan : Dokter,
- Berikan glukosa 10% sebanyak 5-10 ml/kgBB secara intervena pelan Perawat
selama 20 menit.
- Ambil sampel darah untuk pemeriksaan gula darah, insulin, growth
hormone, kortisol, laktat serta keton darah dan urine.
- Selanjutnya diberikan infus glukosa 5-10% dalam saline, dengan tujuan
mempertahankan gula darah lebih dari 45 mg/dl dan kurang dari
120mg/dl.
- Hidrokortison merupakan indikasi bagi anak - anak yang tidak
menunjukkan perbaikan dengan terapi tersebut diatas.
- Keadaan yang tetap memburuk menunjukkan adanya gangguan yang
serius, mungkin endema otak. Keadaan hipoglikemia yang berlanjut
membutuhkan penanganan khusus tergantung penyebabnya.
- Perlu diingat bahwa anak-anak yang menderita diabetes mellitus tipe I
(tergantung insulin), hipoglikemia merupakan komplikasi yang sering
terjadi. Hal ini dibicarakan dalam topic tersendiri.
Unit terkait : Bangsal Anak, HCU Anak, ICU Anak, IGD, HCU Neonatus, NICU RSUD Kota Kupang
TERIMA KASIH