Anda di halaman 1dari 36

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Kerja Praktek

Teknik industri merupakan wawasan ilmu pengetahuan yang luas dan

dapat mencakup ke segala bidang pekerjaan. Prodi Teknik Industri yang

berada di Sekolah Tinggi Teknik Wiworotomo Purwokerto (STTW),

bertujuan untuk mendidik mahasiswa agar mampu berkiprah serta dapat

bersaing di dunia kerja nantinya. Yaitu dengan menghasilkan intelektual-

intelektual yang aneuverel dalam bidang keteknikan yang mencakup dalam

bidang pengetahuan, keterampilan dan sikap yang perlu dimiliki oleh

mahasiswa. Untuk mendapatkan standar mutu yang baik, maka PRODI

melakukan kebijaksanaan laneuver kurikulum yang dinamis, sesuai dengan

perkembangan teknologi sekarang, yaitu dengan mengharuskan mahasiswa

untuk melakukan Kerja Praktek (KP).

Kerja Praktek (KP) merupakan salah satu mata kuliah wajib bagi

mahasiswa Teknik Industri Sekolah Tinggi Teknik Wiworotomo. Kerja

Praktek ini bertujuan agar mahasiswa dapat mengaplikasikan ilmu yang

diperoleh dari proses pembelajaran di fakultas dan mempraktikannya secara

langsung dalam industri maupun perusahaan yang terkait serta menambah

wawasan dan pengetahuan bagi mahasiswa yang bersangkutan sesuai

dengan bidang studinya, selain itu juga untuk menyelesaikan program S1.

Kerja Praktek ini dilaksanakan selama 1 bulan, kemudian dilanjutkan


2

dengan pembuatan laporan tentang pelaksanaan praktek yang telah

dilaksanakan selama di perusahaan.

Perkembangan industri dari zaman ke zaman semakin maju seiring

dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan akan hasil yang di dapat

dari industri yang berguna untuk kelangsungan hidup. Banyaknya industri

yang bermunculan dan saling bersaing untuk membuat suatu produk dengan

kualitas yang baik. Seperti halnya dalam sistem produksi pembuatan

barecore, sehingga industri berlomba-lomba untuk menghasilkan barecore

yang berkualitas baik dan memliliki nilai jual yang tinggi. Untuk

mendapatkan kualitas tersebut, perusahaan harus memperhatikan sistem

produksinya. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik membuat

laporan kerja praktek yang berjudul SISTEM PRODUKSI PEMBUATAN

BARECORE di CV. KARYA PURBAYA CILONGOK, BANYUMAS.

1.2. Maksud dan Tujuan Kerja Praktek

Adapun tujuan dari Kerja Praktek ini adalah untuk:

1. Membekali mahasiswa dengan pengalamannya dalam dunia kerja industri

sebagai persiapan untuk menyesuaikan diri dengan dunia usaha industri

dan masyarakat.

2. Membuka cakrawala berpikir mahasiswa dan lebih mendekatkan dirinya

dengan lapangan profesional nantinya.

3. Memantapkan disiplin dan tanggung jawab mahasiswa dalam

melaksanakan tugas yang diberikan.


3

4. Memantapkan ketrampilan mahasiswa yang diperoleh dari kerja praktek di

dunia industri.

5. Mendorong mahasiswa untuk berjiwa wiraswasta dan bekerja.

6. Memperluas cakrawala mahasiswa terhadap jenis-jenis kerja di bidang

yang bersangkutan (tempat praktek) dengan segala persyaratan.

7. Memperoleh masukan (timbal balik) dan dunia kerja industri untuk

memantapkan dan mengembangkan program pendidikan.

8. Mahasiswa dapat menjelaskan tugas di industri sesuai dengan kualitas

(mutu) yang memenuhi persyaratan dari industri tersebut.

1.3. Tujuan Penulisan Laporan Kerja Praktek


latar belakang diatas penulis bertujuan untuk mengetahui :
1. Dengan Sistem produksi pembuatan barecore
2. Mesin-mesin yang digunakan dalam sistem produksi pembuatan barecore
3. Mesin dan kegunaannya dalam sistem produksi pembuatan barecore
1.4. Alasan Pemilihan Tempat Kerja Praktek
Menambah bahan pustaka pada STT Wiworotomo Purwokerto dan lebih

mempromosikan Teknik Industri STT Wiworotomo ke dunia luar, khususnya

ke dunia industri sehingga dapat terjalin hubungan yang positif antara

perusahaan dengan dunia pendidikan. Dengan dilakukan kerja praktek,

mahasiswa dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dari proses

pembelajaran di fakultas dan mempraktikannya secara langsung dalam

industri, serta dapat menambah pengalaman mahasiswa tentang dunia kerja

dan permasalahan yang dihadapi oleh suatu sistem produksi.


4

1.5. Ruang Lingkup Pembahasan


1 Mempelajari Sistem produksi pembuatan barecore.
2 Pengamatan dan pengambilan data dilakukan dari sistem produksi

pembuatan barecore di CV. Karya Purbaya Cilongok, Banyumas.


1.6. Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Metode yang dipakai dalam kerja praktek ini adalah sebagai berikut :
1 Membuat dan menyusun kerangka pelaksanaan kerja praktek
2 Studi literatur.
3 Analisa data.
4 Kunjungan lapangan dan pengumpulan data.
5 Menyusun kerangka laporan.
6 Penyusunan laporan.
Metode yang digunakan dalam teknik pengumpulan data adalah :

1 Metode observasi

Yaitu metode pengumpulan data dengan cara, kita mengamati secara

langsung dilokasi pelaksanaan praktek. Metode ini menghasilkan materi

yang dikumpulkan berupa data yang berhubungan dengan proses

produksi.
2 Metode literature
Metode literature merupakan metode dengan mengumpulkan data

pustaka, jurnal, makalah maupun laporan penelitian terdahulu serta data

pendukung yang diperoleh dari bagian produksi. Pengumpulan data dan

informasi dilakukan dengan cara membaca dan mempelajari literature

yang berkaitan dengan obyek studi. Kemudian data tersebut digunakan

sebagai acuan atau pedoman dalam penyusunan laporan.


3 Metode wawancara (interview)

Metode wawancara merupakan sebuah metode pengumpulan data

dengan cara mengajukan tanya jawab yang berkaitan dengan obyek studi

secara langsung kepada operator ataupun staf ahli yang bersangkutan.


5

Pertanyaan umumnya berkaitan dengan bidang-bidang teknis serta

bagaimana upaya pengendalian kualitas yang nantinya digunakan sebagai

sumber informasi dalam penyusunan laporan.

1.7. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan laporan kerja praktek ini dibagi dalam lima bab

penyajian, masing-masing bab meliputi :


BAB I PENDAHULUAN
Membahas latar belakang kerja praktek (KP), maksud dan tujuan KP,

tujuan penulisan laporan KP, alasan pemilihan tempat kerja praktek, ruang

lingkup pembahasan, metode dan teknik pengumpulan data, sistematika

penulisan.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Membahas tentang profil perusahaan, gambaran umum

perusahaan,sejarah perusahaan, visi dan misi perusahaan serta struktur

organisasi perusahaan.

BAB III LANDASAN TEORI

Membahas tentang sistem produksi, produksi barecore yang meliputi,

gudang bahan baku, bahan baku pembuatan barecore, mesin dan peralatan
6

pembuatan barecore, pembuatan barecor dan gudang hasil produksi

barecore.

BAB IV PEMBAHASAN

Membahas mengenai proses pengumpulan data dan pengolahan data

yang diperoleh dari kerja praktek.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dari laporan kerja praktek yang telah

dibuat dan saran-saran yang dapat diberikan setelah melakukan kerja

praktek.
7

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Profil Perusahaan


2.1.1. Letak Geografis Desa Karanglo Cilongok, Kabupaten Banyumas

Desa Karanglo di kenal mempunyai nilai potensi yang lebih di banding

desa lainnya di wilayah Kecamatan Cilongok, sehingga mengandung

konsekwensi logis bahwa apabila potensi-potensi yang ada di kelola secara

efisien dan efektif akan menjadi modal dasar untuk menghantarkan menjadi

desa maju. Desa Karanglo terletak di sebalah barat Ibu Kota Kabupaten

Banyumas dengan jarak kurang lebih 17 km dan terdiri atas daerah dataran

rendah dan dataran tinggi terbentang dari arah barat ke timur denngan

panjang bentangan sejauh 1.25 km, sedangnkan bagian tengah melebar ke

arah utara dan selatan dengan panjang bentangan 2.75 km yang meliputi

luas 171.10 Ha. Batas Wilayah dengan desa sekitar adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Desa Kalisari, Desa Karang tengah Kecamatan Cilongok

Sebelah Timur : Desa Cikidang, Desa Penasidi, dan Desa Panembangan

Sebelah Selatan : Desa Banjarsari Kecamatan Ajibarang, Kab. Banyumas

Sebelah Barat : Desa Lesman Kecamatan Ajibarang, Kab. Banyumas

Adapun luas Desa Karanglo adalah 171,1 hektar (Ha) atau 3.4375 Km 2

dengan rincian penggunaan lahan sebagai berikut:


8

1. Jalan : 10.146 m2

2. Sawah : 1.030.000 m2

3. Ladang/Perkebunan : 65.000 m2

4. Kolam Ikan/ empang : 12.000 m2

5. Pemukiman/Perumahan : 572.934 m2

6. Bangunan Umum : 12.260 m2

7. Kuburan : 17.760 m2

8. Hutan/Tanah Negara :- m2

9. Lainnya :- m2

Desa ini khususnya di grumbul losari merupakan simpul kegitan dengan

daerah sekitarnya, karena adanya areal pusat pelayanan yang cukup

memadai untuk mendukung fungsi tersebut, sehingga sangat tepat bila di

tetapkan sebagai kawasan terpilih pusat pengembangan Desa di Kecamatan

Cilongok.

2.1.2. Gambaran Umum Perusahaan


Adanya perkembangan di bidang usaha properti, maka salah satu

dampak dari perkembangan tersebut terjadi pada industri kayu, yang mana

salah satu produknya yaitu barecore, sehingga dengan perkembangan

tersebut menyebabkan peningkatan permintaan akan produk yang baik


9

dalam kuantitas maupun kualitas. Untuk memenuhi permintaan maka

dibutuhkan usaha barecore. CV. Karya Purbaya merupakan bidang usaha

yang bergerak dalam bidang produksi. Produksi yang dihasilkan berupa

barecore, barecore dapat digunakan sebagai hiasan pada dinding, sebagai

alas lantai rumah sebelum diberi keramik atau dapat diolah kembali menjadi

produk kayu lainnya seperti meja, kursi, tempat tidur, dll. Dalam proses

pengerjaan CV. Karya Purbaya sangat mengutamakan kepuasan dari

konsumen sehingga memprioritaskan kualitas produk, mutu, dan ketepatan

waktu pengerjaan.
2.1.3. Sejarah Berdirinya Perusahaan
CV. Karya Purbaya merupakan perusahaan yang bergerak di bidang

olah kayu yang terletak di jalan Desa Banjarsari km 12,5 Desa Karanglo RT

03/ RW 01 Cilongok, Banyumas. Perusahaan ini awalnya didirikan oleh

Bapak Haryono dengan memproduksi balok pinus dan alba, namun Beliau

mengalami kegagalan sehingga perusahaan di jual ke Bapak Edison. Bapak

Edison melanjutkan usahanya dengan memproduksi finier, namun Beliau

juga mengalami hal yang sama sehingga perusahaan di jual ke Bapak Tofan

pada tahun 2011 dengan produksi yang sama. Dengan adanya perkembangan

dari perusahaan dan ketersediaan bahan baku CV. Karya Purbaya beralih di

bidang barecore pada tanggal 10 Agustus 2014. Alasan CV. Karya Purbaya

beralih ke bidang barecore karena bahan baku tersedia banyak disekitar

lingkungan, dan harga produk barecore yang relatif stabil.


Barecore merupakan produk olahan kayu yang dihasilkan dari sebuah

papan kayu yang terdiri dari potongan kayu-kayu kecil, potongan kayu

kecil ini disebut dengan core yang kemudian direkatkan. Bahan baku
10

yang digunakan oleh CV. Karya Purbaya berasal dari daerah Cilongok

yang banyak disekitar pabrik. Produksi barecore yang dihasilkan CV. Karya

Purbaya sebanyak 800 lembar barecore per hari dengan bahan baku kayu

yang dibutuhkan sebanyak 90/m3. Untuk pemasaran produk, perusahaan

masih memasaran secara lokal seperti di Temanggung dan Semarang. Luas

lahan sekitar 7012 m2 yang digunakan untuk menjalankan semua proses

produksi perusahaan dan bangunan.


2.2. Visi Dan Misi Perusahaan
2.2.1. Visi Perusahaan

Memberdayakan masyarakat di sekitar pabrik dan menjadi perusahaan

yang berkembang dan maju dengan menghasilkan produk-produk yang

berkualitas dan bermutu tinggi

2.2.2. Misi Perusahaan

1 Menyelenggarakan industri olahan kayu yang berkualitas untuk

mengembangkan produk dengan memanfaatkan sumberdaya dan kearifan

lokal.

2 Memberdayakan masyarakat dengan memperkerjakan masyarakat sekitar

pabrik sehingga dapat mengurangi pengangguran.


11

3 Meningkatkan mutu, kualitas, serta tepat waktu dalam produksi untuk

mencapai target pangsa pasar.


12

2.3. Struktur Organisasi Perusahaan


Berikut ini adalah gambaran struktur organisasi pada CV. Karya Purbaya

Cilongok, Banyumas :
13

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Sistem Produksi

Bahan baku merupakan bahan yang memebentuk bagian menyeluruh

(Mulyadi 2005). Bahan baku merupakan bahan yang membentuk bagian

besar produk jadi, bahan baku yang diolah dalam perusahaan manufaktur

dapat diperoleh dari pembelian lokal, impor atau hasil pengolahan sendiri

(Masiyal Kholmi, 2003). Bahan baku adalah bahan utama dari suatu produk

atau barang (Prawirasentono, 2008).

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bahan baku merupakan

bahan yang utama didalam melakukan proses produksi sampai menjadi

barang jadi. Bahan baku meliputi semua barang dan bahan yang dimiliki

perusahaan dan digunakan untuk proses produksi (Singgih Wibowo, 2007).

Menurut Fat pengertian sistem adalah sebagai berikut :Sistem adalah

suatu himpunan suatu benda nyata atau abstrak (a set of thing) yang terdiri

dari bagianbagian atau komponen-komponen yang saling

berkaitan,berhubungan, berketergantungan, saling mendukung, yang secara

keseluruhan bersatu dalam satu kesatuan (Unity) untuk mencapai tujuan

tertentu secara efisien dan efektif.

Indrajit (2001) mengemukakan bahwa sistem mengandung arti kumpulan-

kumpulan dari komponen-komponen yang dimiliki unsur keterkaitan antara


14

satu dengan lainnya. Menurut Jogianto (2005) bahwa sistem adalah

kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan

tertentu. sistem ini menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan

yang nyata adalah suatu objek nyata, seperti tempat, benda, dan orang-orang

yang betul-betul ada dan terjadi.

Pengertian Sistem Menurut Murdick, R.G, (1991 : 27) Suatu sistem

adalah seperangkat elemen yang membentuk kumpulan atau procedure-

prosedure/bagan-bagan pengolahan yang mencari suatu tujuan bagian atau

tujuan bersama dengan mengoperasikan data dan/atau barang pada waktu

rujukan tertentu untuk menghasilkan informasi dan/atau energi dan/atau

barang.

Pengertian Sistem Menurut Jerry FutzGerald, (1981 : 5) Sistem adalah

suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan,

berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk

menyelesaikan suatu sasaran yang tertentu.

Pengertian Sistem Menurut Davis, G.B, (1991 : 45 ) Sistem secara fisik

adalah kumpulan dari elemen-elemen yang beroperasi bersama-sama untuk

menyelesaikan suatu sasaran

Pengertian Sistem Menurut Dr. Ir. Harijono Djojodihardjo (1984: 78)

Suatu sistem adalah sekumpulan objek yang mencakup hubungan fungsional

antara tiap-tiap objek dan hubungan antara ciri tiap objek, dan yang secara

keseluruhan merupakan suatu kesatuan secara fungsional.


15

Pengertian Sistem Menurut Lani Sidharta (1995: 9), Sistem adalah

himpunan dari bagian-bagian yang saling berhubungan yang secara bersama

mencapai tujuan-tujuan yang sama

Dengan demikian sistem merupakan kumpulan dari beberapa bagaian

yang memiliki keterkaitan dan saling bekerja sama serta membentuk suatu

kesatuan untuk mencapai suatu tujuan dari sistem tersebut. maksud dari suatu

sistem adalah untuk mencapai suatu tujuan dan sasaran dalam ruang lingkup

yang sempit.

Jogianto (2005: 3) mengemukakan sistem mempunyai karekteristik atau sifat-

sifat tertentu, yakni:

1. Komponen

Suatu sistem terdiri dari sejumlah komponen yang saling berinteraksi,

yang artinya saling bekerja sama membentuk satu kesatuan. komponen-

komponen sistem atau elemen-elemen sistem dapat berupa suatu subsistem

atau bagian-bagian dari sistem. setiap subsistem mempunyai sifat-sifat dari

sistem untuk menjalankan suatu fungsi tertentu mempengaruhi proses

sistem secara keseluruhan.

2. Batasan sistem.

Batasan sistem (boundary) merupakan daerah yang membatasi antara

suatu sistem dengan sistem yang lainnya atau dengan lingkungan luarnya.

Batasan suatu sistem menunjukan ruang lingkup dari sistem tersebut.

3. Lingkungan Luar Sistem.


16

Lingkungan luar (evinronment) dari suatu sistem adalah apapun diluar

batas sistem yang mempengaruhi operasi. Lingkungan luar sistem dapat

bersifat menguntungkan dana dapat juga bersifat menguntungkan sistem

tersebut. Lingkungan luar yang menguntungkan berupa energi dari sistem

dan dengan demikian harus tetap dijaga dan dipelihara. sedang lingkunagn

luar yang merugikan harus ditahan dan dikendalikan, kalau tidak maka

akan menggangu kalangsungan hidup dari sistem.

4. Penghubung Sistem

Penghubung (interfance) merupakan media penghubung antara satu

subsistem dengan subsistem yang lainya. melalui penghubung ini

memungkinkan sumber-sumber daya mengalir dari satu subsistem ke

subsistem yang lainya. Dengan penghubung satu subsistem dapat

berintegrasi dengan subsistem yang lainya membentuk satu kesatuan.

5. Masukan Sistem

Masukan (input) sistem adalah energi yang masukan kedalam sistem.

masukan dapat berupa masukan perawatan (maintenance input), dan

masukan sinyal (signal input). Maintenance input adalah energi yang

dimasukan supaya tersebut dapat beroperasi.signal input adalah energi

yang diproses untuk didapatkan keluaran. sebagai contoh didalam

komputernya dan data adalah signal input untuk diolah menjadi informasi.

6. Keluaran Sistem

Keluaran (output) sistem adalah hasil dari energi yang diolah dan

diklafikasikan menjadi keluaran yang berguna dan sisa pembuangan.


17

misalnya untuk sistem komputer, panas yang dihasilkan adalah keluaran

yang tidak berguna dan merupakan hasil sisa pembuangan, sedang

informasi adalah keluaran yang dibutuhkan.

7. Pengolahan Sistem

Suatu sistem dapat mempunyai suatu bagian pengolah yang akan merubah

masukan menjadi keluaran. suatu sistem produksi akan mengolah masukan

berupa bahan baku dan bahan-bahan yang lain menjadi keluaran berupa

barang jadi.

8. Sasaran Sistem

Sebuah sistem sudah tentu mempunyai sasaran ataupun tujuan. Dengan

adanya sasaran sistem, maka kita dapat menentukan masukan yang

dibutuhkan sistem dan keluaran apa yang akan dihasilkan sistem tersebut

dapat dikatakan berhasil apabila mencapai/ mengenai sasaran atau pun

tujuan.

Proses adalah suatu cara, metode maupun teknik untuk penyelenggaraan

atau pelaksanaan dari suatu hal tertentu (Agus Ahyari, 2002). Sedangkan

produksi adalah kegiatan untuk mengetahui penambahan manfaat atau

penciptaan faedah, bentuk, waktu dan tempat atas faktor-faktor produksi yang

bermanfaat bagi pemenuhan konsumen (Sukanto Reksohadiprodjo, 2000).

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa proses produksi adalah

suatu cara, metode maupun teknik bagaimana penambahan manfaat atau

penciptaan faedah, bentuk, waktu dan tempat atas faktor-faktor produksi

sehingga dapat bermanfaat bagi pemenuhan kebutuhan konsumen.


18

Suatu proses produksi yang bertujuan memberi nilai suatu barang dapat

dilihat pada proses produksi yang mengolah bahan baku menjadi barang

setengah jadi atau barang jadi. Sedangkan proses produksi yang bertujuan

untuk menambah nilai atau kegunaan suatu barang atau jasa dapat dilihat

pada proses produksi yang merubah barang setengah jadi menjadi barang

jadi. Untuk menghasilkan suatu produk dapat dilakukan melalui beberapa

cara, metode dan teknik yang berbeda-beda. Walaupun proses produksi

sangat banyak, tetapi secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua jenis

yaitu:
1. Proses produksi terus menerus (Contiunuous process)
Adalah suatu proses produksi dimana terdapat pola urutan yang pasti dan

tidak berubah-ubah dalam pelaksanaan produksi yang dilakukan dari

perusahaan yang bersangkutan sejak dari bahan baku sampai menjadi bahan

jadi (Pangestu Subagyo, 2000).


2. Proses produksi terputus-putus (Intermitten process)
Adalah proses produksi dimana terdapat beberapa pola atau urutan

pelaksanaan produksi dalam perusahaan yang bersangkutan sejak bahan baku

sampai menjadi produk akhir (Pangestu Subagyo, 2000). Untuk dapat

menentukan jenis proses produksi dari suatu perusahaan, maka perlu

mengetahui sifat-sifat atau ciri-ciri proses produk. Baik itu proses produksi

terus-menerus atau proses produksi terputus-putus.


Dalam perusahaan semua kegiatan perlu adanya pengendalian. Sebelum

membahas mengenai pengendalian proses produksi, terlebih dahulu akan

dibahas arti dari pengendalian. Pengendalian adalah penemuan dan penerapan

cara dan peralatan untuk menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai

dengan apa yang ditetapkan (T. Hani Handoko, 2001). Sedangkan yang
19

dimaksud dengan proses produksi adalah kegiatan dalam suatu perusahaan

yang di arahkan untuk menjamin kontinuitas dan aktifitas untuk

menyelesaikan produk sesuai dengan bentuk dan waktu yang diinginkan

dalam batas-batas yang direncanakan. Dengan adanya pengendalian dalam

pelaksanaan produksi dari perusahaan dapat membuahkan hasil yang baik.


Untuk memperlancar kegiatan produksi dibutuhkan pengendalian proses

produksi, yaitu :
1. Pengendalian proses produksi
Agar proses produksi dapat berjalan dengan baik dan lancar diperlukan

pengendalian yang baik. Pengendalian proses produksi meliputi kapan

produksi dimulai dan kapan produksi diakhiri sehingga harus direncanakan.


2. Pengendalian bahan baku
Bahan baku merupakan masalah yang cukup dominan dibidang produksi.

Perusahaan menghendaki jumlah persediaan yang cukup agar jalannya

produksi tidak terganngu, maka dengan adanya pengendalian bahan baku

diharapkan kegiatan produksi dapat berjalan lancar serta dapat menentukan

standart bahan baku yang baik, mengenai apa yang harus dipesan, berapa

banyaknya pesanannya dan kapan pemesanan dilakukan.


3. Pengendalian tenaga kerja
Pengendalian tenaga kerja merupakan salah satu unsur yang penting di

dalam pengendalian produksi. Berhasil tidaknya suatu proses produksi akan

tergantung kepada kemampuan kerja dan kesungguhan kerja dari para

karyawan perusahaan.
4. Pengendalian biaya produksi dan perbaikan
Para pengawas bagian produksi setiap saat harus melakukan pengawasan

serta membuat keputusan-keputusan yang berhubungan dengan

keseimbangan antara pekerja, bahan baku dan biaya serta tindakan perbaikan.
5. Pengendalian kualitas
20

Pengendalian kualitas adalah aktivitas untuk menjaga dan mengarahkan

agar kualitas produk perusahaan dapat dipertahankan sebagaimana yang telah

direncanakan (Agus Ahyari, 2002). Pengendalian kualitas merupakan alat

bagi manajemen untuk memperbaiki produk bila diperlukan,

mempertahankan kualitas yang sudah tinggi dan mengurangi jumlah barang

yang rusak (Sukanto Reksohadiprodjo, 2000).


Fungsi pengendalian proses produksi adalah perencanaan, penentuan

urutan kerja, penentuan waktu kerja, pemberian perintah kerja, dan tindak

lanjut dalam pelaksanaan (Agus Ahyari 2002). Macam-macam dari fungsi

pengendalian proses produksi


1. Perencanaan produksi
Untuk merencanakan tentang apa dan berapa produk yang akan

diproduksi oleh perusahaan yang bersangkutan dalam suatu periode yang

akan datang. Hal yang perlu dipertimbangkan dalam penyusunan produksi

adalah adanya optimalisasi produk sehingga akan dapat dicapai tingkat biaya

yang paling rendah untuk pelaksanaan suatu proses produksi itu sendiri.
2. Penentuan urutan kerja
Suatu fungsi yang menetukan urutan suatu proses produksi yang akan

dilaksanakan oleh perusahaan. Sehingga perusahaan dapat menetukan urutan

kegiatan kerja yang logis, sistematis, dan ekonomis melalui urutan mana

bahan baku yang dipersiapkan untuk diproses menjadi produk akhir atau

barang jadi.
3. Penentuan waktu kerja
Suatu fungsi yang mentukan waktu kerja kapan pekerjaan proses produksi

akan dilaksanakan. Penentuan waktu kerja yang tepat dan jelas akan dapat

membantu tercapainya tingkat produktivitas kerja yang tinggi dalam

perusahaan.
21

4. Pemberian perintah kerja


Yang memiliki fungsi untuk menyampaikan perintah kepada bagian

pengelolaan yang akan dilakukan sesuai dengan urutan pekerjaan yang telah

ditentukan. Pemberian perintah kerja merupakan awal dari pelaksanaan suatu

pekerjaan untuk menyelesaikan produk yang ada dalam perusahaan.

5. Tindak lanjut dalam pelaksanaan proses produksi


Fungsi yang menindak lanjuti dalam kegiatan proses produksi. Sebab

walaupun urutan kerja dan waktu kerja sudah disusun dengan baik, kemudian

diberikan perintah untuk memulai suatu pekerjaan, bukan berarti semua

proses produksi dapat berjalan dengan yang diharapkan. Bisa saja terjadi

penyimpangan-penyimpangan proses produksi sehingga masih perlu adanya

tindak lanjut dalam proses produksi. Diharapkan dengan adanya tindak lanjut

ini penyimpangan-penyimpangan proses produksi, keterlambatan dan

berbagai macam hal yang mengganggu kelancaran dalam proses produksi

sehingga sebisa mungkin akan dapat diatasi ataupun dihindari. Dengan

memperhatikan semua yang ada dalam proses produksi, produk yang akan

dihasilkan dapat sesuai dengan rencana perusahaan.


22

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah :

1. Metode wawancara (interview)


Metode ini merupakan sebuah metode pengumpulan data dengan cara

mengajukan tanya jawab yang berkaitan dengan obyek studi secara langsung

kepada Kepala divisi-divisi yang ada ataupun pegawai yang bersangkutan.

Pertanyaan umumnya berkaitan dengan bidang-bidang teknis serta bagaimana

proses produksi pembuatan barecore yang nantinya digunakan sebagai

sumber informasi dalam penyusunan laporan.


4.2. Produksi Barecore
4.2.1. Bahan Baku Pembuatan Barecore
Barecore merupakan produk dari CV. Karya Purbaya Cilongok. Barecore

adalah produk olahan kayu berupa lembaran yang terdiri dari susunan kayu-

kayu kecil (corepiece). Dalam pembuatan barecore diperlukan bahan baku.

Bahan baku adalah semua bahan yang membentuk bagian integral dari

suatu produk dimana bahan tersebut dengan mudah ditelusuri sampai ke

bahan jadi atau sering juga disebut dengan bahan yang turut serta dalam

penentuan produk yang memiliki pengaruh yang paling besar dan dapat

dilihat dengan jelas. Menurut Singgih Wibowo (2007) , bahan baku

merupakan bahan yang utama didalam melakukan proses produksi sampai

menjadi barang jadi. Bahan baku meliputi semua barang dan bahan yang
23

dimiliki perusahaan dan digunakan untuk proses produksi. Bahan baku yang

digunakan oleh CV. Karya Purbaya adalah jenis albasia berupa potongan

kayu balken (Saw timber). Bahan baku ini mempunyai ketebalan 14 cm,

panjang 1,30 m, dan tinggi 6 cm.


Selain bahan baku, bahan-bahan lainnya juga dibutuhkan seperti bahan

penolong dan bahan tambahan. Bahan penolong adalah bahan yang

digunakan dalam proses produksi dan digunakan dalam proses pembuatan

produk. Bahan penolong ini dibutuhkan jauh lebih kecil dibandingkan bahan

baku. Komponen bahan penolong tidak dapat dengan jelas dibedakan pada

produk akhi (Taufik, 2007). Bahan penolong yang digunakan CV. Karya

Purbaya adalah :
1. Amplas
Amplas digunakan untuk menghaluskan kayu dan produk jadi.
2. Lem kayu
Lem kayu digunakan untuk merekatkan dan menyambung potongan-

potongan kayu sehingga dapat membentuk produk yang diinginkan.


3. Kuas
Kuas yang digunakan dalam bentuk roll. Kuas digunakan untuk

mengoleskan lem ke kayu.


Bahan tambahan adalah bahan yang ditambahkan pada produk saat proses

produksi berlangsung dimana keberadaannya tidak mengurangi nilai produk

melainkan dapat menambah nilai produk, bahan tambahan dapat dilihat pada

hasil akhir produk (Taufik, 2007). Bahan tambahan yang digunakan CV.

Karya Purbaya antara lain :


1. Plastik
Digunakan untuk membungkus produk agar kondisi produk tersusun rapi.
2. Tali
Digunakan untuk mengikat produk satu dengan yang lain sehingga

tersusun rapi.
3. Dempul
24

Digunakan untuk menutupi permukaan yang tidak rapi pada produk.


4.2.2. Mesin dan Pelatan Produksi Barecore
CV. Karya Purbaya dalam menjalankan aktifitas produksinya

menggunakan mesin-mesin buatan luar negeri dan mesin-mesin yang dirakit

di Indonesia. Perusahaan ini dalam menjalankan produksinya menggunakan

teknologi semi otomatis. Adapun mesin-mesin yang digunakan dalam

pembuatan barecore adalah sebagai berikut :


1. Jumping
2. Double Planer
3. Multirip
4. Finjer
5. Conveyor
6. Gergaji meja
7. Mesin press
25

Keterangan Data kapasitas :


1. Bahan Baku
1 m3 bahan baku (stock kering) menghasilkan 12 lembar barecore dengan

rendeman 50%.
2. Jumping Cross Cut
Kapasitas satu mesin Jumping Cross Cut sebesar 7,4 m3/jam, dengan

penyusutan bahan sebesar 5%


3. Double planner
Mesin ini memiliki kapasitas yang hampir sama dengan mesin

sebelumnya yaitu Jumping Cross Cut yaitu kapasitas satu mesin sebesar

7,4 m3/jam
4. Multirip saw
Kapasitas mesn ini mencapai 14,48 m3/jam dengan penyusutan bahan

sebesar 5%.
5. Conveyor dan cross cut tekan
Kapasitas penyusutan kayu per jam dapat mencapai 138 lembar, proses

ini berlangsung setelah adanya penyortiran menggunakan mesin cross cut

tekan dengan penyusutan 10%


6. Crosss cut tarik
Kapasitas mesin press per jam sebsar 138 lembar untuk 2 mesin press

untuk penyusutan bahan mencapai 1,5%

7. Press dan Revisi


Kapasitas mesin press per jam sebesar 60 lembar, dengan sisa 9 susunan

kayu untuk shift selanjutnya dengan penyusutan bahan sekitar 1%. Proses

revisi dilakukan setelah proses press, yaitu pengeleman dan pengepressan

susunan kayu termasuk sortir dan revisi barecore yang memiliki kapasitas

per jam sebesar 60 lembar dengan penyusutan 7,4 %


8. Sizing dan Packing
Proses sizing ini melalui tahap sortir terlebih dahulu dan pemotongan

kembali ukuran barecore dengan kapasitas per jam mencapai 342 lembar
26

dengan penyusutan 13%. Sebelum masuk pada proses akhir yaitu packing

dilakukan revisi (perbaikan barecore) dengan penyusutan sebesar 5%.


4.3. Pembuatan Barecore
Proses produksi pada pengolahan barecore memiliki beberapa tahapan

antara lain:
1. Pengambilan bahan baku dari gudang
2. Pemotongan balok kayu
3. Penyerutan dua sisi kayu balok
4. Pembelahan kayu balok
5. Penyusunan balok kayu
6. Pembuatan baljoin
7. Penyusunan kayu pada konveor
8. Pemotongan susunan kayu
9. Pengeleman
10. pengepressan susunan kayu
11. Tahap akhir
Pada awal proses stock kering (bahan kering) diambil dari gudang

kemudian dimasukan dalam mesin jumping cross cut untuk dipotong sesuai

dengan ukuran yang telah ditetapkan.

Gambar 1. Mesin Jumping

Pada tahap kedua, balok-balok kayu yang telah dipotong dimasukan

kedalam mesin double planner untuk diserut kedua bagian sisinya agar

permukaan kayu balok tersebut menjadi halus.


27

Gambar 2. Mesin Double Planner

Pada tahap ketiga, kayu balok digergaji pada mesin multirip saw menjadi

bagian-bagian balok kecil untuk memudahkan dalam penyusunannya pada

tahap selanjutnya.

Gambar 3. Mesin Multirip

Pada tahap keempat, balok-balok yang telah dibelah disusun dimasukan

pasa mesin finjer guna membentuk jari-jri pada kedua ujung sebagai

pengunci.
28

Gambar 2. Mesin Finjer

Pada tahap kelima, kayu-kayu kecil (corepiece) yang telah dibelah

disusun ditempatkan dimesin conveyor untuk disusun dalam cetakan

sehingga membentuk sebuah susunan kayu.

Gambar 2. Mesin Conveyor

Pada tahap keenam, susunan kayu tersebut dimasukan kedalam mesin

cross cut tarik untuk dipotong berdasarkan ukuran yang telah ditetapkan.
29

Gambar 2. Mesin gergaji meja

Pada tahap ketujuh susunan-susunan kayu yang telah dipotong sesuai

dengan standarnya kemudian dilem pada bagia atasnya.

Gambar 8. Proses pengeleman

Pada tahap kedelapan sesudah balok-kayu kecil (corepiece) yang ada

didalam nampan atau loyang ini di letakan pada mesin pres untuk ditata

menjadi lembaran.
30

Gambar 8. Proses penataan kayu (corpiece)

Pada proses kesembilan susunan kayu yang sudah sesuai dengan standar

dan sudah dilem dipress dan dilem agar menjadi suatu lembaran barecore.

Gambar 9. Mesin press

Pada tahap akhir, lembaran barecore tersebut kembali dipotong untuk

sizing, setelah adanya revisi damn sortir atas lembaran barecore tersebut

hingga pada akhir yaitu packing (pembungkusan barecore).


31

Gambar 10. hasil jadi barecore

4.4. Sistem Produksi CV. Karya Purbaya


4.4.1. Proses produksi terputus-putus (Intermitten process)
CV Karya Purbaya menggunakan proses produksi terputus-putus

(Intermitten process) dimana proses kerja per hari hanya 16 jam bukan 24

jam juga proses ini terdapat beberapa pola aturan pelaksanaan produksi

dalam perusahaan yang bersangkutan sejak bahan baku sampai menjadi

produk. Pola pelaksanaan produksi yang digunakan hari atau bulan sangat

mungkin berbeda dengan pola pelaksanaan proses produksi pada bulan yang

lalu atau bulan yang akan datang. Proses produksi terputus-putus memiliki

keuntungan dan kerugian.

Keuntungan/kebaikan sistem produksi terputus-putus

1. Mempunyai fleksibilitas yang tinggi dalam menghadapi perubahan

produk dengan variasi yang cukup besar. Fleksibilitas ini diperoleh

terutama dari: (a) Sistem penyusunan peralatan (lay out) nya yang
32

berbentuk process lay out, (b) Jenis / type mesin yang digunakan dalam

proses yang bersifat umum (general purpose machines), (c) Sistem

pemindahan bahan yang tidak menggunakan tenaga kerja mesin tetapi

tenaga manusia.

2. Oleh karena mesin-mesin yang digunakan dalam proses bersifat umum

(general purpose machines), maka biasanya dapat diperoleh

penghematan uang dalam investasi mesin-mesin, sebab harga mesin-

mesin ini lebih murah daripada mesin-mesin yang khusus (special

purpose machines).

3. Proses produksi tidak mudah terhenti akibat terjadinya kerusakan atau

kemacetan di suatu tempat / tingkat proses.

Kerugian/ kekurangan sistem produksi terputus-putus:

1. Scheduling dan routing untuk pengerjaan produk yang akan dihasilkan

sangat sukar dilakukan karena kombinasi urut-urut pekerjaan yang

banyak sekali di dalam memprodusir satu macam produk, dan disamping

itu dibutuhkan scheduling dan routing yang banyak sekali karena

produknya yang berbeda tergantung dari pemesanannya.

2. Oleh karena pekerjaan routing dan scheduling banyak sekali dan sukar

dilakukan, maka pengawasan produksi (production control) dalam

proses produksi seperti ini sangat sukar dilakukan.


33

3. Dibutuhkannya investasi yang cukup besar dalam persediaan bahan

mentah dan bahan-bahan dalam proses, karena prosesnya terputus- putus

dan produk yang dihasilkan tergantung dari pesanan.

4. Biaya tenaga kerja dan biaya pemindahan bahan sangat tinggi, karena

banyak dipergunakannya tenaga manusia dan tenaga yang dibutuhkan

adalah tenaga yang ahli dalam pengerjaan produk tersebut.


34

BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
Sebagai akhir dari pembahasan laporan ini, penulis mencoba menarik

kesimpulan dari uraian di atas:


a. CV. Karya Purbaya menerapkan sistem produksi terputus-putus

(Intermitten process) karena satu hari kerja hanya 16 jam dan proses

produksi barecore dari satu proses keproses yang lain terdapat

penumpukan barang dibeberapa titik.


b. Sistem produksi pembuatan barecore di CV. Karya Purbaya dimulai

dari tahap pengeringan bahan baku; pengambilan bahan baku dari

gudang; motongan balok kayu; penyerutan dua sisi kayu balok;

pembelahan kayu balok; penyusunan balok kayu; pemotongan

susunan kayu; pengeleman dan pengepressan susunan kayu dan

tahap akhir.
2. Saran
Berdasarkan pengamatan,penulis mencoba memberikan saran-saran

bagi perusahaan yang diharapkanmasukan atau acuan dalam perusahaan

untuk meningkatkan kinerja dan kelancaran proses produksi:


a. Agar sistem produksi pembuatan barecore berjalan lancar maka pada

setiap sistem harus singkron antara yang satu dengan yang lainnya.
b. Perlu adanya evaluasi disetiap bagian-bagian agar sistem operasi

dapat berjalan dengan lancar.


c. Perlu adanya komunikasi anatara manajer produksi dengan pegawai

mekanik yang baik untuk menghindari kesalah pahaman.


d. Meningkatkan kerja sama yang baik antar karyawan.
e. Meningkatkan kedisiplinan kerja.
f. Memberikan apresiasi kepada karyawan yang mempunyai etos kerja

yang baik.
35

DAFTAR PUSTAKA

Agus, Ahyari. 2002. Manajemen Produksi; Pengendalian Produksi, edisi empat.


BPFE. Yogyakarta.

Indrajit. 2001. Analisi dan Perancangan Sistem Berorientasi Objek. Informatika.


Bandung.

Davis G. B. 1991. Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen. Pustaka


Binaman Pressido. Jakarta.
36

Dr. Ir. Harijono Djojodiharjo. 1984. Pengantar Sistem Komputer. Erlangga.


Bandung.

Fitzgerland, Jerri Fitz Gerland,Ardia F, and Stailling Jr, warten D. 1981.


Fundamental of System Analisis. Edisi ke dua, Johan Willy dan Sons. New
York.

Jogiyanto. 2005. Analisis dan Desain Sistem Informasi. Penerbit Andi.


Yogyakarta.

Masiyal, Kholmi. 2003.Akutansi Biaya Edisi 4. BEFE. Yoyakarta.

Mulyadi. 2005. Akutansi Biaya, Edisi Ke 5 Cetakanke 7. Akademi Manajemen


Perusahan YKPN. Yogyakarta.
Pangestu, Subagyo dkk. 2000. Dasar-Dasar Oprations Reseach, edisi tiga. BPFE.
Yogyakarta.

Prawirasentono, Suryadi. 2008. Kebijakan Kinerja Karyawan. BPFE. Yogyakarta.

Robert G Murdick. 1991. Sistem Informasi untuk Manajemen Modern. Erlangga.


Jakarta.

Sidharta, Lani. 1995. Pengantar Sistem Bisnis. PT Elex Media Komputer. Jakarta.

Singgih, Wibowo. 2007. Manajemen Produksi, Edisi Empat. BPFE. Yogyakarta.


.
Sukanto, Reksohadiprodjo dkk. 2000. Pengantar Ekonomi Perusahaan. BPFE.
Yogyakarta.

T. Hani Handoko. 2002. Manajemen Personalia & Sumberdaya Manusia. BPFE.


Yotakarta.

Taufi, Hidayanto. 2007. Analisis Perbandingan Persediaan Bahn Baku dengan


Pendekatan Model EOQ dan JIT/EOQ. Jurnal Teknologi Industri. Vol. 9
nomer 4

Anda mungkin juga menyukai