Anda di halaman 1dari 44

1

KOMPETENSI 1
Memahami konsep dasar kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dengan cara
mendiskripsikan, mengidentifikasi dan menganalisis hakikat bangsa dan Negara, system politik,
prinsip-prinsip demokrasi, sistem pemerintahan, sistem hukum dan peradilan nasional.

INDIKATOR

1. Mengidentifikasi faktor-faktor penting bagi pembentukan bangsa Indonesia.


2. Menjelaskan pentingnya pengakuan Negara lain dalam hubungan diplomatic.
3. Mengidentifikasi persamaan kedudukan dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
4. Mengidentifikasi unsur pembentukan masyarakat kewargaan (masyarakat madani).
5. Mengidentifikasi peranan lembaga peradilan.
6. Mendiskripsikan pelaksanaan demokrasi di Indonesia.
7. Mendiskripsikan pelaksanaan sistem pemerintah di berbagai Negara.
8. Mendiskripsikan komponen dalam kehidupan politik (infrastruktur politik dan supratruktur
politik).

BAB I
HAKIKAT BANGSA DAN NEGARA

A. Pengertian bangsa dan unsur-unsur terbentukanya bangsa


a. Pengertian bangsa
Bangsa adalah sekelompok orang yang memiliki kehendak untuk bersatu yang
memiliki persatuan senasib dan tinggal di wilayah tertentu, beberapa budaya yang sama,
mitos leluhur bersama.

Pengertian bangsa menurut para ahli :

a) Ernest Renant (Perancis), menyatakan bahwa bangsa terbentuk karena adanya


keinginan untuk hidup bersama (hasrat untuk bersatu) dengan kesetiakawanan yang
agung.
b) Otto Bauer (Jerman), menyatakn bahwa bangsa adalah kelompok manusia uang
mempunyai kesamaan karakter. Karakter tumbuh karena adanya kesamaan nasib.
c) F. Ratzel (Jerman), menyatakan bahwa bangsa terbentuk karena adanya hasrat
bersatu.
d) Hans Kohn (Jerman), menyatakan bahwa bangsa adalah buah hasil tenaga hidup
manusia dalam sejarah.

b. Unsur-unsur terbentuknya bangsa :


 Memiliki cita-cita bersama
 Memilik sejarah hidup bersama
 Memiliki adat budaya dan kebiasaan sama
 Menempati suatu wilayah tertentu
 Terorganisasi dalam suatu pemerintahan yang berdaulat

B. Pengertian Negara dan unsur-unsur terbentuknya Negara


a. Pengertian Negara
Negara adalah wilayah tempat tinggalnya suatu bangsa atau wilayah di mana suatu
bangsa tinggal dan para pemerintah memiliki kekuasaan tertinggi. Secara etimologi kata
Negara berasal dari kata state (Inggris), Staat (Belanda, Jerman), E`tat (Prancis), Status,
Statum (Latin) yang berarti meletakkan dalam keadaan berdiri, menempatkan, atau
membuat berdiri
2

Pengertian Negara menurut para ahli :

a) George Jellinek menyatakan negara sebagai organisasi kekuasaan dan sekelompok


manusia yang mendiami wilayah tertentu.
b) Mr. J.H.A Logeman menyatakan negara sebagai organisasi kemsyarakatan yang
dengan kekuasaanya bertujuan mengatur dan mengurus masyarakat tertentu.
c) G.W.F Hegel menyatakan negara sebagai organisasi kesusilaan yang muncul
sebagai sintesis dari kemerdekaan individual dan kemrdekaan universal.
d) Mac Iver menytakan negara sebagai organisasi politik.
e) Mr. Kranenburg menyatakan bahwa negara adalah suatu organisasi kekuasaan yang
diciptakan oleh suatu kelompok manusia yang disebut bangsa.

b. Unsur-unsur terbentuknya Negara


Negara memiliki unsur deklaratif dan konstitutif.
1) Unsur konstitutif adalah unsur yang mutlak saat Negara itu didirikan seperti : rakyat,
wilayah, serta pemerintahan yang berdaulat.
2) Unsur deklaratif / pengakuan dari Negara lain.
 Pengakuan secara de facto
Pengakuan de facto adalah pengakuan tentang kenyataan adanya suatu
negara yang dapat mengadakan hubungan dengan negara lain yang
mengakuinya. Pengakuan ini diberikan berdasarkan realitas bahwa ada suatu
masyarakat politik yang memenuhi ketiga unsur konstitutif seperti penduduk,
wilayah, dan pemerintah berdaulat. Setiap negara memiliki pandangan berbeda
mengenai pengakuan secara de facto. Indonesia baru mendapat pengakuan de
facto dari Mesir pada Juni 1947 dan dari Belanda pada 27 Desember 1949.
Pengakuan de facto terbagi menjadi:
 Pengakuan de facto tetap
 Pengakuan de facto sementara
 Pengakuan secara de jure
Pengakuan de jure adalah pengakuan secara resmi berdasarkan hukum dari
negara lain. Bangsa yang telah mendapat pengakuan de jure akan diakui dalam
dunia internasional sebagai bangsa yang berdaulat penuh. Menurut sifatnya,
pengakuan de jure dibagi menjadi:
 Pengakuan de jure secara tetap, maksudnya pengakuan dari negara lain
berlaku selama-lamanya setelah melihat kenyataan bahwa negara baru
tersebut memilki pemerintahan stabil.
 Pengakuan de jure bersifat penuh, maksudnya terjadi hubungan antar
negara yang mengakui dan diakui meliputi hubungan dagang, ekonomi, dan
diplomatik.

C. Fungsi dan tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia


a. Pengertian Negara Kesatuan Republik Indonesia
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara yang dibentuk berdasarkan
semangat kebangsaan (nasionlisme) oleh bangsa Indonesia yang bertujuan melindungi
segenap bangsa dan seluruh tampah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
3

b. Fungsi Negara
Secara umum terlepas dari ideologi yang dianutnya, setiap negara
menyelenggarakan beberapa fungsi minimum yang mutlak harus ada. Fungsi tersebut
adalah sebagai berikut :
a) Melaksanakan penertiban (Law and order) : untuk mencapai tujuan bersama dan
mencegah bentrokan–bentrokan dalam masyarakat, maka negara harus
melaksanakan penertiban. Dalam fungsi ini negara dapat dikatakan sebagai
stabilisator.
b) Mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya.
c) Pertahanan : fungsi ini sangat diperlukan untuk menjamin tegaknya kedaulatan
negara dan
d) mengantisipasi kemungkinan adanya serangan yang dapat mengancam
kelangsungan hidup bangsa (negara). Untuk itu negara dilengkapi dengan alat
pertahanan.
e) Menegakkan keadilan : fungsi ini dilaksanakan melalui lembaga peradilan.

BAB II
SISTEM HUKUM DAN PERADILAN NASIONAL

A. Pengertian Hukum
Hukum sebenarnya adalah bagian dari norma yang berlaku bagi masyarakat kita
yaitu norma hukum. Selain norma hukum kita juga mengenal norma agama, norma kesusilaan
dan norma kesopanan. Norma hukum tentunya berbeda dengan norma-norma lainnya yang
kemudian norma hukum tersebut disebut sebagai hukum. Hukum memiliki unsur perintah dan
larangan. Hukum merupakan kaidah atau norma yang harus ditaati yang bersifat memaksa.
Bagi yang melanggar tentunya akan mendapatkan sanksi. Sanksi adalah suatu akibat yang
diterima apabila melakukan perbuatan yang melanggar dari pihak yang berwajib menegakan
pelaksanaan hukum.

Menurut Pasal 10 KUHP, macam-macam sanksi :


Sanksi pokok terdiri dari :
 Hukuman mati
 Penjara
 Kurungan serta denda.

Sanksi tambatah terdiri dari :


 Pencabutan hak-hak tertentu
 Perampasan barang-barang tertentu
 Pengumuman keputusan hakim.

B. Sistem Hukum di Indonesia


Pasal 1 Ayat (3) menjelaskan ―Negara Indonesia adalah negara hukum‖. Karena itu untuk
mewujudkan sebagai negara hukum maka segala penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan
bernegara didasarkan pada hukum. Sayangnya Indonesia belum secara keseluruhan memiliki
hukum nasional yang dibuat oleh bangsa sendiri. Untuk menjaga agar tidak terjadi kekosongan
hukum, maka hukum di Indonesia masih menggunakan hukum-hukum warisan kolonial yang
disesuaikan dengan keadaan hukum di Indonesia atau sesuai dengan UUD 1945. Seperti
yang tertulis dalam Pasal 1 aturan peralihan UUD 1945 yang berbunyi ― Segala peraturan
perundang-undangan yang ada masih tetap berlaku selama belum diadakan yang baru
menurut Undang-Undang Dasar ini‖. Hukum nasional yang merupakan warisan dari zaman
kolonial, antara lain:
a) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
b) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata)
4

c) Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD)

Hukum Pidana yang berlaku di Indonesia telah dilakukan kodifikasi. Sebagian besar dari
aturan-aturan pidana telah disusun dalam suatu kitab undang-undan, yaitu KUH Pidana.
Sebagian lagi tersebar dalam berbagai peraturan perundang-undangan, seperti peraturan lalu
lintas, peraturan tentang tindak pidana terorisme. Selain sudah dikodifikasi, hukum pidana kita
juga telah diunifikasi. Tujuan hukum positif Indonesia tercantum dalam Pembukaan UUD 1945
Alinea IV yang berbunyi ―untuk membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Sumber hukum dasar nasional adalah Pancasila sebagaimana tertulis dalam pembukaan
Undang Undang Dasar 1945, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusian yang adil dan
beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.

C. Lembaga Peradilan di Indonesia


a. Jenis-jenis lembaga peradilan
1) Mahkamah Agung
Mahkamah Agung (dalam Bahasa Inggris, supreme court) adalah lembaga peradilan
tertinggi pada suatu negara. segala urusan mengenai peradilan, baik organisasi
maupun finansial berada di bawah kekuasaan Mahkamah Agung.
Wewenang Mahkamah Agung :
 Mengadili pada tingkat kasasi.
 Menguji peraturan perundangan undangan dibawah undang undang terhadap
undang undang dan mempunyai wewenang lainnya yang diberikan undang
undang.

Mahkamah Agung mengadili pada tingkat kasasi terhadap putusan yang diberikan
pada tingkat terakhir oleh pengadilan di semua lingkungan peradilan yang berada
dibawah Mahkamah Agung, yaitu :
a) Peradilan Umum
Peradilan Umum adalah lingkungan peradilan di bawah Mahkamah Agung
yang menjalankan kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan pada
umumnya. Adapun kekuasaan kehakiman di lingkungan peradilan umum
dilaksanakan oleh lembaga-lembaga berikut ini.
 Pengadilan Tinggi
Pengadilan Tinggi merupakan pengadilan tingkat banding yang
berkedudukan di ibukota provinsi, dengan daerah hukum meliputi wilayah
provinsi.
 Pengadilan Negeri
Pengadilan Negeri adalah suatu pengadilan yang sehari-hari memeriksa dan
memutuskan perkaratingkat pertama dari segala perkara perdata dan pidana
untuk semua golongan yang berkedudukan di ibukota kabupaten/kota,
dengan daerah hukum meliputi wilayah kabupaten/kota.
b) Peradilan Agama
Peradilan Agama adalah lingkungan peradilan di bawah Mahkamah Agung
bagi rakyat pencari keadilan yang beragama Islam mengenai perkara perdata
5

tertentu yang diatur dalam Undang-Undang. Dalam lingkungan Peradilan Agama,


kekuasaan kehakiman dilaksanakan oleh :
 Pengadilan Tinggi Agama
Pengadilan Tinggi Agama merupakan sebuah lembaga peradilan di
lingkungan Peradilan Agama sebagai pengadilan tingkat banding yang
berkedudukan di ibu kota Provinsi.
 Pengadilan Negeri Agama
Pengadilan Negeri Agama atau yang biasa disebut Pengadilan Agama
merupakan sebuah lembaga peradilan di lingkungan Peradilan Agama yang
berkedudukan di ibu kota kabupaten atau kota.
c) Peradilan Militer
Peradilan Militer adalah lingkungan peradilan di bawah Mahkamah Agung
yang melaksanakan kekuasaan kehakiman mengenai kejahatan-kejahatan yang
berkaitan dengan tindak pidana militer. Pengadilan dalam lingkungan militer
terdiri dari :
 Pengadilan Militer Utama
Pengadilan Militer Utama merupakan badan pelaksana kekuasaan peradilan
di bawah Mahkamah Agung di lingkungan militer yang bertugas untuk
memeriksa dan memutus pada tingkat banding perkara pidana dan sengketa
Tata Usaha Angkatan Bersenjata yang telah diputus pada tingkat pertama
oleh Pengadilan Militer Tinggi yang dimintakan banding.
 Pengadilan Militer Tinggi
Pengadilan Militer Tinggi merupakan badan pelaksana kekuasaan peradilan
di bawah Mahkamah Agung di lingkungan militer yang bertugas untuk
memeriksa dan memutus pada tingkat pertama perkara pidana yang
terdakwanya adalah prajurit yang berpangkat Mayor ke atas.
 Pengadilan Militer
Pengadilan Militer merupakan badan pelaksana kekuasaan peradilan di
bawah Mahkamah Agung di lingkungan militer yang bertugas untuk
memeriksa dan memutus pada tingkat pertama perkara pidana yang
terdakwanya adalah prajurit yang berpangkat Kapten ke bawah.
 Pengadilan Militer Pertempuran
Pengadilan Militer Pertempuran merupakan badan pelaksana kekuasaan
kehakiman di lingkungan militer untuk memeriksa dan memutuskan perkara
pidana yang dilakukan oleh prajurit di medan pertempuran
d) Peradilan Tata Usaha Negeri
Peradilan Tata Usaha Negara adalah lingkungan peradilan di bawah
Mahkamah Agung yang melaksanakan kekuasaan kehakiman bagi rakyat
pencari keadilan terhadap sengketa Tata Usaha Negara. Kekuasaan Kehakiman
pada Peradilan Tata Usaha Negara dilaksanakan oleh :
 Pengadilan Tata Usaha Negeri
Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara merupakan sebuah lembaga
peradilan di lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara pada tingkat banding
yang berkedudukan di ibu kota Provinsi.
 Pengadilan Tata Usaha Negara
6

Pengadilan Tata Usaha Negara merupakan sebuah lembaga peradilan di


lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara pada tingkat pertama yang
berkedudukan di ibu kota kabupaten atau kota.

2) Mahkamah Konstitusi
Salah satu lembaga tinggi negara yang melakukan kekuasaan kehakiman
(bersama Mahkamah Agung) yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna
menegakkan hukum dan keadilan. Susunan MK terdiri dari seorang Ketua merangkap
anggota, seorang Wakil Ketua merangkap anggota, serta 7 orang anggota hakim
konstitusi yang ditetapkan dengan Keputusan Presiden. Hakim konstitusi harus
memiliki syarat: memiliki intergritas dan kepribadian yand tidak tercela; adil; dan
negarawan yang menguasai konstitusi ketatanegaraan.

3) Komisi Yudisial
Komisi Yudisial bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan
pengangkatan hakim agung dan mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga
dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim. Anggota
komisi yudisial harus memiliki pengetahuan dan pengalaman di bidang hukum serta
memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela. Komisi Yudisial terdiri dari
pimpinan dan anggota. Pimpinan Komisi Yudisial terdiri atas seorang Ketua dan
seorang Wakil Ketua yang merangkap anggota. Komisi Yudisial mempunyai 7 orang
anggota, yang merupakan pejabat negara yang direkrut dari mantan hakim, praktis
hukum, akademis hukum, dan anggota masyarakat.

BAB III
PELAKSANAAN DEMOKRASI DI INDONESIA

A. Pengertian pelaksanaan demokrasi di Indonesia


Pengertian dan pelaksanaan demokrasi di setiap negara berbeda, hal ini ditentukan oleh
sejarah, budaya dan pandangan hidup, dan dasar negara serta tujuan negara tersebut. Sesuai
dengan pandangan hidup dan dasar negara, pelaksanaan demokrasi di Indonesia mengacu
pada landasan idiil dan landasan kkonstitusional UUD 1945. Dasar demokrasi Indonesia
adalah kedaulatan rakyat seperti yang yang tercantum dalam pokok pikiran ketiga pembukaan
UUD 1945 : ― Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat berdasar kerakyatan,
permusyawaratan/perwakilan‖. Pelaksanaannya didasarkan pada UUD 1945 Pasal 1 ayat (2)
―Kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD‖.
1. Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia dibagi menjadi beberapa periodesasi:
Pelaksanaan demokrasi pada masa revolusi ( 1945 – 1950 ).
Tahun 1945 – 1950, Indonesia masih berjuang menghadapi Belanda yang ingin kembali
ke Indonesia. Pada saat itu pelaksanaan demokrasi belum berjalan dengan baik. Hal itu
disebabkan oleh masih adanya revolusi fisik. Pada awal kemerdekaan masih terdapat
sentralisasi kekuasaan hal itu terlihat Pasal 4 Aturan Peralihan UUD 1945 yang berbnyi
sebelum MPR, DPR dan DPA dibentuk menurut UUD ini segala kekuasaan dijalankan
oleh Presiden denan dibantu oleh KNIP. Untuk menghindari kesan bahwa negara
Indonesia adalah negara yang absolut pemerintah mengeluarkan :
 Maklumat Wakil Presiden No. X tanggal 16 Oktober 1945, KNIP berubah menjadi
lembaga legislatif.
 Maklumat Pemerintah tanggal 3 Nopember 1945 tentang Pembentukan Partai Politik
7

 Maklumat Pemerintah tanggal 14 Nopember 1945 tentang perubahan sistem


pemerintahn presidensil menjadi parlementer.
2. Pelaksanaan demokrasi pada masa Orde Lama
a. Masa demokrasi Liberal 1950 – 1959
Masa demokrasi liberal yang parlementer presiden sebagai lambang atau
berkedudukan sebagai Kepala Negara bukan sebagai kepala eksekutif. Masa
demokrasi ini peranan parlemen, akuntabilitas politik sangat tinggi dan
berkembangnya partai-partai politik
Namun demikian praktik demokrasi pada masa ini dinilai gagal disebabkan :
 Dominannya partai politik
 Landasan sosial ekonomi yang masih lemah
 Tidak mampunya konstituante bersidang untuk mengganti UUDS 1950

Atas dasar kegagalan itu maka Presiden mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 :
 Bubarkan konstituante
 Kembali ke UUD 1945 tidak berlaku UUD S 1950
 Pembentukan MPRS dan DPAS
b. Masa Demokrasi Terpimpin 1959 – 1966
Pengertian demokrasi terpimpin menurut Tap MPRS No. VII/MPRS/1965 adalah
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan yang berintikan musyawarah untuk mufakat secara gotong royong
diantara semua kekuatan nasional yang progresif revolusioner dengan berporoskan
nasakom dengan ciri:
 Dominasi Presiden
 Terbatasnya peran partai politik
 Berkembangnya pengaruh PKI
Penyimpangan masa demokrasi terpimpin antara lain:
 Mengaburnya sistem kepartaian, pemimpin partai banyak yang dipenjarakan
 Peranan Parlemen lembah bahkan akhirnya dibubarkan oleh presiden dan
presiden membentuk DPRGR
 Jaminan HAM lemah
 Terjadi sentralisasi kekuasaan
 Terbatasnya peranan pers
 Kebijakan politik luar negeri sudah memihak ke RRC (Blok Timur)

Akhirnya terjadi peristiwa pemberontakan G 30 September 1965 oleh PKI.

c. Pelaksanaan Demokrasi Orde Baru 1966 – 1998


Pelaksanaan demokrasi orde baru ditandai dengan keluarnya Surat Perintah 11
Maret 1966, Orde Baru bertekad akan melaksanakan Pancasila dan UUD 1945
secara murni dan konsekwen. Awal Orde baru memberi harapan baru pada rakyat
pembangunan disegala bidang melalui Pelita I, II, III, IV, V dan pada masa orde baru
berhasil menyelenggarakan Pemilihan Umum tahun 1971, 1977, 1982, 1987, 1992,
dan 1997. Namun demikian perjalanan demokrasi pada masa orde baru ini dianggap
gagal sebab:
 Rotasi kekuasaan eksekutif hampir dikatakan tidak ada
 Rekrutmen politik yang tertutup
 Pemilu yang jauh dari semangat demokratis
 Pengakuan HAM yang terbatas
 Tumbuhnya KKN yang merajalela
8

d. Pelaksanaan Demokrasi Orde Reformasi 1998 – sekarang


Demokrasi yang dikembangkan pada masa reformasi pada dasarnya adalah
demokrasi dengan mendasarkan pada Pancasila dan UUD 1945, dengan
penyempurnaan pelaksanaannya dan perbaikan peraturan-peraturan yang tidak
demokratis, dengan meningkatkan peran lembaga-lembaga tinggi dan tertinggi
Negara dengan menegaskan fungsi, wewenang dan tanggung jawab yang mengacu
pada prinsip pemisahan kekuasaan dan tata hubungan yang jelas antara lembaga-
lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif. Demokrasi Indonesia saat ini telah dimulai
dengan terbentuknya DPR – MPR hasil pemilu 1999 yang telah memilih presiden dan
wakil presiden serta terbentuknya lembaga-lembaga tinggi yang lain.

Masa reformasi berusaha membangun kembali kehidupan yang demokratis antara


lain:
1) Keluarnya Ketetapan MPR RI No. X/MPR/1998 tentang pokok-pokok
reformasi.
2) Ketetapan No. VII/MPR/1998 tentang pencabutan tap MPR tentang
Referandum.
3) Tap MPR RI No. XI/MPR/1998 tentang penyelenggaraan Negara yang
bebas dari KKN.
4) Tap MPR RI No. XIII/MPR/1998 tentang pembatasan Masa Jabatan
Presiden dan Wakil Presiden RI.
5) Amandemen UUD 1945 sudah sampai amandemen I, II, III, IV.

Pada Masa Reformasi berhasil menyelenggarakan pemiluhan umum sudah dua kali
yaitu tahun 1999 dan tahun 2004

BAB IV
SISTEM PEMERINTAHAN

A. Pengertian Sistem Pemerintahan


Sistem pemerintahan merupakan gabungan dari dua istilah, yaitu ―sistem‖ dan
―pemerintahan‖. Sistem adalah keseluruhan dari beberapa bagian yang mempunyai
hubungan fungsional, baik antara bagian-bagian maupun hubungan struktural sehingga
hubungan tersebut menimbulkan suatu kebergantungan. Pemerintahan dalam arti luas
adalah segala urusan yang dilakukan oleh negara dalam menyelenggarakan
kesejahteraan rakyat dan kepentingan negara. Pemerintahan dalam arti sempit adalah
aktifitas atau kegiatan yang diselenggarakan oleh presiden ataupun perdana menteri
sampai dengan level birokrasi yang paling rendah tingkatannya.
B. Bentuk-bentuk Sistem Pemerintahan
a) Sistem Pemerintahan Parlemeter
Sistem pemerintahan dimana parlemen atau badan legislatif memiliki peran
penting dalam pemerintahan.

Ciri-ciri atau karakteristik pemerintahan parlementer sebagai berikut :


 Raja, ratu atau presiden sebagai kepala negara tidak memiliki kekuasan
pemerintahan.
 Kepala pemerintahan adalah perdana menteri
9

 Parlemen adalah satu-satunya lembaga yang anggotanya dipilih langsung


rakyat melalui pemilihan Umum.
 Eksekutif adalah kabinet bertanggung jawab kepada legislatif atau parlemen.
 Bila parlemen mengeluarkan mosi tak percaya kepada menteri tertentu atau
seluruh menteri maka kabinet harus menyerahkan mandatnya kepada kepala
negara.
 Dalam sistem dua partai yang ditunjuk membentuk kabinet segali gus sebagai
perdana menteri adalah ketua partai politik pemenang pemilu.
 Dalam sistem banyak partai formatur kabinet membentuk kabinet secara
koalisi dan mendapat kepercayaan parlemen.
 Bila terjadi perselisihan antara kabinet dengan parlemen maka kepala negara
menganggap kabinet yang benar maka parlemen dibubarkan oleh kepala
negara.
Catatan:
Bila parlemen dibubarkan maka tanggung jawab pelaksanaan pemilu terletak
pada kabinet dalam tempo 30 hari. Bila partai politik yang menguasai parlemen
menang dalam pemilu maka kabinet akan terus memerintah. Tetapi apabila yang
menang dalam pemilu tersebut adala partai oposisi maka kabinet mengembalikan
madatnya kepada kepala negara dan partai pemenang pemilu akan membentuk
kabinet baru.

Kelebihan sistem pemerintahan Parlementer :


 Pembuatan kebijakan cepat karena mudah terjadi penyesuaian pendapat
anatar legislatif dengan eksekutif.
 Garis tanggung jawab dalam pembuatan dan pelaksanaan kebijakan publik
jelas.
 Adanya pengawasan yang kuat dari parlemen terhadap kabinet sehingga
kabinet berhati-hati dalam menjalankan pemerintahan.

Kekurangan sistem pemerintahan parlementer :


 Kedudukan eksekutif/kabinet tergantung dukungan mayoritas parlemen,
sehingga sewaktu waktu kabinet dapat dijatuhkan oleh parlemen.
 Kabinet sewaktu-waktu dapat bubar tergantung dukungan mayoritas parlemen.
 Kabinet yang berasal dari partai pemenang pemilu dapat menguasai parlemen.
 Parlemen tempat pengkaderan bagi jabatan eksekutif. Anggota parlemen
merangkap menteri atau kabinet.

Prinsip-prinsip sistem pemerintahan Parlementer ada 2 yaitu :


1) Rangkap jabatan karena anggota parlemen adalah para menteri.
2) Dominasi resmi parlemen sebab merupakan lembaga legislatif tertinggi,
memiliki kekuasaan membuat UU, merivisi, mencabut suatu UU. Parlemen
dapat menentukan suatu UU itu konstitusional atau tidak.

b) Sistem Pemerintahan Presidensial


Keseluruhan hubungan kerja antar lembaga negara melalui pemisahan
kekuasan negara, disini presiden adalah kunci dalam pengelolaan kekuasaan
menjalankan pemerintahan negara.

Ciri-ciri atau karakteristik sistem pemerintahan Presidensial sebagai berikut :


 Presiden sebagai kepala negara sekaligus kepala pemerintahan.
 Kabinet atau dewan menteri dibentuk oleh presiden.
 Presiden tidak bertanggung jawab kepada parleme
 Presiden tidak dapat membubarkan parlemen
 Menteri tidak boleh merangkap anggota parlemen
 Menteri bertanggung jawab kepada presiden
 Masa jabatan mebteri tergantung pada keprcayaan presiden.
10

 Peran eksekutif dan legislatif dibuat seimbang dengan sistem check and
balances.
Kelebihan sistem Presidensial :
 Kedudukan eksekutif stabil sebab tidak tergantung pada legislatif atau parlemen.
 Masa jabatan eksekutif jelas, misalnya 4 tahun, 5 tahun atau 6 tahun.
 Penyususnan program kabinet mudah karena disesuaikan dengan masa jabatan.
 Legislatif buakn tempat kaderisasi eksekutif sebab anggota parlemen tidak boleh
dirangkap pejabat eksekutif.
Kekurangan Sistem Presidensiasl :
 Kekuasaan eksekutif diluar pengawasan langsung legislatif sehingga dapat
menciptakan kekuasaan mutlak.
 Sistem pertanggungjawaban kurang jelas.
 Pembuatan kebijakan publik hasil tawar-menawar antara eksekutif dengan
legislatif, tidak tegas dan waktu lama.
Prinsip-perinsip sistem pemerintahan presidensial adalah :
1) Pemisahan jabatan karena larangan rangkap jabatan antara anggota parlemen
dengan menteri atau kabinet.
2) Kontrol dan keseimbangan (check and balances) yaitu masing-masing cabang
kekuasaan diberi kekuasaan untuk mengontrol cabang kekuasaan lain.
c) Sistem Pemerintahan di Negara Komunis
Lembaga legislatif di Uni Soviet dijalankan oleh lembaga yang bernama
Soviet Tertinggi URRS (STU) yang terdiri dari 2 majelis yaitu majelis Uni dan majelis
bangsa-bangsa. Majelis uni mencerminkan kepentingan bersama seluruh penduduk
URSS ( mirip DPR) sedangkan majelis bangsa-bangsa mencerminkan bangsa-
bangsa dan suku bangsa yang terdapat di wilayah URSS ( semacam Senat). Siviet
tertinggi (STU) memilih presidium soviet tertinggi (semacam badan pekerja MPR)
yang merupakan lembaga yang amat berkuasa di Uni Soviet.

Kekuasaan Eksekutif dijalankan oleh dewan menteri yang bertanggung


jawab dan tunduk kepada Siviet Teretinggi URSS. Kekuasan nyata pemerintahan di
Uni Soviet berada di tangan pemimpin partai komunis.
d) Sistem Pemerintahan Referendum
Di negara Swiss pembuatan UU berada dibawah pengawasan rakyat yang
memiliki hak pilih. Pengawasan itu dilakukan dalam bentuk referendum.
Referendum itu ada 3 jenis :
1) Referendum Obligatoir adalah referendum yang harus lebih dulu mendapat
persetujuan langsung dari rakyat sebelum suatu UUD tertentu diberlakukan.
2) Referendun Fakultatif adalah referendunm yang dilaksanakan apabila dalam
waktu tertentu setelah UU dilaksanakan, sejumlah orang tertentu menginginka
dilaksanakannya referendum. Apabila hasil referendum menghendaki
dilaksanakannya UU maka akan terus berlaku, tapi sebaliknya.
3) Referendum Konsultatif adalah referendum yang menyangkut soal-soal teknis.
Biasanya rakyat kurang paham tentangmateri UU yang diminta persetujuannya.
 SISTEM PEMERINTAHAN DI AMERIKA SERIKAT
 Amerika serikat adalah negara republik berbentuk Federasi (federal) terdiri dari
50 negara bagian.
 Adanya pemisahan kekuasaan yang tegas antara legislatif, eksekutif dan
yudikatif yang didasarkan pada sistem check and balances.
 Kekuasaan eksekutif adalah prewsiden sebgai kepala negara sekaligus kepala
pemerintahan.
 Kekuasan legislatif ditangan parlemen yang beernama Kongres. Kongres terdiri
dari dua kamar yaitu senat dan badan perwakilan (The House of
11

Representatives). Anggota senat dipilih melalui pemilu yang merupakan wakil


dari negara-negara bagian, setiap negara bagian 2 orang wakil. Jadi anggota
senat itu 100 senator, masa jabatan 6 tahun. Sedangkan badan perwakilan
merupakan wakil dari rakyat amerika serikat yang dipilih langsung untuk jabatan
2 tahun.
 Kekuasaan yudikatif dipegang oleh Mahkamah Agung.
 Menganut sitem 2 partai yaitu Demokrat dan republik.
 Pemilihan umum menganut sistem distrik
 SISTEM PEMERINTAHAN DI INGGRIS
 Inggris adalah negara kesatuan (United Kingdom) terdiri dari england, scotand,
wales, irlandia utara, berbentuk kerajaan (monarki).
 Kekuasan pemerintahan ditangan kabinet (Perdana Menteri)
 Raja adalah simbol kedaulatan dan persatuan negara.
 Parlemen terdiri dari 2 kamar yaitu House of commons (majelis Rendah) dan
house of lords (majelis Tinggi). Majelis rendah adalah badan perwakilan rakyat
dimana anggotanya dipilih oleh rakyat dari calon partai politik. Majelis Tinggi
adalah perwakilan yang bberisi para bangsawan berdasarkan warisan.
 Adanya oposisi dari partai yang kalah dalam pemilu.
 Menganut sistem 2 partai yaitu konservatif dan partai buruh.
 Badan peradilan ditunjuk oleh kabinet maka tidak ada hakim yang dipilih.
 SISTEM PEMERINTAHAN REPUBLIK RAKYAT CINA
 Bentuk negara adalah kesatuan dengan 23 provinsi.
 Bentuk pemerintahan adalah republik dengan sistem demokrasi komunis.
 Kepala negara adalah presiden, dan kepala pemerintahan adalah perdana
menteri.
 Menggunakan sistem unikameral yaitun kongres rakyat nasional.
 Lembaga negara tertinggi adalah kongres rakyat nasional sebagai badan
legislatif.
 Kekuasaan yudikatif dijalankan secara bertingkat dan kaku oleh pengadilan
rakyat dibawah pimpinan mahkamah agung Cina.
 Sistem Pemerintahan Indonesia Sebelum dan Setelah Amandemen
Berdasarkan UUD 1945 Sebelum Diamandemen. Pokok-pokok sistem
pemerintahan Indonesia berdasarkan UUD 1945 sebelum diamandemen tertuang
dalam Penjelasan UUD 1945 tentang tujuh kunci pokok sistem pemerintahan negara
tersebut sebagai berikut.
1) Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum (rechtsstaat).
2) Sistem Konstitusional.
3) Kekuasaan negara yang tertinggi di tangan Majelis Permusyawaratan Rakyat.
4) Presiden adalah penyelenggara pemerintah negara yang tertinggi dibawah
Majelis Permusyawaratan Rakyat.
5) Presiden tidak bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
6) Menteri negara ialah pembantu presiden, menteri negara tidak
bertanggungjawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
7) Kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas.
Berdasarkan tujuh kunci pokok sistem pemerintahan, sistem pemerintahan Indonesia
menurut UUD 1945 menganut sistem pemerintahan presidensial. Sistem
pemerintahan ini dijalankan semasa pemerintahan Orde Baru di bawah
kepemimpinan Presiden Suharto. Ciri dari sistem pemerintahan masa itu adalah
adanya kekuasaan yang amat besar pada lembaga kepresidenan. Hampir semua
kewenangan presiden yang di atur menurut UUD 1945 tersebut dilakukan tanpa
melibatkan pertimbangan atau persetujuan DPR sebagai wakil rakyat. Karena itu
12

tidak adanya pengawasan dan tanpa persetujuan DPR, maka kekuasaan presiden
sangat besar dan cenderung dapat disalahgunakan. Mekipun adanya kelemahan,
kekuasaan yang besar pada presiden juga ada dampak positifnya yaitu presiden
dapat mengendalikan seluruh penyelenggaraan pemerintahan sehingga mampu
menciptakan pemerintahan yang kompak dan solid. Sistem pemerintahan lebih stabil,
tidak mudah jatuh atau berganti. Konflik dan pertentangan antar pejabat negara dapat
dihindari. Namun, dalam praktik perjalanan sistem pemerintahan di Indonesia
ternyata kekuasaan yang besar dalam diri presiden lebih banyak merugikan bangsa
dan negara daripada keuntungan yang didapatkanya.

Memasuki masa Reformasi ini, bangsa Indonesia bertekad untuk menciptakan sistem
pemerintahan yang demokratis. Untuk itu, perlu disusun pemerintahan yang
konstitusional atau pemerintahan yang berdasarkan pada konstitusi. Pemerintah
konstitusional bercirikan bahwa konstitusi negara itu berisi

1) Adanya pembatasan kekuasaan pemerintahan atau eksekutif,


2) Jaminan atas hak asasi manusia dan hak-hak warga negara.

Berdasarkan hal itu, Reformasi yang harus dilakukan adalah melakukan perubahan
atau amandemen atas UUD 1945. dengan mengamandemen UUD 1945 menjadi
konstitusi yang bersifat konstitusional, diharapkan dapat terbentuk sistem
pemerintahan yang lebih baik dari yang sebelumnya. Amandemen atas UUD 1945
telah dilakukan oleh MPR sebanyak empat kali, yaitu pada tahun 1999, 2000, 2001,
dan 2002. berdasarkan UUD 1945 yang telah diamandemen itulah menjadi pedoman
bagi sistem pemerintaha Indonesia sekarang ini.

Sistem Pemerintahan Indonesia Berdasarkan UUD 1945 Setelah Diamandemen


Setelah dilakukan amandemen terhadap konstitusi Indonesia, Undang-undang dasar
Negara Indonesia tahun 1945, maka terjadi perubahan pula pada pokok, pokok
sistem pemerintahan sebagai berikut

1) Pokok-pokok Sistem Pemerintahan Indonesia


1) Bentuk negara kesatuan dengan prinsip otonomi daerah yang luas. Wilayah
negara terbagi dalam beberapa provinsi.
2) Bentuk pemerintahan adalah republik konstitusional, sedangkan sistem
pemerintahan presidensial.
3) Presiden adalah kepala negara dan sekaligus kepala pemerintahan.
Presiden dan wakil presiden dipilih secara langsung oleh rakyat dalam satu
paket.
4) Kabinet atau menteri diangkat oleh presiden dan bertanggung jawab kepada
presiden.
5) Parlemen terdiri atas dua bagian (bikameral), Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Para anggota dewan
merupakan anggota MPR. DPR memiliki kekuasaan legislatif dan kekuasaan
mengawasi jalannya pemerintahan.
6) Kekuasaan yudikatif dijalankan oleh Makamah Agung dan badan peradilan
dibawahnya.

Sistem pemerintahan ini juga mengambil unsur-unsur dari sistem pemerintahan


parlementer dan melakukan pembaharuan untuk menghilangkan kelemahan-
kelemahan yang ada dalam sistem presidensial. Beberapa variasi dari sistem
pemerintahan presidensial di Indonesia adalah sebagai berikut :

1) Presiden sewaktu-waktu dapat diberhentikan oleh MPR atas usul dari DPR. Jadi,
DPR tetap memiliki kekuasaan mengawasi presiden meskipun secara tidak
langsung.
2) Presiden dalam mengangkat penjabat negara perlu pertimbangan atau
persetujuan dari DPR.
13

3) Presiden dalam mengeluarkan kebijakan tertentu perlu pertimbangan atau


persetujuan dari DPR.
4) Parlemen diberi kekuasaan yang lebih besar dalam hal membentuk undang-
undang dan hak budget (anggaran)

Dengan demikian, ada perubahan-perubahan baru dalam sistem pemerintahan


Indonesia. Hal itu diperuntukan dalam memperbaiki sistem presidensial yang lama.
Perubahan baru tersebut, antara lain adanya pemilihan secara langsung, sistem
bikameral, mekanisme cheks and balance, dan pemberian kekuasaan yang lebih
besar kepada parlemen untuk melakukan pengawasan dan fungsi anggaran.

Amandemen UUD 1945 juga membawa banyak perubahan dalam sistem


ketatanegaraan (struktur pemerintahan) Indonesia seperti MPR bukan lagi lembaga
tertinggi negara. Terdapat pula perubahan fungsi tugas dan wewenang lembaga
negara. Serta ada juga lembaga yang dibentuk dan dihapuskan. Baca selengkapnya
Sistem Ketatanegaraan Indonesia.

BAB V
INSFRASTRUKTUR POLITIK DAN SUPRASTUKTUR POLITIK

A. Infrastuktur Politik
Infrastuktur politik adalah Keterkaitan dan keterhubungan kehidupan politik rakyat
dengan kelompok lain dalam berbagai macam golongan yang biasa disebut dengan ―kekuatan
sosial politik masyarakat‖, dan kelompok tersebut yang merupakan kekuatan politik riil di
masyarakat.

Komponen-komponen infrastruktur politik, anara lain :


1) Partai Politik
Partai politik adalah sebuah organisasi atau intitusi yang mewakili beberapa golongan
masyarakat yang memiliki tujuansama, yang kemudian bersama-sama berusaha untuk
mencapai tujuannyan tersebut.

Tujuan Partai Politik :

· Berpartisipasi dalam sector pemerintahan, dalam arti mendudukan orang-orangnya


menjadi pejabat pemerintahan, sehingga dapat turut serta mengambil atau menentukan
keputusan politik atau out put pada umumnya.
Berusaha melakukan pengawasan, bahkan bila perlu oposisi terhadap kelakuan, tindakan,
kebijakan para pemegang otoritas (terutama dalam keadaan mayoritas pemerintahan
tidak berada di tangan partai politik yang bersangkutan).
Berperan untuk menyerap tuntutan-tuntutan yang masih mentah, sehingga partai politik
bertindak sebagai penafsir kepentingan dengan memancangkan isu-isu politik yang dapat
dicerna dan dapat diterima oleh masyarakat secara luas.
Menurut Maurice Duverger, partai politik suatu Negara dapat digolongkan menjadi tiga
macam, yaitu:

 Sistem Monopartai (Sistem Satu Partai)


Suatu sistem politik dikatakan menganut system monoparti, apabila di dalam wilayah
Negara tersebut hanya terdapat satu partai politik yang diakui dan diperbolehkan
hidup serta berkembang.
 Sistem Dwipartai (Sistem Dua Partai)
Suatu sistem politik dikatakan menganut dua partai, apabila di dalam wilayah Negara
tersebut konstitusional hanya diakui adanya dua partai yang hidup dan berkembang.
Contoh Negara yang menganut sistem dua partai adalah Amerika Serikat dengan
14

Partai Republik dan Demokrat serta Inggris dengan Partai Konservatif dan Partai
Buruhnya.
 Sistem mulipartai (Sistem Banyak Partai)
Suatu sistem politik dikatakan menganut sistem multipartai, apabila di dalam wilayah
negara tersebut terdapat lebih dari dua partai yang diakui secara konstitusional.
Contoh Negara yang menganut sistem multipartai, antara lain Indonesia, Filipina,
Jepang, Malaysia, Belanda, dan Prancis.

2) Kelompok Kepentingan
Sekelompok orang yang mendirikan organisasi yang bertujuan tertentu berusaha
mempengaruhi proses kebijakan pemerintah.
Kelompok kepentingan dibagi menjadi beberapa bagian, antara lain :
a. Kelompok kepentingan anomik
b. Kelompok kepentingan Non-Asosiasional
c. Kelompok kepentingan Institusional
d. Kelompok kepentingan Asosiasonal
e. Media komunikasi politik
f. Kelompok penekan
g. Tokoh politik.

B. Suprastruktur Politik
Suprastruktur politik merupakan mesin politik resmi di suatu negara sebagai
penggerak politik formal. Dalam perkembangan ketatanegaraan modern, elit politik pemerintah
dibagi dalam kekuasaan eksekutif, kekuasaan legislatif, dan kekuasaan yudikatif. Untuk
terciptanya dan mantapnya kondisi politik negara,suprastruktur politik harus memperoleh
dukungan dari infrastruktur politik yang mantap pula.
Sistem politik dan juga mekanisme pemerintahan dapat memenuhi fungsinya jika :
o Sistem politik dapat mempertahankan pola yang berlaku. Pola ini dapat dipertahankan bila
rakyat menerima dan meyakininya.
o Sistem politik mampu menyelesaikan ketegangan yang selalu timbul dalam masyarakat
dengan prosedur yang sedapat mungkin dapat memuaskan semua pihak.
o Perubahan-perubahan, dalam arti memiliki kemampuan adaptasi yang besar untuk
menyesuaikan diri dengan perkembangan-perkembangannya yangterjadi baik di dalam
negeri maupun dalam rangka hubungan internasional yang bersifat interdependesi dan
interrelasi antaranegara.
o Sistem politik harus mampu mewujudkan tujuan nasional. Hal ini berupa Garis-garis Besar
Haluan Negara dan peraturan perundang-undangan lainnya sebagai dasar yuridis formal
dalam upaya meraihnya.
o Sistem politik harus mampu mengintegrasikan dan menjamin keutuhan seluruh sistem
sosial, karena ancaman, hambatan terhadap sistem sosial berupa rasa ketidak puasan,
keresahan, ketegangan, perpecahan merupakan masalah yang harus diselesaikan oleh
sistem politik itu sendiri

Suprastuktur di Indonesia menurut UUD 1945 sebelum amandemen


 MPR (Majelis Permusyawaratan rakyat)
 DPR (Dewan perwakilan Rakyat)
 Presiden dan Wakil presiden
 BPK (Badan Pemeriksa Keuangan)
 DPA (Dewan Pertimbangan Agung)
 MA (Mahkamah Agung)
15

KOMPETENSI 2
Memahami konsep dasar kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dengan cara
mendiskripsikan, mengidentifikasi, dan menganalisis peranan pers dalam masyarakat terbuka dan
demokratis serta pengaruh globalisasi dalam berbagai aspek kehidupan.

INDIKATOR :s

1. Mendiskripsikan fungsi dan peranan pers yang bebas dan bertanggungjawab.


2. Menjelaskan perbedaan kehidupan pers di Indonesia dengan negara-negara liberal/komunis.
3. Menjelaskan akibat penyalahgunaan kebebasan pers.
4. Menjelaskan manfaat penerapan asas keterbukaan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
BAB I
PERS

A. Pengertian Pers
Istilah pers berasal dari kata persen bahasa Belanda atau press bahasa Inggris, yang
berarti menekan yang merujuk pada mesin cetak kuno yang harus ditekan dengan keras untuk
menghasilkan karya cetak pada lembaran kertas.
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia kata pers berarti: 1) alat cetak untuk mencetak buku
atau surat kabar, 2) alat untuk menjepit atau memadatkan, 3) surat kabar dan majalah yang
berisi berita, 4) orang yang bekerja di bidang persurat kabaran.
Menurut UU No. 40 tahun 1999 tentang Pers, Pers adalah lembaga sosial dan wahana
komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik yang meliputi mencari,
memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam
bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk
lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang
tersedia.

B. Fungsi Pers
Menurut UU No. 40 tahun 1999 tentang Pers, disebutkan dalam pasal 3 fungsi pers adalah
sebagai berikut :
 Sebagai Media Informasi, ialah perrs itu memberi dan menyediakan informasi tentang
peristiwa yang terjadi kepada masyarakat, dan masyarakat membeli surat kabar karena
memerlukan informasi.
 Fungsi Pendidikan, ialah pers itu sebagi sarana pendidikan massa (mass Education), pers
memuat tulisan-tulisan yang mengandung pengetahuan sehingga masyarakat bertambah
pengetahuan dan wawasannya.
 Fungsi Menghibur, ialah pers juga memuat hal-hal yang bersifat hiburan untuk
mengimbangi berita-berita berat (hard news) dan artikel-artikel yang berbobot. Berbentuk
cerita pendek, cerita bersambung, cerita bergambar, teka-teki silang, pojok, dan karikatur.
 Fungsi Kontrol Sosial, terkandung makna demokratis yang didalamnya terdapat unsur-
unsur sebagai berikut:
a) Social particiption yaitu keikutsertaan rakyat dalam pemerintahan.
b) Socila responsibility yaitu pertanggungjawaban pemerintah terhadap rakyat.
c) Socila support yaitu dukungan rakyat terhadap pemerintah.
d) Social Control yaitu kontrol masyarakat terhadap tindakan-tindakan pemerintah.
 Sebagai Lembaga Ekonomi, yaitu pers adalah suatu perusahaan yang bergerak dibidang
pers dapat memamfaatkan keadaan disekiktarnya sebagai nilai jual sehingga pers
sebagai lembaga sosial dapat memperoleh keuntungan maksimal dari hasil prodduksinya
untuk kelangsungan hidup lembaga pers itu sendiri.
16

C. Peranan Pers
Menurut pasal 6 UU No. 40 tahun 1999 tentang pers, perana pers adal;ah sebagai berikut :
1) Memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui.
2) Menegakkan nilai-nilai dasar demokrasi, mendorong terwujudnya supremasi hukum, hak
asasi manusia, serta menhormati kebhinekaan.
3) Mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat, akurat dan benar.
4) Melakukan pengawasan,kritik, koreksi dan saran terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
kepentingan umum.
5) Memperjuangkan keadilan dan kebenaran.

 Kebebasan pers dan Dampak penyalahgunaan mediamassa dalam masyarakat


demokratis di Indonesia
1) Pers Indonesia Era Orde Baru
Pers adalah lembaga kemasyarakatan yang merupakan subsistem dari sistem
kemasyarakatan tempat ia beroperasi bersama-sama dengan subsistem lain. Dengan
demikian, pers tidak hidup secara mandiri, tetapi memepengaruhi dan dipengaruhi
oleh lambaga-lambaga kemasyarakatan lainnya. Bersama-sama dengan lembaga-
lembaga kemasyarakatan lainnya pers berada dalam keterikatan oganisasi yang
benama negara dengan pemerintah sebagai perencana dan pelaksana pencapaian
tujuannya. Eksistensi pers dipengaruhi bahkan ditentukan oleh falsafah dan sistem
politik negara tempat pers itu hidup.
2) Pers Indonesia Pasca Reformasi
Wajah persIndonesiapada masa reformasi berbeda dengan
persIndonesiasebelumnya. Sekarang dengan bergulirnya reformasi,
persIndonesiakelihatan lebih bergairah dibandingkan sebelumnya. Selain sisi
kebebasan berekspresi dari pers kita, pihak pemerintah, telah membuka ―kran‖ dalam
kemudahan memdapatkan Surat Izin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP) sehingga
jumlah penerbitan pers meningkat drastis dibanding masa sebelumnya.
3) Dampak penyalahgunaan kebebasan madia massa
Pers di Indonesia harus mempersiapkan diri untuk menghadapi dilema antara
komitmennya terhadap kebenaran dan hasrat yang kuat untuk melakukan self
censorship demi terhindar dari pemberitaan yang menyinggung kepekaan-kepekaan
masyarakat. PersIndonesiaharus berhati-hati agar ungkapan ―diadili oleh pers‖ tidak
berubah menjadi ―mengadili pers‖ sebab kebebasan sebenarnya merupakan sarana
untuk mencapai perdamaian. Untuk itu, persIndonesiaharus berhati-hati agar
kebebasan ini tidak disalahgunakan.

 Kehidupan pers di negara liberal dan komunis


a) Kehidupan pers di Negara liberal
Sistem ini sangat bertolak belakang dengan sistem yang pertama. Jika sistem pers
otoriter dikuasai oleh negara, maka pada sistem pers liberal lebih dikuasai oleh
golongan pengusaha bermodal besar. Lahirnya prinsip liberal yang mendasari
berbagai lembaga sosial politik terutama pers disebabkan oleh beberapa faktor yang
diantaranya. Pertama, penemuan geografis menghasilkan perluasan pikiran manusia
terutama penemuan-penemuan ilmiah, seperti Newton, Copernicus, dan Kepler yang
memperlihatkan adanya nilai-nilai baru. Kedua, kehadiran kelas menengah dalam
masyarakat terutama di Eropa dimana kepentingan kelas komersial sedang
berkembang dan menuntut agar pertikaian agama dihentikan. Sementara itu hak
khusus para bangsawan dibatasi.
Selain itu, terbentuknya sistem pers liberal ini didasari oleh asumsi-asumsi dasar
filosofis sebagai berikut.
1) Hakikat manusia
Manusia seperti hewan rasional dan memiliki tujuan sendiri. Walaupun manusia
sering melatih kemampuannya untuk berpikir yang diberikan Tuhan kepadanya
untuk memecahkan suatu masalah yang dihadapi, pada akhirnya mereka
mampu menghimpun keputusan secara terpisah. Berbeda dengan hewan, maka
17

manusia dapat menggunakan kemampuannya untuk berpikir, mengingat, dan


pengalamannya untuk membuat keputusan.
2) Hakikat masyarakat
Tujuan masyarakat ialah kebahagiaan dan kesejahteraan manusia dan sebagai
organisme yang dapat berpikir ia sanggup mengorganisasi dunia sekelilingnya
dan membuat keputusan yang dapat mendukung kepentingannya. Fungsi utama
masyarakat ialah untuk memajukan kepentingan anggotanya serta menciptakan
perlindungan agar masyarakat tidak mengambil alih peran utama dan menjadi
tujuan itu sendiri.
3) Hakikat negara
Negara merupakan alat yang sangat diperlukan oleh masyarakat untuk mencapai
tujuan. Negara menyediakan lingkungan bagi masyarakat dan perorangan
sehingga mereka dapat menggunakan kemampuannya sendiri untuk mencapai
tujuan. Jika negara gagal dalam mencapai tujuan tersebu, maka dianggap
penghalang dan boleh diubah. Karena tercapainya tujuan perorangan
merupakan tujuan terakhir, yaitu tujuan manusia, masyarakat, dan negara.
4) Hakikat pengetahuan dan kebenaran
Kemampuan berpikir manusia adalah pemberian Tuhan yang sama halnya
dengan pemberian kejahatan dan kebaikan. Dengan kemampuan tersebut
manusia dapat memecahkan permasalahan sehingga makna pemberian Tuhan
memudar dan kemampuan manusia memecahkan persoalan lebih menonjol.
Tindakan manusia yang menggunakan panca indera untuk memecahkan
permasalah menjadi nyata. Kebenaran adalah suatu yang dapat ditemukan dan
diperlihatkan kepada manusia lain untuk diperdebatkan dan melalui musyawarah
akan dapat mengakhiri perdebatan dan hasilnya dapat diterima oleh akal. Pada
tahap akhir perang dunia kedua, golongan liberal menyatakan bahwa prinsip
demokrasi tentang kebebasan berbicara dan pers akan tersebar luas sehingga
dibentuklah sebuah organisasi internasional. Mereka yakin bahwa melalui badan
organisasi internasional, maka prinsip-prinsip otoriter dan komunisme dapat
dicegah. Salah satu pendorong terbentuknya organisasi Persatuan Bangsa-
Bangsa (PBB) ialah diakuinya hak-hak asasi manusia oleh seluruh dunia sesuai
dengan prinsip liberal.

b) Kehidupan Pers di Negara Komunis


Sejak awal tradisi marxis telah memperlihatkan otorianisme, kecenderungan untuk
membuat perbedaan yang keras dan tajam antara yang salah dan benar. Dalam
pandangan umum yang diwariskan oleh Marx kepada orang-orang Rusia terlihat
kesalahpahaman antara Uni Soviet dan Amerika Serikat. Orang Amerika biasa
berpikir bahwa orang sebaiknya mempunyai ide dan nilai yang berbeda, dengan
demikian menggalakkan seni bermusyawarah serta pemerintahan mayoritas.
Sedangkan Rusia biasa berpikir bahwa orang-orang seharusnya tidak berbeda
pandangan, musyawarah tanda kelemahan, dan hanya ada satu pandangan yang
benar yang dapat dipertemukan dan dipertahankan, disebarkan, dan digalakkan.
Dalam baying-bayang sikap umum inilah Marx mengembangkan konsep tetang
perubahan sosial dalam pengertian dinamikanya (dialektikanya), motivasinya
(determinisme materialistik), dan tujuannya (kemenangan kelas pekerja dan akhirnya
masyarakat tanpa kelas)

Menurut Marx, perubahan itu tidak hanya terjadi dalam bidang politik saja atau bidang
ekonomi saja, akan tetapi semua komponen kebudayaan lainnya juga akan berubah
seperti seni, agama, dan filsafat. Baginya, negara hanyalah alat bagi kelas
masyarakat untuk menguasai kelas lainnya. Dengan demikian masyarakat tanpa
kelas artinya masyarakat tanpa negara. Dalam masalah komunikasi massa, Marx
tidak pernah secara langsung mempertahankan masalah tersebut. Satu yang jelas
adalah konsep Marxis mengenai persatuan dan pembedaan antara kebenaran
dengan ketidakbenaran tidak memungkinkan pers berfungsi sebagai lembaga sosial
yang bebas mengkritik pemerintah dan bertindak sebagai forum bebas. Pers komunis
18

dianggap sebagai alat untuk menginterpretasi doktrin, melaksanakan kebijakan kelas


pekerja atau militant. Jelaslah menurut Marx, sesuai dengan determinisme
materialistik bahwa kontrol pers akan dipegang oleh mereka yang memiliki fasilitas
seperti para pencetak, penerbit stasiun siaran, dan sebagainya. Selama kelas
kapitalis mengontrol perangkat fisik ini, maka kelas pekerja tidak akan pernah
mendapat kesempatan yang seimbang untuk menggunakan seluruh komunikasi.
Agar mereka dapat memanfaatkan saluran komunikasi, maka mereka harus memiliki
sarana-sarana komunikasi dan kemudian komunikasi massa sebagai lembaga
lainnya.
Dalam banyak doktrin praktis Marx tidak berbicara, misalnya tentang penggunaan
komunikasi massa. Kelalaian Marx adalah kegagalan dalam melengkapi revolusi
dengan teori politik.

-
19

KOMPETENSI 3
Memahami konsep dasar kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dengan cara
mendiskripsikan, mengidentifikasi, dan menganalisis nilai dan norma, hubungan dasar Negara
dengan konstitusi.

INDIKATOR :

1. Menjelaskan bukti dan makna Pancasila sebagai ideologi terbuka.


2. Menjelaskan makna pancasila sebagai sumber nilai.
3. Menjelaskan implikasi dari kedudukan pembukaan UUD 1945 sebagai kaidah Negara yang
fundamental.

BAB I
PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA

A. Pengertian Ideologi
Secara Etimologi, berasal dari bahasa Yunani, Kata ideologi berasal dari dua kata yaitu Idea
yang berarti pikiran, gagasan, konsep atau cita-cita dan Logos yang bderarti ilmu,
pengetahuan, dan paham. Dengan Demikian Ideologi dapat diartikan sebagai suatu
pengetahuan/ilmu/paham mengenai cita-cita. atau suatu gagasan yang berdasarkan pikiran
tertentu. Istilah ideologi pada umumnya digunakan oleh seseorang atau kelompok orang
(masyarakat) yang digunakan sebagai pedoman berpikir maupun bertindak (sebagai pedoman
hidup).

a) Ideologi menurut para ahli


Istilah ideologi pertama kali diciptakan oleh Antoine Destutt De Tracy.

 Menurut Antoine Destutt De Tracy


Ideologi adalah ilmu mengenai gagasan atau ilmu tentang ide-ide yang mengatasi
prasangka-prasangka agama maupun metafisika.
 Menurut Nicollo Machiavelli berasal dari Florence Italia (1469 – 1529)
Ideologi pada dasarnya berkenaan dalam siasat politik praktis.
ideologi pada hakekatnya adalah pengetahuan mengenai cara menyembunyikan
kepentingan, mendapatkan serta mempertahankan kekuasaan dengan
memanfaatkan konsepsi-konsepsi keagamaan dan tipu daya.
 Menurut Heuken,
Ideologi Adalah (a) ilmu tentang cita-cita, gagasan atau buah pikiran. (b) pandangan
hidup yang dikembangkan berdasarkan kepentingan tertentu, (c) kesatuan gagasan-
gagasan dasar yang disusun secara sistematis dan menyeluruh tentang manusia dan
kehidupannya.
 Menurut. Harol H. Titus
Ideologi adalah suatu istilah yang dipergunakan untuk sekelompok cita-cita mengenai
berbagai macam masalah politik dan ekonomi filsafat sosial yang sering dilaksanakan
secara terencana dan sistematis tentang cita-cita yang dijalankan oleh kelompok atau
lapisan masyarakat.
 Menurut. W. White
Ideologi adalah: cita-cita politik / doktrin / ajaran suatu lapisan masyarakat atau
sekelompok manusia yang berbeda-beda
 Menurut Patrick Corbelt
Ideologi adalah: struktur kejiwaan yang tersusun oleh seperangkat keyakinan
mengenai penyelenggaraan hidup bermasyarakat beserta organisasinya, sifat
hakekat manusia dan alam semesta, suatu pernyataan pendirian dan suatu
dambaan.
20

 Menurut AS. Hornby


Ideologi adalah: seperangkat gagasan yang membentuk landasan teori ekonomi dan
politik atau dipegang oleh seseorang atau kelompok orang.
 Menurut Gunawan Setiardja
ideologi adalah; seperangkat ide asasi tentang manusia dan seluruh realitas yang
dijadikan pedoman dan cita-cita hidup.
 Menurut Soejono Soemargono
Ideologi adalah: kumpulan gagasan, ide, keyakinan, kepercayaan, yang menyeluruh
dan sistematis yang menyangkut bidang politik sosial, kebudayaan dan agama.
 Menurut Sastrapratedja
Ideologi adalah: seprangkat gagasan atau pemikiraan yang berorientasi pada
tindakan yang diorganisir menjadi suatu system yang teratur.
 Menurut Moerdiono
Ideologi adalah: seperangkat pengetahuan dan nilai yang terpadu yang menjadi
landasan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, untuk memahami jagat
raya, bumi dan isinya serta menentukan sikap dasar untuk mengelolahnya.

B. Sifat-sifat Ideologi
Ada tiga dimensi sifat ideologi, yaitu dimensi realitas, dimensi idealisme, dan dimensi
fleksibilitas.
1) Dimensi Realitas: nilai yang terkandung dalam dirinya, bersumber dari nilai-nilai yang
hidup dalam masyarakat, terutama pada waktu ideologi itu lahir, sehingga mereka betul-
betul merasakan dan menghayati bahwa nilai-nilai dasar itu adalah milik mereka bersama.
Pancasila mengandung sifat dimensi realitas ini dalam dirinya.
1) Dimensi idealisme: ideologi itu mengandung cita-cita yang ingin diicapai dalam berbagai
bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pancasila bukan saja
memenuhi dimensi idealisme ini tetapi juga berkaitan dengan dimensi realitas.
2) Dimensi fleksibilitas: ideologi itu memberikan penyegaran, memelihara dan memperkuat
relevansinya dari waktu ke waktu sehingga bebrsifat dinamis, demokrastis. Pancasila
memiliki dimensi fleksibilitas karena memelihara, memperkuat relevansinya dari masa ke
masa.

C. Ideologi Pancasila
a) Pengertian Ideologi Pancasila
Pancasila sebagai suatu Ideologi tidak bersifat tertutup dan kaku, tetapi bersifat reformatif,
dinamis dan terbuka. Hal ini dimaksudkan bahwa Ideologi pancasila besifat aktual, dinamis,
antisipatif dan senantiasa mampu menyesuaikan dengan perkembangan zaman, ilmu
pengetahuan dan teknologi (iptek), serta dinamika perkembangan aspirasi masyarakat.
Sebagai suatu ideologi yang bersifat terbuka maka secara structural Pancasila memiliki tiga
dimensi sebagai berikut:
1) Dimensi idealis. Merupakan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila bersifat
sistematis dan rasional yaitu hakikat nilai-nilai yang terkandung dalam lima sila
Pancasila : Ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan.
2) Dimensi normatif. Merupakan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila perlu
dijabarkan dalam suatu sistem normatif, sebagaimana terkandung dalam Pembukaan
UUD 1945 yang memilki kedudukan tinggi yang di dalamnya memuat Pancasila
dalam alinea IV.
3) Dimensi realitas. Merupakan suatu Ideologi harus mampu mencerminkan realitas
yang hidup dan berkembang dalam masyarakat. Oleh karena itu, selain memiliki
dimensi nilai-nilai ideal dan normative, pancasila juga harus mampu dijabarkan dalam
21

kehidupan bermasyarakat secara nyata, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun


dalam penyelenggaraan Negara.
Berdasarkan dimensi yang dimiliki oleh pancasila sebagai Ideologi terbuka, maka sifat
Ideologi pancasila tidak bersifat ―utopis‖, yaitu hanya merupakan sistem ide-ide belaka yang
jauh dari kehidupan sehari-hari secara nyata. Pancasila juga bukan merupakan Ideologi
―pragmatis‖ yang hanya menekankan segi praktisi belaka tanpa adanya aspek idealisme.
Ideologi Pancasila yang bersifat terbuka hakikatnya nilai-nilai dasar yang bersifat unviversal
dan tetap. Adapun penjabaran dan realisasinya senantiasa dieksplisitkan secara dinamis-
reformatif yang senantiasa mampu melakukan perubahan sesuai dengan dinamika aspirasi
masyarakat.

b) Sejarah perumusan Pancasila


1) BPUPKI ( Dokuritzu Zyunbi Tyoosakai ) atau Badan Penyelidik Usaha-Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia, bersidang 2 kali :
a. Sidang pertama tanggal 29 mei sampai 1 juni 1945, membahas Dasar Negara
Indonesia antara lain dikemukakan oleh :

 Rumusan Mr. Muhammad Yamin, sbb :


1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kebangsaan Persatuan Indonesia
3. Rasa Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat.

 Rumusan Ir. Sukarno, sbb:


1. Kebangsaan
2. Internasionalisme
3. Mufakat atau demokrasi
4. Kesejahteraan sosial
5. Ketuhanan Yang Maha Esa

 Rumusan Piagam Jakarta sbb :


1. Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syari‘at islam bagi pemeluk
pemeluknya.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Catatan :
Sila pertama Piagam Jakarta ini tidak mencerminkan realita kemajemukan
agama yang di peluk oleh masyarakat Indonesia, sehingga keberatan
disampaikan oleh mereka yang diluar islam sehingga demi persatuan dan
kesatuan bangsa maka rumusannya diubah menjadi: Ketuhanan Yang Maha
Esa, dan diberi nama Pancasila sehingga ditetapkan menjadi Dasar Negara
Indonesia.
22

b. Sidang kedua tanggal 10 sampai 16 Juli 1945, Membahas rancangan Undang-


Undang Dasar Negara Indonesia yang menghasilkan UUD 1945 yang terdiri dari
:
1. Pembukaan UUD 1945 empat alinea yang didalamnya tercantum rumusan
Definitif Pancasila.
2. Batang tubuh yang terdiri dari : 16 BAB, 37 pasal, 4 pasal aturan peralihan
dan 2 ayat aturan tambahan.
3. Penjelasan yang terdiri dari Penjelasan umum dan pasal demi pasal.

c) Fungsi Pancasila sebagai Ideologi Negara


 Mempersatukan bangsa
 Mengarahkan bangsa menuju cita-citanya.
 Memelihara dan mengembangkan identitas bangsa.
 Sebagai ukuran dalam menyampaikan kritik mengenai keadaan bangsa.

d) Pancasila Sebagai Idiologi Terbuka :


Pancasila memenuhi syarat sebagai idiologi terbuka, sebab :
 Memiliki nilai dasar yang bersumber pada masyarakat atau realita bangsa Indonesia
seperti Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan. Atau nilai-
nilainya tidak dipaksakan dari luar atau bukan pembeberian negara.
 Memiliki nilai instrumental untuk melaksanakan nilai dasar, seperti UUD 45, UU,
Peraturan-peraturan, Ketetapan MPR, DPR, dll
 Memiliki nilai praksis yang merupakan penjabaran nilai instrumental. Nilai Praksis
terkandung dalam kenyataan sehari-hari yaitu bagaimana cara kita melaksanakan
nilai Pancasila dalam hidup sehari-hari, seperti toleransi, gotong-royong,
musyawarah, dll.

e) Pancasila sebagai sumber nilai


Bagi bangsa Indonesia yang dijadikan sebagai sumber nilai dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara adalah Pancasila. Hal ini berarti bahwa seluruh
tatanan kehidupan masyarakat, bangsa dan negara menggunakan Pancasila sebagai
dasar moral atau norma dan tolok ukur tentang baik buruk dan benar salahnya sikap,
perbuatan dan tingkah laku bangsa Indonesia.
Pancasila dalam kedudukannya sebagai sumber nilai, secara umum dapat dilihat dalam
penjelasan berikut ini.

No Sumber Nilai Pancasila Uraian / Penjelasan Keterangan

1. Ketuhanan Yang Maha  Merupakan bentuk keyakinan


Esa yang berpangkal dari kesadaran
manusia sebagai mahluk Tuhan.
 Negara menjamin bagi setiap
penduduk untuk beribadat
menurut agama dan kepercayaan
masing-masing.
 Tidak boleh melakukan perbuatan
yang anti ke-Tuhanan dan anti
kehidupan beragama.
 Mengembangkan kehidupan tole-
ransi baik antar, inter, maupun
antara umat beragama.
 Mengatur hubungan negara dan
agama, hubungan manusia
dengan sang pencipta, serta nilai
yang menyangkut hak asasi yang
paling asasi.
 Dijamin dalam Pasal 29 UUD
23

1945.
 Program pembi-naan dan pelak-
sanaan selalu dicantumkan da-
lam GBHN
 Regulasi UU atau Kepmen yang
menjamin kelangsungan hidup
ber-agama.

2. Kemanusiaan Yang Adil  Merupakan bentuk kesadaran


dan Beradab manusia terhadap potensi budi
nurani dalam hubungan dengan
norma-norma kebudayaan pada
umumnya.
 Adanya konsep nilai kemanusiaan
yang lengkap, yang adil dan
bermutu tinggi karena
kemampuan-nya berbudaya.
 Manusia Indonesia adalah bagian
dari warga dunia, meyakini
adanya prinsip persamaan harkat
dan martabat sebagai hamba
Tuhan.
 Mengandung nilai cinta kasih dan
nilai etis yang menghargai kebera-
nian untuk membela kebenaran,
santun dan menghormati harkat
kemanusiaan.
 Dijelmakan dalam Pasal 26, 27,
28, 28A-J, 30 dan 31 UUD 1945
 Regulasi dalam bentuk peratu-ran
perundang-undangan sudah
banyak dihasil-kan.

3. Persatuan Indonesia  Persatuan dan kesatuan dalam


arti ideologis, ekonomi, politik,
sosial budaya dan keamanan.
 Manifestasi paham kebangsaan
yang memberi tempat bagi
keragaman budaya atau etnis.
 Menghargai keseimbangan antara
kepentingan pribadi dan
masyarakat.

 Menjunjung tinggi tradisi


kejuangan dan kerelaan untuk
berkorban dan membela
kehormatan bangsa dan negara.
 Adanya nilai patriotik serta
penghargaan rasa kebangsaan
sebagai realitas yang dinamis.
 Dijelmakan dalam Pasal 1, 32, 35
dan 36, 36 A-C.
 Regulasi dalam bentuk peratu-ran
perundang-undangan sudah
banyak dihasil-kan.
24

4. Kerakyatan yang dipimpin  Paham kedaulatan rakyat yang


oleh hikmat kebijak- bersumber kepada nilai
sanaan dalam kebersamaan, kekeluargaan dan
permusyawa-ratan/ kegotongroyongan.
perwa-kilan.  Musyawarah merupakan cermin
sikap dan pandangan hidup
bahwa kemauan rakyat adalah
kebenaran dan keabasahan yang
tinggi.
 Mendahulukan kepentingan
negara dan masyarakat.
 Menghargai kesukarelaan dan
kesadaran daripada memaksakan
sesuatu kepada orang lain.
 Menghargai sikap etis berupa
tanggung jawab yang harus
ditunaikan sebagai amanat
seluruh rakyat baik kepada
manusia maupun kepada
Tuhannya.
 Menegakkan nilai kebenaran dan
keadilan dalam kehidupan yang
bebas, aman, adil dan sejahtera.
 Dijelmakan dalam Pasal 1 (ayat2),
2, 3, 4, 5, 6, 7, 11, 16, 18, 19, 20,
21, 22, 22 A-B, dan 37.
 Regulasi dalam bentuk peraturan
perundang-undangan sudah
banyak dihasilkan.

5. Keadilan sosial bagi  Setiap rakyat Indonesia diperlaku-


seluruh rakyat Indonesia. kan dengan adil dalam bidang
hukum, ekonomi, kebudayaan,
dan sosial.
 Tidak adanya golongan tirani
minoritas dan mayoritas.
 Adanya keselarasan,
keseimbangan dan keserasian
hak dan kewajiban rakyat
Indonesia.
 Kedermawanan terhadap sesama,
sikap hidup hemat, sederhana dan
kerja keras.
 Menghargai hasil karya orang lain.
 Menolak adanya kesewenang-
wenangan serta pemerasan
kepada sesama.
 Menjunjung tinggi harkat dan
martabat manusia.
 Dijelmakan dalam Pasal 27, 33
dan 34 UUD 1945.
 Regulasi dalam bentuk peratu-ran
perundang-undangan sudah
banyak dihasil-kan.
25

f) Kedudukan Pembukaan UUD 1945 sebagai kaidah Negara yang fundamental


1) Kedudukan Pembukaan UUD 1945
Pembukaan UUD 1945 merupakan inti atau kristalissi dari pikiran atau gagasan
bernas dari para pendiri Negara ( The Founding Fathers ). Pembukaan UUD juga
meripakan hasil perjuangan dari pendiri Negara dalam upaya memberikan landasan
yang kokoh bagi Negara Republik Indonesia agar mampu bertahan lama, tidak hanya
untuk puluhan tahun melainkan untuk jangka ratusan tahun. Di dalam pembukaan
UUD 1945 terdapat rumusan dasar Negara Indonesia, yaitu pancasila. Oleh karena
itu, kedudukan kedudukan pembukaan UUD 1945 sangatlah tinggi. Pembukaan UUD
1945 memiliki kedudukan sebagai tertib hukum tertinggi. Selain itu, pembukaan UUD
juga merupakan pokok kaidah Negara yang fundamental. Pada saat pemerintahan
melakukan amandemen terhadap UUD 1945, satu – satunya unsur dalam sistematika
UUD 1945 yang tidak diamandemen adalah Pembukaan UUD 1945. Pembukaan
UUD 1945 mungkin dapat dianggap sebagai Preambule yang lengkap, karena
memenuhi unsur – unsur politik, religius, moral dan mengandung ideology Negara (
State Ideology ) Pancasila. Pertama : Menjadi dasar tertib hukum, karena
Pembukaan UUD 1945 memberikan empat syarat adanya tertib hukum Indonesia.
Kedua : Menjadi ketentuan hukum tertinggi, sesuai dengan kedudukannya sebagai
asas hukum dasar tertulis (UUD) maupun hukum dasar tidak tertulis (Konvensi) serta
peraturan-peraturan hukum lainnya yang lebih rendah (Notonagoro, 1974: 45)

2) Kedudukan Pembukaan UUD 1945 sebagai kaidah Negara yang fundamental


Pembukaan UUD 1945 sebagai Pokok Kaidah Negara Yang Fundamental
Pembukaan UUD 1945 merupakan pokok kaidah negara yang fundamental (Staaats
fundamental norm) yang menurut ilmu hukum tata negara memiliki beberapa unsur
antara lain :
 Dari segi isinya, Pembukaan UUD 1945 memuat dasar-dasar pokok negara
sebagai berikut :
o Dasar tujuan negara (baik tujuan umum maupun tujuan khusus).
o Ketentuan diadakannya UUD Negara.
o Bentuk negara.
o Dasar filsafat negara (asas kerohanian negara).

 Dalam hubungannya dengan pasal-pasal (batang tubuh) UUD 1945, Pembukaan


UUD 1945 mempunyai hakikat dan kedudukan sebagai berikut :
o Dalam hubungannya dengan tertib hukum Indonesia, Pembukaan UUD
1945 mempunyai hakikat kedudukan yang terpisah dari batang tubuh UUD
1945.
o Pembukaan UUD 1945 merupakan tertib hukum tertinggi dan pada
hakikatnya mempunyai kedudukan lebih tinggi dari pada batang tubuh UUD
1945.
o Pembukaan UUD 1945 merupakan pokok kaidah negara yang fundamental
yang menentukan adanya UUD 1945 yang menguasai hukum dasar negara
baik yang tertulis maupun tidak tertulis, jadi merupakan sumber hukum
dasar negara.
o Pembukaan UUD 1945 sebagai pokok kaidah negara yang fundamental
mengandung pokok-pokok pikiran yang harus dijabarkan dalam pasal-pasal
UUD 1945.
Para ahli hukum memang berbeda pendapat mengenai hakikat dan kedudukan
Pembukaan UUD 1945 dalam hubungannya dengan pasal-pasal UUD 1945,
walaupun pada akhirnya mereka tiba pada suatu kesimpulan yang sejalan. Di satu
pihak ada pendapat yang mengatakan bahwa Pembukaan UUD 1945 dan pasal-
26

pasalnya merupakan satu kesatuan, sedangkan di pihak lain ada yang menyatakan
bahwa keduanya terpisah. Namun karena hakikat kedudukan Pembukaan UUD 1945
tersebut memiliki kedudukan fundamental bagi kelangsungan hidup negara, kedua
pendapat tersebut akhirnya tiba pada kesimpulan sebagai berikut :
 Sebagai pokok kaidah negara yang mempunyai kedudukan yang tetap dan tidak
berubah serta melekat pada kelangsungan hidup negara yang telah dibentuk.
 Dalam jenjang hierarki tertib hukum, Pembukaan UUD 1945 sebagai pokok
kaidah negara yang fundamental memiliki kedudukan tertinggi, lebih tinggi
daripada pasal-pasal UUD 1945, sehingga secara hukum dapat dikatakan
terpisah dari pasal-pasal UUD 1945.

Pengertian terpisah sebenarnya bukan berarti tidak memiliki hubungan sama sekali
tetapi antara Pembukaan UUD 1945 dan batang tubuh UUD 1945 terdapat hubungan
kausal organis, di mana UUD harus menciptakan pokok-pokok pikiran yang
terkandung dalam Pembukaan UUD 1945. Dengan demikian, pengertian terpisah di
sini adalah keduanya mempunyai hakikat dan kedudukan sendiri-sendiri, di mana
Pembukaan UUD 1945 memiliki kedudukan lebih tinggi daripada pasal-pasal UUD
1945, bahkan yang tertinggi dalam tertib hukum Indonesia.
27

KOMPETENSI 4
Memahami konsep dasar kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dengan cara
menganalisis penegak hak asasi manusia, system hokum internasional, keterbukaan dan keadilan,
system kewarganegaraan.

INDIKATOR :

1. Mendiskripsikan upaya bangsa dalam memelihara, pemajuan, dan penegak hak asasi
manusia.
2. Mendiskripsikan masalah kewarganegaraan.
3. Mendiskripsikan tugas, peran, fungsi perwakilan diplomatic di suatu Negara.
4. Menjelaskan tahapan pembuatan perjanjian Internasional.
5. Menjelaskan manfaat organisasi internasional bagi Indonesia.
6. Menjelaskan peranan Mahkamah Internasional dalam menangani suatu kasus.
7. Menjelaskan cara-cara penyelesaian sengketa Internasional.

BAB I
HAK ASASI MANUSIA

A. Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM)


a) Pengertian HAM
HAM adalah hak pokok atau hak dasar yang dibawa oleh manusia sejak lahir yang secara
kodrat melekat pada setiap manusia dan tidak dapat diganggu gugat karena merupakan
anugrah Tuhan Yang Maha Esa.
HAM berdasarkan UU No. 39/1999 Pasal 1 angka 1 adalah seperangkat hak yang
melekat pada hakikat keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan YME dan merupakan
anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara,hukum,
pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat
manusia.

Macam-macam HAM :
1) HAM secara umum :
 Hak asasi pribadi (personal right)
 Hak asasi ekonomi (poverty right)
 Hak asasi politik (political right)
 Hak asasi sosial dan kebudayaan (social and cultural right)
 Hak asasi untuk memperoleh perlakuan yang sama dalam hukum dan
pemerintahan (right of legal equality)
 Hak asasi untuk memperoleh perlakuan tata cara peradilan dan
perlindungan (prosedural right)
2) HAM menurut UUD 1945
 Hak untuk hidup
 Hak berkeluarga
 Hak mengembangkan diri
 Hak keadilan
 Hak kemerdekaan
 Hak atas kebebasan informasi
 Hak keamanan
 Hak kesejahteraan
 Hak perlindungan dan pemajuan
 Kewajiban menghormati ham orang lain
28

3) HAM menurut UU No. 39 Tahun 1999


 Hak untuk hidup
 Hak untuk berkeluarga
 Hak mengembangkan diri
 Hak memproleh keadilan
 Hak atas kebebasan pribadi
 Hak rasa aman
 Hak atas kesejahteraan
 Hak untuk turut serta dalam pemerintahan
 Hak wanita
 Hak anak

b) Sejarah Hak Asasi Manusia


 Penegakan HAM dimulai dari kaisar HAMMURABI 2500 s/d 1000 SM
 1215 ditanda tangani perjanjian MAGNA CHARTA antara Raja John dari Inggris
dan sejumlah bangsawan.
 1629 lahir Petition of Right masa pemerintahan CHARLES I di Inggris.
 1679 lahir Habeas Corpus Act masa pemerintahan CHARLES II di Inggris.
 1689 lahir Bill of Right masa pemerintahan WILLEM III di Inggris.
 1776 lahir Declaration of Indefendence (AS)
 1789 lahir Declaration des Droits de l‘homme et du Citoyen (Perancis)
 1918 Rights of Determination naskah yang diusulkan presiden WOODROW
WILSON.
 1941 Atlantic Charter (dipelopori oleh FRANKLIN D.ROOSSEVELT)
 perkembangan secara resmi diakui pada deklarasi universal HAM yang diterima
PBB 10 Desember 1948.
 1966 Convenants of Human Right

c) Upaya Pemeliharaan, Pemajuan, dan Penegakan HAM


Salah satu tonggak dalam upaya pemajuan, penghormatan dan penegakan hak asasi
manusia yang telah mendapat perhatian dunia internasional, adalah ketika organisasi
Persatuan Bangsa Bangsa (PBB) membentuk Komisi PBB untuk Hak Asasi Manusia pada
1946. Langkah untuk pemajuan, penghormatan dan penegakan HAM semakin nyata
ketika Majelis Umum PBB mengeluarkan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia
(Universal Declaration of Human Rights) pada 10 Desember 1948. Deklarasi ini menjadi
salah satu acuan bagi negara-negara anggota PBB untuk menyusun langkah-langkah
dalam penegakan HAM. Meski demikian, Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia tidak
bersifat mengikat negara-negara anggota PBB. Secara rinci, hak-hak asasi manusia
tercantum dalam pembukaan dan 30 pasal yang terdapat di dalam deklarasi tersebut.
Berikut ini akan diuraikan sejarah perkembangan upaya pemeliharaan, pemajuan dan
penegakan hak asasi manusia dari berbagai sumber atau dokumen:
No Tahun Nama Dokumen Isi/Keterangan
Perjuangan Nabi Ibrahim melawan kelaliman Raja
Namrud yang memaksakan harus menyembah patung
—- (berhala). Nabi Musa, memerdekakan bangsa Yahudi
2500 s.d. dari perbudakan Raja Fir‘aun (Mesir) agar terbebas dari
1 kewenangan-wenangan raja yang merasa dirinya
1000 SM sebagai Tuhan.
Hukum Hamurabi
Terdapat pada masyarakat Babylonia yang menetapan
ketentuan-ketentuan hukum yang menjamin keadilan
29

bagi warganya.
Di Athena (Yunani), Solon telah menyusun undang-
undang yang menjamin keadilan dan persamaan bagi
setiap warganya. Untuk itu dia membentuk Heliaie,
yaitu Mahkamah Keadilan untuk melindungi orang-
2 600 SM —-
orang miskan dan Majelis Rakyat atau Ecdesia. Karena
gagasannya inilah Solon dianggap sebagai pengajar
demokrasi. Perjuangan Solon didukung oleh Parisles
(tokoh negarawan Athena).
Kaisar Romawi pada masa Flavius Anacius Justinianus
menciptakan peraturan hukum modern yang
terkodifikasi yang Corpus Luris sebagai jaminan atas
keadilan dan hak asasi manusia.
Corpus Luris
527 s.d.
3 Pada masa kebangkitan Romawi telah banyak lahir
322SM
—- filsuf terkenal dengan visi tentang hak asasi, seperti :
Socrates dan Plato yang banyak dikenal sebagai
peletak dasar diakuinya hak-hak asasi manusia, serta
Aristoteles yang mengajarkan tentang pemerintahan
berdasarkan kemauan dan cita-cita mayoritas warga.
Dibawa oleh Nabi Isa Almasih sebagai peletak dasar
etika Kristiani dan ide pokok tingkah laku manusia agar
Kitab Suci Injil senantiasa hidup dalam cinta kasih, baik kepada Tuhan
maupun sesama manusia.
30 SM s.d.
4
Diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW banyak
632 M
mengajarkan tetang toleransi, berbuat adil, tidak boleh
Kitab Suci
memaksa, bijaksana, menerapkan kasih sayang,
memberikan rahmat kepada seluruh alam semesta, dan
Al-Qur‘an sebagainya.
Pembatasan kekuasaan raja dan hak asasi manusia,
antara lain mencakup :
Magna Charta
(Masa • Raja tidak boleh memungut pajak kalau tidak
5 1215 Pemerintahan dengan izin dari Great Council.
Lockland di
Inggris) • Orang tidak boleh ditangkap, dipenjara, disiksa
atau disita miliknya tanpa cukup alasan menurut hukum
negara.
• Pajak dan hak-hak istimewa harus denga izin
parlemen.

Pettion of Rights • Tentara tidak boleh diberi penginapan di rumah-


(Masa rumah penduduk.
6 1629 Pemerintahan
Charles I di • Dalam keadaan damai, tentara tidak boleh
Inggris) menjalankan hukum perang.

• Orang tidak boleh ditangkap tanpa tuduhan yang


sah.
• Jika diminta, hakim harus dapat menunjukan
Habeas Corpus
orang yang ditangkapnya lengkap dengan alasan
Act (Masa
penangkapan itu.
7 1679 Pemerintahan
Charles II di
• Orang yang ditangkap harus diperiksa selambat-
Inggris)
lambatnya dua hari setelah ditangkap.
30

• Membuat undang-undang harus dengan izin


parlemen

• Pengenaan pajak harus atas izin parlemen


Bill of Rights
(Masa
• Mempunyai tentara tetap harus dengan izin
8 1689 Pemerintahan
parlemen.
Willwem III di
Inggris)
• Kebebasan berbicara dan mengeluarkan
pendapat bagi parlemen

• Parlemen berhak mengubah keputusan raja


• Bahwa semua orang yang diciptakan sama.
Mereka dikaruniai oleh Tuhan, hak-hak yang tidak
dapat dicabut dari dirinya ialah: hak hidup, hak
kebebasan, dan hak mengejar kebahagiaaan (life,
Declaration of
liberty, and pursuit of happiness).
9 1776 Independence
(Amerika Serikat)
Amerika Serikat dianggap sebagai negara pertama
yang mencantumkan hak asasi dalam konstitusi
(dimuat secara resmi dalam Constitusi of USA tahun
1787) atas jasa presiden Thomas Jefferson.
Pernyataan hak-hak asasi manusia dan warga negara
sebagai hasil revolusi Perancis di bawah pimpinan
Declaration des Jendral Laffayete, antara lain menyebutkan:
Droits de
10 1789 L’homme et du • Manusia dilahirkan bebas dan mempunyai hak-
Citoyen hak yang sama
(Perancis)
• Hak-hak itu ialah hak kebebasan, hak milik,
keamanan dan sebagainya.
Tahun-tahun berikutnya, pencantuman hak asasi
manusia dalam konstitusi diikuti oleh Belgia (1831),
Unisoviet (1936), Indonesia (1945), dan sebagainya.
Rights of
11 1918
Determination
Naskah yang diusulkan oleh Presiden Woodrow Wilson
yang memuat 14 pasal dasar untuk mencapai
perdamaian yang adil.
Muncul pada saat berkobarnya Perang Dunia II,
kemudian disebutkan empat kebebasan (The Four
Freedoms) antara lain:

Atlantic Charter • Kebebasan berbicara, mengeluarkan pendapat,


(dipelopori oleh berkumpul, dan berorganisasi.
12 1941
Franklin D.
Rooselvt) • Kebebasan untuk beragama dan beribadah

• Kebebasan dari kemiskinan dan kekurangan.

• Kebebasan seseorang dari rasa takut.


Pernyataan sedunia tentang hak-hak asasi manusia
Universal yang terdiri dari 30 pasal. Piagam tersebut menyerukan
13 1948 Declaration of kepada semua anggota dan bangsa di dunia untuk
Human Rights menjamin dan mengakui hak-hak asasi manusia dimuat
di dalam konstitusi negara masing-masing.
31

d) Masalah Kewarganegaraan
Begitu banyaknya masalah yang ada di negara kita maka dari itu di sini akan mengangkat
sebuah topik permasalahan Kewarganegaraan Indonesia,di mana anak yang orangtua
beda negara harus memilih negara yang di kehendaki yang sesuai dengan UU yang
berlaku. Lebih jelasnya, penduduk Indonesia atau seorang Warga Negara Indonesia
(WNI) adalah orang yang diakui oleh UU sebagai warga negara Republik Indonesia.
Kepada orang ini akan diberikan Kartu Tanda Penduduk, berdasarkan Kabupaten atau
(khusus DKI Jakarta) Provinsi, tempat ia terdaftar sebagai penduduk/warga. Kepada
orang ini akan diberikan nomor identitas yang unik (Nomor Induk Kependudukan, NIK)
apabila ia telah berusia 17 tahun dan mencatatkan diri di kantor pemerintahan. Paspor
diberikan oleh negara kepada warga negaranya sebagai bukti identitas yang
bersangkutan dalam tata hukum internasional. (oleh wikipedia Indonesia).

Kewarganegaraan Republik Indonesia diatur dalam UU No. 12 tahun 2006 tentang


Kewarganegaraan Republik Indonesia. Menurut UU ini, orang yang menjadi Warga
Negara Indonesia (WNI) adalah :
1) Setiap orang yang sebelum berlakunya UU tersebut telah menjadi WNI.
2) Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari ayah dan ibu WNI.
3) Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah WNI dan ibu warga
negara asing (WNA), atau sebaliknya.
4) Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu WNI dan ayah yang
tidak memiliki kewarganegaraan atau hukum negara asal sang ayah tidak
memberikan kewarganegaraan kepada anak tersebut.
5) Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 hari setelah ayahnya meninggal
dunia dari perkawinan yang sah, dan ayahnya itu seorang WNI.
6) Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNI
7) Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNA yang diakui oleh
seorang ayah WNI sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak
tersebut berusia 18 tahun atau belum kawin
8) Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu lahir
tidak jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya.
9) Anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah megara Republik Indonesia
selama ayah dan ibunya tidak diketahui.
10) Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah dan ibunya
tidak memiliki kewarganegaraan atau tidak diketahui keberadaannya
11) Anak yang dilahirkan di luar wilayah Republik Indonesia dari ayah dan ibu WNI,
yang karena ketentuan dari negara tempat anak tersebut dilahirkan memberikan
kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan
12) Anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan
kewarganegaraannya, kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum
mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia.

Selain itu, diakui pula sebagai WNI bagi:


 Anak WNI yang lahir di luar perkawinan yang sah, belum berusia 18 tahun dan
belum kawin, diakui secara sah oleh ayahnya yang berkewarganegaraan asing
 Anak WNI yang belum berusia lima tahun, yang diangkat secara sah sebagai
anak oleh WNA berdasarkan penetapan pengadilan
 Anak yang belum berusia 18 tahun atau belum kawin, berada dan bertempat
tinggal di wilayah RI, yang ayah atau ibunya memperoleh kewarganegaraan
Indonesia
 Anak WNA yang belum berusia lima tahun yang diangkat anak secara sah
menurut penetapan pengadilan sebagai anak oleh WNI.
32

Kewarganegaraan Indonesia juga diperoleh bagi seseorang yang termasuk dalam situasi
sebagai berikut:
 Anak yang belum berusia 18 tahun atau belum kawin, berada dan bertempat
tinggal di wilayah Republik Indonesia, yang ayah atau ibunya memperoleh
kewarganegaraan Indonesia.
 Anak warga negara asing yang belum berusia lima tahun yang diangkat anak
secara sah menurut penetapan pengadilan sebagai anak oleh warga Negara
Indonesia.

Di samping perolehan status kewarganegaraan seperti tersebut di atas,


dimungkinkan pula perolehan kewarganegaraan Republik Indonesia melalui proses
pewarganegaraan. Warga negara asing yang kawin secara sah dengan warga
Negara Indonesia dan telah tinggal di wilayah negara Republik Indonesia sedikitnya
lima tahun berturut-turut atau sepuluh tahun tidak berturut-turut dapat menyampaikan
pernyataan menjadi warga negara di hadapan pejabat yang berwenang, asalkan tidak
mengakibatkan kewarganegaraan ganda. Berbeda dari UU Kewarganegaraan
terdahulu, UU Kewarganegaraan tahun 2006 ini memperbolehkan
dwikewarganegaraan secara terbatas, yaitu untuk anak yang berusia sampai 18
tahun dan belum kawin sampai usia tersebut. Pengaturan lebih lanjut mengenai hal
ini dicantumkan pada Peraturan Pemerintah No. 2 tahun 2007.

Hak dan kewajiban dalam UUD 1945 Hak dan kewajiban warganegara dalam Bab X
pasal 26, 27, 28, & 30 tentang
warga Negara :
 Pasal 26 ayat 1 yang menjadi warga Negara adalah orang-orang bangsa
Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-
undang sebagai warga Negara pada ayat 2, syarat-syarat mengenai
kewarganegaraan ditetapkan dengan undang-undang.
 Pasal 27 ayat 1 bahwa segala warga Negara bersamaan kedudukan nya
didalam hukum dan pemerintahan wajib menjunjung hukum dan
pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. Pada ayat 2 disebutkan
bahwa tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan
 Pasal 28 disebutkan bahwa kemerdekaan berserikat dan berkumpul,
mengeluarkan pikiran dgn lisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-
undang.
 Pasal 30 ayat 1 bahwa hak dan kewajiban warga negara untuk ikut serta
dalam pembelaan negara dan ayat 2 mengatakan pengaturan lebih lanjut
diatur dengan UU.

e) Asas Ius Soli dan Asas Ius Sanguinis


Salah satu persyaratan diterimanya status sebuah negara adalah adanya unsur
warganegara yang diatur menurut ketentuan hukum tertentu, sehingga warga negara
yang bersangkutan dapat dibedakan dari warga dari negara lain. Pengaturan mengenai
kewarganegaraan ini biasanya ditentukan berdasarkan salah satu dari dua prinsip, yaitu
prinsip ius soli atau prinsip ius sanguinis. (oleh Jimly Asshiddiqie)
a. Ius Soli (Menurut Tempat Kelahiran) yaitu; Penentuan status kewarganegaraan
seseorang berdasarkan tempat dimana ia dilahirkan. Seseorang yang dilahirkan
di negara A maka ia menjadi warga negara A, walaupun orang tuanya adalah
warga negara B. asas ini dianut oleh negara Inggris, Mesir, Amerika, dll.
b. Ius Sanguinis (Menurut Keturunan/Pertalian Darah) yaitu; Penentuan status
kewarganegaraan seseorang berdasarkan keturunan dari negara mana
seseorang berasal Seseorang yg dilahirkan di negara A, tetapi orang tuanya
warga negara B, maka orang tersebut menjadi warga negara B. asas ini dianut
oleh negara RRC.
Negara Amerika Serikat dan kebanyakan negara di Eropa termasuk menganut prinsip
kewarganegaraan berdasarkan kelahiran ini, sehingga siapa saja yang dilahirkan di
33

negara-negara tersebut, secara otomatis diakui sebagai warga negara. Oleh karena itu,
sering terjadi warganegara Indonesia yang sedang bermukim di negara-negara di luar
negeri, misalnya karena sedang mengikuti pendidikan dan sebagainya, melahirkan anak,
maka status anaknya diakui oleh Pemerintah Amerika Serikat sebagai warga negara
Amerika Serikat. Padahal kedua orangtuanya berkewarganegaraan Indonesia.

Dalam zaman keterbukaan seperti sekarang ini, kita menyaksikan banyak sekali
penduduk suatu negara yang berpergian keluar negeri, baik karena direncanakan dengan
sengaja ataupun tidak, dapat saja melahirkan anak-anak di luar negeri. Bahkan dapat pula
terjadi, karena alasan pelayanan medis yang lebih baik, orang sengaja melahirkan anak di
rumah sakit di luar negeri yang dapat lebih menjamin kesehatan dalam proses persalinan.
Dalam hal, negara tempat asal sesorang dengan negara tempat ia melahirkan atau
dilahirkan menganut sistem kewarganegaraan yang sama, tentu tidak akan menimbulkan
persoalan. Akan tetapi, apabila kedua negara yang bersangkutan memiliki sistem yang
berbeda, maka dapat terjadi keadaan yang menyebabkan seseorang menyandang status
dwi-kewarganegaraan (double citizenship) atau sebaliknya malah menjadi tidak
berkewarganegaraan sama sekali (stateless).

Berbeda dengan prinsip kelahiran itu, di beberapa negara, dianut prinsip ius sanguinis
yang mendasarkan diri pada faktor pertalian seseorang dengan status orangtua yang
berhubungan darah dengannya. Apabila orangtuanya berkewarganegaraan suatu negara,
maka otomatis kewarganegaraan anak-anaknya dianggap sama dengan
kewarganegaraan orangtuanya itu. Akan tetapi, sekali lagi, dalam dinamika pergaulan
antar bangsa yang makin terbuka dewasa ini, kita tidak dapat lagi membatasi pergaulan
antar penduduk yang berbeda status kewarganegaraannya. Sering terjadi perkawinan
campuran yang melibatkan status kewarganegaraan yang berbeda-beda antara pasangan
suami dan istri. Terlepas dari perbedaan sistem kewarganegaraan yang dianut oleh
masing-masing negara asal pasangan suami-isteri itu, hubungan hukum antara suami-
isteri yang melangsungkan perkawinan campuran seperti itu selalu menimbulkan
persoalan berkenaan dengan status kewarganegaraan dari putera-puteri mereka. Oleh
karena itulah diadakan pengaturan bahwa status kewarganegaraan itu ditentukan atas
dasar kelahiran atau melalui proses naturalisasi atau pewarganegaraan. Dengan cara
pertama, status kewarganegaraan seseorang ditentukan karena kelahirannya. Siapa saja
yang lahir dalam wilayah hukum suatu negara, terutama yang menganut prinsip ius soli
sebagaimana dikemukakan di atas, maka yang bersangkutan secara langsung
mendapatkan status kewarganegaraan, kecuali apabila yang bersangkutan ternyata
menolak atau mengajukan permohonan sebaliknya. Cara kedua untuk memperoleh status
kewarganegaraan itu ditentukan melalui proses pewarganegaraan (naturalisasi). Melalui
proses pewarganegaraan itu, seseorang dapat mengajukan permohonan kepada instansi
yang berwenang, dan kemudian pejabat yang bersangkutan dapat mengabulkan
permohonan tersebut dan selanjutnya menetapkan status yang bersangkutan menjadi
warganegara yang sah.

Selain kedua cara tersebut, dalam berbagai literature mengenai kewarganegaraan, juga
dikenal adanya cara ketiga, yaitu melalui registrasi.Cara ketiga ini dapat disebut tersendiri,
karena dalam pengalaman seperti yang terjadi di Perancis yang pernah menjadi bangsa
penjajah di berbagai penjuru dunia, banyak warganya yang bermukim di daerah-daerah
koloni dan melahirkan anak dengan status kewarganegaraan yang cukup ditentukan
dengan cara registrasi saja. Dari segi tempat kelahiran, anak-anak mereka itu jelas lahir di
luar wilayah hukum negara mereka secara resmi. Akan tetapi, karena Perancis, misalnya,
menganut prinsip ius soli, maka menurut ketentuan yang normal, status kewarganegaraan
anak-anak warga Perancis di daerah jajahan ataupun daerah pendudukan tersebut tidak
sepenuhnya dapat langsung begitu saja diperlakukan sebagai warga negara Perancis.
Akan tetapi, untuk menentukan status kewarganegaraan mereka itu melalui proses
naturalisasi atau pewarganegaraan juga tidak dapat diterima. Karena itu, status
kewarganegaraan mereka ditentukan melalui proses registrasi biasa. Misalnya, keluarga
Indonesia yang berada di Amerika Serikat yang menganut prinsi µius soli, melahirkan
34

anak, maka menurut hukum Amerika Serikat anak tersebut memperoleh status sebagai
warga negara AS. Akan tetapi, jika orangtuanya menghendaki anaknya tetap
berkewarganegaraan Indonesia, maka prosesnya cukup melalui registrasi saja.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa proses kewarganegaraan itu dapat diperoleh
melalui tiga cara, yaitu:
 Kewarganegaraan karena kelahiran atau citizenship by birth.
 Kewarganegaraan melalui pewarganegaraan atau citizenship by naturalization.
 Kewarganegaraan melalui registrasi biasa atau citizenship by registration.

f) Perwakilan Diplomatik di suatu Negara


1) Pengertian Diplomatik
Perwakilan diplomatik adalah petugas negara yang dikirim ke negara lain untuk
menyelenggarakan hubungan resmi antarnegara. Perwakilan diplomatik merupakan
alat perlengkapan utama dalam hubungan internasional. Perwakilan diplomatik
merupakan penyambung lidah dari negara yang diwakilinya. Kedudukan perwakilan
diplomatik biasanya berada di ibu kota negara penerima. Selain itu, semua kepala
perwakilan diplomatik pada suatu negara tertentu biasanya bertempat tinggal di ibu
kota negara merupakan satu corps diplomatique. Corps diplomatique biasanya
diketuai oleh seorang duta besar yang paling lama ditempatkan di negara itu yang
disebut ‖Dean‖ atau ‖Doyen‖.

Hampir setiap negara yang merdeka dan berdaulat menempatkan perwakilan


diplomatiknya di negara lain. Hal ini berkaitan dengan adanya hak perwakilan aktif
bagi setiap negara. Hak perwakilan aktif merupakan hak suatu negara untuk
mengirim wakil diplomatiknya ke negara lain. Selain itu, setiap negara juga
mempunyai hak perwakilan pasif yang artinya hak suatu negara untuk menerima
wakil diplomatik negara lain.

2) Tugas Perwakilan Diplomatik

Seseorang yang diangkat sebagai perwakilan diplomatik di negara asing, oleh negara
yang mengirimkannya telah diberi tugas-tugas tertentu. Tugas-tugas perwakilan
diplomatik tersebut mencerminkan adanya fungsi-fungsi penting pada perwakilan
diplomatik bagi negara-negara pengirimnya. Bentuk tugas-tugas yang diemban oleh
perwakilan diplomatik sebagai berikut.
 Representasi, yaitu selain untuk mewakili pemerintah negaranya, ia juga dapat
melakukan protes, mengadakan penyelidikan dengan pemerintah negara
penerima, serta mewakili kebijaksanaan politik pemerintah negaranya.
 Negosiasi, yaitu mengadakan perundingan atau pembicaraan baik dengan
negara tempat ia diakreditasikan maupun dengan negaranegara lainnya.
 Observasi, yaitu menelaah dengan teliti setiap kejadian atau peristiwa di negara
penerima.
 Proteksi, yaitu melindungi pribadi, harta benda, dan kepentingankepentingan
warga negaranya yang berada di luar negeri.
 Persahabatan, yaitu meningkatkan hubungan persahabatan antara negara
pengirim dengan negara penerima.

3) Fungsi Perwakilan Diplomatik


Secara universal, fungsi perwakilan diplomatik telah diatur dalam Konvensi Wina
1969. Dalam Konvensi Wina tersebut ditegaskan fungsi perwakilan diplomatik
sebagai berikut.
 Mewakili negara pengirim di dalam negara penerima.
 Melindungi kepentingan negara pengirim dan warga negaranya di negara
penerima dalam batas-batas yang diizinkan oleh hukum internasional.
 Mengadakan persetujuan dengan pemerintah negara penerima.
35

 Memberikan keterangan tentang kondisi dan perkembangan negara penerima,


sesuai dengan undang-undang dan melaporkan kepada pemerintah negara
pengirim.
 Memelihara hubungan persahabatan antara kedua negara.

4) Peran Perwakilan Diplomatik


Peranan perwakilan diplomatic
 Menetukan tujuan dengan menggunakan semua daya upaya dan tenaga dalam
mencapai tujuan tersebut.
 Menyesuaikan kepentingan bangsa lain dengan kepentingan nasional sesuai
dengan tenaga dan daya yang ada.
 Menentukan apakah tujuan nasional sejalan atau berbeda dengan kepentingan
negara lain.
 Menggunakan sarana dan kesempatan yang ada dan sebaik baikya dalam
menjalankan tugas diplomatiknya.

BAB II
PERJANJIAN INTERNASIOANAL DAN ORGANISASI INTERNASIONAL

A. Perjanjian Internasional
1) Pengertian Perjanjian Internasional
Perjanjian Internasional adalah sebuah perjanjian yang dibuat di bawah hukum
internasional oleh beberapa pihak yang berupa negara atau organisasi internasional.
Sebuah perjanjian multilateral dibuat oleh beberapa pihak yang mengatur hak dan
kewajiban masing-masing pihak. Perjanjian bilateral dibuat antara dua negara.
Sedangkan, perjanjian multilateral adalah perjanjian yang dibuat oleh lebih dari dua
negara.

Pengertian Perjanjian Internasional menurut para ahli :


a) Mochtar Kusumaatmadja, SH. LL.M
Perjanjian internasional sebagai perjanjian yang diadakan antara anggota masyarakat
bangsa-bangsa dan bertujuan untuk mengakibatkan akibat-akibat hukum tertentu.
b) Konferensi Wina 1969
Perjanjian internasional adalah perjanjian yang dilakukan oleh dua negara atau lebih
yang bertujuan untuk mengadakan akibat-akibat hukum tertentu yang harus dipatuhi
oleh setiap negara berdasarkan hukum internasional yang berlaku.
c) Oppenheimer
Dalam bukunya yang berjudul International Law, Oppenheimes mendefinisikan
perjanjian internasional sebagai ―international treaties are states, creating legal rights
and obligations between the parties‖ atau perjanjian internasional melibatkan negara-
negara yang menciptakan hak dan kewajiban di antara pihak-pihak yang membuat
perjanjian tersebut.

2) Tahapan-tahapan pembuatan perjanjian Internasional


Perjanjian internasional biasanya dituangkan dalam bentuk struktur perjanjian
internasional yang lengkap dan dibuat melalui tiga tahap, yaitu tahap perundingan, tahap
penandatanganan, dan tahap ratifikasi.

a) Perundingan (Negotiation)
Tahapan ini merupakan suatu penjajakan atau pembicaraan pendahuluan oleh
masing-masing pihak yang berkepentingan. Dalam perundingan internasional ini
negara dapat diwakili oleh pejabat negara dengan membawa surat kuasa penuh (full
powers/credentials), kecuali apabila dari semula peserta perundingan sudah
menentukan bahwa full power tidak diperlukan. Pejabat negara yang dapat mewakili
36

negaranya dalam suatu perundingan tanpa membawa full power adalah kepala
negara, kepala pemerintahan (perdana menteri), menteri luar negeri, dan duta besar.
Keempat pejabat tersebut dianggap sudah sah mewakili negaranya karena jabatan
yang disandangnya.
Perundingan dalam rangka perjanjian internasional yang hanya melibatkan dua pihak
(bilateral) disebut pembicaraan (talk), perundingan yang dilakukan dalam rangka
perjanjian multilateral disebut konferensi diplomati (diplomatik conference). Selain
secara resmi terdapat juga perundingan yang tidak resmi, perundingan ini disebut
corridor talk.
Hukum internasional dalam tahap perundingan atau negosiasi, memberi peluang
kepada seseorang tanpa full powers untuk dapat mewakili negaranya dalam suatu
perundingan internasional. Seseorang tanpa full powers yang ikut dalam perundingan
internasional ini akan dianggap sah, apabila tindakan orang tersebut disahkan oleh
pihak yang berwenang pada negara yang bersangkutan. Pihak yang berwenang
tersebut adalah kepala negara dan/atau kepala pemerintahan (presiden, raja/perdana
menteri). Apabila tidak ada pengesahan, maka tindakan orang tersebut tidak sah dan
dianggap tidak pernah ada.

b) Tahap Penandatanganan (Signature)


Tahap penandatanganan merupakan proses lebih lanjut dari tahap perundingan.
Tahap ini diakhiri dengan penerimaan naskah (adoption of the text) dan pengesahan
bunyi naskah (authentication of the text). Penerimaan naskah (adoption of the text)
yaitu tindakan perwakilan negara dalam perundingan internasional untuk menerima
isi dari perjanjian nasional. Dalam perjanjian bilateral, kedua perwakilan negara harus
menyetujui penerimaan naskah perjanjian. Sedangkan dalam perjanjian multilateral,
bila diatur secara khusus dalam isi perjanjian, maka berlaku ketentuan menurut
konferensi Vienna tahun 1968 mengenai hukum internasional. Penerimaan naskah ini
dapat dilakukan apabila disetujui sekurang-kurangnya dua pertiga peserta konferensi.
Pengesahan bunyi naskah (authentication of the text) dilakukan oleh para perwakilan
negara yang turut serta dalam perjanjian tersebut. Dalam perjanjian bilateral maupun
multilateral pengesahan naskah dapat dilakukan para perwakilan negara dengan cara
melakukan penandatanganan ad referendum (sementara) atau dengan pembubuhan
paraf (initial). Pengesahan bunyi naskah adalah tindakan formal untuk menerima
bunyi naskah perjanjian.
Penandatanganan dilakukan oleh menteri luar negeri (menlu) atau kepala
pemerintahan. Dengan menandatangani suatu naskah perjanjian, suatu negara
berarti sudah menyetujui untuk mengikatkan diri pada suatu perjanjian. Selain melalui
penandatanganan, persetujuan untuk mengikat diri pada suatu perjanjian dapat
dilakukan melalui ratifikasi, pernyataan turut serta (acesion) atau menerima
(acceptance) suatu perjanjian.

c) Tahap Ratifikasi (Ratification)


Pengesahan atau ratifikasi adalah persetujuan terhadap rencana perjanjian
internasional agar menjadi suatu perjanjian yang berlaku bagi masing-masing negara
tersebut. Pengesahan perjanjian internasional oleh pemerintah dilakukan sepanjang
dipersyaratkan oleh perjanjian internasional tersebut. Pengesahan suatu perjanjian
internasional dilakukan berdasarkan ketetapan yang telah disepakati oleh para pihak.
Setelah penandatanganan naskah perjanjian internasional dilakukan oleh para wakil
negara peserta perundingan, maka selanjutnya naskah perjanjian tersebut dibawa
pulang ke negaranya masing-masing untuk dipelajari dengan seksama untuk
menjawab pertanyaan, yaitu apakah isi perjanjian internasional tersebut sudah sesuai
dengan kepentingan nasional atau belum dan apakah utusan yang telah diberi kuasa
penuh melampaui batas wewenangnya atau tidak. Apabila memang ternyata isi
dalam perjanjian tersebut sudah sesuai, maka negara yang bersangkutan tersebut
akan meratifikasi untuk menguatkan atau mengesahkan perjanjian yang
ditandatangani oleh wakil-wakil yang berkuasa tersebut.
37

Ratifikasi bertujuan memberi kesempatan kepada negara peserta perjanjian


internasional untuk mengadakan peninjauan dan pengkajian secara seksama apakah
negaranya dapat diikat suatu perjanjian internasional atau tidak. Ratifikasi perjanjian
internasional dibedakan menjadi tiga. Hal ini untuk mengetahui siapakah yang
berwenang meratifikasi suatu naskah perjanjian internasional di negara tersebut.
Setelah melewati tiga tahap tersebut diatas, perjanjian internasional dapat disahkan
oleh presiden. Dalam megesahkan suatu perjanjian internasional, lembaga
pemrakarsa yang terdiri atas lembaga negara dan lembaga pemerintah , baik
deprtemen maupun nondepartemen, menyiapkan salinan naskah perjanjian ,
terjemahan, rancangan undang – undang, atau rancangan keputusan presiden
tentang pengesahan perjanjian internasional dimaksud serta dokumen – dokumen
lain yang diperlukan. Lembaga pemrakarsayang terdiri atas lembaga negara dan
lembaga pemerintah, baik departemen maupun nondepartemen, mengkoordinasikan
pembahasan rancangan dan/atau materi permasalahan bersama dengan pihak –
pihak terkait. Prosedur pengajuan pengesahan perjanjian internasional dilakukan
melalui materi untuk disampaikan kepada presiden . setiap undang – undang atau
keputusan presiden tentang pengesahan perjanjian internasional ditempatkan dalam
lembaran negara Republik Indonesia.

3) Jenis-jenis Perjanjian Internasional


 Bilateral bersifat khusus (Treaty Contract) karena hanya mengatur kepentingan ke
dua negara, oleh sebab itu perjanjian bilateral bersifat ‗tertutup‘ dalam arti tertutup
kemungkinan bagi negara lain untuk ikut serta dalam perjanjian tersebut.
Contohnya : Indonesia dengan RRC (1955) tentang Penyelesaian
dwikewarganegaraan. Indonesia dengan Thailand tentang garis batas laut Andaman
sebelah utara selat Malaka 1071. Indonesia dengan Malaysia tentang Ektradisi
1974. Indonesia dengan Australia tentang Pertahanan dan Keamanan kedua negara
1995.

 Multilateral yang disebut juga Law Making Treatis biasanya mengatur hal yang
berkaitan dengan kepentingan umum dan bersifat terbuka dala arti tidak hanya
mengatur kepentingan negara yang mengadakan perjanjian itu tetapi juga
kepentingan negara lain yang tidak turut serta dalam perjanjian itu (bukan Peserta).
Contohnya :Konvensi Jenewa 1949 tentang perlindungan korban perang. Konvensi
wina 1961 tentang Hubungan Diplomatik. Konvensi Hukum Laut Internasiobnal 1982
tentang laut teritorial (200 mil), Zona Bersebelahan (24 mil), Zona Ekonomi Eksklusif
(200 mil), Landas Benua (lebih 200 mil).

B. Organisasi Internasional
1) Pengertian Organisasi Internasional
Organisasi internasional adalah suatu bentuk organisasi dari gabungan beberapa negara
atau bentuk unit fungsi yang memiliki tujuan bersama mencapai persetujuan yg juga
merupakan isi dari perjanjian atau charter.

2) Jenis-jenis organisasi Internasional


a. PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) United Nations
Berdiri pada tanggal 24 Oktober 1945 diprakarsai oleh 5 negara antara lain Amerika
serikat, Inggris, Rusia, Cina dan Prancis. Kelima Negara tersebut sekarang sebagai
anggota tetap Dewan Keamanan PBB yang memegang hak Veto yaitu hak untuk
membatalkan atau memveto keputusan dewan keamanan PBB. Bahasa persidangan
PBB adalah bahasa Arab, Inggris, Prancis, mandarin. Rusia dan Spanyol. Dan
Sekjen PBB sekarang adalah Ban Kimon dari Korea Selatan.

 Tujuan PBB:
 Menjaga perdamaian dunia
 Mengembangkan persahabatan antar bangsa
38

 Memvantu masyarakat dunia lebih sejahtera, memberantas kemiskinan, buta


aksara, penyakit menular, menghentikan pengrusakan lingkungan dan
penghormatan HAM.
 Menjadi pusat bangsa –bangsa dalam pencapaian tujuan PBB diatas.

 Prinsip-Prinsip PBB:
 Negara anggota memiliki kedaulatan sederajat.
 Negara anggota mematuhi piagam PBB
 Negara-negara menyelesaikan perselisihan dengan cara damai
 Negara-negara menghindari penggunaan kekerasan atau ancaman
kekerasan.
 Negara anggota membantu PBB

 Badan Khusus PBB (Specialized Agencies) :


 ILO (International Labour Organizatiaon) yaitu Organisai buruh internasional
didirikan pada tanggal 11 April 1919 bermarkas di Jenewa, Swiss. Bertujuan
memelihara perdamaian abadi dengan memajukan keadilan ekonomi, social
dan memperbaiki syarat perburuhan dan tingkat kehidupannya.
 FAO ( Food and agriculture Organization) yaitu organisasi bahan makanan
dan pertanian PBB didirikan pada tanggal 16 Oktober 1945 bermarkas di
Roma, Italia. Badan ini bertujuan meningkatkan perdamaian dan effisiensi
produksi dan distribusi hasil makanan dan pertanian, hutan, perbaiki hidup
penduduk desa.
 UNESCO (United Nations educational Scintific and Cultural Organization) ,
yaitu Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan yang
didirikan pada tanggal 4 November 1946 bermarkas di Paris, Prancis. Badan
ini bertujuan member sumbangan kearah perdamaian dan keamanan dengan
memajukan kerjasama antar bangsa-bangsa melalui pendidikan,
pengetahuan.
 WHO (World Health Organization) yaitu organisasi kesehatan Dunia yang
didirikan pada tanggal 7 April 1948 bermarkas di Jenewa , Swiss, bertujuan
mencapai tingkat kesehatan yang tertinggi bagi semua rakyat di dunia.
 IBRD ( International Bank of Reconstruction and development) yaitu bang
pembangunan dan perkembangan internasional yang didirikan pada tanggal
27 Desember 1945 bertyujuan membantu pembangunan dan perkembangan
daerah-daerah milik anggota PBB untuk memudahkan penanaman modal
untuk tujuan produktif.
 IMF (International Monetary Fund) yaitu dana moneter internasional didirikan
pada tanggal 27 desember 1945 bermarkas di Washington, Amerika Serikat.
Bertujuan memajukan kerjasama moneter internasional dan perluasan
perdagangan internasional, stabilitas pertukaran uang, membantu
menetapkan system pembayaran multilateral terhadap transaksi yang
sedangberjalan.
 ICAO (International Civil Aviation Organization) yaitu organisasi penerbangan
sipil internasional.
 UPU (Universal Postal Union) yaitu persatuan pos sedunia.
 ITU (International Telecommunication union yaitu persatuan telekomunikasi
internasional.
 ITO (International Trade Organization) yaitu organisasi perdagangan
internasional dan peraetujuan mengenai bea dan cukai dan perdagangan.
 WTO (Word Trade Organization) Organisasi perdagangan Dunia.(Bukan
Badan PBB)

b. ASEAN (Association of South East Asian Nations) Atau Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia
Tenggara
39

ASEAN di bentuk berdasarkan deklarasi Bangkok tanggal 8 Agustus 1967 yang


ditandatangani 5 tokoh ASEAN yaitu Adam Malik (Indonesia), Tun Abdul Razak (Malaysia),
Thanat Khoman (Muangthai), Rajaratnam (Singapura) dan Narciso R. Ramos (Filipina).
Sekarang jumlah anggotanya 10 negara yaitu ditambah dengan Brunai Darussalam, Vietnam,
laos, Mnyanmar, dan Kamboja. Disamping itu ada Forum Regional ASEAN (FRA) sejak rahun
1994, yaitu forum dialog tentang isu-isu keamanan di wilayah Asia Pasifik. Terdiri 23 negara
yaitu 10 negara ASEAN, Papua Nugini sebagai Peninjau dan 12 negara patner yaitu Kanada,
Asustralia, India, Jepang, Selandia Baru Korea Selatan, Korea Utara, Federasi Rusia, RRC,
Amerika Serikat, Mngolia dan Uni Eropa.

 Tujuan ASEAN :
 Memepercepat peetumbuhan ekonomi, soaial dan budaya dfi kawasan asia tenggara.
 Meningkatkan perdamaian dan stabiloitas regional dan saling mengjhormati.
 Meningkatkan kerjasama dalam masalah yang menyangkut kepentingan beresama
bidang ekonomi, soaial budaya, tekhnik, pengetahuan dan administrasi.
 Salng memberi bantuan dalam bentuk saran latihan dan penelitian.
 Bekerjasama dalam dalam penggunaan pertanian dan industry, perbaikan tarap
hidup rakyat.
 Membina kerjasama dengan organisasi dunia lainnya.

 Struktur ASEAN :
Menurut KTT ASEAN di BALI 1976 strukturnya sbb :
 ASEAN Summit, yaitu pertemuan para kepala pemerintahan se ASEAN. Konferensi
Tingkat Tinggi ini merupakan lembaga pembuat keputusan tertinggi dalam ASEAN.
Didahului dengan pertemuan para menteri ekonomi dan menteri luar negeri ASEAN.
 ASEAN Miniterial Meeting (AMM), yaitu siding para menteri luar negeri ASEAN yang
merumuskan garis kebijakan dan koordinasi kegiatan ASEAN.
 ASEAN Economic Ministers (AEM) adalah siding para menteri ekonomi untuk
meneruskan kebijakan yang telah dirumuskan. Sidang ini 2 kali setahun.
 ASEAN Finance Meeting (AFMM) adalah siding para menteri keuangan ASEAN
merumuska kebijakan ASEAN di bidang keuangan.
 Other ASEAN Ministerial Meeting (OAMM) yaitu siding para menteri non ekonomi
merumuskan kebojakan selain ekonomi seperti pendidikan, keshatan penerangan,
sosbud, teknologi, ilmu pengetahuan, perburuhan.
 ASEAN Standing Committee (ASC) komisi tetap ASEAN dipimpin oleh menteri luar
negeri dari Negara yang mendapat giliran manjadi Ketua yaitu tuan rumah dari siding
tahunan para menteri luar negeri ASEAN.
 ASEAN Secretariat yaitu sekretaris ASEAN yang berfungsi untuk memprakarsai,
member nasehat dan pertimbangan dan mengkoordinasikan dan melaksanakan
jkegiatan-kegiatan ASEAN.

3) Mamfaat Kerja sama dan Perjanjian Internasional bagi Indonesia :


1. Manfaat kerja sama Internasional:
a. Dewan Keamanan PBB menghentikan Agresi Militer Belanda I atas usul India
dan Australia.
b. Perundingan Indonesia Belanda melalui Jasa baik KTN (komisi Tiga Negara)
untuk menghentikan pendudukan belanda di Indonesia.
c. PBB mengeluarkan resolusi untuk menghentikan Agresi Militer belanda IIyang
berisi : -
 Hentikan saling menyerang
 Membebaskan segala tawanan
 Berunding atas dasar Perjanjian Lingarjati dan renville
 Pemerintaha RI dikembalikan ke Yogyakarta.
d. Pengembalian Irian barat oleh PBB dari tangan belanda ke RI tahun 1962
e. Pengakuan kedaulatan RI oleh belanda melalui KMB tanggal 27 Desember 1949.
2. Mamfaat Perjanjian Internasional :
a. Diterimanya konsep Negara kepulauan (archipelagic state) Wawasan Nusantara.
40

b. Penentuan Batas Wilayah laut RI melalui Konvensi Hukum Laut Inmternasional


tahun 1982, yaitu :
 Batas wilayah 12 mil laut territorial Negara pantai dan Negara kepulauan.
 Batas 200 mil laut ZEE (Zona Ekonimi Eksklusif).
 Pengakuan hak Negara tak berpantai utk ikut memamfaatkan sumber daya
alam dan kekayaan lautan.

3. Secara regional perjanjian batas laut dengan Negara tetangga, sbb:


a. Indonesia – Malaysia : Landas kontinen Selat malaka dan laut natuna.
b. Indonesia – Thailand : Landas kontinen Selat malaka dan laut Andaman.
c. Indonesia – Australia : Laut arafuru dan utara Irian Jaya dengan Papua Nugini
d. Indonesia – Singapura :Garis batas laut territorial.
e. Indonesia – India : Landas kontinen laut Andaman.

4. Berdasarkan pengakuan tersebut maka luas wilayah Indonesia menjadi sekitar 8.4
juta km persegi :
a. Daratan/Kepulauan : 2.027.087 km
b. Laut territorial : 3.166.163 km
c. Landas Kontinen : 800.000 km
d. ZEE : 2.500.000 km

BAB III
HUKUM INTERNASIONAL

A. Hukum Internasional
1) Pengertian Hukum Internasional
Menurut Mochtar Kusumaatmaja, Hukum Internasional adalah keseluruhan kaidah dan
asas yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas Negara, antara
Negara dengan Negara, dan Negara dengan subyek hukum internasional bukan Negara,
atau antar subyek hukum internasional bukan Negara satu sama lain.
Hukum Internasional digolongkan menjadi hukum Internasional Publik dengan hukum
perdata internasional. Hukum Internasional Publik atau hukum antar negara, adalah asas
dan kaidah hukum yang mengatur hubungan atau persoalan yang bersifat pidana,
sedangkan hukuk perdata internasional atau hukum antar bangsa, yang mengatur
masalah perdata lintas Negara (perkawinan antar warga Negara suatu Negara dengan
warga Negara lain).
Wiryono Prodjodikoro, Hukum Internasional adalah hukum yang mengatur prthubungan
hukum antara berbagai bangsa di berbagai Negara.
J.G.Starke menyatakan, Hukum Internasional adalah sekumpulan hukum (body of low)
yang sebagian besar terdiri dari asas-asas dank arena itu biasanya ditaati dalam
hubungan antar Negara.

2) Lembaga Peradilan Internasional


a) Mahkamah Internasional
Mahkamah Internasional (bahasa Inggris: International Court of Justice atau ICJ)
berkedudukan di Den Haag, Belanda . Mahkamah merupakan badan kehakiman
yang terpenting dalam PBB . Dewan keamanan dapat menyerahkan suatu sengketa
hukum kepada mahkamah, majelis umum dan dewan keamanan dapat memohon
kepada mahkamah nasihat atas persoalan hukum apa saja dan organ-organ lain dari
PBB serta badan-badan khusus apabila pendapat wewenang dari majelis umum
dapat meminta nasihat mengenai persoalan-persoalan hukum dalam ruang lingkup
kegiatan mereka. Majelis umum telah memberikan wewenang ini kepada dewan
ekonomi dan sosial, dewan perwakilan, panitia interim dari majelis umum , dan
beberapa badan-badan antar pemerintah. Mahkamah internasional (MI) merupakan
organ hukum utama PBB. Didirikan pada tahun 1945 dibawah piagam PBB sebagai
kelanjutan mahkamah permanen keadilan internasional liga bangsa-bangsa. Seluruh
41

anggota PBB secara otomatis menjadi anggota MI. sebuah Negara yang bukan
anggota MI bisa menjadi pihak statute MI atau menggunakan MI jika menerima
syarat-syarat yangditetapkan oleh PBB dan setuju memberikan kontribusi dana bagi
MI. Sengketa bisa dibawa ke MI dalam dua cara. Pertama melalui kesepakatan
khusus antarpihak, di mana seluruh pihak setuju mengajukan persolan kepada MI.
kedua melalui permohonan sendiri oleh suatu pihak yang bertikai. Ini terjadi,
misalnya, jika pemohon percaya bahwa lawannya diwajibkan oleh syarat traktat
tertentu untuk menerima yurisdiksi MI dalam hal sengketa. MI memberikan pendapat
hukum tentang pertanyaan majelis umum PBB,dewan keamanan, dan organ serta
lembaga khusus PBB lain yang telah diberi wewenang oleh majelis umum untuk
meminta pendapat seperti itu atau yang diizinkan oleh konstitusi.

Peranan Mahkamah Internasional antara lain:


 Menerima persoalan atau persengketaan dari negara anggota PBB;
 Menyelesaikan persoalan atau persengketaan yang dapat mengancam
perdamaian dunia;
 Memberikan usulan mengenai persoalan atau persengketaan internasional
kepada Majelis Umum dan Dewan Keamanan.

b) Mahkamah Pidana Internasional


Bertujuan untuk mewujudkan supremasi hukum internasional dan memastikan pelaku
kejahatan internasional. Terdiri dari 18 hakim dengan masa jabatan 9 tahun dan ahli
dibidang hukum pidana internasional. Yuridiksi atau kewenangan yang dimiliki oleh
Mahkamah Pidana Internasional adalah memutus perkara terhadap pelaku kejahatan
berat oleh warga Negara dari Negara yang telah meratifikasi Statuta Mahkamah.
contoh peran Mahkamah Pidana Internasional terhadap kasus Perang Serbia.

c) Panel Khusus dan Spesial Pidana internasional


Adalah lembaga peradilan internasional yang berwenang mengadili para tersangka
kejahatan berat internasional yang bersifat tidak permanen atau sementara (ad hoc)
dalam arti setelah selesai mengadili maka peradilan ini dibubarkan. Yuridiksi atau
kewenangan darai Panel khusus dan special pidana internasional ini, adalah
menyangkut tindak kejahatan perang dan genosida (pembersihan etnis) tanpa
melihat apakah Negara dari si pelaku itu telah meratifikasi atau belum terhadap
statute panel khusus dan special pidana internasional ini. Contoh Special Court for
East Timor dan Indonesia membentuk Peradilan HAM dengan UU No. 26 tahun 2000.

3) Sebab-sebab terjadinya sengketa Internasional


Sengketa internasional (International despute), adalah perselisihan yang terjadi antara
Negara dengan Negara, Negara dengan individu-individu, atau Negara dengan lembaga
internasional yang menjadi subyek hukum internasional.
Sebab-sebab sengketa internasional :
 Salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya dalam mperjanjiann internasional.
 Perbedaan penafsiran mengenai isi perjanjian internasional
 Perebutan sumber-sumber ekonomi
 Perebutan pengaruh ekonomi, politik, atau keamanan regional dan internasional.
 Adanya intervensi terhadap kedayulatan Negara lain.
 Penghinaan terhadap harga diri bangsa.

4) Cara Penyelesaian Sengketa Internasional


Ada dua cara penyelesaian segketa internasional, yaitu secara damai dan paksa,
kekerasan atau perang.
1. Penyelesaian secara damai, meliputi :
 Arbitrase, yaitu penyelesaian sengketa internasional dengan cara
menyerahkannya kepada orang tertentu atau Arbitrator, yang dipilih secara
bebas oleh mereka yang bersengketa, namun keputusannya harus sesuai
dengan kepatutan dan keadilan ( ex aequo et bono).
42

Prosedur penyelesaiannya, adalah :


 Masing-masing Negara yang bersengketa menunjuk dua arbitrator, satu
boleh berasal dari warga negaranya sendiri.
 Para arbitrator tersebut memilih seorang wasit sebagai ketua dari
pengadilan Arbitrase tersebut.
 Putusan melalui suara terbanyak.

 Penyelesaian Yudisial, adalah penyelesaian sengketa internasional melalui suatu


pengadilan internasional dengan memberlakukan kaidah-kaidah hukum.
 Negosiasi, tidak seformal arbitrase dan Yudisial. Terlebih dahulu dilakukan
konsultasi dan komunikasi agar negosiasi dapat berjalan semestinya.
 Jasa-jasa baik atau mediasi, yaitu cara penyelesaian sengketa internasional
dimana Negara mediator bersahabat dengan para pihak yang bersengketa, dan
membantu penyelesaian sengketanya secara damai. Contoh Dewan Keamanan
PBB dalam penyelesaian konplik Indonesia Belanda tahu 1947. Dalam
penyelesaina dengan Jasa baik pihak ketiga menawarkan penyelesaian, tapi
dalam Penyelesaian secara Mediasi, pihak mediator berperan lebih aktif dan
mengarahkan pihak yang bersengketa agar penyelesaian dapat tercapai.
 Konsiliasi, dalam arti luas adalah penyelesaian sengketa denga bantuan Negara-
negara lain atau badan-badan penyelidik dan komite-komite penasehat yang
tidak berpihak. Konsiliasi dalam arti sempit, adalah suatu penyelesaian sengketa
internasional melalui komisi atau komite dengan membuat laporan atau ussul
penyelesaian kepada pihak sengketa dan tidak mengikat.
 Penyelidikan, adalah biasanya dipakai dalam perselisioshan batas wilayah suatu
Negara dengan menggunakan fakta-fakta untuk memperlancar perundingan.
 Penyelesian PBB, Dididrikan pada tanggal 24 Oktober 1945 sebagai pengganti
dari LBB (liga Bangsa-Bangsa), tujuan PBB adalah menyelesaikan sengketa
internasional secara damai dan menghindari ancaman perang.

2. Penyelesaian secara pakasa, kekerasan atau perang :


 Perang dan tindakan bersenjata non perang, bertujuan untuk menaklukkan
Negara lawan dan membebankan syarat penyelesaian kepada Negara lawan.
 Retorsi, adalah pembalasan dendam oleh suatu Negara terhadap tindakan –
tindakan tidak pantas yang dilakukan Negara lain. Contoh menurunkan status
hubungan diplomatic, atau penarika diri dari kesepakatan-kresepakatan fiscal
dan bea masuk.
 Tindakan-tindakan pembalasan, adalah cara penyelesaian sengketa
internasional yang digunakan suatu Negara untuk mengupayakan memperoleh
ganti rugi dari Negara lain. Adanya pemaksaan terhadap suatu Negara.
 Blokade secara damai. Adalah tindakan yang dilakukan pada waktu damai, tapi
merupakan suartu pembalasan. Misalnya permintaan ganti rugi atas pelabuhan
yang di blockade oleh Negara lain.
 Intervensi (campur tangan),adalah campur tanagn terhadap kemerdekaan politik
tertentu secara sah dan tidak melanggar hukum internasional. Contohnya :
 Intervensi kolektif sesuai dengan piagam PBB.
 Intervesi untuk melindungi hak-hak dan kepentingan warga negaranya.
 Pertahanan diri.
 Negara yang menjadi obyek intervensi dipersalahkan melakukan
pelanggaran berat terhadap hukum internasional.

5) Penyelesaian melalui Mahkamah internasional


Ada dua mekanisme penyelesaian sengketa internasional melalui Mahkamah
internasional, yaitu mekanisme normal dan khusus.
 Mekanisme Normal :
 Penyerahan perjanjian khusus yng berisi tdentitas para pihak dan pokok
persoalan sengketa.
43

 Pembelaan tertulis, berisi fakta, hukum yang relevan, tambahan fakta baru,
penilakan atas fakta yang disebutkan dan berisi dokumen pendukung.
 Presentasi pembelaan bersifat terbuka dan umum atautertutup tergantung pihak
sengketa.
 Keputusan bersifat menyetujui dan penolakan. Kasus internasional dianggap
selesai apa bila :
 Para pihak mencapai kesepakatan
 Para pihak menarik diri dari prose persidangan Mahkamah internasional.
 Mahkamah internasional telah memutus kasus tersebut berdasarkan
pertimbangan dan telah dilakukan ssuai proses hukum internasional yang
berlaku.

 Mekanisme Khusus :
 Keberatan awal karena ada keberatan dari pihak sengketa Karen mahkamah
intrnasional dianggap tidak memiliki yusidiksi atau kewenangan atas kasus
tersebut.
 Ketidak hadiran salah satu pihak yang bersengketa, biasanya dilakukan oleh
Negara tergugat atau respondent karena menolak yuridiksi Mahkamah
Internasional.
 Keputusan sela, untuk memberikan perlindungan terhadap subyek persidangan,
supaya pihak sengketa tidak melakukan hal-hal yang mengancah efektivitas
persidangan Mahkamah internasional.
 Beracara bersama, beberapa pihak disatukan untuk mengadakan sidang
bersama karena materi sama terhadap lawan yang sama.
 Intervensi, mahkamah internasional memberikan hak kepada Negara lain yang
tidak terlibat dalam sengketa untuk me;lakkan intervensi atas sengketa
yangsedang disidangkan bahwa dengan keputusan Mahkamah internasional ada
kemungkinan Negara tersebut dirugikan.

6) Contoh Keputusan/kasus Mahkamah Internasioanal


 Amerika serikat di Filipina : tahun 1906 tentara AS melakukan pembunuhan warga
Filipina, membunuh dan membakar 600 rakyat desa itu. Para pelakunya telah di
sidang di pengadilan militer amun banyak yang dibebaskan.
 Amerika serikat di Cina : pada tahun 1968 terjadi pristiwa My lai Massacre. Kompi
Amerika menyapu warga desa denga senjata otomatis dan menewaskan 500 orang.
Pra pelakunya telah disidang dan dihukum.
 Amerika serikat di Jepang : pada tahun 1945 lebih dari 40.000 rakyat Jepang
meninggal akibat Bom Atom.
 Pembersihan etnis yahudi oleh Nazi Di jerman atas pimpinan Adolf Hitler, Mahkamah
Internasional telah mengadili dan menhukum pelaku.
 Jepang banyak membunuh rakyat Indonesia dengan Kerja paksa dan 10.000 rakyat
Indonesia hilang. Pengadilan internasional telah dijalankan dan menghukum para
penjahatnya.
 Serbia di Bosnia dan Kroasia: anatar 1992-1995 pembersihan etnis kroasia dan
Bosnia oleh Kroasia danmembunuh sekitar 700.000 warga Bosnia dan Kroasia.
Para penjahat perangnya sampai sekarang masih menjalani proses persidangan di
Den Haag,Belanda.
 Pemerintah Rwanda terhadap etniks Hutu : Selama tiga bulan di tahu 1994 antara
500 samapai 1 juta orang etnis Hutu dan Tutsi telah dibunuh ioleh pemerintah
Rwanda. PBB menggelar pengadilan kejahatan perang di Arusha Tanzania dan
hanya menyeret 29 penjahat perangnya.
 Indonesia dengan Malaysia terhadap kasus Pulau sipadan dan Ligitan, dan
Mahkamah internasional memenangkan pihak Malaysia pada ahun 2003. Malaysia
adalah pemilik ke dua pulau tersebut. Indonesia menghormati keputusan tersebut.
 Kasaus Timor TImur diselesaikan secara Intrnasional dengan referendum. Dan sejak
tahun 1999 Timor-Timur berdiri sebagai sebuah Negara bernama Republik Tomor
Lorosae /Timor Leste
44

Anda mungkin juga menyukai