Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penggunaan motor induksi didalam suatu system kelistrikan


pembangkitsangat dibutuhkan dimana kegunaan dari motor induksi ini sendiri
adalah sebagaipenggerak. Secara umum motor induksi dapat dioperasikan baik
dengan menghubungkan motor secara langsung kerangkaian pencatu maupun
dengan menggunakan tegangan yang sudah dikurangi ke motor selama periode
start(penggunaan ATS). Pada saat ini banyak sekali mesin-mesin yang
difungsikan untuk menggantikan kerja manusia. Salah satunya yaitu motor
induksi tiga fasa. Motor induksi merupakan motor arus bolak–balik (AC) yang
paling luas digunakan dan dapat ditemukan dalam setiap aplikasi industri seperti
belt conveyour, dan lain-lain. Motor induksi tiga fasa saat ini mempunyai peranan
penting dalam memenuhi kebutuhan tersebut, dikarenakan motor induksi tiga fasa
ini lebih efisien dibanding mesin– mesin lainnya. Saat ini banyak sekali industri-
industri yang menggunakan motor induksi tiga fasa karena beberapa keuntungan
yang ada pada motor induksi tersebut. Perawatan motor induksi tiga fasa lebih
hemat dibanding motor–motor lainnya. Dengan adanya efisiensi sedemikian rupa
sehingga motor induksi tiga fasa sangat diminati di dunia perindustrian.
Mengingat sering terjadinya kerusakan pada motor listrik dalam suatu
proses produksi yang sangat mengganggu pekerjaan, maka dari pembahasan ini
penulis akan melakukan penelitian bagaimana cara melindungi suatu motor
induksi. Mengingat sangat penting dan besarnya manfaat dari pembahasan ini,
maka penulis tertarik membahas tentang, “Sistem Proteksi Motor Induksi Tiga
Fasa Menggunakan Relay SR469 GE Multilin”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis membahas
mengenai “Sistem Proteksi Motor Induksi Tiga Fasa Menggunakan Relay SR469
GE Multilin”.

1
1.3 Batasan Masalah
Dalam laporan kerja praktek di PT. Bormindo Nusantara Duri, penulis
membatasi masalah hanya pada Sistem Proteksi Motor Induksi Tiga Fasa
Menggunakan Relay SR469 GE Multilin.

1.4 Tujuan Kerja Praktek


Kerja Praktek pada Jurusan Teknik Elektro Universitas Riau merupakan
mata kuliah wajib dengan bobot 2 sks, untuk memenuhi salah satu persyaratan
kurikulum dan syarat kelulusan. Tujuan dilakukannya kerja praktek, yaitu :

1. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami aplikasi ilmu yang telah didapat
di perusahaan.
2. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami sistem kerja perusahaan dan
turut serta dalam proses.
3. Menganalisa, membandingkan dan menerapkan ilmu yang didapatkan dari
perkuliahan dengan keadaan yang sebenarnya di lapangan serta melatih dan
menumbuh kembangkan sikap dan pola pikir yang profesional untuk
memasuki dunia kerja serta membiasakan diri pada lingkungan kerja yang
sebenarnya, sehingga dapat membangun etos kerja yang baik serta sebagai
upaya memperluas cakrawala wawasan dunia kerja.
4. Mendapatkan pengalaman tentang kerja teknis di lapangan yang
sesungguhnya, sehingga akan didapat gambaran yang nyata tentang berbagai
hal mengenai dunia kerja yang aplikatif.

1.5 Kegunaan Kerja Praktek


Pelaksanaan Kerja Praktek dapat memberikan manfaat baik bagi ilmu
pengetahuan maupun pembangunan secara umum, sebagai berikut :

a. Bagi Kampus
1) Terjalin kerjasama yang erat antara Universitas Riau dengan Instansi
tempat pelaksanaan Kerja Praktek yaitu PT. Bormindo Nusantara.

2
2) Sebagai bahan evaluasi di bidang akademik untuk meningkatkan dan
mengembangkan mutu pendidikan.
3) Sebagai tolak ukur untuk mengukur sejauh mana daya serap mahasiswa
dalam menerima dan menerapkan ilmu teori yang diperoleh di kampus.
b. Bagi Mahasiswa
1) Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan di luar lingkungan kampus
yang berhubungan dengan Program Studi yang dipilih.
2) Menambah pengalaman sebelum terjun kemasyarakat atau dunia kerja.
3) Melatih mahasiswa agar dapat mengumpulkan dan menganalisa data-data
yang diperoleh serta memberikan alternatif pemecahan masalah yang ada.
c. Bagi Perusahaan
1) Terjalinnya hubungan kerjasama dan sebagai sarana tukar informasi untuk
meningkatkan sarana dan prasarana yang telah ada.
2) Sebagai perwujudan pengabdian kepada masyarakat khususnya dalam
bidang pendidikan.
1.6 Waktu Pelaksanaan

Kerja Praktek dilaksanakan mulai tanggal 04 September 2018 hingga 04


Oktober 2018

Kerja Praktek akan dilaksanakan di :

Nama Instansi/Perusahaan : PT. BORMINDO NUSANTARA

Alamat Perusahaan : Jalan Kulim,KM 134 Duri-Riau.Riau

2884.Indonesia

1.7 Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan dalam pelaksanaan Kerja Praktek ini


adalah sebagai berikut :

3
1. Metode observasi
Metode observasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan cara
mengadakan pengamatan langsung.

2. Metode wawancara
Metode wawancara adalah metode pengumpulan data dengan cara
melakukan wawancara atau diskusi dengan narasumber dari
perusahaan yang memiliki pengetahuan mengenai objek
permasalahan.

3. Metode partisipasi
Metode partisipasi adalah suatu cara mengumpulkan data dengan
cara melibatkan diri secara langsung dalam kegiatan-kegiatan yang
berlangsung diperusahaan, terutama yang berhubungan dengan
pokok permasalahan yang di ajukan.

4. Metode studi literatur dan studi pustaka.


Metode studi pustaka ini penulis lakukan dengan membaca buku-
buku manual oprasional dan buku-buku pendukung yang telah
tersedia di perusahaan. Selain itu penulis juga mengambil referensi-
referensi lain yang berhubungan, baik itu di internet maupun buku-
buku perkuliahan. Data-data tersebut selanjutnya di bandingkan
dengan keadaan nyata yang ada di lapangan.

1.8 Sistematika Penulisan


Penulisan laporan kerja praktek ini terdiri dari 5 bab. Sistematika
pembahasan laporan kerja praktek dari masing-masing bab tersebut adalah sebagai
berikut:

4
BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis akan menguraikan mengenai latar


belakang, batasan masalah, tujuan penulisan, Metode
penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II : PROFIL PERUSAHAAN

Bab ini memuat tentang profil singkat PT. Bormindo


Nusantara Duri

BAB III : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi tentang landasan teori yang berkaitan dengan


hal-hal yang akan dibahas mengenai Motor Listrik dan
Motor Induksi.
BAB IV : PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas tentang Sistem


Proteksi Motor Induksi Tiga Fasa Menggunakan Relay
SR469 GE Multilin.
BAB V : PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran mengenai apa yang


telah dibahas dalam laporan kerja praktek ini.

DAFTAR PUSTAKA

Berisi buku-buku rujukan dan referensi lainnya yang dipergunakan dalam


proses penulisan Laporan Kerja Praktek ini.

LAMPIRAN

Berisikan data-data yang perlu dilampirkan yang berhubungan dengan


pembahasan Laporan Kerja Praktek.

5
BAB II

TIJAUAN UMUM PERUSAHAAN

Gambar 2.1 Rig PT. Bormindo Nusantara Duri

2.1 Profil Perusahaan


Nama Perusahaan : PT. Bormindo Nusantara
Status Perusahaan : Perseroan Terbatas
Alamat Perusahaan : Jl. Raya Duri-Dumai Km 134
Kec. Mandau, Kab. Bengkalis
Riau
Telepon : 0765-560134
Fax : 0765-560884
Aktifitas : Melayani jasa pengeboran,minyak,gas
dan work over
Penjualan : Jasa pengeboran minyak dan gas
Referensi Standar : ISO 9001, ISO 14002, OHSAS 18001

6
2.2 Unit Kerja Tempat KP (Kerja Praktek)
Electric shop (Maintenance Dept)
2.3 Sejarah Perusahaan

Gambar 2.2 Lapangan Kerja di PT. Bormindo Nusantara


PT. Bormindo Nusantara berdiri pada tanggal 22 mei 1980 yang berkantor
pusat di Jakarta.PT. Bormindo Nusantara ini memiliki cabang di Duri Provinsi
Riau dan di Blora Provinsi Jawa Tengah. Pada saat itu PT. Bormindo Nusantara
masih memiliki 1 unit Rig Well Service. Rig adalah kumpulan peralatan yang
terdiri dari mesin,menara dan alat-alat lainnya untuk mengebor dan service sumur
minyak. Pekerjaan yang pertama kali dilakukan adalah perawatan sumur di daerah
jati Barang,Cirebon. PT. Bormindo Nusantara melakukan kerja sam dengan PT.
Pertamina Jawa Barat.
Pada tahun 1984, PT. Bormindo Nusantara membeli 2 unit Rig tambahan
untuk melaksanakan pekerjaan tambahan yang diberikan oleh
PT.Pertamina.Sehingga Rig yang dimiliki oleh PT. Bormindo Nusantara pada
saaat itu berjumlah 3 buah Rig. Namun, pekerjaan masih dilakukan di daerah
Cirebon.
Pada tahun 1985, PT. Bormindo Nusantara menanda tangani kontrak
Drilling dengan PT. Caltex Pasific Indonesia (CPI) Riau. Untuk memenuhi
kontrak ini perusahaan menambah pekerjaan jasa service dan Drilling Rig.Untuk

7
melaksanakan kontrak tersebut perusahaan membeli Rig sebanyak 3 unit yang
salah satunya berupa Helli Rig. Pada tahun 1987, PT. Bormindo Nusantara
memenangkan kontrak pengeboran eksplorasi diwilayah kerja PT. Stavanc
Indonesia di Sumatera Selatan. Untuk melaksanakan pekerjaan
tersebut,perusahaan membeli tambahan peralatan dan perlengkapan untuk
merubah servicing Rig menjadi Drilling Rig.
Lalu, di tahun 1988, PT. Bormindo Nusantara memenangkan kembali
kontrak Well Servicing untuk mengerjakan sumur-sumur produksi PT. Caltex
Pasific Indonesia di Sumatera Tengah. Untuk memenuhi kontrak tersebut PT.
Bormindo Nusantara membeli 4 unit Well Servicing Rig. Pada tahun 1989. PT.
Bormindo Nusantara memenangkan kontrak dengan Humpus/Petrogas Drilling
Compaig untuk pekerjaan pengeboran eksplorasi di daerah Cepu, Jawa Barat.
Pada September 1993 PT. Caltec Pasific Indonesia mempercayakan PT.
Bormindo Nusantara untuk menyediakan tenaga kerja bagi Rig PT.Caltex Pasific
Indonesia. Januari 1996 PT. Bormindo Nusantara melakukan pengeborn di daerah
Operasi injeksi Uap (Duri Stem Flood) dengn menggunakan Rig BN#10 dan di
tahun yang sama Rig BN#01 mulai beroperasi. Sekarang PT. Bormindo Nusantara
memiliki 10 Rig. Terdiri dari 4 Rig Drilling yaitu BN-05, BN-15, BN-17, dan
BN-18. Selain itu,6 Rig WO-WS yaitu BN-01, BN-08, BN-09, BN-10, BN-11,
BN-14. Untuk menunjang kelancaran operasi Rig-Rig tersebut,perusahaan
menyediakan Workshop dan Over Houl untuk perawatan dan perbaikan mesin-
mesin Drilling dan Well Servicing.
Adapun Rig yang sedang beroperasi di PT. Bormindo Nusantara saat ini
adalah:

8
Tabel 2.1 Kontrak Rig
Nama Status Client Lokasi
Rig
BN-01 Incontrac (WO-WS) PT. Pertamina Jambi
BN-03 Incontrac (Drilling) PT. Chevron Pasific Indonesia Riau
BN-05 Incontrac (Drilling) Stand By Riau
BN-08 Incontrac (WO-WS) PT. Chevron Pasific Indonesia Riau
BN-09 Incontrac (WO-WS) PT. Chevron Pasific Indonesia Riau
BN-10 Incontrac (WO-WS) PT. Chevron Pasific Indonesia Riau
BN-11 Incontrac (WO-WS) PT. Chevron Pasific Indonesia Riau
BN-14 Incontrac (WO-WS) PT. Chevron Pasific Indonesia Riau
BN-15 Incontrac (Drilling) Stand By Riau
BN-17 Incontrac (Drilling) PT. Chevron Pasific Indonesia Riau
BN-18 Incontrac (Drilling) PT. Chevron Pasific Indonesia Riau

2.4 Visi dan Misi Perusahaan


 Visi
Menjadi mitra usaha pilihan utama di bidang jasa pengeboran dan
perawatan sumur serta baik dalam layanan mitra bisnis.

 Misi
Untuk menjadi mitra bisnis pengeboran & baik layanan yang paling dapat
diandalkan dalam keselamatan, SDM, Kinerja, harga dan perlindungan
lingkungan, untuk perusahaan-perusahaan energi kelas dunia di Indonesia.

2.5 Struktur Organisasi PT. Bormindo Nusantara

Struktur organisasi adalah susunan hubungan kerja antara elemen pekerja di


suatu organisasi. Dengan dibentuknya struktur organisasi,akan memberikan tugas,
wewenang, dan tanggung jawab untuk setiap posisi yang ada didalamnya.

Adapun struktur organisasi yang ada pada PT. Bormindo Nusantara adalah:

9
Gambar 2.3 Struktur Organisasi PT. Bormindo Nusantara

10
2.6 Departement PT. Bormindo Nusantara
Departement adalah bagian-bagian atau lini yang memiliki tugas yang
berbeda-bedanamun saling berhubungan dan bekerja sama. PT. Bormindo
Nusantara memiliki 7 departement,yaitu:

1. ADM & Training Departement


Departement ini adalah departement yang bertugas mendokumentasi
semua kegiatan, dokumen, program, training, dll
Adapun tugas rinci dari staff ADM & TRAINING adalah:
a. Memastikan program, proses penerapan siswi/i mahasiswa/i magang
di PT. Bormindo Nusantara terlaksana, terdata, dan terdokumentasi.
b. Membuat laporan sentralisasi dokumen COC, manual part book dan
lain-lainnya.
c. Mereview, memfollow up status priject Quality Plan seperti yearly
MTC, SILO dan penalty Rig.
d. Memastikan program, budget, proses penerapan training terlaksana,
terdata, dan terdokumentasi.
e. Memastikan sistem dokumen ISO 1400:-2004 seperti prosedur, IK,
dan SOP terupdate di PT. Bormindo Nusantara.
f. Memastikan fasilitas pelaksanaan training sudah terpenuhi, seperti
meja, kursi, proyektor/infocus,konsumsi,alat tulis dan lainnya.
g. Memastikan sertifikat training tersedia sesuai dengan training yang
sudah dilakukan
h. Dan lain-lain.
2. HES Departement
Departement ini bertugas dan bertanggung jawab terhadap keselamatan
karyawan serta lingkungan dalam bekerja denganmemberikan arahan
bekerja yang aman dan menginfokan alat-alat keselamatan yang harus
digunakan karyawan dalam bekerja.Departement ini merencanakan dan
menetapkan prosedur kesehatan, keselamatan dan lingkungan di PT.
Bormindo Nusantara.

11
3. Finance Departement
Departement ini bertugas dalam mengatur seluruh keuangan
(accounting) yang berada dalam perusahaan, seperti gaji
karyawan,biaya operasional perusahaan (baik pengeluaran
maupunpemasukan). Dll. Departement ini dipimpim oleh
seorangSuperintendent Finance yang mempunyai tugas daan
tanggungjawab untuk mengarahkan dan mengatur pelaksanaan
kegiatantransaksi keuangan dalam perhitungan, pembukuan,
pemeriksaan,pengujian untuk mendapatkan laporan akuntasi serta
catatanstatistik finansial, mengarahkan langsung accounting supervisor
danfield auditor.
4. Drilling Departement
Departement ini bertugas dalam mengatur operasi pengeboran di
PT. Bormindo Nusantara. Departement ini dipimpin oleh
superintendent yang mempunyai tugas dan wewenang untuk
menetapkan dan menjaga kelancaran operasi dari semua menara
pengeboran atau Rig Drilling secara efektif dan efisien, tidak ada
kecelakaan kerja, serta menetapkan dan merencanakan prosedur operasi
pengeboran.
5. WO-WS Departement
Departement ini bertugas dalam mengatur pekerjaan ulang sumur
sumur minyak yang terhambat produksinya dengan kata lain service
sumur minyak yang rusak atau tidak berfungsi dengan baik.

6. SCM Departement
SCM (Supply Change Management) bertugas menyediakan seluruh
barang atau peralatan untuk penunjang operasi kerja dilingkungan
perusahaan. Terdiri dari 3 bagian, yaitu procurement (pengandalan
barang), logistic, dan transportasi.

12
7. HC-GS Departement
Departement ini disebut juga dengan istilah HRD yang
bertangggung jawab terhadap sumber daya manusia yang bekerja
sebagai karyawan di PT. Bormindo Nusantara. Departement ini juga
memiliki wewenang untuk mengarahkan karyawan untuk tetap
semangat dalam bekerja.Selain itu juga melakukan waancara
penerimaan karyawan baru, pelatih karyawan, perencanaan, penugasan
dan pengarahan kerja, penilaian persentasi kerja, promosi dan tindakan
disiplin karyawan mengarahkan setiap keluhan, serta penyelesaian
masalah.

8. Aset Departement
Departement yang mengelola aset dari perusahaan PT.
BormindoNusantara.

9. Maintenance Departement
Departement ini bertugas dalam melakukan perawatan mesin secara
berkala
Adapun tugas dari departement maintenance ini adalah:
a. Mengkoordinir dan bertanggung jawab atas seluruh pelaksanaan
pekerjaan dilapangan yang berkaitan dengan maintenance
(perawatan mesin).
b. Mempunyai tanggung jawab terhadap semua perbaikan dan
kerusakan unit-unit mechanical yang ada di perusahaan.
c. Membuat laporan.
d. Melayani permintaan materil.
e. Mencatat kebutuhan Rig.
f. Dll.
2.7 Prinsip Kerja PT. Bormindo Nusantara
PT. Bormindo Nusantara sebagai perusahaan yang bergerak dalam
Bidang pengeboran minyak memiliki visi dan misi untuk menjadi perusahaan

13
Yang terdepan di segala bidang. Oleh sebab itu, tiap bidang pekerjaan memiliki
departement masing-masing, agar tiap bidang dapat bekerja efektif, efisien, dan
fokus dalam bidangnya.
PT. Bormindo Nusantara memiliki prinsip kerja yang bernama 6 prinsip
Kerja cerdas. Adapun ada 6 prinsip kerja cerdas di PT. Bormindo Nusantara yaitu:
1. Untuk mendapatkan hasil yang luar biasa, diperlukan cara-cara yang luar
biasa.
2. Satu-satunya yang bertanggung jawab menjaga semangat saya, adalah diri
saya sendiri.
3. Fokus saya dalam bekerja adalah menabung keterampilan sebanyak-
banyaknya.
4. Fokus pada tujuan dan kelola rintangan.
5. Bukan bisa atau tidak bisa, yang penting mau atau tidak mau.
6. Bila gagal, coba lagi dengan cara berbeda.

2.8 Kebijakan K3L PT. Bormindo Nusantara

Kebijakan K3L (Kesehatan Keselamatan Kerja dan Lingkungan) yang


diterapkan di PT. Bormindo Nusantara duri berada dibawah tanggung jawab
Departement HES (Healthy, Environtment, and safety). Departement ini yang
memberikan pengarahan,penyuluhan,dan bertanggung atas semua kesehatan dan
keselamatan kerja karyawan. Oleh sebab itu, dibuatlah kebijakan yang harus
dipatuhi oleh semua karyawan demi menjaga keselamatan masing-masing
individu. Adapun kebijakan tersebut adalah:
1. Komitmen Perusahaan
a. Menciptakan kondisi lingkungan kerja yang selamat dan aman bagi
karyawan dan pihak-pihak lain yang berada dilingkungan kerja
perusahaan serta senantiasa memelihara dan menjaga keutuhan aset
milik perusahaan dan pelanggan.

14
b. Memastikan semua peralatan keselamatan kerja terpasang dengan baik
dan berfungsi serta berani untuk menghentikan atau pekerjaan apabila
ditemukan kondisi atau aktifitas yang tidak selamat.
c. Mematuhi dan berperan aktif dalam menjalankan persyaratan
perundang-undangan, peraturan keselamatan kesehatan kerja.
d. Mencegah pencemaran lingkungan di Rig Site dan di Office.
e. Melakukan peningkatan berkesinambungan terhadap sistem
managemen K3L secara periodik agar penerapan dilapangan sesuai
dengan kebutuhan operasional.
f. Mendokumentasikan, memelihara dan meninjau kebijakan K3L ini dan
juga mengkomunikasikan keseluruh karyawan dan pihak terkait
lainnya.
2. FSWP (Fundamental Safe Work Practice)
FSWP bertujuan untuk mengidentifikasi, menilai, mengurangi,
mengendalikan atau menghilangkan resiko-resiko yang terkait dengan
pekerjaan. Proses ini menyediakan pengenalan dan evaluasi dari bahaya
kerja, spesifikasi dari tindakan pengendalian, manajemen dari tindakan
tersebut, pengendalian kerja, dan perilaku pendukung kerja aman. FSWP
ini mempunyai 7 elemen kerja yaitu:
a. SWA (Stop Working Authority)
Menciptakan tanggung jawab dan wewenang untuk menhentikan
pekerjaan apabila ada tindakan atau kondisi tidak aman yang dapat
menyebabkan kejadian yang tidak diinginkan. Secara umum proses
SWA melibatkan pendekatan notifikasi, koreksi dan lanjutan untuk
mendapatkan ketetapan.
b. Hazard Analysis
Mengikuti 3 fase analisa bahaya yang kita laksanakan saat bekerja.
Dimulai dari fase perencanaan, hingga fase permiting saat diskusi
mengenai onsite JSA dilaksanakan, hingga saat bekerja melakukan
Think Incident Free (TIF) dalam fase pelaksanaan.

15
c. SOP (Standart Operating Procedure)
SOP adalah prosedur kerja yang tertulis dan sistematis untuk kerja
secara selamat. Di dalam SOP terdapat batasan operasi peralatan,
pengeoperasian alat dan prosedur perhentian alat. Dasar SOP adalah
perhitungan design, spesifikasi dari pabrik serta undang-undang yang
berlaku. SOP bertujuan untuk keselamatan dan setiap pekerjaan
mempunyai prosedur yang benar.
d. Access Control
Proses untuk memastikan orang wewenang dan mendapatkan izin
untuk masuk ke dalam fasilitas operasi. Tujuannya adalah keselamatan
dan keamanan operasi serta keselamatan orang-orang yang berada di
dalamnya.
e. PPE (Personal Protective Equipment)
Setiap pekerjaan mengutamakan adanya kesehatan dan keselamatan
kerja (K3). K3 ini terkait dengan kesehatan, keselamatan, dan
kesejahteraan manusia yang bekerja di sebuah instansi maupun lokasi
proyek. Tujuan K3 sendiri adalah untuk memelihara kesehatan dan
keselamatan di lingkungan kerja. Setiap instansi berkewajiban untuk
memastikan bahwa pekerja dan orang lain yang terlibat tetap berada
dalam kondisi aman sepanjang waktu. Praktik K3 sendiri meliputi
pencegahan , pemberian sanksi, dan kompensansi, juga penyembuhan
luka dan perawatan untuk pekerja dan menyediakan perawatan
kesehatan dan cuti sakit. Pentingnya untuk menjaga keselamatan
selama bekerja adalah untuk menghindari dan meminimilasir
terjadinya bahaya yang mungkin akan menimpa pekerja. Peralatan
keselamatan kerja pun bermacam-macam tergantung pada profesi apa
yang dijalankan, misalnya: Peralatan keselamatan untuk pekerja pabrik
adalah helm, sarung tangan, kaca mata, dll, untuk dokter adalah sarung
tangan, masker, dll. Berikut adalah penggolongan bahaya-bahaya yang
dapat terjadi dilingkungan kerja:

16
Bahaya Fisik dan Mekanik
Bahaya fisik adalah sumber utama dari kecelakaan di banyak industri.
Bahaya tersebut mungkin memang tidak bisa dihindari begitu saja,
namuun dengan adanya prosedur keamanan yang terus berkembang,
maka risiko aka adanya bahaya dapat diatur. Contoh bahaya yang
dapat terjadi diantaranya: jatuh ditempat kontruksi bangunan, terjebak
di are pertambangan, mesin di pabrik yang dapat membahayakan
pekerja jika digunakan dengan tidak aman atau adanya kesalahan
mekanik, pekerja juga dapat mengalami gangguan pendengaran jika
tempat kerjanya bising, temperature ruangan pun juga harus
diperhatikan.
Bahaya Kimiawi dan Biologis
Bahaya kimia dan biologis rawan terjadi karena tempat yang
kebersihannya tidak jaga atau penyimpanan bahan kimia yang kurang
tepat. Bahaya kimiawi dapat dipicu oleh: Basa, Logam Berat, Pelarut
seperti Petroleum, Partikulat seperti Asbestos dan Silika, Asap, Bahan
Kimia Reaktif, Api dan bahan yang mudah terbakar. Bahaya biologis
dapat dipicu oleh: Bakteri, Virus, Fungi atau Jamur.
Masalah Psikologis dan Sosial
Pekerja yang berada didalam kondisi mental yang baik tentu akan
bekerja dengan baik pula. Setiap tempat kerja juga perlu menjaga
psikologis pekerja yang diakibatkan oleh tempat kerja. Jam kerja dan
beban kerja yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan stress pada
pekerja apalagi jika tidak disertai dengan honor semestinya. Dalam
setiap tempat kerja rasanya masih terdapat adanya kekerasan,
penindasan, dan pelecehan baik fisik maupun psikis, setiap pelaku
kerja perlu untuk menjaga hubungan baik dengan dan diantara para
pekerjanya. Keberadaan bahan candu yang tidak menyenangkan dalam
lingkungan kerja pun juga harus dijaga seperti rokok dan alkohol.

17
Berikut alat-alat PPE pada industri:
1. Safety Shoes

Gambar 2.4 Sepatu Safety


Sepatu berfungsi untuk melindungi kita dari bahaya,umumnya agar
tidak terpeleset karena becek atau berlumpur, tidak bersentuhan
langsung dengan benada panas an cairan kimia, tidak terkena
sengatan listrik, dan sepatu ini kebanyakan dilapisi metal sehingga
dapat melindungi kaki dari benda tajam atau berat.
2. Sarung Tangan

Gambar 2.5 Sarung Tangan Safety


Alat ini berfungsi sebagai pelindung tangan agar tidak terkena
cidera, bahan kimia yang berbahaya jika bersentuhan langsung
dengan tubuh, terhindar dari panas, dll. Tentu saja spesifikasi
setiap sarung tangan dengan setiap tempat atau pekerjaan berbeda-
beda.

18
3. Masker

Gambar 2.6 Masker


Kebanyakan orang akan memakai masker saat bepergian untuk
melindungi dari polusi atau ketika sedang sakit, namun bukan
berarti saat berada didalam ruangan, anda bisa melepas masker
begitu saja. Memang pada beberapa pekerjaan dimana kita harus
terus berhadapan dengan debu atau bahan beracun, penggunaan
masker adalah suatu hal yang wajib. Masker dapat membantu kita
tetap bernafas dengan mendapatkan kualitas udara yang baik
karena masker sendiri fungsi utama0nya adalah untuk menyaring
udara kotor.
4. Penutup Telinga (Ear Plug/ Ear Muff)

Gambar 2.7 Penutup Telinga


Pada beberapa lingkungan kerja, kita akan membutuhkan ear plug
ini untuk melindungi telinga kita dari kebisingan atau suara yang

19
memekakkan telinga. Telinga kita tidak akan mampu menerima
suara dengan intensitas yang tinggi dengan frekuensi yang tidak
sesuai untuk ukuran telinga manusia. Misalnya saat kita bekerja di
lapangan udara, maka kita tidak akan mampu menahan suara bising
yang berasal dari pesawat.
5. Kacamata Pengaman (Safety Glasses)

Gambar 2.8 Kacamata Safety


Seperti halnya telinga yang tidak bisa menerima bising suara, mata
kita pun harus kita jaga dari risiko terkena benda tajam, bahan
kimia, atau percikan api. Setiap pekerjaan yang membutuhkan
kacamata pasti mempunyai spesifikasinya sendiri tergantung pada
situasi dan tempat dari lingkungan kerja. Tukang las misalnya
membutuhkan kacamata yang membuatnya terhindar dari percikan
api atau besi yang sedang dilas.
6. Pelindung wajah (Face Shield)

Gambar 2.9 Pelindung Wajah

20
Pelindung wajah dapat melindungi bagian wajah dari terkena
percikan api, pecahan benda tajam, maupun benda asing lainnya.
Misalnya digunakan saat kita menggergaji atau menggerinda benda
tertentu.
7. Helm Pelindung Kepala (Safety Helmet)

Gambar 2.10Helm Safety


Kepala merupakan bagian tubuh yang paling diutamakan untuk
dilindungi karena dalam kerangka kepala terdapat otak yang
mempunyai fungsi vital dalam tubuh karena itu kita harus
memeberikan perlindungan khusus dengan memakai helm yang
berguna untuk melindungi kepala kita dari risiko terkena benda
yang membentur kepala baik secara langsung maupun tidak
langsung.
8. Tali Pengaman (Safety Harness)

Gambar 2.11 Tali Pengaman

21
Seperti yang telah diawal, bahwa risiko jatuh adalah penyebab
kecelakaan tinggi. Para pelaku kerja harus memastikan bahwa
pekerjanya memakai serangkaian peralatan keselamatan kerja. Saat
berada di tempat yang tinggi, kita memerlukan alat pelindung berupa
safety harness ini untuk membuat kita tetap terikat dengan benda yang
menopang kita saat jatuh. Alat ini biasanya digunakan saat bekerja
pada ketinggian 1,8 meter.
f. MSDS (Material Safety Data Sheet)
MSDS adalah lembaran data mengenai bahayanya suatu zat kimia,
informasi dan cara penanggulangannya bisa mengenai lingkungan atau
seseorang. Tujuan MSDS adalah menjaga keselamatan dan menjamin
zat-zat tersebut ditangani dengan benar. Informasi pada MSDS berupa
komposisi, nama, pengaruhnya, prosedur darurat dan pertolongan
pertama.
3. Zona kerja
Adapun zona kerja di PT. Bormindo Nusantara adalah:
a. Zona Hijau
Daerah yang tidak memerlukan alat keselamatan kerja pada saat area
tersebut, seperti office, daerah beratap, jalan setapak.
b. Zona Kuning
Daerah yang dibolehkan untuk tidak menggunakan semua alat PPE,
namun hanya sebagian saja, seperti safety shoes dan helm. Seperti
lapangan kerja yang terbuka.
c. Zona Merah
Daerah yang mewajibkan karyawan untuk menggunakan semua alat
keselamatan kerja. Seperti daerah yang cukup rawan kecelakaan kerja
contohnya di Rig.

22
Gambar 2.12 Layout APD

23
BAB III

LANDASAN TEORI

3.1 Motor Induksi Tiga Fasa


Motor induksi adalah motor listrik arus bolak balik (AC) yang
putaran rotornya tidak sama dengan putaran medan putar pada stator,
dengan kata lain putaran rotor dengan putaran medan pada stator terdapat
selisih putaran yang disebut slip.
Motor induksi, merupakan motor yang memiliki konstruksi yang
baik, harganya lebih murah dan mudah dalam pengaturan kecepatan, stabil
ketika berbeban dan mempunyai efisiensi tingggi. Motor induksi adalah
motor (AC) yang paling banyak digunakan dalam industri dengan skala
besar maupun kecil, dan dalam rumah tangga. Motor induksi ini pada
umumnya hanya memiliki satu suplai tenaga yang mengeksitasi belitan
stator. Belitan rotornya tidak terhubung langsung dengan sumber tenaga
listrik, melainkan belitan ini dieksitasi oleh induksi dari perubahan medan
magnetik yang disebabkan oleh arus pada belitan stator.

1. Keuntungan motor induksi tiga fasa:


a. Motor induksi tiga fasa sangat sederhana dan kuat.
b. Biayanya murah dan dapat diandalkan.
c. Motor induksi tiga fasa memiliki efisiensi yang tinggi pada kondisi
kerja normal.
d. Perawatannya mudah.
2. Kerugian motor induksi tiga fasa:
a. Kecepatannya tidak bisa bervariasi tanpa merubah efisiensi.
b.Pada torsi start memiliki kekurangan.

24
3.2 Konstruksi motor induksi tiga fasa
Motor induksi adalah motor ac yang paling banyak dipergunakan,
karena konstruksinya yang kuat dan karakteristik kerjanya yang baik.
Secara umummotor induksi terdiri dari rotor dan stator. Rotor merupakan
bagian yang bergerak, sedangkan stator bagian yang diam. Diantara stator
dengan rotor ada celah udara yang jaraknya sangat kecil.

ROTOR STATOR

Gambar 3.1 gambar konstruksi motor induksi

Komponen stator adalah bagian terluar dari motor yang merupakan


bagian yang diam dan mengalirkan arus fasa. Stator terdiri atas tumpukan
laminasi inti yang memiliki alur yang menjadi tempat kumparan dililitkan
yang berbentuksilindris. Alur pada tumpukan laminasi inti di isolasi
dengan kertas (gambar b).Tiap elemen laminasi inti dibentuk dari
lembaran besi (gambar a). Tiap lembaran besi tersebut memiliki beberapa
alur dan beberapa lubang pengikat untuk menyatukan inti. Tiap kumparan
tersebar dalam alur yang disebut belitan fasa dimana untuk motor tiga fasa,
belitan tersebut terpisah secara listrik sebesar 120º. Kawat kumparan yang
digunakan terbuat dari tembaga yang dilapis dengan isolasi tipis.
Kemudian tumpukan inti dan belitan stator diletakkan dalam cangkang
silindris (gambar c). berikut ini contoh lempengan laminasi inti.
Lempengan inti yang telah disatukan, belitan stator yang telah diletakkan
pada cangkang luar untuk motor induksi tiga fasa.

25
Gambar 3.2 Menggambarkan komponen stator motor induksi tiga phasa
a. Lempengan inti,
b. Tumpukan inti dengan kertas isolasi pada beberapa alurnya.
c. Tumpukan inti dan kumparan dalam cangkang stator.

3.3 Jenis Motor Induksi Tiga Fasa Dari Segi Rotor


Ada dua jenis motor induksi tiga fasa berdasarkan rotornya yaitu:
a. Motor induksi tiga fasa rotor sangkar tupai.
b. Motor induksi tiga fasa rotor belitan.
Kedua motor ini bekerja pada prinsip yang sama dan mempunyai prinsip
konstruksi stator yang sama tetapi berbeda dalam konstruksi rotor.

1. Motor Induksi Tiga Fasa Rotor Sangkar Tupai


Penampang motor sangkar tupai memiliki konstruksi yang sederhana.
Intistator pada motor sangkar tupai tiga fasa terbuat dari lapisan-lapisan
pelat bajaberalur yang didukung dalam rangka stator yang terbuat dari besi
tuang atau pelatbaja yang dipabrikasi. Lilitan-lilitan kumparan stator
diletakkan dalam alur statoryang terpisah 120º listrik. Lilitan fasa ini dapat
tersambung dalamhubungan delta (Δ) ataupun bintang (Y).

26
Rotor jenis sangkar ditunjukkan pada Gambar 3.3 dibawah ini

(a) (b)
(a) Tipikal rotor sangkar, (b) Bagian – bagian rotor sangkar

Batang rotor dan cincin ujung motor sangkar tupai yang lebih kecil
adalahcoran tembaga atau aluminium dalam satu lempeng pada inti rotor.
Dalam motor yang lebih besar, batang rotor tidak dicor melainkan
dibenamkan kedalam alur rotor dan kemudian dilas dengan kuat kecincin
ujung. Batang rotor motor sangkar tupai tidak selalu ditempatkan paralel
terhadap poros motor tetapi kerap kali dimiringkan hal ini akan
menghasilkan torsi yang lebih seragam dan juga mengurangi derau
dengung magnetik sewaktu motor sedang berputar. Pada ujung cincin
penutup diletakkan sirip yang berfungsi sebagai pendingin.

Motor induksi dengan rotor sangkar ditunjukkan pada Gambar 3.4


dibawah

Gambar 3.4 (a) konstruksi motor induksi rotor sangkar ukuran kecil.
(b) konstruksi motor induksi rotor sangkar ukuran besar.

27
2. Motor Induksi Tiga Fasa Rotor Belitan
Motor rotor belitan (motor cincin slip) berbeda dengan motor
sangkar tupaidalam hal konstruksi rotornya. Seperti namanya, rotor dililit
dengan lilitan terisolasi serupa dengan lilitan stator. Lilitan fasa rotor
dihubungkan secara Y dan masing-masing fasa ujung terbuka yang
dikeluarkan kecincin slip yang terpasang pada poros motor. Secara
skematik dapat dilihat pada gambar 2.5 dari gambar ini dapat dilihat
bahwa cincin slip dan sikat semata-mata merupakan penghubung tahanan
kendali variabel luar kedalam rangkaian rotor.

Gambar 3.5 Skematik diagram motor induksi rotor belitan.

Pada gambar 2.5 motor ini, cincin slip yang terhubung kesebuah
tahananvariabel eksternal yang berfungsi membatasi arus pengasutan dan
yangbertanggung jawab terhadap pemanasan rotor. Selama pengasutan,
penambahan tahanan eksternal pada rangkaian rotor belitan menghasilkan
torsi pengasutan yang lebih besar dengan arus pengasutan yang lebih kecil
dibanding dengan rotor sangkar.

3.4 Prinsip Kerja Motor Listrik 3 Fasa


Prinsip kerja dari motor listrik 3 fasa ini sebenarnya sangat sederhana.
Bila sumber tegangan 3 fase dialirkan pada kumparan stator, maka akan

28
timbul medan putar dengan kecepatan tertentu. Besarnya kecepatan
tersebut dapat diukur menggunakan sebuah rumus Ns = 120 f/P. Dimana
Ns adalah kecepatan putar, f adalah frekuensi sumber, dan P adalah kutub
motor.

Perlu diketahui bahwa medan putar stator akan memotong batang


konduktor yang ada pada rotor, sehingga pada batang konduktor dari rotor
akan muncul GGL induksi. GGL akan menghasilkan arus (I) serta gaya (F)
pada rotor. Agar GGL induksi timbul, diperlukan perbedaan antara
kecepatan medan putar yang ada pada stator (ns) dengan kecepatan
berputar yang ada pada rotor (nr).

Gambar 3.6 Grafik Arus 3 Fasa


Perbedaan kecepatan antara stator dan rotor disebut slip (s) yang dapat
dinyatakan dengan rumus s= (ns – nr) / ns. Apabila nr = ns, maka GGL
induksi tidak akan timbul, dan arus tidak akan mengalir pada batang
konduktor (rotor), dengan demikian tidak dihasilkan kopel. Berdasarkan
cara kerja tersebut, motor 3 fasa juga dapat disebut sebagai motor tak
serempak atau motor asinkron.

29
Untuk memperjelas prinsip kerja motor induksi tiga fasa, maka dapat
dijabarkan dalam langkah – langkah berikut:

Gambar 3.7 Diagram Langkah-langkah Prinsip Kerja Motor Induksi 3


Fasa

BAB IV

30
PEMBAHASAN

4.1 Proteksi terhadap Gangguan pada Motor Listrik

4.1.1 Proteksi Stator (Stator Protection)

Hubung-singkat stator dapat terjadi baik salah satu fasa ke tanah


mapun antara fasa ke fasa. Proteksi dari gangguan-gangguan ini dilengkapi
denganbantuan perlengkapan pengetripan arus lebih tipe cawan (pot), garis
(dash) atau termal yang memberikan suatu karakteristik waktu-arus
terbalik dan biasanya menyediakan pengetripan sesaat pada arus yang
tinggi. Relay-relay arus lebih sesaat diperlengkapi untuk motor-motor
dengan rating yang lebih besar (biasanya lebih dari 50 HP). Proteksi
gangguan fase disediakan oleh dua elemen relay sesaat setelan tinggi (high
set); setelan (setting) itu dipilih sedemikian sehingga tepat di atas arus
starting maksimum. Proteksi gangguan tanah untuk motor yang beroperasi
pada sistim netral ditanahkan disediakan oleh relay sesaat yang sederhana
yang mempunyai setting kira-kira 30% dari arus beban penuh motor di
dalam rangkaian sisa dari tiga CTs. Operasi relay dalam kaitan dengan
kejenuhan CT selama arus starting yang tinggi pada permulaannya harus
dihindarkan.

Gambar 4.1 Relay Proteksi Stator

Biasanya dicapai dengan meningkatkan setting tegangan relay dengan


menyisipkan suatu tahanan penstabil yang seri dengannya. Rincian dari satu

31
skema seperti itu berlaku untuk semua motor induksi yang ditunjukkan di
dalam Gambar (4.1). Ketika motor beroperasi pada relay gangguan tanah
(Earth Fault) sistim netral tak ditanahkan maka peralatan pergeseran netral
harus dipakai. Selain itu proteksi diferensial kadang-kadang disediakan
pada motor-motor yang sangat besar dan penting dalam hal sistem netral
tidak ditanahkan.

4.1.2 Proteksi Rotor (Rotor Protection)

Bentuk apapun dari ketidak-seimbangan salah satu di dalam suplai


tegangan atau di dalam pola pembebanan akan menyebabkan arus-arus
urutan negatif mengalir di dalam stator yang akan menginduksikan arus-
arus frekuensi tinggi di dalam rotor. Frekuensi arus-arus ini di dalam rotor
adalah (2-S) kali frekuensi nominal dari suplai. Pemanasan rotor karena
komponen urutan positif dari arus stator adalah sebanding dengan nilai
tahanan dc sedangkan pengaruh pemanasan pada belitan rotor dari
komponen urutan negatif adalah sebanding dengan (2-S)f atau kira-kira 100
Hz. Pengaruh pemanasan dari arus urutan fasa negatif adalah lebih besar
dari arus urutan fasa positif. Proteksi motor oleh karena itu harus
mempertimbangkan hal ini jika itu adalah untuk memutuskan secara benar
apakah beban motor itu dapat mewakili suatu tingkat yang diberikan dari
ketidak-seimbangan tegangan tanpa pemanasan lebih. Tipe-tipe proteksi
yang diperlengkapi tegangan-tegangan tidak seimbang akan dibahas
sesudah itu. Pada mesin-mesin rotor belitan beberapa tingkat proteksi
terhadap gangguan-gangguan di dalam belitan rotor dapat diperoleh oleh
relay arus lebih sesaat yang mengukur arus stator.
Selain itu karena rotor langsung terhubung dengan beban, maka persoalan
mekanik dapat menjadi penyebab timbulnya gangguan pada motor tersebut.
Mislanya; kopel yang terlalu besar atau beruba-ubah maupun pengasutan
atau pengereman yang terlalu sering.
4.1.3 Proteksi Beban Lebih (Overload Protection)

32
Keanekaragaman yang luas dari tugas-tugas motor dan desain-desain
motor membuatnya sangat sulit untuk mencakup semua tipe dan rating
motor dengan suatu kurva karakteristik yang diberikan. Proteksi beban
lebih dirancang sedemikian sehingga itu memenuhi sedekat mungkin
kurva pemanasan mayoritas motor. Karakteristik proteksi sebaiknya
berada tepat di bawah kurva pemanasan motor yang diproteksi. Proteksi
itu sebaiknya lebih disukai mempunyai karakteristik yang dapat diatur
sehingga itu mungkin dipakai pada desain-desain motor yang berbeda dan
tugas-tugas yang berbeda. Proteksi itu mestinya tidak mengizinkan motor
untuk distart kembali setelah pengetripan selagi temperatur belitan masih
tinggi sebagaimana ini mungkin mempunyai konsekuensi-konsekuensi
berbahaya. Agar menjadi usaha perlindungan yang efektif, suatu proteksi
ideal perlu oleh karena itu bukan hanya memenuhi karakteristik
pemanasan dari motor tetapi juga karakteristik pendinginannya. Itu harus
pula dipastikan bahwa relay harus tidak beroperasi di bawah arus-arus
starting yang besar sampai 6 kali arus beban penuh yang dapat bertahan
selama beberapa detik, setengah menit atau bahkan lebih panjang di
dalam kasus-kasus pengecualian. Ketika menghentikan motor tanpa
sengaja, suatu arus yang sama dengan aliran-aliran arus starting dan
mengakibatkan kerusakan serius jika itu berlaku untuk waktu yang lebih
panjang dibandingkan waktu starting. Karenanya, semakin dekat
karakteristik relay beban lebih memenuhi kurva arus starting semakin
baik motor itu diproteksi dari kerusakan Sepertiitu.

4.1.4 Proteksi Ketidakseimbangan dan Memfasa Tunggal (Unbalance


And Single Phasing Protection)
Suplai tiga fasa yang tidak seimbang menyebabkan arus urutan
negatif mengalir di dalam motor yang mungkin menyebabkan pemanasan
lebih belitan mesin. Beban-beban tidak seimbang atau pembukaan satu
fasa yang kebetulan dari suplai (memfasa tunggal) tergantung pada beban

33
masih memelihara jalannya motor, meski kondisi seperti itu juga
menyebabkan arus urutan negatif mengalir di dalam motor.
Untuk motor-motor terhubung bintang (star), proteksi beban lebih
dan memfasa tunggal yang lengkap dapat disediakan dengan pengepasan
(fitting) dua elemen beban lebih.
Karakteristik dari elemen-elemen beban lebih adalah sedemikian
sehingga motor itu diizinkan berjalan dengan suplai pada hanya dua fasa
hingga waktu sedemikian karena ada resiko kerusakan termal. Untuk
motor-motor terhubung delta, pengaturan seperti itu memberikan proteksi
yang memuaskan ketika motor itu sedang berjalan dengan lebih dari 70%
dari beban penuh. Untuk mendeteksi kondisi memfasa tunggal suatu
skema yang lebih baik menyediakan suatu rele keseimbangan fasa atau
relay-relay bimetal. Kadang-kadang dengan proteksi termal motor-motor
yang lebih penting dan besar dengan thermistor-thermistor disediakan.
Ketika pemanasan yang berlebihan terjadi karena beban lebih atau
memfasa tunggal, thermistor-thermistor yang menempel di dalam stator
menyebabkan pengetripan sebagai hasil perubahan di dalam tahanan.

4.1.5 Proteksi Tegangan Kurang (Undervoltage Relay)

Pengoperasian motor pada tegangan kurang secara umum akan


menyebabkan arus lebih dan dengan demikian dapat diproteksi oleh
peralatan beban lebih atau peralatan peka temperatur. Suatu relay
tegangan kurang elemen tunggal yang terpisah yang diberi tenaga
(energized) dengan fasa-tanah atau tegangan fasa-fasa dapat disediakan
untuk memproteksi terhadap jatuh tegangan tiga fasa atau suatu
percobaan men-start dengan tegangan rendah pada semua fasa. Suatu
penundaan waktu biasanya disatukan untuk mencegah pengetripan oleh
jatuh tegangan transien.

4.1.6 Proteksi Fasa Terbalik (Reverse Phase Protection)

34
Proteksi Fasa Terbalik (Reverse Phase Protection) Arah perputaran
motor berubah jika urutan fasa diubah. Dalam beberapa aplikasi motor
tipe proteksi ini boleh menjadi suatu fitur penting dari proteksi motor.
Suatu cakram induksi, relay tegangan fasa banyak digunakan untuk
memproteksi motor-motor dari starting dengan satu fasa membuka atau
dengan urutan fasa yang terbalik.Torsinya adalah sebanding dengan
produk sinus dari kedua tegangan line-to-line. Relay itu tidak akan
menutup kontak-kontaknya dan karenanya motor itu tidak akan start
kecuali jika semua ke-tiga fasa ada dan di dalam urutan yang benar.

4.1.7 Kehilangan Sinkronisasi (Loss of Synchronism)

Suatu motor sinkron mungkin kehilangan sinkronisme (out of step)


karena beban lebih yang berat atau karena penurunan di dalam suplai
tegangan. Kondisi seperti itu bisa dideteksi oleh suatu relay yang bereaksi
terhadap perubahan dalam faktor daya yang terjadi ketika ada pole
slipping.

MOTOR

ROTOR

Gambar 4.2 Relay Pengaman Kehilangan Sinkronisasi

35
Tegangan antara dua fasa dibandingkan dengan arus di dalam fasa
ketiga; suatu relay armatur yang tertarik yang diberi tenaga dari suatu
jembatan penyearah gelombang penuh secara diferensial dihubungkan dan
di dalam keadaan yang dioperasikan asalkan motor itu di dalam
sinkronisme (langkah). Suatu tahanan tak linier memproteksi penyearah-
penyearah dan memperluas lingkungan operasi relay.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan kerja praktek ini, maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa :
1. PT. Bormindo Nusantara saat ini memiliki 11 Rig

36
2. Motor induksi tiga fasa adalah suatu mesin listrik yang mengubah energi
listrik menjadi energi gerak dengan menggunakan gandengan medan
listrik dan mempunyai slip antara medan stator dengan medan rotor.

3. Penggunaan proteksi pada motor induksi tiga phasa sangatlah


penting, karena dapat menghindari terjadinya kerusakan sehingga dapat
mengurangi perbaikan dari motor induksi tiga phasa.
4. Ada tiga proteksi yang sangat penting terhadap motor listrik, yaitu proteksi
mekanis, dibantu dengan medium pelumas untuk mengurangi gesekan,
proteksi termal, dibantu dengan Airfun (kipas angin) untuk terjadinya
pertukaran udara, dan proteksi terhadap beban, dibantu dengan
menggunakan rangkaian proteksi yang dilengkapi komponen relay, skring,
dan saklar.
5.2 Saran
1. Selalu mengecek rangkaian motor listrik sebelum menyalakan dan tidak
nyalakan jika ada kawat yang rusak.
2. Segera ganti komponen yang rusak, untuk mencegah kerusakan bagian
lain.
3. Bersihkan motor listrik dari debu dan air.

DAFTAR PUSTAKA

1. Electrical Motor Protection, PT. Patriatek Bhineka Pratama Industrial Training


and Plant Maintenance Sevice.
2. Motor Listrik Arus Bolak-Balik, Penerbit Andi Offset Yogyakarta
3. Wijaya, Mochtar Ir. 2001. DasarDasarMesinListrik. Jakarta: Djambatan.
4. Motor Listrik Arus Bolak-Balik, Penerbit Andi Offset Yogyakarta Zuhal.Dasar
Tenaga Listrik 1991.

37
5. Very Kuswoyo, Didit. 2016. Sistem Proteksi Motor Induksi 3 Fasa. Skripsi. Tidak
diterbitkan. Fakultas Teknik Universitas Lampung : Bandar lampung.

38

Anda mungkin juga menyukai