KOMPETENSI 1
Memahami konsep dasar kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dengan cara
mendiskripsikan, mengidentifikasi dan menganalisis hakikat bangsa dan Negara, system politik,
prinsip-prinsip demokrasi, sistem pemerintahan, sistem hukum dan peradilan nasional.
INDIKATOR
BAB I
HAKIKAT BANGSA DAN NEGARA
b. Fungsi Negara
Secara umum terlepas dari ideologi yang dianutnya, setiap negara
menyelenggarakan beberapa fungsi minimum yang mutlak harus ada. Fungsi tersebut
adalah sebagai berikut :
a) Melaksanakan penertiban (Law and order) : untuk mencapai tujuan bersama dan
mencegah bentrokan–bentrokan dalam masyarakat, maka negara harus
melaksanakan penertiban. Dalam fungsi ini negara dapat dikatakan sebagai
stabilisator.
b) Mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya.
c) Pertahanan : fungsi ini sangat diperlukan untuk menjamin tegaknya kedaulatan
negara dan
d) mengantisipasi kemungkinan adanya serangan yang dapat mengancam
kelangsungan hidup bangsa (negara). Untuk itu negara dilengkapi dengan alat
pertahanan.
e) Menegakkan keadilan : fungsi ini dilaksanakan melalui lembaga peradilan.
BAB II
SISTEM HUKUM DAN PERADILAN NASIONAL
A. Pengertian Hukum
Hukum sebenarnya adalah bagian dari norma yang berlaku bagi masyarakat kita
yaitu norma hukum. Selain norma hukum kita juga mengenal norma agama, norma kesusilaan
dan norma kesopanan. Norma hukum tentunya berbeda dengan norma-norma lainnya yang
kemudian norma hukum tersebut disebut sebagai hukum. Hukum memiliki unsur perintah dan
larangan. Hukum merupakan kaidah atau norma yang harus ditaati yang bersifat memaksa.
Bagi yang melanggar tentunya akan mendapatkan sanksi. Sanksi adalah suatu akibat yang
diterima apabila melakukan perbuatan yang melanggar dari pihak yang berwajib menegakan
pelaksanaan hukum.
Hukum Pidana yang berlaku di Indonesia telah dilakukan kodifikasi. Sebagian besar dari
aturan-aturan pidana telah disusun dalam suatu kitab undang-undan, yaitu KUH Pidana.
Sebagian lagi tersebar dalam berbagai peraturan perundang-undangan, seperti peraturan lalu
lintas, peraturan tentang tindak pidana terorisme. Selain sudah dikodifikasi, hukum pidana kita
juga telah diunifikasi. Tujuan hukum positif Indonesia tercantum dalam Pembukaan UUD 1945
Alinea IV yang berbunyi ―untuk membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Sumber hukum dasar nasional adalah Pancasila sebagaimana tertulis dalam pembukaan
Undang Undang Dasar 1945, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusian yang adil dan
beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
Mahkamah Agung mengadili pada tingkat kasasi terhadap putusan yang diberikan
pada tingkat terakhir oleh pengadilan di semua lingkungan peradilan yang berada
dibawah Mahkamah Agung, yaitu :
a) Peradilan Umum
Peradilan Umum adalah lingkungan peradilan di bawah Mahkamah Agung
yang menjalankan kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan pada
umumnya. Adapun kekuasaan kehakiman di lingkungan peradilan umum
dilaksanakan oleh lembaga-lembaga berikut ini.
Pengadilan Tinggi
Pengadilan Tinggi merupakan pengadilan tingkat banding yang
berkedudukan di ibukota provinsi, dengan daerah hukum meliputi wilayah
provinsi.
Pengadilan Negeri
Pengadilan Negeri adalah suatu pengadilan yang sehari-hari memeriksa dan
memutuskan perkaratingkat pertama dari segala perkara perdata dan pidana
untuk semua golongan yang berkedudukan di ibukota kabupaten/kota,
dengan daerah hukum meliputi wilayah kabupaten/kota.
b) Peradilan Agama
Peradilan Agama adalah lingkungan peradilan di bawah Mahkamah Agung
bagi rakyat pencari keadilan yang beragama Islam mengenai perkara perdata
5
2) Mahkamah Konstitusi
Salah satu lembaga tinggi negara yang melakukan kekuasaan kehakiman
(bersama Mahkamah Agung) yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna
menegakkan hukum dan keadilan. Susunan MK terdiri dari seorang Ketua merangkap
anggota, seorang Wakil Ketua merangkap anggota, serta 7 orang anggota hakim
konstitusi yang ditetapkan dengan Keputusan Presiden. Hakim konstitusi harus
memiliki syarat: memiliki intergritas dan kepribadian yand tidak tercela; adil; dan
negarawan yang menguasai konstitusi ketatanegaraan.
3) Komisi Yudisial
Komisi Yudisial bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan
pengangkatan hakim agung dan mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga
dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim. Anggota
komisi yudisial harus memiliki pengetahuan dan pengalaman di bidang hukum serta
memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela. Komisi Yudisial terdiri dari
pimpinan dan anggota. Pimpinan Komisi Yudisial terdiri atas seorang Ketua dan
seorang Wakil Ketua yang merangkap anggota. Komisi Yudisial mempunyai 7 orang
anggota, yang merupakan pejabat negara yang direkrut dari mantan hakim, praktis
hukum, akademis hukum, dan anggota masyarakat.
BAB III
PELAKSANAAN DEMOKRASI DI INDONESIA
Atas dasar kegagalan itu maka Presiden mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 :
Bubarkan konstituante
Kembali ke UUD 1945 tidak berlaku UUD S 1950
Pembentukan MPRS dan DPAS
b. Masa Demokrasi Terpimpin 1959 – 1966
Pengertian demokrasi terpimpin menurut Tap MPRS No. VII/MPRS/1965 adalah
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan yang berintikan musyawarah untuk mufakat secara gotong royong
diantara semua kekuatan nasional yang progresif revolusioner dengan berporoskan
nasakom dengan ciri:
Dominasi Presiden
Terbatasnya peran partai politik
Berkembangnya pengaruh PKI
Penyimpangan masa demokrasi terpimpin antara lain:
Mengaburnya sistem kepartaian, pemimpin partai banyak yang dipenjarakan
Peranan Parlemen lembah bahkan akhirnya dibubarkan oleh presiden dan
presiden membentuk DPRGR
Jaminan HAM lemah
Terjadi sentralisasi kekuasaan
Terbatasnya peranan pers
Kebijakan politik luar negeri sudah memihak ke RRC (Blok Timur)
Pada Masa Reformasi berhasil menyelenggarakan pemiluhan umum sudah dua kali
yaitu tahun 1999 dan tahun 2004
BAB IV
SISTEM PEMERINTAHAN
Peran eksekutif dan legislatif dibuat seimbang dengan sistem check and
balances.
Kelebihan sistem Presidensial :
Kedudukan eksekutif stabil sebab tidak tergantung pada legislatif atau parlemen.
Masa jabatan eksekutif jelas, misalnya 4 tahun, 5 tahun atau 6 tahun.
Penyususnan program kabinet mudah karena disesuaikan dengan masa jabatan.
Legislatif buakn tempat kaderisasi eksekutif sebab anggota parlemen tidak boleh
dirangkap pejabat eksekutif.
Kekurangan Sistem Presidensiasl :
Kekuasaan eksekutif diluar pengawasan langsung legislatif sehingga dapat
menciptakan kekuasaan mutlak.
Sistem pertanggungjawaban kurang jelas.
Pembuatan kebijakan publik hasil tawar-menawar antara eksekutif dengan
legislatif, tidak tegas dan waktu lama.
Prinsip-perinsip sistem pemerintahan presidensial adalah :
1) Pemisahan jabatan karena larangan rangkap jabatan antara anggota parlemen
dengan menteri atau kabinet.
2) Kontrol dan keseimbangan (check and balances) yaitu masing-masing cabang
kekuasaan diberi kekuasaan untuk mengontrol cabang kekuasaan lain.
c) Sistem Pemerintahan di Negara Komunis
Lembaga legislatif di Uni Soviet dijalankan oleh lembaga yang bernama
Soviet Tertinggi URRS (STU) yang terdiri dari 2 majelis yaitu majelis Uni dan majelis
bangsa-bangsa. Majelis uni mencerminkan kepentingan bersama seluruh penduduk
URSS ( mirip DPR) sedangkan majelis bangsa-bangsa mencerminkan bangsa-
bangsa dan suku bangsa yang terdapat di wilayah URSS ( semacam Senat). Siviet
tertinggi (STU) memilih presidium soviet tertinggi (semacam badan pekerja MPR)
yang merupakan lembaga yang amat berkuasa di Uni Soviet.
tidak adanya pengawasan dan tanpa persetujuan DPR, maka kekuasaan presiden
sangat besar dan cenderung dapat disalahgunakan. Mekipun adanya kelemahan,
kekuasaan yang besar pada presiden juga ada dampak positifnya yaitu presiden
dapat mengendalikan seluruh penyelenggaraan pemerintahan sehingga mampu
menciptakan pemerintahan yang kompak dan solid. Sistem pemerintahan lebih stabil,
tidak mudah jatuh atau berganti. Konflik dan pertentangan antar pejabat negara dapat
dihindari. Namun, dalam praktik perjalanan sistem pemerintahan di Indonesia
ternyata kekuasaan yang besar dalam diri presiden lebih banyak merugikan bangsa
dan negara daripada keuntungan yang didapatkanya.
Memasuki masa Reformasi ini, bangsa Indonesia bertekad untuk menciptakan sistem
pemerintahan yang demokratis. Untuk itu, perlu disusun pemerintahan yang
konstitusional atau pemerintahan yang berdasarkan pada konstitusi. Pemerintah
konstitusional bercirikan bahwa konstitusi negara itu berisi
Berdasarkan hal itu, Reformasi yang harus dilakukan adalah melakukan perubahan
atau amandemen atas UUD 1945. dengan mengamandemen UUD 1945 menjadi
konstitusi yang bersifat konstitusional, diharapkan dapat terbentuk sistem
pemerintahan yang lebih baik dari yang sebelumnya. Amandemen atas UUD 1945
telah dilakukan oleh MPR sebanyak empat kali, yaitu pada tahun 1999, 2000, 2001,
dan 2002. berdasarkan UUD 1945 yang telah diamandemen itulah menjadi pedoman
bagi sistem pemerintaha Indonesia sekarang ini.
1) Presiden sewaktu-waktu dapat diberhentikan oleh MPR atas usul dari DPR. Jadi,
DPR tetap memiliki kekuasaan mengawasi presiden meskipun secara tidak
langsung.
2) Presiden dalam mengangkat penjabat negara perlu pertimbangan atau
persetujuan dari DPR.
13
BAB V
INSFRASTRUKTUR POLITIK DAN SUPRASTUKTUR POLITIK
A. Infrastuktur Politik
Infrastuktur politik adalah Keterkaitan dan keterhubungan kehidupan politik rakyat
dengan kelompok lain dalam berbagai macam golongan yang biasa disebut dengan ―kekuatan
sosial politik masyarakat‖, dan kelompok tersebut yang merupakan kekuatan politik riil di
masyarakat.
Partai Republik dan Demokrat serta Inggris dengan Partai Konservatif dan Partai
Buruhnya.
Sistem mulipartai (Sistem Banyak Partai)
Suatu sistem politik dikatakan menganut sistem multipartai, apabila di dalam wilayah
negara tersebut terdapat lebih dari dua partai yang diakui secara konstitusional.
Contoh Negara yang menganut sistem multipartai, antara lain Indonesia, Filipina,
Jepang, Malaysia, Belanda, dan Prancis.
2) Kelompok Kepentingan
Sekelompok orang yang mendirikan organisasi yang bertujuan tertentu berusaha
mempengaruhi proses kebijakan pemerintah.
Kelompok kepentingan dibagi menjadi beberapa bagian, antara lain :
a. Kelompok kepentingan anomik
b. Kelompok kepentingan Non-Asosiasional
c. Kelompok kepentingan Institusional
d. Kelompok kepentingan Asosiasonal
e. Media komunikasi politik
f. Kelompok penekan
g. Tokoh politik.
B. Suprastruktur Politik
Suprastruktur politik merupakan mesin politik resmi di suatu negara sebagai
penggerak politik formal. Dalam perkembangan ketatanegaraan modern, elit politik pemerintah
dibagi dalam kekuasaan eksekutif, kekuasaan legislatif, dan kekuasaan yudikatif. Untuk
terciptanya dan mantapnya kondisi politik negara,suprastruktur politik harus memperoleh
dukungan dari infrastruktur politik yang mantap pula.
Sistem politik dan juga mekanisme pemerintahan dapat memenuhi fungsinya jika :
o Sistem politik dapat mempertahankan pola yang berlaku. Pola ini dapat dipertahankan bila
rakyat menerima dan meyakininya.
o Sistem politik mampu menyelesaikan ketegangan yang selalu timbul dalam masyarakat
dengan prosedur yang sedapat mungkin dapat memuaskan semua pihak.
o Perubahan-perubahan, dalam arti memiliki kemampuan adaptasi yang besar untuk
menyesuaikan diri dengan perkembangan-perkembangannya yangterjadi baik di dalam
negeri maupun dalam rangka hubungan internasional yang bersifat interdependesi dan
interrelasi antaranegara.
o Sistem politik harus mampu mewujudkan tujuan nasional. Hal ini berupa Garis-garis Besar
Haluan Negara dan peraturan perundang-undangan lainnya sebagai dasar yuridis formal
dalam upaya meraihnya.
o Sistem politik harus mampu mengintegrasikan dan menjamin keutuhan seluruh sistem
sosial, karena ancaman, hambatan terhadap sistem sosial berupa rasa ketidak puasan,
keresahan, ketegangan, perpecahan merupakan masalah yang harus diselesaikan oleh
sistem politik itu sendiri
KOMPETENSI 2
Memahami konsep dasar kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dengan cara
mendiskripsikan, mengidentifikasi, dan menganalisis peranan pers dalam masyarakat terbuka dan
demokratis serta pengaruh globalisasi dalam berbagai aspek kehidupan.
INDIKATOR :s
A. Pengertian Pers
Istilah pers berasal dari kata persen bahasa Belanda atau press bahasa Inggris, yang
berarti menekan yang merujuk pada mesin cetak kuno yang harus ditekan dengan keras untuk
menghasilkan karya cetak pada lembaran kertas.
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia kata pers berarti: 1) alat cetak untuk mencetak buku
atau surat kabar, 2) alat untuk menjepit atau memadatkan, 3) surat kabar dan majalah yang
berisi berita, 4) orang yang bekerja di bidang persurat kabaran.
Menurut UU No. 40 tahun 1999 tentang Pers, Pers adalah lembaga sosial dan wahana
komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik yang meliputi mencari,
memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam
bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk
lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang
tersedia.
B. Fungsi Pers
Menurut UU No. 40 tahun 1999 tentang Pers, disebutkan dalam pasal 3 fungsi pers adalah
sebagai berikut :
Sebagai Media Informasi, ialah perrs itu memberi dan menyediakan informasi tentang
peristiwa yang terjadi kepada masyarakat, dan masyarakat membeli surat kabar karena
memerlukan informasi.
Fungsi Pendidikan, ialah pers itu sebagi sarana pendidikan massa (mass Education), pers
memuat tulisan-tulisan yang mengandung pengetahuan sehingga masyarakat bertambah
pengetahuan dan wawasannya.
Fungsi Menghibur, ialah pers juga memuat hal-hal yang bersifat hiburan untuk
mengimbangi berita-berita berat (hard news) dan artikel-artikel yang berbobot. Berbentuk
cerita pendek, cerita bersambung, cerita bergambar, teka-teki silang, pojok, dan karikatur.
Fungsi Kontrol Sosial, terkandung makna demokratis yang didalamnya terdapat unsur-
unsur sebagai berikut:
a) Social particiption yaitu keikutsertaan rakyat dalam pemerintahan.
b) Socila responsibility yaitu pertanggungjawaban pemerintah terhadap rakyat.
c) Socila support yaitu dukungan rakyat terhadap pemerintah.
d) Social Control yaitu kontrol masyarakat terhadap tindakan-tindakan pemerintah.
Sebagai Lembaga Ekonomi, yaitu pers adalah suatu perusahaan yang bergerak dibidang
pers dapat memamfaatkan keadaan disekiktarnya sebagai nilai jual sehingga pers
sebagai lembaga sosial dapat memperoleh keuntungan maksimal dari hasil prodduksinya
untuk kelangsungan hidup lembaga pers itu sendiri.
16
C. Peranan Pers
Menurut pasal 6 UU No. 40 tahun 1999 tentang pers, perana pers adal;ah sebagai berikut :
1) Memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui.
2) Menegakkan nilai-nilai dasar demokrasi, mendorong terwujudnya supremasi hukum, hak
asasi manusia, serta menhormati kebhinekaan.
3) Mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat, akurat dan benar.
4) Melakukan pengawasan,kritik, koreksi dan saran terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
kepentingan umum.
5) Memperjuangkan keadilan dan kebenaran.
Menurut Marx, perubahan itu tidak hanya terjadi dalam bidang politik saja atau bidang
ekonomi saja, akan tetapi semua komponen kebudayaan lainnya juga akan berubah
seperti seni, agama, dan filsafat. Baginya, negara hanyalah alat bagi kelas
masyarakat untuk menguasai kelas lainnya. Dengan demikian masyarakat tanpa
kelas artinya masyarakat tanpa negara. Dalam masalah komunikasi massa, Marx
tidak pernah secara langsung mempertahankan masalah tersebut. Satu yang jelas
adalah konsep Marxis mengenai persatuan dan pembedaan antara kebenaran
dengan ketidakbenaran tidak memungkinkan pers berfungsi sebagai lembaga sosial
yang bebas mengkritik pemerintah dan bertindak sebagai forum bebas. Pers komunis
18
-
19
KOMPETENSI 3
Memahami konsep dasar kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dengan cara
mendiskripsikan, mengidentifikasi, dan menganalisis nilai dan norma, hubungan dasar Negara
dengan konstitusi.
INDIKATOR :
BAB I
PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA
A. Pengertian Ideologi
Secara Etimologi, berasal dari bahasa Yunani, Kata ideologi berasal dari dua kata yaitu Idea
yang berarti pikiran, gagasan, konsep atau cita-cita dan Logos yang bderarti ilmu,
pengetahuan, dan paham. Dengan Demikian Ideologi dapat diartikan sebagai suatu
pengetahuan/ilmu/paham mengenai cita-cita. atau suatu gagasan yang berdasarkan pikiran
tertentu. Istilah ideologi pada umumnya digunakan oleh seseorang atau kelompok orang
(masyarakat) yang digunakan sebagai pedoman berpikir maupun bertindak (sebagai pedoman
hidup).
B. Sifat-sifat Ideologi
Ada tiga dimensi sifat ideologi, yaitu dimensi realitas, dimensi idealisme, dan dimensi
fleksibilitas.
1) Dimensi Realitas: nilai yang terkandung dalam dirinya, bersumber dari nilai-nilai yang
hidup dalam masyarakat, terutama pada waktu ideologi itu lahir, sehingga mereka betul-
betul merasakan dan menghayati bahwa nilai-nilai dasar itu adalah milik mereka bersama.
Pancasila mengandung sifat dimensi realitas ini dalam dirinya.
1) Dimensi idealisme: ideologi itu mengandung cita-cita yang ingin diicapai dalam berbagai
bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pancasila bukan saja
memenuhi dimensi idealisme ini tetapi juga berkaitan dengan dimensi realitas.
2) Dimensi fleksibilitas: ideologi itu memberikan penyegaran, memelihara dan memperkuat
relevansinya dari waktu ke waktu sehingga bebrsifat dinamis, demokrastis. Pancasila
memiliki dimensi fleksibilitas karena memelihara, memperkuat relevansinya dari masa ke
masa.
C. Ideologi Pancasila
a) Pengertian Ideologi Pancasila
Pancasila sebagai suatu Ideologi tidak bersifat tertutup dan kaku, tetapi bersifat reformatif,
dinamis dan terbuka. Hal ini dimaksudkan bahwa Ideologi pancasila besifat aktual, dinamis,
antisipatif dan senantiasa mampu menyesuaikan dengan perkembangan zaman, ilmu
pengetahuan dan teknologi (iptek), serta dinamika perkembangan aspirasi masyarakat.
Sebagai suatu ideologi yang bersifat terbuka maka secara structural Pancasila memiliki tiga
dimensi sebagai berikut:
1) Dimensi idealis. Merupakan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila bersifat
sistematis dan rasional yaitu hakikat nilai-nilai yang terkandung dalam lima sila
Pancasila : Ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan.
2) Dimensi normatif. Merupakan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila perlu
dijabarkan dalam suatu sistem normatif, sebagaimana terkandung dalam Pembukaan
UUD 1945 yang memilki kedudukan tinggi yang di dalamnya memuat Pancasila
dalam alinea IV.
3) Dimensi realitas. Merupakan suatu Ideologi harus mampu mencerminkan realitas
yang hidup dan berkembang dalam masyarakat. Oleh karena itu, selain memiliki
dimensi nilai-nilai ideal dan normative, pancasila juga harus mampu dijabarkan dalam
21
Catatan :
Sila pertama Piagam Jakarta ini tidak mencerminkan realita kemajemukan
agama yang di peluk oleh masyarakat Indonesia, sehingga keberatan
disampaikan oleh mereka yang diluar islam sehingga demi persatuan dan
kesatuan bangsa maka rumusannya diubah menjadi: Ketuhanan Yang Maha
Esa, dan diberi nama Pancasila sehingga ditetapkan menjadi Dasar Negara
Indonesia.
22
1945.
Program pembi-naan dan pelak-
sanaan selalu dicantumkan da-
lam GBHN
Regulasi UU atau Kepmen yang
menjamin kelangsungan hidup
ber-agama.
pasalnya merupakan satu kesatuan, sedangkan di pihak lain ada yang menyatakan
bahwa keduanya terpisah. Namun karena hakikat kedudukan Pembukaan UUD 1945
tersebut memiliki kedudukan fundamental bagi kelangsungan hidup negara, kedua
pendapat tersebut akhirnya tiba pada kesimpulan sebagai berikut :
Sebagai pokok kaidah negara yang mempunyai kedudukan yang tetap dan tidak
berubah serta melekat pada kelangsungan hidup negara yang telah dibentuk.
Dalam jenjang hierarki tertib hukum, Pembukaan UUD 1945 sebagai pokok
kaidah negara yang fundamental memiliki kedudukan tertinggi, lebih tinggi
daripada pasal-pasal UUD 1945, sehingga secara hukum dapat dikatakan
terpisah dari pasal-pasal UUD 1945.
Pengertian terpisah sebenarnya bukan berarti tidak memiliki hubungan sama sekali
tetapi antara Pembukaan UUD 1945 dan batang tubuh UUD 1945 terdapat hubungan
kausal organis, di mana UUD harus menciptakan pokok-pokok pikiran yang
terkandung dalam Pembukaan UUD 1945. Dengan demikian, pengertian terpisah di
sini adalah keduanya mempunyai hakikat dan kedudukan sendiri-sendiri, di mana
Pembukaan UUD 1945 memiliki kedudukan lebih tinggi daripada pasal-pasal UUD
1945, bahkan yang tertinggi dalam tertib hukum Indonesia.
27
KOMPETENSI 4
Memahami konsep dasar kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dengan cara
menganalisis penegak hak asasi manusia, system hokum internasional, keterbukaan dan keadilan,
system kewarganegaraan.
INDIKATOR :
1. Mendiskripsikan upaya bangsa dalam memelihara, pemajuan, dan penegak hak asasi
manusia.
2. Mendiskripsikan masalah kewarganegaraan.
3. Mendiskripsikan tugas, peran, fungsi perwakilan diplomatic di suatu Negara.
4. Menjelaskan tahapan pembuatan perjanjian Internasional.
5. Menjelaskan manfaat organisasi internasional bagi Indonesia.
6. Menjelaskan peranan Mahkamah Internasional dalam menangani suatu kasus.
7. Menjelaskan cara-cara penyelesaian sengketa Internasional.
BAB I
HAK ASASI MANUSIA
Macam-macam HAM :
1) HAM secara umum :
Hak asasi pribadi (personal right)
Hak asasi ekonomi (poverty right)
Hak asasi politik (political right)
Hak asasi sosial dan kebudayaan (social and cultural right)
Hak asasi untuk memperoleh perlakuan yang sama dalam hukum dan
pemerintahan (right of legal equality)
Hak asasi untuk memperoleh perlakuan tata cara peradilan dan
perlindungan (prosedural right)
2) HAM menurut UUD 1945
Hak untuk hidup
Hak berkeluarga
Hak mengembangkan diri
Hak keadilan
Hak kemerdekaan
Hak atas kebebasan informasi
Hak keamanan
Hak kesejahteraan
Hak perlindungan dan pemajuan
Kewajiban menghormati ham orang lain
28
bagi warganya.
Di Athena (Yunani), Solon telah menyusun undang-
undang yang menjamin keadilan dan persamaan bagi
setiap warganya. Untuk itu dia membentuk Heliaie,
yaitu Mahkamah Keadilan untuk melindungi orang-
2 600 SM —-
orang miskan dan Majelis Rakyat atau Ecdesia. Karena
gagasannya inilah Solon dianggap sebagai pengajar
demokrasi. Perjuangan Solon didukung oleh Parisles
(tokoh negarawan Athena).
Kaisar Romawi pada masa Flavius Anacius Justinianus
menciptakan peraturan hukum modern yang
terkodifikasi yang Corpus Luris sebagai jaminan atas
keadilan dan hak asasi manusia.
Corpus Luris
527 s.d.
3 Pada masa kebangkitan Romawi telah banyak lahir
322SM
—- filsuf terkenal dengan visi tentang hak asasi, seperti :
Socrates dan Plato yang banyak dikenal sebagai
peletak dasar diakuinya hak-hak asasi manusia, serta
Aristoteles yang mengajarkan tentang pemerintahan
berdasarkan kemauan dan cita-cita mayoritas warga.
Dibawa oleh Nabi Isa Almasih sebagai peletak dasar
etika Kristiani dan ide pokok tingkah laku manusia agar
Kitab Suci Injil senantiasa hidup dalam cinta kasih, baik kepada Tuhan
maupun sesama manusia.
30 SM s.d.
4
Diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW banyak
632 M
mengajarkan tetang toleransi, berbuat adil, tidak boleh
Kitab Suci
memaksa, bijaksana, menerapkan kasih sayang,
memberikan rahmat kepada seluruh alam semesta, dan
Al-Qur‘an sebagainya.
Pembatasan kekuasaan raja dan hak asasi manusia,
antara lain mencakup :
Magna Charta
(Masa • Raja tidak boleh memungut pajak kalau tidak
5 1215 Pemerintahan dengan izin dari Great Council.
Lockland di
Inggris) • Orang tidak boleh ditangkap, dipenjara, disiksa
atau disita miliknya tanpa cukup alasan menurut hukum
negara.
• Pajak dan hak-hak istimewa harus denga izin
parlemen.
d) Masalah Kewarganegaraan
Begitu banyaknya masalah yang ada di negara kita maka dari itu di sini akan mengangkat
sebuah topik permasalahan Kewarganegaraan Indonesia,di mana anak yang orangtua
beda negara harus memilih negara yang di kehendaki yang sesuai dengan UU yang
berlaku. Lebih jelasnya, penduduk Indonesia atau seorang Warga Negara Indonesia
(WNI) adalah orang yang diakui oleh UU sebagai warga negara Republik Indonesia.
Kepada orang ini akan diberikan Kartu Tanda Penduduk, berdasarkan Kabupaten atau
(khusus DKI Jakarta) Provinsi, tempat ia terdaftar sebagai penduduk/warga. Kepada
orang ini akan diberikan nomor identitas yang unik (Nomor Induk Kependudukan, NIK)
apabila ia telah berusia 17 tahun dan mencatatkan diri di kantor pemerintahan. Paspor
diberikan oleh negara kepada warga negaranya sebagai bukti identitas yang
bersangkutan dalam tata hukum internasional. (oleh wikipedia Indonesia).
Kewarganegaraan Indonesia juga diperoleh bagi seseorang yang termasuk dalam situasi
sebagai berikut:
Anak yang belum berusia 18 tahun atau belum kawin, berada dan bertempat
tinggal di wilayah Republik Indonesia, yang ayah atau ibunya memperoleh
kewarganegaraan Indonesia.
Anak warga negara asing yang belum berusia lima tahun yang diangkat anak
secara sah menurut penetapan pengadilan sebagai anak oleh warga Negara
Indonesia.
Hak dan kewajiban dalam UUD 1945 Hak dan kewajiban warganegara dalam Bab X
pasal 26, 27, 28, & 30 tentang
warga Negara :
Pasal 26 ayat 1 yang menjadi warga Negara adalah orang-orang bangsa
Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-
undang sebagai warga Negara pada ayat 2, syarat-syarat mengenai
kewarganegaraan ditetapkan dengan undang-undang.
Pasal 27 ayat 1 bahwa segala warga Negara bersamaan kedudukan nya
didalam hukum dan pemerintahan wajib menjunjung hukum dan
pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. Pada ayat 2 disebutkan
bahwa tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan
Pasal 28 disebutkan bahwa kemerdekaan berserikat dan berkumpul,
mengeluarkan pikiran dgn lisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-
undang.
Pasal 30 ayat 1 bahwa hak dan kewajiban warga negara untuk ikut serta
dalam pembelaan negara dan ayat 2 mengatakan pengaturan lebih lanjut
diatur dengan UU.
negara-negara tersebut, secara otomatis diakui sebagai warga negara. Oleh karena itu,
sering terjadi warganegara Indonesia yang sedang bermukim di negara-negara di luar
negeri, misalnya karena sedang mengikuti pendidikan dan sebagainya, melahirkan anak,
maka status anaknya diakui oleh Pemerintah Amerika Serikat sebagai warga negara
Amerika Serikat. Padahal kedua orangtuanya berkewarganegaraan Indonesia.
Dalam zaman keterbukaan seperti sekarang ini, kita menyaksikan banyak sekali
penduduk suatu negara yang berpergian keluar negeri, baik karena direncanakan dengan
sengaja ataupun tidak, dapat saja melahirkan anak-anak di luar negeri. Bahkan dapat pula
terjadi, karena alasan pelayanan medis yang lebih baik, orang sengaja melahirkan anak di
rumah sakit di luar negeri yang dapat lebih menjamin kesehatan dalam proses persalinan.
Dalam hal, negara tempat asal sesorang dengan negara tempat ia melahirkan atau
dilahirkan menganut sistem kewarganegaraan yang sama, tentu tidak akan menimbulkan
persoalan. Akan tetapi, apabila kedua negara yang bersangkutan memiliki sistem yang
berbeda, maka dapat terjadi keadaan yang menyebabkan seseorang menyandang status
dwi-kewarganegaraan (double citizenship) atau sebaliknya malah menjadi tidak
berkewarganegaraan sama sekali (stateless).
Berbeda dengan prinsip kelahiran itu, di beberapa negara, dianut prinsip ius sanguinis
yang mendasarkan diri pada faktor pertalian seseorang dengan status orangtua yang
berhubungan darah dengannya. Apabila orangtuanya berkewarganegaraan suatu negara,
maka otomatis kewarganegaraan anak-anaknya dianggap sama dengan
kewarganegaraan orangtuanya itu. Akan tetapi, sekali lagi, dalam dinamika pergaulan
antar bangsa yang makin terbuka dewasa ini, kita tidak dapat lagi membatasi pergaulan
antar penduduk yang berbeda status kewarganegaraannya. Sering terjadi perkawinan
campuran yang melibatkan status kewarganegaraan yang berbeda-beda antara pasangan
suami dan istri. Terlepas dari perbedaan sistem kewarganegaraan yang dianut oleh
masing-masing negara asal pasangan suami-isteri itu, hubungan hukum antara suami-
isteri yang melangsungkan perkawinan campuran seperti itu selalu menimbulkan
persoalan berkenaan dengan status kewarganegaraan dari putera-puteri mereka. Oleh
karena itulah diadakan pengaturan bahwa status kewarganegaraan itu ditentukan atas
dasar kelahiran atau melalui proses naturalisasi atau pewarganegaraan. Dengan cara
pertama, status kewarganegaraan seseorang ditentukan karena kelahirannya. Siapa saja
yang lahir dalam wilayah hukum suatu negara, terutama yang menganut prinsip ius soli
sebagaimana dikemukakan di atas, maka yang bersangkutan secara langsung
mendapatkan status kewarganegaraan, kecuali apabila yang bersangkutan ternyata
menolak atau mengajukan permohonan sebaliknya. Cara kedua untuk memperoleh status
kewarganegaraan itu ditentukan melalui proses pewarganegaraan (naturalisasi). Melalui
proses pewarganegaraan itu, seseorang dapat mengajukan permohonan kepada instansi
yang berwenang, dan kemudian pejabat yang bersangkutan dapat mengabulkan
permohonan tersebut dan selanjutnya menetapkan status yang bersangkutan menjadi
warganegara yang sah.
Selain kedua cara tersebut, dalam berbagai literature mengenai kewarganegaraan, juga
dikenal adanya cara ketiga, yaitu melalui registrasi.Cara ketiga ini dapat disebut tersendiri,
karena dalam pengalaman seperti yang terjadi di Perancis yang pernah menjadi bangsa
penjajah di berbagai penjuru dunia, banyak warganya yang bermukim di daerah-daerah
koloni dan melahirkan anak dengan status kewarganegaraan yang cukup ditentukan
dengan cara registrasi saja. Dari segi tempat kelahiran, anak-anak mereka itu jelas lahir di
luar wilayah hukum negara mereka secara resmi. Akan tetapi, karena Perancis, misalnya,
menganut prinsip ius soli, maka menurut ketentuan yang normal, status kewarganegaraan
anak-anak warga Perancis di daerah jajahan ataupun daerah pendudukan tersebut tidak
sepenuhnya dapat langsung begitu saja diperlakukan sebagai warga negara Perancis.
Akan tetapi, untuk menentukan status kewarganegaraan mereka itu melalui proses
naturalisasi atau pewarganegaraan juga tidak dapat diterima. Karena itu, status
kewarganegaraan mereka ditentukan melalui proses registrasi biasa. Misalnya, keluarga
Indonesia yang berada di Amerika Serikat yang menganut prinsi µius soli, melahirkan
34
anak, maka menurut hukum Amerika Serikat anak tersebut memperoleh status sebagai
warga negara AS. Akan tetapi, jika orangtuanya menghendaki anaknya tetap
berkewarganegaraan Indonesia, maka prosesnya cukup melalui registrasi saja.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa proses kewarganegaraan itu dapat diperoleh
melalui tiga cara, yaitu:
Kewarganegaraan karena kelahiran atau citizenship by birth.
Kewarganegaraan melalui pewarganegaraan atau citizenship by naturalization.
Kewarganegaraan melalui registrasi biasa atau citizenship by registration.
Seseorang yang diangkat sebagai perwakilan diplomatik di negara asing, oleh negara
yang mengirimkannya telah diberi tugas-tugas tertentu. Tugas-tugas perwakilan
diplomatik tersebut mencerminkan adanya fungsi-fungsi penting pada perwakilan
diplomatik bagi negara-negara pengirimnya. Bentuk tugas-tugas yang diemban oleh
perwakilan diplomatik sebagai berikut.
Representasi, yaitu selain untuk mewakili pemerintah negaranya, ia juga dapat
melakukan protes, mengadakan penyelidikan dengan pemerintah negara
penerima, serta mewakili kebijaksanaan politik pemerintah negaranya.
Negosiasi, yaitu mengadakan perundingan atau pembicaraan baik dengan
negara tempat ia diakreditasikan maupun dengan negaranegara lainnya.
Observasi, yaitu menelaah dengan teliti setiap kejadian atau peristiwa di negara
penerima.
Proteksi, yaitu melindungi pribadi, harta benda, dan kepentingankepentingan
warga negaranya yang berada di luar negeri.
Persahabatan, yaitu meningkatkan hubungan persahabatan antara negara
pengirim dengan negara penerima.
BAB II
PERJANJIAN INTERNASIOANAL DAN ORGANISASI INTERNASIONAL
A. Perjanjian Internasional
1) Pengertian Perjanjian Internasional
Perjanjian Internasional adalah sebuah perjanjian yang dibuat di bawah hukum
internasional oleh beberapa pihak yang berupa negara atau organisasi internasional.
Sebuah perjanjian multilateral dibuat oleh beberapa pihak yang mengatur hak dan
kewajiban masing-masing pihak. Perjanjian bilateral dibuat antara dua negara.
Sedangkan, perjanjian multilateral adalah perjanjian yang dibuat oleh lebih dari dua
negara.
a) Perundingan (Negotiation)
Tahapan ini merupakan suatu penjajakan atau pembicaraan pendahuluan oleh
masing-masing pihak yang berkepentingan. Dalam perundingan internasional ini
negara dapat diwakili oleh pejabat negara dengan membawa surat kuasa penuh (full
powers/credentials), kecuali apabila dari semula peserta perundingan sudah
menentukan bahwa full power tidak diperlukan. Pejabat negara yang dapat mewakili
36
negaranya dalam suatu perundingan tanpa membawa full power adalah kepala
negara, kepala pemerintahan (perdana menteri), menteri luar negeri, dan duta besar.
Keempat pejabat tersebut dianggap sudah sah mewakili negaranya karena jabatan
yang disandangnya.
Perundingan dalam rangka perjanjian internasional yang hanya melibatkan dua pihak
(bilateral) disebut pembicaraan (talk), perundingan yang dilakukan dalam rangka
perjanjian multilateral disebut konferensi diplomati (diplomatik conference). Selain
secara resmi terdapat juga perundingan yang tidak resmi, perundingan ini disebut
corridor talk.
Hukum internasional dalam tahap perundingan atau negosiasi, memberi peluang
kepada seseorang tanpa full powers untuk dapat mewakili negaranya dalam suatu
perundingan internasional. Seseorang tanpa full powers yang ikut dalam perundingan
internasional ini akan dianggap sah, apabila tindakan orang tersebut disahkan oleh
pihak yang berwenang pada negara yang bersangkutan. Pihak yang berwenang
tersebut adalah kepala negara dan/atau kepala pemerintahan (presiden, raja/perdana
menteri). Apabila tidak ada pengesahan, maka tindakan orang tersebut tidak sah dan
dianggap tidak pernah ada.
Multilateral yang disebut juga Law Making Treatis biasanya mengatur hal yang
berkaitan dengan kepentingan umum dan bersifat terbuka dala arti tidak hanya
mengatur kepentingan negara yang mengadakan perjanjian itu tetapi juga
kepentingan negara lain yang tidak turut serta dalam perjanjian itu (bukan Peserta).
Contohnya :Konvensi Jenewa 1949 tentang perlindungan korban perang. Konvensi
wina 1961 tentang Hubungan Diplomatik. Konvensi Hukum Laut Internasiobnal 1982
tentang laut teritorial (200 mil), Zona Bersebelahan (24 mil), Zona Ekonomi Eksklusif
(200 mil), Landas Benua (lebih 200 mil).
B. Organisasi Internasional
1) Pengertian Organisasi Internasional
Organisasi internasional adalah suatu bentuk organisasi dari gabungan beberapa negara
atau bentuk unit fungsi yang memiliki tujuan bersama mencapai persetujuan yg juga
merupakan isi dari perjanjian atau charter.
Tujuan PBB:
Menjaga perdamaian dunia
Mengembangkan persahabatan antar bangsa
38
Prinsip-Prinsip PBB:
Negara anggota memiliki kedaulatan sederajat.
Negara anggota mematuhi piagam PBB
Negara-negara menyelesaikan perselisihan dengan cara damai
Negara-negara menghindari penggunaan kekerasan atau ancaman
kekerasan.
Negara anggota membantu PBB
b. ASEAN (Association of South East Asian Nations) Atau Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia
Tenggara
39
Tujuan ASEAN :
Memepercepat peetumbuhan ekonomi, soaial dan budaya dfi kawasan asia tenggara.
Meningkatkan perdamaian dan stabiloitas regional dan saling mengjhormati.
Meningkatkan kerjasama dalam masalah yang menyangkut kepentingan beresama
bidang ekonomi, soaial budaya, tekhnik, pengetahuan dan administrasi.
Salng memberi bantuan dalam bentuk saran latihan dan penelitian.
Bekerjasama dalam dalam penggunaan pertanian dan industry, perbaikan tarap
hidup rakyat.
Membina kerjasama dengan organisasi dunia lainnya.
Struktur ASEAN :
Menurut KTT ASEAN di BALI 1976 strukturnya sbb :
ASEAN Summit, yaitu pertemuan para kepala pemerintahan se ASEAN. Konferensi
Tingkat Tinggi ini merupakan lembaga pembuat keputusan tertinggi dalam ASEAN.
Didahului dengan pertemuan para menteri ekonomi dan menteri luar negeri ASEAN.
ASEAN Miniterial Meeting (AMM), yaitu siding para menteri luar negeri ASEAN yang
merumuskan garis kebijakan dan koordinasi kegiatan ASEAN.
ASEAN Economic Ministers (AEM) adalah siding para menteri ekonomi untuk
meneruskan kebijakan yang telah dirumuskan. Sidang ini 2 kali setahun.
ASEAN Finance Meeting (AFMM) adalah siding para menteri keuangan ASEAN
merumuska kebijakan ASEAN di bidang keuangan.
Other ASEAN Ministerial Meeting (OAMM) yaitu siding para menteri non ekonomi
merumuskan kebojakan selain ekonomi seperti pendidikan, keshatan penerangan,
sosbud, teknologi, ilmu pengetahuan, perburuhan.
ASEAN Standing Committee (ASC) komisi tetap ASEAN dipimpin oleh menteri luar
negeri dari Negara yang mendapat giliran manjadi Ketua yaitu tuan rumah dari siding
tahunan para menteri luar negeri ASEAN.
ASEAN Secretariat yaitu sekretaris ASEAN yang berfungsi untuk memprakarsai,
member nasehat dan pertimbangan dan mengkoordinasikan dan melaksanakan
jkegiatan-kegiatan ASEAN.
4. Berdasarkan pengakuan tersebut maka luas wilayah Indonesia menjadi sekitar 8.4
juta km persegi :
a. Daratan/Kepulauan : 2.027.087 km
b. Laut territorial : 3.166.163 km
c. Landas Kontinen : 800.000 km
d. ZEE : 2.500.000 km
BAB III
HUKUM INTERNASIONAL
A. Hukum Internasional
1) Pengertian Hukum Internasional
Menurut Mochtar Kusumaatmaja, Hukum Internasional adalah keseluruhan kaidah dan
asas yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas Negara, antara
Negara dengan Negara, dan Negara dengan subyek hukum internasional bukan Negara,
atau antar subyek hukum internasional bukan Negara satu sama lain.
Hukum Internasional digolongkan menjadi hukum Internasional Publik dengan hukum
perdata internasional. Hukum Internasional Publik atau hukum antar negara, adalah asas
dan kaidah hukum yang mengatur hubungan atau persoalan yang bersifat pidana,
sedangkan hukuk perdata internasional atau hukum antar bangsa, yang mengatur
masalah perdata lintas Negara (perkawinan antar warga Negara suatu Negara dengan
warga Negara lain).
Wiryono Prodjodikoro, Hukum Internasional adalah hukum yang mengatur prthubungan
hukum antara berbagai bangsa di berbagai Negara.
J.G.Starke menyatakan, Hukum Internasional adalah sekumpulan hukum (body of low)
yang sebagian besar terdiri dari asas-asas dank arena itu biasanya ditaati dalam
hubungan antar Negara.
anggota PBB secara otomatis menjadi anggota MI. sebuah Negara yang bukan
anggota MI bisa menjadi pihak statute MI atau menggunakan MI jika menerima
syarat-syarat yangditetapkan oleh PBB dan setuju memberikan kontribusi dana bagi
MI. Sengketa bisa dibawa ke MI dalam dua cara. Pertama melalui kesepakatan
khusus antarpihak, di mana seluruh pihak setuju mengajukan persolan kepada MI.
kedua melalui permohonan sendiri oleh suatu pihak yang bertikai. Ini terjadi,
misalnya, jika pemohon percaya bahwa lawannya diwajibkan oleh syarat traktat
tertentu untuk menerima yurisdiksi MI dalam hal sengketa. MI memberikan pendapat
hukum tentang pertanyaan majelis umum PBB,dewan keamanan, dan organ serta
lembaga khusus PBB lain yang telah diberi wewenang oleh majelis umum untuk
meminta pendapat seperti itu atau yang diizinkan oleh konstitusi.
Pembelaan tertulis, berisi fakta, hukum yang relevan, tambahan fakta baru,
penilakan atas fakta yang disebutkan dan berisi dokumen pendukung.
Presentasi pembelaan bersifat terbuka dan umum atautertutup tergantung pihak
sengketa.
Keputusan bersifat menyetujui dan penolakan. Kasus internasional dianggap
selesai apa bila :
Para pihak mencapai kesepakatan
Para pihak menarik diri dari prose persidangan Mahkamah internasional.
Mahkamah internasional telah memutus kasus tersebut berdasarkan
pertimbangan dan telah dilakukan ssuai proses hukum internasional yang
berlaku.
Mekanisme Khusus :
Keberatan awal karena ada keberatan dari pihak sengketa Karen mahkamah
intrnasional dianggap tidak memiliki yusidiksi atau kewenangan atas kasus
tersebut.
Ketidak hadiran salah satu pihak yang bersengketa, biasanya dilakukan oleh
Negara tergugat atau respondent karena menolak yuridiksi Mahkamah
Internasional.
Keputusan sela, untuk memberikan perlindungan terhadap subyek persidangan,
supaya pihak sengketa tidak melakukan hal-hal yang mengancah efektivitas
persidangan Mahkamah internasional.
Beracara bersama, beberapa pihak disatukan untuk mengadakan sidang
bersama karena materi sama terhadap lawan yang sama.
Intervensi, mahkamah internasional memberikan hak kepada Negara lain yang
tidak terlibat dalam sengketa untuk me;lakkan intervensi atas sengketa
yangsedang disidangkan bahwa dengan keputusan Mahkamah internasional ada
kemungkinan Negara tersebut dirugikan.