Anda di halaman 1dari 111

BIOETANOL DARI KULIT SINGKONG DAN AMPAS TEBU

DENGAN VARIASI MASSA RAGI

HALAMAN JUDUL

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh


Memperoleh Gelar Sarjana S-1

MUHAMMAD IBNU CANDRA MUSTOFA


1810816110003

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2021

i
LEMBAR PENGESAHAN

SKRIPSI PROGRAM STUDI S1 TEKNIK MESIN

Nama Mahasiswa : Muhammad Ibnu Candra Mustofa


NIM : 1810816110003
Judul: : Bioetanol Dari Kulit Singkong dan Ampas Tebu Dengan
Variasi Massa Ragi
Lembar pengesahan ini menyatakan bahwa Skripsi yang dibuat oleh mahasiswa
diatas telah diujikan dan disetujiui oleh Komite Penguji dan Komite Pembimbing
Sidang Skripsi pada tanggal

Komite Penguji TTD


Ketua
Dr. Eng Apip Amrullah, S.T., M.Eng
Anggota I
M. Nizar Ramadhan, S.T., M.T.
Anggota II
Dr. Aqli Mursadin, S.T., M.T.

Komite Pembimbing TTD


Pembimbing I
Pathur Razi Ansyah, S.T., M.Eng
Mengetahui,
Koordinator Program Studi Teknik Mesin
Dr. Ir. Rachmat Subagyo, S.T., M.T.

2
PERNYATAAN ORISINALITAS
SKRIPSI
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang
pengetahuan saya, di dalam naskah skripsi ini tidak mendapat karya ilmiah yang
di ajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan
Tinggi dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah di tulis atau di
terbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis di kutip dari naskah ini dan di
sebutkan dalam sumber kutipan dari daftar pustaka.

Apabila ternyata dalam naskah skripsi ini dapat di buktikan terdapat


unsur- unsur jiplakan skripsi. Saya bersedia Skripsi (Sarjana) dibatalkan, serta
diproses sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun
2003, pasal 25 ayat 2 pasal 70).

Banjarbaru, Desember 2021

Muhammad Ibnu Candra M.


NIM. 1810816110003

3
RIWAYAT HIDUP

Muhammad Ibnu Candra Mustofa lahir di Tapin, 20 Mei pada tahun 2000.
Anak ke 1 dari Bapak Suwardi dan Ibu Nuryati. Menyelesaikan Pendidikan di
SDN Binuang 2 (2006-2012), SMPN 1 Binuang (2012-2015), SMAN 1 Binuang
(2015-2018). Melanjutkan Pendidikan jurusan Teknik Mesin di Fakultas Teknik
Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru, Kalimantan Selatan, tahun
angkatan 2018.

Banjarbaru, Desember 2021

Muhammad Ibnu Candra M.


NIM. 1810816110003

4
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji dan Syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul ”
Bioetanol Dari Kulit Singkong dan Ampas Tebu Dengan Variasi Massa Ragi”.
Shalawat serta Salam selalu tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW,
beserta sahabat, kerabat, serta pengikut beliau hingga akhir zaman.
Selesainya penulisan skripsi ini tentunya tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati saya
menyampaikan rasa syukur kepada Allah SWT dan ucapan terimakasih yang
sebesar-besarnya khususnya kepada :
1. Ayah dan Ibu, yang mana telah memberikan dukungan baik berupa doa,
dana maupun ucapan semangat, sehingga saya dapat mengerjakan skripsi ini
dengan sebaik-baiknya.
2. Bapak Prof. Dr. H. Sutarto Hadi, M.S., M.Sc. selaku Rektor Universitas
Lambung Mangkurat.
3. Bapak Dr. Bani Noor Muchamad, S.T., M.T. selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Lambung Mangkurat.
4. Bapak Dr. Rachmat Subagyo, S.T., M.T. selaku Ketua Program Studi
Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat.
5. Bapak Herry Irawansyah, S.T., M.Eng. selaku kordinator Skripsi.
6. Bapak Pathur Razi Ansyah, S.T., M.Eng selaku Dosen Pembimbing dalam
penyelesaian Skripsi, yang telah mendorong, membimbing dan memberikan
arahan kepada penulis untuk menyelesaikan Skripsi ini.
7. Bapak Dr. Eng Apip Amrullah, S.T., M.Eng. selaku ketua penguji
8. Bapak M. Nizar Ramadhan, S.T., M.T. selaku Dosen penguji
9. Bapak Dr. Aqli Mursadin, S.T., M.T. selaku Dosen penguji
10. Seluruh Dosen Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas
Lambung Mangkurat.
11. Seluruh kawan-kawan angkatan 2018 yang telah mendukung
terselesaikannya Skripsi ini.

5
12. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya Skripsi ini
yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
Dalam kesempatan ini pula saya menyampaikan mohon maaf yang
sebesar- besarnya apabila terdapat kekurangan dalam penyusunan Skripsi
ini, karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak sangatlah saya
harapkan demi kemajuan kita Bersama.

Banjarbaru, Desember 2021

Muhammad Ibnu Candra M.


NIM. 1810816110003

6
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penelitian skripsi yang berjudul “Bioetanol dari kulit
singkong dan ampas tebu dengan variasi massa ragi” bisa dilaksanakan.
Banyak kendala yang dihadapi oleh penulis dalam penyusunan skripsi ini,
yang hanya dengan bantuan berbagai pihak, maka skripsi ini dapat selesai tepat
pada waktunya. Dalam kesempatan ini penulis dengan tulus menyampaikan
ucapan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua serta seluruh anggota keluarga yang telah
memberikan dorongan yang berupa materi maupun moral.
2. Bapak Dr. Ir. Rachmat Subagyo, S.T., M.T. selaku Ketua program
Studi Teknik mesin Universitas Lambung Mangkurat.
3. Bapak Pathur Razi Ansyah, S.T., M.Eng selaku Dosen Pembimbing
dalam penyelesaian Skripsi, yang telah mendorong, membimbing
dan memberikan arahan kepada penulis untuk menyelesaikan
Skripsi ini.
4. Bapak Dr. Eng Apip Amrullah, S.T., M.Eng. selaku ketua penguji
5. Bapak M. Nizar Ramadhan, S.T., M.T. selaku Dosen penguji
6. Bapak Dr. Aqli Mursadin, S.T., M.T. selaku Dosen penguji
7. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Lambung
Mangkurat
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Skripsi ini masih banyak terdapat
kekurangan yang tidak disengaja. Oleh karena itu penulis mengharapkan adanya
penelitian lebih lanjut. Akhir kata, semoga skripsi ini berguna bagi pengembangan
ilmu dan teknologi khususnya dalam bidang teknik mesin.

Banjarbaru, 5 Oktober 2021

7
Penulis

HALAMAN IDENTITAS TIM PENGUJI

JUDUL SKRIPSI :

BIOETANOL DARI KULIT SINGKONG DAN AMPAS TEBU DENGAN


VARIASI MASSA RAGI

Nama : Muhammad Ibnu Candra Mustofa

NIM : 1810816110003

Program Studi : Teknik Mesin

Konsentrasi : Konversi Energi

KOMITE PEMBIMBING

Pembimbing : Pathur Razi Ansyah, S.T., M.Eng.

KOMITE PENGUJI

Ketua : Dr. Eng Apip Amrullah, S.T., M.Eng.

Penguji I : M. Nizar Ramadhan, S.T., M.T.

Penguji II : Dr. Aqli Mursadin, S.T., M.T.

Waktu dan Tempat Ujian Skripsi

Seminar Proposal: Rabu, 06 Oktober 2021

Seminar Hasil : Kamis, 23 Desember 2021

Ujian Akhir : Kamis, 30 Desember 2021

Tempat : Ruang Sidang PSTM

8
SK Penguji :

9
LEMBAR KONSULTASI PROPOSAL
SKRIPSI

Nama Mahasiswa : Muhammad Ibnu Candra Mustofa


NIM : 1810816110003
Judul Skripsi : Bioetanol dari kulit singkong dan ampas tebu
dengan variasi massa ragi.
No Tanggal Materi Konsultasi TTD

1 25-08-2021 - Konsultasi Judul


2 28-08-2021 - Studi Literatur
3 01-09-2021 - -Pengkajian lebih dalam tentang
pretreatment
4 04-09-2021 - Perbaikan tujuan, minimal 3
5 14-09-2021 - Perbaikan Judul, Bioetanol dari.....
- Bab 1
- Istilah asing cetak miring
- Masukkan Informasi yang beda
pada paragraf 2
- Pengantar paragraf pada massa ragi
- Penambahan variasi mesh
- Rumusan masalah : berapa kadar
etanol terbaik yang dihasilkan dari..
- Hapus pengaruh pH
- Bab 2
- Penelitian terdahulu : perbaiki
penulisan
- Tambahkan tabel kandungan pada
ampas tebu dan kulit singkong
- Tambahkan gambar
- Tambahkan landasan teori SNI
- Bab 3
- Perbaikan rancangan dan prosedur
penelitian
- Penambahan Tabel
6 16-09-2021

Banjarbaru, September 2021


Pembimbing

Pathur Razi Ansyah, M.Eng

NIP. 199210182019031010

10
LEMBAR KONSULTASI SKRIPSI

Nama : Muhammad Ibnu Candra


Mustofa
NIM : 1810816110003
Judul Skripsi : Bioetanol dari kulit singkong dan ampas tebu
dengan
No Tanggal Materi Konsultasi

1 22-10-2021 - Laporan persiapan bahan


2 23-10-2021 - Dokumentasi kegiatan
3 04-11-2021 - Update proses
Kuantifikasi warna
4 11-11-2021 - Laporan hasil distilasi
5 06-12-2021 - Konsultasi Bab 4-5
6 09-12-2021 - Rumusan masalah dan tujuan kc
3 diganti menjadi
pengaruhMassa ragi
terhadap warna
7 12-09-2021 Konsultasi bab 1-5

variasi massa ragi

Banjarbaru, 12 Desember
2021
Pembimbing

Pathur Razi Ansyah, M.Eng

11
NIP. 199210182019031010

12
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vii
DAFTAR TABEL....................................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................4
1.3 Tujuan........................................................................................................4
1.4 Manfaat......................................................................................................4
1.5 Batasan Masalah........................................................................................4
1.6 Sistematika Penulisan.................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................6
2.1 Penelitian terdahulu.....................................................................................6
2.2 Ampas Tebu................................................................................................7
2.3 Kulit Singkong............................................................................................8
2.4 Selulosa.....................................................................................................10
2.5 Bioetanol...................................................................................................11
2.6 Pretreatment...............................................................................................13
2.7 Hidrolisis...................................................................................................14
2.8 Fermentasi.................................................................................................16
2.9 Saccharomyces cerevisiae.........................................................................18
2.10 Distilasi.....................................................................................................18
2.11 Analisa Kadar Bioetanol.........................................................................19
2.12 Standar SNI..............................................................................................22
2.13 Bioetanol Terhadap Rekayasa mesin........................................................23

ii
2.14 Uji Signifikansi dengan SPSS...................................................................24
BAB III METODE PENELITIAN.......................................................................25
3.1 Tempat dan waktu......................................................................................25
3.2 Alat dan Bahan..........................................................................................25
3.3 Prosedur Penelitian....................................................................................25
3.3.1 Persiapan Sampel...................................................................................25
3.3.2 Proses Pretreatment...............................................................................26
3.3.3 Proses Hidrolisis....................................................................................26
3.3.4 Proses Penentuan pH.............................................................................26
3.3.5 Proses Fermentasi..................................................................................27
3.3.6 Proses Pemisahan dengan Distilasi......................................................28
3.4 Prosedur Pengujian...................................................................................28
3.4.1 Analisa Kadar Bioetanol.......................................................................28
3.4.2 Pengujian warna dengan colour grab....................................................28
3.5 Variabel Penelitian.....................................................................................28
3.6 Diagram alir................................................................................................30
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................31
4.1 Hasil Fermentasi Serta Distilasi Ampas Tebu dan Kulit Singkong...........31
4.2 Uji Signifikansi Dengan SPSS Untuk Pengambilan Keputusan.................33
4.2.1 Perumusan Hipotesis.............................................................................33
4.2.2 Dasar Pengambilan Keputusan.............................................................33
4.2.3 Pengujian Hipotesis Pengaruh Kombinasi Bahan Terhadap Kadar
Alkohol (H1)...................................................................................................34
4.2.4 Pengujian Hipotesis Pengaruh Massa Ragi Terhadap Kadar Alkohol
(H2).................................................................................................................34
4.2.5 Pengujian Hipotesis Pengaruh Kombinasi Bahan Terhadap Randemen
(H3).................................................................................................................35
4.2.6 Pengujian Hipotesis Pengaruh Massa ragi Terhadap Randemen (H4). .36
4.3 Pengaruh Komposisi Bahan Dan Massa Ragi Terhadap Kadar Alkohol....36

iii
4.4 Pengaruh Komposisi Bahan Dan Massa Ragi Terhadap pH Fermentasi....39
4.5 Pengaruh Komposisi Bahan Dan Massa Ragi Terhadap Randemen...........41
4.6 Pengaruh Komposisi Bahan, Massa Ragi Terhadap Warna Hasil Distilasi
(Hue, Saturation dan Value)...............................................................................51
4.7 Hasil Pengujian GC-MS (Gas Chromatography Mass Spectrometry)........65
4.8 Bioetanol Sebagai Bahan Bakar.................................................................68
4.9 Dampak Pemakaian Bioetanol....................................................................69
4.10 Bioetanol Terhadap Rekayasa Mesin........................................................70
4.11 Potensi Penerapan Industri Bioetanol Di Indonesia ……………………70

BAB V PENUTUP.................................................................................................71
5.1 Kesimpulan................................................................................................71
5.2 Saran........................................................................................................71
DAFTAR PUSTAKA

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Ampas Tebu.........................................................................................8


Gambar 2.2 Kulit Singkong.....................................................................................9
Gambar 2.3 Cara penggunaan pen refractometer..................................................20
Gambar 2.4 Cara penggunaan pen refractometer..................................................20
Gambar 2.5 Cara kerja GC-MS..............................................................................21
Gambar 2.6 Hasil dari GC-MS..............................................................................22

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian


.....................................................................30

Gambar 4.1 Pengaruh komposisi bahan dengan massa ragi 4 gram terhadap
kadar alkohol yang dihasilkan 37

Gambar 4.2 Pengaruh komposisi bahan dengan massa ragi 6 gram terhadap kadar
alkohol yang dihasilkan..........................................................................37
Gambar 4.3 Pengaruh komposisi bahan dengan massa ragi 8 gram terhadap kadar
alkohol yang dihasilkan..........................................................................37
Gambar 4.4 Perbandingan pengaruh komposisi bahan dengan massa ragi 4, 6 dan
8 gram terhadap kadar alkohol yang dihasilkan......................................38
Gambar 4.5 rata - rata kadar alkohol yang dihasilkan dari bahan ampas tebu dan
kulit singkong..........................................................................................38
Gambar 4.6 Pengaruh komposisi bahan dengan massa ragi 4 gram terhadap pH
yang dihasilkan.......................................................................................39
Gambar 4.7 Pengaruh komposisi bahan dengan massa ragi 6 gram terhadap pH
yang dihasilkan.......................................................................................40
Gambar 4.8 Pengaruh komposisi bahan dengan massa ragi 8 gram terhadap pH
yang dihasilkan.......................................................................................40
v
Gambar 4.9 Pengaruh komposisi bahan dengan massa ragi 4, 6 dan 8 gram
terhadap pH yang dihasilkan..................................................................40
Gambar 4.10 Pengaruh komposisi bahan dengan massa ragi 4 gram terhadap
randemen yang dihasilkan.......................................................................49
Gambar 4.11 Pengaruh komposisi bahan dengan massa ragi 6 gram terhadap
randemen yang dihasilkan.......................................................................49
Gambar 4.12 Pengaruh komposisi bahan dengan massa ragi 8 gram terhadap
randemen yang dihasilkan.......................................................................50
Gambar 4.13 Pengaruh komposisi bahan dengan massa ragi 4, 6 dan 8 gram
terhadap randemen yang dihasilkan........................................................50
Gambar 4.14 Pengaruh komposisi bahan dengan massa ragi 4 gram terhadap.....54
Gambar 4.15 Pengaruh komposisi bahan dengan massa ragi 6 gram terhadap....54
Gambar 4.16 Pengaruh komposisi bahan dengan massa ragi 8 gram terhadap.....55
Gambar 4.17 Pengaruh komposisi bahan dengan massa ragi 4, 6 dan 8 gram
terhadap warna (hue) yang dihasilkan...................................................................55
Gambar 4. 18 Pengaruh komposisi bahan dengan massa ragi 4 gram terhadap....56
Gambar 4.19 Pengaruh komposisi bahan dengan massa ragi 6 gram terhadap.....56
Gambar 4.20 Pengaruh komposisi bahan dengan massa ragi 8 gram terhadap.....57
Gambar 4.21 Pengaruh komposisi bahan dengan massa ragi 4, 6 dan 8 gram
terhadapWarna (Saturation) yang dihasilkan........................................................57
Gambar 4.22 Pengaruh komposisi bahan dengan massa ragi 4 gram terhadap.....58
Gambar 4.23 Pengaruh komposisi bahan dengan massa ragi 6 gram terhadap
Warna (Value) yang dihasilkan..............................................................................58
Gambar 4.24 Pengaruh komposisi bahan dengan massa ragi 8 gram terhadap.....59
Gambar 4.25 Pengaruh komposisi bahan dengan massa ragi 4, 6 dan 8 gram
terhadap Warna (Value) yang dihasilkan...............................................................59
Gambar 4.26 Bio-etanol 100 gram ampas tebu - 0 gram kulit singkong massa ragi
4 gram....................................................................................................................60

vi
Gambar 4.27 Bio-etanol 100 gram ampas tebu - 0 gram kulit singkong massa ragi
6 gram....................................................................................................................60
Gambar 4.28 Bio-etanol 100 gram ampas tebu - 0 gram kulit singkong massa ragi
8 gram....................................................................................................................60
Gambar 4. 29 Bio-etanol 75 gram ampas tebu - 25 gram kulit singkong massa ragi
4 gram....................................................................................................................61
Gambar 4.30 Bio-etanol 75 gram ampas tebu - 25 gram kulit singkong massa ragi
6 gram....................................................................................................................61
Gambar 4.31 Bio-etanol 75 gram ampas tebu - 25 gram kulit singkong massa ragi
8 gram....................................................................................................................61
Gambar 4.32 Bio-etanol 50 gram ampas tebu - 50 gram kulit singkong massa ragi
4 gram....................................................................................................................62
Gambar 4.33 Bio-etanol 50 gram ampas tebu - 50 gram kulit singkong massa ragi
6 gram....................................................................................................................62
Gambar 4.34 Bio-etanol 50 gram ampas tebu - 50 gram kulit singkong massa ragi
8 gram....................................................................................................................62
Gambar 4.35 Bio-etanol 25 gram ampas tebu - 75 gram kulit singkong massa ragi
4 gram....................................................................................................................63
Gambar 4.36 Bio-etanol 25 gram ampas tebu - 75 gram kulit singkong massa ragi
6 gram....................................................................................................................63
Gambar 4.37 Bio-etanol 25 gram ampas tebu - 75 gram kulit singkong massa ragi
8 gram....................................................................................................................63
Gambar 4.38 Bio-etanol 0 gram ampas tebu - 100 gram kulit singkong massa ragi
4 gram....................................................................................................................64
Gambar 4.39 Bio-etanol 0 gram ampas tebu - 100 gram kulit singkong massa ragi
6 gram....................................................................................................................64
Gambar 4.40 Bio-etanol 0 gram ampas tebu - 100 gram kulit singkong massa ragi
8 gram....................................................................................................................64

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Persentase Kandungan Pada Ampas Tebu...............................................8


Tabel 2.2 Persentase Kandungan Pada Kulit Singkong...........................................9
Tabel 2.3 Sifat fisik etanol.....................................................................................12

Tabel 3.1 Kombinasi campuran ampas tebu dan kulit


singkong............................26

Tabel 3.2 Variasi massa ragi setelah bahan dihidrolisis........................................27

Tabel 4.1 Data Hasil Fermentasi dan Distilasi Sampel 1..............,,,,,,,..................31

Tabel 4.2 Data Hasil Fermentasi dan Distilasi Sampel 2.......................................32


Tabel 4.3 Data Hasil Fermentasi dan Distilasi Sampel 3.......................................32
Tabel 4.4 Hasil rata – rata fermentasi dan destilasi Sampel 1, 2 dan 3..................33
Tabel 4.5 perbandingan warna hasil distilasi sampel 1..........................................51
Tabel 4.6 perbandingan warna hasil distilasi sampel 2..........................................52

viii
Tabel 4.7 perbandingan warna hasil distilasi sampel 3..........................................52
Tabel 4.8 perbandingan warna hasil distilasi sampel rata - rata............................53
Tabel 4.9 Hasil pengujian GC-MS distilasi cairan fermentasi 100 gram ampas
tebu - 0 gram kulit singkong dengan massa ragi 6 gram.......................................65
Tabel 4.10 Hasil pengujian GC-MS distilasi cairan fermentasi 100 gram ampas
tebu - 0 gram kulit singkong dengan massa ragi 8 gram.......................................65
Tabel 4.11 Hasil pengujian GC-MS distilasi cairan fermentasi 75 gram ampas
tebu - 25 gram kulit singkong dengan massa ragi 8 gram.....................................66
Tabel 4.12 Hasil pengujian GC-MS distilasi cairan fermentasi 50 gram ampas
tebu - 50 gram kulit singkong dengan massa ragi 8 gram.....................................66
Tabel 4.13 Hasil pengujian GC-MS distilasi cairan fermentasi 25 gram ampas
tebu - 75 gram kulit singkong dengan massa ragi 8 gram.....................................66
Tabel 4.14 Hasil pengujian GC-MS distilasi cairan fermentasi 0 gram ampas tebu
- 100 gram kulit singkong dengan massa ragi 8 gram...........................................67

ix
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Semakin menipisnya cadangan minyak bumi di dunia demikian pula di
Indonesia salah satunya dipicu oleh ketergantungan kita pada konsumsi energi
dari minyak bumi. Keadaan ini juga didorong oleh kebutuhan energi minyak yang
semakin naik di bidang transportasi maupun tumbuhnya sektor industri di
Indonesia. Hal tersebut memaksa kita untuk mencari, memanfaatkan dan
mengembankan sumber energi baru yang renewable sebagai pengganti bahan
bakar minyak bumi (Sasongko, 2018).
Pertumbuhan penduduk dunia yang cukup tinggi dari tahun ke tahun dan
diperkirakan saat ini sudah mencapai 7,6 miliar orang. Bertambahnya jumlah
penduduk dunia ini berimbas dengan peningkatan kebutuhan sarana transportasi
yang pada akhirnya mempengaruhi jumlah kebutuhan bahan bakar. Bahan bakar
fosil merupakan bahan bakar terbanyak yang digunakan saat ini. Namun
ketersediaan bahan bakar tidak terbarukan ini semakin menipis dan sudah tidak
bisa diandalkan di masa yang akan datang. Disisi lain energi fosil juga menjadi
penyebab Pemanasan yang terjadi di bumi karena disebabkan dari limbah
pembakarannya yang dapat mengurangi lapisan ozon. Hal Ini juga mendorong
pengembangan bahan bakar alternatif. Polusi lingkungan yang terjadi karena
membakar bahan bakar fosil memiliki dampak terhadap kehidupan manusia,
hewan dan bahkan tanaman. (Arlianti, 2018).
Akibatnya, mengeksplorasi dan mengembangkan energi substitusi agar
terus ditingkatkan. Untuk itu pencarian sumber energi alternatif untuk bahan
bakar harus dikembangkan sehingga dapat diaplikasikan untuk penggunaan
massal. Saat ini sumber energi bahan bakar dari sumber alam sudah banyak
dikembangkan. Salah satu sumber energi tersebut adalah bioetanol. Bioetanol
sudah dikembangkan di berbagai belahan dunia dan saat ini Brazil dan Amerika
Serikat merupakan negara produsen bioetanol terbesar di dunia. Brazil
memproduksi bioetanol dari tebu dengan jumlah produksi pada tahun 2004 sekitar
15 juta m3. Sedangkan Amerika Serikat memproduksi bioetanol dari jagung
dengan produksi 14 juta m3 pada tahun yang sama. Sedangkan Spanyol menjadi

1
2

negara terbesar di eropa yang memproduksi bioetanol. Biomassa adalah energi


yang berasal dari bahan limbah organik dan juga memiliki berbagai variasi
beragam. Energi dari biomassa dapat dihasilkan dari tanaman, pertanian,
perkebunan, bahkan limbah dari domestik dan limbah peternakan. Biomassa ini
tentu tidak akan menyebabkan akumulasi gas 𝐶𝑂2. Hasil konversi biomassa dapat
biogas, bioetanol, biodiesel, arang, dll. Tentu saja, diharapkan dapat digunakan
sebagai alternatif energi yang saat ini digunakan, yaitu ampas tebu dan singkong
adalah bahan yang berpotensi berfungsi sebagai energi alternatif daripada etanol
(Arlianti, 2018).
Bioetanol adalah salah satu energi alternatif baru yang berasal dari makhluk
hidup, seperti tumbuh-tumbuhan (Ahmad Dkk., 2020). Bioetanol ini dapat
menjadi energi alternatif untuk mencukupi kebutuhan bahan bakar yang semakin
hari semakin meningkat. Berdasarkan Roadmap Sektor Energi Bioetanol, pada
tahun 2011-2015 pembuatan bioetanol di Indonesia masih bertumpu pada bahan
dasar karbohidrat dan riset terkait mengenai perbaikan strain yeast, dan
pengembangan teknologi untuk proses fermentasi. Dengan pengembangan
prospek bioetanol tersebut diharapkan pasokan bioetanol di pasaran sebagai Fuel
Grade Ethanol (FGE) diharapkan dapat mencapai 3,08 juta kiloliter (15% total
konsumsi bensin). Sedangkan pada tahun 2016- 2025 prospek pembuatan
bioetanol di Indonesia mulai beralih dari pati/karbohidrat menjadi berbahan dasar
serat lignoselulosa sebagai bahan baku bioetanol dan bahan bakar. Adanya hal
tersebut diharapkan pada tahun 2016-2025 pasokan bioetanol dipasaran mencapai
4,99 juta kiloliter (20% total konsumsi bensin) (Budi utami Dkk., 2017).
Pada proses pembuatan bioetanol Massa ragi (S. cerevisiae) berpengaruh
besar terhadap kadar bioetanol yang dihasilkan dari proses fermentasi. Banyak
orang memanfaatkan Saccharomyces Cerevisiae (ragi) untuk melakukan proses
fermentasi, baik pada makanan dan minuman yang mengandung alkohol. Mikroba
ini dapat mengubah cairan yang mengandung glukosa menjadi alkohol dan gas
CO2 (Nugroho Dkk, 2020). Mikroorganisme ini dipilih karena ragi roti adalah
Saccharomyces cerevisiae yang dapat memproduksi alkohol dalam jumlah besar
dan mempunyai toleransi pada kadar alkohol yang tinggi (12-18 % abv), tahan
terhadap kadar gula yang tinggi dan tetap aktif melakukan fermentasi pada suhu
3

4-32oC (Bahri Dkk., 2018). Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin lama
fermentasi semakin banyak dihasilkan etanol sampai pada waktu tertentu dan
semakin banyak ragi yang ditambahkan akan dihasilkan etanol semakin rendah
(Bahri Dkk., 2018). Waktu fermentasi yang biasa dilakukan 3-14 hari. Jika
waktunya terlalu cepat Saccharomyces cerevisiae masih dalam masa pertumbuhan
sehingga alkohol yang dihasilkan dalam jumlah sedikit dan jika terlalu lama
Saccharomyces cerevisiae akan mati maka alkohol yang dihasilkan tidak
maksimal (Bahri dkk., 2018).
Penelitian ini dilakukan berdasarkan penelitian Nugroho Dkk., 2020 dengan
mengembangkan pada jenis bahan yang dipakai yang tadinya ampas tebu dan kulit
pisang menjadi ampas tebu dan kulit singkong, dalam hal ini kulit singkong
dipilih karena memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi atau hampir sama
dengan ampas tebu. Dalam penelitian ini penulis juga memvariasikan massa ragi
untuk mengetahui massa ragi yang tepat terhadap kadar etanol yang dihasilkan
dari fermentasi ampas tebu dan kulit singkong. Dengan adanya penelitian ini
diharapkan bisa memperdalam pengetahuan tentang energi alternatif dalam hal ini
adalah bioetanol dari proses fermentasi ampas tebu dan kulit singkong untuk
kemudian dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif menggantikan bahan bakar
fosil serta mengubah limbah menjadi sesuatu yang mempunyai nilai jual.
4

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam riset ini adalah :
1. Bagaimana pengaruh kombinasi ampas tebu dan kulit singkong terhadap
kadar etanol dan randemen yang dihasilkan ?
2. Bagaimana pengaruh massa ragi terhadap kadar etanol dan randemen yang
dihasilkan ?
3. Bagaimana pengaruh kombinasi ampas tebu dan kulit singkong serta massa
ragi terhadap warna distilasi yang dihasilkan ?
1.3 Tujuan
Tujuan dari riset ini adalah :
1. Mengetahui pengaruh dari kombinasi ampas tebu dan kulit singkong
terhadap kadar etanol dan randemen yang dihasilkan
2. Mengetahui pengaruh massa ragi terhadap kadar etanol dan randemen yang
dihasilkan.
3. Mengetahui pengaruh kombinasi ampas tebu dan kulit singkong serta massa
ragi terhadap warna distilasi yang dihasilkan
1.4 Manfaat
Manfaat dari riset ini adalah :
1. Dapat mengetahui kombinasi bahan terbaik dalam hal ini kulit singkong dan
ampas tebu terhadap kadar etanol yang dihasilkan
2. Dapat mengetahui massa ragi terbaik terhadap kadar etanol yang dihasilkan
dari kombinasi kulit singkong dan ampas tebu.
3. Dapat memberikan manfaat terhadap baruan energi nasional sebagai bahan
bakar alternatif pencampur ataupun pensubstitusi BBM.
1.5 Batasan Masalah
Batasan masalah dalam riset ini adalah :
1. Dalam riset ini ampas tebu dan kulit singkong yang digunakan tidak melalui
proses penyortiran
2. Jika riset ini berhasil bisa dikembangkan untuk riset selanjutnya baik sebagai
bahan bakar atau campuran bahan bakar
5

1.6 Sistematika Penulisan

Adapun sistem penulisan laporan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan, yaitu menjelaskan tentang latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penelitian, batasan masalah dan sistematika
penulisan laporan.
BAB II : Tinjauan pustaka, yaitu menerangkan tinjauan pustaka dan ilmu –
ilmu teoritis yang berisi penelitian- penelitian yang berkaitan
dengan dasar teori tentang pembakaran droplet. Pada bab ini
memberikan ilmu dasar yang digunakan sebagai acuan
melakukan penelitian.
BAB III : Metode penelitian, yaitu menjelaskan tentang pelaksanaan
penelitian yaitu mengenai peralatan yang digunakan, langkah
percobaan dan pengambilan data.
BAB IV : Data dan analisa, menjelaskan data hasil percobaan yang telah
diperoleh serta analisis data hasil percobaan.
BAB V :Penutup, berisi tentang kesimpulan penelitian dan saran
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian terdahulu
Yuniarti Dkk., pada tahun 2018, bahan baku dalam pembuatan bioetanol
yaitu biomassa yang mengandung selulosa, hemiselulosa dan lignin salah satunya
adalah ampas tebu. Ampas tebu merupakan limbah padatan dari pengolahan
industri gula yang volumenya bisa mencapai 30-40 % dari tebu giling yang dapat
menyebabkan pencemaran lingkungan dan aroma tidak sedap pada lingkungan
jika tidak dimanfaatkan. Ampas tebu memiliki kandungan selulosa yang cukup
tinggi untuk diolah menjadi energi alternatif bioetanol. Penelitian ini bertujuan
untuk memanfaatkan limbah ampas tebu menjadi bioetanol melalui proses
fermentasi menggunakan ragi  Saccharomyces cerevisiae dengan variasi 
penambahan ragi sebanyak 1 gram % b/v, 3 gram % b/v, dan 5 gram % b/v dari
masa awal ampas tebu dengan lama waktu fermentasi 5 hari, 6 hari, 7 hari, 8 hari,
dan 9 hari. Hasil penelitian menunjukkan kadar bioetanol tertinggi sebesar
4,9100% dihasilkan dari penambahan ragi 5 gram % b/v dengan lama waktu
fermentasi 7 hari.
Sriyana & Nasita, pada tahun 2019, Pembuatan bioetanol dari tepung kulit
singkong diawali dengan proses hidrolisis asam. Proses hidrolisis ini bertujuan
untuk mengubah polisakarida (pati) menjadi monosakarida (glukosa). Asam yang
digunakan adalah asam klorida (HCl) 0,1 N, tepung kulit singkong dalam larutan
asam dihidrolisis pada suhu 92 oC selama 1 jam. Dari hasil percobaan hidrolisis
tepung kulit singkong kemudian dilakukan analisa kadar glukosa. Pada proses
fermentasi, buburan hasil hidrolisis asam yang akan difermentasi sebanyak 150
gram. Glukosa akan diuraikan menjadi etanol oleh ragi Saccharomyces cerevisiae.
Dalam penelitian ini dilakukan variasi penambahan fermipan (3 gram dan 5 gram)
dan waktu fermentasi (2 hari, 4 hari, 6 hari dan 10 hari), jumlah urea 3 gram.
Proses distilasi untuk memisahkan etanol dilakukan selama 1 jam atau sampai
tidak terjadi tetesan lagi, pada suhu 78oC – 80oC. Pada penelitian ini didapatkan
yield maksimum pada waktu fermentasi 6 hari dengan jumlah fermipan 5 gram
yaitu 3,7 ml bioetanol.
Nugroho Dkk. pada tahun 2020, melakukan penelitian untuk mengetahui
kadar bioetanol terbaik dari kombinasi campuran ampas tebu dan kulit pisang

6
7

dengan massa ragi 6 gram dan waktu fermentasi 72 jam, 96 jam dan 120 jam,
menentukan waktu fermentasi yang optimal dan mengetahui kadar etanol sesuai
SNI. Penelitian ini dilakukan dengan cara hidrolisis atau perebusan ampas tebu
dan kulit pisang untuk memecah molekul menjadi dua bagian, kemudian proses
fermentasi dilakukan dengan menggunakan Saccharomyces Cerevisiae (yeast) dan
proses destilasi dilakukan dengan menggunakan destilator untuk mendapatkan
etanol dari fermentasi yang kemudian diuji dengan Pen Refractometer untuk
mengetahui ada tidaknya kadar etanol yang terbentuk dari proses destilasi. Sampel
terbaik yang dipilih kemudian diuji kadar etanolnya menggunakan alat Gas
Chromatography. Sehingga rendemen etanol terbaik yang dapat dikategorikan
mencapai SNI adalah kombinasi ampas tebu 100% - kulit pisang 0% dengan ragi
6 gram dan waktu fermentasi 96 jam menghasilkan etanol sebesar 95,53%.
2.2 Ampas Tebu
Ampas tebu adalah bagian dari tebu yang setiap kali di tangan produsen
olahan produk berbahan air tebu akan selalu terbuang. Ini sangat disayangkan
yang mana jika dimanfaatkan bisa menjadi energy alternatif yg bisa
menggantikan. Dengan adanya limbah ampas tebu, upaya harus diambil untuk
menangani dan memanfaatkan limbah dengan baik. Ampas tebu diketahui masih
mengandung banyak gula, sehingga bisa digunakan sebagai bahan untuk membuat
minyak bioetanol. Hasil analisa kandungan karbohidrat ampas tebu yaitu
mengandung 61,12% hal ini menunjukkan Kandungan karbohidrat ampas tebu
cukup tinggi, memungkinkan digunakan sebagai sumber energi bagi
mikroorganisme untuk menghasilkan bioetanol (Isah dkk., 2019). Ampas tebu
adalah bahan yang mengandung serat kasar berupa senyawa lignoselulosa
(senyawa kompleks hemiselulosa, selulosa, dan lignin) yang potensial untuk
dikembangkan menjadi sumber energi seperti bioetanol. Untuk memperoleh
bioetanol yang terdapat pada ampas tebu dilakukan melalui proses fermentasi.
Ampas tebu belum dimanfaatkan secara baik sehingga hanya menjadi limbah. Hal
ini patut menjadi penelitian untuk mengetahui besar kadar alkohol yang dapat
dihasilkan dari ampas tebu. Pada penelitian ini dilakukan proses fermentasi
menggunakan penambahan ragi dengan konsentrasi dan lama waktu yang
bervariasi. Dengan ini diharapkan limbah ampas tebu dapat diolah secara optimal
8

untuk menghasilkan energi alternatif yang dapat menggantikan bahan bakar


minyak (Yuniarti dkk., 2018).
Tabel 2.1 Persentase Kandungan Pada Ampas Tebu

Kandungan (%) Ampas tebu

Kadar air 5,03

Kadar abu 8,43

Kadar Lemak 0,81

Serat 22,76

Protein 1,85

Karbohidrat 61,12

(Sumber ; Isah dkk., 2019)

Gambar 2.1 Ampas Tebu


(Sumber ; Internet, news.unair.ac.id)

2.3 Kulit Singkong


Kulit singkong merupakan limbah kupasan hasil pengolahan kripik,
tapioca, tape, dan pangan berbahan dasar singkong lainnya. Kulit singkong
mengandung karbohidrat yang cukup tinggi (R. Subagyo dan I.A. Saga, 2019).
Kulit singkong kemungkinan sumber karbohidrat yang berpotensial untuk diolah
menjadi bioetanol. Kulit singkong merupakan bagian kulit luar umbi singkong,
tidak digunakan pada waktu penggunaan umbi singkong, hanya dijadikan untuk
bahan pakan ternak. Tanaman singkong di Indonesia banyak diproduksi dan kulit
singkong tersedia dalam jumlah yang sangat banyak dan belum dimanfaatkan
9

dengan baik. Persentase jumlah limbah kulit bagian luar sebesar 0,5 – 2 % dari
berat total singkong segar dan limbah kulit bagian dalam sebesar 8 – 15 %. Kulit
singkong mengandung karbohidrat cukup tinggi. Hasil analisa kandungan
karbohidrat kulit singkong yaitu mengandung 67,39% hal ini menunjukkan
Kandungan karbohidrat kulit ubi kayu yang cukup tinggi, memungkinkan
digunakan sebagai sumber energi bagi mikroorganisme untuk menghasilkan
bioetanol.(Isah dkk., 2019).
Tabel 2.2 Persentase Kandungan Pada Kulit Singkong

Kandungan (%) Kulit Singkong

Kadar air 2,65

Kadar abu 12,98

Kadar Lemak 1,87

Serat 11,96

Protein 3,15

Karbohidrat 67,39

(Sumber ; Isah dkk., 2019)

Gambar 2.2 Kulit Singkong


(Sumber ; Internet, uii.ac.id)
10

2.4 Selulosa
Selulosa merupakan bagian terbesar dari lignoselulosa dimana selulosa yaitu
komponen utama yang menyusun dinding sel tanaman. Lignoselulosa terutama
terdiri dari polimer gula (yaitu, selulosa dan hemiselulosa) dan lignin. penggunaan
polimer ini untuk produksi produk bernilai tambah, seperti biofuel, aditif
makanan, asam organik, dan enzim, Polimer selulosa mengandung daerah amorf
dan kristal dan secara alami ada dalam bentuk kristalnya, yang membuat
ketahanannya terhadap hidrolisis enzimatik dan karena itu menghasilkan
konsentrasi gula monosakarida yang rendah. Bentuk kristal selulosa dihasilkan
ketika beberapa rantai selulosa disatukan oleh ikatan kovalen, ikatan hidrogen,
dan gaya van der Waals yang membentuk mikrofibril. Mikrofibril ini dibundel
bersama untuk membentuk serat selulosa, membuat selulosa menjadi ultrastruktur.
Hemiselulosa adalah karbohidrat polimer paling melimpah kedua dalam bahan
tanaman dan karbon terbarukan dengan potensi untuk diubah menjadi bahan bakar
cair dan bahan kimia. Hemiselulosa adalah polimer heterogen, yang mudah
dihidrolisis oleh asam menjadi komponen monomernya yang terdiri dari pentosa
(D-xylose dan D-arabinose), heksosa (D- glukosa, D-mannose, dan D-galaktosa),
dan asam gula. Lignin adalah polimer tanaman ketiga yang memberikan
fleksibilitas dan kekuatan yang dibutuhkan oleh tanaman. Lignin adalah polimer
aromatik dan hidrofobik yang disintesis dari satu, dua, atau tiga fenilpropanoid
yang berbeda, yaitu, P- alkohol kumaril ( P- hidroksi- fenil propanol), sinapyl
alcohol (syringyl propanol), dan coniferyl alcohol (guaiacyl propanol) yang
berasal dari asam amino fenilalanin melalui proses enzimatik.(Legodi dkk., 2021)
Lignoselulosa merupakan bahan penyusun tanaman yang mengandung tiga
komponen utama yaitu selulosa (30-50% berat), hemiselulosa (15-35% berat),
danalgin (13-30% berat). Selulosa adalah polisakarida generasi kedua dari glukosa
sebagai struktur yang berserat dan mempunyai hydrogen bond atau jembatan
hidrogen yang kuat. Selulosa memiliki ikatan yang kuat dan tidak larut dalam
kebanyakan pelarut. Tetapi selulosa akan larut dalam larutan asam mineral dengan
konsentrasi tinggi (akibat hidrolisis). Sifat fisik selulosa adalah tidak larut dalam
eter dan alkohol, padat, berwarna putih, dan kuat. Monomer selulosa atau yang
disebut glukosa merupakan hasil hidrolisis sempurna dari selulosa, sedangkan
11

selulosa yang merupakan disakarida dari selulosa dihasilkan dari hidrolisis tidak
sempurna. Komponen kedua dari lignoselulosa adalah hemiselulosa, sekitar 25-
30% dari total massa kering. Hemiselulosa merupakan polimer bercabang yang
tersusun atas heksosa dan pentosa. Molekul hemiselulosa bersifat plastis, lebih
mudah menyerap air dan mempunyai permukaan kontak antar molekul yang lebih
luas dari selulosa. Hemiselulosa relatif mudah dihidrolisis oleh asam menjadi
komponen monomernya. (Yuniarti dkk., 2018).
2.5 Bioetanol
Bioetanol merupakan bahan bakar subtitusi yang diproses dari tanaman
melalui proses bantuan bakteri anaerob sehingga terjadi proses fermentasi yang
menghasilkan alkohol, yang memiliki keunggulan, untuk dapat mengurangi, emisi
karbondioksida hingga 19%. Bioetanol adalah etanol yang dihasilkan dari
biomassa dengan cara difermentasikan menggunakan bantuan mikroorganisme
untuk mengubah menjadi etanol secara hayati (Hainun dkk., 2020). Umumnya
bioetanol dibuat dari tanaman berpati seperti singkong dengan kandungan
karbohidrat sebanyak 98,4674% ubi, dan jagung yang juga kaya karbohidrat (Jaya
dkk., 2018)
Bioetanol mempunyai rumus molekul C2H5OH dengan rumus bangunnya
CH3-CH2-OH namun sering ditulis dengan EtOH. Pemakaian bioetanol sebagai
bahan bakar dapat dicampur dengan bensin dengan berbagai komposisi.
Kelebihan pemakaian bioetanol adalah bioetanol aman digunakan sebagai bahan
bakar, titik nyala etanol tiga kali lebih tinggi dibandingkan bensin, emisi
hidrokarbon lebih sedikit. Sedangkan kekurangan-kekurangan bioetanol
dibandingkan bensin adalah pada mesin dingin lebih sulit melakukan starter bila
menggunakan bioetanol dan bioetanol bereaksi dengan logam seperti magnesium
dan aluminium (Arlianti, 2018)
Bioetanol memiliki ciri-ciri mudah menguap atau volatile, dapat larut dalam
air, mudah terbakar, tidak karsinogenik atau dapat menyebabkan kanker, serta
tidak menimbulkan dampak buruk terhadap lingkungan.
12

Tabel 2.3 Sifat fisik etanol

Parameter Etanol

Warna cairan Tidak berwarna

Berat molekul (gr/gmol) 46,07

Kelarutan Larut dalam daneter

Titik didih (0C) 78,4

Titik lebur (0C) -112,4

Indeks bias (gr/ml) 0,7893

Panas penguapan cP 1,17

Viskositas pada 20 0C (cP) 1,36143

Aroma Memiliki aroma yang khas

(Sumber ; Yuniarti dkk., 2018)


Proses pengolahan lignoselulosa menjadi etanol terdiri dari empat tahap
utama, yaitu pretreatment (perlakuan awal), hidrolisis, fermentasi,dan pemisahan
produk/purifikasi. Tujuan dari tahap pretreatment adalah untuk menghilangkan
lignin dan hemiselulosa, mengurangi kristal selulosa, dan meningkatkan porositas
material. Pretreatment harus memenuhi persyaratan antara lain meningkatkan
pembentukan gula atau kemampuan untuk selanjutnya membentuk gula dengan
hidrolisis enzimatik, mencegah degradasi atau hilangnya karbohidrat, mencegah
pembentukan produk samping yang menghambat proses hidrolisis dan fermentasi;
dan biaya efektif (Yuniarti dkk., 2018). Biaya yang dibutuhkan dalam membuat
atau memproduksi bioetanol dikategorikan murah karena bioetanol dapat
diproduksi dengan menggunakan bahan baku yang berasal dari bahan alam seperti
limbah pertanian yang umumnya sudah memiliki nilai jual yang rendah.
Menurut (Samsul Bahri & Hartono, 2019) etanol dapat dikelompokkan
sebagai berikut :
a. Etanol 95–96% (v/v)
13

Etanol ini dapat disebut sebagai etanol berhidrat, dan etanol berhidrat ini
dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu technical/raw sprit
grade yang dapat digunakan untuk bahan bakar spiritus, minuman,
pelarut, dan desinfektan; kedua yaitu Industrial grade yang digunakan
untuk bahan baku industri dan pelarut; serta potable grade untuk
minuman berkualitas tinggi.
b. Etanol >95%,
Etanol jenis ini dapat dipakai sebagai bahan bakar dan dapat digunakan
untuk keperluan pelarut di laboratorium serta dapat digunakan untuk
kepentingan bidang farmasi.
c. Etanol > 94%
Etanol Standar Nasional Indonesia
2.6 Pretreatment
Karena sifat dan struktur selulosa pada tanaman, termasuk tanaman herba,
pelepasan gula yang dapat difermentasi menimbulkan tantangan. Langkah
pretreatment diperlukan untuk mengatasi recalcitrance biomassa dan membuat
polimer tersedia untuk hidrolisis dan fermentasi berikutnya . Menurut definisi,
pretreatment adalah langkah prahidrolisis untuk mengekstrak serat selulosa dan
membuatnya rentan terhadap hidrolisis enzimatik (memecah selulosa menjadi
gula yang dapat difermentasi) sebelum fermentasi gula dilepaskan. Efisiensi
pretreatment dipengaruhi oleh metode yang digunakan dan sifat dan komposisi
bahan baku lignoselulosa. pretreatment dapat dilakukan melalui penggunaan
metode kimia, fisika/ mekanik, biologi, dan fisikokimia atau kombinasi metode,
memungkinkan biomassa menjadi berpori dan mudah diakses untuk pertumbuhan
mikroba dan rentan terhadap hidrolisis enzimatik. Reaksi hidrolisis meningkatkan
produksi gula yang dapat difermentasi yang dapat diubah melalui aktivitas
biokimia mikroorganisme yang memfermentasi untuk menjadi etanol. Saat ini,
jumlah selulase yang dibutuhkan untuk hidrolisis (yaitu, sakarifikasi) dan hasil
etanol yang rendah merupakan faktor kunci yang mempengaruhi keseluruhan
produksi bioetanol. Pretreatment fisik melibatkan pengurangan ukuran partikel
dengan penggilingan. Metode pretreatment kimia menggunakan larutan asam atau
basa. Hidrolisis asam adalah salah satu metode yang sering digunakan, biasanya
14

dilakukan dengan asam klorida, tetapi bisa juga dengan asam lain Seperti asam
sulfat. Ini menghasilkan pemulihan tinggi gula hemiselulosa dalam cairan
pretreatment dengan Air panas cair (hidrolisis thermal) adalah pendekatan ramah
lingkungan di mana air dalam fase cair digunakan untuk mengolah biomassa
lignoselulosa. Ini adalah metode pretreatment yang relatif ringan yang tidak
memerlukan katalis apa pun dan tidak menyebabkan masalah korosi yang berarti
pada reaktor. Kelarutan hemiselulosa dikatalisis oleh ion hidronium yang
dihasilkan dari autoionisasi air (Legodi dkk., 2021).
2.7 Hidrolisis
Hidrolisis adalah proses memecah senyawa dikarenakan adanya reaktan
dengan air. Reaksi ini dinamakan reaksi orde satu, karena kandungan air yang
lebih, sehingga perubahan reaktan dapat diabaikan (Kusdianto dkk., 2021). Proses
hidrolisis merupakan tahap penting dalam pembuatan bioetanol, karena proses
hidrolisis ini menentukan jumlah glukosa yang dihasilkan untuk kemudian
dilakukan fermentasi menjadi bioetanol. Prinsip hidrolisis pati adalah pemutusan
rantai polimer pati menjadi unit-unit dekstrosa atau monosakarida yaitu glukosa
(C6H12O6) (Bahri dkk., 2018).
Hidrolisis dengan air murni berlangsung lambat dan hasil reaksi tidak
komplit, maka perlu ditambahkan katalis untuk memperbesar kereaktifan air
sehingga mempercepat reaksi dan meningkatkan selektivitas. Katalisator ini bisa
berupa asam maupun enzim. Katalisator asam yang biasa digunakan adalah asam
klorida, asam nitrat, dan asam sulfat. Pada Industri umumnya menggunakan asam
klorida sebagai katalisator. (Syamsul Bahri dkk., 2018)
Menurut Arlianti, (2018) hidrolisis dapat berlangsung menggunakan empat
cara yaitu :
1. Hidrolisis murni atau tanpa katalis, kekurangan proses ini berlangsung
lambat karena hanya menggunakan air sebagai katalis.
2. Hidrolisis dengan asam, asam disini berfungsi sebagai katalisator untuk
mengaktifkan air dari kadar asam yang encer. Biasanya asam yang
digunakan adalah asam encer atau pekat.
3. Hidrolisis dengan basa, basa yang dipakai adalah basa encer, basa pekat dan
basa padat. Reaksi bentuk padat sama dengan reaksi bentuk cair. Hanya
15

reaksinya lebih sempurna atau lebih reaktif dan hanya digunakan untuk
maksud tertentu, misalnya proses peleburan benzena menjadi fenol.
4. Hidrolisis dengan enzim sebagai katalisator. Enzim adalah protein yang
diproduksi dari sel hidup dan digunakan oleh sel-sel untuk mengkatalisis
reaksi kimia yang spesifik. Hidrolisis enzimatis adalah proses pemecahan
polimer menjadi monomer – monomer penyusunnya dengan bantuan enzim.
Enzim amilase adalah enzim yang mampu menurunkan energi aktivasi
sehingga dapat mempercepat pemecahan rantai polimer polisakarida
menjadi monomer gula penyusunnya.
Basa, asam ataupun enzim yang digunakan dalam hidrolisis disebut katalis yaitu
zat yang dapat mempercepat proses reaksi yang terjadi. Asam yang biasa
digunakan adalah asam asetat, asam fosfat, asam klorida dan asam sulfat.
Asam yang digunakan pada proses hidrolisis asam bisa berupa asam sulfat,
asam nitrat, dan asam klorida, namun penggunaan asam klorida pada proses
hidrolisis lebih aman penggunaannya jika dibanding menggunakan asam sulfat
maupun asam nitrat (Nugroho dkk., 2020). Asam klorida juga merupakan asam
yang paling sering digunakan karena HCl memiliki sifat yang mudah menguap
sehingga pemisahan produk dapat dilakukan dengan mudah, serta bisa
menghasilkan produk yang memiliki warna yang terang.
Menurut (Bahri Dkk., 2018) faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan
reaksi pada proses hidrolisis antara lain :
1. Katalisator
Hampir semua reaksi hidrolisis memerlukan katalisator untuk
mempercepat jalannya reaksi. Katalisator yang dipakai dapat berupa enzim
atau asam sebagai katalisator, karena kerjanya lebih cepat, pada proses
hidrolisa pati biasanya digunakan asam klorida.
2. Waktu reaksi
Untuk hidrolisis pada temperatur yang rendah biasanya dibutuhkan waktu
yang lama. Dengan waktu yang lama maka hidrolisis akan semakin rata dan
luas kontak permukaan antara partikel dengan cairan semakin tinggi, tetapi
apabila waktu terlalu lama maka dapat mengakibatkan sebagian glukosa yang
16

terbentuk mengalami pengurangan, waktu optimum untuk menghidrolisis pati


menjadi gula berkisar 2 jam.
3. Suhu
Pengaruh suhu terhadap kecepatan reaksi mengikuti persamaan
Arrhenius. Makin tinggi suhu, makin cepat jalannya reaksi. Untuk mencapai
konversi tertentu diperlukan waktu sekitar 2 jam untuk menghidrolisis pati
kulit pisang kepok pada suhu 100°C. Tetapi kalau suhunya dinaikkan sampai
suhu 135°C, konversi yang sebesar itu dapat dicapai dalam 40 menit.
4. Pengadukan
Supaya zat pereaksi dapat saling bertumbukan dengan sebaik-baiknya,
maka perlu adanya pencampuran. Untuk proses batch, hal ini dapat dicapai
dengan bantuan pengaduk atau alat pengocok. Apabila prosesnya berupa
proses alir (kontinyu), maka pencampuran dilakukan dengan cara mengatur
aliran di dalam reaktor supaya berbentuk olakan.
5. pH (derajat keasaman)
PH merupakan faktor yang mempengaruhi proses hidrolisis sehingga
dapat dihasilkan hidrolisis yang sesuai dengan yang diinginkan. pH yang baik
untuk proses hidrolisis dengan asam adalah 2,3.
2.8 Fermentasi
Fermentasi mempunyai pengertian suatu proses terjadinya perubahan kimia
pada suatu substrat organic melalui aktivitas enzim yang dihasilkan oleh
mikroorganisme (F. Anwar., 2020). Fermentasi bioetanol dapat didefinisikan
sebagai proses penguraian gula menjadi bioetanol dan karbondioksida yang
disebabkan enzim yang dihasilkan oleh massa sel mikroba. Perubahan yang terjadi
selama proses fermentasi adalah glukosa menjadi bioetanol oleh sel-sel ragi tape
dan ragi roti. Di dalam proses fermentasi, kapasitas mikroba untuk mengoksidasi
tergantung dari jumlah akseptor elektron terakhir yang dapat dipakai. Sel-sel
melakukan fermentasi menggunakan enzim - enzim yang akan mengubah hasil
dari reaksi oksidasi, dalam hal ini yaitu asam menjadi senyawa yang memiliki
muatan positif, sehingga dapat menangkap elektron terakhir dan menghasilkan
energy (Bahri dkk., 2018).
17

Fermentasi bioetanol termasuk dalam proses fermentasi anaerob. Bila


pertumbuhan dalam keadaan anaerobik, kebanyakan mikroorganisme lebih
cenderung fermentasi substrat karbohidrat agar didapat etanol bersama sedikit
produk akhir (Hainun dkk., 2020). Ragi mengubah gula menjadi etanol dan
karbondioksida sesuai rumus di berikut : C6H12O6 → 2C2H5OH + 2CO2
Faktor – faktor yang berpengaruh dalam proses fermentasi ragi menurut
(Arlianti, 2018) adalah sebagai berikut:
1. pH (derajat keasaman).
pH yang baik untuk pengembang biakan ragi adalah 4,8-5, Untuk
mencapai pH optimum dapat ditambahkan asam seperti asam tartrat, malat
atau sitrat. Biasanya selama fermentasi pH akan mengalami penurunan.
2. Suhu.
Temperatur optimal untuk Saccharomyces cerevisiae berkisar antara 25-
30 oC dan temperatur maksimal antara 35-47 oC.
3. Jenis mikroba.
Pemilihan mikroba untuk fermentasi haruslah diperhatikan, mikroba
yang baik adalah mikroba yang dapat tumbuh dengan cepat dan
menghasilkan enzim-enzim esensial untuk proses fermentasi.
4. Konsentrasi Ragi
Ragi yang diberikan pada larutan yang akan difermentasikan optimalnya
adalah 2 – 4% dari volume larutan. Jika konsentrasi ragi yang diberikan
kurang dari kadar optimal yang disarankan akan menurunkan kecepatan
fermentasi karena sedikitnya masa yang akan menguraikan glukosa menjadi
etanol, sedangkan maka akan dibutuhkan substrat yang lebih banyak karena
substrat yang ada tidak cukup, karena itu menurunkan kecepatan fermentasi.
5. Oksigen.
Oksigen diperlukan untuk mikroorganisme yang bersifat aerob.
Sehingga kecukupan oksigen akan mempengaruhi jumlah etanol yang
terbentuk.
6. Nutrisi.
Mikroorganisme memerlukan nutrisi yang baik agar dapat memperoleh
hasil fermentasi yang baik. Nutrisi utama adalah Nitrogen yang diperoleh
18

dari penambahan NH3, garam ammonium, pepton, asam amino, urea.


Nitrogen yang dibutuhkan sebesar 400- 1000 gr/1000 L cairan. Dan Phospat
yang dibutuhkan sebesar 400 gr/ 1000L cairan sedangkan ammonium sulfat
sebesar 70-400 gr/1000 L cairan.
2.9 Saccharomyces cerevisiae
Proses fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel pada keadaan
tanpa oksigen dimana gula diuraikan menjadi bioetanol dan karbondioksida.
Perubahan yang terjadi selama proses fermentasi adalah glukosa menjadi
bioetanol oleh sel- sel ragi tape dan ragi roti. Mikroorganisme ini dipilih karena
Saccharomyces cerevisiae dapat memproduksi alkohol dalam jumlah besar.
Kadar alkohol yang dihasilkan sebesar 8-20% pada kondisi optimum. Beberapa
jenis gula yang dapat digunakan oleh S. cerevisiae adalah sukrosa, fruktosa,
glukosa, matosa, dan maltotriosa. Diantara kelebihan yang dimiliki oleh S.
cerevisiae adalah tahan terhadap kadar gula yang cukup tinggi, pada suhu 4ºC
masih bisa melakukan fermentasi, juga dapat menghasilkan alkohol dalam
jumlah tinggi, serta memiliki ketahanan hidup yang tinggi untuk skala besar
seperti industri (Swetachattra dkk., 2019).
2.10 Distilasi
Tujuan distilasi adalah untuk memisahkan etanol dengan air, destilasi adalah
pemurnian cairan pada titik didih dan memisahkan cairan dari zat padat terlarut
atau dari cairan lain yang memiliki perbedaan titik. Substrat sebagai sumber
energi yang dibutuhkan untuk pemula fermentasi mikroba untuk memulai
kesinambungan fermentasi. Karbohidrat, protein, minyak, mineral, dan nutrisi
lainnya.. Bahan makanan yang banyak digunakan oleh mikroorganisme adalah
glukosa. Fermentasi mikroba harus berkembang dalam substrat dan mudah
beradaptasi dengan lingkungan mereka. Prinsip destilasi pada dasarnya ialah
menguapkan cairan serta mengembunkan kembali uap tersebut pada suhu titik
didih yang merupakan suhu dimana tekanan atmosfer sama dengan tekanan
uapnya. Kemudian distilat adalah cairan yang diperoleh dari hasil pengembunan
kembali. Adapun tujuan destilasi diantaranya untuk memurnikan zat cair pada titik
didihnya, dan memisahkan cairan dari zat lainnya yang memiliki perbedaan titik
didih cairan Proses pemisahan etanol dengan campurannya dengan cara distilasi,
19

sehingga diperoleh bioetanol murni. Proses distilasi menggunakan suhu 78°C


yang merupakan titik didih dari etanol. Etanol akan menguap terlebih dahulu dan
ditampung di tempat penampungan. Keunggulan dari teknologi distilasi ini adalah
mencapai keseimbangan untuk memiliki tingkat konversi yang tinggi,
meminimalkan biaya produksi dan waktu distilasi, serta kemurnian yang tinggi .
Etanol memiliki titik didih yaitu 78°C, sedangkan air memiliki titik didih sebesar
100°C sehingga pemanasan larutan yang pada suhu berkisar 78-85°C
menyebabkan etanol menguap. (Eva agustina Dkk, 2021)
2.11 Analisa Kadar Bioetanol
Setelah didestilasi didapatkan etanol kemudian dilakukan pengujian dengan
alat pen refractometer untuk mengetahui ada tidaknya kadar alkohol yang
terbentuk dari proses destilasi, sampel terbaik dari pengujian dengan pen
refractometer dengan cara Penggunaan :
Siapkan cairan yang akan digunakan sebagai sampel, buka piringan kaca
pembias cahaya, kemudian teteskan sebanyak 2-3 tetes di atas kaca prisma
menggunakan pipet yang terdapat di dalam box. Tutup piringan kaca pembias
cahaya agar cairan alkohol dapat menyebar ke seluruh permukaan kaca prisma
dan pastikan tidak ada gelembung udara atau bintik – bintik dari alkohol yang
sudah kering. Tunggu sekitar 30 detik karena kaca prisma menyesuaikan sample
terlebih dahulu. Lihat hasilnya dengan mendekatkan viewfinder ke mata kita,
pastikan saat melihat hasilnya di tempat yang cukup cahaya. Maka anda akan
melihat grafik angka di tengah – tengah, yaitu grafik Brix (% v/v). Putar
penyesuaian fokus apabila grafik angka yang ditampilkan kurang jelas. Akan
terlihat bagian atas berwarna biru, bagian bawah berwarna putih. Dan batas dari
warna biru dan warna putih yang membentuk garis lurus menunjukkan hasil
pengukuran.
20

Gambar 2.3 Cara penggunaan pen refractometer


(Sumber ; Internet, alatuji.com)

Gambar 2.4 Cara penggunaan pen refractometer


(Sumber ; Internet, alatuji.com)

kemudian dilakukan pengujian kadar etanol dengan menggunakan alat gas


chromatography untuk mengetahui kadar etanol yang terkandung dalam sampel
hasil destilasi. Hasil dari pengujian kadar etanol dengan menggunakan alat gas
chromatography akan dibandingkan dengan Standar Nasional Indonesia (SNI)
Bioetanol. (R. Subagyo Dkk., 2019)
Chromatography dapat diartikan sebagai metode atau teknik pemisahan
molekul berdasarkan perbedaan pola pergerakan. Dalam proses mempelajari
chromatography anda akan menemukan istilah-istilah seperti : fase gerak, fase
diam, kolom dan lainnya. Kita kembali ke pengertian kromatografi gas. Dari dua
definisi tadi dapat disimpulkan bahwa gas chromatography adalah suatu teknik
chromatography dengan bantuan media gas. Mengutip dari wikipedia : “Gas
chromatography adalah jenis kromatografi yang umum digunakan dalam analisis
kimia untuk pemisahan dan analisis senyawa yang dapat menguap tanpa
mengalami dekomposisi.”
Berikut ini adalah beberapa fungsi gas chromatography, pemisahan senyawa
dalam suatu sampel Menghitung kadar senyawa dalam suatu sampel, Pengujian
21

kemurnian suatu senyawa, Identifikasi senyawa yang ada pada suatu sampel, dan
menyiapkan suatu senyawa murni dari suatu sampel. .(Charisma N.M Dkk., 2017)

Gambar 2.5 Cara kerja GC-MS


(Sumber ; gas-chromatography/ andarupm.co.id)

Penjelasan Prinsip Kerja Gas Chromatography ;


1. Merupakan ilustrasi tabung gas, atau material gas yang yang digunakan pada
proses chromatography. Gas tersebut merupakan fase gerak. pada poin pengertian
gc sudah disebutkan beberapa jenis gas carrier, yakni : helium, nitrogen dan
lainnya. Tabung gas akan terhubung ke pipa atau selang yang menghubungkannya
ke flow controller.
2. Flow controller merupakan sebuah komponen yang digunakan untuk mengatur
jumlah keluaran gas carrier. Secara umum ilustrasi flow controller itu seperti
keran air yang bisa di buka atau tutup. Bentuk aslinya mungkin seperti solenoid
valve yang bisa di atur dengan microcontroller.
3. Gas carrier atau fase gerak akan menuju ke kolom. Pada instrumen gc tidak
terdapat pompa seperti pada HPLC. Sample injector atau sering disebut
autosampler akan mengeluarkan sample sesuai dengan algoritma yang telah di
program dengan komputer.
4. Kolom oven merupakan fase diam gas chromatography. Pada bagian ini suhu
dapat dikendalikan, maksudnya bisa di naik atau turunkan sesuai dengan
kebutuhan. Nah, proses menaik-turunkan suhu pada kolom oven akan membuat
material sample menguap dan terbawa oleh fase gerak (gas carrier).
22

5. Ketika proses senyawa volatil pada sampel menguap, maka detektor akan
menangkapnya sebagai signal-signal data. Signal tersebut kemudian
diterjemahkan menjadi data yang mudah dipahami dalam bentuk diagram.
6. Chromatography merupakan hasil akhir yang keluar di layar komputer yang
menampilkan data hasil analisa sampel.

Gambar 2.6 Hasil dari GC-MS


(Sumber ; gas-chromatography/ andarupm.co.id)

2.12 Standar SNI


Bioetanol sangat bermanfaat, Pemanfaatan bioetanol ditujukan untuk
Memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap bauran energi nasional
terutama sebagai bahan bakar alternatif pencampur ataupun pensubstitusi bensin.
Pemerintah melalui Dewan Standarisasi Nasional (DSI) telah menetapkan Standar
Nasional Indonesia (SNI) untuk bioetanol dengan tujuan melindungi konsumen
(dari segi mutu), produsen dan mendukung perkembangan industri bioetanol di
Indonesia. SNI
SNI bioetanol ini disusun oleh Panitia Teknis Perumusan Standar Nasional
Indonesia 27-04: Bioenergi melalui proses/prosedur perumusan standar dan
terakhir dibahas dalam Forum Konsensus Panitia Teknis Bioenergi di Bali pada
tanggal 1 Desember 2011,yang dihadiri oleh anggota panitia teknis dan
narasumber terkait. SNI untuk bioetanol ini merupakan revisi dari SNI 7390:2008,
bioetanol terdenaturasi untuk gasohol, yang disusun dengan memperhatikan
masukan dari konsumen, produsen dan penyalur serta standar sejenis yang sudah
berlaku di negara-negara lain yang memakai bioethanolnya sudah luas dan
mencapai tahap komesial. Secara substansial perubahan dari SNI 7390:2008
23

adalah perubahan, syarat kadar metanol, penambahan denaturan baru denatonium


benzoat, perubahan kadar air, perubahan kadar klorin dan penghapusan parameter
pH. Kadar etanol menurut Badan Standarisasi Nasional Indonesia adalah 94,0%.
(Nugroho Dkk., 2020)
2.13 Bioetanol Terhadap Rekayasa mesin
Pemakaian bioetanol sebagai bahan bakar dapat dicampur dengan bensin
dengan berbagai komposisi. Kelebihan pemakaian bioetanol adalah bioetanol
aman digunakan sebagai bahan bakar, titik nyala etanol tiga kali lebih tinggi
dibandingkan bensin, emisi hidrokarbon lebih sedikit. Sedangkan kekurangan-
kekurangan bioetanol dibandingkan bensin adalah pada mesin dingin lebih sulit
melakukan starter bila menggunakan bioethanol, dan bioetanol bereaksi dengan
logam seperti magnesium dan aluminium (Arlianti, 2018)
Nugraheni Dkk, 2018 melakukan penelitian dengan bahan yang digunakan
adalah bioetanol 96% yang terbuat dari umbi kayu, premium murni serta
kendaraan Honda Supra x 125cc tahun pembuatan 2010 yang masih menggunakan
karburator. Penelitian ini menggunakan varian bahan bakar yaitu BE0, BE2, BE3,
BE5, BE10, BE15, BE20, BE25 dan BE30 selain itu juga menggunakan variasi
putaran mesin idle, 1000 dan 1400 rpm. Hasil penelitian menunjukkan adanya
pengaruh pencampuran bioetanol pada premium terhadap kandungan emisi gas
buang dan konsumsi bahan bakar. Emisi gas buang terbaik pada putaran mesin
500 rpm berada pada bahan bakar BE2, bahan bakar BE10 pada putaran mesin
1000 dan Bahan bakar BE20 pada putaran mesin 1400 rpm. Konsumsi bahan
bakar terendah pada putaran mesin 500 rpm pada bahan bakar BE25, putaran
mesin 1000 pada bahan bakar BE10 dan pada putaran mesin 1400 pada bahan
bakar BE30. Penambahan bioetanol minimal 20% dapat menghasilkan emisi gas
buang yang baik dan konsumsi bahan bakar yang rendah.
Rendi Dkk., 2018 melakukan penelitian variasi jenis bahan bakar pertalite,
pertamax, dan bioetanol terhadap kinerja mesin dan emisi gas buang pada sepeda
motor honda revo 2007 100cc menghasilkan, pemakaian bahan bakar bioetanol
(62 ppm/vol) lebih rendah emisi gas buang (HC), dibandingkan bahan bakar
pertalite (94 ppm/vol) atau pertamax (72 ppm/vol) pada penggunaan sepeda motor
4 langkah.
24

2.14 Uji Signifikansi dengan SPSS


Uji Signifikansi dilakukan untuk mengetahui signifikansi variable penelitian
yang digunakan terhadap hasil penelitian. Pada uji signifikasi menggunakan
metode regresi linier berganda, Analisis regresi liniear berganda adalah analisis
yang memiliki variabel bebas lebih dari satu. Analisis regresi telah lama
dikembangkan untuk mempelajari pola dan mengukur hubungan statistik antara
dua atau lebih peubah (variabel). Teknik analisis yang mencoba menjelaskan
hubungan antara dua peubah atau lebih khususnya antara peubah-peubah yang
mengandung sebab akibat disebut analisis regresi. Dalam regresi linier berganda
terdapat uji signifikasi T dan uji signifikasi F.(Sulistyono & Sulistiyowati, 2018)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan waktu
Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium IPA SMP Negeri 1 Binuang
dan Balai riset standar nasional Banjarbaru. Waktu Penelitian dilakukan mulai
tanggal 7 Oktober s.d 7 Desember 2021
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah botol, penutup kedap udara, penghalus bahan
(blender), oven, kompor, gelas ukur, saringan, timbangan , termometer, pH
meter, alat destilasi, wadah sampel, Refractometer dan Gas chromatography
Bahan yang digunakan adalah Limbah kulit singkong dan ampas tebu
sebagai bahan utama dalam proses pembuatan bioetanol ini. Dalam riset ini
bahan yang digunakan dari kulit limbah dari usaha pasar sekitar daerah
Banjarbaru dan ampas tebu dari penjual minuman tebu pinggir jalan. Untuk
ruginya memakai ragi tapai (saccharomyces cerevisiae) yang biasa dijual
dipasaran.
3.3 Prosedur Penelitian
Tahapan penelitian terdiri dari preparasi sampel, pretreatment, hidrolisis,
fermentasi, pemurnian, dan analisis kadar alkohol dengan refractometer dan gas
chromatography.
3.3.1 Persiapan Sampel
Kulit singkong dan ampas tebu yang sudah didapat lalu dicuci sampai
bersih, selanjutnya dijemur dengan sinar matahari yang cukup selama 3 hari.
Setelah kering kemudian bahan tadi dihaluskan dengan alat penghalus disini
digunakan blender sebagai penghalus hingga diperoleh hingga bahan menjadi
tepung ampas tebu dan kulit singkong. Lalu tepung ampas tebu dan kulit
singkong tadi di takar atau ditimbang sesuai dengan komposisi campuran variasi
100 gram untuk komposisi 1 sampel, disini komposisi ampas tebu dan kulit
singkong yang dipakai adalah 100% Ampas tebu, 75% Ampas tebu dan 25%
Kulit Singkong, 50% Ampas tebu dan 50% Kulit singkong 25% Ampas tebu
dan 75% Kulit singkong. 100% Kulit singkong, Untuk variasi ragi digunakan
takaran sebanyak 4, 6, dan 8 gram.

31
32

3.3.2 Proses Pretreatment


Setelah bahan dihaluskan selanjutnya akan dilakukan pengayakan dengan
mesh 30 atau ukuran partikel 590 μm, Kemudian tepung ampas tebu dan kulit
singkong tadi ditimbang sebanyak 100 gram berdasarkan dari hasil pengayakan
lalu dikombinasikan komposisi bahan dengan perbandingan :

Tabel 3. 1 Kombinasi campuran ampas tebu dan kulit singkong

Meshing Kombinasi Presentase berat bahan (gram)

bahan Ampas tebu Kulit singkong

1 100 0

2 75 25

3 50 50

4 25 75

5 0 100

30 1 100 0

2 75 25

3 50 50

4 25 75

5 0 100

1 100 0

3.3.3 Proses Hidrolisis


Campuran tadi di rebus sekitar kurang lebih 1 jam dengan suhu 95-98 oC
menggunakan 1 liter air suling dan di aduk – aduk hingga rata. Setelah 1 jam
bahan dimasak, tempatkan bahan tadi pada botol yang sudah siap sebagai tempat
33

untuk fermentasi. Lalu hasil hidrolisis didiamkan sampai suhu normal, lalu
disaring sampai tidak ada ampas tersisa dalam larutan hidrolisis.
3.3.4 Proses Penentuan pH
Kemudian pH larutan tersebut diukur hingga menjadi 4,8-5,0 jika PH terlalu
asam maka dengan menambahkan NaOH atau Na 2CO3 sedikit demi sedikit
menggunakan pH meter digital. Jika pH terlalu basa maka HCl atau H 2SO4
ditambahkan untuk mempertahankan pH agar tetap pada range tersebut.
3.3.5 Proses Fermentasi
Setelah sampel dimasukkan ke dalam botol. Sampel kemudian ditambahkan
ragi S.cerevisiae dengan variasi massa ragi 4, 6 dan 8 gram. Botol tersebut
ditutup dengan penutup kedap udara dan dibiarkan proses fermentasi
berlangsung selama 96 jam atau 4 hari. Larutan tersebut diletakkan pada suhu
ruang (28oC-30oC) di dalam keadaan yang gelap. Larutan hasil fermentasi lalu
disaring dengan kertas saring dan diambil filtratnya kemudian dipisahkan
dengan menggunakan destilasi sederhana.

Tabel 3.2 Variasi massa ragi setelah bahan dihidrolisis

Kombinasi Persentase campuran bahan Massa ragi Meshing


(gram)
Bahan
(sampel) Ampas tebu Kulit singkong

1 100 0

2 75 25

3 50 50 4

4 25 75

5 0 100

6 100 0

7 75 25

8 50 50
34

6 30

9 25 75

10 0 100

11 100 0

12 75 25

13 50 50 8

14 25 75

15 0 100

3.3.6 Proses Pemisahan dengan Distilasi


1 set peralatan distilasi dirangkai. Lalu produk dimasukkan ke dalam labu
destilasi. Produk didistilasi pada suhu 85 ºC hingga tidak menetes lagi. Distilat
kemudian dipersiapkan untuk ditentukan kadar alkoholnya dengan
Refraktometer dan menggunakan kromatografi gas. Rendemen produk
kemudian dihitung dengan rumus sebagai berikut (B. Susilo Dkk, 2018):

volume produk akhir( mL)


Randemen = x 100%………………..........................
Volume produk awal (mL)
(1)
presentase alkohol daridistilasi( %)x Volume distilasi(mL)
Randemen = x
Volume larutan setelah fermentasi (mL)
100%..(2)

3.4 Prosedur Pengujian


3.4.1 Analisa Kadar Bioetanol
Pengujian dilakukan dengan menggunakan alat pen refractometer untuk
mengetahui kadar alkohol yang terbentuk, kadar alkohol tertinggi dari hasil uji
35

dengan pen refractometer dilakukan pengujian dengan alat gas chromatography


untuk mengetahui kandungan senyawa sebenarnya.
3.4.2 Pengujian warna dengan colour grab
Pengujian dilakukan dengan menggunakan aplikasi colour grab untuk
mendeteksi perbedaan warna hasil distilasi yang dihasilkan baik dari kombinasi
bahan dan variasi massa ragi.
3.5 Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan variabel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
A. Variasi bebas yang digunakan yaitu variasi komposisi bahan adalah,
Variasi pencampuran bahan :
1 Kombinasi 1 : 100 gram ampas tebu dan 0 gram kulit singkong
2 Kombinasi 2 : 75 gram ampas tebu dan 25 gram kulit singkong
3 Kombinasi 3 : 50 gram ampas tebu dan 50 gram kulit singkong
4 Kombinasi 4 : 25 gram ampas tebu dan 75 gram kulit singkong
5 Kombinasi 5 : 0 gram ampas tebu dan 100 gram kulit singkong
Variasi massa ragi :
1 Massa ragi 4 gram
2 Massa ragi 6 gram
3 Massa ragi 8 gram
B. Variabel terikat yang digunakan adalah uji kadar alkohol.
1 Dengan pen refractometer
2 Dengan gas kromatografi
C. Variabel kontrol yang digunakan diantaranya yaitu:
1 Ukuran partikel bahan (590 μm)
2 Air suling 1 liter
3 Suhu hidrolisis 95 - 98 oC
4 Mikroorganisme yang digunakan (saccharomyces cerevisiae).
5 Suhu fermentasi 28 -30 oC
6 pH fermentasi 4,8 -5,0
7 Lama fermentasi 96 jam
36
37

3.6 Diagram alir

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian


38

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Fermentasi Serta Distilasi Ampas Tebu dan Kulit Singkong
Fermentasi serta distilasi ampas tebu dilakukan 5 variasi kombinasi, yaitu
100 gram ampas tebu - 0 gram kulit singkong, 75 gram ampas tebu - 25 gram
kulit singkong, 50 gram ampas tebu - 50 gram kulit singkong, 25 gram ampas tebu
- 75 gram kulit singkong dan 0 gram ampas tebu - 100 gram kulit singkong serta
memvariasikan massa ragi yang diberikan sebanyak 4 gram, 6 gram dan 8 gram
sehingga mendapatkan 15 sampel, untuk 1 sampel dilakukan tiga kali pembuatan
maka ada 45 sampel yang dipersiapkan kemudian hasilnya dirata - rata. Proses
fermentasi dilakukan selama 96 jam atau 4 hari pada temperatur 28-32 oC dan
proses destilasi dilakukan pada suhu 85 oC dengan holding time selama 2 jam.
Berdasarkan hasil penelitian proses distilasi dari bio-etanol hasil fermentasi
ampas tebu dan kulit singkong, diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4.1 Data Hasil Fermentasi dan Distilasi Sampel 1


Persentase Mass pH Laruta Volu Rande Volum Rande
campuran a Fermentasi n Hasil me men e men
bahan (gram) Ragi Ferme Disti Ferme Alkoh Distilas
Am Kulit Sebe Sesud ntasi lasi ntasi ol dari i/Kadar
pas singk lum ah (mL) (mL) (%) Distila Alkoho
tebu ong si l
(mL) (%)

100 0 5 3,8 404 12 1,1 4,4 37


75 25 5 4,2 359 10,2 0,85 3,1 30
50 50 4 5 4,6 400 10,4 0,7 2,8 27
25 75 5 4,4 503 10,2 0,67 3,4 33
0 100 5 4,9 602 9,4 0,4 2,4 25
100 0 5 3,6 364 12 1,35 4,9 41
75 25 5 3,7 328 9,6 1 3,3 34
50 50 6 5 4,5 455 13 0,94 4,3 33
25 75 5 4,2 602 13 0,84 5,1 39
0 100 5 4,6 599 10 0,50 3 30
100 0 5 3,5 314 9,8 1,4 4,5 46
75 25 5 3,7 328 9,6 1,26 4,1 43
50 50 8 5 4,3 351 11 1,19 4,2 38
25 75 5 4,1 440 11 1,07 4,7 43
0 100 5 4,5 651 11 0,68 4,4 40
39

Tabel 4.2 Data Hasil Fermentasi dan Distilasi Sampel 2


Persentase Massa pH Fermentasi Larut Volu Rand Volum Randem
campuran Ragi an me emen e en
bahan (gram) Hasil Disti Ferm Alkoho Distilasi
Am Kulit Sebel Sesud Ferme lasi entas l dari /Kadar
pas singk um ah ntasi (mL) i (%) Distila Alkohol
tebu ong (mL) si (%)
(mL)
100 0 5 3,9 309 9 1 3,1 34
75 25 5 4,3 401 11 0,80 3,2 29
50 50 4 5 4,6 478 13 0,63 3 23
25 75 5 4,4 488 10 0,68 3,3 33
0 100 5 4,9 592 8,4 0,41 2,4 29
100 0 5 3,7 345 10 1,19 4,1 41
75 25 5 3,7 329 10 1,09 3,6 36
50 50 6 5 4,5 361 10 1 3,6 36
25 75 5 4,3 537 10,2 0,71 3,8 37
0 100 5 4,6 519 8,2 0,48 2,5 31
100 0 5 3,6 318 9,6 1,32 4,2 44
75 25 5 3,8 292 10 1,5 4,4 44
50 50 8 5 4,4 355 10 1,15 4,1 41
25 75 5 4,1 474 12 1,01 4,8 40
0 100 5 4,5 659 12 0,65 4,3 36

Tabel 4.3 Data Hasil Fermentasi dan Distilasi Sampel 3


Persentase Massa pH Fermentasi Laruta Volu Rande Volu Randem
campuran Ragi n Hasil me men me en
bahan (gram) Fermen Distil Fermen Alkoh Distilasi
Ampa Kulit Sebel Sesud tasi asi tasi ol dari /Kadar
s tebu singk um ah (mL) (mL) (%) Distila Alkohol
ong si (%)
(mL)
100 0 5 3,9 438 12 0,96 4,2 35
75 25 5 4,3 317 9,6 0,91 2,9 30,5
50 50 4 5 4,6 414 11 0,72 3 27
25 75 5 4,4 484 12 0,82 4 33
0 100 5 4,9 659 11 0,44 2,9 26
100 0 5 3,7 333 10 1,3 4,3 43
75 25 5 3,7 377 12 1,11 4,2 35
50 50 6 5 4,5 394 11 0,98 3,9 35
25 75 5 4,3 596 13 0,82 4,9 38
0 100 5 4,7 595 10 0,47 2,8 28
100 0 5 3,6 320 10,2 1,44 4,6 45
75 25 5 3,8 338 9,4 1,27 4,3 46
50 50 8 5 4,3 355 11 1,24 4,4 40
25 75 5 4,1 475 9,6 0,88 4,2 44
40

0 100 5 4,5 611 8,8 0,62 3,8 43

Tabel 4.4 Hasil rata - rata fermentasi dan distilasi Sampel 1, 2 dan 3
Persentase Mass pH Larut Volu Rande Volum Randem
campuran a Fermentasi an me men e en
bahan (gram) Ragi Hasil Distil Ferme Alkoho Distilasi
Am Kulit Sebe Sesud Ferme asi ntasi l dari /Kadar
pas singk lum ah ntasi (mL) (%) Distila Alkohol
tebu ong (mL) si (%)
(mL)
100 0 5 3.87 378 11 1,03 3,9 35,3
75 25 5 4.27 364 10,3 0,85 3,1 29,8
50 50 4 5 4.6 432 11,5 0,69 3 25,7
25 75 5 4.4 503 9,6 0,63 3,2 33,2
0 100 5 4.9 623 9,6 0,41 2,6 26,7
100 0 5 3.67 349 10,7 1,29 4,5 41,7
75 25 5 3.7 344 10,5 1,08 3,7 35
50 50 6 5 4.5 396 11,3 0,99 3,9 34,7
25 75 5 4.27 580 12 0,79 4,6 38
0 100 5 4.63 573 9,4 0,49 2,8 29,7
100 0 5 3.57 318 9,9 1,40 4,5 45
75 25 5 3.77 317 9,7 1,36 4,3 44,3
50 50 8 5 4.33 357 10,7 1,18 4,2 39,7
25 75 5 4.1 462 10,9 0,99 4,6 42,3
0 100 5 4.5 637 10,6 0,66 4,2 39,7

4.2 Uji Signifikansi Dengan SPSS Untuk Pengambilan Keputusan


4.2.1 Perumusan Hipotesis
H1 = Terdapat pengaruh ampas tebu (X1) dan kulit singkong (X2) secara
simultan terhadap kadar alkohol (Y)

H2 = Terdapat pengaruh massa ragi (X3) terhadap kadar alkohol (Y)

H3 = Terdapat pengaruh ampas tebu (X1) dan kulit singkong (X2) secara
simultan terhadap randemen (Y)

H4 = Terdapat pengaruh massa ragi (X3) terhadap randemen (Y)

Tingkat kepercayaan 95%, a = 0,05

4.2.2 Dasar Pengambilan Keputusan


A. UJI t

1. Jika nilai sig < 0,05, atau t hitung > t tabel maka terdapat pengaruh variabel X
terhadap variabel Y.
41

2. Jika nilai sig > 0,05, atau t hitung < t tabel maka tidak terdapat pengaruh
variabel X terhadap variabel Y.

t tabel = t (α/2 ; n-k-1)

B. UJI F

1. Jika nilai sig < 0,05, atau F hitung > F tabel maka terdapat pengaruh variabel X
secara simultan terhadap variabel Y.

2. Jika nilai sig > 0,05, atau F hitung < F tabel maka tidak terdapat pengaruh
variabel X secara simultan terhadap variabel Y.
F tabel = F (k ; n-k)

4.2.3 Pengujian Hipotesis Pengaruh Kombinasi Bahan Terhadap Kadar


Alkohol (H1)
F tabel = F (k ; n-k) = F (2 ; 13) = 3,81
ANOVAa
Sum of
Model Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 74.892 1 74.892 2.115 .170b
Residual 460.245 13 35.403
Total 535.137 14
a. Dependent Variable: Kadar Etanol
b. Predictors: (Constant), Ampas tebu, Kulit Singkong

Model Summary
Adjusted R Std. Error of
Model R R Square Square the Estimate
1 .374 a
.140 .074 5.95008
a. Predictors: (Constant), Ampas Tebu, Kulit Singkong

Diketahui nilai Sig. untuk pengaruh Ampas Tebu (X1) dan Kulit Singkong
(X2) terhadap Kadar Etanol (Y) adalah sebesar 0,170 > 0,05 dan nilai F hitung
2,115 < F tabel 3,81, sehingga dapat disimpulkan bahwa H1 ditolak yang berarti
tidak terdapat pengaruh Ampas Tebu (X1) dan Kulit Singkong (X2) terhadap
Kadar Alkohol (Y).
42

4.2.4 Pengujian Hipotesis Pengaruh Massa Ragi Terhadap Kadar Alkohol


(H2)
t tabel = t (α/2 ; n-k-1) = t (0,025 ; 13) = 3,372

ANOVAa
Sum of
Model Squares Df Mean Square t Sig.
1 Regression 442.225 1 442.225 28.291 .000b
Residual 203.208 13 15.631
Total 645.433 14
a. Dependent Variable: Kadar Alkohol
b. Predictors: (Constant), Massa ragi

Model Summary
Adjusted R Std. Error of
Model R R Square Square the Estimate
1 .828 a
.685 .661 3.95366
a. Predictors: (Constant), Massa ragi

Diketahui nilai Sig untuk pengaruh Massa ragi (X) terhadap Kadar Alkohol
(Y) adalah sebesar 0,000 < 0,05 dan nilai t hitung 28.291 > t tabel 3,372 sehingga
dapat disimpulkan bahwa H2 diterima yang berarti terdapat pengaruh Massa ragi
(X) terhadap Kadar Alkohol (Y).

4.2.5 Pengujian Hipotesis Pengaruh Kombinasi Bahan Terhadap Randemen


(H3)
F tabel = F (k ; n-k) = F (2 ; 13) = 3,81

ANOVAa
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression .901 1 .901 26.274 .000b
Residual .446 13 .034
Total 1.347 14
a. Dependent Variable: Randemen
b. Predictors: (Constant), Ampas Tebu, Kulit Singkong
43

Model Summary
Adjusted R Std. Error of Diketah
Model R R Square Square the Estimate
ui nilai Sig
1 .818 a
.669 .644 .18522
untuk
a. Predictors: (Constant), Ampas Tebu, Kulit Singkong

pengaruh Ampas Tebu (X1) dan Kulit Singkong (X2) terhadap Randemen (Y)
adalah sebesar 0,000 < 0,05 dan nilai F hitung 66.959 > F tabel 3,81, sehingga
dapat disimpulkan bahwa H4 diterima yang berarti terdapat pengaruh Ampas
Tebu (X1) dan Kulit Singkong (X2) terhadap Randemen (Y).

4.2.6 Pengujian Hipotesis Pengaruh Massa ragi Terhadap Randemen (H4)


t tabel = t (α/2 ; n-k-1) = t (0,025 ; 13) = 3,372

ANOVAa
Sum of
Model Squares df Mean Square t Sig.
1 Regression .392 1 .392 5.335 .038b
Residual .955 13 .073
Total 1.347 14
a. Dependent Variable: Randemen
b. Predictors: (Constant), Massa ragi

Model Summary
Adjusted R Std. Error of
Model R R Square Square the Estimate
1 .539 a
.291 .236 .27107
a. Predictors: (Constant), Massa ragi

Diketahui nilai Sig. untuk pengaruh Massa Ragi (X) terhadap Randemen (Y)
adalah sebesar 0,038 < 0,05 dan nilai t hitung 5.335 > t tabel 3,372, sehingga
dapat disimpulkan bahwa H5 diterima yang berarti terdapat pengaruh Massa Ragi
(X) terhadap Randemen (Y).

4.3 Pengaruh Komposisi Bahan Dan Massa Ragi Terhadap Kadar Alkohol
Analisis kadar alkohol dilakukan untuk melihat seberapa banyak kadar
alkohol yang dihasilkan dari komposisi bahan dan massa ragi yang diberikan
ketika proses fermentasi. Analisis kadar alkohol diukur menggunakan pen
44

refractometer alkohol dengan skala 0-80%. Hasil analisis kadar alkohol


ditunjukkan pada gambar berikut:

Kadar Alkohol (%)


40
35.3
35 33.2
29.8
30 26.7
25.7
25

20

15

10

0
100 AT - 0 KS 75 AT - 25 KS 50 AT - 50 KS 25 AT - 75 KS 0 AT - 100 KS

Massa ragi 4

Gambar 4.1 Pengaruh komposisi bahan dengan massa ragi 4 gram terhadap kadar
alkohol yang dihasilkan
Kadar Alkohol (%)

45 41.7
40 38
35 34.7
35
29.7
30
25
20
15
10
5

0
100 AT - 0 KS 75 AT - 25 KS 50 AT - 50 KS 25 AT - 75 KS 0 AT - 100 KS

Massa ragi 6

Gambar 4.2 Pengaruh komposisi bahan dengan massa ragi 6 gram terhadap kadar
alkohol yang dihasilkan
45

Kadar Alkohol (%)


46
45
45 44.3
44
43 42.3
42

41
39.7 39.7
40
39
38
37
100 AT - 0 KS 75 AT - 25 KS 50 AT - 50 KS 25 AT - 75 KS 0 AT - 100 KS

Massa ragi 8

Gambar 4.3 Pengaruh komposisi bahan dengan massa ragi 8 gram terhadap kadar
alkohol yang dihasilkan

50
Kadar Alkohol (%)

45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
100 AT - 0 KS 75 AT - 25 KS 50 AT - 50 KS 25 AT - 75 KS 0 AT - 100 KS

Massa ragi 4 Massa ragi 6 Massa ragi 8

Gambar 4.4 Perbandingan pengaruh komposisi bahan dengan massa ragi 4, 6 dan
8 gram terhadap kadar alkohol yang dihasilkan

Rata - rata kadar alkohol dari massa ragi 4, 6 dan 8 gram


Kadar Alkohol (%)

45
40.7
40 37.8
36.4
35 33.4
32
30

25

20

15

10

0
100 AT - 0 KS 75 AT - 25 KS 50 AT - 50 KS 25 AT - 75 KS 0 AT - 100 KS

Gambar 4.5 rata - rata kadar alkohol yang dihasilkan dari bahan ampas tebu dan
kulit singkong
Pada Gambar 4.4 menunjukkan adanya peningkatan kadar alkohol yang
dihasilkan seiring dengan naiknya pemberian massa ragi pada proses fermentasi.
46

Kadar alkohol tertinggi diperoleh pada sampel kombinasi bahan 100 gram ampas
tebu - 0 gram kulit singkong dengan massa ragi 8 gram dengan kadar alkohol
45%. Meningkatnya kadar alkohol disebabkan oleh banyaknya ragi
(Saccharomyces Cerevisiae) yang ditambahkan sehingga mikroorganisme yang
mengurai gula pereduksi menjadi alkohol pun semakin banyak (Yuniarti Dkk.,
2018)
Pada Gambar 4.5 menunjukkan adanya penurunan kadar alkohol yang
dihasilkan dari kombinasi bahan seiring dengan pencampuran kulit singkong.
Kadar alkohol tertinggi diperoleh pada kombinasi bahan 100 gram ampas tebu - 0
gram kulit singkong dengan kadar alkohol rata - rata 40,7%, hal ini disebabkan
oleh kandungan gula pereduksi pada kulit singkong yang lebih sedikit walau
memiliki karbohidrat yang tinggi. Gula pereduksi adalah monosakarida seperti
glukosa, galaktosa dan maltosa yang merupakan gula fermentasi yang digunakan
untuk fermentasi (Ojewumi Dkk., 2018)
Pada penelitian ini kadar alkohol yang didapatkan masih relatif rendah
dibandingkan penelitian sebelum - sebelumnya dikarenakan banyak faktor yang
mempengaruhi seperti kualitas bahan, temperatur distilasi dan lama distilasi. Pada
penelitian ini bahan yang dipakai berupa limbah yang mana jika semakin lama
umur bahan didiamkan pada proses pengumpulan maka semakin rentan
terkontaminasi bakteri pengurai yang bisa menurunkan kualitas bahan sehingga
gula pereduksi yang didapatkan relatif sedikit. Temperatur dan lama waktu
distilasi juga mempengaruhi kadar alkohol yang dihasilkan, semakin tinggi
temperatur dan semakin lama proses distilasi akan menurunkan kadar alkohol
yang dihasilkan disebabkan senyawa lain yang ikut menguap dan ikut menjadi
cairan produk akhir.
4.4 Pengaruh Komposisi Bahan Dan Massa Ragi Terhadap pH Fermentasi
Analisis PH hasil cairan fermentasi dilakukan untuk mengetahui perubahan
pH awal sebelum fermentasi dan sesudah proses fermentasi. Pengukuran pH
dilakukan dengan pH meter yang sudah dikalibrasi terlebih dahulu. Hasil
pengukuran pH fermentasi ditunjukkan pada gambar berikut :
47

4.9
5 4.6
4.4

PH Fermentasi
4.27
3.87
4

0
100 AT - 0 KS 75 AT - 25 KS 50 AT - 50 KS 25 AT - 75 KS 0 AT -100 KS

Massa ragi 4

Gambar 4.6 Pengaruh komposisi bahan dengan massa ragi 4 gram terhadap pH
yang dihasilkan

5 4.63
4.5
4.5 4.27
4 3.67 3.7
PH Fermentasi

3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
100 AT - 0 KS 75 AT - 25 KS 50 AT - 50 KS 25 AT - 75 KS 0 AT -100 KS

Mssa ragi 6

Gambar 4.7 Pengaruh komposisi bahan dengan massa ragi 6 gram terhadap pH
yang dihasilkan

5
4.5
4.5 4.33
4.1
4 3.77
PH Fermentasi

3.57
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
100 AT - 0 KS 75 AT - 25 KS 50 AT - 50 KS 25 AT - 75 KS 0 AT -100 KS

Massa ragi 8

Gambar 4.8 Pengaruh komposisi bahan dengan massa ragi 8 gram terhadap pH
yang dihasilkan
48

PH Fermentasi
4

0
100 AT - 0 KS 75 AT - 25 KS 50 AT - 50 KS 25 AT - 75 KS 0 AT -100 KS

Massa ragi 4 Mssa ragi 6 Massa ragi 8

Gambar 4.9 Pengaruh komposisi bahan dengan massa ragi 4, 6 dan 8 gram
terhadap pH yang dihasilkan
Pada Gambar 4.6, 4.7 dan 4.8 menunjukkan adanya penurunan pH cairan
hasil fermentasi seiring dengan kombinasi bahan yang digunakan. pH terendah
diperoleh pada kombinasi bahan 100 gram ampas tebu - 0 gram kulit singkong
dengan rata - rata nilai pH 3,6 hal ini disebabkan pada proses fermentasi selain
produk alkohol yang di hasilkan, proses fermentasi juga menghasilkan produk
sampingan seperti CO2 dan asetaldehid sebagai hasil akhir pemecahan piruvat.
Asetaldehid dan CO2 yang dihasilkan selama produksi alkohol dapat menurunkan
pH larutan (Arif Dkk., 2017)
Pada Gambar 4.9 menunjukkan adanya pengaruh yang lumayan signifikan
antara variasi massa ragi 4, 6 dan 8 terhadap pH yang dihasilkan, hal ini
disebabkan juga oleh produksi alkohol yang berbeda - beda seiring dengan variasi
massa ragi sehingga produk sampingan yang dihasilkan juga semakin banyak.

4.5 Pengaruh Komposisi Bahan Dan Massa Ragi Terhadap Randemen


Analisis randemen dilakukan untuk mengetahui presentase randemen yang
diperoleh dari kombinasi bahan dan massa ragi yang diberikan. Perhitungan
randemen dilakukan dengan rumus (B. Susilo Dkk., 2018):

volume produk akhir( mL)


Randemen = x 100%
Volume produk awal (mL)

presentase alkohol daridistilasi(%)x Volume setelah distilasi( mL)


Randemen =
Volume larutan setelah fermentasi(mL)
x 100%
49

a. Perhitungan randemen pada komposisi 100 gram ampas tebu dan 0 gram kulit
singkong dengan massa ragi 4 gram :

Diketahui :

Presentase alkohol dari distilasi : 35,3%

volume larutan setelah distilasi : 11 mL

volume larutan setelah fermentasi : 378 mL

Jawab :

volume produk akhir(mL)


Randemen = x 100%
Volume produk awal (mL)

presentase alkohol daridistilasi( %)x Volume distilasi (mL)


Randemen = x
Volume larutan setelah fermentasi (mL)
100%

35,3 % x 11 mL
Randemen = x 100%
378 mL

3,9 mL
Randemen = x 100%
378 mL

Randemen = 1,03%

b. Perhitungan randemen pada komposisi 75 gram ampas tebu dan 25 gram kulit
singkong dengan massa ragi 4 gram :
Diketahui :

Presentase alkohol dari distilasi : 29,8%

volume larutan setelah distilasi : 10,3 mL

volume larutan setelah fermentasi : 364 mL

Jawab :

volume produk akhir(mL)


Randemen = x 100%
Volume produk awal (mL)

presentase alkohol daridistilasi( %)x Volume distilasi (mL)


Randemen = x
Volume larutan setelah fermentasi (mL)
100%
50

29,8 % x 10,3 mL
Randemen = x 100%
364 mL

3,1 mL
Randemen = x 100%
364 mL

Randemen = 0,85%

c. Perhitungan randemen pada komposisi 50 gram ampas tebu dan 50 gram kulit
singkong dengan massa ragi 4 gram :
Diketahui :

Presentase alkohol dari distilasi : 25,7%

volume larutan setelah distilasi : 11,5 mL

volume larutan setelah fermentasi : 432 mL

Jawab :

volume produk akhir(mL)


Randemen = x 100%
Volume produk awal (mL)

presentase alkohol daridistilasi( %)x Volume distilasi (mL)


Randemen = x
Volume larutan setelah fermentasi (mL)
100%

25,7 % x 11,5 mL
Randemen = x 100%
432 mL

3 mL
Randemen = x 100%
432 mL

Randemen = 0,69 %

d. Perhitungan randemen pada komposisi 25 gram ampas tebu dan 75 gram kulit
singkong dengan massa ragi 4 gram :
Diketahui :

Presentase alkohol dari distilasi : 33,2%

volume larutan setelah distilasi : 9,6 mL

volume larutan setelah fermentasi : 503 mL

Jawab :
51

volume produk akhir(mL)


Randemen = x 100%
Volume produk awal (mL)

presentase alkohol daridistilasi( %)x Volume distilasi (mL)


Randemen = x
Volume larutan setelah fermentasi (mL)
100%

33,2% x 9,6 mL
Randemen = x 100%
503 mL

3 , 2mL
Randemen = x 100%
503 mL

Randemen = 0,63 %

e. Perhitungan randemen pada komposisi 0 gram ampas tebu dan 100 gram kulit
singkong dengan massa ragi 4 gram :
Diketahui :

Presentase alkohol dari distilasi : 26,7%

volume larutan setelah distilasi : 9,6 mL

volume larutan setelah fermentasi : 623 mL

Jawab :

volume produk akhir(mL)


Randemen = x 100%
Volume produk awal (mL)

presentase alkohol daridistilasi( %)x Volume distilasi (mL)


Randemen = x
Volume larutan setelah fermentasi (mL)
100%

26,7 % x 9,6 mL
Randemen = x 100%
623 mL

3,9 mL
Randemen = x 100%
378 mL

Randemen = 0,41%

f. Perhitungan randemen pada komposisi 100 gram ampas tebu dan 0 gram kulit
singkong dengan massa ragi 6 gram :
Diketahui :

Presentase alkohol dari distilasi : 41,7%


52

volume larutan setelah distilasi : 10,7 mL

volume larutan setelah fermentasi : 349 mL

Jawab :

volume produk akhir(mL)


Randemen = x 100%
Volume produk awal (mL)

presentase alkohol daridistilasi( %)x Volume distilasi (mL)


Randemen = x
Volume larutan setelah fermentasi (mL)
100%

41,7 % x 10,7 mL
Randemen = x 100%
349 mL

4,5 mL
Randemen = x 100%
349 mL

Randemen = 1,29%

g. Perhitungan randemen pada komposisi 75 gram ampas tebu dan 25 gram kulit
singkong dengan massa ragi 6 gram :
Diketahui :

Presentase alkohol dari distilasi : 35%

volume larutan setelah distilasi : 10,5 mL

volume larutan setelah fermentasi : 344 mL

Jawab :

volume produk akhir(mL)


Randemen = x 100%
Volume produk awal (mL)

presentase alkohol daridistilasi( %)x Volume distilasi (mL)


Randemen = x
Volume larutan setelah fermentasi (mL)
100%

35 % x 10,5 mL
Randemen = x 100%
344 mL

3,7 mL
Randemen = x 100%
344 mL

Randemen = 1,08%
53

h. Perhitungan randemen pada komposisi 50 gram ampas tebu dan 50 gram kulit
singkong dengan massa ragi 6 gram :
Diketahui :

Presentase alkohol dari distilasi : 34,7%

volume larutan setelah distilasi : 11,3 mL

volume larutan setelah fermentasi : 396 mL

Jawab :

volume produk akhir(mL)


Randemen = x 100%
Volume produk awal (mL)

presentase alkohol daridistilasi( %)x Volume distilasi (mL)


Randemen = x
Volume larutan setelah fermentasi (mL)
100%

34,7 % x 11,3 mL
Randemen = x 100%
396 mL

3,9 mL
Randemen = x 100%
396 mL

Randemen = 0,99%

i. Perhitungan randemen pada komposisi 25 gram ampas tebu dan 75 gram kulit
singkong dengan massa ragi 6 gram :
Diketahui :

Presentase alkohol dari distilasi : 38%

volume larutan setelah distilasi : 12 mL

volume larutan setelah fermentasi : 580 mL

Jawab :

volume produk akhir(mL)


Randemen = x 100%
Volume produk awal (mL)

presentase alkohol daridistilasi( %)x Volume distilasi (mL)


Randemen = x
Volume larutan setelah fermentasi (mL)
100%
54

38 % x 12 mL
Randemen = x 100%
580 mL

4,6 mL
Randemen = x 100%
580 mL

Randemen = 0,79%

j. Perhitungan randemen pada komposisi 0 gram ampas tebu dan 100 gram kulit
singkong dengan massa ragi 6 gram :
Diketahui :

Presentase alkohol dari distilasi : 29,7%

volume larutan setelah distilasi : 9,4 mL

volume larutan setelah fermentasi : 573 mL

Jawab :

volume produk akhir(mL)


Randemen = x 100%
Volume produk awal (mL)

presentase alkohol daridistilasi( %)x Volume distilasi (mL)


Randemen = x
Volume larutan setelah fermentasi (mL)
100%

29,7 % x 9,4 mL
Randemen = x 100%
573 mL

2,8 mL
Randemen = x 100%
573 mL

Randemen = 0,49 %

k. Perhitungan randemen pada komposisi 100 gram ampas tebu dan 0 gram kulit
singkong dengan massa ragi 8 gram :
Diketahui :

Presentase alkohol dari distilasi : 45%

volume larutan setelah distilasi : 9,9 mL

volume larutan setelah fermentasi : 318 mL

Jawab :
55

volume produk akhir(mL)


Randemen = x 100%
Volume produk awal (mL)

presentase alkohol daridistilasi( %)x Volume distilasi (mL)


Randemen = x
Volume larutan setelah fermentasi (mL)
100%

45 % x 9,9 mL
Randemen = x 100%
318 mL

4,5 mL
Randemen = x 100%
318 mL

Randemen = 1,4 %

l. Perhitungan randemen pada komposisi 75 gram ampas tebu dan 25 gram kulit
singkong dengan massa ragi 8 gram :
Diketahui :

Presentase alkohol dari distilasi : 44,3%

volume larutan setelah distilasi : 9,7 mL

volume larutan setelah fermentasi : 317 mL

Jawab :

volume produk akhir(mL)


Randemen = x 100%
Volume produk awal (mL)

presentase alkohol daridistilasi( %)x Volume distilasi (mL)


Randemen = x
Volume larutan setelah fermentasi (mL)
100%

44,3 % x 9,7 mL
Randemen = x 100%
317 mL

4,3 mL
Randemen = x 100%
317 mL

Randemen = 1,36 %

m. Perhitungan randemen pada komposisi 50 gram ampas tebu dan 50 gram kulit
singkong dengan massa ragi 8 gram :
Diketahui :

Presentase alkohol dari distilasi : 39,7%


56

volume larutan setelah distilasi : 10,7 mL

volume larutan setelah fermentasi : 357 mL

Jawab :

volume produk akhir(mL)


Randemen = x 100%
Volume produk awal (mL)

presentase alkohol daridistilasi( %)x Volume distilasi (mL)


Randemen = x
Volume larutan setelah fermentasi (mL)
100%

39,7 % x 10,7 mL
Randemen = x 100%
378mL

4,2 mL
Randemen = x 100%
357 mL

Randemen = 1,18%

n. Perhitungan randemen pada komposisi 25 gram ampas tebu dan 75 gram kulit
singkong dengan massa ragi 8 gram :
Diketahui :

Presentase alkohol dari distilasi : 42,3%

volume larutan setelah distilasi : 10,9 mL

volume larutan setelah fermentasi : 462 mL

Jawab :

volume produk akhir(mL)


Randemen = x 100%
Volume produk awal (mL)

presentase alkohol daridistilasi( %)x Volume distilasi (mL)


Randemen = x
Volume larutan setelah fermentasi (mL)
100%

42,3 % x 10,9mL
Randemen = x 100%
378 mL

4,6 mL
Randemen = x 100%
462 mL

Randemen = 0.99 %
57

o. Perhitungan randemen pada komposisi 0 gram ampas tebu dan 100 gram kulit
singkong dengan massa ragi 8 gram :
Diketahui :

Presentase alkohol dari distilasi : 39,7%

volume larutan setelah distilasi : 10,6 mL

volume larutan setelah fermentasi : 637 mL

Jawab :

volume produk akhir(mL)


Randemen = x 100%
Volume produk awal (mL)

presentase alkohol daridistilasi( %)x Volume distilasi (mL)


Randemen = x
Volume larutan setelah fermentasi (mL)
100%

39,7 % x 10,6 mL
Randemen = x 100%
637 mL

4,2 mL
Randemen = x 100%
637 mL

Randemen = 0,66 %

1.2
1.03
Randemen (%)

1
0.85
0.8 0.69
0.63
0.6
0.41
0.4

0.2

0
100 AT - 0 KS 75 AT - 25 KS 50 AT - 50 KS 25 AT - 75 KS 0 AT - 100 KS

Massa ragi 4

Gambar 4.10 Pengaruh komposisi bahan dengan massa ragi 4 gram terhadap
randemen yang dihasilkan
58

1.4 1.29

Randemen (%)
1.2 1.08
0.99
1
0.79
0.8

0.6 0.49

0.4

0.2

0
100 AT - 0 KS 75 AT - 25 KS 50 AT - 50 KS 25 AT - 75 KS 0 AT - 100 KS

Massa ragi 6

Gambar 4.11 Pengaruh komposisi bahan dengan massa ragi 6 gram terhadap
randemen yang dihasilkan

1.6
1.4 1.36
1.4
Randemen (%)

1.18
1.2
0.99
1

0.8 0.66
0.6

0.4

0.2

0
100 AT - 0 KS 75 AT - 25 KS 50 AT - 50 KS 25 AT - 75 KS 0 AT - 100 KS

Massa ragi 8

Gambar 4.12 Pengaruh komposisi bahan dengan massa ragi 8 gram terhadap
randemen yang dihasilkan

1.6

1.4
Randemen (%)

1.2

0.8

0.6

0.4

0.2

0
100 AT - 0 KS 75 AT - 25 KS 50 AT - 50 KS 25 AT - 75 KS 0 AT - 100 KS

Massa ragi 4 Massa ragi 6 Massa ragi 8

Gambar 4.13 Pengaruh komposisi bahan dengan massa ragi 4, 6 dan 8 gram
terhadap randemen yang dihasilkan
59

Pada Gambar 4.10, 4.11, 4.12 menunjukkan adanya pengaruh komposisi


bahan terhadap randemen alkohol yang dihasilkan, randemen terbanyak diperoleh
dari kombinasi bahan 100 gram ampas tebu - 0 gram kulit singkong dengan nilai
rata - rata randemen 3,03%, randemen menurun seiring dengan banyaknya
campuran bahan kulit singkong, hal ini disebabkan semakin banyak campuran
bahan kulit singkong hasil cairan fermentasi yang didapatkan semakin banyak
namun tidak banyak mengandung alkohol, sedangkan untuk ampas tebu hanya
sedikit menghasilkan cairan fermentasi hal ini disebabkan oleh struktur ampas
tebu yang seperti penyimpan cairan sehingga sebagian cairan hasil fermentasinya
sulit untuk dilakukan pemerasan. Pada hasil penelitian ini cairan fermentasi yang
berupa alkohol, air dan protein masih menyatu dengan bahan karena karakteristik
bahan yang seperti serbuk, sehingga cairan yang dihasilkan relatif banyak
bercampur dengan air.
Pada Gambar 4.13 menunjukkan adanya pengaruh massa ragi terhadap
randemen yang dihasilkan, hal ini disebabkan semakin banyak massa ragi yang
diberikan maka semakin cepat dan semakin banyak mikroorganisme yang
mengurai gula pereduksi pada bahan atau subtrat saat proses fermentasi menjadi
alkohol (Arif., 2021)

4.6 Pengaruh Komposisi Bahan, Massa Ragi Terhadap Warna Hasil Distilasi
(Hue, Saturation dan Value)
Pada proses distilasi terjadi perubahan warna pada bioetanol hasil fermentasi
kombinasi bahan Ampas tebu dan kulit singkong serta dari penambahan massa
ragi yang bervariasi. Berdasarkan hasil penelitian proses distilasi dari bioetanol
hasil fermetasi, diperoleh hasil warna bioetanol sebagai berikut :

Tabel 4. 5 perbandingan warna hasil distilasi sampel 1


Persentase campuran Massa Warna Hue (o) Saturation Value
bahan (gram) Ragi (%)
(%)
Ampas Kulit
tebu singkong
100 0 Putih 215 40 38
kebiruan
75 25 4 Putih 215 28 54
50 50 Putih 216 38 54
kebiruan
25 75 Putih 216 38 54
60

kebiruan
0 100 Putih 210 37 63
kebiruan
100 0 Bening 223 33 36
75 25 Putih 240 17 34
6 kebiruan
50 50 Putih 218 24 36
kebiruan
25 75 Bening 235 24 44
0 100 Putih 222 13 49
kebiruan
100 0 Bening 264 11 29
75 25 Bening 257 17 16
50 50 8 Bening 229 21 20
25 75 Bening 285 13 18
100 0 Bening 240 16 31

Tabel 4. 6 perbandingan warna hasil distilasi sampel 2


Persentase campuran Massa Warna Hue (o) Saturation Value
bahan (gram) Ragi (%)
(%)
Ampas Kulit
tebu singkong
100 0 Putih 217 46 41
kebiruan
75 25 4 Putih 215 22 55
50 50 Putih 219 40 39
kebiruan
25 75 Putih 221 26 42
kebiruan
0 100 Putih 213 26 39
kebiruan
100 0 Bening 224 26 37
75 25 Putih 217 17 41
6 kebiruan
50 50 Putih 240 19 26
kebiruan
25 75 Bening 221 30 39
0 100 Putih 220 29 32
kebiruan
100 0 Bening 250 12 29
75 25 Bening 229 22 20
50 50 8 Bening 260 14 17
25 75 Bening 300 5 21
100 0 Bening 220 11 20

Tabel 4. 7 perbandingan warna hasil distilasi sampel 3


Persentase campuran Massa Warna Hue (o) Saturation Value
bahan (gram) Ragi (%)
61

Ampas Kulit (%)


tebu singkong
100 0 Putih 219 44 40
kebiruan
75 25 4 Putih 217 30 68
50 50 Putih 213 29 48
kebiruan
25 75 Putih 220 35 41
kebiruan
0 100 Putih 210 10 64
kebiruan
100 0 Bening 224 28 45
75 25 Putih 217 28 55
6 kebiruan
50 50 Putih 214 20 31
kebiruan
25 75 Bening 222 25 33
0 100 Putih 240 23 19
kebiruan
100 0 Bening 233 15 27
75 25 Bening 235 18 25
50 50 8 Bening 276 19 11
25 75 Bening 257 8 31
100 0 Bening 227 20 24

Tabel 4. 8 perbandingan warna hasil distilasi sampel rata - rata


Persentase campuran Massa Warna Hue (o) Saturation Value
bahan (gram) Ragi (%)
(%)
Ampas Kulit
tebu singkong
100 0 Putih 217 43,3 40,7
kebiruan
75 25 4 Putih 215,7 26,7 59
50 50 Putih 216 35,7 47
kebiruan
25 75 Putih 218,3 27,3 41,3
kebiruan
0 100 Putih 211 24,3 55,3
kebiruan
100 0 Bening 223,7 29 38,3
75 25 Putih 224,7 20,7 45
6 kebiruan
50 50 Putih 224 21 31
kebiruan
25 75 Bening 226 26,3 40
0 100 Putih 227,3 21,7 33,3
kebiruan
100 0 Bening 249 12,7 28,3
75 25 Bening 242,7 19 20,3
50 50 8 Bening 255 18 16
62

25 75 Bening 280,7 15 23,3


100 0 Bening 229 15,7 25

Pengujian ini untuk mendapatkan nilai HSV menggunakan aplikasi scanner


camera yaitu “Colour Grab” untuk mengkuantitatifkan pengujian warna ini. HSV
adalah salah satu metode untuk menjelaskan warna yang didasari campuran
lingkaran warna. Hue mengukur sudut warna merah pada 0 derajat, hijau 120
derajat dan biru 240 derajat, Saturation menunjukkan radius tingkat warna antara
gelap (pusat) dan putih (diluar). Sedangkan Value mengatur nilai kecerahan yang
berkisar dari 0 sampai 100. HSV memiliki keunggulan dibanding ruang warna
yang lain, yaitu HSV dapat menoleransi perubahann intensitas cahaya
(Panggabean Dkk., 2020)

220
218.3
218 217
215.7 216
216

214
Hue (o)

212 211

210

208

206
100 AT - 0 KS 75 AT - 25 KS 50 AT - 50 KS 25 AT - 75 KS 0 AT - 100 KS

Massa ragi 4

Gambar 4.14 Pengaruh komposisi bahan dengan massa ragi 4 gram terhadap
Warna (hue) yang dihasilkan
63

228
227.3
227
226
226

225 224.7
Hue (o)

224
224 223.7

223

222

221
100 AT - 0 KS 75 AT - 25 KS 50 AT - 50 KS 25 AT - 75 KS 0 AT - 100 KS

Massa ragi 6

Gambar 4.15 Pengaruh komposisi bahan dengan massa ragi 6 gram terhadap
Warna (hue) yang dihasilkan

300 280.7
249 255
242.7
250 229

200
Hue (o)

150

100

50

0
100 AT - 0 KS 75 AT - 25 KS 50 AT - 50 KS 25 AT - 75 KS 0 AT - 100 KS

Massa ragi 8

Gambar 4.16 Pengaruh komposisi bahan dengan massa ragi 8 gram terhadap
Warna (hue) yang dihasilkan
64

300

250

Hue (o) 200

150

100

50

0
100 AT - 0 KS 75 AT - 25 KS 50 AT - 50 KS 25 AT - 75 KS 0 AT - 100 KS

Massa ragi 4 Massa ragi 6 Massa ragi 8

Gambar 4.17 Pengaruh komposisi bahan dengan massa ragi 4, 6 dan 8 gram
terhadap warna (hue) yang dihasilkan
Pada Gambar 4.14, 4.15 dan 4.16 menunjukkan tidak adanya pengaruh yang
signifikan antara variasi komposisi bahan terhadap warna (hue) yang dihasilkan.
Pada gambar 4.17 menunjukkan adanya pengaruh antara massa ragi terhadap
warna (hue) yang dihasilkan. Hue meningkat seiring dengan penambahan massa
ragi hal ini disebabkan tingkat kepekatan warna putih menurun seiring dengan
penambahan masa ragi sehingga warna latar belakang (hitam) semakin terlihat
karena kandungan alkohol yang semakin meningkat.

50
45
43.3

40 35.7
Saturation (%)

35
30 26.7 27.3
24.3
25
20
15
10
5
0
100 AT - 0 KS 75 AT - 25 KS 50 AT - 50 KS 25 AT - 75 KS 0 AT - 100 KS

Massa ragi 4

Gambar 4. 18 Pengaruh komposisi bahan dengan massa ragi 4 gram terhadap


Warna (Saturation) yang dihasilkan
65

35
29
30
26.3

Saturation (%) 25
20.7 21 21.7
20

15

10

0
100 AT - 0 KS 75 AT - 25 KS 50 AT - 50 KS 25 AT - 75 KS 0 AT - 100 KS

Massa ragi 6

Gambar 4.19 Pengaruh komposisi bahan dengan massa ragi 6 gram terhadap
Warna (Saturation) yang dihasilkan

20 19
18
18
15.7
16 15
Saturation (%)

14 12.7
12
10
8
6
4
2
0
100 AT - 0 KS 75 AT - 25 KS 50 AT - 50 KS 25 AT - 75 KS 0 AT - 100 KS

Massa ragi 8

Gambar 4.20 Pengaruh komposisi bahan dengan massa ragi 8 gram terhadap
Warna (Saturation) yang dihasilkan
66

50
45
40

Saturation (%) 35
30
25
20
15
10
5
0
100 AT - 0 KS 75 AT - 25 KS 50 AT - 50 KS 25 AT - 75 KS 0 AT - 100 KS

Massa ragi 4 Massa ragi 6 Massa ragi 8

Gambar 4.21 Pengaruh komposisi bahan dengan massa ragi 4, 6 dan 8 gram
terhadapWarna (Saturation) yang dihasilkan
Pada Gambar 4.18, 4.19 dan 4.20 menunjukkan tidak adanya pengaruh yang
signifikan antara variasi komposisi bahan terhadap warna (saturation) yang
dihasilkan.
Pada Gambar 4.21 menunjukkan adanya pengaruh antara massa ragi terhadap
warna (saturation) yang dihasilkan. Saturation menurun seiring dengan
penambahan massa ragi, hal ini disebabkan oleh intensitas warna putih yang
semakin memudar seiring dengan massa ragi yang diberikan sehingga warna latar
belakang semakin terlihat (hitam) yang menunjukkan semakin jernihnya cairan
karena kandungan alkohol yang tinggi. Semakin tinggi nilai saturation maka
semakin jelas warna yang telihat (Taufik, 2016),
67

70
59
60 55.3

50 47
Value (%) 40.7 41.3
40

30

20

10

0
100 AT - 0KS 75 AT - 25 KS 50 AT - 50 KS 25 AT - 75 KS 0 AT - 100 KS

Massa ragi 4

Gambar 4.22 Pengaruh komposisi bahan dengan massa ragi 4 gram terhadap
Warna (Value) yang dihasilkan

50
45
45
40
40
38.3

35
33.3
31
Value (%)

30
25
20
15
10
5
0
100 AT - 0KS 75 AT - 25 KS 50 AT - 50 KS 25 AT - 75 KS 0 AT - 100 KS

Massa ragi 6

Gambar 4.23 Pengaruh komposisi bahan dengan massa ragi 6 gram terhadap
Warna (Value) yang dihasilkan
68

40
36
35

30 28.3
Value (%)
25 23.3
20.3
20
16
15

10

0
100 AT - 0KS 75 AT - 25 KS 50 AT - 50 KS 25 AT - 75 KS 0 AT - 100 KS

Massa ragi 8

Gambar 4.24 Pengaruh komposisi bahan dengan massa ragi 8 gram terhadap
Warna (Value) yang dihasilkan

70

60

50
Value (%)

40

30

20

10

0
100 AT - 0KS 75 AT - 25 KS 50 AT - 50 KS 25 AT - 75 KS 0 AT - 100 KS

Massa ragi 4 Massa ragi 6 Massa ragi 8

Gambar 4.25 Pengaruh komposisi bahan dengan massa ragi 4, 6 dan 8 gram
terhadap Warna (Value) yang dihasilkan
Pada Gambar 4.22, 4.23 dan 4.24 menunjukkan tidak adanya pengaruh yang
signifikan antara variasi komposisi bahan terhadap warna (value) yang dihasilkan.
Pada gambar 4.25 menunjukkan adanya pengaruh antara massa ragi terhadap
warna (value) yang dihasilkan. Value menurun seiring dengan penambahan massa
ragi hal ini disebabkan oleh kecerahan warna putih yang menurun akibat kadar
etanol yang meningkat dan warna latar belakang semakin terlihat (hitam). semakin
tinggi nilai value maka warna akan semakin sempurna sebaliknya, semakin
rendah nilai value maka warna akan semakin gelap (Taufik Dkk, 2016)
69

Gambar 4.26 Bio-etanol 100 gram ampas tebu - 0 gram kulit singkong massa ragi
4 gram
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Gambar 4.27 Bio-etanol 100 gram ampas tebu - 0 gram kulit singkong massa ragi
6 gram
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Gambar 4.28 Bio-etanol 100 gram ampas tebu - 0 gram kulit singkong massa ragi
8 gram
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
70

Gambar 4. 29 Bio-etanol 75 gram ampas tebu - 25 gram kulit singkong massa ragi
4 gram
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Gambar 4.30 Bio-etanol 75 gram ampas tebu - 25 gram kulit singkong massa ragi
6 gram
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Gambar 4.31 Bio-etanol 75 gram ampas tebu - 25 gram kulit singkong massa ragi
8 gram
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
71

Gambar 4.32 Bio-etanol 50 gram ampas tebu - 50 gram kulit singkong massa ragi
4 gram
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Gambar 4.33 Bio-etanol 50 gram ampas tebu - 50 gram kulit singkong massa ragi
6 gram
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Gambar 4.34 Bio-etanol 50 gram ampas tebu - 50 gram kulit singkong massa ragi
8 gram
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
72

Gambar 4.35 Bio-etanol 25 gram ampas tebu - 75 gram kulit singkong massa ragi
4 gram
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Gambar 4.36 Bio-etanol 25 gram ampas tebu - 75 gram kulit singkong massa ragi
6 gram
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Gambar 4.37 Bio-etanol 25 gram ampas tebu - 75 gram kulit singkong massa ragi
8 gram
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
73

Gambar 4.38 Bio-etanol 0 gram ampas tebu - 100 gram kulit singkong massa ragi
4 gram
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Gambar 4.39 Bio-etanol 0 gram ampas tebu - 100 gram kulit singkong massa ragi
6 gram
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Gambar 4.40 Bio-etanol 0 gram ampas tebu - 100 gram kulit singkong massa ragi
8 gram
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
74

4.7 Hasil Pengujian GC-MS (Gas Chromatography Mass Spectrometry)


Pada pengujian GC-MS terdapat 6 sampel yang diuji yaitu, 100 gram ampas
tebu - 0 gram kulit singkong dengan 6 gram massa ragi, 100 gram ampas tebu - 0
gram kulit singkong dengan 8 gram massa ragi, 75 gram ampas tebu - 25 gram
kulit singkong dengan 8 gram massa ragi, 50 gram ampas tebu - 50 gram kulit
singkong dengan 8 gram massa ragi, 25 gram ampas tebu - 75 gram kulit
singkong dengan 8 gram massa ragi dan 0 gram ampas tebu - 100 gram kulit
singkong dengan 8 gram massa ragi, dari 6 sampel yang di uji GC-MS terdapat
kandungan sebagai berikut :

Tabel 4.9 Hasil pengujian GC-MS distilasi cairan fermentasi 100 gram ampas
tebu - 0 gram kulit singkong dengan massa ragi 6 gram
No Nama Senyawa Satuan Hasil Uji Metode Uji
100 AT - 0
KS
6 gram
1 4H-Pyran-4-one % 0,543
2 METHYLSULFIDTIOL % 98,699
3 1-Propanol % 0,254 GC-MS
4 1-Butanol % 0,504
(Sumber : Balai Riset dan Standarisasi Industri Banjarbaru)

Tabel 4.10 Hasil pengujian GC-MS distilasi cairan fermentasi 100 gram ampas
tebu - 0 gram kulit singkong dengan massa ragi 8 gram
No Nama Senyawa Satuan Hasil Uji Metode Uji
100 AT - 0
KS
8 gram
1 METHYLSULFIDTIOL % 98,739
2 1-Propanol % 0,634 GC-MS
3 1-Butanol % 0,627
(Sumber : Balai Riset dan Standarisasi Industri Banjarbaru)
75

Tabel 4.11 Hasil pengujian GC-MS distilasi cairan fermentasi 75 gram ampas
tebu - 25 gram kulit singkong dengan massa ragi 8 gram
No Nama Senyawa Satuan Hasil Uji Metode Uji
75 AT - 25
KS
8 gram
1 METHYLSULFIDTIOL % 97,224
2 1-Propanol % 0,912
3 1-Butanol % 0,731 GC-MS
4 Ethane % 1,133
(Sumber : Balai Riset dan Standarisasi Industri Banjarbaru)

Tabel 4.12 Hasil pengujian GC-MS distilasi cairan fermentasi 50 gram ampas
tebu - 50 gram kulit singkong dengan massa ragi 8 gram
No Nama Senyawa Satuan Hasil Uji Metode Uji
50 AT - 50
KS
8 gram
1 METHYLSULFIDTIOL % 84,551
2 1-Propanol % 11,625
3 1-Butanol % 1,945
4 2-Propanol % 0,968 GC-MS
5 2-Butanol % 0,911
(Sumber : Balai Riset dan Standarisasi Industri Banjarbaru)

Tabel 4.13 Hasil pengujian GC-MS distilasi cairan fermentasi 25 gram ampas
tebu - 75 gram kulit singkong dengan massa ragi 8 gram
No Nama Senyawa Satuan Hasil Uji Metode Uji
25 AT - 75
KS
8 gram
1 METHYLSULFIDTIOL % 82,138
2 1-Propanol % 14,346
3 1-Butanol % 2,376 GC-MS
76

4 2-Propanol % 0,635
5 2-Butanol % 0,504
(Sumber : Balai Riset dan Standarisasi Industri Banjarbaru)

Tabel 4.14 Hasil pengujian GC-MS distilasi cairan fermentasi 0 gram ampas tebu
- 100 gram kulit singkong dengan massa ragi 8 gram
No Nama Senyawa Satuan Hasil Uji Metode Uji
0 AT - 100
KS
8 gram
1 METHYLSULFIDTIOL % 79,336
2 1-Propanol % 17,493
3 1-Butanol % 2,255 GC-MS
4 2-Propanol % 0,496
5 2-Butanol % 0,420
(Sumber : Balai Riset dan Standarisasi Industri Banjarbaru)

Pada hasil pengujian GC-MS Tabel 4.9, Tabel 4.10, Tabel 4.11, Tabel 4.12,
Tabel 4.13 dan Tabel 4.14 sampel yang diuji terdapat kandungan senyawa yang
paling mendominasi pertama adalah methylsulfidtiol dimana senyawa ini
diindikasikan sebagai senyawa tiol atau organosulfur. Tiol adalah suatu sulfur
yang dianalogkan dengan alkohol, yakni oksigen yang terdapat pada alkohol (-
OH) diganti dengan sulfur (-SH), senyawa ini diindikasikan terbentuk karena
metanol dan hidrogen sulfida yang masih terikat atau bereaksi (Kusuma, 2018),
Pada dasarnya methylsulfidtiol dapat digunakan menjadi bahan bakar namun
adanya belerang didalamnya tidak dikehendaki karena dapat menimbulkan korosi
sehingga bisa merusak material sistem bahan bakar tersebut, selain itu sulfur yang
ikut terbakar bersarna dengan bahan bakar akan menimbulkan rnasalah bagi
lingkungan dan merugikan manusia. Untuk mengatasi hal tersebut komponen
belerang dihilangkan dengan proses desulfurisasi. Oksidasi dan ekstraksi larutan
sebagai salah satu metode desulfurisasi yang dapat digunakan untuk mengurangi
kadar sulfur dalam minyak hingga batas tertentu yang diharapkan. Proses
pengurangan sulfur dalam minyak dilakukan dengan metode oksidasi - ekstraksi,
77

prinsip metode ini adalah mengoksidasi senyawa organosulfur yang terdapat


dalam minyak menjadi senyawa yang lebih reaktif sehingga dapat dipisahkan
dengan cara ekstraksi. Pada proses fermentasi alkohol, selain menghasilkan
alkohol juga menghasilkan produk sampingan lain seperti karbondioksida (CO 2)
dan hidrogen sulfide (H2S) yang dihasilkan dari aktivitas biologis bakteri anaerob
ketika mengurai bahan organik yang mana untuk mengurangi atau
menghilangkannya perlu dilakukan proses dehidrasi (Sutanto, 2016).
Kemudian terdapat senyawa yang mendominasi kedua yaitu propanol dan
butanol senyawa yang mendominasi ketiga, senyawa – senyawa ini termasuk
empat alkohol alifatik pertama, yaitu metanol, etanol, propanol, dan butanol,
adalah jenis alkohol yang sering digunakan sebagai bahan bakar karena alkohol-
alkohol ini dapat disintesis secara kimia maupun biologi, dan karakteristik yang
dimiliki membuat alkohol ini dapat dipakai pada mesin-mesin modern saat ini.
Salah satu keuntungan yang dimiliki oleh keempat jenis alkohol ini adalah angka
oktan yang tinggi. Angka oktan yang tinggi dapat membuat efisiensi bahan bakar
meningkat sehingga dapat menutupi kepadatan energinya yang rendah (jika
dibandingkan dengan bensin/diesel). Biobutanol merupakan salah satu bahan
bakar yang paling menguntungkan karena kepadatan energinya hampir sama
dengan bensin, dengan angka oktan yang masih 25% lebih tinggi dari bensin.

4.8 Bioetanol Sebagai Bahan Bakar


Dalam pembuatan bioetanol ini membutuhkan proses yang cukup panjang
dan melibatkan energi lain untuk memproduksinya, untuk bahan bakunya mudah
didapatkan karena bioetanol berasal dari gula fermentasi yang terdapat pada
tumbuhan berpati dan berserat, namun untuk proses pengolahannya membutuhkan
waktu dan biaya produksi yang lebih banyak daripada bahan bakar fosil. Dalam
penelitian ini alkohol yang dihasilkan hanya berkadar 45% dengan volume 10 mL
pada bahan 100 gram ampas tebu - 0 gram kulit singkong dengan massa ragi 8
gram, bioetanol ini belum bisa digunakan sebagai bahan bakar atau campuran
bahan bakar dikarenakan kadarnya yang masih rendah dan sukar untuk menyala,
disisi lain masih ada kandungan senyawa lain yang perlu dihilangkan atau
dikurangi seperti karbondioksida (CO2) dan hidrogen sulfide (H2S) yang bisa
menyebabkan korosi.(Dwinanda, 2017)
78

Dari hasil penelitian ini didapatkan bioetanol dengan kadar tertinggi yaitu
45% pada bahan 100 gram ampas tebu - 0 gram kulit singkong dengan massa ragi
8 gram, bioetanol dengan kadar tersebut masih relatif rendah dikarenakan faktor -
faktor seperti bahan yang digunakan tidak menghasilkan gula pereduksi yang
maksimal sehingga alkohol yang dihasilkan juga tidak optimal. Temperatur dan
alat distilasi juga mempengaruhi kadar alkohol yang dihasilkan, semakin tinggi
temperatur yang digunakan maka akan menurunkan kadar alkohol yang dihasilkan
disebabkan terbawanya senyawa lain yang ikut menguap bersama dengan cairan
alkohol. Bioetanol dengan kadar tersebut belum bisa digunakan untuk bahan
bakar mesin dan belum memenuhi SNI 7390:2008, syarat kadar metanol,
penambahan denaturan baru denatonium benzoat, perubahan kadar air, perubahan
kadar klorin dan penghapusan parameter pH. kadar etanol menurut Badan
Standarisasi Nasional Indonesia adalah 94,0% (Nugroho Dkk., 2020)
Alkohol yang dimanfaatkan untuk campuran bahan bakar kendaraan
bermotor harus betul-betul kering dan anhydrous supaya tidak korosif. Alkohol
yang akan digunakan sebagai bahan bakar memiliki konsentrasi >99,5% dan
disebut fuel grade ethanol (FGE), untuk meningkatkan kadarnya perlu dilakukan
proses distilasi lagi dan adsorpsi (dehidrasi). Adsorpsi adalah salah satu proses
pengeringan etanol melalui suatu proses pemisahan bahan dari campuran gas atau
campuran cairan, bahan harus dipisahkan ditarik oleh permukaan adsorben padat
dan diikat oleh gaya-gaya yang bekerja pada permukaan tersebut. (B. S. H. S. dan
D. F. N. Susilo, 2017)

4.9 Dampak Pemakaian Bioetanol


Pemakaian bioetanol sebagai bahan bakar dapat dicampur dengan bahan
bakar lain seperti bensin, pertalite dan pertamax. Kelebihan pemakaian bioetanol
adalah bioetanol aman digunakan sebagai bahan bakar, titik nyala etanol tiga kali
lebih tinggi dibandingkan bensin, emisi hidrokarbon lebih sedikit. Sedangkan
kekurangan-kekurangan bioetanol dibandingkan bensin adalah pada mesin dingin
lebih sulit melakukan starter bila menggunakan bioetanol, dan bioetanol bereaksi
dengan logam seperti magnesium dan aluminium jika kadar airnya masih tinggi
(Arlianti, 2018). Penambahan bioetanol minimal 20% dapat menghasilkan emisi
gas buang yang baik dan konsumsi bahan bakar yang rendah.(Nugraheni &
79

Pratama, 2018), pemakaian bahan bakar bioetanol (62 ppm/vol) lebih rendah
emisi gas buang (HC), dibandingkan bahan bakar pertalite (94 ppm/vol) atau
pertamax (72 ppm/vol) pada penggunaan sepeda motor 4 langkah. (Rendi Dkk.,
2018)

4.10 Bioetanol Terhadap Rekayasa Mesin


Dalam uji pembakaran droplet, bahan bakar etanol memiliki flashpoint yang
lebih tinggi yaitu 13 °C dibandingkan dengan bahan bakar bensin yaitu -40 °C,
flash point sendiri merupakan suhu terendah dimana bahan bakar akan
mengeluarkan uap dan membentuk campuran dengan udara yang dapat terbakar.
Sehingga dapat dikatakan bahwa, semakin tinggi nilai flash point suatu bahan
bakar maka waktu penyalaan bahan bakar tersebut semakin lama karena
kecepatan penguapannya (volatility) yang lambat. Selain itu bahan bakar etanol
juga memiliki waktu ignition delay yang tinggi dibandingkan dengan bahan bakar
bensin, hal ini disebabkan karena etanol memiliki kalor laten penguapan yang 3
kali lebih tinggi yaitu sebesar 918,42 kJ/kg dibandingkan bensin yaitu sebesar
307,3 kJ/kg yang menyebabkan dibutuhkan lebih banyak energi untuk berubah
fase dari cair menjadi gas pada temperatur yang sama.(Arwin Dkk., 2019)
Dalam pengujian terhadap performa mesin injeksi Yamaha Vixion 150 cc
tahun 2011, pencampuran bahan bakar etanol sebanyak 15% mendapatkan hasil
torsi yang paling tinggi yaitu 15,08 Nm pada putaran 7500 rpm. Daya yang
dihasilkan dari semua pengujian yang paling tinggi yaitu pada campuran 15%
bahan bakar etanol, daya yang dihasilkan ialah 17,14 kW pada putaran 8500 dan
8750 rpm. Presentasi yang tepat untuk mesin injeksi bersilinder 150cc yaitu pada
presentasi campuran bahan bakar pertalite dengan campuran etanol 15%.
Pencampuran etanol dibawah 15% didapatkan torsi dan daya yang meningkat,
tetapi di pengujian konsumsi bahan bakar itu tidak stabil dalam peningkatan
performa mesin dan pencampuran etanol di atas 15% daya dan torsi yang
dihasilkan lemah dan konsumsi bahan bakar tidak stabil (Jatmiko Dkk., 2019)

4.11 Potensi Penerapan Industri Bioetanol Di Indonesia


A. Prospek pengembangan
80

Di Indonesia terdapat beberapa sumber bahan baku yang sangat prospektif


untuk dikembangkan, yaitu singkong, ubi jalar, tebu, sagu, nira kelapa, nira aren,
nira lontar, sorgum dan rumput laut. Bioetanol diharapkan dapat merupakan bahan
bakar alternatif masa depan yang ramah lingkungan dan bersifat renewable, untuk
menggantikan sebagian atau melengkapi konsumsi bahan bakar fosil (minyak
bumi) yang kurang ramah lingkungan dan persediaannya semakin terbatas.
Komitmen pemerintah Indonesia terhadap pengembangan sumber energi baru
terbarukan tergambar melalui Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014 (PP
79/2014) yang telah mengatur di antaranya:
- pada tahun 2025 peran energi baru dan energi terbarukan paling sedikit 23% dan
pada tahun 2050 paling sedikit 31% sepanjang keekonomiannya terpenuhi;
- pemanfaatan sumber energi terbarukan dari jenis bahan bakar nabati diarahkan
untuk menggantikan bahan bakar minyak, terutama untuk sektor transportasi dan
industri, dengan tetap menjaga ketahanan pangan; dan
- pemanfaatan energi terbarukan dari jenis biomassa dan sampah diarahkan untuk
sektor ketenagalistrikan dan transportasi.
Penggunaan bioetanol sebagai bahan bakar untuk menghasilkan listrik telah
memberikan alternatif bahkan solusi untuk menghadirkan sumber listrik yang
aman, ramah lingkungan juga mengurangi ketergantungan terhadap pemakaian
listrik dari PLN; selain meminimalisasi pemborosan listrik, juga dapat digunakan
oleh masyarakat untuk menghasilkan listrik untuk kebutuhan rumah tinggal,
seperti yang telah diterapkan di Minahasa Tenggara. (Hiola, 2018)
B. Bioetanol Dari Ampas Tebu dan Kulit Singkong
Menurut Badan Pusat Statistik Perkebunan Indonesia tahun 2015, luas areal
komoditas tebu dalam lima tahun terakhir,yakni : 451.788 ha (2011), 451.225 ha
(2012), 469.227 ha (2013), 478.108 ha (2014), dan 478.171 ha (2015).
Meningkatnya luas dan produksi ampas tebu, maka tentu akan berdampak pada
peningkatan jumlah limbah yang dihasilkan. Penumpukan bahan tersebut dalam
jumlah besar akan menjadi salah satu sumber pencemaran lingkungan. Ampas
tebu merupakan limbah sisa hasil dari pabrik tebu yang keadaannya belum
dimanfaatkan secara maksimal. Diperkirakan sekitar 1,8 juta ton pertahun ampas
tebu dapat dihasilkan dari pabrik gula. Karena jumlahnya yang melimpah maka
81

perlu dimanfaatkan secara maksimal. Kandungan ampas tebu kering 10% dari
tebu yang sudah digiling, kadar selulosa/glukan 50%, hemiselulosa/xilan 25%,
dan lignin 25%. Jumlah produksi gula dari tahun 2001–2009 semakin meningkat,
hal itu menandai bahwa untuk produksi ampas tebu semakin meningkat
jumlahnya pada tiap tahun. Berdasarkan hasil perhitungan, limbah ampas tebu
nasional di tahun 2015 sekitar 860.707,8 ton. (Anggaraini, 2017)
Tanaman ubi kayu ditinjau dari aspek bahan baku, aspek teknologi, aspek
lingkungan, serta aspek komersial lebih menjanjikan sebagai bahan baku
pembuatan bioetanol. Beberapa pertimbangan digunakanya ubi kayu sebagai
bahan baku etanol: a) Ubi kayu sudah sejak lama dikenal dan dibudidayakan
secara turun-menurun oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Diharapkan
dengan berkembangnya industri bioetanol , harga ubi kayu akan meningkat
sehingga pendapatan petani meningkat pula, b) ubi kayu telah tersebar di
Indonesia di sentra- sentra produksi di 55 kabupaten dan 36 provinsi, tetapi
prokduktivitasnya masih rendah. Dengan program pengembangan BBN, akan
terjadi peningkatan produktivitas dan penumbuhan agroindustri di pedesaan, c)
berkembangnya industri bioetanol di pedesaan akan lebih menjamin stabilitas
harga ubi kayu, d) penggunaan ubi kayu sebagai bahan baku akan lebih menjamin
security of supply bahan bakar berbasis kemasyarakatan, e) ubi kayu merupakan
tanaman yang mempunyai tingkat toleransi tinggi terhadap tanah dengan tingkat
kesuburan rendah dan mampu berproduksi baik pada lahan sub-optimal. Singkong
merupakan salah satu tanaman yang memiliki sumber pati cukup tinggi. Sebagian
masyarakat umum mengolah ubi kayu untuk memproduksi tepung tapioka atau
untuk dijadikan sebagai pengganti makanan pokok. Selain dari umbinya, limbah
kulit ubi kayu juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar bioetanol. Kulit
singkong mengandung karbohidrat cukup tinggi. Tanaman ubi kayu banyak
tumbuh di Indonesia karena singkong tergolong tanaman tropis. Namun
masyarakat hanya mengelola umbi singkong dan kulit ubi kayu yang tersedia
dalam jumlah yang banyak belum dimanfaatkan secara maksimal. Beberapa
masyarakat hanya memanfaatkan kulit singkong sebagai pakan ternak.
Penggunaan singkong sebanyak 18,9 juta ton per tahun. Berarti limbah kulit
82

dalam yang berwarna putih dapat mencapai 1,5-2,8 juta ton sedangkan limbah
kulit luar yang berwarna coklat mencapai 0,04-0,09 juta ton. (Widyastuti, 2019)
C. Penentuan Lokasi Pabrik
Faktor primer merupakan faktor yang secara langsung mempengaruhi tujuan
utama dari usaha pabrik. Tujuan utama ini meliputi proses produksi dan distribusi.
Adapun faktor-faktor primer yang berpengaruh secara langsung dalam pemilihan
lokasi pabrik adalah :
a. Penyediaan Bahan Baku
Lokasi pabrik sebaiknya dekat dengan penyediaan bahan baku untuk
menghemat biaya transportasi. Pengangkutan bahan baku ini dilakukan dengan
truk-truk bak terbuka yang berukuran besar.
b. Pemasaran
Distribusi produk akan berjalan lebih mudah dan efisien apabila pabrik
berada dekat dengan wilayah pemasaran. Jalur dan jenis transportasi yang
digunakan dalam proses produksi dan pendistribusian produk harus dipilih yang
paling mudah, tidak memerlukan waktu yang lama, serta aman dalam proses
pengangkutan.
c. Utilitas
Utilitas yang diperlukan adalah air, bahan bakar dan listrik. Kebutuhan air
dapat dipenuhi dengan baik dekat dengan sumber air sungai. Sarana yang lain
seperti bahan bakar dan listrik merupakan faktor utama dalam operasional pabrik
dan harus dapat diperoleh dengan cukup mudah dari wilayah sekitar.
d. Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang dibutuhkan adalah tenaga kerja yang berpendidikan
kejuruan atau menengah dan sebagian sarjana. Hal ini agar tenaga kerja yang
dipekerjakan adalah tenaga kerja yang memiliki kompetensi yang cukup agar
proses berjalan dengan baik. Selain itu faktor kedisiplinan dan pengalaman kerja
juga menjadi prioritas dalam perekrutan tenaga kerja tersebut. Untuk
memenuhinya dapat diperoleh dari daerah sekitar lokasi pabrik dan sekitarnya,
sehingga dengan dibangunnya pabrik di lokasi yang terdapat banyak SDM maka
dapat lebih meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar dan memacu
perkembangan ekonomi daerah.
83

e. Transportasi
Untuk mempermudah lalu lintas produk dan pemasarannya, lokasi
pabrik harus mudah dicapai. Pada lokasi pendirian harus ditunjang atau terdapat
transportasi yang memadai baik transportasi darat maupun laut dan diharapkan
dapat memperlancar kegiatan pemasaran, baik pemasaran internasional maupun
domestik.
f. Letak Geografis
Keadaan iklim di lokasi pabrik harus dipertimbangkan dengan baik
untuk mengoptimalkan kegiatan produksi pabrik, baik dari segi proses, maupun
dari segi peralatannya. Lokasi pabrik yang stabil ialah lokasi yang jauh dari
gangguan bencana alam (banjir, tsunami, gempa bumi, dan lain-lain). Iklim juga
mempengaruhi seperti kelembaban udara, curah hujan yang relatif intensitas sinar
matahari dan curah hujan yang cocok untuk perkebunan dan proses fermentasi.
Dalam pemilihan lokasi pabrik, karakteristik dan kondisi lingkungan seperti
tanah, ketinggian terhadap permukaan air laut, ketinggian air tanah, drainase,
kecepatan angin, kuantitas hujan, dan kemungkinan terjadinya bencana alam
penting untuk diperhatikan.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan yaitu bioetanol dari ampas tebu dan
kulit singkong dengan variasi massa ragi, dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Dari pengujian spss tidak dapat pengaruh antara kombinasi bahan terhadap
kadar alkohol yang dihasilkan dan terdapat pengaruh antara kombinasi
bahan dengan randemen yang dihasilkan. Kadar alkohol tertinggi diperoleh
dari komposisi bahan 100 gram ampas tebu - 0 gram kulit singkong dengan
kadar alkohol 45 %. Randemen terbanyak diperoleh dari komposisi bahan
100 gram ampas tebu - 0 gram kulit singkong dengan randemen 1,40%
2. Dari pengujian spss terdapat pengaruh antara massa ragi terhadap kadar
alkohol yang dihasilkan dan juga terdapat pengaruh antara massa ragi
terhadap randemen yang dihasilkan. Kadar alkohol tertinggi diperoleh dari
massa ragi 8 gram dengan kadar alkohol 45% pada komposisi bahan 100
gram ampas tebu - 0 gram kulit singkong. Randemen terbanyak diperoleh
dari massa ragi 8 gram dengan randemen 1,40%
3. Dari pengujian warna diperoleh hasil warna paling jernih dari komposisi
bahan 100 gram ampas tebu - 0 gram kulit singkong massa ragi 8 gram
pada komposisi bahan 75 gram ampas tebu - 25 gram kulit singkong massa
ragi 8 gram, komposisi bahan 50 gram ampas tebu - 50 gram kulit singkong
massa ragi 8 gram, komposisi bahan 25 gram ampas tebu - 75 gram kulit
singkong massa ragi 8 gram dan komposisi bahan 0 gram ampas tebu - 100
gram kulit singkong massa ragi 8 gram

5.2 Saran
Adapun saran yang penulis harapkan dari penelitian tentang bioetanol dari
ampas tebu dan kulit singkong dengan variasi massa ragi adalah sebagai berikut :
1. Ampas tebu dan kulit singkong merupakan bahan yang murah dan
berpotensi untuk dijadikan bioetanol skala besar, namun pada ampas tebu
perlu dilakukan pretreatment yang memakan waktu dan tenaga agar gula

71
72

pereduksinya bisa diekstraksi karena ampas tebu bertekstur seperti serat


sehingga agak sulit untuk memperkecil ukuran partikelnya sebagai bagian
dari proses memudahkannya gula pereduksi bisa di ekstraksi. Sehingga
dengan kendala ini perlu adanya metode cepat untuk mengekstraksi
kandungan gula pereduksi tadi tanpa harus memperkecil ukuran partikel
bahan menjadi ukuran yang kecil sekali.

.
DAFTAR PUSTAKA.

Ahmad, A., Amri, I., & Wani, S. (2020). Pemanfaatan Serat Buah Kelapa Sawit
menjadi Bioetanol dengan Variabel Konsentrasi H 2 SO 4 pada Proses
Hidrolisis. 14–15.
Anggaraini, A. D. (2017). Studi Pertumbuhan Dan Produksi Jamur Tiram Putih
(Pleurotus Ostreatus) Pada Formulasi Media Tumbuh Serbuk Ampas Tebu
Dan Ampas Teh. Skrpisi, 1–60.
Arwin, yulianti, l., & widodo, a. S. (2019). Karakteristik pembakaran droplet
campuran bahan bakar bensin-etanol. Seminar nasional inovasi dan aplikasi
teknologi industri 2019, 291–296.
Arif, A. Bin, Budiyanto, A., & Diyono, W. (2017). Optimasi Waktu Fermentasi
Produksi Bioetanol Dari Dedak Sorghum Manis ( Sorghum Bicolor L )
Melalui Proses Enzimatis. 67–78.
Arlianti, L. (2018). Bioetanol Sebagai Sumber Green Energy Alternatif yang
Potensial Di Indonesia. 1, 16–22.
Bahan, D., Tebu, A., & Kulit, D. A. N. (2020). ISSN: 2745-6331 (online) page
219-234. 2(2), 219–234.
Bahri, Samsul, & Hartono, D. (2019). Jurnal Teknologi Kimia Unimal Proses
Pembuatan Bioetanol dari Kulit Pisang Kepok ( Musa acuminata B . C )
secara Fermentasi Abstrak. 1(Mei), 48–56.
Bahri, Syamsul, Aji, A., & Yani, F. (2018). Jurnal Teknologi Kimia Unimal
Pembuatan Bioetanol dari Kulit Pisang Kepok dengan Cara Fermentasi
menggunakan Ragi Roti. 2(November), 85–100.
Concentration, C. (2021). Jurnal Teknik Kimia USU Pemanfaatan Limbah Kulit
Buah dan Sayur Sebagai Bahan Bakar Bioetanol. 10(1), 1–6.
Digital, C. (2016). Citra Digital,Warna, CBIR, RGB, HSV, Sistem, Histogram. 1.
19(1).
Dwinanda, V. C. (2017). Perancangan Wet Scrubber Sebagai Unit Pengurang
Kadar H 2 S Pada Produksi Biogas Di Pt Enero Mojokerto Design of Wet
Scrubber As H 2 S Content Reductor Unit in Biogas Production At Pt.
Energi, S. M. K., Surabaya, U. N., Mesin, J. T., & Surabaya, U. N. (N.D.).
Pengaruh Lama Waktu Fermentasi Terhadap Yield Dan Kualitas Bioetanol
Dari Umbi Ganyong Achmad Bustomi Arif I Wayan Susila Abstrak. D, 59–64
Hainun, W. N., Marlina, L., Hainun, W. N., & Kimia, T. (2020). Pembuatan
Bioetanol Dari Air Kelapa Melalui Fermentasi Dan Destilasi-Dehidrasi
Dengan Zeolit. 14(3).
Hiola, A. S. (2018). Faktor Kunci Pengembangan Bioetanol Aren Di Kabupaten
Boalemo Provinsi Gorontalo. Gorontalo Journal Of Forestry Research, 1(1),
44. Https://Doi.Org/10.32662/Gjfr.V1i1.76
Isah, Y., Kabiru, H. D., Danlami, M. A., & Kolapo, S. F. (2019). Comparative
Analysis of Bioethanol Produced From Cassava Peels and Sugarcane
Bagasse by Hydrolysis Using Saccharomyces Cerevisiae. J. Chem Soc.
Nigeria, 44(2), 233–238.
Jatmiko, r. S., winangun, k., & malyadi, m. (2019). Pengaruh pencampuran bahan
bakar pertalite dengan bio etanol terhadap peforma mesin injeksi yamaha
vixion 150cc tahun 2011. Komputek, 3(1), 33.
Https://doi.org/10.24269/jkt.v3i1.200
Jaya, D., Setyaningtyas, R., & Prasetyo, S. (2018). Pembuatan Bioetanol Dari
Alga Hijau Spirogyra sp Bioethanol Production From Green Algae
Spirogyra sp. 15(1), 16–19.
Kusdianto, E., Energi, M., Pascasarjana, S., Diponegoro, U., Biologi, D.,
Diponegoro, U., Kimia, D. T., & Diponegoro, U. (2021). Efektivitas Limbah
Kulit Kering Nanas Madu ( Ananas Comosus L . Merr ) Untuk Pembuatan
Bioetanol. 2006(2), 32–41. Https://Doi.Org/10.14710/Jebt.2020.9019
Kusuma, S. W. (2018). Pabrik Pembuatan Metil Merkaptan Dari Syn Gas Dan
Hidrogen Sulfida Dengan Kapasitas 36 . 000.
Legodi, L. M., Lagrange, D. C., Lukas, E., Rensburg, J. Van, & Ncube, I. (2021).
Artikel Penelitian Hidrolisis Enzimatik dan Fermentasi Hidrolisat
Pseudostem Pisang Menghasilkan Bioetanol. 2021.
Menggunakan, P., Pengering, A., & So, N. (2017). Pembuatan Bioetanol dengan
Cara Hidrolisis Menggunakan Kertas Koran. 1.
Nanas, K., Variasi, D., & Ragi, M. (2019). 2) 1,2. 4(1), 1–14.
Nugraheni, i. K., & pratama, m. M. A. (2018). Pengukuran penggunaan bahan
bakar biofuel (premium dan bioetanol) terhadap kinerja mesin bensin 4 tak.
Jurnal elemen, 5(1), 01. Https://doi.org/10.34128/je.v5i1.65
Ojewumi, m. E., job, a. I., taiwo, o. S., obanla, o. M., ayoola, a. A., omotayo, e., &
oyeniyi, e. A. (2018). Bio-konversi limbah kulit ubi jalar menjadi bio- etanol
menggunakan saccharomyces cerevisiae. 6084.
Panggabean, a. K., syahfaridzah, a., & ardiningih, n. A. (2020). Warna hsv
menggunakan aplikasi matlab. 4(2), 94–97.
Sulistyono, s., & sulistiyowati, w. (2018). Peramalan produksi dengan metode
regresi linier berganda. Prozima (productivity, optimization and
manufacturing system engineering), 1(2), 82.
Https://doi.org/10.21070/prozima.v1i2.1350
Susilo, b. S. H. S. Dan d. F. N. (2017). Pemurnian bioetanol menggunakan proses
distilasi dan adsorpsi dengan penambahan asam sulfat (H2SO4) pada aktivasi
zeolit alam sebagai adsorben. Jurnal keteknikan pertanian tropis dan
biosistem, 5(1), 19–26.
Sutanto, k. (2016). Teknologi membran dalam pengolahan gas alam. Institut
teknologi bandung, june, 0–8.
Sasongko, M. N. (2018). Pengaruh Prosentase Minyak Goreng Bekas Terhadap
Karakteristik Pembakaran Droplet Biodiesel. Flywheel : Jurnal Teknik Mesin
Untirta, IV(Volume IV Nomor 2, Oktober 2018), 8–13.
http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/jwl/article/view/3656
Sriyana, H. Y., & Nasita, U. (2019). Karakteristik Bioetanol Hasil Fermentasi
Kulit Singkong. Jurnal Inovasi Teknik Kimia, 4(2), 1–5.
https://doi.org/10.31942/inteka.v4i2.3012
Swetachattra, F. P., Gafieira, I. N., & Kimia, J. T. (2019). Dengan Proses
Fermentasi. 5(9), 184–188.
Widyastuti, P. (2019). Pengolahan Limbah Kulit Singkong Sebagai Bahan. Jurnal
Kompetensi Teknik, 11(1), 41–46.
Yuniarti, D. P., Hatina, S., & Efrinalia, W. (2018). Pengaruh Jumlah Ragi Dan
Waktu. 3, 1–12.
LAMPIRAN

Gambar persiapan bahan (pemotongan ampas tebu)

Gambar persiapan bahan (pemotongan kulit singkong)

Gambar pengeringan ampas tebu dan kulit singkong


Gambar penghalusan bahan kulit singkong

Gambar penghalusan bahan ampas tebu

Gambar pengayakan bahan ampas tebu dan kulit singkong mesh 30 atau 590 μm
Gambar penimbangan bahan

Gambar proses hidrolisis

Gambar proses peragian


Gambar proses fermentasi

Gambar proses pengambilan cairan fermentasi

Gambar cairan hasil fermentasi


Gambar pengukuran pH cairan hasil fermentasi

Gambar proses distilasi

Gambar pengukuran cairan hasil distilasi

Gambar pengukuran kadar etanol dengan pen refractometer


Uji signifikansi dengan software spss

Uji HSV dengan aplikasi colour grab untuk mengkuantifikasikan warna

Hasil uji GC-MS Bioetanol 100 gram ampas tebu - 0 gram kulit singkong dengan
6 gram massa ragi
Hasil uji GC-MS Bioetanol 100 gram ampas tebu - 0 gram kulit singkong dengan
8 gram massa ragi

Hasil uji GC-MS Bioetanol 50 gram ampas tebu - 50 gram kulit singkong dengan
8 gram massa ragi
Hasil uji GC-MS Bioetanol 50 gram ampas tebu - 50 gram kulit singkong dengan
8 gram massa ragi

Hasil uji GC-MS Bioetanol 75 gram ampas tebu - 25 gram kulit singkong dengan
8 gram massa ragi
Hasil uji GC-MS Bioetanol 0 gram ampas tebu - 100 gram kulit singkong dengan
8 gram massa ragi

Anda mungkin juga menyukai