Anda di halaman 1dari 10

TUGAS INDIVIDU

DEXTROMETHORPHAN

DISUSUN OLEH:

NAMA : QOFIFAH
NIM : G70118013
KELAS : A
M.KULIAH : KIMIA MEDISINAL

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT.Yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah “Kimia Medisinal” yang berjudul “Dekstrometorfan”.
Menyadari banyaknya kekurangan dalam penyusunan makalah ini.Karena itu, saya sangat
mengharapkan kritikan dan saran dari para pembaca untuk melengkapi segala kekurangan dan
kesalahan dari makalah ini.

Palu, 31 Maret 2021

QOFIFAH
G70118013
Obat Batuk yang Ditarik BPOM karena Mengandung Desktrometorfan

Ditulis di TheAsianparent
Awal bulan ini, BPOM mengeluarkan berita bahwa ada sebagian dari obat batuk
dipasaran yang akan ditarik kembali ijinnya. Alasannya karena obat-obat batuk tersebut
mengandung Desktrometorfan jenis tunggal yang akhir-akhir ini banyak disalahgunakan sebagai
pengganti obat-obatan Halusinogenik seperti putaw, shabu, ekstasi dan ganja.
Indikasi batuk kering tidak produktif.
Kategori Obat resep
Konsumsi Dewasa dan anak-anak
Kelas Kelas terapi : Antitusif atau penekan batuk
Klasifikasi obat : Turunan opioid dan alkaloid
Bentuk Tablet, sirup, permen pelega tenggorokan atau lozenges
Indikasi • Meningkatkan efek samping dan risiko terjadinya serotonin
syndrome jika digunakan bersama obat golongan selective
serotonin reuptake inhibitors (SSRIs), seperti fluvoxamine
danescitaloram dan monoamine oxidase inhibitors (MAOIs)
• Meningkatkan efek samping dan risiko keracunan obat jika
dextromethorphan bersama duloxetine dan fluoxetine.
• Meningkatkan risiko efek samping dextromethorphan, jika
digunakan bersama dengan alkohol
Kontraindikasi asma, batuk produktif, gangguan fungsi hati, sensitif
terhadap dekstrometorfan. Efek Samping: psikosis (hiperaktif
dan halusinasi) pada dosis besar, depresi pernapasan pada
dosis besar.
Peringatan • Jangan mengonsumsi dextromethorphan jika Anda
memiliki riwayat alergi dengan obat ini atau kandungan
yang ada di produk obat ini.
• Jangan mengonsumsi dextromethorphan jika Anda sedang
mengonsumsi obat golongan MAOI.
• Jangan berikan dextromethorphan pada anak-anak berusia
di bawah 4 tahun. Selalu konsultasikan kepada dokter
sebelum memberikan obat batuk dan pilek yang memiliki
kandungan dextromethorphan kepada anak-anak.
• Beri tahu dokter jika Anda menderita asma, gangguan
pernapasan, atau diabetes, atau fenilketonuria.
• Beri tahu dokter jika Anda sedang hamil, menyusui, atau
merencanakan kehamilan.
• Jangan mengemudi atau mengoperasikan alat berat
setelah menggunakan dextromethorphan karena obat ini
bisa menyebabkan kantuk atau pusing.
• Jika terjadi reaksi alergi obat atau overdosis, segera
hubungi dokter.

Kategori Obat Pada Kategori C: Studi pada binatang percobaan memperlihatkan


Kehamilan & Menyusui adanya efek samping terhadap janin, namun belum ada studi
terkontrol pada wanita hamil. Obat hanya boleh digunakan
jika besarnya manfaat yang diharapkan melebihi besarnya
risiko terhadap janin. Belum diketahui apakah
dextromethorphan diserap ke dalam ASI atau tidak. Bila Anda
sedang menyusui, jangan mengunakan obat ini tanpa
berkonsultasi dulu dengan dokter.

❖ Sifat Fisiko-kimia obat dextrometorfan


Nama resmi : DEKSTROMETORFAN
Nama lain : (+)-3-methoxy-17-methyl-(9α,13α,14α)-morphinan
RM/BM : C18H25NO/271,44 g/mol
Rumus struktur :

(Pubchem,2021)
Pemerian : kristal padat yang
berwarna putih hingga kekuningan dan tidak berbau.
Kelarutan : mudah larut dalam kloroform, etanol dan air namun tidak larut
dalam eter.
Khasiat : Antitusivum
Kegunaan : Antitusivum
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Persyaratan kadar : Mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 101,0
% C18H25NO.HBr, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
Dekstrometorfan merupakan derivat fenantren non-narkotik sintesis berkhasiat menekan
rangsangan batuk, yang sama kuatnya dengan kodein tapi bertahan lebih lama. Tidak
berkhasiat analgetis, sedatif, sembelit, atau adiktif, maka tidak termasuk daftar narkotika.
Mekansime kerjanya berdasarkan peningkatan ambang pusat batuk di otak. Pada
penyalahgunaan dengan dosis tinggi dapat terjadi efek stimulasi SSP dengan menimbulkan
semacam euforia, maka kadang kala digunakan oleh pecandu drugs. Efek sampingnya hanya
ringan dan terbatas pada rasa mengantuk, termangu-mangu, pusing, nyeri kepala dan
gangguan lambung usus. (Tjay, 2010)
Dekstrometorfan memiliki efek halusinogen. Zat yang memiliki peran dalam mengakibatkan
efek halusinogen ini adalah metabolit aktif dari dekstrometorfan yaitu dekstrorfan (3-
hydroxy-17-methylmorphinan). Dekstrorfan dapat terikat dengan afinitas lemah dengan
reseptor opioid tipe sigma dan terikat dengan afinitas kuat dengan reseptor NMDA (N-
methyl- D-aspartate) (Klein et al., 1989; Murray et al., 1984). Dextrorfan bekerja sebagai
antagonis reseptor N-methyl-D-aspartate (NMDA) yang akan memproduksi efek yang sama
dengan efek dari ketamin maupun fenisiklidin (PCP). Hal inilah yang menyebabkan orang
menggunakan dekstrometorfan untuk mendapatkan efek yang mirip dengan penggunaan
ketamin. Ketamin sendiri adalah obat yang digunakan sebagai anestetik umum (Franklin et
al., 1992).

❖ Asal usul Dekstrometorfan

Dekstrometorfan pertama kali dipatenkan oleh perusahaan farmasi Amerika Serikat. Pada
24 September 1954 FDA menyetujuinya sebagai anti tusif (obat batuk). Dekstrometorfan
diidentifikasi sebagai salah satu dari tiga senyawa yang diuji sebagai bagian dari US Navy
dan penelitian didanai CIA yang mencari pengganti nonaddictive untuk kodein. Kemudian
1958 dinyatakan sebagai obat penekan batuk Over The Counter (OTC) penekan pada tahun
1958. Saat itu belum ada penyalahgunaan sebagai obat 'fly' atau teler. Seiring berjalannya
waktu banyak oknum yang menyalahgunakan, dibandingkan kodein dan morfin DMP dapat
dikatakan lebih menguntungkan selain harganya murah, dengan dosis sedikit berlebih dari
yang dianjurkan dapat menimbulkan efek sebagai obat penenang. Pada tahun 1960, DMP
dipasarkan di Amerika Serikat sebagai satuan tunggal bernama Romilar. Ini dianggap obat
batuk aman dibandingkan dengan kodein. Namun tidak lama setelah itu banyak yang
menyalahgunakan Romilar. Dan 13 tahun kemudian sekitar 1973 Romilar ditarik dari
peredaran. Setelah itu perlahan dan secara bertahap DMP diasumsikan rentan terhadap
penyalahgunaan. Asumsi tersebut pada tahun 1973 hanya hipotesis sehingga muncul
kembali DMP dalam bentuk sirup. Tahun 1980an dan awal 1990 Amerika Serikat mulai
memerangi narkoba dan menginformasikan bahaya penyalahgunaan DMP. Pertengahan
1990an informasi bahaya DMP terbilang menjadi pusat perhatian, dan akses internet
meningkat terkait pencarian informasi bahaya DMP. Pada tanggal 1 Januari 2013
dekstrometorfan dilarang dijual pada anak-anak di negara bagian California, kecuali dengan
resep dokter. Penarikan DMP dari pasaran karena memberikan efek permanen atau jangka
panjang seperti perubahan suasana hati, kepribadian, dan memori. Hal ini juga dikatakan
Deputi Bidang Pengawasan Produk Terapetik dan Napza Dra. A. Retno Tyas Utami, Apt.,
M.Epid efek dari DMP bersifat permanen dan membutuhkan psikiater untuk membantu
mengurangi efek dari penyalahgunan tersebut (Saebani,dkk,2017)

❖ Efektivitas Desktrometorfan dalam Obat Batuk


Semula Desktrometorfan merupakan obat meringankan batuk yang timbul karena gangguan
ringan di tenggorokan dan iritasi bronkhitis seperti batuk yang menyertai flu. Di dalam obat
batuk, Desktrometorfan berada dalam bentuk tunggal atau merupakan kombinasi dari obat
yang lain.
Sayangnya, hasil penelitian terhadap obat ini pada tahun 2004 membuktikan bahwa zat ini
tidak lebih efektif dibanding Placebo untuk meredakan sakit pada anak-anak.
Selain itu, dalam bentuk tunggal, zat ini ternyata juga tidak begitu banyak manfaatnya.
Untuk itu, sejak beberapa tahun yang lalu, zat ini sudah jarang digunakan dalam bentuk
tunggal.
Pada dosis yang sedikit lebih tinggi, Desktrometorfan dapat menimbulkan efek yang
menenangkan, serta halusinasi pandangan dan pendengaran. Khasiat inilah yang kemudian
banyak disalahgunakan oleh remaja sebagai alternatif dari obat-obatan seperti putaw,
shabu dan ganja.

❖ Alasan Penarikan Obat Batuk dengan Desktrometorfan Tunggal


Mengingat bahaya yang mungkin timbul di masyarakat, maka sesuai dengan Keputusan
Kepala Badan POM No. HK.04.1.35.07.13.3855 tanggal 24 Juli 2013, obat batuk yang
mengandung Dekstrometorfan sediaan tunggal akan ditarik peredarannya dari pasaran.
Adapun batas waktu yang diberikan untuk menarik produk dengan Desktrometorfan
tunggal adalah 30 Juni 2014.

❖ PENYALAHGUNAAN DEKSTROMETORFAN
Beberapa alasan mengapa dekstrometorfan banyak disalahgunakan, karena
1. Desktrometorfan mudah didapat. Dekstrometorfan merupakan yang dapat diperoleh
secara bebas baik di apotek maupun di warung-warung. Dekstrometorfan yang
disalahgunakan umumnya dalam bentuk sediaan tablet, karena dalam bentuk tablet
dapat diperoleh dosis yang lebih tinggi dibandingkan dengan bentuk sediaan lain seperti
sirup.
2. Harga dekstrometorfan relatif murah. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 092/Menkes/ SK/II/2012 tentang Harga Eceran Tertinggi Obat Generik
Tahun 2012, harga eceran tertinggi Desktrometorfan HBr tablet 15 mg dengan kemasan
kotak isi 10 x 10 tablet adalah Rp. 14.850,-. Dekstrometorfan HBr tablet 15 mg dengan
kemasan botol isi 1000 tablet, harga eceran tertingginya adalah Rp. 53.406,-. Jadi rata-
rata harga eceran tertinggi untuk 1 tablet Dekstrometorfan HBr adalah Rp. 50,- hingga
Rp. 150,-.
3. Persepsi masyarakat bahwa obat bebas itu aman, karena dekstrometorfan dapat dibeli
secara bebas sebagai obat batuk, sehingga banyak orang beranggapan bahwa
penyalahgunaan dekstrometorfan relatif lebih aman dibandingkan dengan obat
golongan narkotika atau psikotropika yang regulasinya lebih ketat.

❖ Mekanisme Penyalahgunaan Dekstrometorfan


Dekstrometorfan adalah dekstroisomer dari kodein analog metorfan. dekstrometorfan tidak
bekerja pada reseptor opioid tipe mu dan delta seperti jenis levoisomer, tetapi bekerja pada
reseptor tipe sigma. Dekstrometorfan memiliki efek halusinogen. Zat yang memiliki peran
dalam mengakibatkan efek halusinogen ini adalah metabolit aktif dari dekstrometorfan
yaitu dekstrorfan (3-hydroxy-17-methylmorphinan). Dekstrorfan dapat terikat dengan
afinitas lemah dengan reseptor opioid tipe sigma dan terikat dengan afinitas kuat dengan
reseptor NMDA (N-methyl-D-aspartate). (Klein et al., 1989; Murray et al., 1984); (Franklin et
al., 1992). Dextrorfan bekerja sebagai antagonis reseptor N-methyl-D-aspartate (NMDA)
yang akan memproduksi efek yang sama dengan efek dari ketamin maupun fenisiklidin
(PCP). Hal inilah yang menyebabkan orang menggunakan dekstrometorfan untuk
mendapatkan efek yang mirip dengan penggunaan ketamin. Ketamin sendiri adalah obat
yang digunakan sebagai anestetik umum.
Akumulasi dekstrorfan dapat mengakibatkan efek psikotropik.
Efek yang muncul dibagi dalam 4 tingkatan:
1. Dosis 100 – 200mg, timbul efek stimulasi ringan.
2. Dosis 200 – 400mg, timbul efek euforia dan halusinasi
3. Dosis 300 – 600mg, timbul efek perubahan pada penglihatan dan kehilangan koordinasi
motorik
4. Dosis 500 – 1500mg, timbul efek sedasi disosiatif
Dosis lazim dekstrometorfan hidrobromida untuk dewasa dan anak diatas 12 tahun adalah
10mg - 20mg tiap 4 jam atau 30mg tiap 6 - 8 jam, dan tidak lebih dari 120mg dalam satu
hari. Pada penggunaan dengan dosis lazim efek samping yang pernah muncul seperti
mengantuk, pusing, nausea, gangguan pencernaan, kesulitan dalam berkonsentrasi dan rasa
keringpada mulut dan tenggorok.
Pada kasus penyalahgunaan, dosis yang digunakan biasanya jauh lebih besar daripada dosis
lazim. Pada dosis 5-10 kali lebih besar dari dosis yang lazim, efek samping yang timbul
menyerupai efek samping yang diamati pada penggunaan ketamin atau PCP, dan efek ini
meliputi: kebingungan, keadaan seperti mimpi, rasa kehilangan identitas pribadi, gangguan
bicara dan pergerakan, disorientasi, keadaan pingsan, mengantuk (Schwartz, 2005; Siu et
al., 2007).
Toksisitas bromida akut dapat terjadi pada kasus penyalahgunaan dekstrometorfan HBr
meskipun sangat jarang dan sedikit disebutkan dalam literatur. Biasanya toksisitas bromida
terjadi ketika kadar bromida pada serum lebih besar daripada 50-100 mg/dl. Toksisitas akut
dapat dihubungkan dengan adanya depresi sistem saraf pusat, hipotensi, dan takikardia.
Konsumsi kronis dapat mengakibatkan sindrom “bromism”, yang ditandai dengan adanya
perubahan perilaku, iritabilitas, dan letargi. Tidak ada antidot khusus untuk menangani
toksisitas bromida. Untuk menangani kasus keracunan bromida biasanya digunakan metode
hidrasi dengan menggunakan larutan saline untuk mendorong ekskresi melalui urin, dan
pada kasus yang parah digunakan metode hemodialisis.
Pemberian bersama dekstrometorfan dengan obat dari golongan inhibitor Monoamin
Oksidase (MAOI) seperti moklobemid dan isoniazid, dapat menyebabkan sindrom serotonin,
yaitu keadaan dimana terjadi perubahan status mental, hiperaktifitas saraf otonom dan
abnormalitas saraf otot (neuromuscular). Meskipun demikian, keadaan ini tidak selalu
muncul pada orang yang mengkonsumsi kedua obat tersebut.
Jika obat batuk dan obat flu yang mengandung dekstrometorfan dikonsumsi dengan jumlah
5- 10 kali dosis lazimnya maka dapat terjadi peningkatan toksisitas bahan tambahan dan
atau bahan aktif kombinasi lainnya. Kombinasi dekstrometorfan dengan guaifenesin dosis
tinggi dapat menyebabkan mual yang hebat dan muntah. Sedangkan kombinasi dengan
klorfeniramin dapat menyebabkan rasa terbakar pada kulit, midriasis, takikardia, delirium,
gangguan pernafasan, syncope dan kejang. Penyalahgunaan dalam bentuk sirup, memiliki
kecenderungan yang lebih tinggi untuk menimbulkan gangguan pada saluran pencernaan
karena larutan tersebut mengandung etanol sebagai pelarutnya.

❖ FARMAKOKINETIK DARI DEKSTROMETORFAN


FARMAKOKINETIK
Dekstrametorfan diabsorpsi dengan baik setelah pemberian oral dengan kadar serum
maksimal dicapai dalam 2,5 jam. Onset efeknya cepat, seringkali 15-30 menit setelah
pemberian oral. Waktu paruh obat ini adalah 2-4 jam dan lama kerjanya adalah 3-6 jam.
Metabolisme dekstrometorfan telah diketahui dengan baik dan telah diterima secara luas
bahwa aktivitas terapeutik dekstrometorfan ditentukan oleh metabolit aktifnya yaitu
dextrorphan. Dekstrometorfan mengalami metabolisme di hepar oleh enzim sitokrom P-450
dan diubah menjadi dextrorphan yang mempuyai derivat lebih aktif dan poten sebagai
antagonis NMDA.
DAFTAR PUSTAKA

SK Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 092/MENKES/SK/II/2012 tentang Harga

Eceran Tertinggi Obat Generik Tahun 2012

Frank Romanelli and Kelly M. Smith, Review Article: Dextromethorphan abuse: Clinical effects

and Management.
Saebani,dkk (2017). INTOKSIKASI DEKSTROMETORFAN SEBAGAI PENYEBAB KEMATIAN. The Indonesian
Association of Forensic Medicine, ISBN 978-602-50127-0-9

Anda mungkin juga menyukai