Anda di halaman 1dari 26

Pemeriksaan Kadar

Metabolit Sekunder
Ekstrak Daun Salam,
Daun Jati Belanda,
dan Daun Jambu Biji
Kelompok 6
Nama NPM

Amelia Aprini 260110170156


Vicania Raisa 260110170157
Bagas Adi 260110170158
Mutiara Aini 260110170160
Riana Kamer 260110177001
Tujuan

Memeriksa kadar flavonoid total


ekstrak sebagai kuersetin dan
menentukan kadar kuersetin.
Partisi
Prinsip Adsorbsi peristiwa dimana
penyerapan fluida oleh terdistribusinya dua
suatu zat yang berbentuk pelarut yang berbeda
padat yang akan yang tidak bisa
Kolorimetri
menghasilkan lapisan tipis bercampur atau hanya
metode yang digunakan
atau film (Martin et al, sedikit bercampur
sebagai perbandingan dengan
1993). dengan menyesuaikan
menggunakan perbedaan dari
warna. (Bassett et al, 1994). perbedaan dari
kelarutan pelarutnya
(Rubiyanto, 2016).

Hukum Lambert-Beer
hukum yang menyatakan bahwa hubungan linieritas diantara konsentrasi
larutan analit dan adsorban dan berbanding terbalik dengan transmitan.
Rumus : A = e.b.c Keterangan
A = absorban
e = absorptivitas molar
(Tahir, b = tebal kuvet (cm)
2009). c = konsentrasi
Reaksi

(Azizah, et al., 2014)


TEORI
DASAR
Senyawa metabolit sekunder sering berhubungan dengan aktivitas
farmakologis, apalagi jika senyawa kimiawi yang berperan dalam khasiat
belum dapat diketahui (Alasa, et al, 2017).
Menurut beberapa penelitian, senyawa dalam tumbuhan banyak yang
tidak bekerja sendirian, melainkan bekerja sama sehingga dapat disebut
sinergisme (Alasa, et al, 2017).
Senyawa metabolit sekunder pada umumnya memiliki fungsi yaitu
pertahanan diri di lingkungan tempat tumbuhan ini hidup (Harborne, 1987).
Metabolit sekunder adalah biomolekul yang dipakai sebagai lead
compounds untuk menemukan dan mengembangkan obat baru (Harborne,
1987).
Dalam proses KLT atau kromatografi lapis tipis, nilai Rf akan
dipengaruhi oleh banyak hal, diantaranya adalah derajat aktivitas, struktur
kimia, sifat penyerap, suhu dan kesetimbangan, dan pelarut, serta derajat
kejenuhan (Watson, 2009).
› Kadar flavonoid total › Kadar flavonoid total
ekstrak daun jambu simplisia daun salam :
biji : tidak
tidak kurang dari 1,4%. kurang dari 0,4%

› Kadar flavonoid total


ekstrak daun jati
belanda :
tidak kurang dari 0,3%.

(Depkes RI, 2008).


ALAT DAN BAHAN
ALAT
BAHAN
a. Chamber KLT a. AlCl3 10 %
b. Gelas Kimia b. Ammonia
c. Gelas Ukur c. Asam Asetat
d. Kertas Saring d. Aquadest
e. Pipa Kapiler e. Ekstrak Kental
f. Pipet Daun Salam
g. Sentrifugator f. Etanol 95%
h. Spektrofotometri g. Kalium Asetat 1 M
UV-Vis h. Kuersetin Baku
i. Silika Gel i. N-Butanol
PROSEDUR
Penentuan jumlah
flavonoid metode
aluminium klorida
Pembuatan Larutan Uji Ekstrak

Sebanyak 1 gram ekstrak ditimbang dan dilarutkan kedalam 10 ml etanol 95%

Kemudian larutan tersebut disentrifugasi selama 3 jam.

Larutan yang terbentuk disaring dan filtratnya ditambahkan etanol 95% hingga 25
ml.
Pembuatan Kurva Kalibrasi dengan Kuersetin sebagai
Pembanding.

Larutan kuersetin dibuat dalam etanol dengan konsentrasi 40, 60, 80, 100 dan 120
μg/ml.

Sebanyak 2 tetes filtrat ekstrak dicampurkan dengan 1,5 ml etanol 95%; 2 tetes
AlCl3 10%; 2 tetes kalIum asetat 1 M; dan 2,8 ml H2O.

Campuran diinkubasi pada suhu kamar selama 30 menit. Kemudian serapan diukur
menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada λ maksimum 429 nm. Kurva baku
dibuat.
Penentuan Jumlah Flavonoid dari Larutan Uji Ekstrak
Etanol

Larutan ekstrak etanol diambil sebanyak 2 tetes, kemudian dicampurkan dengan 1,5
ml etanol; 2 tetes AlCl3 10%; 2 tetes kalium asetat 1 M; dan 2,8 ml H2O.

Campuran kemudian diinkubasi pada suhu kamar selama 30 menit. Serapan diukur
menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada λ maksimum 429 nm.

Jumlah flavonoid diukur dengan metode kolorimetri menggunakan AlCl 3.


Pengujian Kualitatif
Flavonoid
Pengujian Kualitatif Flavonoid

Ekstrak dan baku kuersetin ditotolkan masing-masing 1 cm dari plat atas. Plat
dikembangkan didalam chamber yang terdapat larutan 200 ml n-butanol, asam
asetat, air (4 : 1 : 5).

Plat dikeringkan dan dilihat dibawah sinar UV.

Rf ekstrak dihitung dan dibandingkan dengan Rf baku.


HASIL
KURVA BAKU
Pada 429 nm
Kosentrasi (ppm) Absorbansi

40 0,2606

60 0,421

80
0,5603

100 0,723
Kelompok Kelompok Kelompok
Kelompok Kelompok Kelompok
1 (Ekstrak 2 (Ekstrak 6
3 (Ekstrak 4 (Ekstrak 5 (Ekstrak
Daun Daun (Ekstrak
Daun Jati Daun Jati Daun
Jambu Jambu Daun
Belanda) Belanda) Salam)
Biji) Biji) Salam)

Sampel 1 0,405 0,48 0,8016 0,093 1,811 1,54


Absorbansi
Sampel Sampel 2 0,471 0,492 0,6493 0,055 1,849 2,163

Sampel 3 0,226 0,5 0,793 0,087 1,812 1,986

0,147
(Tidak
sesuai)
0,108 0,24 0,038
Jumlah Flavonoid Total
(Tidak (Tidak (Tidak 0,6352 0,6375
Rata-Rata (%)
sesuai) sesuai) sesuai)

Kuarsetin 0,95 1 0,983 1 0,95 0,967


Rutin 0 0 0,97 1 0,93 0,483
Rf Asam
0,767 0,92 0,9 0,92 0,483 0,883
Galat
PERHITUNGAN
PERHITUNGAN
AlCl3 10% Pengenceran Bertingkat

Na-Asetat 1 M
PERHITUNGAN

Data Serapan Ekstrak

Sampel Absorbansi

1 1,54

2 2,163

3 1,986
Data Serapan Ekstrak
PEMBAHASA
N
› Apabila jumlah flavonoid total tidak sesuai dengan literature, kemungkinan
karena inkubasi yang dilakukan kurang atau lebih dari yang seharusnya
sehingga sampel belum bereaksi sepenuhnya dengan pereaksi.
› Apabila Rf sampel yang selisihnya besar dengan kuarsetin, maka
kemungkinan disebabkan penotolan yang tidak tepat dan kurang teliti dan
perbandingan eluen yang kurang tepat.
› Selain itu, kemungkinan disebabkan tidak dilakukan sonikasi pada prosedur
sentrifugasi, sehingga metabolit aktif atau kuarsetin yang terdapat dalam
ekstrak tidak banyak yang terambil, karena tertinggal dalam sisa sentrifugasi.
› Faktor lainnya juga dapat karena pemanasan yang berlebihan, reaksi oksidasi,

pengotor yang berlebih yang dapat mengurangi kadar kandungan kimia.


› Nilai absorbansi tiap sampel berbeda karena dibuat dan diinkubasi pada
waktu yang berbeda dan durasi yang tidak sama.
KESIMPULAN
Rf yang didapatkan
menunjukkan ekstrak daun
salam mengandung asam galat
dan kuarsetin, serta sedikit rutin.
DAFTAR PUSTAKA
Alasa, A. N., Syariful, A., dan Jamaluddin. 2017. Analisis Kadar Total Metabolit Sekunder Ekstrak
Etanol Daun Tamoenju (Hibiscus surattensis L.). Kovalen, Vol 3 (3) : 258-268.
Azizah, D.N., E. Kumolowati, dan F. Faramayuda. 2014. Penetapan Kadar Flavonoid Metode AlCl 3
pada Ekstrak Metanol Kulit Buah Kakao (Theobroma cacao L.). Kartika Jurnal Ilmiah Farmasi,
Vol. 2(2): 45 – 49.
Bassett et al. 1994. Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta : EGC.
Depkes RI. 2008. Farmakope Herbal Indonesia. Jakarta : Depkes RI.
Harborne, J. B. 1987. Metode Fitokimia Penentuan Cara Modern Menganalisis Tumbuhan.
Bandung : ITB.
Martin, A., J. Swarbrick., A. Cammarata. 1993. Farmasi Fisik : Dasar-dasar Farmasi Fisik dan Ilmu
Farmasetik. Edisi Ketiga. Jakarta : UI Press.
Rubiyanto, D. 2016. Teknik Dasar Kromatografi. Yogyakarta : Deepublish Publisher.
Tahir, H. 2009. Arti Penting Kalibrasi pada Proses Pengukuran Analitik: Aplikasi pada Penggunaan
pH Meter dan Spektrofotometer UV-Vis. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Watson, D. 2009. Analisis Farmasi. Jakarta: EGC.
THANKS!
Any questions?

Anda mungkin juga menyukai