Anda di halaman 1dari 43

h

TUGAS AKHIR

ANALISIS PENGARUH PANJANG SERAT


TERHADAP KEKUATAN MEKANIK MATERIAL
KOMPOSIT BERBASIS SERAT SABUT KELAPA
(Cocos Nucifera Fiber) DENGAN MENGGUNAKAN
METODE ELEMEN HINGGA

Indra Hasbullah Noviyan


NIM. 06171037

Ainun Zulfikar, S.T., M.T


Fikan Mubarok Rohimsyah S.T., M.Sc

Program Studi Teknik Material dan Metalurgi


Jurusan Ilmu Kebumian dan Lingkungan
Institut Teknologi Kalimantan
Balikpapan, 2021
TUGAS AKHIR

ANALISIS PENGARUH PANJANG SERAT


TERHADAP KEKUATAN MEKANIK MATERIAL
KOMPOSIT BERBASIS SERAT SABUT KELAPA
(Cocos Nucifera Fiber) DENGAN MENGGUNAKAN
METODE ELEMEN HINGGA

Indra Hasbullah Noviyan


NIM. 06171037

Ainun Zulfikar, S.T., M.T


Fikan Mubarok Rohimsyah S.T., M.Sc
.

Program Studi Teknik Material dan Metalurgi


Jurusan Ilmu Kebumian dan Lingkungan
Institut Teknologi Kalimantan
Balikpapan, 2021
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal Tugas Akhir dengan judul :

“ANALISIS PENGARUH PANJANG SERAT TERHADAP KEKUATAN


MEKANIK MATERIAL KOMPOSIT BERBASIS SERAT SABUT
KELAPA (Cocos Nucifera Fiber) DENGAN MENGGUNAKAN METODE
ELEMEN HINGGA’’

Yang disusun oleh :

Indra Hasbullah Noviyan


NIM. 06171037

Telah diperiksa dan disetujui oleh dosen pembimbing

Dosen Pembimbing Utama Dosen Pembimbing Pendamping

Ainun Zulfikar, S.T., M. T. Fikan Mubarok Rohimsyah, S.T., M.Sc


NIP. 199403072020121002 NIPH. 100320265
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim.
Puji syukur kepada Allah SWT., Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal Tugas Akhir ini
yang berjudul:
“ANALISIS PENGARUH PANJANG SERAT TERHADAP KEKUATAN
MEKANIK MATERIAL KOMPOSIT BERBASIS SERAT SABUT
KELAPA (Cocos Nucifera Fiber) DENGAN MENGGUNAKAN METODE
ELEMEN HINGGA ”
Salawat serta salam tidak lupa penyusun haturkan kepada Nabi Muhammad
SAW. sebagai teladan bagi para pengikutnya hingga akhir zaman.
Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh untuk
menyelesaikan Program Sarjana di Program Studi Teknik Material dan Metalurgi,
Jurusan Ilmu Kebumian dan Lingkungan, Institut Teknologi Kalimantan (ITK)
Balikpapan. Untuk itu penyusun mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Ainun Zulfikar, S.T., M.T selaku Dosen Pembimbing Utama dan Bapak
Fikan Mubarok Rohimsyah, S.T., M.Sc selaku Dosen Pembimbing Pendamping.
2. Bapak Andromeda Dwi Laksono S.T., M.Sc selaku Koordinator Tugas AKhir
Program Studi Teknik Material dan Metalurgi, Jurusan Ilmu Kebumian dan
Lingkungan.
3. Bapak Jatmoko Awali, S.T., M.T. selaku Koordinator Program Studi Teknik
Material dan Metalurgi Jurusan Ilmu Kebumian dan Lingkungan ITK.
4. Bapak Andromeda Dwi Laksono S.T., M.Sc., Bapak Rifqi Aulia Tanjung, S.T.,
M.T., Bapak Hizkia Alpha Dewanto, S.T., M.Sc., Ibu Nia Sastia, S.Si, M.T,
Ibu Gusti Umindya Nur Tajalla, S.T., M.T., Ibu Muthia Putri Darsini Lubis, S.T.,
M.T., Bapak Ade Wahyu Yusariarta P. P., S.T., M.T., dan Ibu Lia Amalia S.T.,
M.S., selaku Dosen Program Studi Teknik Material dan Metalurgi Jurusan Ilmu
Kebumian dan Lingkungan ITK.

iii
5. Keluarga penulis: Bapak Purwanto , Ibu Eni Sukaeni. seluruh keluarga lainnya
yang tidak pernah lelah mendukung dan memberikan nasehat serta pengarahan
kepada saya dalam menjalani kehidupan.
6. Seluruh Sahabat dan teman-teman yang membantu.
7. Seluruh Teman-teman Teknik Material dan Metalurgi ITK angkatan 2017.
8. Serta semua pihak yang terlibat dalam penyusunan Tugas Akhir ini.
Penyusun menyadari bahwa penyusunan Tugas Akhir ini masih jauh dari
sempurna, karena itu penyusun mengharapkan segala kritik dan saran yang
membangun. Semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Atas
perhatian Bapak/Ibu, penyusun ucapkan terimakasih.

Balikpapan, Maret 2020

Penyusun

iv
ANALISIS PENGARUH PANJANG SERAT TERHADAP KEKUATAN
MEKANIK MATERIAL KOMPOSIT BERBASIS SERAT SABUT
KELAPA (Cocos Nucifera Fiber) DENGAN MENGGUNAKAN METODE
ELEMEN HINGGA

Nama Mahasiswa : Indra Hasbullah Noviyan


NIM : 06171037
Dosen Pembimbing Utama : Ainun Zulfikar, S.T., M.T
Dosen Pembimbing Pendamping : Fikan Mubarok Rohimsyah, S.T., M.Sc

ABSTRAK

Material komposit merupakan salah satu material yang sekarang ini banyak
dimanfaatkan. Hal Ini dikarenakan material komposit memiliki sifat ringan dan
relatif kuat. Perkembangan material komposit sekarang ini mulai berkembang
pesat, terutama komposit dengan matriks polimer yang dimanfaatkan sebagai
material pengganti logam. Dalam perkembangan penelitian saat ini serat alam
(natural fiber) mulai dimanfaatkan sebagai penguat pada material komposit sebagai
pengganti fiber sintetis. Hal ini dikarenakan sifatnya yang ramah terhadap
lingkungan dan tersedia melimpah di alam sehingga lebih ekonomis, serta
pemanfaataanya selama ini masih belum dioptimalkan. Objek penelitian berupa
serat alam (kelapa) yang dipilih karena melimpahnya sumber daya alam tersebut.
Dalam pembuatan komposit untuk penelitian ini menggunakan metode Hand Lay
Up. Dalam penelitian ini dilakukan pengujian tarik dan pengujian bending dengan
cara mensimulasikannya menggunakan ANSYS Mechanical ANSYS Parametric
Design language (APDL). Untuk mengetahui sifat mekanik pada material komposit
berbahan dasar serat kelapa dengan memvariasikan panjang serat.
Kata kunci : ANSYS, kelapa, komposit

v
ANALYSIS OF THE EFFECT FIBER LENGTH ON THE OF
MECHANICAL STRENGTH OF COCONUT FIBER-BASED
COMPOSITE MATERIALS (Cocos Nucifera Fiber) WITH USING FINITE
ELEMENT METHOD

By : Indra Hasbullah Noviyan


Student Identity Number : 06171037
Supervisor : Ainun Zulfikar, S.T., M.T
Co-Supervisor : Fikan Mubarok Rohimsyah, S.T., M.Sc

ABSTRACT

Composite material is a material that is currently widely used. This is because the
composite material has light properties and relatively strong. The development of
composite materials is now starting to grow rapidly, especially composites with
polymeric matrices which are used as metal substitutes. In the development of
current research, natural fibers are starting to be used as reinforcement in composite
materials as a substitute for synthetic fibers. This is because it is environmentally
friendly and available in abundance in nature, making it more economical, and its
utilization has not been optimized so far. The object of research is natural fiber
(coconut) which was chosen because of the abundance of these natural resources.
In making composites for this study using the Hand Lay Up method. In this
research, tensile and bending tests were carried out by simulating them using
ANSYS Mechanical ANSYS Parametric Design Language (APDL). This is to
determine the mechanical properties of coconut fiber-based composite materials by
varying the length of the fiber.
Keywords : ANSYS, Coconut, Composite

vi
DAFTAR ISI

PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR ......... Error! Bookmark not defined.


PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ....... Error! Bookmark not defined.
LEMBAR PENGESAHAN .......................................... Error! Bookmark not defined.
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... iii
ABSTRAK ......................................................................................................................... v
ABSTRACT ......................................................................................................................vi
DAFTAR ISI .................................................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................................. x
DAFTAR NOTASI ..........................................................................................................xi
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ..............................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah ....................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian .........................................................................................4
1.4 Batasan Masalah ...........................................................................................4
1.5 Manfaat Penelitian ...........................................................................................4
1.6 Kerangka Pemikiran Penelitian..............................................................5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................6
2.1 Material Komposit .......................................................................................6
2.2 Serat Sabut Kelapa .......................................................................................7
2.3 Perlakuan Alkali ...........................................................................................9
2.4 Polyester ....................................................................................................... 10
2.5 Metode Komposit Hand Lay Up............................................................. 12
2.6 Pengujian Tarik ......................................................................................... 12
2.7 Pengujian Bending .................................................................................... 14
2.8 Metode Elemen Hingga ............................................................................ 15
2.9 ANSYS............................................................................................................. 17
2.10 Penelitian Terdahulu ............................................................................... 18
BAB 3 METODE PENELITIAN ................................................................................. 22

vii
3.1 Garis Besar Penelitian ............................................................................. 22
3.2 Peralatan Penelitian ................................................................................ 23
3.2.1 Alat Penelitian................................................................................................23
3.3 Prosedur Penelitian ................................................................................. 24
3.3.1 Prosedur Tahapan Pengumpulan Data ................................................24
3.3.2 Prosedur Tahap Pengujian .......................................................................24
3.3.3 Tahap Pengolahan Data Pengujian ........................................................24
3.4 Diagram Alir Penelitian .......................................................................... 26
3.5 Variabel Penelitian ................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 28

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Kerangka Penelitian…………………………………....………….…5


Gambar 2.1 Pohon Kelapa…………………………………………………………7
Gambar 2.2 Serat Sabut Kelapa……………………………………………………8
Gambar 2.3 Proses metode hand lay up ……………………........……………….12
Gambar 2. 5 Spesimen Uji Tarik Ketebalan (7mm) ASTM D 638 ……….......…..13
Gambar 2.5 Dimensi Benda Uji Bending (Standar ASTM D 790 02) …………….15
Gambar 2.6 ANSYS Mechanical APDL …………………………………………17
Gambar 3.1 Diagram alir penelitian ……………………………………………...21
Gambar 3.2 Void Pada Material Komposit ………………………………………25

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Komposisi Sabut Kelapa ………………………………………………..8


Tabel 2.2 Sifat Mekanik Serat Kelapa …………………………………………….9
Tabel 2.3 Dimensi Spesimen Menurut ASTM D 638 ……………………...…14
Tabel 2.4 Penelitian Terdahulu …………………………………………………..17
Tabel 3. 1 Variabel dan Variasi Pengujian Sampel Komposit Serat Kelapa ……...22

x
DAFTAR NOTASI

Notasi Keterangan Satuan


Σ Stress atau Tegangan Kg/mm2
F Pembebanan Maksimal Kg
A Luas Penampang Awal mm2
ε Engineer Strain atau Regangan Teknik Kg/mm2
𝑙0 Panjang mula-mula spesimen sebelum mm2
ditarik
𝑙𝐼 Luas Penampang Awal mm2
𝛥𝑙 Penambahan Panjang mm 2
Ltab Panjang Bagian Tab mm
Wo Lebar Keseluruhan mm
Lo Panjang Keseluruhan mm
G Gauge Length atau Panjang Ukuran mm

xi
xii
BAB 1
PENDAHULUAN

Pada bab 1 ini akan menjelaskan mengenai latar belakang, perumusan


masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah dan kerangka
penelitian yang akan menjadi dasar pemikiran penulisan pada penelitian ini.

1.1 Latar Belakang


Dewasa ini, Penggunaan material komposit menjadi salah satu pilihan
alternatif selain penggunaan logam, polimer ataupun keramik, komposit adalah
material yang tersusun atas campuran dua atau lebih material dengan sifat kimia
dan fisika berbeda, dan menghasilkan sebuah material baru yang memiliki sifat-
sifat berbeda dengan material-material penyusunnya. Penguat komposit bisa berupa
serat sintetik ataupun serat alam. Saat ini penggunaan serat alam khususnya selulosa
seperti serat rami, pisang, sisal dan nanas dalam industri tekstil, industri
pengemasan dikarenakan biaya produksinya yang lebih murah. Serat-serat ini
dianggap sebagai serat selulosa keras karena modulus kekuatan tarik yang tinggi
dan elongasi yang rendah. Meningkatnya ketertarikan untuk memperkenalkan
bahan penguat yang dapat didegradasi, terbarukan, biaya rendah, dan ramah
lingkungan telah merangsang penggunaan serat alam selulosa sebagai alternatif
pengganti untuk serat berbasis anorganik dan petrokimia (Ramadevi, 2012).
Pada dasarnya komposit adalah suatu jenis bahan baru hasil rekayasa yang
terdiri dari dua atau lebih bahan dimana sifat masing-masing bahan berbeda satu
sama lainnya baik itu sifat kimia maupun fisiknya dan tetap terpisah dalam hasil
akhir bahan tersebut. Bahan komposit mulai banyak digunakan karena memiliki
beberapa keunggulan diantaranya massa lebih ringan, kekuatan lebih tinggi, tahan
korosi, mudah dibentuk, dan lebih murah dibanding material bahan lainnya misal
material bahan logam. Bahan komposit berbasis polimer merupakan bahan
komposit yang paling sering digunakan. Bahan ini menggunakan polimer berbahan
resin sebagai matriks dan serat sebagai penguat. Beberapa contoh polimer seperti
resin phenolfomaldehyde, polyester, epoksi, dan lainnya. Sedangkan serat yang

1
dapat digunakan sebagai penguat yaitu serat sintetik dan serat alam. Serat sintetik
misalnya fiber glass dan serat karbon, sedangkan serat alam misalnya serat eceng
gondok, serat rami, serat nanas, serat ampas tebu, dan serat alam lainnya.
Saat ini penggunaan serat alam khususnya selulosa seperti serat rami, pisang,
sisal dan nanas dalam industri material komposit lebih diminati dikarenakan biaya
produksinya yang lebih murah dan ketersedian dialam yang paling melimpah
Meningkatnya ketertarikan untuk memperkenalkan bahan penguat yang dapat
didegradasi, terbarukan, biaya rendah, dan ramah lingkungan telah merangsang
penggunaan serat alam selulosa sebagai alternatif pengganti untuk serat berbasis
anorganik dan petrokimia (Ramadevi,2012). Selulosa berada pada jaringan dinding
sel tumbuhan dan berikatan dengan hemiselulosa serta lignin. Selulosa pada dinding
sel tumbuhan berfungsi sebagai penguat. Adanya lignin serta hemiselulosa dapat
menurunkan kualitas komposit dari serat alam dimana akan menghasilkan interface
antara resin dan serat menjadi buruk, sehingga perlu dilakukan penghilangan lignin
serta hemiselulosa pada serat selulosa melalui modifikasi kimia. Selulosa adalah
polimer glukosa yang berbentuk rantai linier dan dihubungkan oleh ikatan ß-1,4
glikosidik. Struktur yang linier menyebabkan selulosa bersifat kristalin dan tidak
mudah larut. Selulosa tidak mudah didegradasi secara kimia maupun mekanis
(Putera, 2012).
Modifikasi kimia dari serat alam merupakan reaksi antara komponen-
komponen dari serat alami dengan bahan kimia. Salah satu metode modifikasi
kimia adalah alkalisasi yaitu dengan menggunakan larutan alkali untuk melarutkan
hemiselulosa dan lignin, hal ini berpotensi untuk memperbaiki sifat-sifat dari serat
alami tersebut (Putera,2012). Modifikasi kimia dengan menggunakan alkalisasi
merupakan perlakuan yang efisien dan efektif untuk menghilangkan hemiselulosa
dan lignin, serta dapat mengisolasi selulosa agar tidak larut pada konsentrasi NaOH
tertentu sehingga kandungan selulosa pada serat semakin tinggi.
Salah satu serat yang berpotensi untuk dijadikan sebagai sumber selulosa
untuk penguat pada komposit adalah kelapa. Sabut kelapa merupakan bahan yang
mengandung lignoselulosa yang dapat dimanfaatkan sebagai salah satu bahan baku,
kulit kelapa yang terdiri dari serat yang terdapat diantara kulit dalam yang keras
(batok). Komposisi sabut dalam buah kelapa sekitar 35% dari berat keseluruhan

2
buah kelapa. Sabut kelapa terdiri dari serat (fiber) dan gabus (pitch) yang
menghubungkan satu serat dengan serat yang lainnya. Sabut kelapa terdiri dari 75%
serat dan 25% gabus (Carrijo, 2002).
Pada penelitian ini dalam pembuatan komposit untuk penelitian ini
menggunakan metode Hand Lay Up, metode ini dilakukan dengan cara
menggunakan hydraulic sebagai penekannya serat yang telah dicampur dengan
resin dimasukkan ke dalam rongga cetakan, kemudian dilakukan penekanan dan
pemanasan.
Pada penelitian sebelumnya Dedi (2018), telah menggunakan serat kelapa
sebagai material penyusun komposit, yang dimana pada penelitian tersebut
dilakukan pengujian tarik dengan ekperimen dan simulasi. Kemudian didapatkan
hasil Maximum Equivalent Stress dengan eksperimen sebesar 3,114 Mpa dan
Maximum Equivalent Stress dengan simulasi 3,3368 Mpa. Dan hasil Maximum
equivalent elastis strain dengan eksperimen sebesar 0,0575 Mpa dan Maximum
equivalent elastis strain dengan simulasi sebesar 0,16684 Mpa. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa hasil dari pengujian dengan menggunakan software Ansys
mendapatkan nilai equivalent stress dan equivalent elastis strain yang lebih tinggi
dibandingkan dengan pengujian eksperimen.
Sehingga fokusan pada penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
panjang serat 5 mm, 10 mm, dan 15 mm terhadap material komposit berbasis serat
sabut kelapa dengan perbandingan void sebesar 2%, 4%, dan 6%matrik polyester.
Pengujian yang dilakukan adalah pengujian tarik (ASTM D 638), pengujian
bending (ASTM D 790). Tujuan kedepan dalam penelitian ini yaitu untuk
mengetahui maksimum kekuatan tarik dan kelenturan bahan komposit polyester
untuk nantinya diketahui layak atau tidaknya bahan ini diterapkan di dunia industri.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka rumusan
masalah yang diperoleh adalah:
1. Bagaimana menentukan nilai sifat-sifat mekanis material komposit berbahan
dasar serat kelapa dengan menggunakan metode elemen hingga ?
2. Bagaimana pengaruh dari panjang serat terhadap sifat mekanik material
komposit berbahan dasar serat kelapa ?

3
3. Bagaimana pengaruh dari void terhadap sifat mekanik material komposit
berbahan dasar serat kelapa ?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan
penulisan Tugas Akhir ini adalah:
1. Menentukan nilai sifat-sifat mekanis material komposit berbahan dasar serat
kelapa dengan menggunakan metode elemen higga
2. Menganalisis pengaruh dari panjang serat terhadap sifat mekanik material
komposit berbahan dasar serat kelapa jika terdapat void pada bagian tertentu
3. Menganalisis pengaruh dari void terhadap sifat mekanik material komposit
berbahan dasar serat kelapa

1.4 Batasan Masalah


Batasan masalah yang ditetapkan pada penelitian Tugas Akhir ini adalah:
1. Peneliti hanya menganalisis sifat mekanik untuk mengetahui kelenturan dan
kekuatan komposit dengan pengujian bending dan pengujian tarik dengan cara
mensimulasikannya.
2. Bentuk patahan uji tarik dan uji bending dianggap sama karena diberikan
perlakuan yang sama.
3. Komposit dibuat melalui metode Hand Lay Up.
4. Pengaruh lingkungan diabaikan.
5. Serat kelapa yang digunakan memiliki panjang serat 5 mm, 10 mm, dan 15 mm.

1.5 Manfaat Penelitian


Manfaat yang diharapkan dapat diberikan pada penelitian Tugas Akhir ini
adalah:
1. Memberikan inovasi baru terhadap pengembangan teknologi material berupa
material komposit polimer polyester dengan penguat serat kelapa yang untuk
nantinya diketahui layak atau tidaknya bahan ini.
2. Memberikan nilai tambah terhadap serat kelapa.

4
3. Menjadi rujukan terhadap penelitian-penelitian yang berfokus pada
pemanfaatan serat alam sebagai material komposit terbarukan
4. Dapat menjelaskan sifat-sifat mekanik material komposit berbahan dasar serat
kelapa dengan cara mensimulasikannya
5. Dapat dijadikan sebagai sumber referensi untuk penelitian lanjutan yang
berfokus pada pemanfaatan serat alam sebagai material komposit terbarukan
berpenguat serat kelapa.

1.6 Kerangka Pemikiran Penelitian


Pada penelitian ini menggunakan kerangka pemikiran dalam penelitian
tugas akhir sehingga dapat memberikan gambaran bagi pembaca mengenai
penelitian tugas akhir yang dikerjakan. Berikut adalah kerangka dari penelitian ini.

Metode Elemen
Hingga

Gambar 1. 2 Kerangka Penelitian

5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab II kajian pustaka dan dasar teori ini dijelaskan mengenai keterkaitan
beberapa referensi dengan penelitian yang akan dilaksanakan. Bab II ini meliputi
beberapa aspek bahasan, diantaranya: material komposit, serat sabut kelapa,
perlakuan alkali, polyester, metode hand lay up, pengujian kuat tarik, pengujian
bending, metode elemen hingga, ansys, dan penelitian terdahulu.

2.1 Material Komposit


Di dalam dunia industri kata komposit dalam pengertian bahan berarti
terdiri dari dua atau lebih bahan yang berbeda yang digabung atau dicampur
menjadi satu. Menurut Kaw (1997), komposit adalah sruktur material yang terdiri
dari dua kombinasi bahan atau lebih, yang dibentuk pada skala makroskopik dan
menjadi satu secara fisika. Triyono dan Diharjo (2000), mengemukakan bahwa kata
komposit (composite) merupakan kata sifat yang berarti susunan atau gabungan.
Composite berasal dari kata kerja “to compose” yang berarti menyusun atau
menggabung. Jadi secara sederhana bahan komposit berarti bahan gabungan dari
dua atau lebih bahan yang berlainan (Callister,2010). Bahan komposit pada
umumnya terdiri dari dua unsur, yaitu serat (fiber) sebagai bahan pengisi dan bahan
pengikat serat-serat tersebut yang disebut matrik.
Di dalam komposit unsur utamanya adalah serat, sedangkan bahan
pengikatnya menggunakan bahan polimer yang mudah dibentuk dan mempunyai
daya pengikat yang tinggi. Pengunaan serat sendiri yang utama untuk menentukan
karakteristik bahan komposit, seperti kekakuan, kekuatan serta sifat-sifat mekanik
yang lainnya. Sebagai bahan pengisi atau serat digunakan untuk menahan sebagian
besar gaya yang bekerja pada bahan komposit, matrik sendiri mempunyai fungsi

6
melindungi dan mengikat serat agar dapat bekerja dengan baik terhadap gaya-gaya
yang terjadi. Oleh karena itu, untuk bahan serat digunakan bahan yang kuat, kaku
dan getas. Sedangkan bahan matrik dipilih bahan lunak dan tahan terhadap
perlakuan kimia. Salah satu keuntungan material komposit adalah kemampuan
material tersebut untuk diarahkan sehingga kekuatannya dapat diatur hanya pada
arah tertentu yang kita kehendaki, hal ini dinamakan "tailoring properties" dan ini
adalah salah satu sifat istimewa yang dimiliki komposit selain ringan, kuat, tidak
terpengaruh korosi, dan mampu bersaing dengan logam, dengan tidak kehilangan
karakteristik dan kekuatan mekanisnya (Fahmi, 2011).

2.2 Serat Sabut Kelapa


Kelapa merupakan tanaman perkebunan atau industri berupa pohon batang
lurus dari family Palmae. Tanaman kelapa (Cocos nucifera) merupakan tanaman
serbaguna atau tanaman yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Seluruh bagian
pohon kelapa dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia, sehingga pohon ini
sering disebut pohon kehidupan (tree of life) karena hampir seluruh bagian dari
pohon, akar, batang, daun dan buahnya dapat dipergunakan untuk kebutuhan
kehidupan manusia sehari-hari (Maryanti, 2011).

Gambar 2.1 Pohon Kelapa (republika.co.id)

Serabut kelapa mengandung komposisi kimia yakni lignin,hemi selulosa, dan


selulosa. Komposisi kimia ini mempengaruhi sifat mekanik dan perilaku dari serat

7
itu sendiri. Proses alkalisasi dapat mengubah sifat mekanik dari serat sabut
kelapa,tidak hanya property serat namun juga properti dalam bentuk
komposit.terkadang proses alkalisais dapat meningkatkan perilaku mekanik
maupun sebaliknya (ramakhrisna,2005). Pemanfaatan dari serat sabut kelapa ini
dapat digunakan sebagai bahan pembuatan rompi anti peluru, menurut yuhazri
(2008) mengembangkan bukti bahwa rompi itu lebih ringan dan lebih murah pada
rompi anti peluru normal seberat 9 kg dan pada rompi peluru serat kelapa hanya
sebesar 3kg dan itu sudah mampu menahan peluru calibre 9mm dengan jarak
tembak sekitar 5 m.

Gambar 2.2 Serat Sabut Kelapa

Komposisi sabut dalam buah kelapa sekitar 35% dari berat keseluruhan
buah kelapa. Sabut kelapa terdiri dari serat (fiber) dan gabus (pitch) yang
menghubungkan satu serat dengan serat yang lainnya. Sabut kelapa terdiri dari 75%
serat dan 25% gabus (Carrijo, 2002). Sabut kelapa memiliki beberapa kandungan
didalamnya dan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.1 Komposisi Sabut Kelapa


Parameter Kadar (%)
Selulosa 26,6
Hemiselulosa 27,7
Lignin 29,4
Air 8

8
Komponen Ekstraktif 4,2
Uronat Anhidrat 3,5
Nitrogen 0,1
Abu 0,5
(Wardhani et al, 2004)
Secara umum dapat dikatakan bahwa fungsi serat adalah sebagai penguat
bahan untuk memperkuat komposit sehingga sifat mekaniknya lebih kaku, tangguh
dan lebih kokoh dibandingkan dengan tanpa serat penguat, selain itu serat juga
menghemat penggunaan resin. Kaku adalah kemampuan dari suatu bahan untuk
menahan perubahan bentuk jika dibebani dengan gaya tertentu dalam daerah elastis
pada pengujian bending. Tangguh adalah bila pemberian gaya atau beban yang
menyebabkan bahan-bahan tersebut menjadi patah pada pengujian titik lentur.
Kokoh adalah kondisi yang diperoleh akibat kelenturan serta proses kerja yang
mengubah struktur komposit sehingga menjadi keras pada pengujian kelenturan.
(Mawardi, 2017).

Tabel 2.2 Sifat Mekanik Serat Kelapa


Keterangan & satuan Nilai
Length(cm) 15-20
Diameter(μm) 100-450
Density(g/c 𝑚3 ) 1,15
Tensile strength(Mpa) 131-175
Modulus young(Gpa) 4-6
Elongation(%) 15-40
(Bledzki, 1996)

2.3 Perlakuan Alkali


Alkalisasi merupakan proses menghilangkan komponen penyusun serat yang
kurang efektif dalam menentukan kekuatan antar muka yaitu hemiselulosa,lignin
atau pektin. Dengan berkurangnya hemiselulosa, lignin atau pektin, wetability serat

9
oleh matriks akan semakin baik, sehingga kekuatan antarmuka pun akan meningkat.
Selain itu, pengurangan hemiselulosa, lignin atau pektin, akan meningkatkan
kekasaran permukaan yang menghasilkan mechanical interlocking yang lebih baik.
Alkalisasi pada serat alam adalah metode yang telah digunakan untuk menghasilkan
serat berkualitas tinggi. Alkalisasi pada serat merupakan metode perendaman serat
ke dalam basa alkali. Reaksi berikut menggambarkan proses yang terjadi saat
perlakuan alkalisasi pada serat: (Maryanti, 2011)
Fiber – OH + NaOH → Fiber – O – Na+ + H2O (2.1)
Proses alkalisasi menggunakan NaOH menunjukkan peningkatan kristalinitas
yang tinggi. Hal ini dikarenakan proses tersebut dapat meluruhkan lignin pada
permukaan, sehingga diperoleh serat mikrofibril selulosa dengan kristalinitas yang
tinggi (Mustafa, 2015). Penggunaan natrium hidroksida (NaOH) bertujuan untuk
mengubah permukaan serat menjadi kasar, sehingga meningkatkan kelekatan
mekanis dan juga menyebabkan semakin banyaknya jumlah selulosa yang semakin
terekspos. Hal ini dapat meningkatkan jumlah tempat yang memungkinkan
terjadinya reaksi adhesi yang berguna untuk meningkatkan kelekatan antara serat
dan matriks (Jumhan, 2016).
Pada komposit yang diperkuat dengan serat tanpa alkalisasi, maka ikatan
antara serat dan resin menjadi tidak sempurna karena terhalang oleh adanya lapisan
yang menyerupai lilin di permukaan serat, sehingga ketika diuji tarik kegagalan
didominasi oleh lepasnya ikatan antara serat dengan matriks yang diakibatkan oleh
tegangan geser di permukaan serat yang disebut dengan istilah ”fiber pull out”. Pada
kondisi kegagalan ini, matriks dan serat sebenarnya masih mampu menahan beban
dan meregang yang lebih besar, tetapi karena ikatan antara serat dan matriks gagal,
maka komposit pun mengalami kegagalan lebih awal. Besarnya regangan dan
tegangan ketika gagal juga menjadi lebih rendah (Maryanti, 2011).

2.4 Polyester
Polyester merupakan bahan termoseting yang banyak beredar dipasaran
karena harganya yang relatif murah dan dapat diaplikasikan untuk berbagai macam
penggunaan.. Istilah polyester berawal dari reaksi asam organik dengan alkohol

10
membentuk suatu ester. Pada gambar 1 dengan menggunakan dwi fungsi asam dan
dwi fungsi alkohol (glikol) dihasilkan suatu polyester linier. Polyester tidak jenuh
dibagi ke dalam jenis atau kelas tergantung pada struktur dasar blok. Kelas tersebut
adalah ortoftalat, isophthalik, terephthalat, bisphenol-fumarat dan klorendik
disiklopentadien (Wahyudi, 2011).
Ketahanan dari serat poliester sangat bagus, sehingga poliester sering
dicampur dengan serat alami lain yang bersifat mudah kusut (less wrinkle-
resistant) untuk memproduksi serat jenis baru yang mudah dicuci dan mudah
disetrika (easy-care fabric). Secara alami, serat poliester telah memiliki sifat
hidrofobik. Oleh karena itu, selain sebagai bahan pakaian jadi, serat poliester juga
sering digunakan sebagai bahan pakaian olah raga, pakaian dalam, dan seprai
(Hassan et al., 2012).
Poliester seperti polietilen tereftalat (PET) terbentuk dari reaksi antara etilen
glikol dengan asam tereftalat atau etil ester. Reaksi tersebut dilakukan pada suhu
tinggi menggunakan autoclave selama 5-8 jam. Kemudian hasilnya didiamkan di
dalam vakum untuk mendapatkan berat molekul tinggi sehingga membentuk serat
dengan kualitas yang bagus (Purohit, Dholakiya, 2012). Poliester memiliki massa
jenis berkisar antara 1,22 sampai 1,38 bergantung dari jenis poliester. Tingkat
kelembaban dari serat ini cukup rendah berkisar antara 0,2-0,8 % sehingga serat ini
memiliki daya serap terhadap cairan yang rendah. Namun, serat ini memiliki
kemampuan membawa uap air ke permukaan serat tanpa adanya absorbsi.
Kemampuan tersebut disebut wicking ability. Dimensi poliester yang telah diberi
perlakuan heat-setting di bawah suhu termosetnya sangat stabil. Poliester yang
belum diberi perlakuan apapun akan mengkerut bila dipanaskan pada suhu tinggi
(Tortora, 1982).
Titik leleh serat poliester berkisar antara 480o -550oF. Serat poliester juga
memiliki sifat chemical resistance seperti yang dipakai pada proses dry-cleaning
atau bahan pemutih pakaian. Poliester tahan terhadap asam namun tidak tahan
terhadap adanya basa kuat. Poliester juga tahan terhadap bakteri, jamur, dan
ngengat. Serat poliester adalah material yang disintesis melalui reaksi antara etilen

11
glikol dengan asam tereftalat atau etil ester. Secara alami, serat poliester telah
memiliki sifat hidrofob, wicking ability, less wrinkle-resistant, easy-care
(Tortora,1982)

2.5 Metode Komposit Hand Lay Up


Proses Hand Lay-Up merupakan proses laminasi serat secara manual,
dimana merupakan metode pertama dalam pembuatan komposit. Metode Hand
Lay-Up lebih ditekankan untuk pembuatan produk yang sederhana dan hanya
menuntut satu sisi saja yang memiliki permukaan halus (Gibson, 1994)

Gambar 2.3 Proses metode hand lay up (Gibson,1994)

Adapun kelebihan dan kelemahan pada proses ini yakni pada kelebihan proses
ini tidak memerlukan biaya yang lebih mahal, desain prodeuk yang lebih
mudah, variasi ketebalan komposit dapat diatur dengan mudah. Kemudian
kelemahan dari metode ini yaitu ketebalan yang tidak konsisten, penyebaran
resin yang tidak merata, lebih banyak membuang resin. (Gibson,1994)

2.6 Pengujian Tarik


Pengujian tarik adalah proses pengujian destruktif yang memberikan
informasi tentang kekuatan tarik, kekuatan luluh, dan keuletan bahan. Pengujian
tegangan dapat digunakan untuk mengetahui sifat mekanik material yang sangat
diperlukan dalam dunia Teknik Gambar 2.10 merupakan salah satu mesin uji tarik.
Dalam pengujian Tarik, spesimen uji terdeformasi, biasanya sampai patah dengan

12
peningkatan bertingkat gaya tarikan yang dibebankan secara uniaxial pada kedua
sumbu specimen (Sumarauw, 2017).
Perhitungan yang dapat digunakan untuk mengetahui kekuatan Tarik yang
dialami material dapat dihitung dengan persamaan:
1. Engineering Stress ( Tensile Strength )
Engineering stress adalah gaya per unit luas dari material yang
menerima gaya tersebut. Adapun persamaan yang digunakan adalah
sebagai berikut :
𝐹𝑚𝑎𝑘𝑠
σ= .................................................. [2.2]
𝐴0

Dimana :
σ = Stress atau tegangan (N/mm2)
F = Pembebanan Maksimal (N)
A = Luas Penampang awal : lebar x tebal (mm2)

2. Engineering Strain ( Tensile Strain )


Engineering strain adalah ukuran perubahan panjang dari suatu
material. Adapun persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut :
𝑙𝑖 −𝑙0 𝛥𝑙
ε= = 𝑙 ............................................ [2.3]
𝑙0 0

Dimana :
ε = Engineer Strain (%)
𝑙0 = Panjang mula-mula spesimen sebelum ditarik (mm)
𝑙𝑖 = Panjang spesimen setelah ditarik (mm)
𝛥𝑙 = Penambahan Panjang (mm). (Sumarauw, 2017).

Gambar 2. 5 Spesimen Uji Tarik Ketebalan (7mm) ASTM D 638

13
(Sumarauw, 2017)

Tabel 2.3 Dimensi Spesimen Menurut ASTM D 638-04

Dimensi Panjang (mm)


W ( Width of narrow section ) 13 + 0.05
L ( Length of narrow section ) 57 + 0.05
WO ( Width Overall ) 19 + 6.4
LO ( Length Overall ) 165 max
G ( Gage Length ) 50 + 0.25
D ( Distance Between Grips ) 115 – 5
R ( Radius of Fillet ) 60 + 1
*) Sumber : (Sumarauw, 2017)

2.7 Pengujian Bending


Material komposit mempunyai sifat tekan yang lebih baik dibanding sifat
tariknya. Kekuatan tarik dipengaruhi oleh ikatan molekul material penyusunnya.
Pada pengujian bending ini bertujuan untuk mengetahui besarnya kekuatan lentur
dari material komposit. Pengujian dilakukan dengan jalan memberi beban lentur
secara perlahanlahan sampai spesimen mencapai titik lelah. Pada perlakuan uji
bending bagian atas spesimen mengalami proses penekanan dan bagian bawah
mengalami proses tarik sehingga akibatnya spesimen mengalami patah bagian
bawah karena tidak mampu menahan tegangan tarik (Harini,2017).
Untuk mengetahui kekuatan bending suatu material dapat dilakukan dengan
pengujian bending terhadap material komposit tersebut. Pengujian bending mengacu
pada standar ASTM D790 dengan kondisi pengujian statis. Kekuatan bending atau
kekuatan lengkung adalah tegangan bending terbesar yang dapat diterima akibat
pembebanan luar tanpa mengalami deformasi yang besar atau kegagalan. Besar
kekuatan bending tergantung pada jenis material dan pembebanan. Akibat

14
pengujian bending, bagian atas spesimen mengalami tekanan, sedangkan bagian
bawah akan mengalami tegangan tarik. Dalam material komposit kekuatan
tekannya lebih tinggi dari pada kekuatan tariknya. Karena tidak mampu menahan
tegangan tarik yang diterima, spesimen tersebut akan patah. Hal tersebut
mengakibatkan kegagalan pada pengujian komposit. Kekuatan bending pada sisi
bagian atas sama nilai dengan kekuatan bending pada sisi bagian bawah.
(Harun,2016).
Kekuatan bending dapat dirumuskan sebagai berikut :
3 𝐹𝐿
σ = 2 𝑏𝑑2 .................................................. [2.4]

Modulus elastisitas bending dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :


𝐿3 . 𝑚
σ= .................................................. [2.5]
4 𝑏 𝑑3

Dimana :
σ = Stress atau tegangan (N/mm2)
F (force) = Pembebanan (N)
L (length) = Panjang (mm)
D (dense) = Tebal (mm)
B (broad) = Lebar (mm)

Gambar 2.5 Dimensi Benda Uji Bending (Standar ASTM D 790 02)

2.8 Metode Elemen Hingga


Metode elemen hingga banyak dipergunakan untuk mendapatkan
penyelesaian pendekatan dari masalah-masalah fisik, khususnya yang berhubungan
dengan suatu kontinum. Sebagai contoh adalah masalah perambatan panas (head

15
transfer), mekanika fluida (fluide mechanic) dan mekanika benda padat (colid
mechanic) Metode elemen hingga ini mengkombinasikan beberapa konsep
matematika untuk mendapatkan suatu sistem persamaan linier atau non
linier.
Metode elemen hingga pada dasarnya dibagi menjadi lima langkah
penyelesaian yaitu :
1. Diskritisasi daerah/kontinum yang ditinjau. Hal ini meliputi penentuan
lokasi dan koordinat-koordinat serta penomoran dari titik-titik nodal
(node points).
2. Tentukan persamaan interpolasi dan nyatakan persamaan ini didalam
harga-harga dari titik-titik nodal yang tidak diketahui untuk tiap-tiap
elemen.
3. Susun sistem persamaan untuk seluruh elemen dengan menggunakan
metoda Galerkin atau metoda energi potensial.
4. Selesaikan sistem persamaan ini untuk mendapatkan harga-harga
parameter dari tiap titik nodal.
5. Hitung besaran-besaran yang akan ditentukan. Besaran-besaran ini pada
umumnya merupakan turunan dari parameter yaitu komponen-komponen
tegangan, rambatan panas dan kecepatan aliran.
Besaran-besaran ini pada umumnya merupakan turunan dari parameter yaitu
komponen-komponen tegangan, rambatan panas dan kecepatan aliran.
Karena jumlah persamaan pada umumnya adalah cukup besar, maka
perhitungan dengan metoda ini perlu dilakukan dengan menggunakan komputer.
Metoda elemen hingga menjadi tidak praktis jika tidak tersedia komputer dengan
kemampuan yang cukup. Metode elemen hingga mudah dipergunakan pada
masalah-masalah kontinum dengan bentuk yang tidak teratur dan terdiri dari
material yang berbeda. Metoda ini dapat juga dipergunakan pada m asalah “steady
state” dan “time dependent” serta untuk masalah-masalah dengan sifat material
yang non linier (Ketut, 2018).

16
2.9 ANSYS
Para ilmuan serta peneliti sekarang sedang giat mengetahui atau
mempelajari software analisis mekanik dan sebagainya untuk memudahkan
prediksi hasil dari pengujian eksperimen ke analisis elemen hingga atau ke
perangkat lunak ANSYS, panduan langsung yang kuat ini mengembangkan
pemahaman yang terperinci dan percaya diri tentang penggunaan alat analisis
ANSYS. Cara terbaik untuk mempelajari sistem yang kompleks adalah melalui
pengalaman langsung. Dengan pendekatan berbasis tutorial yang inovatif dan jelas,
buku yang hebat ini memberikan pengantar yang komprehensif kepada pembaca
untuk semua bidang dasar analisis teknik yang mungkin mereka perlukan baik
sebagai bagian dari studi mereka atau dalam mempercepat dengan menggunakan
ANSYS perangkat lunak dalam kehidupan kerja.(Nakasone,2006)
Serat komposit terdiri dari fasa serat dan matriks, serta fasa perilaku
mekanik komposit sangat ditentukan oleh sifat serat dan matriks. Struktur mikro
seperti bentuk serat, susunan serat, dan fraksi volume serat juga lebih penting dalam
menentukan sifat mekanik . Mikromekanis model telah digunakan untuk
memprediksi properti mulai dari sifat intrinsik dan konstituennya, dan model ini
menunjukkan sebagai akibatnya kekuatan serat tidak digunakan sepenuhnya adhesi
antarmuka matriks serat yang buruk dan panjang serat. materi dimodelkan
menggunakan asumsi tertentu dan dianalisis untuk sifat mekanik dengan perangkat
lunak metode elemen hingga (ANSYS).(Rajesh,2016)

Gambar 2.6 ANSYS Mechanical APDL

17
2.10 Cacat Pada Komposit
Pemilihan material merupakan salah satu langkah penting dalam
perancangan mesin. Material komposit adalah salah satu bahan alternatif yang
banyak digunakan untuk menggantikan bahan-bahan konvensional. Material
komposit memiliki sifat tahan korosi, ringan, tegangan tarik dan modulus elastisitas
yang baik dan ekonomis dibanding dengan material logam. Sehingga banyak
diaplikasikan pada produk bidang otomotif, elektronik, kontruksi, energi dan
bidang industri lain sejak dua decade terakhir. Akan tetapi, dibalik keunggulan sifat
mekanik dan fisik yang dimiliki, kelemahan yang menjadi permasalahan adalah
sifat getas (brittle). jenis cacat / defect material komposit adalah cacat delamination,
fiber pull-out, resin loss dan crack. Cacat delamination adalah cacat yang terjadi
pada kegagalan struktur pelapisan komposit yang disebabkan oleh dua lapisan yang
mengelupas akibat beban gaya yang diterima lebih besar dibandingkan dengan gaya
lekat antar lapisan. Cacat fiber pull-out adalah kondisi cacat pada jumlah serat
penguat material komposit yang terlepas dari matriksnya. Cacat resin loss adalah
lepasnya resin yang tidak mengikat secara penuh serat yang diakibatkan beban yang
diterima material komposit. Cacat crack adalah putusnya struktur komposisi
penyusun komposit akibat tegangan (Henry, 2016).

2.11 Penelitian Terdahulu


Berikut adalah rangkuman hasil penelitian terdahulu yang memiliki
keterkaitan dengan penelitian yang telah dilakukan.

Tabel 2.4 Penelitian Terdahulu

Nama dan
No Tahun Hasil
Publikasi
1 Harun N B eliu, Metode: Pengujian sifat mekanik kekuatan bending,
2016 kekuatan tarik, pada komposit widuri dan matrik
polyester. Dengan perlakuan NaOH 5% selama 1 jam.

18
Arah orientasi serat acak dengan ukuran serat 1 cm, 3
cm, dan 5 cm.
Hasil: Semakin panjang serat tidak berpengaruh pada
nilai kekuatan bending karena semakin panjang serat
tidak mengalami peningkatan kekuatan tetapi justru
mengalami penurunan kekuatan dimana nilai tegangan
bending tertinggi 62,8874 MPa dengan panjang serat 3
cm dan terendah 47,66055 MPa dengan panjang serat 5
cm.
2 Harini dan Sri Metode: Pengujian sifat mekanik kekuatan bending,
Enda kekuatan tarik, SEM, pada komposit sekam padi dan
Susilowati,2017 matrik urea formaldehide dengan variasi perlakuan
perbandingan sekam padi Vf = 30% ,40%, 50% dan
60% sedang urea formaldehide Vm = 70%, 60%, 50%,
40% dan perlakuan alkalisasi pada sekam padi masing-
masing direndam dalam larutan alkali selama 4 jam.
Hasil: Pengujian kuat tarik diperoleh nilai optimal pada
sampel dengan fraksi volume 40% dan ketebalan 5 mm
sebesar 0,4220 MPa.
3 Dedi Kurniadi, Metode : Perbandingan pengujian tarik antara
2019 eksperimen dan simulasi, pada komposit serat
tempurung kelapa dan matriks epoxy dengan variasi
fraksi berat 40g, 50g, dan 60g.
Hasil : Hasil pengujian bahan material komposit serbuk
arang tempurung kelapa dengan fraksi berat 60g
menggunakan metode elemen hingga merupakan hasil nilai
equivalent elastic strain yang tertinggi dari semua percobaan,
dan Hasil regangan bahan uji yang disimulasikan dengan
metode elemen hingga lebih renggang dibandingkan dengan
pengujian eksperimen.

19
4 Rajesh,2016 Metode : Simulasi komposit serat kelapa dengan
menggunakan Finite element method dengan resin yang
digunakan adalah polyester dengan material komposit
di asumsikan berdasarkan finite element methode dari
ANSYS software untuk mensimulasikan kekutan tarik
untuk mendapatkan tegangan dari vraksi volume serat
yakni dari 5%, 10%, 15%, dan 20% ..
Hasil : Dari percobaan dengan finite element methode
hasil yang didapatkan dapat diterima karena dari hasil
eksperimen dengan simulasi tidak jauh berbeda dengan
hasil tertinggi yakni vraksi volume serat 20% sebesar
3247,5 (MPa) dari data simulasi, dan dari data
eksperimen 3248 (MPa).
5 Astika, 2013 Metode : Metode : Benda uji pada penelitian ini adalah
komposit polimer. Komposit dibuat dengan penguat
serat sabut kelapa dan matriks resin Unsaturated-
Polyester (UPRs) jenis Yucalac 157 BQTN, campuran
1% hardener jenis MEKPO (Methyl Ethyl Ketone
Peroxide) dan perendaman serat dalam larutan alkali
NaOH 5%. Metode produksi adalah press hand lay up
dengan orientasi serat acak. Desain komposit
dengan variasi fraksi volume serat 20, 25 dan 30% dan
variasi panjang serat 5, 10 dan 15 mm. Sifat
mekanis yang diteliti adalah kekuatan tarik (ASTM-
D3039), impact (ASTM-D256) dan lentur
(ASTMD790) adalah 4% : 96%, 8%:92% dan 12% :
88%. dari serat ampas tebu dengan resin epoxy
Hasil : Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa
semakin besar fraksi volume dan panjang serat dalam
komposit maka kekuatan tarik, impact dan lentur

20
semakin tinggi. Mode patahan yang teramati adalah
patah getas, debonding, pullout dan crack deflection.

21
BAB 3
METODE PENELITIAN

Pada pengantar bab ini merupakan deskripsi singkat dari isi bab 3 Metode
Penelitian. Pada bab 3 metode penelitian ini dijelaskan mengenai: garis besar
penelitian, prosedur penelitian, diagram alir, bahan dan peralatan penelitian, serta
variabel penelitian yang digunakan pada penelitian.

3.1 Garis Besar Penelitian


Penelitian ini mempelajari mengenai simulasi sifat mekanik pada material
komposit berbasis serat sabut kelapa. Dilakukan pengujian tarik dan pengujian
bending dengan cara mensimulasikannya dengan metode elemen hingga
menggunakan menggunakan beberapa software. Secara garis besar penelitian ini
dilaksanakan dalam beberapa tahap, yakni tahap pengumpulan data, tahap
pengujian dan tahap pengolahan data pengujian. Pada tahap pengumpulan data
dilakukan pencarian data-data yang diperlukan untuk menunjang dilakukannya
penelitian simulasi ini dan dilakukannya studi literatur. Pada tahap simulasi
pengujian ini memasukan data data pengujian yang telah di dapatkan pada tahap
pengumpulan data serta memasukkan jenis jenis variabel yaitu, yang pertama
perlakuan delignifikasi dengan NaOH 5% terhadap serat sabut kelapa. Dengan
variabel panjang serat 5 mm, 10 mm, dan 15 mm dengan memberikan tiga variasi
void sebesar 2%, 4%, dan 6% pada masing – masing variabel. Kemudian pada tahap
pengujian dilakukan pengujian simulasi sifat mekanik terhadap sampel berupa
pengujian tarik sesuai standar ASTM D-638 dan pengujian bending ASTM D-790.
Setelah itu, data yang telah diperoleh setelah pengujian kemudian akan diolah dan
dianalisa untuk mendapatkan hasil penelitian.

1
3.2 Peralatan Penelitian
Berikut adalah peralatan dan bahan penelitian yang akan digunakan untuk
membuat komposit berpenguat serat sabut kelapa.
3.2.1 Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua kelompok
peralatan, yaitu:
1. Peralatan simulasi sampel yang terdiri dari
a. Laptop
Laptop berfungsi untuk sebagai perangkat untuk mensimulasikan pengujian
sampel.

b. Software
Beberapa software yang berfungsi sebagai aplikasi yang digunakan untuk
mensimulasikan pengujian sampel seperti pengujian tarik dan pengujian
bending.

3.2.1 Bahan Penelitian


Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua
kelompok peralatan, yaitu:
a. Serat kelapa (Cocos Nucifera Fiber)
Tabel 2.1 Komposisi Sabut Kelapa
Parameter Kadar (%)
Selulosa 26,6
Hemiselulosa 27,7
Lignin 29,4
Air 8
Komponen Ekstraktif 4,2
Uronat Anhidrat 3,5
Nitrogen 0,1
Abu 0,5

23
Tabel 2.2 Sifat Mekanik Serat Kelapa
Keterangan & satuan Nilai
Length(cm) 15-20
Diameter(μm) 100-450
Density(g/c 𝑚3 ) 1,15
Tensile strength(Mpa) 131-175
Modulus young(Gpa) 4-6
Elongation(%) 15-40

3.3 Prosedur Penelitian


3.3.1 Prosedur Tahapan Pengumpulan Data
Pada tahap ini dilakukan study literature dan pengumpulan data yang
dibutuhkan untuk pengujian simulasi tarik dan pengujian simulasi bending untuk
menunjangnya nilai nilai serta variable yang dibutuhkan dalam simulasi ini.

3.3.2 Prosedur Tahap Pengujian


Pada tahap pengujian terbagi menjadi beberapa bagian yakni pengujian tarik
dan pengujian bending, Pertama simulasi pengujian tarik, simulasi pengujian ini
memerlukan sampel yang sesuai dengan ketentuan standar ASTM D638 dimana
witdh of narrow dari spesimen 13+0,55mm, length of narrow 57+0,05mm, width
overall 19+64 mm, length overall max 165mm, gage lenth 50+0,25mm, distance
between grip 115-5mm, radius fillet 60+1mm . Setelah sampel sesuai dan siap,
maka dilakukan pengecekan data serta element type yang sesuai dengan model
pengujian. Setelah data semua dimasukkan data tersebut akan diproses
menggunakan beberapa software, kemudian dilakukan cara yang sama untuk
pengujian bending sesuai dengan standar ASTM D 790 untuk mendapatkan nilai
kelenturan dari sampel komposit serat kelapa.

3.3.3 Tahap Pengolahan Data Pengujian


Data yang telah diperoleh setelah pengujian kemudian akan diolah dan
dianalisa untuk mendapatkan hasil penelitian.. Pertama, data yang diperoleh dari
simulasi uji tarik digunakan untuk mencari nilai kekuatan tarik dan modulus

24
elastisitas komposit serat kelapa komposit serat kelapa , kemudian data dari proses
uji bending untuk mencari nilai kelenturan dari sampel komposit serat kelapa, hasil
perhitungan data tersebut kemudian ditampilkan menjadi data grafik yang
kemudian dianalisa menggunakan metode deskriptif, kemudian menganalisa
pengaruh defect void terhadap serat kelapa berdasarkan kekuatan tarik, dan
kelenturan pada sampel komposit serat kelapa kemudian menyimpulkan hasil
penelitian. Pada gambar dibawah ini void ditandai dengan lingkaran kecil.

Gambar 3.2 Void Pada Material Komposit

25
3.4 Diagram Alir Penelitian
Berikut adalah diagram alir penelitian.

Mulai

Identifikasi
Masalah

Studi Literatur

Pemgumpulan Data

Simulasi Pengujian

Pengujian Tarik Pengujian Bending

Analisis data dan


pembahasan

Kesimpulan
dan saran

Selesai

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

26
3.5 Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Tabel 3. 2 Variabel dan Variasi Pengujian Sampel Komposit Serat Kelapa


Pengujian
Kode Sampel
Tarik Bending
A Panjang Serat (5 mm, 10 mm, 15 mm) √ √
B Void (2%, 4%, 6%) √ √

27
DAFTAR PUSTAKA

ASTM D 638-02. Standard Test Method for Tensile Properties of Plastics. An


American National Standard. 2002
ASTM D790-02, Standard Test Methods for Flexural Properties of Unreinforced
and Reinforced Plastics and ,Electrical Insulating Materials.
Callister, W. (2010). Materials Science and Engineering (8th Edition). New York:
McGrawHill.
Carrijo, O.A., Liz, R.S. Makishima, N. 2002. “Fiber of Green Coconut shell as
Agriculture substratum”. Brazilian Horticulture, 20, 533-535
Dedi Kurniadi. (2018). ''Simulasi Kekuatan Mekanis Material Komposit
Tempurung Kelapa Menggunakan Metode Elemen Hingga". Medan.
Universitas Medan Area
Eko Putra, F. (2017). Penyeraapn Air pada Epoxy dan Poliester. Balikpapan:
Institut Teknologi Kalimantan.
Ramadevi Punyamurthy, Dhanalakshmi Sampathkumar. (2012) “Efefect Of Alkali
Treatment on Water Absorption of Singel Cellulosic Abaca Fiber”.
BioResources. 7(3) 3515-3524
Fahmi, H. (2011). Ppengaruh Orientasi Serat Pada Komposir Resin Poliester/Serat
Daun Nenas Terhadap Kekuatan Tarik. Jurnal Teknik Mesin Vol.1 No.1, 46-
52.
Gibson, R. F. 2012. Principles Of Composite Material Mechanics Third Edition.
CRC Prees Taylor & Francis Group, USA
Harsi, N. H. (2015). Karakteristik Kekuatan Bending dan Kekuatan Tekan
Komposit Serat Hybrid Kapas/Gelas Sebagai Pengganti Produk Kayu. (pp.
Vol. 5, No. 2, hal. 59-69). Mataram: Jurnal Jurusan Teknik Mesin Fakultas
Teknik Universitas Mataram.
Harini dan Sri Endah Susilowati. 2017. PENGARUH KEKUATAN BENDING
DAN TARIK BAHAN KOMPOSIT BERPENGUAT SEKAM PADI
DENGAN MATRIK UREA FORMALDEHIDE. Fakultas Teknik.
Universitas 17 Agustus 1945. Jakarta
Harun N. Beliu, 1Yeremias M. Pell,1Jahirwan Ut Jasron. 2016. Analisa Kekuatan

1
Tarik dan Bending pada Komposit Widuri - Polyester. Jurusan Teknik
Mesin, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana
Hassan, M., Qashqary, K., Hassan, H.A., Shady, E., & Alansary, M. (2012).
“Influence of Sportware Fabrics Properties on the Health and
Performanceof Athlete”. Fibers & Textile in Eastern Europe
Henry Widya Prasetya, Wayan Nata Septiadi, dan I.D.G Ary Subagia. (2016).
ANALISA CACAT DRILLING DARI MATERIAL HYBRID
KOMPOSIT LAMINASI SERAT KARBON-BASALT-EPOXY.
Universitas Udayana. Bali
Jumhan Munif, 2016. Pengaruh Variasi Naoh Terhadap Kekuatan Tarik
Komposit Mesokarp Kelapa. Universitas Negeri Semarang
Ketut Ngurah Tjerita. 2018. METODA ELEMEN HINGGA TORSI PADA
PENAMPANG BATANG NON-CIRCULAR. PROGRAM STUDI TEKNIK
SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA
Kaw, A.K., 1997, Mechanics of Composite Material, CRC Press, Boca Raton.
Maryanti, Budha, Ahmad As’ad Sonief, Slamet Wahyudi. 2011. “Pengaruh
Alkalisasi Komposit Serat Kelapa-Poliester Terhadap Kekuatan Tarik”.
Universitas Brawijaya: Malang.
Mawardi. I, Azwar, Rizal. A. 2017. “Kajian Perlakuan Serat Sabut Kelapa
Terhadap Sifat Mekanis Komposit Epoksi Serat Sabut Kelapa”. Politeknik
Negeri Lhokseumawe. Lhokseumawe.
M.Rajesh, T. Srinag, P. Phani Prasanthi, K.Venkataraovenkatrao. 2016. Finite
Element Analysis of Coir/Banana Fiber Reinforced Composite material. PVP
Siddhartha Institute of Technology, Andhra Pradesh, India
Putera, Rizky. (2012). Ekstraksi Serat Selulosa dari Tanaman Eceng Gondok
(Eichornia crassipes) dengan Variasi P elarut, Depok: Universitas Indonesia
Ramakrishna G, Sundararajan T (2005). Studies on the durability of natural fibres
and the effect of corroded fibres on the strength of mortar. Cement Conc.
Comp., 27(5): 575-582
Sumarauw, H. F. (2017). Sifat Mekanis Material Komposit Berpenguat Partikel
Cangkang Kepiting Menggunakan Variasi Fraksi Volume Partikel 10%,
20%, dan 30%. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Tortora, P. G. (1982). “Understanding Textile 2nd Edition”. New York:

29
Macmillan Publishing Co., Inc.
Triyono dan Diharjo, K. (2000). Serbuk Atau Fiber Dalam Bahan Komposit
Berperan Sebagai Bagian Utama Yang Menahan Beban. Bandung: Institut
Teknologi Bandung
Wahyudi, Slamet, Romels C. A. Lumintang, Rudy Soenoko. (2011). “Komposit
Hibrid Polyester Berpenguat Serbuk Batang dan Serat Sabut Kelapa”.
Universitas Brawijaya: Malang.
Wardhani, I.S, dkk. 2004. “Distribution of Chemical Compounds of Coconut Wood
(Cocos nucifera L.)”. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kayu Tropis, Vol.2, No.1

30

Anda mungkin juga menyukai