Anda di halaman 1dari 10

AGILE MODELING and PROTOTYPING for SYSTEM

ANALYSIS DESIGN

Disusun Oleh:

1. Vina Hesti Fahrani (18312383)


2. Siti Azza Nur Aisah (18312412)
3. Hafizah Nur Hita (18312421)

AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2019
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.................................................................................................................. i
DAFTAR ISI…...................................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................................1
1.3 Tujuan........................................................................................................................................1

BAB 2 PEMBAHASAN.......................................................................................................................2
2.1 Pengertian agile modeling dan prototipe.................................................................................2
2.2 Implementasi Pemodelan Agile pada Bisnis Digital .......................................................3
2.3 Prototype of Religious Worship Buildings...............................................................................4

BAB 3 PENUTUP.................................................................................................................................. 6
3.1 Kesimpulan................................................................................................................................6

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................ 7

ii
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses pengembangan sistem seringkali menggunakan pendekatan prototipe


(prototyping). Metode ini sangat baik digunakan untuk menyelesesaikan masalah
kesalahpahaman antara user dan analis yang timbul akibat user tidak mampu mendefinisikan
secara jelas kebutuhannya. Selain itu, agile modeling juga merupakan sekumpulan metode
sebuah pengembangan perangkat lunak(software) atas dasar prinsip yang sama atau
pengembangan sistem jangka pendek. Sehingga metode agile memerlukan adaptasi yang cepat
dari pengembang terhadap perubahan dalam bentuk apapun. Agile modeling ini merupakan salah
satu metode yang sangat mudah beradaptasi dalam bentuk apapun dan mengutamakan
kelincahan tim sehingga metode ini sangat cepat dalam pengembangannya serta dapat mengatasi
perubahan secara singkat dan dapat diperbaiki dengan cepat. Metode agile sangat di pentingkan
interaksi antar tim/individu pada proses alat, software sebagai dokumentasi secara lengkap.
Kolaborasi dengan klien lebih penting dengan mengenai kontrak, dan sikap tanggap lenih
penting di bandingkan dengan mengikuti rencana.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu agile modeling dan prototipe untuk sistem analisis design ?
2. Bagaimana implementasi pemodelan agile dan prototipe pada bisnis digital ?
3. Bagaimana prototype of religious worship buildings ?

1.3 Tujuan

1. Untuk menyelesaikan tugas “Analisis Design Sistem”.


2. Untuk mengetahui dan memahami materi tentang agile modeling dan prototipe terhadap sistem
analisis design.
3. Untuk mengetahui implementasi dari pemodelan agile and prototipe pada bisnis digital.

ii
1

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Pengertian agile modeling dan prototipe

Pemodelan Agile adalah pendekatan pengembangan perangkat lunak yang


mendefinisikan rencana keseluruhan dengan cepat, mengembangkan dan melepaskan perangkat
lunak dengan cepat, dan kemudian merevisi perangkat lunak untuk menambahkan fitur
tambahan[ CITATION w3c20 \l 1057 ] . Di Agile, pengembangan dibagi menjadi beberapa iterasi
kecil yang disebut Sprint. Ini adalah metodologi pengembangan yang lebih baik karena
perencanaan yang berkelanjutan, pengujian, integrasi, evaluasi risiko dan kontrol terhadap
kemajuan proyek dan karenanya mengurangi kemungkinan kegagalan proyek. Di Agile, sebuah
proyek diubah menjadi bagian-bagian kecil yang dikenal sebagai Sprint. Setiap sprint dapat
diselesaikan menggunakan langkah air terjun; seperti, Konsepsi, Inisiasi, Analisis, Desain,
Konstruksi, Pengujian, Implementasi dan akhirnya Pemeliharaan. Dalam Agile, produksi cepat
lebih penting daripada kualitas produk. Klien dapat mengubah ruang lingkup proyek. Gambaran
akhir proyek tidak jelas., metodologi ini lebih berguna ketika suatu organisasi memiliki
pengembangan yang terampil, yang dapat berpikir secara mandiri dan mampu mengadaptasi
setiap proyek yang sulit. Industri standar yang berubah dengan cepat lebih suka menggunakan
metodologi ini.

Prototyping adalah pengembangan yang cepat dan pengujian terhadap model kerja


(prototipe) dari aplikasi baru melalui proses interaksi dan berulang-ulang yangbiasa digunakan
ahli sistem informasi dan ahli bisnis. [ CITATION Cit20 \l 1057 ]. Prototyping disebut juga desain
aplikasi cepat ( Rapid Application Design / RAD)  karena menyederhanakan dan mempercepat
desain system. Prototyping merupakan model yang menarik dan layak untuk sistem yang
kompleks dan besar yang tidak memiliki proses manual atau sistem yang ada untuk menentukan
persyaratan. Pengembangan prototipe didasarkan pada persyaratan yang saat ini dikenal.
Prototipe memberi klien nuansa sistem yang sebenarnya. Ini juga membantu klien untuk lebih
memahami kebutuhan sistem yang diinginkan. Model ini digunakan ketika klien tidak yakin
tentang persyaratan proyek. Komunikasi yang erat antara perusahaan dan klien penting untuk
kesuksesan model prototipe. Prototipe awal pertama disajikan kepada klien. Prototipe juga

ii
merupakan proses berulang yang menyelesaikan produk dengan berbagai percobaan dan
kesalahan.

Tim pengembangan menggunakan model prototipe, ketika mereka ingin menambahkan interaksi
pengguna akhir dalam proyek. Sebagian besar sistem online, dan antarmuka web sangat
membutuhkan interaksi pengguna akhir dalam proyek. Sistem ini memberikan kemudahan
penggunaan dan pengguna akhir membutuhkan pelatihan yang sangat minim. Dalam metodologi
pengembangan prototipe, pengguna akhir terus berhubungan dengan proses pengembangan dan
umpan balik mereka dihargai, yang membuat sistem dapat digunakan. Metodologi
pengembangan prototipe sangat baik untuk merancang CIS (sistem antarmuka komputer). Kami
menggunakan model Prototipe, ketika kami membutuhkan banyak interaksi pengguna akhir
dalam sistem yang diinginkan.

2.2 Implementasi Pemodelan Agile pada Bisnis Digital

Perusahaan berbasis bisnis digital atau yang biasa disebut startup selalu melakukan
perubahan model, seiring dengan munculnya inovasi yang sesuai dengan nilainya. Sebagaimana
kita tahu bahwa kehadiran startup berbanding lurus dengan munculnya solusi terhadap
permasalahan-permasalahan di masyarakat. Dari yang sebelumnya berbasis proses konvensional
tanpa menggunakan teknologi menjadi bisnis digital yang membutuhkan teknologi dalam
pengembangannya. Akibatnya masyarakat cenderung tidak bisa lepas dari kebermanfaatan
teknologi yang semakin memudahkan pekerjaan manusia. Oleh karena itu perusahaan startup
membutuhkan pendekatan model agile dalam merangkai sistem kinerjanya menjadi lebih baik.

Dalam tahap awal pengembangannya bisnis digital melibatkan Inovasi Model Bisnis
(BMI). Dimana serangkaian metode pragmatis memanfaatkan prinsip Lean dan Agile yang
dikenal sebagai Lean Startup Approach (LSA). Namun, hubungan teoritis dan praktis antara BMI
dan LSA dalam dinamika lingkungan digital jarang diselidiki. Oleh karena itu multi-eksplorasi
menjadi acuan dalam studi kasus berdasarkan tiga startup platform digital multi-sisi untuk
membuat kerangka kerja terpadu yang dapat mengungkapkan hubungan antara BMI, LSA, dan
Pengembangan Agile dalam konteks Agility Strategis. Dalam integrasi tersebut menunjukkan
bahwa LSA dapat digunakan sebagai agile modelling untuk memungkinkan Inovasi Model

ii
Bisnis dalam kewirausahaan digital. Temuan tersebut kemudian diorganisir sekitar seperangkat
proposisi, dengan tujuan mengembangkan agenda penelitian yang diarahkan untuk
mengintegrasikan BMI, LSA, dan AD.

2.3 Prototype of Religious Worship Buildings

Model energi bangunan prototype sangat penting karena mereka adalah titik awal dalam
analisis saluran untuk berbagi aplikasi, seperti membangun analisis potensi penghematan energi,
menandatangani, membangun evaluasi pasar energy, dan membangun pembuatan kebijakan
energi. Namun, prototype model energy bangunan hanya mewakili tipe bangunan terbatas di
negara tertentu. Oleh karena itu dibuatlah model energy bangunan prototipikal. Pertama,
metodologi enam langkah diperkenalkan : identifikasi input model, pengumpulan data,
pembersihan data, versi, simulasi model, dan kalibrasi model. Kemudian metodologi
diperlihatkan oleh studi kasus menciptakan 30 model energy prototype untuk bangunan ibadah
keagamaan A.S. yang mewakili bangunan di 15 zona iklim dan 2 lembah, sebelum dan sesudah
1980. Akhirnya untuk menunjukkan aplikasi dari model, membangun potensi penghematan
energy dari enam langkah efisiensi dianalisis untuk agama pra-1980 A.S.

Hasilnya menunjukkan penghematan energy yang maksimal, potensi sekitar 30% untuk
bangunan ibadah keagamaan di ketiga zona iklim terjaga keamanannya, menunjukkan peluang

ii
signifikan untuk penghematan energy di gedung-gedung ini melalui prototype mereka dalam
pengembangan model bangunan.

ii
ii
5

BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Prototyping mempermudah pengumpulan informasi dari pengguna diantaranya reaksi,

saran, inovasi, revisi rencana untuk meningkatkan prototype. Selain itu prototyping juga

melengkapi perkembangan sistem yang masih tradisional. Agile model merupakan hal dasar

untuk membuat prototype, karena agile model terus berkembang, dan merilis perangkat lunak,

kemudian melakukan revisi pada perangkat lunak untuk membuat fitur tambahan, shingga

prototyping untuk bisnis digital akan lebih mudah menggunakan pendekatan agile, karena akan

menyesuaikan dengan kebutuhan pembisnis, dan bisnis tersebut akan terus berinovasi karena

perkembangan sistem yang berkelanjutan. Demikian pula pada prototype model energy building

yang memerlukan pengumpulan data, sehingga diketahui bagaimana bentuk energy building

yang akan dibuat.

ii
6

DAFTAR PUSTAKA

Chandramita, C. (2020). Metode Prototyping Dalam Pengembangan Sistem Informasi. Retrieved


from www.academia.edu:
https://www.academia.edu/10561240/Metode_Prototyping_Dalam_Pengembangan_Siste
m_Informasi

w3computing. (2020). Agile Modeling and Prototyping. Retrieved from


www.w3computing.com: https://www.w3computing.com/systemsanalysis/agile-
modeling-prototyping-intro/

xu, y. (2018). Digital business model affection: an agile approach.

Ghezzi, a.(2018). Agile model innovation in digital enterpreneurship:lean startup


approach.journal of bussinesss reseearh.

Ye, y.(n.d.).A methodology to create prototypical buildings energy models for existing buildings.
Buildings and energy.2018.

ii

Anda mungkin juga menyukai