PENDAHULUAN
1
1.3 Batasan Masalah
Dalam laporan kerja praktek di PT. Bormindo Nusantara Duri, penulis
membatasi masalah hanya pada Sistem Proteksi Motor Induksi Tiga Fasa
Menggunakan Relay SR469 GE Multilin.
1. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami aplikasi ilmu yang telah didapat
di perusahaan.
2. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami sistem kerja perusahaan dan
turut serta dalam proses.
3. Menganalisa, membandingkan dan menerapkan ilmu yang didapatkan dari
perkuliahan dengan keadaan yang sebenarnya di lapangan serta melatih dan
menumbuh kembangkan sikap dan pola pikir yang profesional untuk
memasuki dunia kerja serta membiasakan diri pada lingkungan kerja yang
sebenarnya, sehingga dapat membangun etos kerja yang baik serta sebagai
upaya memperluas cakrawala wawasan dunia kerja.
4. Mendapatkan pengalaman tentang kerja teknis di lapangan yang
sesungguhnya, sehingga akan didapat gambaran yang nyata tentang berbagai
hal mengenai dunia kerja yang aplikatif.
a. Bagi Kampus
1) Terjalin kerjasama yang erat antara Universitas Riau dengan Instansi
tempat pelaksanaan Kerja Praktek yaitu PT. Bormindo Nusantara.
2
2) Sebagai bahan evaluasi di bidang akademik untuk meningkatkan dan
mengembangkan mutu pendidikan.
3) Sebagai tolak ukur untuk mengukur sejauh mana daya serap mahasiswa
dalam menerima dan menerapkan ilmu teori yang diperoleh di kampus.
b. Bagi Mahasiswa
1) Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan di luar lingkungan kampus
yang berhubungan dengan Program Studi yang dipilih.
2) Menambah pengalaman sebelum terjun kemasyarakat atau dunia kerja.
3) Melatih mahasiswa agar dapat mengumpulkan dan menganalisa data-data
yang diperoleh serta memberikan alternatif pemecahan masalah yang ada.
c. Bagi Perusahaan
1) Terjalinnya hubungan kerjasama dan sebagai sarana tukar informasi untuk
meningkatkan sarana dan prasarana yang telah ada.
2) Sebagai perwujudan pengabdian kepada masyarakat khususnya dalam
bidang pendidikan.
1.6 Waktu Pelaksanaan
2884.Indonesia
3
1. Metode observasi
Metode observasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan cara
mengadakan pengamatan langsung.
2. Metode wawancara
Metode wawancara adalah metode pengumpulan data dengan cara
melakukan wawancara atau diskusi dengan narasumber dari
perusahaan yang memiliki pengetahuan mengenai objek
permasalahan.
3. Metode partisipasi
Metode partisipasi adalah suatu cara mengumpulkan data dengan
cara melibatkan diri secara langsung dalam kegiatan-kegiatan yang
berlangsung diperusahaan, terutama yang berhubungan dengan
pokok permasalahan yang di ajukan.
4
BAB I : PENDAHULUAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
5
BAB II
6
2.2 Unit Kerja Tempat KP (Kerja Praktek)
Electric shop (Maintenance Dept)
2.3 Sejarah Perusahaan
7
melaksanakan kontrak tersebut perusahaan membeli Rig sebanyak 3 unit yang
salah satunya berupa Helli Rig. Pada tahun 1987, PT. Bormindo Nusantara
memenangkan kontrak pengeboran eksplorasi diwilayah kerja PT. Stavanc
Indonesia di Sumatera Selatan. Untuk melaksanakan pekerjaan
tersebut,perusahaan membeli tambahan peralatan dan perlengkapan untuk
merubah servicing Rig menjadi Drilling Rig.
Lalu, di tahun 1988, PT. Bormindo Nusantara memenangkan kembali
kontrak Well Servicing untuk mengerjakan sumur-sumur produksi PT. Caltex
Pasific Indonesia di Sumatera Tengah. Untuk memenuhi kontrak tersebut PT.
Bormindo Nusantara membeli 4 unit Well Servicing Rig. Pada tahun 1989. PT.
Bormindo Nusantara memenangkan kontrak dengan Humpus/Petrogas Drilling
Compaig untuk pekerjaan pengeboran eksplorasi di daerah Cepu, Jawa Barat.
Pada September 1993 PT. Caltec Pasific Indonesia mempercayakan PT.
Bormindo Nusantara untuk menyediakan tenaga kerja bagi Rig PT.Caltex Pasific
Indonesia. Januari 1996 PT. Bormindo Nusantara melakukan pengeborn di daerah
Operasi injeksi Uap (Duri Stem Flood) dengn menggunakan Rig BN#10 dan di
tahun yang sama Rig BN#01 mulai beroperasi. Sekarang PT. Bormindo Nusantara
memiliki 10 Rig. Terdiri dari 4 Rig Drilling yaitu BN-05, BN-15, BN-17, dan
BN-18. Selain itu,6 Rig WO-WS yaitu BN-01, BN-08, BN-09, BN-10, BN-11,
BN-14. Untuk menunjang kelancaran operasi Rig-Rig tersebut,perusahaan
menyediakan Workshop dan Over Houl untuk perawatan dan perbaikan mesin-
mesin Drilling dan Well Servicing.
Adapun Rig yang sedang beroperasi di PT. Bormindo Nusantara saat ini
adalah:
8
Tabel 2.1 Kontrak Rig
Nama Status Client Lokasi
Rig
BN-01 Incontrac (WO-WS) PT. Pertamina Jambi
BN-03 Incontrac (Drilling) PT. Chevron Pasific Indonesia Riau
BN-05 Incontrac (Drilling) Stand By Riau
BN-08 Incontrac (WO-WS) PT. Chevron Pasific Indonesia Riau
BN-09 Incontrac (WO-WS) PT. Chevron Pasific Indonesia Riau
BN-10 Incontrac (WO-WS) PT. Chevron Pasific Indonesia Riau
BN-11 Incontrac (WO-WS) PT. Chevron Pasific Indonesia Riau
BN-14 Incontrac (WO-WS) PT. Chevron Pasific Indonesia Riau
BN-15 Incontrac (Drilling) Stand By Riau
BN-17 Incontrac (Drilling) PT. Chevron Pasific Indonesia Riau
BN-18 Incontrac (Drilling) PT. Chevron Pasific Indonesia Riau
Misi
Untuk menjadi mitra bisnis pengeboran & baik layanan yang paling dapat
diandalkan dalam keselamatan, SDM, Kinerja, harga dan perlindungan
lingkungan, untuk perusahaan-perusahaan energi kelas dunia di Indonesia.
Adapun struktur organisasi yang ada pada PT. Bormindo Nusantara adalah:
9
Gambar 2.3 Struktur Organisasi PT. Bormindo Nusantara
10
2.6 Departement PT. Bormindo Nusantara
Departement adalah bagian-bagian atau lini yang memiliki tugas yang
berbeda-bedanamun saling berhubungan dan bekerja sama. PT. Bormindo
Nusantara memiliki 7 departement,yaitu:
11
3. Finance Departement
Departement ini bertugas dalam mengatur seluruh keuangan
(accounting) yang berada dalam perusahaan, seperti gaji
karyawan,biaya operasional perusahaan (baik pengeluaran
maupunpemasukan). Dll. Departement ini dipimpim oleh
seorangSuperintendent Finance yang mempunyai tugas daan
tanggungjawab untuk mengarahkan dan mengatur pelaksanaan
kegiatantransaksi keuangan dalam perhitungan, pembukuan,
pemeriksaan,pengujian untuk mendapatkan laporan akuntasi serta
catatanstatistik finansial, mengarahkan langsung accounting supervisor
danfield auditor.
4. Drilling Departement
Departement ini bertugas dalam mengatur operasi pengeboran di
PT. Bormindo Nusantara. Departement ini dipimpin oleh
superintendent yang mempunyai tugas dan wewenang untuk
menetapkan dan menjaga kelancaran operasi dari semua menara
pengeboran atau Rig Drilling secara efektif dan efisien, tidak ada
kecelakaan kerja, serta menetapkan dan merencanakan prosedur operasi
pengeboran.
5. WO-WS Departement
Departement ini bertugas dalam mengatur pekerjaan ulang sumur
sumur minyak yang terhambat produksinya dengan kata lain service
sumur minyak yang rusak atau tidak berfungsi dengan baik.
6. SCM Departement
SCM (Supply Change Management) bertugas menyediakan seluruh
barang atau peralatan untuk penunjang operasi kerja dilingkungan
perusahaan. Terdiri dari 3 bagian, yaitu procurement (pengandalan
barang), logistic, dan transportasi.
12
7. HC-GS Departement
Departement ini disebut juga dengan istilah HRD yang
bertangggung jawab terhadap sumber daya manusia yang bekerja
sebagai karyawan di PT. Bormindo Nusantara. Departement ini juga
memiliki wewenang untuk mengarahkan karyawan untuk tetap
semangat dalam bekerja.Selain itu juga melakukan waancara
penerimaan karyawan baru, pelatih karyawan, perencanaan, penugasan
dan pengarahan kerja, penilaian persentasi kerja, promosi dan tindakan
disiplin karyawan mengarahkan setiap keluhan, serta penyelesaian
masalah.
8. Aset Departement
Departement yang mengelola aset dari perusahaan PT.
BormindoNusantara.
9. Maintenance Departement
Departement ini bertugas dalam melakukan perawatan mesin secara
berkala
Adapun tugas dari departement maintenance ini adalah:
a. Mengkoordinir dan bertanggung jawab atas seluruh pelaksanaan
pekerjaan dilapangan yang berkaitan dengan maintenance
(perawatan mesin).
b. Mempunyai tanggung jawab terhadap semua perbaikan dan
kerusakan unit-unit mechanical yang ada di perusahaan.
c. Membuat laporan.
d. Melayani permintaan materil.
e. Mencatat kebutuhan Rig.
f. Dll.
2.7 Prinsip Kerja PT. Bormindo Nusantara
PT. Bormindo Nusantara sebagai perusahaan yang bergerak dalam
Bidang pengeboran minyak memiliki visi dan misi untuk menjadi perusahaan
13
Yang terdepan di segala bidang. Oleh sebab itu, tiap bidang pekerjaan memiliki
departement masing-masing, agar tiap bidang dapat bekerja efektif, efisien, dan
fokus dalam bidangnya.
PT. Bormindo Nusantara memiliki prinsip kerja yang bernama 6 prinsip
Kerja cerdas. Adapun ada 6 prinsip kerja cerdas di PT. Bormindo Nusantara yaitu:
1. Untuk mendapatkan hasil yang luar biasa, diperlukan cara-cara yang luar
biasa.
2. Satu-satunya yang bertanggung jawab menjaga semangat saya, adalah diri
saya sendiri.
3. Fokus saya dalam bekerja adalah menabung keterampilan sebanyak-
banyaknya.
4. Fokus pada tujuan dan kelola rintangan.
5. Bukan bisa atau tidak bisa, yang penting mau atau tidak mau.
6. Bila gagal, coba lagi dengan cara berbeda.
14
b. Memastikan semua peralatan keselamatan kerja terpasang dengan baik
dan berfungsi serta berani untuk menghentikan atau pekerjaan apabila
ditemukan kondisi atau aktifitas yang tidak selamat.
c. Mematuhi dan berperan aktif dalam menjalankan persyaratan
perundang-undangan, peraturan keselamatan kesehatan kerja.
d. Mencegah pencemaran lingkungan di Rig Site dan di Office.
e. Melakukan peningkatan berkesinambungan terhadap sistem
managemen K3L secara periodik agar penerapan dilapangan sesuai
dengan kebutuhan operasional.
f. Mendokumentasikan, memelihara dan meninjau kebijakan K3L ini dan
juga mengkomunikasikan keseluruh karyawan dan pihak terkait
lainnya.
2. FSWP (Fundamental Safe Work Practice)
FSWP bertujuan untuk mengidentifikasi, menilai, mengurangi,
mengendalikan atau menghilangkan resiko-resiko yang terkait dengan
pekerjaan. Proses ini menyediakan pengenalan dan evaluasi dari bahaya
kerja, spesifikasi dari tindakan pengendalian, manajemen dari tindakan
tersebut, pengendalian kerja, dan perilaku pendukung kerja aman. FSWP
ini mempunyai 7 elemen kerja yaitu:
a. SWA (Stop Working Authority)
Menciptakan tanggung jawab dan wewenang untuk menhentikan
pekerjaan apabila ada tindakan atau kondisi tidak aman yang dapat
menyebabkan kejadian yang tidak diinginkan. Secara umum proses
SWA melibatkan pendekatan notifikasi, koreksi dan lanjutan untuk
mendapatkan ketetapan.
b. Hazard Analysis
Mengikuti 3 fase analisa bahaya yang kita laksanakan saat bekerja.
Dimulai dari fase perencanaan, hingga fase permiting saat diskusi
mengenai onsite JSA dilaksanakan, hingga saat bekerja melakukan
Think Incident Free (TIF) dalam fase pelaksanaan.
15
c. SOP (Standart Operating Procedure)
SOP adalah prosedur kerja yang tertulis dan sistematis untuk kerja
secara selamat. Di dalam SOP terdapat batasan operasi peralatan,
pengeoperasian alat dan prosedur perhentian alat. Dasar SOP adalah
perhitungan design, spesifikasi dari pabrik serta undang-undang yang
berlaku. SOP bertujuan untuk keselamatan dan setiap pekerjaan
mempunyai prosedur yang benar.
d. Access Control
Proses untuk memastikan orang wewenang dan mendapatkan izin
untuk masuk ke dalam fasilitas operasi. Tujuannya adalah keselamatan
dan keamanan operasi serta keselamatan orang-orang yang berada di
dalamnya.
e. PPE (Personal Protective Equipment)
Setiap pekerjaan mengutamakan adanya kesehatan dan keselamatan
kerja (K3). K3 ini terkait dengan kesehatan, keselamatan, dan
kesejahteraan manusia yang bekerja di sebuah instansi maupun lokasi
proyek. Tujuan K3 sendiri adalah untuk memelihara kesehatan dan
keselamatan di lingkungan kerja. Setiap instansi berkewajiban untuk
memastikan bahwa pekerja dan orang lain yang terlibat tetap berada
dalam kondisi aman sepanjang waktu. Praktik K3 sendiri meliputi
pencegahan , pemberian sanksi, dan kompensansi, juga penyembuhan
luka dan perawatan untuk pekerja dan menyediakan perawatan
kesehatan dan cuti sakit. Pentingnya untuk menjaga keselamatan
selama bekerja adalah untuk menghindari dan meminimilasir
terjadinya bahaya yang mungkin akan menimpa pekerja. Peralatan
keselamatan kerja pun bermacam-macam tergantung pada profesi apa
yang dijalankan, misalnya: Peralatan keselamatan untuk pekerja pabrik
adalah helm, sarung tangan, kaca mata, dll, untuk dokter adalah sarung
tangan, masker, dll. Berikut adalah penggolongan bahaya-bahaya yang
dapat terjadi dilingkungan kerja:
16
Bahaya Fisik dan Mekanik
Bahaya fisik adalah sumber utama dari kecelakaan di banyak industri.
Bahaya tersebut mungkin memang tidak bisa dihindari begitu saja,
namuun dengan adanya prosedur keamanan yang terus berkembang,
maka risiko aka adanya bahaya dapat diatur. Contoh bahaya yang
dapat terjadi diantaranya: jatuh ditempat kontruksi bangunan, terjebak
di are pertambangan, mesin di pabrik yang dapat membahayakan
pekerja jika digunakan dengan tidak aman atau adanya kesalahan
mekanik, pekerja juga dapat mengalami gangguan pendengaran jika
tempat kerjanya bising, temperature ruangan pun juga harus
diperhatikan.
Bahaya Kimiawi dan Biologis
Bahaya kimia dan biologis rawan terjadi karena tempat yang
kebersihannya tidak jaga atau penyimpanan bahan kimia yang kurang
tepat. Bahaya kimiawi dapat dipicu oleh: Basa, Logam Berat, Pelarut
seperti Petroleum, Partikulat seperti Asbestos dan Silika, Asap, Bahan
Kimia Reaktif, Api dan bahan yang mudah terbakar. Bahaya biologis
dapat dipicu oleh: Bakteri, Virus, Fungi atau Jamur.
Masalah Psikologis dan Sosial
Pekerja yang berada didalam kondisi mental yang baik tentu akan
bekerja dengan baik pula. Setiap tempat kerja juga perlu menjaga
psikologis pekerja yang diakibatkan oleh tempat kerja. Jam kerja dan
beban kerja yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan stress pada
pekerja apalagi jika tidak disertai dengan honor semestinya. Dalam
setiap tempat kerja rasanya masih terdapat adanya kekerasan,
penindasan, dan pelecehan baik fisik maupun psikis, setiap pelaku
kerja perlu untuk menjaga hubungan baik dengan dan diantara para
pekerjanya. Keberadaan bahan candu yang tidak menyenangkan dalam
lingkungan kerja pun juga harus dijaga seperti rokok dan alkohol.
17
Berikut alat-alat PPE pada industri:
1. Safety Shoes
18
3. Masker
19
memekakkan telinga. Telinga kita tidak akan mampu menerima
suara dengan intensitas yang tinggi dengan frekuensi yang tidak
sesuai untuk ukuran telinga manusia. Misalnya saat kita bekerja di
lapangan udara, maka kita tidak akan mampu menahan suara bising
yang berasal dari pesawat.
5. Kacamata Pengaman (Safety Glasses)
20
Pelindung wajah dapat melindungi bagian wajah dari terkena
percikan api, pecahan benda tajam, maupun benda asing lainnya.
Misalnya digunakan saat kita menggergaji atau menggerinda benda
tertentu.
7. Helm Pelindung Kepala (Safety Helmet)
21
Seperti yang telah diawal, bahwa risiko jatuh adalah penyebab
kecelakaan tinggi. Para pelaku kerja harus memastikan bahwa
pekerjanya memakai serangkaian peralatan keselamatan kerja. Saat
berada di tempat yang tinggi, kita memerlukan alat pelindung berupa
safety harness ini untuk membuat kita tetap terikat dengan benda yang
menopang kita saat jatuh. Alat ini biasanya digunakan saat bekerja
pada ketinggian 1,8 meter.
f. MSDS (Material Safety Data Sheet)
MSDS adalah lembaran data mengenai bahayanya suatu zat kimia,
informasi dan cara penanggulangannya bisa mengenai lingkungan atau
seseorang. Tujuan MSDS adalah menjaga keselamatan dan menjamin
zat-zat tersebut ditangani dengan benar. Informasi pada MSDS berupa
komposisi, nama, pengaruhnya, prosedur darurat dan pertolongan
pertama.
3. Zona kerja
Adapun zona kerja di PT. Bormindo Nusantara adalah:
a. Zona Hijau
Daerah yang tidak memerlukan alat keselamatan kerja pada saat area
tersebut, seperti office, daerah beratap, jalan setapak.
b. Zona Kuning
Daerah yang dibolehkan untuk tidak menggunakan semua alat PPE,
namun hanya sebagian saja, seperti safety shoes dan helm. Seperti
lapangan kerja yang terbuka.
c. Zona Merah
Daerah yang mewajibkan karyawan untuk menggunakan semua alat
keselamatan kerja. Seperti daerah yang cukup rawan kecelakaan kerja
contohnya di Rig.
22
Gambar 2.12 Layout APD
23
BAB III
LANDASAN TEORI
24
3.2 Konstruksi motor induksi tiga fasa
Motor induksi adalah motor ac yang paling banyak dipergunakan,
karena konstruksinya yang kuat dan karakteristik kerjanya yang baik.
Secara umummotor induksi terdiri dari rotor dan stator. Rotor merupakan
bagian yang bergerak, sedangkan stator bagian yang diam. Diantara stator
dengan rotor ada celah udara yang jaraknya sangat kecil.
ROTOR STATOR
25
Gambar 3.2 Menggambarkan komponen stator motor induksi tiga phasa
a. Lempengan inti,
b. Tumpukan inti dengan kertas isolasi pada beberapa alurnya.
c. Tumpukan inti dan kumparan dalam cangkang stator.
26
Rotor jenis sangkar ditunjukkan pada Gambar 3.3 dibawah ini
(a) (b)
(a) Tipikal rotor sangkar, (b) Bagian – bagian rotor sangkar
Batang rotor dan cincin ujung motor sangkar tupai yang lebih kecil
adalahcoran tembaga atau aluminium dalam satu lempeng pada inti rotor.
Dalam motor yang lebih besar, batang rotor tidak dicor melainkan
dibenamkan kedalam alur rotor dan kemudian dilas dengan kuat kecincin
ujung. Batang rotor motor sangkar tupai tidak selalu ditempatkan paralel
terhadap poros motor tetapi kerap kali dimiringkan hal ini akan
menghasilkan torsi yang lebih seragam dan juga mengurangi derau
dengung magnetik sewaktu motor sedang berputar. Pada ujung cincin
penutup diletakkan sirip yang berfungsi sebagai pendingin.
Gambar 3.4 (a) konstruksi motor induksi rotor sangkar ukuran kecil.
(b) konstruksi motor induksi rotor sangkar ukuran besar.
27
2. Motor Induksi Tiga Fasa Rotor Belitan
Motor rotor belitan (motor cincin slip) berbeda dengan motor
sangkar tupaidalam hal konstruksi rotornya. Seperti namanya, rotor dililit
dengan lilitan terisolasi serupa dengan lilitan stator. Lilitan fasa rotor
dihubungkan secara Y dan masing-masing fasa ujung terbuka yang
dikeluarkan kecincin slip yang terpasang pada poros motor. Secara
skematik dapat dilihat pada gambar 2.5 dari gambar ini dapat dilihat
bahwa cincin slip dan sikat semata-mata merupakan penghubung tahanan
kendali variabel luar kedalam rangkaian rotor.
Pada gambar 2.5 motor ini, cincin slip yang terhubung kesebuah
tahananvariabel eksternal yang berfungsi membatasi arus pengasutan dan
yangbertanggung jawab terhadap pemanasan rotor. Selama pengasutan,
penambahan tahanan eksternal pada rangkaian rotor belitan menghasilkan
torsi pengasutan yang lebih besar dengan arus pengasutan yang lebih kecil
dibanding dengan rotor sangkar.
28
timbul medan putar dengan kecepatan tertentu. Besarnya kecepatan
tersebut dapat diukur menggunakan sebuah rumus Ns = 120 f/P. Dimana
Ns adalah kecepatan putar, f adalah frekuensi sumber, dan P adalah kutub
motor.
29
Untuk memperjelas prinsip kerja motor induksi tiga fasa, maka dapat
dijabarkan dalam langkah – langkah berikut:
BAB IV
30
PEMBAHASAN
31
skema seperti itu berlaku untuk semua motor induksi yang ditunjukkan di
dalam Gambar (4.1). Ketika motor beroperasi pada relay gangguan tanah
(Earth Fault) sistim netral tak ditanahkan maka peralatan pergeseran netral
harus dipakai. Selain itu proteksi diferensial kadang-kadang disediakan
pada motor-motor yang sangat besar dan penting dalam hal sistem netral
tidak ditanahkan.
32
Keanekaragaman yang luas dari tugas-tugas motor dan desain-desain
motor membuatnya sangat sulit untuk mencakup semua tipe dan rating
motor dengan suatu kurva karakteristik yang diberikan. Proteksi beban
lebih dirancang sedemikian sehingga itu memenuhi sedekat mungkin
kurva pemanasan mayoritas motor. Karakteristik proteksi sebaiknya
berada tepat di bawah kurva pemanasan motor yang diproteksi. Proteksi
itu sebaiknya lebih disukai mempunyai karakteristik yang dapat diatur
sehingga itu mungkin dipakai pada desain-desain motor yang berbeda dan
tugas-tugas yang berbeda. Proteksi itu mestinya tidak mengizinkan motor
untuk distart kembali setelah pengetripan selagi temperatur belitan masih
tinggi sebagaimana ini mungkin mempunyai konsekuensi-konsekuensi
berbahaya. Agar menjadi usaha perlindungan yang efektif, suatu proteksi
ideal perlu oleh karena itu bukan hanya memenuhi karakteristik
pemanasan dari motor tetapi juga karakteristik pendinginannya. Itu harus
pula dipastikan bahwa relay harus tidak beroperasi di bawah arus-arus
starting yang besar sampai 6 kali arus beban penuh yang dapat bertahan
selama beberapa detik, setengah menit atau bahkan lebih panjang di
dalam kasus-kasus pengecualian. Ketika menghentikan motor tanpa
sengaja, suatu arus yang sama dengan aliran-aliran arus starting dan
mengakibatkan kerusakan serius jika itu berlaku untuk waktu yang lebih
panjang dibandingkan waktu starting. Karenanya, semakin dekat
karakteristik relay beban lebih memenuhi kurva arus starting semakin
baik motor itu diproteksi dari kerusakan Sepertiitu.
33
masih memelihara jalannya motor, meski kondisi seperti itu juga
menyebabkan arus urutan negatif mengalir di dalam motor.
Untuk motor-motor terhubung bintang (star), proteksi beban lebih
dan memfasa tunggal yang lengkap dapat disediakan dengan pengepasan
(fitting) dua elemen beban lebih.
Karakteristik dari elemen-elemen beban lebih adalah sedemikian
sehingga motor itu diizinkan berjalan dengan suplai pada hanya dua fasa
hingga waktu sedemikian karena ada resiko kerusakan termal. Untuk
motor-motor terhubung delta, pengaturan seperti itu memberikan proteksi
yang memuaskan ketika motor itu sedang berjalan dengan lebih dari 70%
dari beban penuh. Untuk mendeteksi kondisi memfasa tunggal suatu
skema yang lebih baik menyediakan suatu rele keseimbangan fasa atau
relay-relay bimetal. Kadang-kadang dengan proteksi termal motor-motor
yang lebih penting dan besar dengan thermistor-thermistor disediakan.
Ketika pemanasan yang berlebihan terjadi karena beban lebih atau
memfasa tunggal, thermistor-thermistor yang menempel di dalam stator
menyebabkan pengetripan sebagai hasil perubahan di dalam tahanan.
34
Proteksi Fasa Terbalik (Reverse Phase Protection) Arah perputaran
motor berubah jika urutan fasa diubah. Dalam beberapa aplikasi motor
tipe proteksi ini boleh menjadi suatu fitur penting dari proteksi motor.
Suatu cakram induksi, relay tegangan fasa banyak digunakan untuk
memproteksi motor-motor dari starting dengan satu fasa membuka atau
dengan urutan fasa yang terbalik.Torsinya adalah sebanding dengan
produk sinus dari kedua tegangan line-to-line. Relay itu tidak akan
menutup kontak-kontaknya dan karenanya motor itu tidak akan start
kecuali jika semua ke-tiga fasa ada dan di dalam urutan yang benar.
MOTOR
ROTOR
35
Tegangan antara dua fasa dibandingkan dengan arus di dalam fasa
ketiga; suatu relay armatur yang tertarik yang diberi tenaga dari suatu
jembatan penyearah gelombang penuh secara diferensial dihubungkan dan
di dalam keadaan yang dioperasikan asalkan motor itu di dalam
sinkronisme (langkah). Suatu tahanan tak linier memproteksi penyearah-
penyearah dan memperluas lingkungan operasi relay.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan kerja praktek ini, maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa :
1. PT. Bormindo Nusantara saat ini memiliki 11 Rig
36
2. Motor induksi tiga fasa adalah suatu mesin listrik yang mengubah energi
listrik menjadi energi gerak dengan menggunakan gandengan medan
listrik dan mempunyai slip antara medan stator dengan medan rotor.
DAFTAR PUSTAKA
37
5. Very Kuswoyo, Didit. 2016. Sistem Proteksi Motor Induksi 3 Fasa. Skripsi. Tidak
diterbitkan. Fakultas Teknik Universitas Lampung : Bandar lampung.
38