Disusun Oleh :
Vicania Raisa Rahman
260110170157
SHIFT C 2017
1. Ikatan Hidrogen
Ikatan hidrogen adalah ikatan yang akan terjadi jika hidrogen secara
kovalen terikat pada satu atom elektronegatif dan tertarik ke arah atom
elektronegatif lainnya juga. Dengan kata lain ikatan hidrogen adalah ikatan
diantara atom hidrogen dengan dua atom lainnya yang memiliki sepasang
elektron bebas dengan oktet yang lengkap serta bersifat elektronegatif (Han
dan Zhao, 2011). Atom hidrogen digunakan diantara dua atom elektronegatif,
atom yang berikatan dengan hidrogen secara kovalen adalah donor hidrogen,
sedangkan atom elektronegatif lain adalah akseptor hidrogen (Sumardjo,
2006).
(Sumardjo, 2006).
Ikatan hidrogen dapat mempengaruhi struktur dan dinamika dari
banyak senyawa atau materi, seperti alkohol, air, ataupun protein, DNA, dan
protein yang ada pada tubuh manusia (Han dan Zhao, 2011).
Panjang ikatan secara langsung dapat mempengaruhi kekuatan dari
ikatan hidrogen. Apabila ikatan semakin pendek maka ikatan hidrogen akan
semakin kuat. Panjang ikatan hidrogen sekitar 1.2 Å yang menunjukkan
ikatan sangat kuat dengan energi ikatan 25 kkal mol-1. Ikatan ideal tergantung
pada karakteristik dari donor ikatan hidrogen (Han dan Zhao, 2011).
Ikatan hidrogen sering dideskripsikan sebagai interaksi dipol-dipol
elektrostatik. Namun, ikatan ini juga mempunyai sifat ikatan kovalen yaitu
kuat dan menghasilkan jarak interatomik yang lebih pendek dibandingkan
jumlah jari-jari interaksi van der waals (Han dan Zhao, 2011).
Contoh ikatan hidrogen adalah ikatan yang terjadi pada molekul
amonia dan air (H2O). Atom nitrogen elektronegatif mempunyai sedikit
muatan negatif sebagai akibat tarikan atom tersebut pada elektron yang
dipakai juga dengan hidrogen secara kovalen. Apabila molekul amonia dan
molekul air berada pada jarak yang dekat, maka akan terjadi tarikan yang
tidak kuat atau lemah antara atom nitrogen bermuatan negatif dan atom
hidrogen bermuatan positif dari molekul air yang berada di dekatnya. Tarikan
tersebut yang biasa disebut ikatan (Campbell et al, 2002).
Ikatan hidrogen dibagi menjadi dua, yaitu ikatan hidrogen donor dan
ikatan hidrogen akseptor. Ikatan hidrogen donor adalah ikatan yang terjadi
apabila atom elektronegatif mengikat hidrogen, ikatan ini disebut ikatan
hidrogen donor karena mendonorkan hidrogen untuk ikatan hidrogen. Ikatan
ini akan mengakibatkan hidrogen mempunyai parsial dengan muatan positif.
Ikatan hidrogen donor terjadi apabila adanya ikatan antara hidrogen yang
elektronnya kurang dan atom elektronegatif yang terikat secara kovalen.
Biasanya, ikatan elektronegatif ini adalah nitrogen atau oksigen. Distribusi
elektron dalam ikatan kovalen akan lebih besar ke arah atom yang lebih
elektronegatif karena atom ini mempunyai afinitas yang lebih besar untuk
elektron. Hal ini akan menyebabkan hidrogen mempunyai parsial dengan
muatan positif (Patrick, 2013). Contoh ikatan donor adalah amina, alkohol,
dan fenol (Han dan Zhao, 2011). Adapun yang disebut sebagai ikatan
hidrogen akseptor. Ikatan ini adalah atom elektronegatif atau gugus
fungsional yang menerima ikatan hidrogen. Contoh ikatan ini adalah gugus
karbonil (Han dan Zhao, 2011). Adapun yang dinamakan ikatan hidrogen
flip-flop. Ikatan ini dapat bertindak sebagai akseptor ataupun donor ikatan
hidrogen (Patrick, 2013).
Untuk mendesain suatu obat, maka orang yang mendesain akan
mengeksploitasi ikatan hidrogen agar memperoleh kekhasan. Hal ini dapat
diperoleh interaksi ligan-reseptor yang diatur untuk meninggalkan ikatan
yang kurang disukai dan dapat juga melalui interaksi secara terarah jarak
pendek yang ditentukan yang dapat menguntungkan (Muchtaridi et al, 2018).
Adanya persyaratan terhadap polaritas untuk absorpsi dan permeasi
membatasi jumlah dari ikatan hidrogen dalam molekul obat. Seperti halnya
persyaratan pada The Lipinski’s rule-of-five yang menyatakan bahwa
senyawa akan mempunyai sifat absorpsi atau permeasi yang tidak baik atau
buruk apabila senyawa tersebut mempunyai lebih dari 10 ikatan hidrogen
akseptor atau lebih dari 5 donor ikatan hidrogen (Muchtaridi et al, 2018).
(Patrick, 2017).
Interaksi van der waals merupakan interaksi yang lebih lemah daripada
ikatan hidrogen dan dapat terjadi antara dua daerah hidrofobik dari protein.
Contohnya, interaksi ini dapat terjadi di antara dua kelompok alkil. Semua
rantai samping hidrofobik yang dapat berinteraksi satu sama lain membentuk
ikatan van der waals adalah beberapa asam amino. Asam amino itu antara
lain adalah alanin, valin, leusin, isoleusin, fenilalanin, dan prolin. Sementara
ada juga asam amino yang mungkin memiliki interaksi van der waals, yaitu
antara lain adalah metionin, triptofan, treonin, dan tirosin yang mengandung
gugus fungsi polar (Patrick, 2017).
Ikatan van der waals merupakan gerakan molekul yang mendekati satu
sama lain. Hal ini menunjukkan tarikan khusus diantara satu sama lain. Hal
ini dianggap penting dalam ikatan antara obat dengan reseptor, namun ikatan
ini tidak sering terjadi dibandingkan ikatan hidrofobik. Ikatan ini bisa terjadi
jika obat dan reseptor sangat sesuai atau sesuai dengan sempurna. Hal ini
hanya terjadi jika enzim asetil kolin esterase berikatan dengan asetil kolin
(Muchtaridi et al, 2018).
Gaya van der waals memiliki peran dalam antara kedua gugus metil
pada N dengan reseptor, dan juga antara metil dari gugus asil dengan reseptor.
Menurut konsep, maka disimpulkan aktivitas dan struktur memiliki hubungan.
Hal ini menunjukkan hubungan yang berbanding terbalik antara ikatan gugus
ini dengan potensi senyawa. Dengan kata lain, potensi senyawa akan
emnurun apabila ikatan gugus ini bertambah besar (Muchtaridi et al, 2018).
3. Interaksi Phi-Phi
Ikatan pi adalah ikatan kovalen. Pembentukan ikatan ini disebabkan
oleh orbital-orbital yang saling tumpang tindih dengan menyamping (Chang,
2005).
(Chang, 2005).
Ikatan pi dibuat dari tumpang tindih dua orbital p pada atom yang
berdekatan. Secara khusus, ikatan alfa memiliki kerapatan elektronnya
sepanjang sumbu ikatan, sementara ikatan pi memiliki kerapatan elektronnya
di atas dan di bawah sumbu ikatan. Kombinasi dari dua orbital pada atom
yang berdekatan yang menciptakan interaksi dalam fase (tanda-tanda orbital
adalah sama) antara dua atom disebut orbital ikatan. Kombinasi yang
menghasilkan interaksi di luar fase (tanda-tanda orbital berlawanan) disebut
orbital anti ikatan. Energi orbital ikatan lebih rendah daripada orbital anti
ikatan. Ada juga orbital yang mengandung pasangan elektron sendiri, yang
bukan ikatan atau anti ikatan. Ini disebut orbital tidak terikat (Anslyn dan
Dougherty, 2006).
4. Interaksi dipol-dipol
Gaya dipol-dipol adalah gaya yang akan terjadi apabila
molekul-molekul polar berinteraksi. Molekul-molekul itu mempunyai
momen dipol. Hal ini didasarkan apabila gaya ini elektrostatik. Gaya ini akan
semakin kuat apabila momen dipol semakin besar (Chang, 2005).
(Chang, 2005).
Gambar di atas menunjukkan bahwa orientasi molekul yang bersifat
polar dalam padatan. Dalam cairan, molekul-molekul mempunyai
kecenderungan untuk tersusun dengan sedemikian rupa agar interaksi
tarik-menarik yang terjadi dalam keadaan maksimum secara rata-rata (Chang,
2005).
Banyak molekul memiliki momen dipol permanen yang dihasilkan dari
elektronegativitas berbeda dari atom dan kehadiran gugus fungsi. Misalnya,
keton memiliki momen dipol karena elektronegativitas yang berbeda dari
karbon dan oksigen membentuk ikatan karbonil. Situs pengikatan juga
mengandung gugus fungsi, sehingga tidak dapat dihindari bahwa itu juga
akan memiliki berbagai momen dipol lokal. Dimungkinkan untuk momen
dipol dari obat dan situs pengikatan untuk berinteraksi sebagai pendekatan
untuk menemukan suatu obat, menyesuaikan obat sedemikian rupa sehingga
momen dipol menjadi sejajar dan dalam arah yang berlawanan (Patrick,
2017).
(Patrick, 2017).
Obat ditempatkan sedemikian rupa sehingga adanya interaksi
intermolekuler lainnya yang dapat terjadi antara obat dan tempat pengikatan,
maka penyelarasan bermanfaat baik untuk pengikatan obat dengan situs
pengikatan dan aktivitas suatu obat. Jika tidak, maka pengikatan
obat-reseptor dan aktivitas obat dapat melemah. Contoh efek seperti itu dapat
ditemukan pada obat anti-ulkus (Patrick, 2017).
Kekuatan interaksi dipol-dipol berkurang apabila adanya jarak antara
dua dipol. Ini berarti bahwa kekuatan interaksi dipol-dipol menurun lebih
cepat dibandingkan pada interaksi elektrostatik, tetapi kurang cepat
dibandingkan interaksi van der waals (Patrick, 2017).
5. Ikatan hidrofobik
Ikatan hidrofobik adalah ikatan yang menggabungkan 2 daerah
nonpolar, yaitu daerah pada obat dengan reseptor biologis. Sistem berenergi
tinggal dapat tercipta apabila terjadi ikatan antara obat yang mempunyai
bagian nonpolar dan target obat atau reseptor yang mempunyai bagian
nonpolar (Putra, 2018).
Molekul air akan kacau apabila dua gugus nonpolar yaitu gugus
nonpolar di reseptor dengan gugus nonpolar lipofilik di suatu obat yang
dikelilingi oleh molekul air. Hal ini karena usaha agar dapat bergabung
dengan molekul air lainnya. Apabila kekacauan molekul air meningkat, maka
entropi juga akan meningkat. Hal ini menyebabkan energi bebas menurun
untuk menstabilkan komplek interaksi antara reseptor dengan obat. Interaksi
hidrofobik inilah yang menstabilkan komplek obat dengan reseptor yang
diakibatkan oleh energi bebas komplek obat dengan reseptor yang menurun.
Interaksi ini tepatnya lebih seperti kompensasi dari turunnya energi bebas
dari gugus nonpolar dikarenakan entropi yang meningkat dari molekul air
yang mengelilinginya. Interaksi ini bukanlah gaya atraktif dua gugus
nonpolar saling "larut" (Rollando, 2017).
(Patrick, 2017).
Interaksi hidrofobik bekerja antara molekul organik nonpolar dan air.
Bagian hidrokarbon dari residu asam amino dalam polipeptida cenderung
berkumpul bersama dalam larutan berair melalui interaksi hidrofobik. Seperti
dalam formasi misel, interaksi hidrofobik berlangsung dengan peningkatan
entalpi dan peningkatan entropi yang lebih besar ( H = + 0,2 - 0,5 kkal
mol-1 dan S = ca. 22 kcal K-1 mol-1. Interaksi hidrofobik menghasilkan
pembentukan gugus organik, dan karenanya harus mencakup beberapa
perubahan negatif dalam entropi (Nishio et al, 1998).
Pada interaksi van der waals, interaksi hidrofobik adalah kelemahan
untuk kekuatannya. Namun pada interaksi antara obat dengan reseptor, total
ikatan hidrofobik adalah hal yang sangat penting pokok. Selain itu, kualitas
efek sterik antara dua molekul merupakan hal yang mempengaruhi seluruh
kekuatan interaksi hidrofobik antara dua molekul (Muchtaridi et al, 2018).
DAFTAR PUSTAKA