Anda di halaman 1dari 11

I.

Tujuan
Memeriksa kadar flavonoid total ekstrak sebagai kuersetin dan menentukan
kadar kuersetin.

II. Prinsip
2.1. Kolorimetri
Kolorimetri merupakan metode yang digunakan sebagai perbandingan
dengan menggunakan perbedaan dari warna. Metode ini akan mengukur
warna dari suatu zat sebagai perbandingan (Bassett et al, 1994).
2.2. Adsorpsi
Adsorpsi merupakan penyerapan fluida oleh suatu zat yang berbentuk
padat yang akan menghasilkan atau membentuk lapisan tipis atau film
(Martin et al, 1993).
2.3. Partisi
Partisi merupakan peristiwa dimana terdistribusinya dua pelarut yang
berbeda yang tidak bisa bercampur atau hanya sedikit bercampur dengan
menyesuaikan perbedaan dari kelarutan pelarutnya (Rubiyanto, 2016).
2.4. Hk. Lambert Beer
Hukum lambert ber adalah hukum yang menyatakan bahwa hubungan
linieritas diantara konsentrasi larutan analit dan adsorban dan juga
berbanding terbalik dengan transmitan.
Rumus : A = e.b.c
Keterangan
A = absorban
e = absorptivitas molar
b = tebal kuvet (cm)
c = konsentrasi
(Tahir, 2009).
IV. Teori Dasar
Senyawa metabolit sekunder sering berhubungan dengan aktivitas
farmakologis, apalagi jika senyawa kimiawi yang berperan dalam khasiat belum
dapat diketahui. Menurut beberapa penelitian, senyawa dalam tumbuhan banyak
yang tidak bekerja sendirian, melainkan bekerja sama sehingga dapat disebut
sinergisme (Alasa, et al, 2017).
Bahan organik sekunder atau disebut metabolit sekunder atau bisa juga bahan
alami melalui reaksi sekunder dari organik primer yaitu lemak, protein, dan
karbohidrat dihasilkan oleh makhluk hidup (Ergina, et al, 2014).
Hasil akhir metabolisme biasanya adalah metabolisme sekunder atau bahan
organik sekunder. Bahan organik sekunder dibagi menjadi tiga yaitu alkaloid,
fenolik, dan terpenoid. Salah satu tanaman yang menghasilkan senyawa metabolit
sekunder yaitu tanaman temulawak dimana senyawa yang terkandung yaitu
alkaloid, terpenoid dan steroid (Ergina, et al, 2014).
Metabolit sekunder adalah molekul-molekul berukuran kecil yang bersifat
secara spesifik, memiliki struktur yang beraneka ragam, dan semua senyawa
memiliki peranan atau fungsi yang berbeda tergantung jenisnya (Harborne,
1987).
Senyawa metabolit sekunder pada umumnya memiliki fungsi yaitu
pertahanan diri di lingkungan tempat tumbuhan ini hidup. Metabolit sekunder
adalah biomolekul yang dipakai sebagai lead compounds untuk menemukan dan
mengembangkan obat baru (Harborne, 1987).
Metabolit sekunder memiliki banyak manfaat, diantaranya adalah dapat
dimanfaatkan dalam bidang farmakologi sebagai antioksidan, antikoagulan
darah, antikanker, antibiotik, dan lainnya. Pengisolasian flavonoid dari berbagai
tumbuhan menghasilkan aktivitas biologi yang menarik yaitu antijamur,
antibakteri, menghambat pelepasan histamin, dan bersifat toksik bagi kanker
(Ergina, et al, 2014).
Reaksi sekunder dari metabolit primer akan menghasilkan metabolit
sekunder. Tumbuhan yang memiliki kandungan berupa bahan organik primer,
seringkali juga memiliki kandungan berupa metabolit sekunder atau disebut juga
bahan organik sekunder (Ergina, et al, 2014).
Tanaman hijau kecuali alga mengandung flavonoid yaitu senyawa metabolit
sekunder. Flavonoid adalah senyawa fenolik alam yang berfungsi sebagai
antioksidan sehingga bisa melawan proses oksidasi lipid dengan melindungi
kolesterol LDL (Cempaka, et al, 2014).
Flavonoid merupakan senyawa yang terdapat pada sayuran, buah, dan
minuman yang mempunyai manfaat biokimia dan efek antioksidan. Flavonoid
termasuk senyawa polifenol yang mempunyai sifat penghambat enzim hidrolisis
dan oksidatif, penangkap radikal bebas, dan juga sebagai antiinflamasi
(Cempaka, et al, 2014).
Quercetin adalah salah satu flavonoid yang paling penting. Quercetin
dikatakan dapat melindungi tubuh dari beberapa penyakit degeneratif dengan
bekerja mencegah proses peroksidasi lemak (Cempaka, et al, 2014).
Ekstraksi merupakan proses yang memisahkan bahan padat ataupun
cairan dengan dibantu oleh pelarut. Pelarut harus dipilih berdasarkan substansi
yang ingin diekstrak. Substansi yang diinginkan harus dapat diekstrak oleh
pelarut yang dipilih dengan tidak melarutkan material lain (Hasanah, 2015).
Ekstraksi dengan penggunaan pelarut mempunyai dasar yaitu didasarkan
kelarutan komponen dengan komponen lain dalam suatu campuran. Adapun
faktor-faktor yang dapat berpengaruh terhadap laju ekstraksi yaitu waktu
ekstraksi, laju ekstraksi, penyiapan sampel, suhu pelarut, dan tipe dari pelarut.
Ekstrak dari daun salam mengandung saponin, quinon, triterpenoid, fenolik,
steroid, flavonoid, dan alkaloid (Hasanah, 2015).
Metode yang biasa digunakan dalam menentukan kadar kandungan
senyawa flavonoid dalam bahan obat adalah metode analisis kuantitatif yaitu
spektrofotometri. Metode ini melibatkan AlCl 3 atau dapat disebut juga
alumunium klorida yang mana akan diikutsertakan dalam membuat kurva baku
yang akan menjadi pembanding dengan sampel yang akan diuji (Selawa, et al,
2013).
Penetapan kadar flavonoid yang menggunakan metode alumunium
klorida mempunyai prinsip yaitu akan terjadi pembentukan kompleks diantara
gugus keto pada atom C-4 dan gugus hidroksi pada atom C-3 atau C-5 yang
bertetangga dari golongan flavon dan flavonol dengan aluminium klorida
(Azizah, et al, 2014).
Quercetin digunakan sebagai standar pada penetapan kadar flavonoid,
hal ini dikarenakan quercetin adalah flavonoid golongan flavonol yang
mempunyai gugus keto pada atom C-4 dan juga memiliki gugus hidroksil pada
atom C-3 dan C-5 yang bertetangga (Azizah, et al, 2014).
Kromatografi adalah pemisahan kimia yang didasarkan oleh perbedaan
pembagian zat pada fase gerak dan fase diam. Kromatografi bisa mempunyai
sifat analitik dan preperatif. Tujuan dilakukannya kromatografi adalah untuk
dapat memisahkan senyawa dalam campuran tertentu (Wulandari, 2016).
Dalam kromatografi, zat-zat yang terlarut atau zat yang dipisahkan akan
bergerak sepanjang kolom. Dasar pemisahannya terletak pada laju perpindahan
yang akan berbeda tergantung larutannya. Pada proses pemisahan dengan
menggunakan metode KLT, biasanya digunakan silica gel yang digunakan sebagai
adsorban. Laju pemisahan pada pelat silica gel bergantung kepada polaritas
(Wulandari, 2016).
Pada waktu tertentu, senyawa yang mempunyai paling polar akan
bergerak naik dengan jarak yang mendekati pelat silica gel. Dan senyawa yang
mempunyai polaritas yang paling kecil akan bergerak naik dengan jarak yang
jauh pada pelat silica gel. Walaupun dalam pemisahan dengan menggunakan
metode KLT, banyak digunakan silica gel tetapi pada beberapa fase dalam polar
lainnya ada juga yang digunakan dalam bentuk termodifikasi (Watson, 2009).
Dalam proses KLT atau kromatografi lapis tipis, nilai Rf akan dipengaruhi
oleh banyak hal, diantaranya adalah derajat aktivitas, struktur kimia, sifat
penyerap, suhu dan kesetimbangan, dan pelarut, serta derajat kejenuhan
(Watson, 2009).
VIII. Perhitungan
8.1. Pembuatan AlCl3 10%
10 x

100 10
x = 1 gram
8.2. Na-Asetat 1 M
mg 1
M 
Mr V
mg 1
1 
82,03 10
mg = 820,3 mg
8.3. Pengenceran bertingkat
Larutan stok = 1000 ppm
 120 ppm
N1 × V1 = N2 × V2
1000 × V1 = 120 × 10
V1 = 1,2 ml
 100 ppm
N1 × V1 = N2 × V2
120 × V1 = 100 × 10
V1 = 8,33 ml
 80 ppm
N1 × V1 = N2 × V2
100 × V1 = 80 × 10
V1 = 8 ml
 60 ppm
N1 × V1 = N2 × V2
80 × V1 = 60 × 10
V1 = 7,5 ml
 40 ppm
N1 × V1 = N2 × V2
60 × V1 = 40 × 10
V1 = 6,67 ml
8.4. Kurva baku
Kosentrasi Absorbansi
40 ppm 0,2606
60 ppm 0,421
80 ppm 0,5603
100 ppm 0,723

8.5.
Data Serapan Ekstrak
Sampel Absorbansi
1 1,54
2 2,163
3 1,986

Persamaan kurva baku : y = 0,0078x - 0,0505


 Sampel 1
Nilai c
y = 0,0078x - 0,0505
1,54 = 0,0078x - 0,0505
x = 203,91
Kadar flavonoid

c  V 10  6
F1  100%
m

203,91 25  10 6
F1  100%  0,5097%
1

 Sampel 2
Nilai c
y = 0,0078x - 0,0505
2,163 = 0,0078x - 0,0505
x = 283,78
Kadar flavonoid

c  V 10  6
F1  100%
m

283,78  25  10  6
F1   100%  0,7094%
1
 Sampel 3
Nilai c
y = 0,0078x - 0,0505
1,986 = 0,0078x - 0,0505
x = 261,089
Kadar flavonoid

c  V 10  6
F1  100%
m

261,089  25 10  6
F1  100%  0,6527%
1

8.6. Nilai Rf KLT


 Rf sampel =
 Rf asam galat =
 Rf rutin =
 Rf kuersetin =
Daftar Pustaka
Alasa, A. N., Syariful, A., dan Jamaluddin. 2017. Analisis Kadar Total Metabolit
Sekunder Ekstrak Etanol Daun Tamoenju (Hibiscus surattensis L.).
Kovalen, Vol 3 (3) : 258-268.
Azizah, D. N., et al. 2014. Penetapan Kadar Flavonoid Metode AlCl 3 Pada Ekstrak
Metanol Kulit Buah Kakao (Theobroma Cacao L.). Kartika Jurnal
Ilmiah Farmasi, Vol 2 (2) : 45-49.
Bassett et al. 1994. Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta : EGC.
Cempaka, A. R., Sanarto, S., dan Laksmi, K. T. 2014. Pengaruh Metode
Pengolahan (Juicing and Blending) Terhadap Kandungan
Quercetin Berbagai Varietas Apel Lokal dan Impor (Malus
domestica). Indonesian Journal of Hujan Nutrition, Vol 1 (1) : 14-
22.
Ergina., Siti, N., dan Indarini, D. P. 2014. Uji Kualitatif Senyawa Metabolit
Sekunder Pada Daun Palado (Agave angustifolia) Yang Diekstraksi
Dengan Pelarut Air dan Etanol. J. Akad. Kim, Vol 3 (3) : 165-172.
Harborne, J. B. 1987. Metode Fitokimia Penentuan Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan. Bandung : ITB.
Hasanah, N. 2015. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Salam. Jurnal Pena
Medika, Vol 5 (1) : 55-59.
Martin, A., J.Swarbrick., A.Cammarata. 1993. Farmasi Fisik : Dasar-dasar
Farmasi Fisik dan Ilmu Farmasetik. Edisi Ketiga. Jakarta : UI
Press.
Rubiyanto, D. 2016. Teknik Dasar Kromatografi. Yogyakarta : Deepublish
Publisher.
Selawa, W., Max, R.J.R., dan Gayatri, C. 2013. Kandungan Flavonoid dan
Kapasitas Antioksidan Total Ekstrak Etanol Daun Binahong
(Anredera cordifolia (Ten) Steenis). Jurnal Ilmiah Farmasi, Vol 2 (1)
: 18-22.
Tahir, H. 2009. Arti Penting Kalibrasi pada Proses Pengukuran Analitik:
Aplikasi pada Penggunaan pH Meter dan Spektrofotometer Uv-vis.
Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
Watson, D. 2009. Analisis Farmasi. Jakarta: EGC.
Wulandari. 2016. Kromatografi Lapis Tipis. Tersedia Online di:
http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/77393 [Diakses
pada tanggal 17 November 2018].

Anda mungkin juga menyukai