KELAS/ANGKATAN: B 2018
NPM: 182103060
DOSEN PEGAMPU :
Perbedaan dari penelitian kualitatif dan kuantitatif dapat dilihat dari beberapa segi. Tidak
selamanya saling bertentangan ada juga yang memiliki kesamaan atau kemiripan antara
keduanya.
Desain Penelitian
Analisis Data
Pandangan fakta
Pengumpulan Data
Kualitatif: Penelitian kualitatif lebih berfokus pada sesuatu yang tidak bisa diukur oleh hitam
putih kebenaran, sehingga pada penelitian kualitatif peneliti mengorek data sedalam-
dalamnya atas hal-hal tertentu.
Representasi Data
Kualitatif: Hasil penelitian kualitatif berupa interpretasi peneliti akan sebuah fenomena,
sehingga laporan penelitian akan lebih banyak mengandung deskripsi.
Kualitatif: Hasil penelitian kualitatif memiliki dampak atau akibat yang terbatas pada situasi
tertentu. Sehingga hasil penelitian ini tidak dapat disimpulkan dalam pengaturan yang
berbeda.
Macam Metode
Jenis Data
Penelitian Kualitatif
Tujuan: pendekatan subjek, sampel, sumber data, langkah penelitian fleksibel dapat berubah
dan berkembang sambil jalan.
Penelitian Kualitatif :
Penelitian Kualitatif :
Adalah suatu pengumpulan data pada suatu latar alamiah dengan maksud menafsirkan
fenomena yang terjadi dimana penelitian adalah sebagai instrumen kunci,
pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowbaal.
Penelitian Kualitatif:
Penelitian Kualitatif:
Penelitian Kualitatif:
Hipotesis dikembangkan sejalan dengan penelitian atau sesaat penelitian.
Definisi sesuai konteks atau saat peneliti berlangsung
Deskripsi naratif atau kata-kata ungkapan atau pernyataan
Lebih suka menganggap cukup reabilitas pengumpulan
Penilaian validitas sesuai pengecekan silang atas sumber informasi
Menggunakan deskripsi secara naratif
PENELITIAN KUANTITATIF
Desain Penelitian
Memiliki sifat yang khusus, terinci dan statis. Alur dari penelitian kuantitatif sendiri sudah
direncanakan sejak awal dan tidak dapat diubah lagi.
Analisis Data
Memandang Fakta
Pengumpulan Data
Kuantitatif: Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan serangkaian instrumen
penelitian berupa tes/kuesioner.
Persentasi data
Kuantitatif: Hasil penelitian kuantitatif berupa fakta/teori yang berlaku secara umum
(generalized). Kapanpun dan dimanapun, fakta itu berlaku.
Macam Metode
Tujuan Penelitian
Jenis data
Kuantitatif: jenis data yang berbentuk numerik atau sistem angka. Selain itu juga berbentuk
statistik yaitu data yang sudah dikelompokkan sehingga dapat memberikan informasi
mengenai suatu masalah atau gejala.
Penelitian Kuantitatif
Tujuan: pendekatan subyek, sampel, langkah penelitian, sumber data sudah jelas.
Pendekatan kuantitatif menekankan kepada hasil dari rata-rata keragaman yang ada
– Tidak terlibat.
Penelitian Kuantitatif:
Pengambilan data tersedia karena telah mengalami perlakuan sebelumnya secara terus-
menerus. Dengan demikian diambil sampelnya melalui angket yang selanjutnya datanya
diolah secara statistika sesuai dengan tujuan penelitian.
Penelitian Kualitatif:
PENELITIAN KUANTITATIF
Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang dimaksud untuk mengungkapkan gejala secara
holistik-konstektual melalui pengumpulan data dari latar alami dengan memanfaatkan diri
peneliti sebagai instrumen kunci. Penelitian kuantitatif bersifat deskriptif dan cenderung
menggunakan analisis pendekatan induktif. Proses dan makna (perspektif subyek) lebih
ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Penelitian kuantitatif lebih menonjol disusun dalam
bentuk narasi yang bersifat kreatif dan mendalam serta menunjukkan ciri-ciri naturalistik
yang penuh dengan nilai-nilai otentik.
PENELITIAN KUALITATIF
Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang pada dasarnya menggunakan pendekatan
deduktif-induktif. Pendekatan ini berangkat dari suatu kerangka teori, gagasan para ahli,
maupun pemahaman peneliti berdasarkan pengalamannya yang kemudian dikembangkan
menjadi permasalahan-permasalahan beserta pemecahannya yang diajukan untuk
memperoleh pembenaran (verifikasi) dalam bentuk dukungan data empiris di laporan.
Berdasarkan Williams (1988) ada lima pandangan dasar perbedaan antara pendekatan
kuantitatif (istilah Williams dengan kuantitatif positivistik) dan kualitatif. Kelima
pendangan dasar perbedaan tersebut adalah:
1. Bersifat realitas, pendekatan kuantitatif melihat realitas sebagai tunggal, konkrit,
teramati, dan dapat difragmentasi. Sebaliknya pendekatan kualitatif melihat realitas ganda
(majemuk), hasil konstruksi dalam pandangan holistik. Sehingga peneliti kuantitatif lebih
spesifik, percaya langsung pada obyek generalis, meragukan dan mencari fenomena pada
obyek yang realitas.
3. Posibilitas generalis, pendekatan kuantitatif bebas dari ikatan konteks dan waktu
(nomothetic statements), sedangkan pendekatan kualitatif terikat dari ikatan konteks dan
waktu (idiographic statements).
4. Posibilitas kausal, pendekatan kuantitatif selalu memisahkan antara sebab riil temporal
simultan yang mendahuluinya sebelum akhirnya melahirkan akibat-akibatnya. Sedangkan
pendekatan kualitatif selalu mustahilkan usaha memisahkan sebab dengan akibat, apalagi
secara simultan.
5. Peranan nilai, pendekatan kuantitatif melihat segala sesuatu bebas nilai, obyektif dan
harus seperti apa adanya. Sebaliknya pendekatan kualitatif melihat segala sesuatu tidak
pernah bebas nilai, termasuk si peneliti yang subyektif.
Identifikasi masalah adalah langkah yang sangat penting dalam proses penelitian.
Menemukan dan mengidentifikasi masalah yang tepat sangat penting dalam proses untuk
meneliti dan menyelesaikan masalah tersebut.
Identifikasi masalah ini pada dasarnya adalah langkah selanjutnya setelah seorang peneliti
memilih suatu fenomena yang akan diteliti. Langkah ini penting untuk memperinci apa saja
yang sebenarnya harus diteliti lebih dalam dari fenomena tersebut.
Identifikasi masalah dapat dilakukan dengan berbagai macam cara. Bisa dengan studi
literatur, perbandingan dengan kondisi ideal, pengujian, ataupun dengan observasi langsung.
Karena perannya yang sangat vital dalam menentukan apa yang akan diteliti dalam suatu
penelitian, maka identifikasi masalah ini umumnya diletakkan di awal-awal riset. Identifikasi
masalah yang kurang tepat dapat membuat penelitian tersebut berkurang validitasnya atau
bahkan tidak relevan terhadap masalah yang ingin diselesaikan.
Peneliti umumnya melakukan identifikasi masalah dengan menjelaskan masalah-masalah apa
yang ditemukan dalam suatu fenomena. Masalah-masalah tersebut nantinya akan diukur dan
dihubungkan dengan teori-teori sesuai dengan prosedur penelitian yang ada.
Secara umum, identifikasi masalah merupakan bagian dari proses penelitian yang dapat
dipahami sebagai suatu upaya untuk mendefinisikan masalah yang ada dan membuat
permasalahan tersebut dapat diukur dan diuji. Mudahnya, identifikasi masalah adalah proses
untuk menentukan apa saja yang menjadi bagian inti dari sebuah penelitian
Pertama, kalian harus menemukan masalah yang ada pada suatu fenomena atau suatu
wilayah. Setelah itu, kalian perlu mengidentifikasi sumber permasalahannya, bisa jadi,
permasalahan tersebut disebabkan oleh masalah lain.
Setelah kalian menemukan kedua hal tersebut, kalian perlu merangkumnya dalam sebuah
kalimat permasalahan atau kalimat isu yang komprehensif untuk menjelaskan permasalahan
yang ada.
Seperti yang sudah dijelaskan diatas, terdapat tiga tahapan yang perlu dilakukan untuk
mengidentifikasi suatu masalah.
Berikut ini adalah penjelasan yang lebih mendalam mengenai ketiga proses identifikasi
masalah yang sudah kita bahas secara singkat diatas
Setelah mengetahui apa-apa saja yang menjadi masalah di suatu lokasi, kalian perlu untuk
mengidentifikasi sumber permasalahannya. Tahapan ini berguna untuk menentukan apa apa
saja yang menjadi akar masalah dari masalah yang sudah kalian temukan.
Terkadang, suatu permasalahan bukanlah permasalahan akarnya. Contohnya adalah masalah
kemiskinan di suatu lokasi, ternyata, kemiskinan tersebut tidak berdiri sendiri, tetapi
didukung oleh beberapa faktor.
Faktor-faktor yang bisa saja mempengaruhi kemiskinan antara lain adalah aksesibilitas
transportasi, ketersediaan lapangan kerja, dan tingkat pendidikan masyarakat setempat.
Bisa jadi, kemiskinan tersebut disebabkan oleh rendahnya akses transportasi dari lokasi
tersebut ke tempat kerja. Oleh karena itu, produktivitas masyarakat rendah sehingga sulit
bertahan hidup. Disini, pemerintah harus menjawab permasalahan dengan cara membangun
jalan atau menyediakan transportasi publik.
Terdapat lima langkah dasar atau tahapan dalam penulisan metode ilmiah. Dimulai dari
merumuskan masalah, mengumpulkan informasi, menyusun hipotesis, melakukan percobaan
dan analisis data, menarik kesimpulan hingga mengomunikasikan hasil penelitian.
1. Merumuskan Masalah
Masalah biasanya berupa pertanyaan yang harus dijawab dengan melakukan sebuah
penelitian secara ilmiah.
Ada beberapa hal yang perlu diperhitungkan saat kita akan merumuskan masalah:
Kata-kata dari masalah harus singkat, ringkas, jelas dan mudah dimengerti.
2. Mengumpulkan Informasi
Setelah melakukan perumusan masalah, tahapan berikutnya yang harus kita lakukan
mengumpulkan informasi atau data. Ini bisa dilakukan dengan observasi maupun studi
literatur seperti jurnal ilmiah, atau penelitian-penelitian lain yang sudah ada sebelumnya.
3. Menyusun Hipotesis
Pada tahapan berikutnya, setelah kita melakukan observasi dan mendapatkan data, maka yang
harus dilakukan adalah membuat hipotesis. Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap
masalah yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya melalui
penelitian.
4. Melakukan Percobaan
Untuk menguji kebenaran dari hipotesis atau jawaban sementara yang telah kita buat di
tahapan sebelumnya, maka yang harus kita lakukan adalah melakukan percobaan atau
penelitian. Penelitian harus dilakukan dengan teliti sehingga didapatkan data yang akurat.
5. Menganalisis Data
Di tahapan ini, data-data yang telah kita peroleh dari hasil penelitian lalu dicatat dan diolah
ke dalam bentuk grafik atau diagram sehingga mudah untuk dianalisis.
6. Membuat Kesimpulan
Penarikan kesimpulan dilakukan dengan cermat berdasarkan hasil percobaan, tanpa adanya
pengaruh pendapat pribadi. Kesimpulan merupakan jawaban sebenarnya dari hopitesis yang
pernah diajukan.
5. Berdasarkan aspek filosofi yang mendasarinya penelitian secara garis besar dapat
dikategorikan menjadi dua dua macam, yaitu penelitian yang berlandaskan pada aliran
atau paradigma filsafat positivisme dan aliran filsafat postpositivisme. Apabila
penelitian yang dilakukan mempunyai tujuan akhir menemukan kebenaran, maka
ukuran maupun sifat kebenaran antara kedua paradigma filsafat tersebut berbeda satu
dengan yang lain. Pada aliran atau paradigma positivisme ukuran kebenarannya
adalah frekwensi tinggi atau sebagian besar dan bersifat probalistik. Kalau dalam
sampel benar maka kebenaran tersebut mempunyai peluang berlaku juga untuk
populasi yang lebih besar.
Kedua aliran filsafat tersebut mendasari bentuk penelitian yang berbeda satu dengan
yang lain. Aliran positivisme dalam penelitian berkembang menjadi penelitian dengan
paradigma kuantitatif. Sedangkan postpositivisme dalam penelitian berkembang
menjadi penelitian dengan paradigma kualitatif. Karakteristik utama penelitian
kualitatif dalam paradigma postpositivisme adalah pencarian makna di balik data
Sementara penelitian kuantitatif lebih banyak menggunakan logika hipotetiko
verifikatif. Pendekatan tersebut dimulai dengan berpikir deduktif untuk menurunkan
hipotesis, kemudian melakukan pengujian di lapangan. Kesimpulan atau hipotesis
tersebut ditarik berdasarkan data empiris. Dengan demikian, penelitian kuantitatif
lebih menekankan pada indeks-indeks dan pengukuran empiris. Peneliti kuantitatif
merasa “mengetahui apa yang tidak diketahui” sehingga desain yang
dikembangkannya selalu merupakan rencana kegiatan yang bersifat apriori dan
definitive.
Berdasarkan aspek filosofi yang mendasarinya penelitian secara garis besar dapat
dikategorikan menjadi dua dua macam, yaitu penelitian yang berlandaskan pada aliran
atau paradigma filsafat positivisme dan aliran filsafat postpositivisme. Apabila
penelitian yang dilakukan mempunyai tujuan akhir menemukan kebenaran, maka
ukuran maupun sifat kebenaran antara kedua paradigma filsafat tersebut berbeda satu
dengan yang lain. Pada aliran atau paradigma positivisme ukuran kebenarannya
adalah frekwensi tinggi atau sebagian besar dan bersifat probalistik. Kalau dalam
sampel benar maka kebenaran tersebut mempunyai peluang berlaku juga untuk
populasi yang lebih besar.
Kedua aliran filsafat tersebut mendasari bentuk penelitian yang berbeda satu dengan
yang lain. Aliran positivisme dalam penelitian berkembang menjadi penelitian dengan
paradigma kuantitatif. Sedangkan postpositivisme dalam penelitian berkembang
menjadi penelitian dengan paradigma kualitatif. Karakteristik utama penelitian
kualitatif dalam paradigma postpositivisme adalah pencarian makna di balik data