Anda di halaman 1dari 7

BAB III

NEGARA DAN KONSITUSI

A. Negara
1. Pengertian Negara
Negara merupakan satuan territorial yang berdaulat. Setiap negara dalam
batas, wilayahnya mempunyai kekuasaan tertinggi dan ekselusif. Negara dapat diartikan
suatu organisasi kekuasaan yang merupakan persetujuan masyarakat dan merupakan alat
untuk mencapai tujuan Bersama. Dengan mengetahui tujuan suatu negara, akan dapat dikaji
sifat serta legitimasi kekuasaan dari organisasi negara tersebut.
Samidjo (1986: 28-29)mengutip beberapa pengertian negara menurut beberapa ahli
hukum tata negara, anatara lain :
a. Plato, “ Nrgara adalah suatu tubuh yang senantiasa maju, berevolusi, terdiri dari
orang-orang (individu-individu) “
b. Grotius, “ Negara adalah ibarat status perkakas yang dibikin manusia untuk
melahirkan keberuntungan dan kesejahteraan umum.”
c. JJ Rousseau, “ Negara adaalah perserikatan dari rakyat bersma-sama yang melindungi
dan mempertahankan hak masing-masing diri dan harta benda anggota anggota yang
tetap hidup dengan bebas merdeka.”
d. Thommas Hobbes, “Negara adaalah suatu tubuh yang dibuat oleh orang yang banyak
beramai ramai, yang masing-masing berjanji akan memakainya menjadi alat untuk
keamanan dan perlindungan bagi mereka.”

2. Tujuan Negara
Berdasarkan teori tujuan negara, tujuan negara bermacam-macam, tergantung dari
teori tujuan negara itu sendiri. Menurut Naning 1983 ada beberapa teori tujuan negara
anataralain,:
a. Teori kekuasaan,
Menurut teori ini tujuan negara adalah untuk mencapai kekuasaan itu sendiri,
tetapi kekuasaan itu hanya merupakan alat belaka untuk mencapai tujuan negara
yang sebenarnya, yakni kebesaran dan kehormatan.
b. Teori keamanan atau ketertiban
Menurut dante, negara yang memiliki kekuasaan yang sekedar sebagai alat untuk
mencapai tujuan lain yang lebih tinggi yaitu ketertiban, keamanan dan
kebahagiaan untuk mencapai ketertiban dan perdamaian dunia.
c. Teori Kemerdekaan
Herbert spencer, Jean bodin menyatakan hamper sama bahwa tujuan didirikanya
negara adalah untuk memperoleh lagi kebebasan dan kemerdekaan .
d. Teori Kesusilaan
Merupakan pendapat plato, bahwa negara bertujuan untuk mrmajukan kesusilaan
manusia, baik sebagai perorngan maupun makhluk social.
B. Konstitusi
1. Pengertian konstitusi.
Konstitusi memuat baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis sedangkan
gronwet (undang-undang dasar) merupakan bagian yang tertulis dari suatu
kontitusi. Sedangkan menurut Sri soemantri konstitusi dengan UUD memiliki arti
yang sama.
Pengertian konstitusi dari beberapa ahli hukum :
a. G.J Wolfhoff “ UUD atau konstitusi adalah undang undang yang tertinggi
dalam negara yang memuat dasar-dasar seluruh system hukum dalam negara
itu.”
b. Wirjono Prodjodikoro “ Konstitusi berate pembentukan, berasal dari kata kerja
consittuer (prancis) yang berarti membentuk.
c. K.C. Wheare F.B.A “ konstitusi dipakai untuk melukiskan seluruh system
pemerintahan suatu negara, kumpulan peraturan yang menetapkan dan
mengatur atau memerintahkan pemerintahan.”

2. Kedudukan Konsitusi
Sri Sumantri (Tikok, 1988:155) menyatakan bahwasanya tidak ada satu negara
pun di dunia sekarang ini yang tidak mempunyai konstitusi atau UUD. Konatitusi
menurut sejarahnya dimaksudkan untuk menentukan batas wewenang penguasa,
menjamin hak rakyat, dan mengatur jalannya pemerintahan.

Konstitusi memiliki kedudukan yang sangat penting, terutama pada masa


peralihan dari negara feodal monarki atau oligarki, yang memutaskan kekuasaan
mutlak pada penguasa ke negara nasional demokrasi, menurut thaib, hamidi dan
huda, (2004:17-18) konstitusi berkedudukan sebagai banteng pemisah antara
rakyat dan penguasa yang kemudian secara berangsur-angsur mrmpunyai fungsi
sebagai alat rakyat sebagai alat perjuangan kekuasaan melawan golongan
penguasa.

C. Sejarah Konstitusi di Indonesia


1. Sejarah Rerumusan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945
Sidang BPUPKI II (10-16 Juli 1945) hari pertama 10 juli 1945 berhasil membentuk
beberapa panitia, abtara lain panitia perancang UUD, yang diketuai oleh Ir.Soekarno,
yang beranggotakan 18 orang.
Mengambil dua keputusan penting,yaitu:
1) Menyetujui rancangan preambul yang sudah ditandatangani pada 22 juni 1945,
yaitu Piagam Jakarta.
2) Membentuk panitia kecil perancang UUD, yang berkewajiban merumuskan
rancangan isi batang tubuh UUD. Panitia kecil ini diketuai oleh Mr. Soepomo
yang beranggotakan enam orang , yaitu: (1) A.A. Maramis; (2) KRT
Wongsonegoro; (3) H. Agoes Salim; (4) R. Panji Singgih; (5) dr. Soelim; dan (6)
Ahmad Soebarjo.
b. Sidang PPKI 18 Agustus 1945
Sidang PPKI tanggal 18 Agustus 1945 rancangan UUD berjalan secara mulus dan
menghasilkan beberapa keputusan, yaitu:
1) Memilih presiden dan wakil presiden. Secara aklimasi siding menunjukan
bung karno sebagai presiden, dang bung hatta sebagai wakil presiden.
2) Mengesahkan UUD 1945 dengan beberapa rivisi.

Khuusu pembukaan UUD Negara republic Indonesia sebagai


“staatsfundamentalnorm”, sebagai pokok negara yang fundamental. Pokok-
pokok kaidah negara yang fundamental, menurut pengertian ilmiah
mengandung nenerapa unsur mutlak,yakni:
1) Dalam hal terjadinya: (a) ditentukan oleh pembentuk negara; (b) terjelma
dalam suatu bentuk pernyataan lahir (ija Kabul) sebagai penjelmaan
kehendak pembentuk negara untuk mrnjadikan hal-hal tertemtu sebagai
dasar-dasar negara yang dibentuk .
2) Dalam hal isinya: (a) memuat dasar-dasar negara atas dasar kerohanian apa
(asas kerohanian negara), dan untuk cita-cita negara apa (tujuan negara)
negaranya dibentuk dan diselengkarakan; (b) memuat ketentuan diadakan
undang-undang dasar negara, jadi merupakan sebab berada,sumber hukum
dari Undang-Undang Dasar Negara.
D. Perubahan Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia
pada tanggal 16 Oktober 1945, KNIP mengadakan sidang pertama. Hasil sidang
memutuskan agar diumumkan kepada Presiden agar KNIP diberi hak legislatif selama
MPR dan DPR Pekerja KNIP. Hasil yang sudah disampaikan tersebut belum
disampaikan. Keputusan yang lain adalah perlunya dibentuk Badan Pertama Wakil
Presiden, dan pada waktu itu Wakil Presiden juga mengeluarkan
1. Konstitusi Republik Indonesia Serikat Tahun 1949
Konferensi Meja Bundar (KMB) yang berlangsung dari 23 Agustus
1949 sampai dengan 2 September 1949 di kota Den Haag negara Belanda
memperoleh persetujuan dari pihak Belanda 1949. Di dalam perundingan
tersebut delegasi Indonesia dipimpin oleh Drs. Moh. Hatta, delegasi BFO
(Bijeenkomst voor Federal Overleg) yang terdiri dari negara-negara di luar RI
yang dipimpin oleh Sultan Hamid II, dan delegasi pemerintah Belanda
dipimpin oleh Van Maarseveen, di dalam perundingan komisi PBB (Sudiyo,
2002: 123-124) Pembentukan negara Republik Indonesia Serikat merupakan
hasil dari Konferensi Meja Bundar yang ditandatangani oleh Ratu Belanda
Yuliana dan Wakil pemerintah RI (Drs. Moh. Hatta) di kota Den Haag
(Belanda) pada tanggal 27 Desember 1949. Dengan demikian berlakulah pula
Konstitusi RIS. Dengan berlakunya Konstitusi RIS terjadilah perubahan
ketatanegaraan di negara kita, yaitu dari negara kesatuan menjadi federasi
atau serikat. Perubahan itu jelas sekali dikembalikan dalam Konstitusi RIS
1949. yaitu pada: a. Mukadimah alinea tiga yang menyatakan, Maka demi ini
kami menyusun kemerdekaan kami ini dalam Piagam negara vang
membentuk republik federasi, berdasarkan ... "; b. Pasal 1 ayat (1): Republik
Indonesia Serikat vang merdeka dan berdaulat di negara hukum y berbentuk
federasi.
2. Undang-Undang Dasar Sementara Tahun 1950
Praktik penyelenggaraan Negara Republik Indonesia Keadaan daerah-daerah sulit
untuk diperintah. Di samping itu kewibawaari pemerintahan Negara Menjadi semakin
berkurang di daerah. diadakan ini pada akhirnya keadaan musyawarah antara Pemerintah
Republik Indonesia Serikat dengan Pemerintah Negara Republik Indonesia. Dalam
musyawarah ini Pemerintah Republik Indonesia bertindak mewakili Pemerintah Negara
Indonesia Timur dan Pemerintah Negara Sumatera Timur. Yang akhirnya pada 19 Mei 1950
telah menyetujui hasil kesepakatan bersama yang pada pokoknya dalam waktu yang
sesingkat-singkatnya untuk bersama- sama memproses Negara Kesatuan sebagai jelmaan dari
Negara Republik Indonesia melalui Proklamasi 17 Agustus 1945.
pemerintah yang masing-masing diketuai oleh Prof. Mr. Soepomo untuk Republik
Indonesia Serikat dan A. Halim untuk Republik Indonesia (Joeniarto, 1982: 71-72). Untuk
mengatasi Undang-Undang Dasar Sementara Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dan
setelah panitia ini bekerja keras, berhasil menyusun Undang-Undang Dasar Sementara Tahun
1950 yang terdiri dari Mukadimah sampai dengan artikel penutup terdiri dari 146 pasal,
masih ditambah Panitia bersama ini membahas perancangan rencana di Undang-Undang
Dasar Republik Indonesia Tahun 1950 pada Undang-Undang No. 7 Tahun 1950, Lembaran
Negara 1950-56, Presiden Republik Indonesia Serikat dalam hal ini memberikan beberapa
pertimbangan antara lain: a. Terkait Rakyat daerah-daerah bagian diselamatkan menghendaki
bentuk susunan Negara republik-kesatuan republic Indonesia.

3. Dekrit Presiden 5 Juli 1959

Dewan Konstituante hasil pemilihan umum 1955 menurut Danusubroto, dkk. (2014:
126-127) hanya disetujui oleh pidato politik tanpa hasil yang diharapkan oleh rakyat. Krisis
politik, kewibawaan dan konstitusional semakin memuncak. Bahkan sidang- sidang Dewan
Konstituante masih juga belum berhasil membuat rumusan UUD yang baru. Sebagai jalan
keluar dari krisis aspek ini, Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Letnan Jenderal Nasution
dan Partai Nasional Indonesia meminta saran agar Presiden mendekritkan kembali ke
Undang-Undang Dasar 1945. kembali Undang-Undang Dasar 1945. 22 April 1959 Presiden
Soekarno berpidato di hadapan sidang Dewan Konstituante, dengan judul "Res Publica,
Sekali lagi Res Publica". Dalam pidatonya Presiden Soekarno meminta agar Dewan
Konstituene menetapkan saja UUD 1945 menjadi negara Republik Indonesia yang tetap.

4. Batang Tubuh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia


Tahun 1945

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebelum perubahan /


amandemen terdiri dari Pembukaan dan Batang Tubuh dan Penjelasan. Pembukaan terdiri
dari empat alinea, sedangkan Batang Tubuh UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
terdiri dari 16 bab dan 37 pasal ditambah dengan tiga aturan peralihan dan satu pasal aturan
tambahan. Batang tubuh Undang-Undang Dasar 1945 yang mengandung semangat dan
merupakan perwujudan dari dasar-pikiran yang terkandung dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, juga merupakan gabungan pasal-
pasal yang bulat dan terpadu. Batang Tubuh Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945

I. Undang-Undang Dasar, sebagian dari Hukum Dasar

Undang-Undang Dasar negara hanya sebagian da hukumnya dasar negara itu.


Undang-undang Dasar adalah huku dasar yang ditulis, sedang di sampingnya Undang-
Undang Dasar itu berlaku juga hukum dasar yang tidak tertulis, ada aturan. aturan
dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktik negara penyelenggaraan tidak
dituliskan. Undang-undang Dasarnya (loi Constituttionelle) saja, akan tetapi harus
membahas bagaimana cara memperbaikinya, dan bagaimana cara melakukannya
(Geistlichen Hintergrund) dari Undang-undang Dasar itu . Undang-Undang Dasar
negara tidak dapat diakses hanya membaca teksnya saja. Untuk memahami sungguh-
sungguh maksudnya Undang-Undang Dasar dari suatu negara, kita harus
mengunjungi juga tentang bagaimana teks itu, harus diketahui keterangan-
keterangannya dan juga harus memahami dalam konteks apa teks itu dibikin. Dengan
demikian kita dapat memahami apa yang dimaksud dengan undang-undang yang kita
pelajari aliran pemikiran apa yang menjadi dasar undang-undang Itu. kebatinannya

IV. Undang-undang dasar dan singkat supel


Undang-Undang dasar hanya untuk 37 pasal. Artikel tambahan. Maka rencana
ini singkat jika dibandingkan dengan Undang-Undang Dasar Filipina. Karena itu
sudah cukup jikalau Undang-Undang Dasar hanya untuk aturan, aturan hanya untuk
batas atas untuk pemerintah pusat dan lain-lain untuk negara-negara lain untuk
penyelenggaraan kehidupan sosial. Untuk negara baru dan negara muda, lebih baik
hukum dasar yang diperlukan hanya untuk peraturan dasar, sedang aturan-aturan yang
mengatur peraturan dasar yang diperlukan untuk membuat undang-undang yang lebih
mudah untuk membuat, mengubah, dan mencabut. Demikianlah sistem Undang-
Undang Dasar. Kita harus senantiasa Ingat untuk dinamika kehidupan masyarakat dan
negara Indonesia. Masyarakat dan negara Indonesia tumbuh, berubah, pada zaman
revolusi lahir batin sekarang ini. Oleh karena itu. kita harus hidup dinamis, harus
melihat semuanya gerak- gerik kehidupan masyarakat dan negara indonesia.
Berhubung dengan itu, janganlah tergesa-gesa memberi kristalisasi, memberi bentuk
(Gestaltung) untuk pikiran-pikiran yang masih mudah berubah.

V. Kekuasaan Negara yang tertinggi di tangan majelis Permusyawaratan


Rakyat
(Die gezatnte Staatgewalt liegi allein bei der Majelis). Kedaulatan Rakyat dipegang
oleh suatu badan, bernama Majelis Permusyawaratan Rakyat, sebagai penjelmaan seluruh
rakyat Indonesia (Vertretungsorgan des Willens des Staatsvolkes). Majelis ini menetapkan
Undang-Undang Dasar dan mengatur garis-garis besar haluan negara. Majelis ini mengangkat
Kepala Negara (Wakil Presiden) dan Wakil Kepala Negara (Wakil Presiden). Majelis yang
memegang pemerintahan negara yang memiliki jabatan tertinggi yang dimiliki oleh negara
mengatur garis-garis besar yang telah ditetapkan oleh Majelis. Presiden yang Ditunjuk oleh
Majelis, bertunduk dan bertanggung jawab kepada Majelis. Ia adalah "mandataris" dari
Majelis. Ia berwajib menjalankan putusan Majelis. Presiden tidak "neben", akan tetapi
"untergeordnet" kepada Majelis.
E. Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Yang disetujui amandemen menentang Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, yang dilakukan oleh MPR sesuai dengan kewenangannya yang
diatur dalam Pasal 3 dan Pasal 37 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
yang dilakukan oleh MPR, selain merupakan perwujudan pemulihan, juga diikuti dengan
pidato Ir. Soekarno, Ketua Penyusun Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 dalam rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) tanggal 18
Agustus 1945. Pada kesempatan itu antara lain ia menyatakan, "ini adalah Undang-
Undang Dasar, Undang-Undang Dasar," Kilat, itulah barangkali boleh diumumkan, inilah
revolutiegrondwet. Nanti kita membuat Undang-Undang Dasar yang lebih sempurna dan
lengkap "(MPR RI, 2012: 7-8)
d. Tujuan Perubahan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945
Tujuan perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republa Indonesia Tahun 1945
adalah untuk:
1) Menyelesaikan peraturan dasar tentang tatanan negara dalam mencapai tujuan
nasional yang tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 dan memperkokoh negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila3; Mengenai Jaminan dan
2) Menyelesaikan aturan pelaksanaan kedaulatan rakyat serta partisipasi partisipasi
agar sesuai dengan perkembangan paham demokrasi;
3) Menyelesaikan aturan perlindungan hak asasi manusia;
4) Menyempurnakan aturan dasar negara dan modern;
5) Menyelesaikan aturan dasar tentang Jaminan konstitusional dan kewajiban negara;
6) Melengkapi aturan penyelenggaraan negara untuk eksistensi negara dan
perjuangan negara mewujudkan demokrasi dasar yang sangat penting dalam
Kesepakatan Dasar
Terdapat beberapa kesepakatan dasar pihak MPR Tahun 1945, yaitu:
1. Tidak mengubah Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, dan membahas dasar-dasar filosofis dan normatif untuk mendasari
laporan terkait. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang
memuat staatsidee berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia, tujuan
negara, dan basis negara;
2. Tetap mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan
pertimbangan pada negara yang ditentukan pada awal berdirinya negara dan
paling tepat untuk mewadahi ide persatuan bangsa yang majemuk ditinjau dari
berbagai latar belakang;
3. Mempertegas sistem pemerintahan presidensiil dengan tujuan memperkukuh
sistem pemerintahan yang stabil dan koordinasi
4. Penjelasan UUD 1945 ditiadakan tetapi hal-hal normatif dalam penjelasan itu
dimasukkan ke dalam pasal-pasal. Peniadaan Penjelasan ini adalah untuk
menghindari kesulitan dalam menentukan status penjelas dari sisi sumber hukum
dan tata aturan perundangan. Sementara itu, BPUPKI membahas rancangan
Pembukaan dan Pasal-pasal Undang-Undang Dasar (tanpa penjelasan);
5. Perubahan dilakukan dengan cara "adendum", yaitu dengan tetap
mempertahankan naskah asli Undang-Undang Dasar 1945 yang disetujui dalam
Lembaran Negara No. 75 Tahun 1959 hasil Dekrit Presiden 5 Juli 1959,
sedangkan naskah perubahan-perubahan UUD 1945 dibagikan pada naskah asli
(Sekretariat Jenderal MPR RI, 2012: 18).

Anda mungkin juga menyukai