Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH SUSUNAN DAN RASIO SERAT ALAM (BAMBOO FIBER) YANG

DIFUMIGASI, BERPENGUAT CNTs-MWNT DENGAN METODE SQUEZE


CASTING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS MATRIX KOMPOSIT
BERBASIS BATUAN VULKANIK

Disusun Untuk Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan


Program Sarjana (S1) Pada Program Studi Teknik Mesin
Sekolah Tinggi Teknik Wiworotomo
Purwokerto

DI SUSUN OLEH :
Mokh. Rezazul Azmi
16.6.21-201.C.0863

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


SEKOLAH TINGGI TEKNIK WIWOROTOMO
PURWOKERTO
2020
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

PENGARUH SUSUNAN DAN RASIO SERAT ALAM (BAMBOO FIBER) YANG


DIFUMIGASI, BERPENGUAT CNTs-MWNT DENGAN METODE SQUEZE
CASTING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS MATRIX KOMPOSIT
BERBASIS BATUAN VULKANIK

Oleh :

Mokh. Rezazul Azmi


16.6.21-201.C.0863

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Bambang Sugiantoro, S.T., M.T. Tarsono Dwi Susanto, S.T., M.Pd.


NIDN. 0018067409 NIDN. 06171063064

Mengetahui :
Ketua Program Studi Teknik Mesin

Drs. Nugrah Rekto P, S.T., M.T.


NIDN. 0631056402
PENGARUH SUSUNAN DAN RASIO SERAT ALAM
(BAMBOO FIBER) YANG DIFUMIGASI, BERPENGUAT
CNTs-MWNT DENGAN METODE SQUEZE CASTING
TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS MATRIX
KOMPOSIT BERBASIS BATUAN VULKANIK

Mokh. Rezazul Azmi1, Bambang Sugiantoro, S.T., M.T2, Tarsono Dwi Susanto, S.T., M.Pd3
Program Studi Teknik Mesin STT Wiworotomo Purwokerto
1,2,3

Jl. Sumingkir No.1 Tlp (0281) 626266 Fax. (0281) 632870 Purwokerto Barat
1
Email : azmirezazul@gmail.com

Intisari – Bambu merupakan salah satu tumbuhan yang mudah tumbuh, memiliki kecepatan pertumbuhan tinggi dan tidak
memerlukan perawatan khusus.1,2 Sumber daya bambu yang cukup melimpah tersebut perlu ditingkatkan pemanfaatannya
agar dapat memberi sumbangan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Sebagai bahan dasar produk tekstil, teknologi
pengolahan serat bambu sesungguhnya telah berkembang dimana bahan baku bambu diproses melalui proses seperti
pembuatan bahan rayon viskosa. Dalam penelitian ini dilakukan ekstraksi serat bambu dari bambu tali (Gigantochloa apus)
yang dapat dipintal menjadi benang serat bambu sebagai bahan baku industri kreatif. Tujuan dari penelitian ini adalah
memperoleh metode optimum ekstraksi serat bambu dengan proses kombinasi kimia-mekanis yang lebih ramah lingkungan
dan mengevaluasi karakteristik serat bambu tali siap pintal yang dihasilkan. Desain penelitian yang di gunakan adalah
eksperimental, dalam penelitian ini adalah pasir merapi, fly ash dan CNTS serta matriks resin polyester sebagai pembentuk
material komposit atau matriknya. Pada pengujian bending, kekuatan bending terbesar terjadi pada komposit dengan volume
serat sabut kelapa 40% yaitu sebesar 294,38 Mpa dan kekuatan terkecil pada pengujian tarik dengan volume serat 60% yaitu
sebesar 232,38 Mpa. Pada fraksi ini menghasilkan tegangan bending paling besar dikarenakan jumlah serat alami yang
terdapat pada komposit sedikit dan dapat menghasilkan ikatan yang lebih padat. Sehingga komposit menjadi lebih lentur pada
saat dilakukan pengujian bending.

Kata kunci : Serat Bambu, Komposit, Uji SEM, Bending

Abstract – Bamboo is one of the plants that is easy to grow, has a high growth rate and does not require special care.1,2 This
abundant bamboo resource needs to be increased its utilization in order to contribute to national economic growth. As a basic
material for textile products, bamboo fiber processing technology has actually developed where bamboo raw materials are
processed through processes such as the manufacture of viscose rayon. In this study, the extraction of bamboo fibers from
bamboo ropes (Gigantochloa apus) can be spun into bamboo fiber yarn as raw material for creative industries. The purpose of
this research is to obtain the optimum method of bamboo fiber extraction with a chemical-mechanical combination process
that is more environmentally friendly and to evaluate the characteristics of the bamboo fiber ropes produced. The research
design used was experimental, in this research it was Merapi sand, fly ash and CNTS and a polyester resin matrix as a
composite material or matrix. In the bending test, the greatest bending strength occurred in the composite with a volume of
40% coconut coir fiber, namely 294.38 Mpa and the smallest strength in the tensile test with a fiber volume of 60% which was
232.38 Mpa. This fraction produces the greatest bending stress because the number of natural fibers present in the composite
is small and can produce a denser bond. So that the composite becomes more flexible when the bending test is carried out.

Key words: Bamboo Fiber, Composite, SEM test, Bending


I. PENDAHULUAN II. KAJIAN PUSTAKA
Bambu merupakan salah satu tumbuhan yang mudah Komposit adalah suatu material yang terbentuk dari
tumbuh, memiliki kecepatan pertumbuhan tinggi dan tidak kombinasi dua atau lebih material pembentuknya melalui
memerlukan perawatan khusus. Sumber daya bambu yang campuran yang tidak homogen, dimana sifat mekanik dari
cukup melimpah tersebut perlu ditingkatkan pemanfaatannya masing-masing material pembentuknya berbeda Dari campuran
agar dapat memberi sumbangan terhadap pertumbuhan tersebut akan dihasilkan material komposit yang mempunyai
ekonomi nasional. Dari sekitar 1500 jenis bambu di dunia sifat mekanik dan karakteristik ini yang berbeda dari material
terdapat sekitar 8 jenis bambu endemis yang tersebar di pembentuknya. Material komposit mempunyai sifat dari
Indonesia yang belum termanfaatkan secara optimal. material konvensional pada umumnya dari proses
Serat bambu memiliki sifat antibakteri dan dapat pembuatannya melalui percampuran yang tidak homogen,
digunakan sebagai bahan baku tekstil.4,5,6,7 Peningkatan nilai sehingga kita leluasa merencanakan kekuatan material
tambah penggunaan bambu sebagai bahan dasar industri tekstil komposit yang kita inginkan dengan jalan mengatur komposisi
pada saat ini adalah dengan mengolah tanaman bambu menjadi dari material pembentuknya. (Matthews dkk, 1993)
serat bambu. Karena serat yang digunakan sebagai penguat komposit,
Dalam penelitian ini dilakukan ekstraksi serat bambu maka serat inilah yang akan menentukan karakteristik material
dari bambu tali (Gigantochloa apus) yang dapat dipintal komposit, seperti : kekakuan, kekuatan serta sifat-sifat mekanik
menjadi benang serat bambu sebagai bahan baku industri yang lainnya. Seratlah yang menahan sebagian besar gaya-gaya
kreatif. Tujuan dari penelitian ini adalah memperoleh metode yang bekerja pada material komposit, sedangkan matrix
optimum ekstraksi serat bambu dengan proses kombinasi bertugas melindungi dan mengikat serat agar dapat bekerja
kimia-mekanis yang lebih ramah lingkungan dan mengevaluasi dengan baik. Salah satu keuntungan material komposit adalah
karakteristik serat bambu tali siap pintal yang dihasilkan. kemampuan material tersebut untuk diarahkan sehingga
Metode ekstraksi serat bambu meliputi proses degumming, kekuatannya dapat diatur hanya pada arah tertentu yang kita
pengelantangan, pencucian, softening dan opening. Pengaruh kehendaki. Hal ini dinamakan tailoring propeties dan ini
proses kimia dievaluasi melalui variasi konsentrasi NaOH 10 adalah salah satu sifat istimewa komposit dibandingkan dengan
dan 20 g/L di dalam perlakuan panas dan tekan menggunakan material konvensional lainnya. Selain kuat, kaku dan ringan
autoclave dengan tekanan 1 kg/cm2. Hasil karakterisasi fisik komposit juga memiliki ketahanan yang tinggi pula terhadap
menunjukkan bahwa serat bambu siap pintal diperoleh pada beban dinamis. (Hadi, 2011).
kondisi optimum proses degumming menggunakan konsentrasi Dalam penelitan yang dilakukan oleh Kuncoro Diharjo,
NaOH 20 g/L. Komposisi bundel serat bambu yang dihasilkan tentang pengaruh perlakuan alkali terhadap sifat tarik bahan
pada kondisi proses optimum mengandung 18,86% lignin dan komposit serat rami-polyester di dapatkan bahwa komposit
18,54% hemiselulosa. Hasil evaluasi sifat fisika menunjukkan alam adalah material yang memiliki potensi yang baik untuk
bahwa serat bambu yang dihasilkan memiliki kekuatan tarik dikembangkan di Indonesia. Mechanical bonding komposit
24,84 kg, nilai mulur rata-rata 48,1%, moisture regain 7,7%, yang diperkuat serat alam dapat ditingkatkan dengan perlakuan
moisture content 7,1%, dan tenacity 0,09 N/Tex. Serat bambu kimia serat atau mengunakan coupling agent. Perlakuan kimia,
yang dihasilkan dapat dipintal dengan baik menggunakan seperti perlakuan alkali, sering digunakan karena lebih
mesin jantra dan telah berhasil dibuat menjadi produk kreatif ekonomis. Tujuan penelitian ini adalah menyelidiki pengaruh
kerajinan.( Arena Tekstil Vol. 30 No. 2, Desember 2015: 95- perlakuan alkali terhadap sifat tarik komposit berpenguat serat
102 ). rami kontinyu dengan matriks polyester. Pengamatan visual
Tujuan dari penelitian ini antara lain: Menganalisa nilai dilakukan untuk menyelidiki mekanisme perpatahan. Serat
fraksi massa terbaik pada komposit serat bambu dengan rami direndam di dalam larutan alkali (5% NaOH) selama 0, 2,
matriks polyester, menganalisa pengaruh fraksi massa serat 4, dan 6 jam. Selanjutnya, serat tersebut dicuci menggunakan
bambu terhadap morfologi komposit serat bambu dengan air bersih dan dikeringkan secara alami.
matriks polyester, mengetahui karakteristik Mikro Struktur, Matrik yang digunakan dalam penelitian ini adalah resin
Sifat Kimia dan Sifat Mekanis komposit serat bambu. unsaturated polyester 157 BQTN dengan hardner MEKPO 1%.
Komposit dibuat dengan metode cetak tekan pada Vf = 35%. dalam praktek penelitian maka diperlukan suatu desain
Semua spesimen dilakukan post cure pada suhu 62oC selama 4 penelitian yang sesuai dengan kondisi, seimbang dengan dalam
jam. Spesimen uji tarik dibuat mengacu pada standar ASTM dangkalnya penelitian yang akan dikerjakan.
D638. Pengujian tarik dilakukan dengan mesin uji tarik dan Pengumpulan data yang di pakai adalah eksperimen,
perpanjangan diukur dengan menggunakan extensometer. yaitu melakukan serangkaian pengujian pada objek yang di
Penampang patahan diselidiki untuk mengidentifikasi teliti untuk mendapatkan data yang di perlukan sebagai bahan
mekanisme perpatahannya. Hasil penelitian yang dilakukan perhitungan.
menunjukkan bahwa kekuatan dan regangan tarik komposit
memiliki harga optimum untuk perlakuan serat 2 jam, yaitu 3.1 Gambar Diagram Alir
190.27 MPa dan 0.44%. Komposit yang diperkuat serat yang
dikenai perlakuan 6 jam memiliki kekuatan terendah.
Penampang patahan komposit yang diperkuat serat perlakuan
selama 0 jam, 2 jam, dan 4 jam diklasifikasikan sebagai jenis
patah slitting in multiple area. Sebaliknya, penampang patahan
komposit yang diperkuat serat perlakuan 6 jam memiliki jenis
patah tunggal. Kuncoro Diharjo menyimpulkan bahwa
komposit yang diperkuat serat rami dengan perlakuan 5%
NaOH selama 2 jam memiliki kekuatan tarik dan regangan
terbesar, yaitu σ = 190.27 MPa dan ε = 0.44%. Semakin lama
perlakuan serat rami, maka modulus elastisitas kompositnya
pun meningkat. Patahan komposit yang diperkuat serat rami
tanpa perlakuan dan dengan perlakuan 5% NaOH selama 2 jam
dapat diklasifikasikan sebagai jenis patah banyak (splitting in
multiple area). Penampang patahan komposit yang diperkuat
serat rami tanpa perlakuan didominasi perilaku kegagalan fiber
pull out. Namun pada komposit yang diperkuat serat dengan
perlakuan 5% NaOH, penampang patahannya mengindikasikan
tanpa adanya fiber pull out. (Diharjo, 2006).
Soemardi, Agustinus, Reksoprodjo, dan Widjajalaksmi,
2009 melakukan penelitian yang berjudul Karakteristik
Mekanik Komposit Lamina Serat Rami Epoxy Sebagai Bahan
Alternatif Soket Prostesis ini bertujuan untuk mendapatkan
karakteristik mekanik komposit serat alam khususnya serat
rami dengan matriks epoxy yang akan diaplikasikan sebagai
bahan alternatif pada desain soket prostesis. Pengujian
komposit lamina serat rami epoxy mengacu standar American
Society for Testing Material (ASTM) D 3039/D 3039M untuk
pengujian tarik dan ASTM D 4255/D 4255M-83 untuk
pengujian geser.
Gambar 3.1. Flowchart Penelitian
III. PENELITIAN
Metodelogi penelitian merupakan suatu cara untuk
memperoleh pengetahuan atau pemecahan masalah secara
sistematik dengan menggunakan metode ilmiah yang di kaji
dalam bentuk penelitian. Untuk menerapkan metode ilmiah
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Pengujian Bending
Tabel 4.1 Hasil Pengujian Bending
Tegangan
Lebar Tebal P Mak
Spes. Bending
( mm ) ( mm ) kN σ (MPa)
1 20 20 11,86 224.9
2 20 20 11,78 222.3
40%
3 20 20 21,26 436.0
Rata-Rata 294.4
Tegangan
Lebar Tebal Luas
Spes. Bending
( mm ) ( mm ) ( mm2 ) σ (MPa) Gambar 4.2. Grafik hubungan Tegangan bending
pengujian komposit serat bambu kelapa 50%
1 20 20 13,47 282.6
2 20 20 12,87 278.6
50%
3 20 20 12,88 278.8
Rata-Rata 280.0
Tegangan
Lebar Tebal Luas
Spes. Bending
( mm ) ( mm ) ( mm2 ) σ (MPa)
1 20 20 13.10 272.37
2 6.12 12.76 12.70 219.70
60%
3 6.96 12.08 11.80 205.07
Rata-Rata 232.38

Gambar 4.3. Grafik hubungan Tegangan bending


pengujian komposit serat bambu kelapa 60%

4.2 Analisa Pengujian Bending


Analisa tegangan bending rata – rata pada tiap specimen
dengan variasi volume serat bambu.
Tabel 4.15. Kekuatan bending rata-rata masing-masing
specimen :

Gambar 4.1. Grafik hubungan Tegangan bending


pengujian komposit serat bambu kelapa 40%
3. Foto makro patahan dengan pengujian 60%

Gambar 4.3. Hubungan volume serat bambu dan tegangan


bending rata-rata.
Gambar 4.4. Gambar Foto Makro 60%
4.3 Foto hasil pengujian
1. Foto makro patahan dengan pengujian 40%
V. KESIMPULAN
KESIMPULAN
Setelah dilakukan penelitian dan pengujian terhadap
komposit serat bambu dimana pengujian tersebut meliputi
pengujian kekuatan bending. Setelah mengamati data – data
hasil pengujian yang dihasilkan maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Ada pengaruh variasi volume serat sabut kelapa terhadap
kekuatan mekanik komposit yaitu kekuatan bending serat
bamboo.
Gambar 4.4. Gambar Foto Makro 40% 2. Pada pengujian bending, kekuatan bending terbesar terjadi
pada komposit dengan volume serat sabut kelapa 40%
2. Foto makro patahan dengan pengujian 50% yaitu sebesar 294,38 Mpa dan kekuatan terkecil pada
pengujian tarik dengan volume serat 60% yaitu sebesar
232,38 Mpa. Pada fraksi ini menghasilkan tegangan
bending paling besar dikarenakan jumlah serat alami yang
terdapat pada komposit sedikit dan dapat menghasilkan
ikatan yang lebih padat. Sehingga komposit menjadi lebih
lentur pada saat dilakukan pengujian bending.
.
SARAN
Agar terciptanya komposit yang lebih baik, untuk
peneliti yang akan melanjutkan penelitian tentang komposit
Gambar 4.4. Gambar Foto Makro 50% serat sabut kelapa dapat memperhatikan saran – saran sebagai
berikut :
1. Diharapkan pengujian material dapat dilakukan dikampus [9] Kusumastuti, A., 2009, Aplikasi Serat Sisal sebagai
sendiri sehingga memudahkan mahasiswa dalam Komposit Polimer, Jurusan Teknologi Jasa dan
mendapatkan data yang paling akurat dan tepat. Produksi, Universitas Negeri Semarang, Jurnal
Kompetensi Teknik Vol. 1, No. 1, November
2. Pengujian diharapkan dengan waktu yang lebih awal
2009
sehingga mahasiswa dapat melakukan analisa dengan tepat.
3. Didalam pembuatan spesimen benda uji perlu diperhatikan [10] Lokantara, P., 2012, Analisis Kekuatan Impact Komposit
sekali komposisi campuran antara resin dan hardener, Polyester-Serat Tapis Karakterisasi Sifat
karena ini sangat mempengaruhi kekeringan material Mekanis Material Biokomposit Unidirectional
komposit yang dapat berpengaruh terhadap sifat mekanis Laminae Serat Heliconia-Resin Poliester Kelapa
material tersebut. Dengan Variasi Panjang Dan Fraksi Volume
Serat Yang Diberi Perlakuan NaOH, Fakultas
4. Didalam pembuatan spesimen perlu diperhatikan
Teknik, Bali: Universitas Udayana, Kampus
gelembung-gelembung udara pada resin karena Bukit Jimbaran.
berpengaruh terhadap sifat mekanis material komposit.
5. Untuk dilanjutkan dengan variasi komposisi dangan [11] Manik, P. Chrismiyanto, D. Hadi, E. S. 2005. “Kajian
bahan/material lainnya. Teknis Penggunaan Serat Bambu sebagai
Alternatif Bahan Komposit Pembuatan Kulit
Kapal ditinjau dari Kekuatan Bending dan
Kekuatan Impak” Laporan Kegiatan. Semarang:
Daftar Pustaka
Universitas Diponegoro.
[1] Anonim, 2018. Serat. https://id.wikipedia.org/wiki/Serat.
[12] Mubarak, A., 2006, Karakterisasi Sifat Mekanis Material
(diakses tanggal 27 oktober 2020)
Biokomposit Unidirectional Laminae Serat
Heliconia-Resin Poliester. IPB: Jurusan Fisika,
[2] Arbintarso, Ellyawan S, 2009. Tinjauan Kekuatan
FMIPA.
Lengkung Papan Serat Sabut Kelapa Sebagai
Bahan teknik, Kalimantan Selatan: Universitas
[13] Prasetysningrum, Aji, dkk 2009. Optimasi Proses
Lambung Mangkurat.
Pembuatan Eceng Gondok Untuk Menghasilkan
Komposit Serat Dengan Kualiatas Fisik dan
[3] Diharjo, K., 2006, Pengaruh Perlakuaan Alkali terhadap
Mekanik yang Tinggi, Riptek, Vol.3, No.1,
Sifat Tarik Bahan Komposit Serat Rami-Poyester.
Semarang: Universitas Diponegoro Semarang.
[4] Gere, James M dan Stephen P Timoshenko. 2000.
[14] Purboputro, I Pramuko. 2006. Pengaruh Panjang Serat
Mekanika Bahan. Semarang: Erlangga,
Terhadap Kekuatan Impak Komposit Eceng
Gondok dengan Matriks Poliester. Surakarta:
[5] Hardoyo, K., 2008, Karakterisasi Sifat Mekanis Komposit
Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah. Saito,
Partikel SiO2 dengan Matrik Resin Polyester,
Shinroku dan Surdia Tata.2005. Bahan Industri.
Tesis FMIPA, Program Studi Ilmu Material, UI.
Jakarta: Pradnya paramita.
[6] Hyer, M.W., 1998, Stress Analysis of Fiber-reinforced
[15] Sari, Noor Miraad, dkk. 2014. Sifat Fisika Mekanika
Composite Materials, The Mc Graw Hill
Papan Partikel dari Pelepah Nipah (Nyfa
Companies.
Fruticans Wurmb) dan Serbuk Gergaji dengan
Perekat Urea Formaldehyde. Jurnal Hutan Tropis
[7] Imam Jalaluddin Al-Mahalli dan Imam Jalaluddin As-
Vol. 2 No.2. Kalimantan Selatan: Universitas
Suyuti. 2000. Tafsir Jalalain. Bandung: Sinar
Lambung Mangkurat.
Baru Algensindo.
[16] Schwartz, 1992.Material Komposit Handbook . 2nded,.
[8] Jones, M.R. 1975. Mechanics of Composite Materials. Mc
Mc Graw-Hill Inc., New Jersey. SNI (Standar
Graw Hill Kogakusha, Ltd.
Nasional Indonesia): 01-4449-2006: Badan
Standarisasi Nasional
[17] Stevens, Malcolm P, 2007. Kimia Polimer. Jakarta:
Pradnya paramita,

Anda mungkin juga menyukai