INDUSTRY OUTLOOK
2021
YUSWOHADY | AMANDA RACHMANIAR | FARID FATAHILLAH
GILANG BRILLIAN | ISTI HANIFAH
CONTENT
I. INTRODUCTION: 3M ANALYSIS
- Mega Changes
- Macro Changes
- Micro Changes
GOVERNMENT
(MIS) LEADERSHIP
Mega Changes
I. MEGA: THE 6 FORCES OF CHANGE
COVID-19 PROPAGATION
& VACCINE AVAILABILITY
GOVERNMENT
(MIS) LEADERSHIP
#1. COVID-19 PROPAGATION
& VACCINE AVAILABILITY
Berbeda dengan perubahan-perubahan industri
sebelumnya, di tahun 2021 perubahan industri sangat
ditentukan oleh penyebaran virus dan kemampuan
pemerintah dalam memproduksi dan
mendistribusikan vaksin kepada seluruh
warganegara.
Faktor ini menjadi "vital driver of change" karena
sejauh penyebaran virus tak bisa dihentikan dan
vaksin penangkal tak urung dikembangan, maka
seluruh elemen perekonomian, industri, dan bisnis
akan tetap lumpuh tak berdaya.
Namun begitu muncul titik terang vaksin diproduksi
dan didistribusikan, maka sentimen konsumen akan
cepat pulih, spending masyarakat (khususnya kelas
menengah) mulai bangkit, dan perekonomian
kembali menggeliat.
#2. SOCIETAL ANXIETY
Pandemi menimbulkan luka yang akut dan
kecematan luar biasa di kalanagan konsumen dan
masyarakat. Mereka takut dan cemas kehilangan
nyawa ("Fear of Death"), kehilangan pekerjaan dan
jatuh miskin ("Fear of Economic"), dan kehilangan
kehidupan sosial, harapan, kebergunaan ("Fear of
Actualization").
Ketakutan dan rasa cemas itu terjadi di tingkat
individu (personal) tapi kemudian bermetamorfosis
dan menjelma menjadi keresahan komunal (societal)
yang berujung pada berbagai persoalan sosial seperti
keputusasaan, isolasi, depresi, kejahatan, kenekatan,
hingga ekstrimisme.
Negara juga bisa semena-mena akan melarang orang asing masuk dengan
alasan perlindungan warganegara. Sebut saja ini: "Coronationalism".
Maka tak terhindarkan pandemi mendorong kohesi di dalam negara akan
meningkat, sebaliknya friksi antarnegara akan menguat. Pandemi adalah
antitesis globalisasi.
#4. GOVERNMENT
Beberapa negara sukses menangani krisis
pandemi seperti Selandia Baru, Taiwan, atau
Korea Selatan, namun sebagian besar negara di
(MIS) LEADERSHIP
dunia gagal menanganinya termasuk Indonesia.
Bukan suatu hal yang aneh karena pandemi
datang begitu cepat dan semua negara
gelagapan meresponnya: mulai dari kebijakan
PSBB/lockdown, antisipasi darurat
perlengkapan dan infrastruktur kesehatan,
menangani krisis ekonomi, hingga
produksi/distribusi vaksin.
Kini leadership para pemimpin negara di
seluruh dunia diuji. Efektif tidaknya
kepemimpinan mereka menangani krisis
COVID-19 akan menentukan cepat tidaknya
pemulihan ekonomi, industri, dan bisnis.
#5. GLOBAL Sebelum pandemi, sistem produksi global mengalami
SUPPLY-CHAIN
globalisasi dimana rantai pasok produksi tersebar di
berbagai untuk memanfaatkan spesialisasi, skala ekonomi,
pasok tenaga kerja, kedekatan dengan bahan baku, maupun
kedekatan pasar akhir.
DISRUPTION
Namun dengan adanya pandemi, maka kondisinya berbalik.
Memiliki rantai pasok tersebar di berbagai belahan dunia
membawa risiko kritikal ketika arus barang melintas negara
mengalami bottleneck.
CONSUMER
GO GO
CONFIDENTIAL GO DIGITAL DIGIWHERE
COVID-19
MEGASHIFTS GO
OMNI
GO
CONTACTLESS
Sumber: Nippon.com
#2. LOW-
TOUCH
Di masa pandemi kontak fisik akan
dihindari karena menjadi sumber
penularan COVID-19 yang massif.
Maka sifatnya high-touch seperti
hospitality & tourism harus
bertransformasi menjadi low-touch.
Maka digital menjadi solusi
sementara sekaligus selamanya.
Sumber: lowtoucheconomy.com
Ketika kerumunan orang (crowd) kian Untuk menghadapinya, digital dan
#3. LESS-
dihindari di era pandemi, maka industri- pengalaman online akan menjadi solusi
industri yang mengandalkan kerumunan sementara di masa transisi. Namun hybrid
massa seperti MICE (Meeting, Incentive, operating model yang menggabungkan
CROWD
Conference, Exhibition), transportasi publik, aktivitas fisik dan virtual akan menjadi solusi
bisnis pertunjukan, airport, hingga sport jangka panjang bagi para pelaku di berbagai
harus beradaptasi agar bisa survive. industri yang high-crowd.
Era pandemi adalah era low-mobility.
Masyarakat mengurangi mobilitas karena
semakin mobil, maka semakin besar pula
#4. LOW-MOBILITY
potensi penularan COVID-19.
Sumber: slocat.net
Micro Changes
III. MICRO: THE 4 NEW VALUE PROPOSITIONS
Banyaknya korban nyawa akibat
COVID-19 melahirkan masyarakat
baru yang penuh empa , welas asih,
Dengan adanya COVID-19
dan sarat solidaritas sosial. EMPATHIC konsumen menghindari
SOCIETY kontak fisik manusia, mereka
baralih menggunakan medium
virtual/digital.
THE GO
STAY NEW VALUE VIRTUAL
@ HOME
PROPOSITION
LIFESTYLE
Gaya hidup baru nggal di
rumah dengan ak vitas BACK TO Mengacu ke Piramida Maslow,
working-living-playing, karena THE BOTTOM OF
konsumen kini bergeser kebutuhannya
adanya social distancing. THE PYRAMID
dari “puncak piramida” yaitu aktualisasi
diri dan esteem ke “dasar piramida”
yaitu makan, kesehatan, dan keamanan
jiwa-raga.
STAY @ HOME ECONOMY
#1. STAY @ HOME The FALL & the RISE
LIFESTYLE
Food
MICE Delivery
/Airlines
citsigoL Logistic/
yrevileD Delivery
etdoom
Bar/oFeR Remote
g neikvriloeW
yrResto D Working
HIGH ecrHotel/
emmocE Grocery/
HIGH
Tourism Ecommerce
gnCinema/
imaertS
mroftalP
Entertainment Y @ HO M Streaming
Services
TA
THE THE
E
S
Penyebaran virus COVID-19 yang masih terus melonjak selama 9 bulan Sport FALL RISE Media &
Telco
terakhir menciptakan gaya hidup baru yang kami sebut: Stay @ Home
ECONOMY
Lifestyle.
Mal/ Online
Retail
MODERATE MODERATE Learning
Gaya hidup baru ini terbentuk karena di era pandemi semua semua Property/
Construction
Home
Fitness
Tak tak menentunya kapan krisis pandemi ini berakhir, gaya hidup baru ini
akan semakin permanen bahkan setelah vaksin diproduksi dan
Manufacturing Insurance
Stay @ Home Lifestyle akan memicu terciptanya apa yang kami sebut Stay
Behavioral & Attitudinal Changes Owning to COVID-19
@ Home Economy dimana begitu banyak industri yang berguguran (high-
touch industries) namun di sisi lain tak sedikit industri yang justru Spend most of my me at Home
79%
menikmati pertumbuhan dahsyat (low-touch industries).
Staying 31%
Watch a lot more TV
at Home
Krisis COVID-19 membawa manusia seperti kembali ke zaman purba Impact
Reduced Ea ng out, cooking 43% Nearly 80% Indonesians
dimana hidupnya hanya di “gua”, yaitu rumah mereka. Welcome stay @ more
spending Most of their
home economy.
Total Big Ci es Small Ci es Time at home!
Sumber: Kantar Indonesia
#2. BACK TO THE BOTTOM
OF THE PYRAMID
Kami di Inventure menyebut masa sebelum Maret 2020 saat
WHO menetapkan COVID-19 sebagai bencana pandemi sebagai
T
EN
era “Leisure Economy” dimana kebutuhan konsumen bergerak
ILM
PANDEMIC
ECONOMY
LF
cepat menuju puncak piramida Maslow yaitu Self Esteem dan A er
FO
SELF
Self Actualization. March 2020
LF
ACTUALIZATION
SE
GP TO THE TOP
Pasca Maret 2020, secara mendadak umat manusia dipaksa
GI
memasuki era “Pandemic Economy” dimana kebutuhan
LO
konsumen berbalik arah dari awalnya “go to the top”, menaiki
HO
YC
piramida Maslow menjadi “back to the bottom” menuju dasar SAFETY & SECURITY
PH
piramida.
SAFETY & SECURITY
S
ED
Health | Security | Employment | Free of Fear
Dengan merebaknya virus, kebutuhan-kebutuhan Self Esteem
NE
LEISURE
SIC
dan Self Actualization menjadi tidak prioritas lagi. Konsumen ECONOMY
PHYSIOLOGICAL NEEDS
BA
Before
kembali ke kebutuhandasar yaitu Safety (health), Security (free of March 2020 Food | Cloth | Shelter
fear, employment), dan Physiological Needs (food, cloth, shelter).
Menariknya, aktivitas virtual ini kian lama memiliki value bagi konsumen.
Survei dari Nielsen misalnya, menunjukkan bahwa konsumen rela
membayar tiket untuk menyaksikan konser secara personal.
Umat manusia di seluruh dunia terketuk hatinya menyaksikan ratusan ribu korban
meninggal di seluruh dunia. Begitu banyak orang yang cemas, takut, dan
mengalami kesulitan hidup.
Berbagai gerakan kepedulian dan aksi solidaritas dilakukan oleh berbagai kalangan
masyarakat secara genuine untuk mengurangi penderitaan orang-orang yang
terdampak. Rasa simpati yang luar biasa diberikan kepada para nakes yang telah
berjuang menyelamatkan para korban dengan risiko nyawa.
COVID-19 telah menciptakan masyarakat baru yang empatik, penuh cinta, dan
welas asih terhadap sesamanya. Sesuatu yang langka ketika wabah belum mendera.
II. HOTEL LANDSCAPE
ANALYSIS
Consumer
Sentiments
IMPACT ON HOUSEHOLD:
INCOME, SPENDING, SAVING, INVESTING
Krisis ekonomi yang diakibatkan oleh COVID-19 berdampak pada kondisi keuangan keluarga dan pribadi. Riset yang dilakukan oleh
Inventure-Alvara pada 1121 masyarakat Indonesia yang tersebar di seluruh Indonesia, mayoritas merespon bahwa pendapatan mereka
berkurang selama pandemi namun di sisi yang lain pengeluaran mereka meningkat. Dengan adanya penurunan pendapatan, dampaknya yaitu
jumlah anggaran yang digunakan untuk tabungan serta investasi ikut berkurang.
30,9
30,9
48,6
48,6
67,6 57,6
57,6
67,6
33,8
33,8
44,8
44,8 33,4
33,4
28,4 35,3
28,4 35,3
6,6 9,0
4,0 9,0 N=1121
6,6
Kondisi pendapatan Kondisi pengeluaran Kondisi investasi Kondisi tabungan (saving)
Naik/meningkat Sama saja Turun/berkurang
Sumber: Inventure-Alvara
A1. Bagaimana pendapatan Anda dan keluarga selama masa pandemi COVID-19? (S)
A2. Bagaimana kondisi pengeluaran Anda dan keluarga selama masa pandemi COVID-19? (S)
A3. Bagaimana kondisi investasi Anda dan keluarga selama masa pandemi COVID-19 ini? (S)
A4. Bagaimana kondisi tabungan (saving) Anda dan keluarga selama masa pandemi COVID-19? (S)
INDONESIA OPTIMISM: 2021, "TIME TO WIN BACK”
Meskipun dari sisi pendapatan berkurang, menariknya, optimisme masyarakat Indonesia justru besar bahwa ekonomi akan
segera pulih. Sebanyak 47,2% optimis pandemi COVID-19 berakhir pada akhir tahun 2020 dan 51,4% menjawab ekonomi pulih
pada akhir 2021.
51,4
Persepsi responden pandemi berakhir 47,2
dan kondisi keuangan kembali normal
pada akhir 2020.
29,8
Persepsi responden pandemi berakhir 27,0
dan kondisi keuangan kembali normal
pada pertengahan 2021. 12,3 11,5
10,7 10,1
Persepsi responden pandemi berakhir
dan kondisi keuangan kembali normal
pada akhir 2021.
Prediksi pandemi Covid-19 berakhir Kondisi keuangan kembali normal N=1121
Persepsi responden pandemi berakhir Akhir tahun 2020 Pertengahan 2021 Akhir 2021 Setelah 2021
dan kondisi keuangan kembali normal
Sumber: Inventure-Alvara
setelah 2021.
A5. Menurut Anda, kapan pandemi COVID-19 akan berakhir di Indonesia? (S)
A6. Menurut Anda, kapan kondisi keuangan Anda dan keluarga akan membaik/kembali normal seperti sebelum pandemi? (S)
Projec on Real GDP growth is projected to fall to zero
2018 2019 2020 2021 percent in 2020 as COVID-19 impacts both domes c
demand and supply, and the external sector
Argen na -2,5 -2,2 -9,9 3,9
Australia 2,8 1,8 -4,5 4,0 2019 2020 2021 2022
Brazil 1,3 1,1 9,1 3,6 (Annual
Canada 2,0 1,7 8,4 4,9 Real GDP percent 5.0 0.0 4.8 6.0
change)
China 6,7 6,1 1,0 8,2
Egypt 2/ 5,3 5,6 2,0 2,0 Consumer (Annual
price index percent 2.8 2.6 2.8 3.0
France 1,8 1,5 -12,5 7,3 change)
Germany 1,5 0,6 7,8 5,4
Current
India 2/ 6,1 4,2 4,5 6,0
account (Percent
of GDP) -2.7 -1.9 -2.0 -2.1
Indonesia 5,2 5,0 -0,3 6,1 balance
Iran 2/ -5,4 7,6 -6,0 3,1
Government (Percent
Italy 0,8 0,3 -12,8 6,3 budget -2.2 -6.3 -4.1 -3.1
of GDP)
Japan 0,3 0,7 -5,8 2,4 balance
Kazakhstan 4,1 4,5 -2,7 3,0
Korea 2,9 2,0 -2,1 3,0
Sourc: BI; Central Bureau of Sta s cs (BPS); Ministry of Finance;
World Bank staff calcula ons
Malaysia 4,7 4,3 -3,8 6,3 Note: 2020-2022 are es mated and forecast figures
Source: Interna onal Monetary Fund, World Economic Outlook, June 2020 Update
Sumber: World Bank
Sumber: IMF, WEO June Update
Source:
Outer-Circle: Change
#1. Vaccine Distribution & Production mencegah penularan COVID-19. Indonesia sendiri untuk sementara dilarang masuk ke
Penanganan pandemi COVID-19 sangat bergantung pada ditemukannya vaksin yang 59 negara, namun juga membatasi wisman masuk ke Indonesia sejak April 2020, dengan
bisa membuat kita lebih kebal terhadap virus. Para ilmuwan di seluruh dunia masih pengecualian terhadap kondisi tertentu.
terus melakukan uji coba vaksin untuk menangkal COVID-19. Presiden memastikan
Indonesia akan mendatangkan 20-30 juta vaksin dari China dan Uni Emirat Arab pada #5. Event Cancelling /Rescheduling
November nanti dan akan melakukan vaksinasi massal mulai awal tahun 2021. Industri event, sebagai bagian dari atraksi wisata turut tiarap di tengah pandemi
COVID-19. Berbagai event prestisius baik di tingkat internasional maupun lokal
#2. Economic Recession dibatalkan atau diundur ke tahun 2021. Industi pameran pun ikut menjerit akibat
Pandemi Covid-19 telah memukul perekonomian seluruh negara. Indonesia sendiri pandemi yang telah berjalan hampir setahun belakangan. Berbagai event pameran di
pada kuartal III tahun ini pertumbuhan ekonomi diprediksi kembali minus. Sektor tanah air harus dibatalkan atau ditunda sampai kondisi pandemi sudah terkendali.
akomodasi dan makanan minuman yang merupakan bagian industry pariwisata
termasuk yang tedampak paling dalam hingga minus 22% pada kuartal II kemarin. #6. Corporate Travel Policies
Perkantoran merupakan salah satu klaster penularan COVID-19 yang cukup tinggi.
#3. Intermittent Social Distancing Policy Jumlah pekerja yang terinfeksi COVID-19 melalui klaster perkantoran terus meningkat.
Pembatasan sosial skala global maupun nasional telah memberikan tantangan yang Hal ini membuat perusahaan atau instansi pemerintahan semakin berhati-hati dalam
berat bagi industri pariwisata. Kebijakan ini membuat sektor pariwisata terdampak membuat kebijakan terhadap karyawannya. Selain memberlakukan work from home,
cukup dalam karena wisatawan sementara mengurangi aktivitas berwisata. Pembatasan aktivitas seperti perjalanan dinas dan meeting di luar juga semakin dibatasi atau bahkan
Sosial Berskala Besar (PSBB) dikatakan membuat masyarakat lebih banyak beraktivitas ditiadakan untuk sementara.
di rumah dan tingkat hunian kamar hotel serta restoran menurun drastis sebagai imbas
dari hal tersebut. #7. Accelerated Digital Tourism
COVID-19 menciptakan era baru yang begitu besar dampaknya bagi umat manusia
#4. Government Travel Restriction yaitu: ”The Virtual Century”. Industri pariwisata termasuk yang mengalami
Pandemi COVID-19 berdampak sangat serius terhadap industri pariwisata, khususnya pertumbuhan digital yang sangat cepat dalam beberapa tahun terakhir. Aktivitas
kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke berbagai negara. Berbagai negara wisatawan dalam merencanakan perjalanan, pre-on-post journey hampir seluruhnya
menutup akses bagi wisman (inbound) atau wisatawan yang ini pelesir ke luar demi telah mengadopsi digital.
Mid-Circle: Customer
#1. Nature-Adventure-Sport (NAS) Tourist rame. Micro-tourism bahkan solo travelling akan menjadi pilihan khususnya di kalangan
Wisata alam akan menjadi tren populer yang digemari masyarakat dalam kondisi new generasi milenial dan zilenial setidaknya sampai vaksin terdistribusi massal nanti.
normal nanti. Pada tahap awal pemulihan setelah pandemi, kejenuhan akibat di rumah
saja akan mendorong wisatawan jalan-jalan keluar rumah untuk sekadar menikmati #5. Digital Maturity
udara segar dan keindahan alam. Wisata alam berbasis adventure atau petualangan juga Pandemi COVID-19 mendorong konsumen segera beradaptasi dengan digital.
berpeluang besar untuk digemari saat new normal, khususnya kegiatan dalam grup Konsumen semakin mature dalam menyikapi perkembangan digital. Begitu juga dalam
kecil dengan aktivitas yang dinamis, seperti trekking, snorkeling, dan diving. hal merencanakan kegiatan liburan, kemudahan yang ditawarkan oleh digital untuk
pariwisata misalnya terangkum dalam konsep look-book-pay. Cukup melalui satu
#2. Shrink of Senior Traveler platform, konsumen bisa mengetahui referensi destinasi wisata, membandingkan
Bisa dikatakan, secara tidak langsung COVID-19 telah “membunuh” orang tua atau harga, memesan, melakukan pembayaran hingga memperoleh panduan rute perjalanan.
lanjut usia. Merekalah yang paling beresiko terkena virus Corona. Pun, di industri
pariwisata, wisatawan yang berusia lanjut atau senior travelers sementara akan #6. CHSE Concern
mengurangi atau meniadakan aktivitas liburan di luar karena adanya risiko tersebut. Pandemi COVID-19 meningkatkan kesadaran wisatawan akan konsep CHSE
(cleanliness-health-safety-environment). Di era next normal, CHSE akan menjadi
#3. Fall of International Tourist pertimbangan utama bagi wisatawan dalam memilih destinasi wisata. Pemerintah dan
Dengan adanya pembatasan akses internasional secara otomatis berdampak pada pengelola destinasi wisata perlu cepat merespon isu ini dengan menerapkan protocol
jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) yang menurun drastis. Menurut kesehatan.
UNWTO, Periode Januari – Agustus 2020, secara global wisman anjlok hingga 70%.
Selain itu kemungkinan adanya sentimen wisman terhadap penanganan pandemi di #7. Customer Fear & Anxiety
Indonesia juga turut berpengaruh terhadap minat wisman untuk berkunjung ke Krisis COVID-19 sangat berpengaruh terhadap mental healthiness dan well-being dalam
Indonesia. menjalani kehidupan sehari-hari. Takut akan krisis ekonomi, takut kehilangan
pekerjaan, takut usaha bangkrut, takut tertular dan puncaknya takut kehilangan nyawa.
#4. Domestic, Micro Traveler Dampaknya, wisatawan makin meningkatkan kewaspadaan terutama dalam hal
Seiring self-social distancing akan menjadi kebiasaan baru di era next normal, menjaga jarak, termasuk dalam hal berwisata.
wisatawan mungkin akan cenderung menghindari berwisata secara grup atau rame-
Inner-Circle: Competition
#1. Light & Agile Operation Model #4. Move Touchpoint Online
Di era pandemi COVID-19, menciptakan pertumbuhan bisnis mungkin hanya bisa Pandemi COVID-19 membuat pengalaman di tempat wisata yang high-touch semakin
benar-benar direalisasikan oleh industri-industri yang termasuk kategori rising. kurang diminati. Situasi ini memaksa para pemain pariwisata menghadirkan titik
Sementara itu, pendapatan berkurang namun biaya operasional harus tetap terbayar. persentuhan yang memindahkan dari offline experience ke online experience (move
Para pelaku bisnis pun mau tidak mau harus berpikir kreatif melakukan efisiensi touchpoint online). Proses ini mengandalkan digitalisasi untuk menunjang proses dan
operasional dengan bantuan teknologi digital. Pandemi mendorong pengusaha untuk transaksi antarwisatawan dan provider jasa wisata. Para penyedia jasa wisata harus
membuat model operasional bisnis yang asset light dan agile operating model. mengintegrasikan satu touchpoint dengan touchpoint lainnya secara online sehingga
meminimalisir terjadinya kontak fisik.
#2. Package Innovation
Industri pariwisata dan sektor penunjang lainnya tak boleh habis akal untuk berinovasi #5. New Nor-MICE
dikala pandemi COVID-19. Hal ini bertujuan untuk mendongkrak ekonomi dan Pandemi melahirkan tren baru yang kami sebut New Nor-MICE (New Normal MICE).
membuat konsumen rela mengeluarkan uang di saat pandemi. Alhasil, para pelaku Ini adalah bentuk adaptasi sektor MICE yang ke depannya mengarah ke hybrid.
bisnis mulai kreatif dan inovatif membuat paket-paket penawaran. Misalnya membuat Menggabungkan pengalaman online & offline secara sekaligus. Meskipun krisis COVID-
paket “staycation” atau “buy now, stay later”. 19 telah mendisrupsi industri MICE, membatalkan event, para pemain di industri tak
boleh lesu. Kuncinya adalah adaptasi dengan mencari peluang di tengah krisis.
#3. CHS Protocol First
Krisis COVID-19 meningkatkan kesadaran CHS (Cleanliness, Healthy & Safety) #6. Contactless Tech Adoption
masyarakat. Pandemi menyadarkan betapa pentingnya menjaga kesehatan yang tidak Pandemi memaksa para pemain di industri pariwisata untuk mengurangi titik
hanya bisa menyelamatkan nyawa sendiri tetapi juga orang lain. Kementerian persentuhan konsumen yang sifatnya high-touch. Maka dari itu lahirlah tren baru yaitu
Pariwisata & Ekonomi Kreatif telah mengeluarkan berbagai panduan penerapan contactless tech adoption. Adopsi contactless ini terjadi mulai dari customer journey awal
protokol kesehatan di destinasi wisata sehingga diharapkan masyarakat bisa sampai akhir. Wisatawan bisa merencanakan liburan, memesan tiket perjalanan, hingga
berkontribusi melawan krisis COVID-19 dengan mematuhi standar protokol kesehatan. memilih hotel menggunakan bantuan tekonologi digital yang bisa diakses dalam satu
platform.
Research Findings
HOTEL
5,9
10,4 5,0
Sumber: Inventure-Alvara
TRAVELING
Setelah hampir setahun pandemi, wisatawan sementara
waktu menahan diri tidak bepergian atau traveling.
Menurut riset Inventure-Alvara, begitu vaksin COVID-19
REBOUND
tersedia di tahun depan, mayoritas (63,3%) akan segera
melakukan liburan setelah jenuh dan bosan berdiam diri
di rumah.
HOTEL 2,3
2,3
Des nasi Lokal Menjadi Tujuan Utama
Wisata Setelah Pandemi
9,1 Dalam kurun waktu 6 bulan setelah vaksin
diproduksi, saya lebih memilih wisata domes k
19,0 daripada luar negeri
17,7
Setuju 76.5%
Tidak setuju 23.5%
Sangat dak setuju sekali
Sangat dak setuju
49,7 Tidak setuju
Setuju
Sangat setuju
Sangat setuju sekali N=441
Sumber: Inventure-Alvara
LESS-CROWDED
TOURISM
1,4 2,7
Setuju: 81,6%
Tidak Setuju: 18,4%
Pandemi COVID-19 telah mengubah preferensi wisatawan dalam
menentukan pilihan berwisatanya. Era new normal yang mengadopsi 21,1 Sangat dak setuju sekali
Sangat dak setuju
social distancing dan protokol kesehatan membuat “space” akan Tidak setuju
HOSPITALITY INDUSTRY
IN THE NEW ERA OF
HYGIENE ECONOMY
1,6
B1. Pemerintah telah mengumumkan bahwa vaksin COVID-19 melalui Bio Farma akan diproduksi pada bulan Januari 2021. Dengan gambaran informasi tersebut,
berikanlah penilaian Anda terhadap beberapa pernyataan berikut, dari skala 1-6: 1: sangat tidak setuju sekali, 6: sangat setuju sekali
HOTEL
GO LUXURY
untuk Liburan [%]
Villa/AirBnB 33,0
Sumber: Inventure-Alvara
HOTEL
Sumber: Inventure-Alvara
HOTEL
Ak vitas Terkait HOTEL [%]
MORE
45,4
52,6 54,2
67,6 66,7
DIGITAL
47,6
40,6 40,1
31,7 N=419
31,3
Mencari Informasi Reservasi Transaksi Offline (Datang Check-In Hotel Check-Out Hotel
Langsung)
Semakin offline Sama saja Semakin online
Sumber: Inventure-Alvara
Pandemi COVID-19 telah mempercepat proses beberapa tahun terakhir. Aktivitas wisatawan Pasca pandemi ketika vaksin telah tersedia nanti,
migrasi digital dan menciptakan “The dalam merencanakan perjalanan, pre-on-post mayoritas wisatawan akan semakin melakukan
Renaissance of Digital Adoption”. Industri journey hampir seluruhnya telah mengadopsi aktivitas secara online terkait pemilihan,
pariwisata termasuk yang mengalami digital. reservasi sampai keluar hotel.
pertumbuhan digital yang sangat cepat dalam
HOTEL
Q3 Q1 Q2 Q3 Q1 Q2 Q3
June September
2020 2021 2022 2023
Intermi ent PSBB Posi ve Customer Domes c tourism Regional outbound
in many regions sen ment rebounds rebounds
MODERATE “New Normal” Travel banned by Economic recession, COVID-19 Vaccine is Travel bubble demand level back to
The era of survival other countries demand plummet available alliance formed 2019 level (domes c)
Q3 Q2 Q4 Q1 Q3 Q4
June September
2020 2021 2022 2023
Intermi ent PSBB Posi ve Customer Domes c tourism Regional outbound
in many regions sen ment rebounds rebounds
PESIMIST “New Normal” Travel banned by Economic recession, COVID-19 Vaccine is Travel bubble Regional outbound
The era of survival other countries demand plummet available alliance formed rebounds
Q3 Q3 Q1 Q2 Q4
June September
2020 2021 2022 2023
Intermi ent PSBB
in many regions Posi ve Customer Domes c tourism
sen ment rebounds
#WFH = Di saat krisis wabah COVID-19 saat ini, sektor perhotelan tingkat okupansi dan menjaga cashflow bisnis yang kian
WORK
harus pintar melakukan inovasi promo di kala okupansi hancur oleh adanya PSBB.
kamar yang kian merosot dari waktu ke waktu.
Survival innovation yang dengan menciptakan “tawaran
FROM
Banyak hotel di Bali dan kota-kota besar lainnya yang tidak bisa ditolak konsumen” harus harus gencar
mengeluarkan paket promo “Work From Hotel” dengan dilakukan pemain di industri perhotelan kalau nggak mau
harga yang sangat murah mulai dari Rp 2 juta untuk satu okupansi terus kosong dan cashflow mandek.
HOTEL
bulan menginap. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan
“STAYCATION
THE
IS
NEW
Ketika lockdown dan physical distancing
berakhir, hal yang paling ditunggu-tunggu
masyarakat adalah pergi berlibur. Tapi
VACATION”
liburan pasca COVID-19 akan sangat
berbeda dengan sebelum wabah. Orang
akan lebih memilih liburan yang tidak
banyak bersentuhan dengan orang lain. Itu
sebabnya kami memprediksi tren
staycation akan menjadi pilihan.
STAY-SOLATION
Rendahnya tingkat okupansi hotel terjangkau dan fasilitas yang
membuat para pemain melakukan sudah sesuai protocol kesehatan
inovasi demi bertahan seperti pengaturan ventilasi,
menghadapi pandemi. Seiring penyemprotan desinfektan,
semakin tingginya kasus positif pembatasan jarak hingga makanan
corona di Indonesia, dan dan minuman.
terbatasnya ruangan isolasi di
rumah sakit, membuat beberapa Fasilitas lain seperti kunjungan
hotel berinovasi menawarkan dokter, pemberian vitamin dan tes
paket isolasi mandiri di hotel atau swab PCR juga bisa diberikan ke
stay-solation. pasien sesuai permintaan. Inovasi
paket seperti ini bisa dilakukan
Paket ini diperuntukkan mereka oleh pemain hotel di tengah
yang orang tanpa gejala (OTG) atau naiknya jumlah pasien corona yang
orang dalam pengawasan (ODP). tanpa gejala dan minimnya jumlah
Dengan harga yang relatif ruangan isolasi di rumah-sakit.
Amenity
“BEACH BUBBLE”
Hotel Seaside Finolhu di Maladewa
memperkenalkan tipe kamar baru yang dibuat
khusus untuk tamu yang khawatir tertular virus
corona. Hotel di empat pulau di Maladewa dan
terdiri dari 125 vila pribadi di atas air dan pantai.
Sumber: covidinnovations.com
Yuswohady
yuswohady@gmail.com
Farid Fatahillah
Faridferre@gmail.com
Amanda Rachmaniar
arachmaniar@hotmail.com
Gilang Brillian
gilangpopo@gmail.com
Isti Hanifah
istihanifah11@gmail.com
C 2020
www.inventure.id
Design E-book:
Muhammad Ikbal
ikbaal23@gmail.com