Anda di halaman 1dari 41

“HAKEKAT PENGEMBANGAN KURIKULUM DALAM PENDIDIKAN

ATAU PEMBELAJARAN, POLA HUBUNGAN KURIKULUM


PEMBELAJARAN, PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM, FUNGSI
PENGEMBANGAN KURIKULUM DAN PERANAN PENGEMBANGAN
KURIKULUM”

Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum SD


Dosen Pengampu: Ibu Ika Dian Rahmawati, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh:
Kelompok 1
Septian Dwi Nur Rahman Mutoharoh (180611100158)
Rahman Arif Al Fatah (180611100164)
Ajeng Putri Dewi (180611100165)
Siti Kutibah Maqfiroh (180611100174)
Moh. Sakin Hassin (180611100189)

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
2021

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Tiada kata lain selain mengucap puji syukur atas terselesainya makalah
dengan judul “Hakekat Pengembangan Kurikulum Dalam Pendidikan atau
Pembelajaran, Pola Hubungan Kurikulum Pembelajaran, Prinsip Pengembangan
Kurikulum, Fungsi Pengembangan Kurikulum Dan Peranan Pengembangan
Kurikulum” untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum. Atas
bimbingan Ibu Ika Dian Rahmawati, S.Pd., M.Pd., maka tersusunlah makalah ini.
Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha
Esa karena kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini. Dalam penyusunan mkalah ini banyak pihak yang telah membantu penulis,
oleh karena itu penulis tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih atas ilmu
yang telah diberikannya kepada penulis.
Semoga amal baik mereka mendapatkan balasan dari Allah SWT dengan
balasan yang melimpah. Terima kasih.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ............................................................................................... i

Kata Pengantar .............................................................................................. ii

Daftar Isi ......................................................................................................... iii

BAB I Pendahuluan

1.1. Latar Belakang .......................................................................................... 1


1.2. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
1.3. Tujuan ....................................................................................................... 2

BAB II Pembahasan

2.1. Hakekat Pengembangan Kurikulum dalam Pendidikan/Pembelajaran .... 3


2.2. Pola Hubungan Kurikulum dengan Pembelajaran .................................... 11
2.3. Prinsip Pengembangan Kurikulum ........................................................... 15
2.4. Fungsi Pengembangan Kurikulum ........................................................... 17
2.5. Peranan Pengembangan Kurikulum ......................................................... 20

BAB III Penutup

3.1. Kesimpulan ............................................................................................... 34


3.2. Saran ......................................................................................................... 34

Daftar Pustaka ............................................................................................... 35

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam dunia pendidikan istilah kurikulum seakan menjadi kata yang wajib
diketahui oleh seorang pendidik agar dapat menyampaikan informasi sesuai
dengan ketentuan yang ada. Kurikulum bukanlah acuan pokok seorang pendidik
dalam mengajar, karena setiap kurikulum yang ada masih mengandung
kekurangan yang perlu direnovasi oleh pendidik tersebut. Kurikulum juga perlu
diterapkan diluar sekolah agar peserta didik lebih terarah.
Dalam kegiatan proses pembelajaran, kurikulum sangat dibutuhkan
sebagai pedoman untuk menyususn target dalam proses belajar mengajar. Karena
dengan adanya kurikulum maka akan memudahkan setiap pengajar dalam porses
belajar mengajar, maka dengan itu perlu untuk diketahui apa arti dari kurikulum
serta bagaimana pengembangan kurikulum dapat dilakukan dalam pendidikan
atau pembelajaran.
Yang dimaksud dengan kurikulum adalah suatu usaha untuk
menyampaikan asas-asas dan ciri-ciri yang penting dari suatu rencana dalam
bentuk yang sedemikian rupa sehingga dapat dilaksanakan guru disekolah. Setelah
mengetahui apa yang dimaksud dengan kurikulum maka perlu untuk diketahui
bagaimana perkembangan kurikulum. Karena seperti halnya tekhnologi dalam
suatu zaman, selalu terjadi perkembangan, begitu juga halnya dengan
perkembangan kurikulum. Untuk itu maka penulis mencoba untuk
mengidentifikasi hakekat pengembangan kurikulum dalam pendidikan atau
pembelajaran, pola hubungan kurikulum pembelajaran, prinsip pengembangan
kurikulum, fungsi pengembangan kurikulum dan peranan pengembangan
kurikulum.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, penulis dapat merumuskan rumusan
masalah sebagai berikut :
1.2.1. Bagaimana hakekat pengembangan kurikulum dalam pendidikan atau
pembelajaran?
1.2.2. Bagaimana pola hubungan kurikulum dengan pembelajaran?
1.2.3. Bagai-mana prinsip pengembangan kurikulum?
1.2.4. Apa saja fungsi pengembangan kurikulum?
1.2.5. Bagaimana peranan pengembangan kurikulum?

1.3. Tujuan
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka disusunnya makalah ini
bertujuan agar para pembaca dapat memahami hakekat pengembangan kurikulum
dalam pendidikan atau pembelajaran, pola hubungan kurikulum pembelajaran,
prinsip pengembangan kurikulum, fungsi pengembangan kurikulum dan peranan
pengembangan kurikulum dengan tepat.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Hakekat Pengembangan Kurikulum dalam Pendidikan atau


Pembelajaran
Pada hakikatnya pengembangan kurikulum itu merupakan usaha untuk
mencari bagaimana rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan untuk mencapai
tujuan tertentu dalam suatu lembaga. Pengembangan kurikulum di arahkan pada
pencapaian nilai-nilai umum, konsep-konsep, masalah dan keterampilan yang
akan menjadi isi kurikulum yang disusun dengan fokus pada nilai-nilai tadi.
Adapun selain berpedoman pada landasan-landasan yang ada, pengembangan
kurikulum juga berpijak pada prinsip-prinsip pengembangan kurikulum
Berdasarkan UU No. 20 tahun 2003 Bab X tentang kurikulum, pasal 36
ayat 1 bahwa pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar
nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Suatu
kurikulum diharapkan memberikan landasan, isi dan menjadi pedoman bagi
pengembangan kemampuan siswa secara optimal sesuai dengan tuntunan dan
tantangan perkembangan masyarakat.1
Istilah “Kurikulum” memiliki berbagai tafsiran yang dirumuskan oleh
pakar-pakar dalam bidang pengembangan kurikulum sejak dulu sampai dewasa
ini. Tafsiran-tafsiran tersebut berbeda-beda satu dengan yang lainnya, sesuai
dengan titik berat inti dan pandangan dari pakar yang bersangkutan. Istilah
kurikulum berasal dari bahas latin, yakni “Curriculae”, artinya jarak yang harus
ditempuh oleh seorang pelari. Pada waktu itu, pengertian kurikulum ialah jangka
waktu pendidikan yang harus ditempuh oleh siswa yang bertujuan untuk
memperoleh ijazah. Dengan menempuh suatu kurikulum, siswa dapat
memperoleh ijazah. Dalam hal ini, ijazah pada hakikatnya merupakan suatu
bukti , bahwa siswa telah menempuh kurikulum yang berupa rencana pelajaran,
sebagaimana halnya seorang pelari telah menempuh suatu jarak antara satu tempat
1
Mohammad Ansyar, Kurikulum Hakikat, Fondasi, Desain dan Pengembangan, (Jakarta: PT.
Fajar Interpratama Mandiri, 2017), hlm 1.

3
ketempat lainnya dan akhirnya mencapai finish. Dengan kata lain, suatu
kurikulum dianggap sebagai jembatan yang sangat penting untuk mencapai titik
akhir dari suatu perjalanan dan ditandai oleh perolehan suatu ijazah tertentu. Di
Indonesia istilah “kurikulum” boleh dikatakan baru menjadi populer sejak tahun
lima puluhan, yang dipopulerkan oleh mereka yang memperoleh pendidikan di
Amerika Serikat. Kini istilah itu telah dikenal orang di luar pendidikan.
Sebelumnya yang lazim digunakan adalah “rencana pelajaran” pada hakikatnya
kurikulum sama sama artinya dengan rencana pelajaran.
Kurikulum memuat isi dan materi pelajaran. Kurikulum ialah sejumlah
mata ajaran yang harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk memperoleh
sejumlah pengetahuan.2 Mata ajaran (subject matter) dipandang sebagai
pengalaman orang tua atau orang-orang pandai masa lampau, yang telah disusun
secara sistematis dan logis. Mata ajaran tersebut mengisis materi pelajaran yang
disampaikan kepada siswa, sehingga memperoleh sejumlah ilmu pengetahuan
yang berguna baginya.
2.5.1. Pengertian Kurikulum
Sebagai rencana pembelajaran kurikulum adalah suatu program
pendidikan yang disediakan untuk membelajarkan siswa. Dengan program itu
para siswa melakukan berbagai kegiatan belajar, sehingga terjadi perubahan dan
perkembangan tingkah laku siswa, sesuai dengan tujuan pendidikan dan
pembelajaran. Dengan kata lain, sekolah menyediakan lingkungan bagi siswa
yang memberikan kesempatan belajar. Itu sebabnya, suatu kurikulum harus
disusun sedemikian rupa agar maksud tersebut dapat tercapai. Kurikulum tidak
terbatas pada sejumlah mata pelajaran saja, melainkan meliputi segala sesuatu
yang dapat mempengaruhi perkembangan siswa, seperti: bangunan sekolah, alat
pelajaran, perlengkapan, perpustakaan, gambar-gambar, halaman sekolah, dan
lain-lain; yang pada gilirannya menyediakan kemungkinan belajar secara efektif.
Semua kesempatan dan kegiatan yang akan dan perlu dilakukan oleh siswa
direncanakan dalam suatu kurikulum.
Sebagai pengelaman belajar perumusan/pengertian kurikulum lainnya
yang agak berbeda dengan pengertian-pengertian sebelumnya lebih menekankan

2
Ibid, hlm. 29.

4
bahwa kurikulum merupakan serangkaian pengalaman belajar. Salah satu
pendukung dari pengalaman ini menyatakan sebagai berikut:3
“Curriculum is interpreted to mean all of the organized courses,
activities, and experiences which pupils have under direction of
the school, whether in the classroom or not (Romine dkk,
1945).”
Pengertian itu menunjukan, bahwa kegiatan-kegiatan kurikulum tidak
terbatas dalam ruang kelas saja, melainkan mencakup juga kegiatan-kegiatan
diluar kelas. Tidak ada pemisahan yang tegas antara intra dan ekstra kurikulum.
Semua kegiatan yang memberikan pengalaman belajar/pendidikan bagi siswa
pada hakikatnya adalah kurikulum. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. (Undang-Undang No.20 TH. 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional).4
2.5.2. Konsep Pengembangan Kurikulum
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu.
Kurikulum adalah program pendidikan yang disediakan oleh lembaga
pendidikan (sekolah) bagi siswa. Berdasarkan program pendidikan tersebut siswa
melakukan berbagai kegiatan belajar, sehingga mendorong perkembangan dan
pertumbuhannya sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dengan
program kurikuler tersebut, sekolah/ lembaga pendidikan menyediakan
lingkungan pendidikan bagi siswa untuk berkembang. Oleh karena itu, kurikulum
disusun sedemikian rupa yang memungkinkan siswa melakukan berbagai kegiatan
belajar. Kurikulum tidak terbatas pada pada sejumlah mata pelajaran, namum
meliputi segala sesuatu yang dapat mempengaruhi perkembangan siswa seperti:

3
Ibid, hlm 3.
4
Winna Sanjaya, Teori dan Praktek Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan,
(Jakarta: Prenamedia Group, 2008), hlm 8.

5
bangunan sekolah, alat pelajaran, perlengkapan sekolah, perpustakaan, karyawan
tata usaha, gambar-gambar, halaman sekolah, dan lain-lain.
Berdasarkan rumusan di atas, kegiatan-kegiatan kurikuler tidak terbatas
dalam ruangan kelas, melainkan mencakup juga kegiatan di luar kelas. Pandangan
modern menjelaskan, bahwa antara kegiatan intrakurikuler dan kegiatan
ekstrakurikuler tidak ada pemisahan yang tegas. Seluruh kegiatannya bertujuan
untuk memberikan pengalaman pendidikan kepada siswa yang tercakup dalam
kurikulum.
Meskipun pandangan tersebut diterima, namun pada umunya guruguru
tetap berpandangan bahwa kegiatan-kegiatan dalam kelas saja yang termasuk
kurikulum, sedangkan kegiatan di luar kelas dari segi nilai edukatif yang
diberikan oleh kurikulum itu. Penganut pandangan ini tetap menyadari, bahwa
kegiatan-kegiatan ekstra merupakan bagian khusus dalam program pendidikan
sekolah.
Pandangan yang dikemukakan oleh I. P. Simanjuntak (dalam Oemar
Hamalik, 2008) juga mendapat perhatian dilihat dari pola pikir sistematik yang
ilmiah dan rasional, dimana kurikulum dikaji dari berbagai aspek, yakni sebagai
berikut.5
1. Kurikulum berkenaan dengan fungsi
Pada garis besarnya, suatu kurikulum diperuntukkan bagi warga negara
(calon warga negara), calon anggota/ pembentuk keluarga yang baru, calon
anggota masyarakat, calon anggota profesi, dan sebagainya.
2. Kurikulum itu disediakan untuk siapa?
Pertanyaan tersebut berkenaan dengan siapa yang akan mendapat dan
mengikuti kegiatan-kegiatan kurikulum tersebut. Jadi secara langsung berkenaan
dengan siswa. karena itu kurikulum harus mempertimbangkan aspek
perkembangan, kemampuan, intelegensi, kebutuhan, minat dan permasalahan
yang dihadapi siswa. implikasinya, isi kurikulum atau bahan pelajaran harus
bersumber dan sesuai dengan lingkungan anak tersebut.
3. Kurikulum itu diberikan untuk membantu menjadi apa?

5
Widodo Winarso, Dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah, (Cirebon: WINDPK, 2015), hlm.
20-22.

6
Pertanyaan di atas berkenaan dengan tujuan kurikulum. Secara khusus
perlu dipertanyakan apakah kurikulum itu ditujukan untuk mempersiapkan anak
melanjutkan sekolah ke tingkat yang lebih tinggi, atau untuk mempersiapkan anak
ke lapangan kerja yang tersedia dalam masyarakat, atau kedua-duanya. Bertalian
dengan masalah tersebut, selanjutnya perlu dipertimbangkan apakah kurikulum itu
bersifat educable atau trainable, di samping mempertimbangkan juga usaha
membentuk kepribadian yang terintegrasi dalam semua aspek (kognitif, afektif
dan psikomotorik). Implikasinya adalah berkenaan dengan penentuan program
pendidikan umum, program pendidikan khusus dan program-program lainnya
yang diperlukan.
4. Hal-hal apa saja yang harus tercakup dalam kurikulum?
Pertanyaan tersebut berkenaan dengan isi kurikulum. Untuk memilih dan
menentukan isi kurikulum harus berdasarkan tujuan yang hendak dicapai. Tujuan-
tujuan itu dilihat dari segi:
a. Aspek hakikat manusia
b. Tuntutan dalam pembangunan
c. Tuntutan bagi setiap warga negara dengan nilai-nilai dasar dalam konstitusi,
aspirasi masyarakat, dan kebudayaan nasional.
Isi kurikulum senantiasa disusun dalam bentuk program pengajaran bidang
studi. Materi kurikulum secara struktural memiliki keseimbangan, serasi dengan
lingkungan, keluwesan, berkesinambungan, yang disusun dalam urutan topik-
topik pelajaran dalam ruang lingkup tertentu.
5. Bagaimana melaksanakan kurikulum?
Pertanyaan tersebut berkenaan dengan aspek metodologi pengajaran.
Masalah ini erat pertaliannya dengan tujuan yang hendak dicapai, anak yang
belajar, guru yang mengajar, bahan pelajaran, alat bantu pengajaran. Pendekatan
metodologi umumnya telah digariskan dalam kurikulum. Misalnya dalam
kurikulum tahun 1975 telah ditegaskan, bahwa metode yang digunakan adalah
pendekatan “Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI)”. Dewasa ini
telah dikembangkan sistem instruksional berdasarkan tujuan yang spesifik, dapat
diukur dan berdasarkan perubahan tingkah laku yang diharapkan, guru lebih
banyak berperan sebagai pembimbing dan fasilitator. Murid lebih aktif, bahan

7
yang serasi dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak, alat peraga
sederhana dan sesuai dengan tingkat perkembangan, kebutuhan anak dan sesuai
dengan tujuan yang hendak dicapai serta mudah diperoleh, di samping
menggunakan teknologi pendidikan yang lebih maju sesuai dengan kemungkinan
yang ada. Untuk itu, dianjurkan agar guru-guru lebih banyak menggunakan
metode- metode, seperti: diskusi, pemecahan masalah, karya wisata, pengajaran
berprogram dan sistem modul, selain model ceramah yang sampai sekarang masih
dipakai oleh sebagian besar guru.
6. Bagaimana cara mengetahui hasil kurikulum?
Pertanyaan tersebut berkenaan dengan sistem evaluasi. Dalam pedoman
pelaksanaan kurikulum umumnya telah ditentukan sistem dan alat evaluasi yang
perlu digunakan guru. Evaluasi yang digunakan secara formatif maupun secara
summatif. Bentuk evaluasi yang digunakan secara objektif dan komprehensif. Di
samping evaluasi hasil belajar juga dikembangkan prosedur evaluasi kurikulum
dan evaluasi program pendidikan.
Dalam sistem pendidikan nasional, dinyatakan bahwa kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan isi dan lahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegitan belajar mengajar. Rumusan
ini lebih spesifik yang mengandung pokok-pokok pikiran, sebagai berikut.6
a. Kurikulum merupakan perencanaan.
b. Kurikulum merupakan pengaturan, berarti mempunyai sistematika dan
struktur tertentu.
c. Kurikulum memuat isi dan bahan pelajaran, menunjuk kepada perangkat mata
ajaran tertentu.
d. Kurikulum mengandung cara, atau metode atau strategi penyampaian
pengajaran.
e. Kurikulum merupakan pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar
f. Meskipun tidak tertulis, namun telah tersirat di dalam kurikulum, yakni
kurikulum dimaksudkan untuk mencapai tujuan pendidikan.
g. Berdasarkan poin 6, maka kurikulum sebenarnya adalah suatu alat
pendidikan.

6
Ibid, hlm. 22-23.

8
Rumusan tersebut menunjukkan, faktor-faktor yang harus diperhatikan
dalam penyusunan suatu kurikulum, yaitu: 7
a. Tujuan pendidikan nasional perlu dijabarkan menjadi tujuan-tujuan
institusional, selanjutnya dirinci menjadi tujuan kurikuler, yang pada
gilirannya dirumuskan menjadi tujuan-tujuan instruksional (Umum dan
Khusus), yang mendasari perencanaan pengajaran.
b. Tahap perkembangan peserta didik merupakan landasan psikologis, yang
mencakup psikologi perkembangan dan psikologi belajar, yang mengacu pada
proses pembelajaran.
c. Kesesuaian dengan lingkungan menunjuk pada landasan sosiologis
(kemasyarakatan) atau lingkungan sosial masyarakat dibarengi oleh landasan
biokologis dan kultur ekologis.
d. Kebutuhan pembangunan nasional yang mencakup pengembangan sumber
daya manusia dan pembangunan semua sektor ekonomi.
e. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesesuaian merupakan
landasan kultural dan budaya bangsa dengan multidimensionalnya.
f. Jenis dan jenjang satuan pendidikan merupakan landasan organisatoris di
bidang pendidikan. Jenis pendidikan adalah pendidikan yang dikelompokkan
sesuai dengan sifat dan kekhususan tujuan.
Dari penjelasan pengertian kurikulum di atas dapat disimpulkan bahwa
kurikulum adalah perangkat program pendidikan yang di dalamnya memuat
perencanaan pendidikan, bahan pelajaran dan strategi pembelajaran serta bentuk
penilaian pembelajaran sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar
mengajar. Adapun terdapat dua hal yang perlu di pertimbangkan dalam
menentukan konsep pengembangan kurikulum. Kedua hal tersebut yaitu
perekayasaan kurikulum dan asas pengembangan kurikulum sekolah.8
1. Perekayasaan Kurikulum
Perekayasaan kurikulum yang dilaksanakan dalam situasi nyata di sekolah
berlangsung melalui 3 proses, yakni:
a. Konstruksi kurikulum adalah proses pembuatan keputusan yang menentukan
hakikat dan rancangan kurikulum. Proses konstruksi kurikulum pada umunya
7
Ibid, hlm. 23-24.
8
Ibid, hlm. 24-26

9
mendapat perhatian luas dalam pembahasannya, karena menjadi landasan
dalam pembuatan keputusan.
b. Pengembangan kurikulum adalah prosedur pelaksanaan pembuatan
konstruksi kurikulum. Dalam proses pengembangan kurikulum, mencakup 2
hal pokok yaitu: (1) fondasi atau landasan pengembangan kurikulum dan
(2)komponen-komponen kurikulum.
c. Implementasi kurikulum adalah proses pelaksanaan kurikulum yang
dihasilkan oleh konstruksi dan pengembangan kurikulum. Implementasi lebih
banyak memperhatikan berbagai faktor yang mempengaruhi pelaksanaan dan
perubahan kurikulum.
Rekayasa kurikulum berkenaan dengan bagaimana proses memfungsikan
kurikulum di sekolah, upaya-upaya yang perlu dilakukan para pengelola
kurikulum agar kurikulum dapat berfungsi sebaik-baiknya. Pengelola kurikulum
di sekolah terdiri atas para pengawas/penilik dan kepala sekolah, sedangkan pada
tingkat pusat adalah Kepala Pusat Pengembangan Kurikulum Balitbang Dikbud
dan para Kasubdit/Kepala Bagian Kurikulum di Direktorat. Dengan menerima
pelimpahan wewenang dari Menteri atau Dirjen, para pejabat pusat tersebut
merancang, mengembangkan, dan mengadakan penyempurnaan kurikulum. Juga
mereka memberi tugas dan tanggung jawab menyusun dan mengembangkan
berbagai bentuk pedoman dan petunjuk pelaksanaan kurikulum. Para pengelola di
daerah dan sekolah berperan melaksanakan dan mengawasi pelaksanaan
kurikulum.
2. Asas Pengembangan
Pengembangan kurikulum merupakan inti dalam penyelenggaraan
pendidikan, dan oleh karenanya pengembangan dan pelaksanaan harus
berdasarkan pada asas-asas pembangunan secara makro. Sistem pengembangan
kurikulum harus berdasarkan asas-asas sebagai berikut:
a. Kurikulum dan teknologi pendidikan berdasarkan pada asas keimanan dan
ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
b. Kurikulum dan teknologi pendidikan berdasarkan dan diarahkan pada asas
demokrasi pancasila.

10
c. Pengembangan kurikulum dan teknologi pendidikan berdasarkan dan
diarahkan pada asas keadilan dan pemerataan pendidikan.
d. Pengembangan kurikulum dan teknologi pendidikan dilandasi dan diarahkan
berdasarkan asas keseimbangan, keserasian dan keterpaduan.
e. Pengembangan kurikulum dan teknologi pendidikan dilandasi dan diarahkan
berdasarkan asas hukum yang berlaku.
f. Pengembangan kurikulum dan teknologi pendidikan dilandasi dan diarahkan
berdasarkan asas kemandirian dan pembentukan manusia mandiri.
g. Pengembangan kurikulum dan teknologi pendidikan dilandasi dan diarahkan
berdasarkan asas nilai-nilai kejuangan bangsa.
h. Pengembangan kurikulum dan teknologi pendidikan dilandasi dan diarahkan
berdasarkan asas pemanfaatan, pengembangan, penciptaan ilmu pengetahuan
dan teknologi.

2.2. Pola Hubungan Kurikulum dengan Pembelajaran


Kurikulum merupakan rencana tertulis yang berisi tentang ide-ide dan
gagasan gagasan yang dirumuskan oleh pengembangan kurikulum. Rencana
tertulis itu kemudian menjadi dokumen kurikulum yang membentuk suatu sistem
kurikulum yang terdiri dari komponen-komponen yang saling berkaitan dan saling
mempengaruhi satu sama lain, seperti misalnya komponen tujuan yang menjadi
arah pendidikan, komponen pengalaman belajar, komponen strategi pencapaian
tujuan, dan komponen evaluasi. Komponen-komponen yang membentuk sistem
kurikulum selanjutnya melahirkan sistem pengajaran, dan sistem pengajaran itulah
yang menjadi pedoman guru dalam pengelolaan proses belajar mengajar di dalam
kelas. dengan demikian maka dapat dikatakan sistem pengajaran merupakan
pengembangan dari sistem kurikulum yang digunakan. Oleh karena sistem
pengajaran melahirkan tindakan-tindakan guru dan siswa, maka dapat juga
dikatakan bahwa tindakan-tindakan itu pada dasarnya implementasi dari
kurikulum, yang selanjutnya implementasi itu akan memberikan masukan dalam
proses perbaikan kurikulum. Demikian terus-menerus sehingga proses
pengembangan kurikulum membentuk siklus yang tanpa ujung.9

9
Winna Sanjaya, Op.Cit., hlm 17.

11
Maka dari hal itu jelas bahwa kurikulum dan pengajaran merupakan dua
hal yang tidak terpisahkan walaupun keduanya memiliki posisi yang berbeda.
Kurikulum berfungsi sebagai pedoman yang memberikan arah dan tujuan
pendidikan serta isi yang harus dipelajari. sedangkan pengajaran adalah proses
yang terjadi dalam interaksi belajar dan mengajar antara guru dan siswa posisi
kurikulum dan pengajaran ini diungkapkan oleh Sailor (1981).
Sailor Oliva 1992 mengungkapkan bahwa kurikulum dan pengajaran
memiliki keterkaitan yang sangat erat.10 Kurikulum berhubungan dengan isi
materi yang harus dipelajari sedangkan pengajaran berkaitan dengan cara
mempelajarinya. Kurikulum berkaitan dengan apa yang harus diajarkan,
sedangkan pengajaran mengacu kepada bagaimana cara mengajarkannya. Dengan
demikian menurut Olivia kurikulum berhubungan dengan sebuah program,
sebuah perencanaan, isi atau materi pelajaran serta pengalaman belajar,
sedangkan pengajaran berkaitan dengan metode tindakan mengajar implementasi
dan presentasi.
Dari uraian di atas maka jelas ketika kita memikirkan apa yang harus
dipelajari siswa, materi yang akan disampaikan, pengalaman belajar apa yang
harus dimiliki siswa, maka pada saat itu kita sedang mengembangkan sebuah
program, sebuah perencanaan atau sebuah kurikulum. Selanjutnya manakala kita
memikirkan bagaimana cara yang dapat dilakukan untuk mengajarkan suatu
materi, metode apa yang harus digunakan, bagaimana menyusun implementasi
program dalam tindakan nyata maka pada saat itu kita sedang menyusun program
pengajaran. 11

Untuk melihat keterkaitan hubungan antara kurikulum dan pengajaran


coba Anda lihat gambar 1.1 tentang hubungan kurikulum dan pengajaran di
bawah ini.12

10
Ibid, hlm 17.
11
Ibid, hlm 18.
12
Ibid, hlm 18.

12
Isi dalam sistem pengembangan kurikulum bersumber dari budaya
masyarakat. Berdasarkan sumber tersebut ditentukan kriteria penyusunan dan
kriteria pemilihan, mengapa sistem pengembangan kurikulum harus sesuai
dengan budaya masyarakat? Selanjutnya sistem pengembangan kurikulum akan
melahirkan rangkaian pengajaran serta hasil yang diharapkan sesuai dengan
kurikulum. Rangkaian pengajaran inilah yang kemudian akan mengkristal dalam
sistem pengajaran yang tiada lain adalah tindak lanjut dari pengembangan sistem
kurikulum . Dalam implementasinya sistem pengajaran akan dipengaruhi oleh isi
pelajaran (keluasan dan kedalaman materi serta jenis materi pelajaran itu sendiri)
dan berbagai instrumen pendukung yang kesemuanya itu tidak akan lepas dari
sosial budaya masyarakat. Sistem pengajaran secara langsung dapat dipengaruhi
oleh perilaku mengajar (seperti kualitas pengajaran, waktu pengajaran,
kemampuan mengajar guru dan lain sebagainya) dari sistem pengajaran itulah
selanjutnya dapat melahirkan hasil belajar siswa.
Sistem pengajaran terbentuk oleh tiga subsistem yaitu, subsistem tentang
perencanaan pengajaran, subsistem tentang pelaksanaan pengajaran dan subsistem
evaluasi. Setiap subsistem itu merupakan suatu rangkaian yang masing-masing
dapat dianalisis. Tugas guru adalah berhubungan dengan membangun sistem

13
pengajaran ini. Oleh karenanya efektivitas suatu kurikulum sangat tergantung
kepada guru yang mengembangkannya.13
Perencanaan pengajaran adalah proses yang dilakukan untuk mendesain
kegiatan pengajaran sebagai upaya pencapaian tujuan kurikulum. Dengan
demikian perencanaan pengajaran dilakukan dalam berbagai tingkat satuan waktu
, yang meliputi perencanaan tahunan , perencanaan semesteran, perencanaan
mingguan dan perencanaan harian, yakni perencanaan untuk satu kali kegiatan
pembelajaran. perencanaan pengajaran disusun sebagai upaya implementasi
sistem kurikulum. Oleh karenanya penyusunan perencanaan sesuai dengan
tujuan kurikulum.14
Subsistem pelaksanaan pengajaran tiada lain adalah implementasi atau
action dari perencanaan . Subsistem pelaksanaan erat kaitannya dengan prosedur
yang ditempuh oleh guru dan siswa di dalam praktik pembelajaran, oleh karena
itu, maka keberhasilan kurikulum sangat tergantung pada subsistem pelaksanaan
ini. Keberhasilan pelaksanaan Pembelajaran dapat dipengaruhi oleh berbagai
faktor. Salah satu faktor yang sangat berpengaruh adalah faktor guru itu sendiri
sebab guru merupakan ujung tombak yang berhubungan langsung dengan siswa,
sehingga bukan saja ia berperan sebagai fasilitator bagi siswa, akan tetapi juga ia
berperan sebagai pengelola atau pengatur lingkungan agar siswa belajar.
Subsistem evaluasi berhubungan dengan kegiatan untuk mengumpulkan
informasi tentang pencapaian tujuan pembelajaran siswa. Dalam sistem
pengajaran subsistem evaluasi memiliki peran dan kedudukan yang sangat
penting. Oleh sebab hasil evaluasi selain dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan
siswa, juga dapat dijadikan sebagai umpan balik untuk perbaikan proses
pembelajaran. .Walaupun antara kurikulum dan pengajaran merupakan dua sisi
yang tidak terpisahkan namun dalam suatu proses pengajaran dan pembelajaran
dapat terjadi berbagai kemungkinan hubungan antara keduanya. Peter F Oliva
(1992) menggambarkan kemungkinan hubungan itu ke dalam beberapa model
seperti di bawah ini.15

13
Ibid, hlm 19.
14
Ibid, hlm 19.
15
Ibid, hlm 20.

14
1. Model dualistis, pada model ini, kurikulum dan pembelajaran berdiri sendiri.
Kurikulum yang seharusnya memjadi pedoman dalam pelaksanaan
pembelajaran tidak tampak. Begitu juga dengan pembelajaran yang
seharusnya dapat dijadikan tolak ukur pencapaian tujuan kurikulum tidak
terjadi.
2. Model berkaitan, dalam model ini, kurikulum dengan pembelajaran saling
barkaitan. Pada model ini, ada bagian kurikulum yang menjadi bagian dari
pembelajaran, begitu juga sebaliknya.
3. Model konsentris, pada model ini, keduanya memiliki hubungan dengan
kemungkinan bahwa kurikulum adalah bagian dari pembelajaran atau
pembelajaran adalah bagian dari kurikulum.
4. Model siklus, pada model ini, antara kurikulum dan pembelajaran di anggap
dua hal yang terpisah namun memiliki hubungan timbal balik.
Di satu sisi, kurikulum merupakan rencana tertulis sebagai panduan
pelaksanaan pembelajaran, di sisi lain pembelajaran mempengaruhi pada
perancangan kurikulum selanjutnya. Sehingga dapat disimpulkan untuk
mendapatkan proses pembelajaran yang baik dan berimbas pada hasil yang
diperoleh peserta didik pun baik maka penyusunan kurikulumnya pun harus lah
diperhatikan dengan baik pula, karena kurikulum sebagai pedoman di dalam
proses pembelajaran di sekolah, kurikulumlah yang mengatur guru, siswa dan
juga kepala sekolah. Sehigga jalannya proses pembelajaran tersebut sudah ada
yang mengatur supaya mengarah pada suatu pencapaian yang maksimal.

2.3. Prinsip Pengembangan Kurikulum


Agar kurikulum dapat berfungsi sebagai pedoman, maka terdapat sejumlah
prinsip dalam proses pengembangannya. Berikut akan diuraikan sejumlah prinsip
pengembangan kurikulum.16
1. Prinsip Relevansi
Kurikulum merupakan penghubung pendidikan untuk membawa siswa
agar dapat hidup sesuai dengan nilai-nilai yang ada di lingkungan masyarakat,
serta membekali siswa baik dalam bidang pengetahuan, sikap maupun

16
Ibid, hlm 39-42.

15
keterampilan sesuai dengan tuntutan dan harapan masyarakat. Oleh sebab itu,
pengalaman belajar yang disusun dalam kurikulum haruslah relevan dengan
kebutuhan masyarakat.
Terdapat dua macam relevansi, yakni relevansi internal dan relevansi
eksternal. Relevansi internal adalah bahwa setiap kurikulum harus memiliki
keserasian antar komponen-komponennya, yaitu keserasian antar tujuan yang
harus dicapai, isi, materi atau pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa,
strategi atau metode yang digunakan serta penilaian untuk melihat ketercapaian
tujuan. Relevansi internal ini menunjukkan keutuhan suatu kurikulum.
Relevansi eksternal berkaitan dengan keserasian atar tujuan, isi, dan proses
belajar siswa yang tercakup dalam kurikulum dengan kebutuhan dan tuntutan
masyarakat. Terdapat tiga macam relevansi eksternal dalam pengembangan
kurikulum: pertama, relevan dengan lingkungan hidup serta peserta didik. Artinya
bahwa proses pengembangan dan penetapan isi kurikulum hendaklah disesuaikan
dengan kondisi lingkungan sekitar siswa. Contohnya untuk siswa yang ada di
perkotaam perlu diperkenalkan kehidupan di lingkungan kota, serpeti keramaian
dan rambu-rambu lalu lintas, tata cara dan pelayanan jasa bank, kantor pos, dan
sebagainya. Demikian juga dengan sekolah yang berada di daerah pantai, perlu
diperkenalkan bagaimana kehidupan masyarakat dipesisir pantai, seperti
mengenai tambak, kehidupan nelayan, koperasi, dan sebagainya.
Kedua, relevan dengan perkembangan zaman baik sekarang maupun yang
akan datang. Artinya, isi kurikulum harus sesuai dengan situasi dan kondisi yang
berkembang . selain itu juga apa yang diajarkan kepada siswa harus bermanfaat
untuk kehidupan siswa pada masa yang akan datang. Misalnya, penggunaan
komputer dan internet akan menjadi salah satu kebutuhan, maka dengan demikian
bagaimana cara memanfaatkan komuter dan bagaimana cara mendapatkan
informasi dari internet sudah harus diperkenalkan kepada siswa. Demikian juga
dengan kemampuan berbahasa. Pada masa yang akan datang ketika pasar
bebasvseperti persetujuan APEC mulai berlaku, maka masyarakat akan
dihadapkan dengan persaingan merebut pasar kerja dengan orang-orang asing.
Oleh karena itu keterampilan berbahasa asing sudah harus dimulai sejak dini.

16
Ketiga, relevan dengan tuntutan dunia pekerjaan. Artinya, bahwa apa yang
diajarkan di sekolah harus memapu memenuhi dunia kerja. Untuk sekolah
kejuruan contohnya, kalau dahulu di Sekolah Kejuruan Ekonomi dilatih
bagaimana agar siswa mampu menggunakan komputer sebagai alat untuk surat-
menyurat. Demikian juga halnya dengan tuntutan dunia kerja kepariwisataan,
perbankan, asuransi, perhotelan dan sebagainya. Isi kurikulum harus
menyesuaikan dengan tuntutan pekerjaan di setiap bidang. Untuk memenuhi
prinsip relevansi ini, mak dalam proses pengembangan sebelum ditentukan apa
yang akan menjadi isi dan model kurikulum yang akan ditentukan.
2. Prinsip Fleksibilitas
Latar belakang atau kemampuan dasar siswa yang rendah, atau mungkin
sarana dan prasarana sekolah yang kurang memadai. Kurikulum harus bersifat
lentur atau fleksibel. Artinya, kurikulum itu harus bisa dilaksanakan sesuai dengan
kondisi yang ada. Kurikulum yang tidak fleksibel akan sulit untuk diterapkan.
Prinsip fleksibelitas memiliki dua sisi: pertama, fleksibel bagi guru yang
artinya kurikulum harus memberikan ruang gerak bagi guru untuk
mengembangkan program pengajarannya sesuai dengan kondisi yang ada. Kedua,
fleksibel bagi siswa, artinya kurikulum harus menyediakan berbagai kemungkinan
program pilihan sesuai dengan bakat dan minat siswa.
3. Prinsip Kontinuitas
Prinsip ini memiliki pengertian bahwa perlu dijaga saling keterkaitan dan
berkesinambungan antara materi pelajaran pada berbagai jenjang dan jenis
program pendidikan. Dalam penyusunan materi pelajaran perlu dijaga agar apa
yang diperlukan untuk mempelajari suatu materi oleh siswa pada waktu mereka
berada pada jenjang sebelumnya. Prinsip ini sangat penting untuk keberhasilan
siswa dalam menguasai materi pelajaran pada jenjang pendidikan tertentu.
Untuk menjaga agar prinsip kotinuitas ini tetap berjalan, maka perlu
adanya kerja sama antara pengembang kurikulum pada setiap jenjang pendidikan,
misalnya pendidikan jenjang sekolah dasar, jenjang SLTA, bahkan dengan para
pengembang kurikulum di perguruan tinggi.
4. Efektivitas

17
Prinsip ini berkenaan dengan rencana dalam suatu kurikulum dapat
dilaksanakan dan dapat dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Terdapat dua sisi
efektivitas dalam suatu pengembangan kurikulum. Pertama, efektif berhubungan
dengan kegiatan guru dan melaksanakan tugas pengimplementasian kurikulum di
dalam kelas. kedua, efektivitas kegiatan siswa dalam melaksanakan kegiatan
belajar. Efektivitas kegiatan guru berhubungan dnegan keberhasilan
pengimplentasian program sesuai dengan perencanaan yang telah disusun.
Efektivitas kegiatan siswa berhubungan dengan sejauh mana siswa dapat
mencapai tujuan yang telah ditentukan sesuai dengan jangka waktu tertentu.
5. Efisiensi
Prinsip ini berhubungan dengan perbandingan antara tenaga, waktu, suara,
dan biaya yang dikeluarkan dengan hasil yang diperoleh. Kurikulum dikatakan
memiliki tingkat efisiensi yang tinggi apabila dengan sarana, biaya yang minimal
dan waktu yang terbatas dapat memperoleh hasil yang maksimal. Betapa pun dan
idealnya suatu kurikulum, manakala menurut peralatan, sarana dan prasarana yang
sangat khusus serta mahal harganya, maka kurikulum itu tidak praktis dan sukar
untuk dilaksanakan. Kurikulum harus dirancang untuk dapat digunakan dalam
segala keterbatasan.

2.4. Fungsi Pengembangan Kurikulum


Pada dasarnya kurikulum berfungsi sebagai pedoman atau acuan. Bagi
guru, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan proses
pembelajaran. Bagi orang tua, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam
membimbing anaknya belajar dirumah. Bagi siswa, kurikulum berfungsi sebagai
suatu pedoman belajar. Atas dasar definisi kurikulum maka dikatakan fungsi
kurikulum itu berkaitan dengan komponen- komponen yang ada mengarah pada
tujuan pendidikan.
Kompanen-komponen yang dimaksud dalam definisi tersebut adalah:17
1. Apakah seperangkat rencana tersebut sesuai dengan tujuan yang akan
dicapai?

17
Naniek Kusumawati dan Rivi, Pengembangan kurikulum di sekolah dasar, (Magetang:
CV. AE MEDIA GRAFIKA, 2017), hlm 8.

18
2. Apakah komponen materi yang tersusun dalam kurikulum itu sesuai dengan
tujuan yang dicapai?
3. Apakah metode (cara) yang dipilih berfungsi pula untuk mencapai tujuan
yang akan dicapai?
4. Apakah para penyelenggaraan pendidikan berfungsi pula dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tujuan pendidikan?
Yang terkait dalam kurikulum sekolah secara langsung ialah: guru, kepala
sekolah, para penulis buku ajar, dan masyarakat. Berikut akan dipaparkan
seberapa jauh keterlibatan mereka dalam melaksanakan kurikulum.18
1. Fungsi Kurikulum
a. Fungsi Penyesuaian
Fungsi penyesuaian mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat
pendidikan harus mampu mengarahkan siswa agar memiliki sifat well adjusted
yaitu mampu menyesuaikan dirinya dengan lingkungan, baik lingkungan fisik
maupun lingkungan sosial, Lingkungan itu sendiri senantiasa mengalami
perubahan dan bersifat dinamis. Oleh karena itu, siswa pun harus memiliki
kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi di
lingkungannya.
b. Fungsi Integrasi
Fungsi integrasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat
pendidikan harus mampu menghasilkan pribadi-pribadi yang utuh. Siswa pada
dasarnya merupakan anggota dan bagian integral dari masyarakat. Oleh karena
itu, siswa harus memiliki kepribadian yang dibutuhkan untuk dapat hidup dan
berintegrasi dengan masyarakatnya.
c. Fungsi Diferensiasi
Fungsi diferensiasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat
pendidikan harus mampu memberikan pelayanan terhadap perbedaan individu
siswa. Setiap siswa memiliki perbedaan, baik dari aspek fisik maupun psikis yang
harus dihargai dan dilayani dengan baik.
d. Fungsi Persiapan

18
Ibid, hlm 9.

19
Fungsi persiapan mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat
pendidikan harus mampu mempersiapkan siswa untuk melanjutkan studi ke
jenjang pendidikan berikutnya. Selain itu, kurikulum juga diharapkan dapat
mempersiapkan siswa untuk dapat hidup dalam masyarakat seandainya karena
sesuatu hal, tidak dapat melanjutkan pendidikannya.
e. Fungsi Pemilihan
Fungsi pemilihan mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat
pendidikan harus mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih
program-program belajar kemampuan minatnya. Fungsi pemilihan ini sangat erat
hubungannya dengan fungsi diferensiasi, karena pengakuan atas adanya
perbedaan individual siswa yang sesuai dengan berarti pula diberinya kesempatan
bagi siswa tersebut untuk memilih apa yang sesuai dengan minat dan
kemampuannya. Untuk mewujudkan kedua fungsi tersebut, kurikulum perlu
disusun secara lebih luas dan bersifat fleksibel,
f. Fungsi Diagnostik
Fungsi diagnostik mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat
pendidikan harus mampu membantu dan mengarahkan siswa untuk dapat
memahami dan menerima kekuatan (potensi) dan kelemahan yang dimilikinya.
Apabila siswa sudah mampu memahami kekuatan-kekuatan dan kelemahan-
kelemahan yang ada pada dirinya, maka diharapkan siswa dapat mengembangkan
sendiri potensi kekuatan yang dimilikinya atau memperbaiki kelemahan-
kelemahannya.
2. Fungsi Kurikulum Bagi Kepala Sekolah
Bagi kepala sekolah yang baru, yang dipelajari pertama kali adalah tujuan
lembaga yang akan dipimpinnya. Kemudian mencari kurikulum yang berlaku
sekarang untuk dipelajari, terutama pada buku petunjuk pelaksanaan. Selanjutnya
tugas kepala sekolah melaksanakan supervisi kurikulum. Menurut Oemar
Hamalik (1990) yang dimaksud dengan supervisi adalah semua usaha yang
dilakukan supervisor dalam bentuk pemberian bantuan, bimbingan, pengarahan
motivasi, nasihat, dan pengarahan yang bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan guru dalam proses belajar mengajar yang pada gilirannya
meningkatkan hasil belajar siswa.

20
Sebetulnya yang menjadi sasaran supervisi dalam pelaksanaan kurikulum
bagi kepala sekolah adalah bagaimana guru melaksanakan kurikulum berlaku
diantaranya adalah:
a. Bagaimana guru menyusun satpel? (memilih bahan, metode, dan media).
b. Bagaimana guru menyusun rencana kerja atas dasar kurikulum?
c. Bagaimana guru melaksanakan proses pembelajaran?
b. Bagaimana guru melaksanakan penilaian hasil belajar?
Supervisi dapat dilaksanakan dengan cara observasi, wawancara,
dokumentasi, dan sebagainya. Dengan demikian akan ditemukan berbagai
kelemahan guru dalam melaksanakan kurikulum, kemudian diadakan pembinaan
seperlunya, baik yang berupa pembinaan bidang studi maupun bidang
administrasi kurikulum dengan harapan proses pembelajaran maupun produknya
akan lebih memusat.19
3. Fungsi Kurikulum Bagi Masyarakat
Kurikulum adalah alat produsen dari sekolah, sedangkan masyarakat
adalah konsumennya. Sudah barang tentu antara produsen dan konsumen harus
sinkron. Kurikulum sekołah output-nya harus dapat link and match dengan
kebutuhan masyarakat. Bagaimana fungsi kurikulum sekolah dengan harapan
masyarakat?
Kita lihat berbagai jenis kurikulum sekolah di Indonesia hubungannya
dengan harapan masyarakat dapat dipaparkan sebagai berikut:
a. Pendidikan umum kurikulumnya mengutamakan perluasan pengetahuan dan
peningkatan keterampilan dengan pengkhususan yang diwujudkan pada
tingkat- tingkat akhir masa pendidikan.
b. Pendidikan kejuruan kurikulumnya mempersiapkan peserta didik dapat
bekerja dalam bidang tertentu di masyarakat.
c. Pendidikan luar biasa kurikulumnya disediakan bagi peserta didik yang
menyandang kelainan untuk disiapkan agar dapat menyesuaikan dalam
kehidupan masyarakat

19
Naniek Kusumawati dan Rivi, Op.Cit, hlm 11.

21
d. Pendidikan keagamaan kurikulumnya menyiapkan penguasaan pengetahuan
khusus pendidikan agama yang bersangkutan dengan harapan lulusannya
dapat menjadi pembina agama yang baik di masyarakat.
e. Pendidikan akademik kurikulumnya menyiapkan penguasaan ilmu
pengetahuan agar lulusannya dapat menjadi pioner-pioner pembangunan atas
dasar konsep yang tangguh.
f. Pendidikan profesional kurikulumnya menyiapkan penerapan tertentu, dengan
harapan lulusannya dapat bekeria secara profesional di masvarakat.

2.5. Peranan Pengembangan Kurikulum


2.5.1. Peran Pengembangan Kurikulum Secara Umum
Otonomi pendidikan memberikan peluang kepada banyak pihak-pihak
yang terkait dengan dunia persekolahan untuk dapat memberikan kontribusi yang
lebih, sehingga dapat mencerdaskan anak bangsa.
Sebagai salah satu komponen dalam sistem pendidikan, paling tidak
kurikulum memiliki tiga peran, yaitu peran konservatif, peranan kreatif, serta
peran kritis dan evaluatif :20
1. Peran Konservatif
Salah satu tugas dan tanggung jawab sekolah sebagai suatu lembaga
pendidikan adalah mewariskan nilai-nilai dan budaya masyarakat kepada
generasi muda yakni siswa. Siswa perlu memahami dan menyadari norma-norma
dan pandangan hidup masyarakatnya, sehingga ketika mereka kembali ke
masyarakat, mereka dapat menjunjung tinggi dan berperilaku sesuai dengan
norma-norma tersebut.
Peran konservatif kurikulum adalah melestarikan berbagai nilai budaya
sebagai warisan masa lalu. Dikaitkan dengan era globalisasi sebagai akibat
kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, yang memungkinkan mudahnya
pengaruh budaya asing menggerogoti budaya lokal, maka peran konservatif
dalam kurikulum memiliki arti yang sangat penting. Melalui peran
konservatifnya, kurikulum berperan dalam menangkal berbagai pengaruh yang

20
Dakir, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, (Yogyakarta: PT. Rineka Cipta, 2004),
hal.3-4.

22
dapat merusak nilai-nilai luhur masyarakat, sehingga keajegan dan identitas
masyarakat akan terpelihara dengan baik.
2. Peran Kreatif
Ternyata tugas dan tanggung jawab sekolah tidak hanya sebatas
mewariskan nilai-nilai lama. Sekolah memiliki tanggung jawab dalam
mengembangkan hal-hal baru sesuai dengan tuntutan zaman. Sebab pada
kenyataannya masyarakat tidak bersifat statis, akan tetapi dinamis yang selalu
mengalami perubahan. Dalam rangka inilah kurikulum memiliki peran kreatif.
Kurikulum harus mampu menjawab setiap tantangan sesuai dengan
perkembangan dan kebutuhan masyarakat yang cepat berubah.
Dalam peran kreatifnya, kurikulum harus mengandung hal-hal baru
sehingga dapat membantu siswa untuk dapat mengembangakan setiap potensi
yang dimilikinya agar dapat berperan aktif dalam kehidupan social masyarakat
yang senantiasa bergerak maju secara dinamis. Kurikulum harus berperan kreatif,
sebab manakala kurikulum tidak mengandung unsur-unsur baru maka pendidikan
selamanya akan tertinggal, yang berarti apa yang diberikan di sekolah pada
akhirnya akan kurang bermakna, karena tidak relevan lagi dengan kebutuhan dan
tuntutan sosial masyarakat.
3. Peran Kritis dan Evaluatif
Tidak setiap nilai dan budaya lama harus tetap dipertahankan, sebab
kadang-kadang nilai dan budaya lama itu sudah tidak sesuai dengan tuntutan
perkembangan masyarakat, demikian juga adakalanya nilai dan budaya baru yang
mana yang harus dimiliki anak didik. Dalam rangka inilah peran kritis dan
evaluatif kurikulum diperlukan. Kurikulum harus berperan dalam menyeleksi dan
mengevaluasi segala sesuatu yang dianggap bermanfaat untuk kehidupan anak
didik.
Dengan ini, masyarakat menjadi salah satu pengguna jasa pendidikan yang
menaruh harapan besar terhadap sekolah untuk dapat mengangkat derajat mereka
pada tempat yang lebih baik karena sekolah menjadikan masyarakat sebagai
manusia terdidik.
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh banyak ahli dapat disimpulkan
bahwa pengertian kurikulum dapat ditinjau dari dua sisi yang berbeda, yakni

23
menurut pandangan lama dan pandangan baru. Menurut pandangan lama
kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh murid untuk
memperoleh ijazah. Dan menurut pandangan baru kurikulum adalah bukan hanya
terdiri atas mata pelajaran tetapi meliputi semua kegiatan dan pengalaman yang
menjadi tanggung jawab sekolah.21
Sedangkan, dalam Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah oleh Badan Standar
Nasional Pendidikan 2006 (BNSP) Kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu.22
Kurikulum merupakan salah satu konsep sistematis yang disusun untuk
mencapai satu tujuan pendidikan. Akan tetapi, Di dalam kelas, kurikulum adalah
benda hidup yang dinamis, karena seorang guru harus menerjemahkan kurikulum
itu dalam bentuk interaksi hidup antara guru dan siswa.
Pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan kurikulum agar
menghasilkan rencana kurikulum yang luas dan spesifik.23 Pengembangan
kurikulum dilihat dari segi Pengelolaannya dapat dibedakan menjadi beberapa
bagian, seperti Sentralisasi dan desentralisasi. Sentralisasi adalah kurikulum yang
disusun oleh tim khusus di tingkat pusat. Sedangkan, desentralisasi adalah
kurikulum yang disusun oleh sekolah ataupun kelompok sekolah tertentu dalam
suatu wilayah atau daerah.24 Jadi, dalam pengembangan kurikulum desentralisasi,
sekolah mempunyai peran penting untuk mengembangkan dan melaksanakan
kurikulum agar sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan anak dalam
masyarakat, yang tentu memerlukan peserta lain diantaranya adalah kepala
sekolah, guru dan komite sekolah. Mereka berperan sebagai unsur yang setiap hari
terlibat dalam kurikulum.
2.5.2. Peran Pengembangan Kurikulum Sekolah
21
Omar Homalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,
2011), hal. 3-4
22
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas, hal. 6
23
Omar Homalik, Op.Cit, hlm. 6
24
Sukmadinata, Nana Syaodih, Pengembangan Kurikulumn : Teori dan Praktik, (Bandung : PT
Remaja Rosdakarya, 1997), hal. 198

24
1. Peran Kepala Sekolah Dalam Pengembangan Kurikulum
Dalam memberdayakan masyarakat dan lingkungan sekitar, kepala sekolah
merupakan kunci keberhasilan yang harus menaruh perhatian tentang apa yang
terjadi pada peserta didik di sekolah dan apa yang dipikirkan orang tua dan
masyarakat tentang sekolah. Kepala sekolah dituntut untuk senantiasa berusaha
membina dan mengembangkan hubungan kerja sama yang baik antara sekolah
dan masyarakat guna mewujudkan sekolah yang efektif dan efisien. Hubungan
yang harmonis ini akan membentuk :25
a. saling pengertian antara sekolah, orang tua, masyarakat, dan lembaga-
lembaga lain yang ada di masyarakat,
b. saling membantu antara sekolah dan masyarakat karena mengetahui manfaat,
arti dan pentingnya peranan masing-masing.
c. kerja sama yang erat antara sekolah dengan berbagai pihak yang ada di
masyarakat danmereka merasa ikut bertanggung jawab atas suksesnya
pendidikan di sekolah.
Kepala sekolah profesional tidak saja dituntut untuk melaksanakan
berbagai tugasnya disekolah, tetapi ia juga harus mampu menjalin hubungan/kerja
sama dengan masyarakat dalam rangka dalam membina pribadi peserta didik
secara optimal. Peranan kepala sekolah dalam menggerakkan kehidupan sekolah
sangatlah penting, maka dari itu ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam
rumusan tersebut:26
a. Kepala sekolah berperan sebagai kekuatan sentral yang menjadi kekuatan
penggerak kehidupan sekolah.
b. Kepala sekolah harus memahami tugas dan fungsi mereka demi keberhasilan
sekolah, serta memiliki kepedulian kepada staf dan siswa.
Sesuai dengan ciri-ciri sekolah sebagai organisasi yang bersifat kompleks
dan unik, tugas dan fungsi kepala sekolah seharusnya dilihat dari berbagai sudut
pandang. Dari sisi tertentu kepala sekolah dapat dipandang sebagai pejabat
formal, sedangkan dari sisi yang lain seorang kepala sekolah dapat berperan

25
K.H. Dewantara, Karya Ki Hajar Dewantara. Pendidika, (Yogyakarta: Taman Siswa, 1962) hal
134-135.
26
K.H. Dewantara, Op.Cit, hlm 135.

25
sebagai menejer, pemimpin, pendidik dan yang tidak kalah penting seorang kepala
sekolah juga berperan sebagai staf.
2. Peran Guru Dalam Pengembangan Kurikulum
Guru adalah profesi yang sangat strategis dan mulia. Inti tugas guru adalah
menyelamatkan masyarakat dari kebodohan, sifat, serta prilaku buruk yang
menghancurkan masa depan mereka. Tugas tersebut merupakan tugas para nabi,
tetapi karena nabi sudah tidak ada, tugas tersebut menjadi tugas guru. 27 Jadi, guru
adalah pewaris nabi. Sebagai pewaris nabi, guru harus memaknai tugasnya
sebagai amanat Allah untuk mengabdi kepada sesamanya dan berusaha
melengkapi dirinya dengan empat sifat utama para nabi, yaitu sidiq (benar),
amanah (dapat dipercaya), tabliq (mengajarkan semuanya sampai tuntas),
fathanah (cerdas). Apabila keempat sifat tersebut ada pada guru, guru pasti akan
dapat melaksanakan tugasnya secara professional.
Peranan dan tugas yang diemban guru sangat berat. Tugas guru tidak
hanya mengajar, tetapi juga harus dapat mendidik, membimbing, membina, dan
memimpin kelas. Sedangkan kalau dilihat dari pengelolaanya, pengembangan
kurikulum dapat dibedakan antara yang bersifat sentralisasi, dan desentralisasi.
Kurikulum bersifat uniform untuk seluruh negara, daerah, atau jenjang sekolah.
Tujuan utama pengembangan kurikulum yang bersifat uniform ini adalah untuk
menciptakan persatuan dan kesatuan bangsa, serta memberikan standar
penguasaan yang sama bagi seluruh wilayah.
a. Peranan Guru dalam pengembangan kurikulum yang bersifat sentralisasi
Dalam kurikulum yang bersifat sentralisasi, guru tidak mempunyai
peranan perancangan, dan evaluasi yang bersifat makro, mereka lebih berperan
dalam kurikulum mikro. Kurikulum makro disusun oleh tim atau komisi khusus,
yang terdiri atas para ahli. Penyusunan kurikulum mikro dijabarkan dari
kurikulum makro. Tugas guru yaitu menyusun bahan pelajaran yang sesuai
dengan kebutuhan, minat dan tahap perkembangan anak, memiliki metode dan
media mengajar yang bervariasi, serta menyusun program dan alat evaluasi yang
tepat.

27
Iskandar Wiryokusumo, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. (Jakarta : Bina Aksara, 1988),
hal. 342

26
Guru juga berkewajiban untuk menjelaskan kepada siswanya tentang apa
yang akan di capai dengan pengajarannya. Ia juga hendaknya melakukan berbagai
upaya untuk membangkitkan motivasi belajar, menciptakan situasi kompetitif dan
koperatif, memberikan pengarahan dan bimbingan. Guru memberikan tugas-tugas
individual atau kelompok yang akan memperkaya dan memperdalam penguasaan
siswa. Dalam kondisi ideal guru juga berperan sebagai pembimbing, berusaha
memahami secara seksama potensi dan kelemahan siswa, serta membantu
memahami kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa.
b. Peranan Guru dalam pengembangan kurikulum yang bersifat desentralisasi
Kurikulum desentralisasi disusun oleh sekolah ataupun kelompok sekolah
tertentu dalam suatu wilayah ataupun daerah. Kurikulum ini diperuntukkan bagi
suatu sekolah atau lingkungan wilayah tertentu. Pengembangan kurikulum
semacam ini didasarkan atas karakteristik, kebutuhan, perkembangan daerah serta
kemampuan sekolah.
Bentuk kurikulum seperti ini mempunyai beberapa kelebihan disamping
itu juga mempunyai kekurangan. Kelebihan-kelebihannya diantaranya (1)
kurikulum sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat setempat, (2)
kurikulum sesuai dengan kemampuan tingkat sekolah, baik kemampuan
professional, finansial maupun manajerial, (3) ada motivasi kepala sekolah untuk
mengembangkan diri, mencari dan menciptakan kurikulum yang sebaik-baiknya,
dengan demikian akan terjadi semacam kompetisi dalam pengembangan
kurikulum. Dalam hubungannya dengan aktivitas pembelajaran administrasi
pendidikan, guru berperan sebagai berikut:
1) Mengambil inisiatif, pengaruh dan penilaian pendidikan.
2) Wakil masyarakat disekolah, artinya guru berperan sebagai pembawa suara
dan kepentingan masyarakat dalam pendidikan.
3) Seorang pakar dalam bidangnya, yaitu menguasai bahan yang harus
diajarkan.
4) Penegak disiplin, yaitu guru harus menjaga agar para siswa melaksanakan
disiplin.
5) Pelaksana administrasi pendidikan, yaitu guru bertanggung jawab agar
pendidikan dapat berlangsung dengan baik.

27
6) Pemimpin generasi muda, artinya guru bertanggung jawab untuk
mengarahkan perkembangan siswa sebagai generasi muda yang akan menjadi
pewaris masa depan.
7) Penerjemah kepada masyarakat, yaitu guru berperan untuk menyampaikan
berbagai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada masyarakat.
Syamsuddin mengemukakan bahwa dalam pengertian pendidikan secara
luas, seorang guru yang ideal dapat berperan sebagai berikut:
1) Konservator (pemerihara) sistem nilai yang merupakan sumber norma
kedewasaan.
2) Inovator (pengembang) sistem nilai ilmu pengetahuan.
3) Transmitor (penerus) sistem-sistem nilai tersebut kepada siswa.
4) Transformator (penerjemah) sistem-sistem nilai tersebut melalui penjelmaan
dalam pribadinya dan perilakunya, dalam proses interaksi dengan sasaran
didik.
5) Organisator (penyelenggara) terciptannya proses edukatif yang dapat di
pertanggung jawabkan, baik secara formal (kepada pihak yang mengangkat
dan menugaskannya) maupun secara moral (kepada sasaran didik, serta tuhan
yang menciptakannya).
Di lain pihak, surya (1997) mengemukakan tentang peranan guru di
sekolah, keluarga, dan masyarakat. Di sekolah, guru berperan sebagai perancang
pembelajaran, pengelola pembelajaran, penilai hasil pembelajaran siswa, pengarah
pembelajaran dan pembimbing siswa. Dalam keluarga, guru berperan sebagai
pendidik dalam keluarga (family educator). Sementara itu masyarakat, guru
berperan sebagai Pembina masyarakat (social developer), penemu masyarakat
(social inovator), dan agen masyarakat (social agent). 
3. Peranan Komite Sekolah Dalam Pengembangan Kurikulum
Komite sekolah sebagai salah satu pengembang kurikulum ini tidak
terlepas dari empat perannya sebagai berikut:
a. Advisory agency, yaitu pemberi pertimbangan dalam penentuan dan
pelaksanaan kebijakan pendidikan sekolah.
b. Suporting agency, yaitu pendukung baik berwujud finansial, pemikiran,
maupun tenaga, dalam penyelenggaraan pendidikan sekolah.

28
c. Controlling agency, yaitu pengontrol dalam rangka transparansi dan
akuntabelitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan sekolah, serta
d. Mediate agency, yaitu mediator antara pemerintah dan masyarakat.
Sebagai advisory agence , komite sekolah dapat memberikan atau
menyampaikan gagasan, usulan-usulan, atau pertimbangan-pertimbangan untuk
penyempurnaan kurikulum sekolah yang lebih baik. Gagasan, usulan, dan
pertimbangan ini pada dasarnya dapat diarahkan kepada semua komponen
kurikulum, struktur program kurikulum, dll. Walaupun secara pokok sudah
tersedia kurikulum tingkat nasional, namun masih terbuka bagi pihak sekolah
untuk melakukan eksplorasi, pengembangan, penajaman-penajaman, serta
dikemas dalam program inti ataun program tambahan, kegiatan intrakulikuler
ataupun ekstrakulikuler. Dalam peran advisory agence ini pulalah komite sekolah
terlibat dalam pengesahan kurikulum.
Terkait dengan peran sebagai advisory agence maka komite sekolah
berada dalam komitmen lanjutan. Muncullah peran berikutnya, yaitu suporting
agence. Pengembangan kurikulum berkait dengan banyak persoalan, baik yang
langsung maupun tidak langsung, yang bersifat manusia dan nonmanusia. Dalam
hal ini dukungan komite sekolah dapat berwujud finansial, pemikiran, maupun
tenaga.
Sebagai controlling agency komite sekolah melakukan kontrol atas
penyelenggaraan program pendidikan. Transparansi dan akuntabelitas
penyelenggaraan dan hasil pendidikan sekolah harus diwujudkan. Kerena
masyarakat adalah pengguna jasa pendidikan dan melaui konsep suporting agence
menjadi terlibat aktif, maka kepada masyarakat pulalah harus dibuka kesempatan
untuk melakukan kontrol.
Dalam konteks pengembangan kurikulum, peran kontrol komite sekolah
ini bisa pula diarahkan sebagai pengawas, misalnya, apakah proses pengembangan
yang ditempuh sudah memenuhi norma atau ketentuan sebagaimana seharusnya,
apakah pengembangan kurikulum telah memperhatikan dan melibatkan pihak-
pihak yang terkait, apakah sudah terukur untuk kemajuan anak dan sebagainya.
Peran ini harus dapat diterpkan agar pengembangan kurikulum benar-benar
komprehensif.

29
Sebagai midiate agency komite sekolah bertindak sebagai mediator antara
pemerintah, sekolah, dan masyarakat. Pengembangan kurikulum secara baik
menuntut keterlibatan dan tanggung jawab semua pihak, karena memang dasrnya
urusan npendidikan tidak dapat diserahkan pada pemerintah (dinas pendidikan)
dan sekolah saja.
Komite sekolah dibentuk di setiap sekolah sebagai hasil dari SK Menteri
No. 202 untuk desentralisasi. Komite diharapkan bekerjasama dengan kepala
sekolah sebagai partner untuk mengembangkan kualitas sekolah dengan
menggunakan konsep manajemen berbasis sekolah dan masyarakat yang
demokratis, transparan, dan akuntabel.
Untuk menjalankan peran yang telah disebutkan di muka, Komite Sekolah
memiliki fungsi sebagai berikut :
a. Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap
penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.
b. Melakukan kerjasama dengan masyarakat (Perorangan/organisasi/dunia usaha
dan dunia industri (DUDI)) dan pemerintah berkenaan dengan
penyelengaraan pendidikan bermutu.
c. Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan, dan berbagai kebutuhan
pendidikan yang diajukan oleh masyarakat
d. Memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada satuan
pendidikan
e. Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap
penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.
f. Melakukan kerjasama dengan masyarakat (Perorangan/organisasi/dunia usaha
dan dunia industri (DUDI)) dan pemerintah berkenaan dengan
penyelengaraan pendidikan bermutu.
g. Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan, dan berbagai kebutuhan
pendidikan yang diajukan olej masyarakat.
h. Memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada satuan
pendidikan

30
i. Mendorong orang tua siswa dan masyarakat untuk berpartisipasi dalam
pendidikan guna mendukung peningkatan mutu pendidikan dan pemerataan
pendidikan.
j. Menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan penyelengaraan
pendidikan di satuan pendidikan.
k. Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program,
peyelenggaraan, dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan.
Pada umumnya kurikulum muatan lokal di madrasah dasar adalah bahasa
Jawa dan bahasa Ingris. Peran wali murid dan Komite mendukung pemilihan
mulok tersebut, sedangkan dalam pengembangan kurikulum life skill disesuaikan
dengan kondisi lingkungan madrasah. Paguyuban aktif berperanserta dengan
menjadi nara sumber pembelajaran dan menyiapkan peralatan yang dibutuhkan
dalam kegiatan pembelajaran life skill. Ekstrakurikuler, masyarakat yang terdiri
dari wali murid, komite, pengusaha, instansi lain, dan alumni membantu dana,
tenaga, akomodasi & transportasi untuk kegiatan ekstrakurikuler. Wali murid juga
membantu membelikan peralatan musik, sebagai nara sumber, pelatih, dan
mencarikan guru les bila dibutuhkan untuk ekstrakurikuler ini.
4. Peran Serta Masyarakat dalam Pengembangan Kurikulum
Peranserta masyarakat dalam pengembangan sarana madrasah antara lain
dengan mewakafkan tanah untuk bangunan madrasah, wali murid memberi dana,
media pendidikan, buku pelajaran dan buku bacaan untuk anak-anak dan Komite
memberikan bantuan untuk merehab, membangun gedung kelas, dan membantu
sarana pendidikan seperti: membuatkan media pendidikan berupa pot-pot
pembelajaran dan sebagainya. Peranserta masyarakat dalam pengembangan
prasarana madrasah berasal dari beberapa Instansi lain. Komite dan Paguyuban
membantu prasarana madrasah mulai dari membantu pengadaan tanah.
Peran serta masyarakat dalam peningkatan mutu meliputi: mutu bidang
akademik, agama, seni dan olah raga. Mutu bidang Akademik : ketiga madrasah
mencapai grade yang tinggi yaitu MSN, SSN dan RSBI hal ini dikarenakan kepala
madrasah berpengalaman dan ahli dalam memanaj madrasahnya, guru-gurunya
kompeten dibidangnya dan tidak terlepas pula dari Komite Madrasah yang selalu
memikirkan peningkatan mutu madrasah, Paguyuban membantu meningkatkan

31
mutu dalam pembelajaran serta Mapenda dan Dinas Pendidikan, rutin
memberikan supervisi. Mutu bidang seni : peranserta masyarakat dalam
meningkatkan mutu antara lain : wali murid menjadi pelatih dalam bidang seni
tari tradisional, fashion, qiroati, olah vokal, puisi, dan paduan suara. Disamping
itu Komite, Paguyuban, DUDI, alumni dan Instansi lain juga membantu dana,
akomodasi untuk kegiatan lomba. Mutu bidang agama : wali murid memberi
bantuan guru mengaji untuk mengajari seni tartil membaca Al-Qur’an dan
mendukung kegiatan keagamaan. Komite dan wali murid berpartisipasi dalam hal
tenaga, dana pada waktu lomba dan masyarakat bersama-sama madrasah
menyelenggarakan PHBI. Mutu bidang olah raga : madrasah mengadakan olah
raga bersama dengan Komite dan paguyuban dan pada event-event tertentu
mengadakan perlombaan jantung sehat. Peranserta masyarakat membantu
pengadaan lapangan tennis meja dan bulu tangkis, dan menjadi pelatih disamping
itu peralatan olah raga sebagian sumbangan dari wali murid. Wali murid, Komite,
Mapenda, Dinas Pendidikan, Instansi Lain, DUDI dan Alumni aktif mendukung
pada saat siswa mengikuti perlombaan dan dukungannya berupa tenaga maupun
dana bahkan mencarikan pelatih untuk persiapan lomba.
5. Perbedaan Peran Perkembangan Kurikulum dari Tahun ke Tahun
a. Kurikulum 1947 atau disebut Rentjana Pelajaran 1947
Ini adalah kurikulum pertama sejak Indonesia merdeka. Perubahan arah
pendidikan lebih bersifat politis, dari orientasi pendidikan Belanda ke kepentingan
nasional. Saat itu mulai ditetapkan asas pendidikan ditetapkan Pancasila.
Kurikulum ini sebutan Rentjana Pelajaran 1947, dan baru dilaksanakan pada
1950. Karena kurikulum ini lahir dikala Indonesia baru merdeka, maka
pendidikan yang diajarkan lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia
Indonesia merdeka, berdaulat, dan sejajar dengan bangsa lain di muka bumi ini.
Fokus Rencana Pelajaran 1947 tidak menekankan pendidikan pikiran, melainkan
hanya pendidikan watak, kesadaran bernegara dan bermasyarakat.
b. Kurikulum 1952, Rentjana Pelajaran Terurai 1952
Adanya kurikulum ini merupakan penyempurnaan kurikulum sebelumnya,
merinci setiap mata pelajaran sehingga dinamakan Rentjana Pelajaran Terurai
1952. Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional.

32
Seperti setiap pelajaran dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Silabus mata
pelajaran menunjukkan secara jelas seorang guru mengajar satu mata pelajaran.
c. Kurikulum 1964, Rentjana Pendidikan 1964
Pemerintah kembali menyempurnakan sistem kurikulum pada 1964,
namanya Rentjana Pendidikan 1964. Kurikulum ini bercirikan bahwa pemerintah
mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk
pembekalan pada jenjang SD. Sehingga pembelajaran dipusatkan pada program
Pancawardhana, yaitu pengembangan moral, kecerdasan, emosional atau artistik,
keprigelan (keterampilan), dan jasmani.
d. Kurikulum 1968
Kurikulum pertama sejak jatuhnya Soekarno dan digantikan Soeharto.
Bersifat politis dan menggantikan Rentjana Pendidikan 1964 yang dicitrakan
sebagai produk Orde Lama. Kurikulum ini bertujuan membentuk manusia
Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan
keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. Kurikulum
1968 merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD
1945 secara murni.
Cirinya, muatan materi pelajaran bersifat teoretis, tidak mengaitkan
dengan permasalahan faktual di lapangan. Titik beratnya pada materi apa saja
yang tepat diberikan kepada siswa di setiap jenjang pendidikan. Isi pendidikan
diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta
mengembangkan fisik sehat dan kuat.
e. Kurikulum 1975
Pemerintah memperbaiki kurikulum pada tahun itu. Kurikulum ini
menekankan pendidikan lebih efektif dan efisien. Menurut Mudjito, Direktur
Pembinaan TK dan SD Departemen Pendidikan Nasional kala itu, kurikulum ini
lahir karena pengaruh konsep di bidang manajemen MBO (management by
objective). Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur
Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI), dikenal dengan istilah satuan
pelajaran, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan.
f. Kurikulum 1984

33
Kurikulum ini mengusung pendekatan proses keahlian. Meski
mengutamakan pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini
juga sering disebut “Kurikulum 1975 disempurnakan”. Posisi siswa ditempatkan
sebagai subjek belajar. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan,
mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif
(CBSA).
g. Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999
Pada tahun 1994 pemerintah memperbarui kurikulum sebagai upaya
memadukan kurikulum kurikulum sebelumnya, terutama Kurikulum 1975 dan
1984. Namun, perpaduan antara tujuan dan proses belum berhasil. Sehingga
banyak kritik berdatangan, disebabkan oleh beban belajar siswa dinilai terlalu
berat, dari muatan nasional sampai muatan lokal. Misalnya bahasa daerah,
kesenian, keterampilan daerah, dan lain-lain.
h. Kurikulum 2004, KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi)
Pada 2004 diluncurkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) sebagai
pengganti Kurikulum 1994. Suatu program pendidikan berbasis kompetensi harus
mengandung tiga unsur pokok, yaitu pemilihan kompetensi sesuai, spesifikasi
indikator-indikator evaluasi untuk menentukan keberhasilan pencapaian
kompetensi, dan pengembangan pembelajaran.
KBK mempunyai ciri-ciri sebagai berikut, menekankan pada ketercapaian
kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal, berorientasi pada hasil
belajar dan keberagaman. Kegiatan belajar menggunakan pendekatan dan metode
bervariasi, sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya
yang memenuhi unsur edukatif.
i. Kurikulum 2006, KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)
Kurikulum ini hampir mirip dengan Kurikulum 2004. Perbedaan menonjol
terletak pada kewenangan dalam penyusunannya, yaitu mengacu pada jiwa dari
desentralisasi sistem pendidikan. Pada Kurikulum 2006, pemerintah pusat
menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Guru dituntut mampu
mengembangkan sendiri silabus dan penilaian sesuai kondisi sekolah dan
daerahnya. Hasil pengembangan dari semua mata pelajaran dihimpun menjadi
sebuah perangkat dinamakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

34
j. Kurikulum 2013
Kurikulum ini adalah pengganti kurikulum KTSP. Kurikulum 2013
memiliki tiga aspek penilaian, yaitu aspek pengetahuan, aspek keterampilan, dan
aspek sikap dan perilaku. Di dalam Kurikulum 2013, terutama di dalam materi
pembelajaran terdapat materi yang dirampingkan dan materi yang ditambahkan.
Materi yang dirampingkan terlihat ada di materi Bahasa Indonesia, IPS, PPKn,
dsb., sedangkan materi yang ditambahkan adalah materi Matematika.

35
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Berdasarkan UU No. 20 tahun 2003 Bab X tentang kurikulum, pasal 36
ayat 1 bahwa pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar
nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Suatu
kurikulum diharapkan memberikan landasan, isi dan menjadi pedoman bagi
pengembangan kemampuan siswa secara optimal sesuai dengan tuntunan dan
tantangan perkembangan masyarakat.
Sailor Oliva 1992 mengungkapkan bahwa kurikulum dan pengajaran
memiliki keterkaitan yang sangat erat. Kurikulum berhubungan dengan isi materi
yang harus dipelajari sedangkan pengajaran berkaitan dengan cara
mempelajarinya. Kurikulum berkaitan dengan apa yang harus diajarkan,
sedangkan pengajaran mengacu .kepada bagaimana cara mengajarkannya Dengan
demikian menurut Olivia kurikulum berhubungan dengan sebuah program,
sebuah perencanaan, isi atau materi pelajaran serta pengalaman belajar,
sedangkan pengajaran berkaitan dengan metode tindakan mengajar implementasi
dan presentasi.
Agar kurikulum dapat berfungsi sebagai pedoman, maka terdapat sejumlah
prinsip dalam proses pengembangannya. Berikut akan diuraikan sejumlah prinsip
pengembangan kurikulum.
1. Prinsip Relevansi
2. Prinsip Fleksibilitas
3. Prinsip Kontiunitas
4. Prinsip Efektifitas
5. Prinsip Evisiensi
Pada dasarnya kurikulum berfungsi sebagai pedoman atau acuan. Bagi
guru, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan proses
pembelajaran. Bagi orang tua, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam
membimbing anaknya belajar dirumah. Bagi siswa, kurikulum berfungsi sebagai
suatu pedoman belajar.

36
Peranan pengembangan kurikulum dapat ditinjau dari 2 hal, antara lain
yakni peran pengembangan kurikulum secara umum serta peran pengembangan
kurikulum bagi sekolah.

3.2. Saran
Dengan dibuatnya makalah dengan judul “Hakekat Pengembangan
Kurikulum Dalam Pendidikan atau Pembelajaran, Pola Hubungan Kurikulum
Pembelajaran, Prinsip Pengembangan Kurikulum, Fungsi Pengembangan
Kurikulum Dan Peranan Pengembangan Kurikulum” ini, harapan penulis bagi
pembaca agar dapat memahami hakekat pengembangan kurikulum dalam
pendidikan atau pembelajaran, pola hubungan kurikulum pembelajaran, prinsip
pengembangan kurikulum, fungsi pengembangan kurikulum dan peranan
pengembangan kurikulum dengan tepat.
3.3.

37
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohammad. 1992. Pengembangan Kurikulum Di Sekolah. Jakarta : CV.


Sinar Baru.

Ansyar, Mohammad. 2017. Kurikulum Hakikat, Fondasi, Desain dan


Pengembangan. Jakarta: PT. Fajar Interpratama Mandiri.

Dakir, 2004. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. Yogyakarta : PT.


Rineka Cipta.

Dewantara, K.H. 1962. Karya Ki Hajar Dewantara. Pendidikan. Yogyakarta:


Taman Siswa.

Homalik, Omar. 2011. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya.

Kusumawati, Naniek dan Rivi, Rulviana. 2017. Pengembangan kurikulum di


sekolah dasar. Magetang : CV. AE MEDIA GRAFIKA.

Sanjaya, Wina. (2008). Teori dan Praktek Pengembangan Kurikulum Tingkat


Satuan Pendidikan: Jakarta : Prenamedia Group

Sukmadinata, dan Nana, Syaodih. 1997. Pengembangan Kurikulumn : Teori dan


Praktik. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Winarso, Widodo. 2015. Dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah. Cirebon:


WINDPK.

Wiryokusuma, Iskandar. 1988. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Jakarta :


Bina Aksara.

38

Anda mungkin juga menyukai