Oleh:
Alifia Azzahra
NIS 16.62.08289
Oleh:
Alifia Azzahra
NIS 16.62.08289
Disusun oleh:
Alifia Azzahra
NIS 16.62.08289
Telah memenuhi syarat dan disetujui Guru Pembimbing untuk digunakan sebagai
syarat mengikuti Ujian Akhir Sekolah Menengah Kejuruan –SMAK Bogor
Tahun Pelajaran 2019/2020
Mengesahkan,
Kepala Sekolah Menengah Kejuruan,
Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nya, Laporan Praktik Kerja Industri dengan judul Analisis
Pergeseran Warna pada Sediaan Bedak Padat dapat diselesaikan dengan baik
setelah menjalani masa Praktik Kerja Industri selama empat bulan (4 November
2019 – 28 Februari 2020) sebagai persyaratan mengikuti ujian akhir tahun ajaran
2019/2020 di Sekolah Menengah Kejuruan – SMAK Bogor.
Laporan ini juga tidak akan selesai apabila tidak mendapatkan bantuan dan
dukungan dari pihak lain serta kerjasama yang sudah dilakukan selama masa
Prakerin. Oleh karena itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dwika Riandari, selaku Kepala Sekolah Menengah Kejuruan - SMAK
Bogor.
2. Bapak Salman Subakat, selaku Chief Executive OfficerPT Paragon
Technology and Innovation.
3. Bapak Ridwan Suparman, selaku HCM Officer yang telah memberikan
kesempatan dan fasilitas untuk melaksanakan kegiatan Prakerin.
4. Bapak Anugerah Norma Pakarty, selaku pembimbing utama selama masa
Prakerin di PT Paragon Technology and Innovation.
5. Ibu Pratiwi Cahyaningsih, selaku pembimbing Prakerin di PT Paragon
Technology and Innovation.
6. Ibu Amilia Sari Ghani, selaku Wakil Kepala Sekolah bidang Hubungan
Kerjasama Industri.
7. Ibu Septi Riyanningsih, selaku pembimbing sekolah yang selalu memberikan
bimbingan dan pengarahan selama masa Prakerin.
8. Ayah, Ibu, Kakak, dan Adik yang selalu memberikan dukungan dan doa untuk
penulis.
9. Teman seperjuangan Prakerin, Sayu, Silmi, Sri, Iqbal dan Farhan.
10. Shalsa, Suci, Tarisa, Vidha, Abda, dan Asyfha yang selalu memberikan
motivasi dan dukungan yang lebih serta selalu ada dalam suka maupun duka.
11. Seluruh teman-teman Viadvera Gamavortem 62
12. Staf tenaga pendidik dan kependidikan SMK – SMAK Bogor
13. Karyawan dan Karyawati PT Paragon Technology and Innovation, terutama
Mba Afri, Mba Ucha, Mba Pipit, Mba Seli, Mba Kirei, Kak Zahra, Mba Mela,
i
Mba Santi, Mba Vina, Mba Dwi, Mba Dian, Mba Lovanna, Mba Indah, Mas
Zaki, Mas Ilham, Mas Aldi, Mas Ghalib, dll.
14. Seluruh karyawan dan karyawati PT Paragon Technology and Innovation
terutama bagian Process Engineering yang telah memberikan ilmu baru bagi
penulis.
15. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu, telah membantu
baik moril maupun materil selama pelaksanaan Praktik Kerja Industri.
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR LAMPIRAN
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
2. Misi
a. Melaksanakan pendidikan kejuruan analisis kimia yang berkualitas serta
mampu memenuhi kebutuhan masyarakat dunia usaha dan dunia industri
baik tingkat nasional maupun internasional.
b. Meningkatkan kemitraan nasional dan membina kemitraan internasional.
c. Menempatkan budaya cinta dan peduli lingkungan yang
berkesinambungan.
d. Membina dan menyelenggarakan fungsi sosial dan kemasyarakatan.
1
3. Tujuan
Menyiapkan tamatan untuk menjadi tenaga kerja tingkat menengah
dalam bidang teknisi pengelola laboratorium, pengatur dan pelaksana analisis
kimia, serta melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.
Menciptakan kondisi yang baik bagi sekolah untuk menjadi tempat
pembelajaran dan penyadaran warga sekolah, sehingga terwujud sekolah
yang peduli dan berbudaya lingkungan.
Siswa - siswi yang telah melakukan kegiatan prakerin ini, diharapkan
dapat melihat, mempelajari, dan mempraktikan prosedur dan peralatan di
dunia industri modern yang belum pernah dilakukan selama bersekolah. Pada
kesempatan tersebut siswa juga dapat belajar untuk beradaptasi dengan
lingkungan kerja, sehingga saat lulus, siswa akan menjadi analis kimia yang
terampil, kreatif, dan bermoral.
2
7. Memberikan kesempatan kepada siswa-siswi untuk menyesuaikan diri dalam
suasana kerja yang sebenarnya, baik sebagai tenaga kerja maupun sebagai
pekerja mandiri terutama yang berkenaan dengan masalah disiplin kerja.
3
BAB II
GAMBARAN WILAYAH INDUSTRI
A. Sejarah Institusi
Pada tahun 1985, PT PTI meluncurkan brand Putri sebagai pioneer dengan
tagline “Salon’s Best Choice”. Kemudian pada tahun 1995 PT Paragon Technology
and Innovation meluncurkan brand Wardah, setelah berproduksi selama 4 tahun
brand Wardah pun berhasil mendapatkan sertifikasi halal dari LPPOM MUI dan
menjadi pioneer brand halal di Indonesia serta mendapatkan award dari World
Halal Council.
Seiring dengan permintaan pasar yang cukup besar, maka perluasan pabrik
menjadi kebutuhan yang harus segera dipenuhi. Pada awalnya kegiatan produksi
kosmetika PT Paragon Technology and Innovation berpusat di Jakarta, tepatnya
di Jalan Swadarma Raya Kampung Baru IV No. 1, namun dipindah ke Kawasan
Industri Cibodas, Tangerang. Pada tahun 2002, kegiatan produksi yang semula
4
berlokasi di Kawasan Industri Cibodas berpindah ke Kawasan Industri Jatake
dengan luas 5.500 M. Sementara itu, lokasi perusahaan yang bertempat di Jakarta
difungsikan menjadi kantor pusat dan pemasaran karena seluruh kegiatan
produksi sudah berpindah ke Kawasan Industri Jatake, Tangerang.
Empat tahun kemudian, pada tahun 2006 PT Paragon Technology and
Innovation mendapatkan sertifikat Good Manufactoring Practice (GMP) atau Cara
Pembuatan Kosmetika yang Baik (CPKB). Sertifikat GMP atau CPKB telah
membuktikan bahwa produk yang dihasilkan oleh PT PTI sudah konsisten dalam
memproduksi produk yang sesuai standar mutu dan tujuan penggunaannya
masing-masing.
Pada tahun 2010, PT Paragon Technology and Innovation meluncurkan
brand baru yaitu MakeOver. Target pasar untuk brand MakeOver adalah kelas
menengah atas dan kalangan profesional. Sampai saat ini, PT PTI sudah memiliki
30 Distribution Centre (DC) hampir di seluruh wilayah Indonesia, bahkan sudah
membuka Distribution Centre di Singapura dan Malaysia.
Pada tahun 2013, PT Paragon Technology and Innovation mendapatkan
penghargaan Economic Challenges Award 2013 untuk kategori Industri Kosmetik
dengan kriteria perusahaan asli Indonesia yang mampu tumbuh dan berkembang
ditengah krisis. Ketika terjadi masa krisis ekonomi pada tahun 1998 banyak
perusahaan yang tutup dan tidak berproduksi, PT Paragon Technology and
Innovation membuat keputusan secara cepat yaitu dengan tetap berproduksi
meskipun saat itu daya beli masyarakat menurun dratis dan harga bahan baku
naik sampai empat kali lipat. Namun PT PTI dapat melalui masa krisis tersebut
dan mampu mengembangkan pasar.
Pada tahun 2015, PT Paragon Technology and Innovation kembali
meluncurkan brand baru yaitu Emina dan Innovative Xalon (IX). Brand Emina
meluncurkan rangkaian lengkap produk perawatan dan kosmetik yang aman
digunakan serta mudah diaplikasikan untuk kulit remaja dan wanita muda, selain
itu harganya pun sangat terjangkau sehingga sangat diminati oleh konsumen.
Sedangkan brand IX adalah produk untuk perawatan rambut dengan high
performance dan bisa digunakan untuk kebutuhan para profesional.
5
Gambar 2. Logo brand PT Paragon Technology and Innovation
Adapun Visi, Misi, dan Value PT Paragon Technology and Innovation adalah
sebagai berikut:
1. Visi
Menjadi perusahaan yang berkomitmen untuk memiliki pengelolaan terbaik
dan berkembang terus menerus dengan bersama-sama menjadikan hari ini
lebih baik dari hari kemarin melalui produk berkualitas yang memberikan
manfaat bagi paragonian, mitra, masyarakat, dan lingkungan.
2. Misi
a. Mengembangkan paragonian
b. Menciptakan kebaikan untuk pelanggan
c. Perbaikan berkesinambungan
6
d. Tumbuh bersama-sama
e. Memelihara bumi
f. Mendukung pendidikan dan kesehatan bangsa
g. Mengembangkan bisnis
3. Value
a. Ketuhanan
b. Keteladanan
c. Kekeluargaan
d. Tanggung jawab
e. Fokus pada pelanggan
f. Inovasi
B. Lokasi Institusi
C. Struktur Organisasi
7
Secara garis besar struktur organisasi PT Paragon Technology and
Innovation dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Komisaris
Komisaris adalah pemilik saham dan berhak atas keuntungan perusahaan.
Memiliki tugas mengawasi segala pelaksanaan kebijakan perusahaan,
mengambil segala keputusan berkenaan dengan persoalan dan masalah
penting yang dihadapi perusahaan.
2. Direktur
Direktur memiliki tugas untuk memimpin perusahaan dan menerbitkan
kebijakan-kebijakan perusahaan, memilih, menetapkan, mengawasi tugas dari
karyawan dan manajer. Tugas berikutnya adalah menyetujui anggaran
tahunan perusahaan dan menyampaikan laporan kepada pemilik saham atas
kinerja perusahaan.
8
kolektor, DPS (Direct Promotion Sales). Bagian penjualan melakukan
penjualan langsung ke konsumen melalui toko, supermarket, dan salon. DPS
merupakan karyawan lepas yang menjual langsung ke konsumen, sementara
kolektor bertugas melakukan penagihan ke pihak ketiga.
9
Research and Development bertanggung jawab untuk mengembangkan
suatu produk atau menciptakan dan mengembangkan produk baru lainnya
supaya memperoleh hasil produk yang berkualitas baik. Produk baru yang
dibuat sesuai dengan permintaan marketing, setelah disetujui maka Research
and Development melakukan uji stabilitas, yaitu uji stabilitas formula maupun
formula dengan packaging. Research and Development menentukan bahan
baku yang digunakan dalam suatu formula sesuai produk yang diinginkan.
Bagian penelitian dan pengembangan bertugas membuat batch record
berisikan formula, prosedur pengolahan, dan spesifikasi bulk. Formula
registrasi disusun oleh bagian registrasi untuk mendaftarkan produk ke BPOM.
R&D menyusun percobaan formula yang akan menjadi dasar bagian SCM
bahan baku untuk menghitung stock bahan baku.
Bagian penelitian dan pengembangan juga mempunyai tugas terkait
dengan pengolahan bulk di produksi, serta melakukan validasi metode untuk
pengolahan produk baru melalui trial produksi. Jika ada bulk hasil pengolahan
yang tidak sesuai atau terjadi kerusakan akibat faktor bahan baku, pengolahan
maupun penyimpanan, maka R&D membuat prosedur perbaikan.
10
a. Pengecekan Material Datang (Bahan Baku dan Bahan Pengemas)
Pengawasan mutu untuk bahan baku dan bahan pengemas dilakukan
ketika bahan datang ke gudang logistik dari supplier. Bahan baku dan
bahan pengemas ini dicek berdasarkan kesesuaian spesifikasi dan surat
jalan yang datang.
11
stabilitasnya secara berkala setiap hari untuk pekan pertama, kemudian
setiap pekan selama satu bulan, setiap tiga bulan selama satu tahun dan
setiap satu tahun selama tiga tahun.
12
10. Bagian Teknik Proses (Process Engineering)
Engineering Departement berperan penting dalam menghasilkan proses
yang ekonomis dan efisien dengan menyederhanakan aliran proses produksi
pada suatu plan dan menghubungkan Research and Development dengan
Production Department, sehingga proses pengembangan produk berjalan
lancar.
Setelah produk baru dibuat oleh Research and Development dan
disetujui oleh Product Development, Engineering Departement akan
melakukan penggandaan skala (Scale Up) produk tersebut sebelum diolah
dalam skala besar melalui Scale Up produk di laboratorium dan trial produk
langsung di produksi untuk mendapatkan hasil produk yang sesuai dengan
pengajuan produk baru dari Research and Development. Trial produksi yang
dilakukan Engineering Departement ini juga bertujuan untuk menvalidasi
metode pengolahan yang digunakan untuk pengolahan produk baru.
Engineering Departement juga mempunyai tugas melakukan
pengawasan di produksi untuk memastikan produksi berjalan dengan lancar
dan menangani masalah (troubleshoot) yang terjadi selama proses produksi,
sehingga meminimalisir hasil kesalahan dalam produksi. Engineering
Departement juga memastikan kualitas produk yang dihasilkan selalu
konsisten.
Jika produk hasil pengolahan yang tidak sesuai atau terjadi kerusakan
akibat faktor bahan baku, pengolahan maupun penyimpanan, maka
Engineering Departement melakukan trial perbaikan produk di Laboratorium
(skala kecil), yang nantinya akan diberikan formula perbaikan dan produk
diolah kembali di pengolahan hingga dinyatakan release oleh QC.
Tugas Process Engineering mencakup optimasi produk yaitu dengan
melakukan trial di Laboratorium untuk mendapatkan hasil produk yang sesuai
dengan standar/spesifikasi produk yang diinginkan. Process Engineering juga
melakukan pembuatan standar diluar standar utama yang diajukan R&D yaitu
standar acuan maksimal minimal dan standar toleransi yang bertujuan
memberikan rentang standar untuk pegecekan warna bulk hasil produksi.
13
D. Personalia
E. Proses Produksi
Cara produksi kosmetik yang baik meliputi seluruh aspek yang menyangkut
produksi dan pengendalian mutu. Hal ini dilakukan untuk menjamin mutu kosmetik
yang dihasilkan agar senantiasa memenuhi persyaratan keamanan dan mutu yang
ditetapkan serta bermanfaat bagi pemakainya. Proses produksi di perusahaan ini
dimulai dari proses penimbangan sampai pada proses pengemasan . Kecepatan
dan waktu pengadukan merupakan faktor yang sangat penting untuk diperhatikan.
Selain itu pemilihan jenis mesin dan peralatan harus disesuaikan dengan
karakteristik bahan yang akan dicampur. Kemudian dilanjutkan dengan proses
pengisian (filling) dan pengemasan (packing).
14
F. Tahapan Proses Produksi Powder
2. Proses Pengolahan
Semua bahan yang telah ditimbang dibawa ke ruang produksi untuk diproses
sesuai prosedur kerjanya. Proses pengolahan dibagi menjadi dua tahap yaitu:
a. Proses Pencampuran (Mixing)
Proses pencampuran (mixing) adalah proses pencampuran seluruh bahan
baku. Bahan baku yang dicampurkan berupa filler, warna, dan binder. Cara
pencampuran cairan di setiap alat berbeda, bergantung dari alatnya
masing-masing. Beberapa alat dengan cara disebar manual dan beberapa
alat lainnya dengan cara di spray.
15
d. Rubtest
4. Pengisian
Produk yang telah melalui proses uji oleh departemen Quality Control diisikan
pada packaging sesuai dengan jenis produk. Mesin press digunakan dalam
pengisian produk powder, yaitu untuk jenis itemtwo way cake, compact
powder, eyeshadow, dan blush on. Mesin press bekerja dengan prinsip
tekanan, setelah bulk dimasukkan ke dalam godet/wadah kemudian di-press
menggunakan mouldyang ukurannya sesuai dengan jenis item.
5. Pengemasan
Beberapa produk yang telah dikemas dalam kemasan primernya, dikemas
tergantung spesifikasi produk. Ada produk yang dikemas menggunakan dus,
ada yang dikemas menggunakan dus satuan dan ada juga produk yang tidak
dikemas menggunakan dus. Jika proses pengemasan sudah selesai, produk
dimasukkan ke dalam karton box.
6. Penyimpanan
Kardus-kardus berisi produk jadi yang telah dikemas dibawa ke gudang produk
jadi.
G. Distribusi Produk
Distribusi adalah kegiatan menyalurkan suatu produk, baik itu barang atau
jasa, dari produsen ke konsumen sehingga produk tersebut tersebar luas. Pada
pelaksanaannya, distribusi merupakan bagian dari proses pemasaran yang dapat
memberikan nilai tambah pada produk melalui berbagai fungsi seperti utility,
tempat, waktu, dan hak kepemilikan produk. Selain itu, tercipta juga kelancaran
arus pemasaran, baik secara fisik maupun non fisik seperti informasi, promosi,
negosiasi, pembayaran, dan lain sebagainya.
16
H. Pemasaran Produk
I. Pengolahan Air
17
2. Air yang telah disimpan pada tangki penyimpanan 1 disalurkan pada mesin
nano filter, air hasil penyaringan dengan nano filter disimpan pada tangki
penyimpanan 2;
3. Air yang telah disimpan pada tangki penyimpanan 2 disalurkan pada mesin
Reverse Osmosis dan kemudian akan disimpan pada tangki penyimpanan 3;
4. Air yang telah disimpan pada tangki penyimpanan 3 bisa disalurkan dan
digunakan sebagai air produksi.
Demi menjamin kualitas air untuk produksi PT. Paragon Technology and
Innovation melakukan pengecekan pada air tersebut di titik-titik sampling tertentu,
yaitu:
a. Air sumur
b. Air hasil pre-treatment
c. Air dari hasil nano-filter
d. Air dari hasil mesin RO
e. Air di dalam penyimpanan
f. Kran Pemakaian
2. Pemeriksaan Eksternal
Pemeriksaan eksternal ini dilakukan setiap 6 bulan sekali di laboratorium
yang sudah terakreditasi.
18
J. Pengolahan Limbah
b. Cair
Limbah ini merupakan limbah yang berasal dari kamar mandi dan air bekas
pencucian. Karena limbah cair ini bukan limbah yang berbahaya maka
limbah ini tidak melalui proses pengolahan akan tetapi langsung dibuang
ke aliran sungai.
2. Limbah B3
Limbah B3 adalah limbah bahan beracun dan berbahaya. Limbah ini
terbagi atas 2 jenis, yaitu:
a. Padat
Limbah ini merupakan limbah yang dihasilkan dari proses produksi yang
kadar airnya kurang dari 70%, yaitu dari sisa hasil produksi cream, powder
dan lipstick. Limbah tersebut akan dikumpulkan dalam suatu wadah dan
kemudian akan diberikan kepada pihak ketiga yang mempunyai izin dalam
menangani limbah tersebut.
b. Cair
Limbah ini merupakan limbah yang dihasilkan dari proses produksi yang
kadar airnya lebih dari 70%, yaitu dari sisa hasil produksi shampo, hair
19
tonic, toner, parfume, dan lain-lain. Limbah tersebut kemudian diolah di
IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah).
20
BAB III
KEGIATAN LABORATORIUM
A. Tinjauan Pustaka
1. Sejarah Kosmetik
Sejak zaman dahulu, ilmu kedokteran telah turut berperan dalam dunia
kosmetik dan kosmetologi. Data dari hasil penyelidikan antropologi, arkeologi
dan etnologi di Mesir dan India, membuktikan pemakaian ramuan seperti
bahan pengawet mayat dan salep-salep aromatik, yang dapat dianggap
sebagai bentuk awal kosmetik. Penemuan tersebut menunjukkan telah
berkembangnya keahlian khusus di bidang kosmetik pada masa lalu.
21
treatment yang berhubungan dengan ilmu kedokteran dan ilmu pengetahuan
lainnya, misalnya dermatologi, farmakologi, kesehatan gigi, opthalmologi, diet,
dan sebagainya. Disini mulai diletakkan konsep kosmetologi yang kemudian
dikembangkan di Prancis, Jerman, Belanda, dan Italia.
Menurut Will dan Jellinek (dalam Tranggono, 2007: 3) kosmetik dikenal
manusia sejak berabad-abad yang lalu. Pada abad ke-19 pemakaian kosmetik
mulai mendapat perhatian, yaitu selain untuk kecantikan juga untuk kesehatan.
Perkembangan ilmu kosmetik serta industrinya baru dimulai secara besar-
besaran pada abad ke-20.
Kosmetik menjadi salah satu bagian dunia usaha. Bahkan sekarang
teknologi kosmetik begitu maju dan merupakan paduan antara kosmetik dan
obat (pharmaceutical) atau yang disebut kosmetik medik (cosmeceuticals).
Sejak 40 tahun terakhir, kosmetik berkembang pesat. Industri bahan kimia
memberi industri kosmetik banyak bahan dasar dan bahan aktif sementara
setiap tahun perkembangan-perkembangan baru terus terjadi. Kuantitas dan
kualitas bahan biologis untuk digunakan pada kulit pun semakin meningkat.
Semula, produk-produk mereka dihasilkan dari pengetahuan tentang
formulasi-formulasi yang mereka kembangkan sendiri di apotik, rumah, salon,
atau warisan dari pendahulunya. Namun berkat perkembangan teknologi
produk yang makin pesat, satu formula untuk suatu cream yang dapat diterima
dengan baik. (Tranggono, 2007)
2. Definisi Kosmetik
Istilah kosmetik, yang dalam bahasa inggris “cosmetics”, berasal dari
kata “kosmein” (Yunani) yang berarti ”berhias”. Bahan yang dipakai dalam
usaha untuk mempercantik diri ini, dahulu diramu dari bahan-bahan alami yang
terdapat di lingkungan sekitar. Sekarang kosmetik dibuat tidak hanya dari
bahan alami tetapi juga bahan buatan untuk maksud meningkatkan kecantikan.
(Wasitaatmadja, 1997)
Definisi kosmetik menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
220/MenKes/Per/X/1976 tanggal 6 september 1976 adalah bahan atau
campuran bahan untuk digosokkan, dilekatkan, dituangkan, dipercikkan, atau
disemprotkan pada, dimasukkan ke dalam, dipergunakan pada badan atau
bagian badan manusia dengan maksud untuk membersihkan, memelihara,
22
menambah daya tarik atau mengubah rupa, dan tidak termasuk golongan obat.
(Wasitaatmadja, 1997)
Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan
pada bagian luar badan seperti epidermis, rambut, kuku, bibir, gigi, dan rongga
mulut antara lain untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah
penampakan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau
badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu
penyakit. (Tranggono, 2007)
Pengertian kosmetologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
hukum-hukum kimia, fisika, biologi, dan mikrobiologi tentang
pembuatan,penyimpanan dan penggunaan bahan kosmetik.
3. Penggolongan Kosmetik
a. Penggolongan kosmetik berdasarkan sifat dan cara pembuatan sebagai
berikut:
1) Kosmetik modern, diramu dari bahan kimia dan diolah secara modern.
2) Kosmetik tradisional:
a) Murni tradisional, misalnya mangir lulur, yang dibuat dari bahan
alam dan diolah menurut resep dan cara turun menurun.
b) Semi tradisional, diolah secara modern dan diberi bahan pengawet
agar tahan lama.
c) Hanya nama tradisional saja, tanpa komponen yang benar-benar
tradisional, dan diberi zat warna yang menyerupai bahan
tradisional.
23
menimbulkan efek psikologis yang baik, seperti percaya diri. Dalam
kosmetik riasan, peran zat warna dan pewangi sangat besar.
24
5. Komposisi Bedak
Komponen utama powder dapat digolongkan menjadi 5 bagian yaitu,
filler (bahan pengisi), binder (pengikat), zat warna, pengawet, dan aditif (bahan
tambahan).
a. Filler (pengisi)
Filler berfungsi sebagai pengisi. Jumlah filler dalam formulasi biasanya
banyak sehingga keberadaan filler ini sangat berpengaruh terhadap feel
dan aplikasi (lembut, halus, kemampuan menutupi kulit, melembabkan),
dan lain-lain. Filler juga sedikit bisa membantu dalam mendispersikan
warna. Contoh filler yang umum digunakan misalnya mica, talk, dan
sericite.
b. Binder (pengikat)
Binder berfungsi mengikat bahan-bahan di dalam formula dan juga
mengikat bahan ke kulit. Terdapat dua bentuk binder yaitu binder cair (wet
binder) dan binder kering (dry binder). Daya ikat wet binder lebih besar
daripada dry binder. Contoh binder yang umum digunakan misalnya silikon,
diisostearat malat, untuk binder cair dan Zn stearate untuk binder serbuk.
c. Zat warna
Zat warna berfungsi sebagai pigmen pemberi warna pada bedak. Terdiri
dari 4 warna dasar yaitu hitam, kuning, putih, dan merah. Percampuran
keempat warna dasar tersebut pada konsentrasi yangberbeda-beda dapat
memberikan warna yang berbeda pada bedak.
d. Pengawet
Pengawet berfungsi untuk mencegah pertumbuhan mikroba
(bakteri/jamur). Salah satu contoh pengawet adalah Quarternium-I, metil
paraben, propil paraben, dan lain-lain.
e. Zat Aditif
Memiliki fungsi khusus contohnya untuk kelembapan, daya covering,
tekstur, dan daya serap minyak (oil absorber).
25
6. Komposisi Bedak Wajah
Make-up wajah adalah satu dari sekian banyak kosmetik. Terdapat
banyak jenis kosmetik wajah yang digunakan untuk meningkatkan penampilan
wajah, salah satunya adalah bedak wajah. Bedak wajah pada dasarnya adalah
suatu produk kosmetik yang memiliki fungsi utama untuk melengkapi warna
kulit. Bedak wajah digunakan untuk menutupi kekurangan kecil pada wajah
dan mengurangi kilauan yang muncul akibat produksi minyak pada kulit. Hal
yang diinginkan dari bedak adalah tidak membuat wajah tampak berminyak,
lembut pada kulit untuk waktu yang lama.
26
Gambar 6. Bedak Padat Two Way Cake
Bedak jenis ini sangat terbatas ragam warnanya, dan kurang mampu
menutupi flek di wajah. Masa pemakaian bedak jenis ini adalah 3 tahun.
27
Berikut jenis pengadukmenurut bentuknya terbagi tiga, yaitu:
a. Propeller (baling – baling)
b. Paddle (dayung)
c. Turbin (Geankoplis, 1983
28
Gambar 9. Hammer Mill
Mesin grinder juga berfungsi untuk meningkatkan intensitas warna dari
zat warna yang ditambahkan, ini disebabkan patikel warna dan bedak mengecil
yang menyebabkan luas permukaan partikel mengecil.
29
Gambar 10. Spektrofotometer DataColor 200M
Alat ini mengukur reflektansi spektral atau transmitansi dari suatu objek
di seluruh spektrum dari panjang gelombang yang berkisar antara 400 – 700
nm yang termasuk ke dalam rentang panjang gelombang untuk
spektrofotometri Visible/Sinar Tampak. Terlebih lagi dalam menentukan warna
standar dan toleransi sehingga dapat mengendalikan kualitas produk.
Spektrofotometer memiliki presisi dan fleksibilitas pengukuran yang lebih
tinggi sehingga sangat tepat digunakan dalam menganalisis warna yang lebih
kompleks karena dapat menentukan reflektansi spektral pada panjang
gelombang yang dipilih.
30
Hue merupakan karakteristik warna berdasarkan cahaya yang
dipantulkan oleh objek. Dapat dilihat dari ukurannya mengikuti tingkatan 0º
sampai 359º. Sebagai contoh, pada tingkat 0º adalah warna merah, 60º adalah
warna kuning, untuk warna hijau pada tingkatan 120º, sedangkan pada 180º
adalah warna cyan. Untuk tingkat 240º merupakan warna biru, serta 300º
adalah warna magenta.
Chroma adalah tingkatan warna berdasarkan ketajamannya, berfungsi
untuk mendefinisikan warna suatu objek cenderung cerah atau cenderung
kusam. Chroma mengikuti persentase yang berkisar dari 0% sampai 100%
sebagai warna paling tajam.
Lightness adalah tingkatan warna berdasarkan pencampuran dengan
warna Putih sebagai warna yang memunculkan kesan warna terang atau
gelap. Nilai koreksi warna pada Brightness/Lightness berkisar antara 0 untuk
warna paling gelap dan 100 untuk warna paling terang.
Selain LCH, spektrofotometer juga dapat digunakan untuk mengukur CIE
L*a*b* Color scale. Penggunaan pengukuran menggunakan L*a*b perlu
dikembangkan dan dipelajari lebih mendalam karena pengukuran ini masih
terbilang baru. L (Lightness) menunjukkan tingkat terangnya suatu warna
dimana 0 menunjukkan warna hitam dan 100 menunjukkan warna putih. a
menunjukkan warna hijau dan merah, dimana a+ adalah merah dan a- adalah
hijau. Sedangkan b menunjukkan warna biru dan kuning, dimana b+ adalah
kunign dan b- adalah biru.
31
BAB IV
KONSEP RANCANGAN/METODE YANG DIGUNAKAN
A. Tujuan Analisis
B. Metode Analisis
b. Reaksi
-
32
Bahan:
1) Sampel A
2) Sampel B
3) Sampel C
4) Sampel Lab
5) Standar Utama
6) Standar Toleransi
7) Alkohol 70%
8) Tissu
d. Cara Kerja
1) Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2) Dinyalakan alat spektrofotometer DataColor 200M
3) Dilakukan kalibrasi alat spektrofotometer DataColor 200M
4) Godet berisi standar utama ditempelkan pada kaca preparat yang
sudah dibersihkan dengan alkohol lalu diberi lakban
5) Diukur menggunakan spektrofotometer DataColor 200M
6) Disiapkan godet standar toleransi lalu ditempelkan pada kaca preparat
lalu diberi lakban
7) Diukur menggunakan spektrofotometer DataColor 200M
8) Dilakukan kembali hingga selesai pembacaan sampel A, sampel B,
sampel C, dan sampel Lab
9) Dicatat hasilnya pada buku
b. Reaksi
-
33
2) Baskom
3) Set blender
4) Solet
5) Kuas kecil
6) Sendok the
7) Spatula
8) Cawan porselain 150 mL
9) Cawan porcelain 50 mL
10) Piala gelas 500 mL
11) Mould TWC 59
12) Printer
13) Blender
14) Termometer
15) Hot plate
16) Statif
17) Mesin Press
18) Godet
19) Bulb
Bahan:
1) Bahan A (Serbuk putih)
2) Bahan B (Serbuk warna)
3) Bahan C (Binder)
4) Bahan D (Zat Aditif)
5) Bahan E (Zat Aditif)
6) Alkohol 70%
7) Tissue
d. Cara Kerja
1) Ditimbang semua bahan dan dipisahkan sesuai fase (A, B, C, D, dan
E)
2) Dicampurkan bahan A dan bahan B ke dalam mangkuk blender (M1)
3) Diblender M1 selama 30 detik menggunakan kecepatan skala 2 (M2)
34
4) Dipanaskan bahan C hingga mencair sampai ±70ºC lalu dinginkan
sampai ±50ºC (M3)
5) Dicampurkan bahan D ke dalam M3 lalu diaduk sampai homogen
(M4)
6) Dicampurkan M2 dan M4 di dalam piala gelas 500 mL sambil diaduk
sampai merata (M5)
7) Diblender campuran M5 selama 2x30 detik menggunakan kecepatan
skala 2 (M6)
8) Dimasukan bahan E ke dalam M6. Lalu diblender selama 2x30 detik
menggunakan skala kecepatan 2 (M7)
9) Dipress manual dengan tekanan 1000 psi menggunakan godet TWC
59 dan mould TWC 59
10) Dibuat sebanyak 8 godet (2 mould)
b. Reaksi
-
35
Bahan:
1) Sampel A
2) Sampel B
3) Sampel C
4) Sampel Lab
5) Standar Utama
6) Standar toleransi
7) Cleanser
8) Tissue
d. Cara Kerja
1) Cek warna olesan
a) Disiapkan alat dan bahan
b) Dinyalakan lampu LightBox
c) Dilakukan pengolesan pada standar utama sebanyak 5x putaran
dan dilakukan 5x olesan pada bagian lengan tengah kearah luar
d) Dilakukan pengolesan pada sampel sebanyak 5x putaran dan
dilakukan 5x olesan pada bagian lengan tengah kearah luar
e) Dilakukan kembali hingga semua sampel dan standar sudah
dioleskan.
f) Dibersihkan menggunakan bulb
g) Diamati pada jarak 45º terhadap sampel dan standar
h) Dicatat hasil pengamatan
i) Dibersihkan lengan menggunakan cleanser dan tissue
36
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Analisis
37
utama untuk mengetahui letak perbedaannya. Hasil cek olesan sebagai
berikut:
B. Pembahasan
38
tahapan pengolahan produksi yang lebih panjang dibandingkan dengan skala
laboratorium.
2. Mesin
Mesin yang digunakan pada bagian pengolahan lebih besar
dibandingkan mesin yang digunakan di laboratorium yang hanya
menggunakan blender sebagai homogenizer. Sedangkan untuk
menghomogenkan bulk dibagian produksi olah ada dua tahap yaitu proses
mixing dan proses grinding. Meskipun proses grinding memiliki fungsi lain yaitu
memperkecil ukuran partikel bulk. Selain jenis mesin yang berbeda, tentunya
kecepatan pengadukan yang di setting juga berbeda. Blender skala 2 untuk
bagian laboratorium sudah dikatakan cukup bisa untuk mencampurkan
berbagai jenis bahan baku dengan waktu yang hanya 30 detik, sedangkan
pada bagian olah produksi adalah 100 rpm dengan waktu 5 menit untuk setiap
proses mixing.
Kecepatan pengadukan akan mempengaruhi pergeseran warna karena
kecepatan dapat mempengaruhi peningkatan intensitas warna dari suatu
bahan baku warna yang ditambahkan, hal ini karena ukuran partikel
bulkmengecil yang menyebabkan luas permukaan bulk kecil.
3. Bahan baku
Bahan baku sangat berperan penting dalam menghasilkan warna yang
konsisten pada bagian olah produksi yang sebelumnya sudah diuji coba di
bagian laboratorium. Namun kendala yang terjadi adalah bahan baku yang
digunakan untuk trial di laboratorium seringkali berbeda kode batch dengan
bahan baku yang digunakan di bagian produksi pengolahan. Hal tersebut akan
sangat berpengaruh pada hasil produk, karena akan ada kemungkinan
pergeseran warna pada bahan baku yang akan digunakan.
Pada analisis pergeseran warna untuk sediaan bedak padat two way cake
dilakukan dengan metode spektrofotometri menggunakan alat spektrofotometer
DataColor 200M, sampel yang diukur harus memperhatikan faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi hasil pengukuran. Berikut ini adalah faktor-faktor yang harus
39
diperhatikan ketika melakukan pengukuran menggunakan spektrofotometer
DataColor 200M:
1. Homogenitas
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa
homogenitas adalah persamaan macam, jenis, watak dari anggota suatu
kelompok; keadaan atau sifat homogen; kehomogenan.
Dalam hal ini homogenitas sangat dibutuhkan karena pengukuran
sampel yang tidak homogen akan menghasilkan data yang tidak akurat karena
ketika warna bulk tidak homogen maka hasil pengukurannya akan berubah
setiap bagian yang diukur. Homogenitas menjadi salah satu faktor yang paling
mempengaruhi hasil pengukuran menggunakan instrumen. Salah satu cara
untuk uji homogenitas bulk adalah dengan melakukan rubtest pada sampel
yang telah di press.
3. Preparasi Sampel
Untuk mendapatkan hasil yang baik dan akurat maka preparasi sampel
yang dilakukan harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan konsisten.
Karena ketidakteraturan saat preparasi sampel akan membuat hasil analisis
setiap sampel yang diukur secara bertahap menunjukan hasil yang berbeda.
Salah satu faktor yang perlu diperhatikan adalah proses press. Proses press
adalah suatu bulk yang masih serbuk diubah menjadi padatan yang di tekan
menggunakan mesin press dengan tekanan tertentu. Hasil proses press harus
penuh alias tidak celong sehingga apabila dilakukan pengukuran
menggunakan Spektrofotometer DataColor 200M, semua cahaya akan
mengenai sampel dan tidak ada cahaya yang keluar atau lolos.
40
Selain itu, preparasi saat akan melakukan pengukuran juga perlu
diperhatikan, contohnya saat akan menaruh kaca preparat diatas godet harus
hati-hati karena pergeseran sedikit saja akan membuat warna menjadi berubah
sehingga diperlukan lakban agar kaca preparat tidak bergerak ketika sampel
akan diukur menggunakan alat instrumen.
Pengamatan pergeseran warna pada sediaan bedak two way cake dilakukan
dengan mengamati tahapan proses di bagian olah produksi yaitu proses mixing
dan proses grinding. Setelah dilakukan tiga kali pengambilan sampel pada hari
dan nomor batch yang berbeda, didapatkan hasil adanya pergeseran warna yang
mendekati standar utama. Proses mixing akan menghomogenkan bahan baku
yang sebelumnya tidak tercampur, warna sampel akan terlihat jelas setelah
adanya penambahan cairan. Setelah itu, sampel yang sudah di mixing sesuai
dengan prosedur akan di giling menggunakan mesin grinding, pada proses ini
warna yang dihasilkan lebih terlihat karena proses grinding berfungsi untuk
memperkecil ukuran partikel bulk sehingga luas permukaannya menjadi kecil dan
meningkatkan intensitas warna pada bulk.
41
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
B. Saran
Untuk mendapatkan hasil produk yang sesuai dengan standar utama, maka
diperlukan trial skala produksi untuk mengetahui hasil warna di bagian produksi
dengan formula yang mengacu pada formula yang ditentukan oleh bagian RnD
ataupun formula yang mengacu pada hasil trial di laboratorium.
Percobaan ini perlu dilakukan setidaknya satu kali dalam dua tahun, karena
seiring berjalannya waktu kemampuan mesin yang digunakan bisa saja menurun
dan batch bahan baku yang digunakan berbeda. Sehingga hasil trial laboratorium
dan hasil pengolahan akan terus terupdate, apabila hasil pengolahan sesuai
dengan standar utama ataupun memasuki range standar toleransi maka waktu
yang dibutuhkan untuk mengolah satu jenis item akan lebih efektif dan efisien.
Selain itu, sangat disarankan menggunakan bahan baku warna yang sama
produksinya untuk setiap proses produksi pengolahan. Seandainya berbeda
nomor batch, maka bahan baku warna yang akan digunakan lebih baik diukur
terlebih dahulu intensitas warnanya apakah sesuai dengan bahan baku warna
sebelumnya atau tidak.
Untuk mendapatkan nilai yang signifikan dapat dilakukan percobaan trial
laboratorium dengan cara menurunkan atau menaikkan konsentrasi zat warna
yang digunakan agar mengetahui persentase perbedaan antara trial laboratorium
dan hasil pengolahan produksi.
42
DAFTAR PUSTAKA
Gökmen et al. 2007. Compuetr vision based analysis of potato chips-A tool for
rapid detection of acrylamide level.
Tim Bidang Hubungan Kerjasama Industri SMK SMAK Bogor. 2020. Panduan
Praktik Kerja Industri 2019-2020. Bogor:
43
LAMPIRAN
44