1. Definisi
Skizofrenia merupakan penyakit gangguan mental yang parah dan kronis sehingga dapat
mempengaruhi cara seseorang dalam berpikir, bertingkah laku, maupun berperasaan
(merasakan terhadap suatu hal). Pasien yang menderita skizofrenia mengalami kehilangan
kontak dengan kenyataan yang ada dan gejalanya dapat sampai membuat pasien mengalami
kelumpuhan (The National Institute of Mental Health Information Resource Center, 2016).
2. Anatomi Fisiologi
Pada kondisi normal, kondisi otak dapat dilihat pada gambar berikut:
Penderita mengalami: pengurangan volume seluruh otak (materi abu - abu dan materi putih);
penurunan volume lobus frontal dan temporal kanan kiri; peningkatan volume ventrikel
lateral (Medscape, 2019).
3. Patofisiologi
Pada penderita schizophrenia beberapa kondisi anomali pada anatomi tubuhnya, seperti
ventrikel agak lebih besar dari normal; penurunan volume otak di daerah temporal medial;
dan ada perubahan pada daerah hipokampus. Terdapat pula kelainan anatomi dalam jaringan
neokortikal dan daerah limbik serta saluran substansi putih, dimana 2 jaringan saluran
substansi putih pada penderita schizophrenia berkurang. Penderita juga mengalami
penurunan volume lobus prefrontal dan temporal kiri dan kanan (Medscape, 2019).
1. Gejala positif
Akibat dari gangguan fungsi neurotransmiter, utamanya pada produksi dopamin yang
berlebih atau terhambatnya proses reuptake dopamin (aktivitas hiperdopaminergik).
Dopamin berperan dalam kognitif, mood, perhatian dan proses belajar. Sehingga dapat
menyebabkan gangguan pada pola pikir, pergerakan, delusi, halusinasi dan paranoid
(American Psychiatric Association, 2000).
2. Gejala Negatif
Dapat terjadi karena kurangnya aktivitas dopamin (hipodopaminergik). Tetapi juga dapat
disebabkan oleh gangguan neurotransmitter gamma aminobutyric acid (GABA),
serotonin dan asetilkolin. Dimana GABA adalah inhibitor neurotransmitter utama pada
sistem saraf dan berperan dalam produksi endorfin. Pada kondisi normal GABA
memberikan efek relaksasi, tetapi dalam keadaan abnormal pada produksi atau
distribusinya dapat menyebabkan gejala negatif yaitu berkurangnya fungsi emosi,
berkurangnya kemampuan berbicara, hilangnya minat / ketertarikan (American
Psychiatric Association, 2000).
3. Glutamatergik dsyfunction
“glutamate excito-toxicity” dimana kadar glutamat berlebihan dapat menyebabkan
degenerasi dan disfungsi neuronal (Anurogo et al, 2014). Selain itu, defisiensi glutamat
juga dapat memproduksi gejala yang mirip dengan hiperaktifitas dopaminergic (Dipiro et
al, 2015).
4. Serotonin Abnormalities
Penurunan aktivitas serotonin berkaitan dengan peningkatan aktivitas dopamin.
Kekurangan serotonin akan menyebabkan berbagai gejala perilaku.Pasien skizofrenia
yang mempunyai scan otak abnormal, mempunyai konsentrasi 5-HT yang tinggi pada
darah yang menyebabkan meningkatnya ukuran pembuluh darah (Dipiro et al, 2015).
4. Gejala
Terdapat beberapa jenis gejala pada penderita skizofrenia, diataranya:
1. Gejala Episodik Akut
Out of Touch (Tidak berhubungan dengan dunia luar)
Halusinasi
Delusi (Memegang keyakinan yang salah)
Tindakan dipengaruhi pengaruh luar
Proses berpikir terputus
Ambivalensi (Pikiran kontradiktif)
Autisme (pemikiran yang ditarik dan diarahkan ke dalam)
Tidak kooperatif
Sulit merawat diri sendiri
Tidur dan nafsu makan terganggu.
(Dipiro et al, 2015).
2. Gejala positif
Delusi atau waham (suatu keyakinan yang salah karena bertentangan dengan
kenyataan)
Halusinasi
Muncul kebiasaan aneh
Gaduh, gelisah, tidak dapat diam
Merasa dirinya hebat dan serba bisa
Selalu merasa curiga
Menyimpan rasa permusuhan
(Dipiro et al, 2015).
3. Gejala negatif
1. Terapi Awal
Tujuan terapi selama 7 hari pertama untuk menurunkan agitasi, rasa curiga, kecemasan, dan
agresi serta mengembalikan pola makan dan tidur. Setelah 1 minggu diberi dosis yang stabil,
dan dapat ditingkatkan. Jika tidak ada perbaikan terapi selama 3-4 minggu maka dapat
dipertimbangkan untuk pindah tahap
2. Terapi Stabilisasi
Tujuan terapi selama minggu ke 2-3 adalah untuk meningkatkan sosialisasi, kebiasaan untuk
merawat diri sendiri dan kestabilan suasana hati. Perbaikan dalam hal gangguan pemikiran
formal memerlukan waktu tambahan 6 hingga 8 minggu.
3. Terapi Penjagaan
Secara umum obat skizofrenia terbagi menjadi dua jenis, yaitu: (1) Antipsikotik Generasi
Pertama (AGP/Tipikal) dan (2) Antipsikotik Generasi Kedua (AGK/Atipikal). Pada
pengobatan zaman sekarang lebih banyak digunakan generasi kedua karena mempunyai efek
samping yang lebih sedikit. Hal ini terjadi karena pada AGP memblokade hampir semua jalur
dopamine, sehingga efek samping yang dihasilkan lebih banyak.
6. Terapi Non-Farmakologi
Terdapat beberapa upaya non-farmakologi yang dapat dilakukan untuk membantu pasien
skizofrenia menghadapi penyakitnya, antara lain:
Social skills training : Terapi yang fokus untuk meningkatkan komunikasi dan interaksi
sosial
Rehabilitation: Untuk peningkatan fungsi adaptif pasien dan memberikan dukungan
emosional kepada pasien
Family education: Penelitian menunjukkan bahwa pasien yang mendapatkan dukungan
kuat dapat melakukan lebih baik daripada yang tidak mendapatkan dukungan dari
keluarga dan teman.
Coordinated specialty care (CSC): Untuk penderita yang baru pertama kali mengalami
episode psikosis. Pada terapi ini dibuat tim yang menggabungkan pengobatan dan terapi
psikologis, mencakup layanan sosial dan ketenagakerjaan dan peran serta keluarga.
Assertive community treatment (ACT): Bantuan personal untuk membantu penderita
skizofrenia menghadapi tantangan hidup sehari-hari, seperti minum obat. Para profesional
ACT juga membantu mereka menangani masalah secara proaktif dan bekerja untuk
menghindari krisis.
Social recovery therapy: Perawatan ini membantu penderita menetapkan dan mencapai
tujuan serta membangun rasa optimisme dan keyakinan positif tentang diri mereka sendiri
dan orang lain.
(WebMD, 2019)
7. Monitoring dan Evaluasi
Monitoring yang dapat dilakukan terhadap pasien antara lain:
1.Pemberian obat antipsikotik atau obat untuk mengobati gejala-gejala depresi dan
kecemasan
2.Dilakukannya konseling Keluarga pasien untuk mengerti tentang penyakit pada pasien
3.Dapat dirawat dirumah dengan keluarga dan diberikan perhatian khusus ke pasien
4.Jika pasien sudah mulai meresahkan atau membahayakan, dapat di rawat inap di rumah
sakit jiwa
5.Diberikan terapi individu agar pasien dapat mengendalikan skizofrenia
6.Diajarkan kembali cara untuk bersosialisasi dengan masyarakat
7.Monitoring kondisi tubuh: BMI, glukosa plasma, lemak, dan peningkatan prolaktin atau
disfungsi seksual dan cardiac monitoring
(Gaebel et al., 2012)
*Monitoring berat badan setiap bulan selama 3 bulan, monitoring indeks massa tubuh (BMI),
lingkar pinggang, tekanan darah, glukosa plasma puasa, dan profil lipid puasa pada akhir 3
bulan dan setiap tahun ( Dipiro, 2015)
8. Fitoterapi
Terdapat beberapa tanaman herbal yang dapat digunakan sebagai alternatif pengobatan
skizofrenia, diantaranya adalah:
1. Ginko Biloba
2. Ginseng
3. Daun Ashwaganda
4. Akar Kava
(WebMD, 2019).
DAFTAR PUSTAKA
Adnyana, I. K., Andrajati, R., Setiadi, A. P., Sigit, J. I., Sukandar, E. Y. 2008. ISO
Farmakoterapi. Jakarta : PT. ISFI Penerbitan
American Psychiatric Association. 2000. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders
(DSM-IV-TR). 4th ed. Washington, DC: American Psychiatric Press.
DeLisi, L.E., Szulc, K.U., Bertisch, H.C., Magda, M., and Kyle, B. 2006. Understanding
Structural Brain Changes in Schizophrenia. Dialogues Clin Neurosci. Vol. 8 (1) : 71 - 78.
Dipiro, J.T., Wells, B.G., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Posey, L.M.,
2015,Pharmacotherapy, 6th Edition, Appleton ang Lange, New York.1-13.
DiPiro,J.T., Robert L.T., Gary C.Y.e, Gary R.M., Barbara G.W., L. Michael P. 2012.
Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach. 8th Edition. New York : McGraw-Hill
DiPiro,J.T., Robert L.T., Gary C.Y.e, Gary R.M., Barbara G.W., L. Michael P. 2017.
Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach. 10th Edition. New York : McGraw-Hill
Food and Drug Association (FDA). 2019. ABILIFY (Aripiprazole). Available at:
https://www.accessdata.fda.gov/drugsatfda_docs/label/2005/021713s004,021436s007lbl.pd
f [Accessed 21 May 2019].
Gaebel, W., Becker, T., Janssen, B., Munk-Jogersen, P., Musalek, M., Rossler, W., et al., 2012.
EPA Guidance on The Quality of Mental Health Services, European Psychiatry 27: 87-
113.
Thompson K, Kulkarni J, Sergejew AA. Reliability and validity of a new Medication Adherence
Rating Scale (MARS) for the psychoses. Schizophr Res 2000;42:241–7.
The National Institute of Mental Health Information Resource Center. 2016. Schizophrenia.
Available at https://www.nimh.nih.gov/health/topics/schizophrenia/index.shtml. [Accessed
20 May 2019].