Anda di halaman 1dari 53

HOTEL

INDUSTRY OUTLOOK
2021
YUSWOHADY | AMANDA RACHMANIAR | FARID FATAHILLAH
GILANG BRILLIAN | ISTI HANIFAH
CONTENT
I. INTRODUCTION: 3M ANALYSIS
- Mega Changes
- Macro Changes
- Micro Changes

II. HOTEL LANDSCAPE ANALYSIS


- Consumer Sen ments
- 3C Analysis
- Research Findings
- Trends & Innova ons
I. INTRODUCTION: 3M ANALYSIS
INDUSTRY MEGASHIFTS AFTER PANDEMIC
(The Framework)
Di tahun 2021 kita akan menghadapi perubahan peta
industri besar, barangkali terbesar dalam sejarah
peradaban umat manusia.
 
COVID-19 telah meluluh-lantakkan sendi-sendi
perekonomian, industri, dan bisnis yang memaksa
kita memasuki dunia yang sama sekali baru: A
WHOLE NEW WORLD.
MEGA MACRO MICRO  
(CHANGES) (COMPETITION) (CUSTOMER)
Di tahun 2021 kita akan menghadapi pergeseran
industri maha dahsyat dan ekstrim, karena itu saya
menyebutnya: INDUSTRY MEGASHIFTS.
COVID-19 PROPAGATION  
& VACCINE AVAILABILITY

Bagaimana peta pergeserannya?


HYGIENE
 
EMPATHIC
ACCELERATED SOCIETY
SOCIETAL
DIGITALIZATION ANXIETY
Secara sederhana saya kelompokkan ke dalam 3
THE LOW THE LOW- THE
bagian besar yaitu pergeseran di tingkat MEGA
GO
NEW FORCES MOBILITY NEW RULES TOUCH STAY NEW VALUE VIRTUAL
OF CHANGE OF THE GAME @ HOME
PROPOSITION

GLOBAL SUPPLY-CHAIN THE RISE


LIFESTYLE
("Changes), MACRO ("Competition") dan MICRO
("Customer).
DISRUPTION OF NATIONALISM BACK TO
LESS-CROWD THE BOTTOM OF
THE PYRAMID

GOVERNMENT
(MIS) LEADERSHIP
Mega Changes
I. MEGA: THE 6 FORCES OF CHANGE
COVID-19 PROPAGATION
& VACCINE AVAILABILITY

ACCELERATED SOCIETAL Pergeseran di tingkat Mega mencakup


DIGITALIZATION ANXIETY perubahan-perubahan besar di bidang
teknologi, politik, regulasi, sosial, ekonomi,
THE hingga lingkungan. Secara umum ada 6
NEW FORCES perubahan besar yang terjadi di tingkat Mega
OF CHANGE
ini yaitu:

GLOBAL SUPPLY-CHAIN THE RISE


DISRUPTION OF NATIONALISM

GOVERNMENT
(MIS) LEADERSHIP
#1. COVID-19 PROPAGATION
& VACCINE AVAILABILITY
Berbeda dengan perubahan-perubahan industri
sebelumnya, di tahun 2021 perubahan industri sangat
ditentukan oleh penyebaran virus dan kemampuan
pemerintah dalam memproduksi dan
mendistribusikan vaksin kepada seluruh
warganegara.
 
Faktor ini menjadi "vital driver of change" karena
sejauh penyebaran virus tak bisa dihentikan dan
vaksin penangkal tak urung dikembangan, maka
seluruh elemen perekonomian, industri, dan bisnis
akan tetap lumpuh tak berdaya.
 
Namun begitu muncul titik terang vaksin diproduksi
dan didistribusikan, maka sentimen konsumen akan
cepat pulih, spending masyarakat (khususnya kelas
menengah) mulai bangkit, dan perekonomian
kembali menggeliat.
#2. SOCIETAL ANXIETY
Pandemi menimbulkan luka yang akut dan
kecematan luar biasa di kalanagan konsumen dan
masyarakat. Mereka takut dan cemas kehilangan
nyawa ("Fear of Death"), kehilangan pekerjaan dan
jatuh miskin ("Fear of Economic"), dan kehilangan
kehidupan sosial, harapan, kebergunaan ("Fear of
Actualization").
 
Ketakutan dan rasa cemas itu terjadi di tingkat
individu (personal) tapi kemudian bermetamorfosis
dan menjelma menjadi keresahan komunal (societal)
yang berujung pada berbagai persoalan sosial seperti
keputusasaan, isolasi, depresi, kejahatan, kenekatan,
hingga ekstrimisme.

Mindfulness dan well-being menjadi kelangkaan di


tengah-tengah era ketakutan ini.
#3. THE RISE OF CORONATIONALISM
Di era pandemi masing-masing negara akan semakin selfish dengan
berupaya keras melindungi kepentingan masing-masing. Pembatasan dan
pelarangan arus keluar-masuk orang (penerbangan), barang (ekspor-
impor), kontrol perbatasan akan kian massif dengan alasan kepentingan
nasional masing-masing negara.
 
Negara-negara saling menyalahkan seperti yang dilakukan Presiden
Trump yang menuduh Cina sebagai biang kerok bencana COVID-19. Ketika
vaksin diproduksi nanti, semua negara akan "berebut" mendapatkan vaksin
demi kepentingan warganegara masing-masing.

Negara juga bisa semena-mena akan melarang orang asing masuk dengan
alasan perlindungan warganegara. Sebut saja ini: "Coronationalism".
 
Maka tak terhindarkan pandemi mendorong kohesi di dalam negara akan
meningkat, sebaliknya friksi antarnegara akan menguat. Pandemi adalah
antitesis globalisasi.
#4. GOVERNMENT
Beberapa negara sukses menangani krisis
pandemi seperti Selandia Baru, Taiwan, atau
Korea Selatan, namun sebagian besar negara di

(MIS) LEADERSHIP
dunia gagal menanganinya termasuk Indonesia.
 
Bukan suatu hal yang aneh karena pandemi
datang begitu cepat dan semua negara
gelagapan meresponnya: mulai dari kebijakan
PSBB/lockdown, antisipasi darurat
perlengkapan dan infrastruktur kesehatan,
menangani krisis ekonomi, hingga
produksi/distribusi vaksin.
 
Kini leadership para pemimpin negara di
seluruh dunia diuji. Efektif tidaknya
kepemimpinan mereka menangani krisis
COVID-19 akan menentukan cepat tidaknya
pemulihan ekonomi, industri, dan bisnis.
#5. GLOBAL Sebelum pandemi, sistem produksi global mengalami

SUPPLY-CHAIN
globalisasi dimana rantai pasok produksi tersebar di
berbagai untuk memanfaatkan spesialisasi, skala ekonomi,
pasok tenaga kerja, kedekatan dengan bahan baku, maupun
kedekatan pasar akhir.

DISRUPTION
 
Namun dengan adanya pandemi, maka kondisinya berbalik.
Memiliki rantai pasok tersebar di berbagai belahan dunia
membawa risiko kritikal ketika arus barang melintas negara
mengalami bottleneck.

Dampaknya serius di sektor-sektor manufaktur seperti:


otomotif, komputer/elektronik, garmen, farmasi, kimia,
hingga makanan/minuman.
 
Pasca pandemi berbagai industri akan membangun
resiliensi dengan membagun ekosistem rantai pasok yang
lebih terkonsentrasi di lingkup regional bahkan bahkan
nasional, tak lagi tersebar di berbagai belahan dunia.

Implikasinya, ketergantungan pasok bahan baku/suku


cadang hanya di satu negara (Cina atau India) semakin
dihindari.
#6. ACCELERATED DIGITALIZATION
Pandemi menjadi katalis bagi konsumen untuk
bermigrasi ke ranah digital/online. Dengan
munculnya stay @ home economy akibat
pandemi, maka seluruh aktivitas konsumen kini
dilakukan secara digital: berbelanja, bekerja,
belajar, berobat, menikmati hiburan, bahkan
beribadah.
 
Ketika ekonomi fisikal mandek akibat pandemi,
maka ekonomi digital menggantikannya
sehingga geliat perekonomian masih berjalan.

Tak heran jika transformasi digital menjadi


agenda terpenting bagi perusahaan untuk tetap
bisa survive di tengah pandemi. Semboyannya:
"Go digital or die!!!"
5 DIGITAL GO
VIRTUAL

CONSUMER
GO GO
CONFIDENTIAL GO DIGITAL DIGIWHERE
COVID-19

MEGASHIFTS GO
OMNI
GO
CONTACTLESS

GO VIRTUAL: GO DIGIWHERE: GO CONTACTLESS: GO OMNI: GO CONFIDENTIAL:


1. Living in the virtual century 16. The Urgency of 27. The rise of robot 34. Family becomes 43. Awareness for privacy:
2. The surge of children's screen time Digital Re-skilling 28. The end of cash. high-touch... and high-tech Security & trust
3. Remote working: 17. Podcast is the new Welcome cashless 35. Hybrid learning 44. Health surveillance
the birth of Zoom generation "theater of mind" society is the ultimate solution & social control
4. Thriving of digital stay @ home jobs 18. Hoax is the new 29. Payment: more digital, 36. Omnichannel becomes 45. Cybersecurity threat
5. Zoom fatigue: the age of nightmare more contactless mainstream 46. Data tracking & tracing
depression and loneliness 19. Essentials are moving 30. Is it the end of in-branch 37. Cloud kitchen is 47. Customer centricity
6. The emergence of cloud workstyle online (e-commerce banking? The birth of the new normal 48. Micro inuencers
7. Digital signature: the dawn of deepening, e-grocery) Digital Branch 38. O2O is king are more powerful
"wet" signature 20. Shopping for utility 31. Chatbot attack: The death 39. Virtual or hybrid concert? and relevant
8. Online education gains momentum (purchase triggers of Customer Service 40. Digital nomad 49. Marketing is
9. "Live" is the new cool become more "functional") 32. QR-code is the new 41. Travellers want about experimentation
10. The birth of real-time consumers 21. Wider usage of digital services pin-code a seamless "look-book-pay" 50. Welcome the age of
11. Close-loop shopping 22. Every consumer is 33. The birth of self-service 42. Zakat-tech: More personalization
12. Digital banking gets the momentum hyper-value consumer travellers digital, more donations
13. The growth of Telemedecine 23. Every consumer is researcher
14. Virtual gym 24. Digital reputation:
15. E-ibadah solutions get acceptance the rise of AI-based credit scoring
("ibadah virtual") 25. On-demand revolution:
The growth of subscription model
26. TV goes online
Macro Changes
II. MACRO: THE 4 NEW RULES OF THE GAME
Pergeseran di tingkat Makro mencakup perubahan-
perubahan besar yang menghasilkan peta kompetisi
baru di era pandemi. Perubahan besar yang didorong
oleh bencana dahsyat COVID-19 ini menghasilkan
lanskap industri baru yang ditandai dengan empat
HYGIENE karakeristik: Hygiene, Low-Touch, Less-Crowd, dan
Low-Mobility.
 
Perusahaan yang sukses di era pandemi adalah
LOW THE LOW- perusahaan-perusahaan yang bisa beradaptasi
MOBILITY NEW RULES TOUCH dengan 4 karakteristik tersebut. Itu sebabnya
OF THE GAME perusahaan di sektor industri digital misalnya, lebih
sustainable di era pandemi karena bersifat low-
touch.
 
LESS-CROWD Sementara perusahaan-perusahaan yang high-touch
dan high-crowd seperti di sektor pariwisata mau tak
mau harus bertransformasi dan mengadopsi model
bisnis yang low-touch dan less-crowd untuk bisa
sukses melewati badai krisis pandemi.
#1. HYGIENE
Ketika ancaman COVID-19 terus mengintai, maka Cleanliness,
Healthiness, Safety, Environment (CHSE) menjadi prioritas dan preferensi
utama konsumen. Maka kepatuhan pada protokol kesehatan menjadi
faktor kunci pulihnya berbagai industri. Di hygiene economy, disiplin
protokol kesehatan menjadi alat branding paling ampuh.

Survei dari Nippon, perilaku personal hygiene seperti mencuci tangan,


menggunakan hand sanitizer, dan memakai masker mengalami
peningkatan dibandingkan saat virus Influenza tahun 2018.

Ketika CHSE menjadi preferensi dan prioritas utama konsumen, maka


perusahaan yang bisa membangun customer confidence terkait CHSE
akan lebih diminati konsumen.

Tak hanya itu, di era pandemi kepatuhan perusahaan terhadap protokol


kesehatan menjadi jaminan terciptanya loyaltas dan customer trust
dalam jangka panjang.

Sumber: Nippon.com
#2. LOW-
TOUCH
Di masa pandemi kontak fisik akan
dihindari karena menjadi sumber
penularan COVID-19 yang massif.
Maka sifatnya high-touch seperti
hospitality & tourism harus
bertransformasi menjadi low-touch.
Maka digital menjadi solusi
sementara sekaligus selamanya.

Sumber: lowtoucheconomy.com
Ketika kerumunan orang (crowd) kian Untuk menghadapinya, digital dan

#3. LESS-
dihindari di era pandemi, maka industri- pengalaman online akan menjadi solusi
industri yang mengandalkan kerumunan sementara di masa transisi. Namun hybrid
massa seperti MICE (Meeting, Incentive, operating model yang menggabungkan

CROWD
Conference, Exhibition), transportasi publik, aktivitas fisik dan virtual akan menjadi solusi
bisnis pertunjukan, airport, hingga sport jangka panjang bagi para pelaku di berbagai
harus beradaptasi agar bisa survive. industri yang high-crowd.
Era pandemi adalah era low-mobility.
Masyarakat mengurangi mobilitas karena
semakin mobil, maka semakin besar pula
#4. LOW-MOBILITY
potensi penularan COVID-19.

“Low-mobile society” yang terbentuk oleh


adanya bencana pandemi akan memukul
berbagai industri seperti otomotif,
penerbangan, energi, pariwisata, hingga
dine-in resto.

DI sisi lain mobilitas manusia yang kian


terbatas mendorong ekonomi digital
berkembang lebih cepat.

Setiap pemain di industri apapun harus jeli


merespons peluang maupun ancaman yang
muncul sebagai akibat munculnya “low
mobile society” ini..

Sumber: slocat.net
Micro Changes
III. MICRO: THE 4 NEW VALUE PROPOSITIONS
Banyaknya korban nyawa akibat
COVID-19 melahirkan masyarakat
baru yang penuh empa , welas asih,
Dengan adanya COVID-19
dan sarat solidaritas sosial. EMPATHIC konsumen menghindari
SOCIETY kontak fisik manusia, mereka
baralih menggunakan medium
virtual/digital.

THE GO
STAY NEW VALUE VIRTUAL
@ HOME
PROPOSITION
LIFESTYLE
Gaya hidup baru nggal di
rumah dengan ak vitas BACK TO Mengacu ke Piramida Maslow,
working-living-playing, karena THE BOTTOM OF
konsumen kini bergeser kebutuhannya
adanya social distancing. THE PYRAMID
dari “puncak piramida” yaitu aktualisasi
diri dan esteem ke “dasar piramida”
yaitu makan, kesehatan, dan keamanan
jiwa-raga.
STAY @ HOME ECONOMY
#1. STAY @ HOME The FALL & the RISE

LIFESTYLE
Food
MICE Delivery
/Airlines
citsigoL Logistic/
yrevileD Delivery
etdoom
Bar/oFeR Remote
g neikvriloeW
yrResto D Working

HIGH ecrHotel/
emmocE Grocery/
HIGH
Tourism Ecommerce

gnCinema/
imaertS
mroftalP
Entertainment Y @ HO M Streaming
Services
TA
THE THE

E
S
Penyebaran virus COVID-19 yang masih terus melonjak selama 9 bulan Sport FALL RISE Media &
Telco

terakhir menciptakan gaya hidup baru yang kami sebut: Stay @ Home
ECONOMY
Lifestyle.
Mal/ Online
Retail
MODERATE MODERATE Learning

Gaya hidup baru ini terbentuk karena di era pandemi semua semua Property/
Construction
Home
Fitness

aktivitas masyarakat terpaksa harus dilakukan di rumah. Mulai dari Consumer


Electronic
Cloud
Services

bekerja, berbelanja, belajar, menikmati hiburan, berobat, bahkan beribadah.


gni&
Oil naGas
elC
ylppuS
BETWEEN Cleaning
Services Telemedicine/
Automotive Pharma

Survei dari Kantar, hampir 80% masyarakat Indonesia menghabiskan


waktu di rumah selama masa karantina. eEducation
rachtaleH Banking Agriculture

Tak tak menentunya kapan krisis pandemi ini berakhir, gaya hidup baru ini
akan semakin permanen bahkan setelah vaksin diproduksi dan
Manufacturing Insurance

didistribusikan. Contohnya untuk belanja online, WFH, home


entertainment, hingga sekolah online.
Source:

Stay @ Home Lifestyle akan memicu terciptanya apa yang kami sebut Stay
Behavioral & Attitudinal Changes Owning to COVID-19
@ Home Economy dimana begitu banyak industri yang berguguran (high-
touch industries) namun di sisi lain tak sedikit industri yang justru Spend most of my me at Home
79%
menikmati pertumbuhan dahsyat (low-touch industries).
Staying 31%
Watch a lot more TV
at Home
Krisis COVID-19 membawa manusia seperti kembali ke zaman purba Impact
Reduced Ea ng out, cooking 43% Nearly 80% Indonesians
dimana hidupnya hanya di “gua”, yaitu rumah mereka. Welcome stay @ more
spending Most of their
home economy.
Total Big Ci es Small Ci es Time at home!
Sumber: Kantar Indonesia
#2. BACK TO THE BOTTOM
OF THE PYRAMID
Kami di Inventure menyebut masa sebelum Maret 2020 saat
WHO menetapkan COVID-19 sebagai bencana pandemi sebagai

T
EN
era “Leisure Economy” dimana kebutuhan konsumen bergerak

ILM
PANDEMIC
ECONOMY

LF
cepat menuju puncak piramida Maslow yaitu Self Esteem dan A er

FO
SELF
Self Actualization. March 2020

LF
ACTUALIZATION

SE
GP TO THE TOP
Pasca Maret 2020, secara mendadak umat manusia dipaksa

BACK TO THE BOTTOM


CA
SELF ESTEEM

GI
memasuki era “Pandemic Economy” dimana kebutuhan

LO
konsumen berbalik arah dari awalnya “go to the top”, menaiki

HO
YC
piramida Maslow menjadi “back to the bottom” menuju dasar SAFETY & SECURITY

PH
piramida.
SAFETY & SECURITY

S
ED
Health | Security | Employment | Free of Fear
Dengan merebaknya virus, kebutuhan-kebutuhan Self Esteem

NE
LEISURE

SIC
dan Self Actualization menjadi tidak prioritas lagi. Konsumen ECONOMY
PHYSIOLOGICAL NEEDS

BA
Before
kembali ke kebutuhandasar yaitu Safety (health), Security (free of March 2020 Food | Cloth | Shelter
fear, employment), dan Physiological Needs (food, cloth, shelter).

Consumer Megashit ini menghasilkan preferensikonsumen yang


menuntut marketers melakukan perubahan value proposition
yang mendasar.
#3. GO
VIRTUAL
Di tengah pandemi industri-industri yang by-default bersifat “high-
touch” seperti pariwisata, MICE, bisnis pertunjukkan, hingga sport pada
berguguran.

Di tengah berbagai aktivitas di industri-industri ini tidak bisa dilakukan


secara fisik, maka medium digital menjadi solusi sementara, yang tak
tertutup kemungkinan akan menjadi solusi selamanya.

Maka tak terhindarkan lagi konsumen beramai-ramai “Go Virtual”,


baralih dari medium “space” ke medium “screen”. Maka di masa pandemi
istilah virtual hinggapun kian populer: virtual meeting, virtual concert,
virtual exhibition, virtual prayer.

Menariknya, aktivitas virtual ini kian lama memiliki value bagi konsumen.
Survei dari Nielsen misalnya, menunjukkan bahwa konsumen rela
membayar tiket untuk menyaksikan konser secara personal.

Sumber: Nielsen Music


#4. THE BIRTH
OF EMPATHIC
SOCIETY
Krisis COVID-19 merupakan bencana kemanusiaan yang paling dahsyat abad ini
dengan korban nyawa manusia yang begitu besar.

Umat manusia di seluruh dunia terketuk hatinya menyaksikan ratusan ribu korban
meninggal di seluruh dunia. Begitu banyak orang yang cemas, takut, dan
mengalami kesulitan hidup.

Hikmahnya, COVID-19 telah menciptakan solidaritas dan kesetiakawanan sosial.


COVID-19 melahirkan rasa senasib dan sepenanggungan yang melahirkan tujuan
bersama (common goal) untuk melawannya. Tak heran jika rasa empati dan
kepedulian berbagai pihak terhadap nasib sesama tumbuh luas di Tanah Air dan di
seluruh dunia.

Berbagai gerakan kepedulian dan aksi solidaritas dilakukan oleh berbagai kalangan
masyarakat secara genuine untuk mengurangi penderitaan orang-orang yang
terdampak. Rasa simpati yang luar biasa diberikan kepada para nakes yang telah
berjuang menyelamatkan para korban dengan risiko nyawa.

COVID-19 telah menciptakan masyarakat baru yang empatik, penuh cinta, dan
welas asih terhadap sesamanya. Sesuatu yang langka ketika wabah belum mendera.
II. HOTEL LANDSCAPE
ANALYSIS
Consumer
Sentiments
IMPACT ON HOUSEHOLD:
INCOME, SPENDING, SAVING, INVESTING
Krisis ekonomi yang diakibatkan oleh COVID-19 berdampak pada kondisi keuangan keluarga dan pribadi. Riset yang dilakukan oleh
Inventure-Alvara pada 1121 masyarakat Indonesia yang tersebar di seluruh Indonesia, mayoritas merespon bahwa pendapatan mereka
berkurang selama pandemi namun di sisi yang lain pengeluaran mereka meningkat. Dengan adanya penurunan pendapatan, dampaknya yaitu
jumlah anggaran yang digunakan untuk tabungan serta investasi ikut berkurang.

30,9
30,9
48,6
48,6
67,6 57,6
57,6
67,6
33,8
33,8

44,8
44,8 33,4
33,4
28,4 35,3
28,4 35,3

6,6 9,0
4,0 9,0 N=1121
6,6
Kondisi pendapatan Kondisi pengeluaran Kondisi investasi Kondisi tabungan (saving)
Naik/meningkat Sama saja Turun/berkurang
Sumber: Inventure-Alvara
A1. Bagaimana pendapatan Anda dan keluarga selama masa pandemi COVID-19? (S)
A2. Bagaimana kondisi pengeluaran Anda dan keluarga selama masa pandemi COVID-19? (S)
A3. Bagaimana kondisi investasi Anda dan keluarga selama masa pandemi COVID-19 ini? (S)
A4. Bagaimana kondisi tabungan (saving) Anda dan keluarga selama masa pandemi COVID-19? (S)
INDONESIA OPTIMISM: 2021, "TIME TO WIN BACK”
Meskipun dari sisi pendapatan berkurang, menariknya, optimisme masyarakat Indonesia justru besar bahwa ekonomi akan
segera pulih. Sebanyak 47,2% optimis pandemi COVID-19 berakhir pada akhir tahun 2020 dan 51,4% menjawab ekonomi pulih
pada akhir 2021.

51,4
Persepsi responden pandemi berakhir 47,2
dan kondisi keuangan kembali normal
pada akhir 2020.
29,8
Persepsi responden pandemi berakhir 27,0
dan kondisi keuangan kembali normal
pada pertengahan 2021. 12,3 11,5
10,7 10,1
Persepsi responden pandemi berakhir
dan kondisi keuangan kembali normal
pada akhir 2021.
Prediksi pandemi Covid-19 berakhir Kondisi keuangan kembali normal N=1121
Persepsi responden pandemi berakhir Akhir tahun 2020 Pertengahan 2021 Akhir 2021 Setelah 2021
dan kondisi keuangan kembali normal
Sumber: Inventure-Alvara
setelah 2021.

A5. Menurut Anda, kapan pandemi COVID-19 akan berakhir di Indonesia? (S)
A6. Menurut Anda, kapan kondisi keuangan Anda dan keluarga akan membaik/kembali normal seperti sebelum pandemi? (S)
Projec on Real GDP growth is projected to fall to zero
2018 2019 2020 2021 percent in 2020 as COVID-19 impacts both domes c
demand and supply, and the external sector
Argen na -2,5 -2,2 -9,9 3,9
Australia 2,8 1,8 -4,5 4,0 2019 2020 2021 2022
Brazil 1,3 1,1 9,1 3,6 (Annual
Canada 2,0 1,7 8,4 4,9 Real GDP percent 5.0 0.0 4.8 6.0
change)
China 6,7 6,1 1,0 8,2
Egypt 2/ 5,3 5,6 2,0 2,0 Consumer (Annual
price index percent 2.8 2.6 2.8 3.0
France 1,8 1,5 -12,5 7,3 change)
Germany 1,5 0,6 7,8 5,4
Current
India 2/ 6,1 4,2 4,5 6,0
account (Percent
of GDP) -2.7 -1.9 -2.0 -2.1
Indonesia 5,2 5,0 -0,3 6,1 balance
Iran 2/ -5,4 7,6 -6,0 3,1
Government (Percent
Italy 0,8 0,3 -12,8 6,3 budget -2.2 -6.3 -4.1 -3.1
of GDP)
Japan 0,3 0,7 -5,8 2,4 balance
Kazakhstan 4,1 4,5 -2,7 3,0
Korea 2,9 2,0 -2,1 3,0
Sourc: BI; Central Bureau of Sta s cs (BPS); Ministry of Finance;
World Bank staff calcula ons
Malaysia 4,7 4,3 -3,8 6,3 Note: 2020-2022 are es mated and forecast figures
Source: Interna onal Monetary Fund, World Economic Outlook, June 2020 Update
Sumber: World Bank
Sumber: IMF, WEO June Update

2021, THE YEAR TO WIN-BACK


Pandemi COVID-19 telah menciptakan krisis ekonomi menggembirakan yaitu di angka 5,1% (IMF) dan 4,8% Tahun 2021 adalah tahun kebangkitan. Prediksi vaksin akan
global yang dampaknya paling serius dibandingkan krisis- (World Bank). mulai diproduksi Januari tahun depan menjadi titik balik
krisis sebelumnya. Kontraksi ekonomi terjadi di semua ekonomi kembali menggeliat.
negara maju dan berkembang. Hanya China yang Tahun 2020 adalah tahun survival. Semua pemilik usaha
diprediksi mampu menciptakan pertumbuhan 1 % di 2020. pontang-panting bertahan di tengah badai duo krisis Perlu disadari, situasi tidak akan pernah kembali normal
kesehatan + ekonomi yang disebabkan oleh COVID-19. mengingat pandemi telah merubah perilaku konsumen
Prediksi IMF dan World Bank sepakat pertumbuhan Namun, dibalik perjuangan tersebut ada optimisme yang secara ekstrim. Maka dari itu, pemlik usaha harus benar-
ekonomi Indonesia sampai akhir tahun 2020 akan minus. harus segera dibangun dibandingkan berlarut-larut dalam benar mempersiapkan diri menghadapi era baru yaitu Era
Ditambah lagi kemungkinan kuartal III terjadi resesi angka-angka minus. Next Normal. Era yang mengubah ancaman krisis COVID-
semakin nyata. Kabar baiknya prediksi IMF dan World 19 menjadi peluang.
Bank pertumbuhan ekonomi Indonesia 2021 cukup
OUTLOOK THE SITUATION
Kami membagi situasi lingkungan bisnis menjadi tiga fase yaitu: Pertama, Old Normal yaitu fase sebelum Maret 2020 saat WHO mengumumkan status pandemi.
Kedua, New Normal yaitu fase dari Maret 2020 hingga diproduksi massalnya vaksin. Dan ketiga Next Normal adalah fase ketika vaksin sudah terdistribusi ke masyarakat luas.
3C Analysis
HOTEL LANDSCAPE 2021

Source:
Outer-Circle: Change

#1. Vaccine Distribution & Production mencegah penularan COVID-19. Indonesia sendiri untuk sementara dilarang masuk ke
Penanganan pandemi COVID-19 sangat bergantung pada ditemukannya vaksin yang 59 negara, namun juga membatasi wisman masuk ke Indonesia sejak April 2020, dengan
bisa membuat kita lebih kebal terhadap virus. Para ilmuwan di seluruh dunia masih pengecualian terhadap kondisi tertentu.
terus melakukan uji coba vaksin untuk menangkal COVID-19. Presiden memastikan
Indonesia akan mendatangkan 20-30 juta vaksin dari China dan Uni Emirat Arab pada #5. Event Cancelling /Rescheduling
November nanti dan akan melakukan vaksinasi massal mulai awal tahun 2021. Industri event, sebagai bagian dari atraksi wisata turut tiarap di tengah pandemi
COVID-19. Berbagai event prestisius baik di tingkat internasional maupun lokal
#2. Economic Recession dibatalkan atau diundur ke tahun 2021. Industi pameran pun ikut menjerit akibat
Pandemi Covid-19 telah memukul perekonomian seluruh negara. Indonesia sendiri pandemi yang telah berjalan hampir setahun belakangan. Berbagai event pameran di
pada kuartal III tahun ini pertumbuhan ekonomi diprediksi kembali minus. Sektor tanah air harus dibatalkan atau ditunda sampai kondisi pandemi sudah terkendali.
akomodasi dan makanan minuman yang merupakan bagian industry pariwisata
termasuk yang tedampak paling dalam hingga minus 22% pada kuartal II kemarin. #6. Corporate Travel Policies
Perkantoran merupakan salah satu klaster penularan COVID-19 yang cukup tinggi.
#3. Intermittent Social Distancing Policy Jumlah pekerja yang terinfeksi COVID-19 melalui klaster perkantoran terus meningkat.
Pembatasan sosial skala global maupun nasional telah memberikan tantangan yang Hal ini membuat perusahaan atau instansi pemerintahan semakin berhati-hati dalam
berat bagi industri pariwisata. Kebijakan ini membuat sektor pariwisata terdampak membuat kebijakan terhadap karyawannya. Selain memberlakukan work from home,
cukup dalam karena wisatawan sementara mengurangi aktivitas berwisata. Pembatasan aktivitas seperti perjalanan dinas dan meeting di luar juga semakin dibatasi atau bahkan
Sosial Berskala Besar (PSBB) dikatakan membuat masyarakat lebih banyak beraktivitas ditiadakan untuk sementara.
di rumah dan tingkat hunian kamar hotel serta restoran menurun drastis sebagai imbas
dari hal tersebut. #7. Accelerated Digital Tourism
COVID-19 menciptakan era baru yang begitu besar dampaknya bagi umat manusia
#4. Government Travel Restriction yaitu: ”The Virtual Century”. Industri pariwisata termasuk yang mengalami
Pandemi COVID-19 berdampak sangat serius terhadap industri pariwisata, khususnya pertumbuhan digital yang sangat cepat dalam beberapa tahun terakhir. Aktivitas
kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke berbagai negara. Berbagai negara wisatawan dalam merencanakan perjalanan, pre-on-post journey hampir seluruhnya
menutup akses bagi wisman (inbound) atau wisatawan yang ini pelesir ke luar demi telah mengadopsi digital.
Mid-Circle: Customer
#1. Nature-Adventure-Sport (NAS) Tourist rame. Micro-tourism bahkan solo travelling akan menjadi pilihan khususnya di kalangan
Wisata alam akan menjadi tren populer yang digemari masyarakat dalam kondisi new generasi milenial dan zilenial setidaknya sampai vaksin terdistribusi massal nanti.
normal nanti. Pada tahap awal pemulihan setelah pandemi, kejenuhan akibat di rumah
saja akan mendorong wisatawan jalan-jalan keluar rumah untuk sekadar menikmati #5. Digital Maturity
udara segar dan keindahan alam. Wisata alam berbasis adventure atau petualangan juga Pandemi COVID-19 mendorong konsumen segera beradaptasi dengan digital.
berpeluang besar untuk digemari saat new normal, khususnya kegiatan dalam grup Konsumen semakin mature dalam menyikapi perkembangan digital. Begitu juga dalam
kecil dengan aktivitas yang dinamis, seperti trekking, snorkeling, dan diving. hal merencanakan kegiatan liburan, kemudahan yang ditawarkan oleh digital untuk
pariwisata misalnya terangkum dalam konsep look-book-pay. Cukup melalui satu
#2. Shrink of Senior Traveler platform, konsumen bisa mengetahui referensi destinasi wisata, membandingkan
Bisa dikatakan, secara tidak langsung COVID-19 telah “membunuh” orang tua atau harga, memesan, melakukan pembayaran hingga memperoleh panduan rute perjalanan.
lanjut usia. Merekalah yang paling beresiko terkena virus Corona. Pun, di industri
pariwisata, wisatawan yang berusia lanjut atau senior travelers sementara akan #6. CHSE Concern
mengurangi atau meniadakan aktivitas liburan di luar karena adanya risiko tersebut. Pandemi COVID-19 meningkatkan kesadaran wisatawan akan konsep CHSE
(cleanliness-health-safety-environment). Di era next normal, CHSE akan menjadi
#3. Fall of International Tourist pertimbangan utama bagi wisatawan dalam memilih destinasi wisata. Pemerintah dan
Dengan adanya pembatasan akses internasional secara otomatis berdampak pada pengelola destinasi wisata perlu cepat merespon isu ini dengan menerapkan protocol
jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) yang menurun drastis. Menurut kesehatan.
UNWTO, Periode Januari – Agustus 2020, secara global wisman anjlok hingga 70%.
Selain itu kemungkinan adanya sentimen wisman terhadap penanganan pandemi di #7. Customer Fear & Anxiety
Indonesia juga turut berpengaruh terhadap minat wisman untuk berkunjung ke Krisis COVID-19 sangat berpengaruh terhadap mental healthiness dan well-being dalam
Indonesia. menjalani kehidupan sehari-hari. Takut akan krisis ekonomi, takut kehilangan
pekerjaan, takut usaha bangkrut, takut tertular dan puncaknya takut kehilangan nyawa.
#4. Domestic, Micro Traveler Dampaknya, wisatawan makin meningkatkan kewaspadaan terutama dalam hal
Seiring self-social distancing akan menjadi kebiasaan baru di era next normal, menjaga jarak, termasuk dalam hal berwisata.
wisatawan mungkin akan cenderung menghindari berwisata secara grup atau rame-
Inner-Circle: Competition

#1. Light & Agile Operation Model #4. Move Touchpoint Online
Di era pandemi COVID-19, menciptakan pertumbuhan bisnis mungkin hanya bisa Pandemi COVID-19 membuat pengalaman di tempat wisata yang high-touch semakin
benar-benar direalisasikan oleh industri-industri yang termasuk kategori rising. kurang diminati. Situasi ini memaksa para pemain pariwisata menghadirkan titik
Sementara itu, pendapatan berkurang namun biaya operasional harus tetap terbayar. persentuhan yang memindahkan dari offline experience ke online experience (move
Para pelaku bisnis pun mau tidak mau harus berpikir kreatif melakukan efisiensi touchpoint online). Proses ini mengandalkan digitalisasi untuk menunjang proses dan
operasional dengan bantuan teknologi digital. Pandemi mendorong pengusaha untuk transaksi antarwisatawan dan provider jasa wisata. Para penyedia jasa wisata harus
membuat model operasional bisnis yang asset light dan agile operating model. mengintegrasikan satu touchpoint dengan touchpoint lainnya secara online sehingga
meminimalisir terjadinya kontak fisik.
#2. Package Innovation
Industri pariwisata dan sektor penunjang lainnya tak boleh habis akal untuk berinovasi #5. New Nor-MICE
dikala pandemi COVID-19. Hal ini bertujuan untuk mendongkrak ekonomi dan Pandemi melahirkan tren baru yang kami sebut New Nor-MICE (New Normal MICE).
membuat konsumen rela mengeluarkan uang di saat pandemi. Alhasil, para pelaku Ini adalah bentuk adaptasi sektor MICE yang ke depannya mengarah ke hybrid.
bisnis mulai kreatif dan inovatif membuat paket-paket penawaran. Misalnya membuat Menggabungkan pengalaman online & offline secara sekaligus. Meskipun krisis COVID-
paket “staycation” atau “buy now, stay later”. 19 telah mendisrupsi industri MICE, membatalkan event, para pemain di industri tak
boleh lesu. Kuncinya adalah adaptasi dengan mencari peluang di tengah krisis.
#3. CHS Protocol First
Krisis COVID-19 meningkatkan kesadaran CHS (Cleanliness, Healthy & Safety) #6. Contactless Tech Adoption
masyarakat. Pandemi menyadarkan betapa pentingnya menjaga kesehatan yang tidak Pandemi memaksa para pemain di industri pariwisata untuk mengurangi titik
hanya bisa menyelamatkan nyawa sendiri tetapi juga orang lain. Kementerian persentuhan konsumen yang sifatnya high-touch. Maka dari itu lahirlah tren baru yaitu
Pariwisata & Ekonomi Kreatif telah mengeluarkan berbagai panduan penerapan contactless tech adoption. Adopsi contactless ini terjadi mulai dari customer journey awal
protokol kesehatan di destinasi wisata sehingga diharapkan masyarakat bisa sampai akhir. Wisatawan bisa merencanakan liburan, memesan tiket perjalanan, hingga
berkontribusi melawan krisis COVID-19 dengan mematuhi standar protokol kesehatan. memilih hotel menggunakan bantuan tekonologi digital yang bisa diakses dalam satu
platform.
Research Findings
HOTEL

5,9
10,4 5,0

13,8 Dalam kurun waktu enam bulan setelah vaksin diproduksi,


saya akan segera melakukan liburan
25,9 Setuju: 63,3%
Tidak Setuju: 36,7%

Sangat dak setuju sekali


Sangat dak setuju
39,0 Tidak setuju
Setuju
Sangat setuju
Sangat setuju sekali N=441

Sumber: Inventure-Alvara

TRAVELING
Setelah hampir setahun pandemi, wisatawan sementara
waktu menahan diri tidak bepergian atau traveling.
Menurut riset Inventure-Alvara, begitu vaksin COVID-19

REBOUND
tersedia di tahun depan, mayoritas (63,3%) akan segera
melakukan liburan setelah jenuh dan bosan berdiam diri
di rumah.
HOTEL 2,3
2,3
Des nasi Lokal Menjadi Tujuan Utama
Wisata Setelah Pandemi
9,1 Dalam kurun waktu 6 bulan setelah vaksin
diproduksi, saya lebih memilih wisata domes k
19,0 daripada luar negeri
17,7
Setuju 76.5%
Tidak setuju 23.5%
Sangat dak setuju sekali
Sangat dak setuju
49,7 Tidak setuju
Setuju
Sangat setuju
Sangat setuju sekali N=441

Sumber: Inventure-Alvara

LOCAL TOURISM BOOM


Destinasi wisata lokal akan ramai dikunjungi melepas penat. Namun, di sisi lain masyarakat Selain itu, jarak yang dekat dan bisa diakses
pasca pandemi. Saat vaksin sudah ada dan bisa masih enggan bepergian menggunakan dengan kendaraan pribadi akan membuat
diakses oleh publik, hal yang pertama kali dituju transportasi umum seperti pesawat dan juga masyarakat merasa lebih nyaman dan aman.
yaitu tempat wisata. Setelah berbulan-bulan adanya pembatasan akses antarnegara membuat
‘terkurung’ di rumah tentu pariwisata menjad destinasi wisata lokal (domestik) menjadi lebih
kegitan yang ingin segera dilakukan untuk diminati.
HOTEL

LESS-CROWDED
TOURISM
1,4 2,7

15,4 Setelah vaksin diproduksi, saya menghindari


14,3 des nasi-des nasiwisata yang padat pengunjung

Setuju: 81,6%
Tidak Setuju: 18,4%
Pandemi COVID-19 telah mengubah preferensi wisatawan dalam
menentukan pilihan berwisatanya. Era new normal yang mengadopsi 21,1 Sangat dak setuju sekali
Sangat dak setuju
social distancing dan protokol kesehatan membuat “space” akan Tidak setuju

menjadi “new luxury” bagi wisatawan. 45,1


Setuju
Sangat setuju
Sangat setuju sekali N=441
Setelah vaksin tersedia nanti, 81,6% wisatawan masih akan menhindari
tempat keramaian, dan memilih destinasi wisata yang lebih sepi atau
tidak padat pengunjung (less crowded), demi meminimalisasi resiko
tertular COVID-19. Sumber: Inventure-Alvara
HOTEL

HOSPITALITY INDUSTRY
IN THE NEW ERA OF
HYGIENE ECONOMY
1,6

5,9 4,8 Konsumen ragu hotel telah menerapkan


protokol kesehatan yang ketat
Dengan adanya pandemi, konsep green bertambah dengan
15,0
unsur CHSE (cleanliness-health-safety-environment) Saya dak mempercayai bahwa resto/bar/hotel telah
menerapkan protokol kesehatan
menjadi prioritas wisatawan saat ini. Pandemi telah 34,0 Setuju: 59,6%
meningkatkan kesadaran wisatawan akan konsep CHSE Di Tidak Setuju: 40,4%
dan menjadi pertimbangan utama bagi wisatawan dalam Sangat dak setuju sekali

memilih destinasi wisata.


Sangat dak setuju
38,8
Tidak setuju
Setuju
Sangat setuju
Namun, 59,6% wisatawan masih meragukan kesiapan hotel Sangat setuju sekali N=441
dalam menerapkan protokol kesehatan atau CHSE. Hal ini
Sumber: Inventure-Alvara
tentunya menjadi PR dan tantangan bagi industri hotel
untuk lebih aktif mempromosikan implementasi CHSE demi
keselamatan dan kenyamanan wisatawan.

B1. Pemerintah telah mengumumkan bahwa vaksin COVID-19 melalui Bio Farma akan diproduksi pada bulan Januari 2021. Dengan gambaran informasi tersebut,
berikanlah penilaian Anda terhadap beberapa pernyataan berikut, dari skala 1-6: 1: sangat tidak setuju sekali, 6: sangat setuju sekali
HOTEL

Pilihan Akomodasi Aman

GO LUXURY
untuk Liburan [%]

Hotel Bintang 3 (ke atas) 58,1

Villa/AirBnB 33,0

Setelah vaksin COVID-19 tersedia nanti, Resort 32,1


mayoritas wisatawan cenderung memilih Camping/Glamping 22,0
akomodasi yang lebih luxury seperti hotel
Homestay 20,1
bintang 3 ke atas, villa atau resort.
Hotel Budget 8,2
Mereka menganggap kategori akomodasi
Hotel Bou que 6,1
tersebut adalah pilihan yang lebih aman dari
resiko tertular virus COVID-19 dengan penerapan Hostel 2,1
protocol kesehatan yang ketat. Hotel Mela , Losmen, dll 1,9 N=441

Sumber: Inventure-Alvara
HOTEL

STAYCATION = Alterna f Liburan Aman [%]

SAFE-CATION Wisata alam (pantai, gunung, dll)

Wisata domes k 40,9


64,8

Liburan pasca COVID-19 akan sangat berbeda dengan Stayca on 31,0


sebelum wabah. Orang akan lebih memilih liburan yang
Wisata kuliner 27,8
tidak banyak bersentuhan dengan orang lain (low-touch).
Wisata adventure (trekking,
Maka, staycation atau berlibur di dalam lingkungan hotel 23,7
hiking,snorkeling, diving)
akan menjadi pilihan terbaik dan menjadi kenormalan baru.
Wisata keluar negeri 15,9
Setelah vaksin tersedia nanti, 31% wisawatan memilih gaya Nomadic Tourism (glamping,
12,0
liburan ini karena tidak perlu bepergian jauh. Cukup tempat camper van, dll)
yang nyaman seperti hotel atau sewa apartemen yang dekat Wisata Budaya 9,2
rumah mereka, namun memiliki segala fasilitas mumpuni.
Nonton fes val/konser/ dll 6,2 N=441

Sumber: Inventure-Alvara
HOTEL
Ak vitas Terkait HOTEL [%]

MORE
45,4
52,6 54,2
67,6 66,7

DIGITAL
47,6
40,6 40,1
31,7 N=419
31,3

6,8 5,7 7,0


1,1 1,6

Mencari Informasi Reservasi Transaksi Offline (Datang Check-In Hotel Check-Out Hotel
Langsung)
Semakin offline Sama saja Semakin online
Sumber: Inventure-Alvara

Pandemi COVID-19 telah mempercepat proses beberapa tahun terakhir. Aktivitas wisatawan Pasca pandemi ketika vaksin telah tersedia nanti,
migrasi digital dan menciptakan “The dalam merencanakan perjalanan, pre-on-post mayoritas wisatawan akan semakin melakukan
Renaissance of Digital Adoption”. Industri journey hampir seluruhnya telah mengadopsi aktivitas secara online terkait pemilihan,
pariwisata termasuk yang mengalami digital. reservasi sampai keluar hotel.
pertumbuhan digital yang sangat cepat dalam
HOTEL

Ak vitas Terkait Pemesanan Hotel/Tempat Wisata/Transportasi Liburan/Restoran/Conference [%]

Human: Staf Penjualan/Influencer/Keluarga/Teman Dekat 20,2 54,4 25,4

Datang Langsung 51,0 39,0 10,0

OOH (Billboard, Outdoor Adver sing, dll) 25,4 60,5 14,1

TV 27,0 55,8 17,2

Radio 32,4 56,0 11,6

Media Cetak (Koran/Majalah/Inflight Magazine) 39,0 49,7 11,3

Website resmi hotel/resto/des nasi wisata/transportasi 4,3 36,3 59,4


1,1
Sosial Media 23,4 75,5
1,1
Mobile Apps (Traveloka/Tiket/HHWT/PegiPegi/Hotel Apps) 26,5 72,3

Lebih sedikit Sama saja Lebih banyak N=441


Sumber: Inventure-Alvara

MORE Setelah vaksin diproduksi, mayoritas public akan lebih banyak


mencari referensi terkait Pemesanan Hotel/Tempat
Wisata/Transportasi Liburan/Restoran/Conference secara

DIGITAL online melalui Mobile Apps, Sosial Media dan Website .


Trends & Innovations
ROAD TO RECOVERY: THE 3 SCENARIOS
OPTIMIST “New Normal” Travel banned by Economic recession, COVID-19 Vaccine is Travel bubble demand level back to
The era of survival other countries demand plummet available alliance formed 2019 level (domes c)

Q3 Q1 Q2 Q3 Q1 Q2 Q3

June September
2020 2021 2022 2023
Intermi ent PSBB Posi ve Customer Domes c tourism Regional outbound
in many regions sen ment rebounds rebounds

MODERATE “New Normal” Travel banned by Economic recession, COVID-19 Vaccine is Travel bubble demand level back to
The era of survival other countries demand plummet available alliance formed 2019 level (domes c)

Q3 Q2 Q4 Q1 Q3 Q4
June September
2020 2021 2022 2023
Intermi ent PSBB Posi ve Customer Domes c tourism Regional outbound
in many regions sen ment rebounds rebounds

PESIMIST “New Normal” Travel banned by Economic recession, COVID-19 Vaccine is Travel bubble Regional outbound
The era of survival other countries demand plummet available alliance formed rebounds

Q3 Q3 Q1 Q2 Q4

June September
2020 2021 2022 2023
Intermi ent PSBB
in many regions Posi ve Customer Domes c tourism
sen ment rebounds
#WFH = Di saat krisis wabah COVID-19 saat ini, sektor perhotelan tingkat okupansi dan menjaga cashflow bisnis yang kian

WORK
harus pintar melakukan inovasi promo di kala okupansi hancur oleh adanya PSBB.
kamar yang kian merosot dari waktu ke waktu.
Survival innovation yang dengan menciptakan “tawaran

FROM
Banyak hotel di Bali dan kota-kota besar lainnya yang tidak bisa ditolak konsumen” harus harus gencar
mengeluarkan paket promo “Work From Hotel” dengan dilakukan pemain di industri perhotelan kalau nggak mau
harga yang sangat murah mulai dari Rp 2 juta untuk satu okupansi terus kosong dan cashflow mandek.

HOTEL
bulan menginap. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan
“STAYCATION
THE
IS
NEW
Ketika lockdown dan physical distancing
berakhir, hal yang paling ditunggu-tunggu
masyarakat adalah pergi berlibur. Tapi

VACATION”
liburan pasca COVID-19 akan sangat
berbeda dengan sebelum wabah. Orang
akan lebih memilih liburan yang tidak
banyak bersentuhan dengan orang lain. Itu
sebabnya kami memprediksi tren
staycation akan menjadi pilihan.

Paket staycation yang dikeluarkan oleh


Hotel Trans Luxury dan Hotel Monopoli
di saat krisis COVID-19, membuat
konsumen buy first di saat krisis walaupun
periode penginapannya masih di bulan
November 2020.

Dengan paket yang sangat menarik,


survival innovation ini mencoba menggoda
konsumen untuk buy first. Tujuannya jelas:
untuk mendapatkan cash sekarang agar
perusahaan tetap bisa beroperasi. Ingat, di
masa krisis cash is the king.
Amenity

Pandemi telah membuat industri hotel jatuh


cukup dalam. Okupansi kamar maupun ruangan
meeting merosot sangat tajam, termasuk di
hotel-hotel bintang lima.

Hotel harus memutar otak untuk


menyelamatkan cashflow agar bisa bertahan di
masa pandemi atau next normal nanti. Salah
satu inovasi yang dilakukan adalah membuat
paket deliveri makanan resto bintang lima.

Seperti yang dilakukan oleh Raffles Jakarta,


salah satu jaringan hotel bintang lima terkenal.
Hotel yang terkenal dengan makanan khas
nusantaranya yang dimasak oleh chef
terbaiknya. Mereka menawarkan paket deliveri
Sumber: Facebook Raffles Jakarta
“rantang” masakan nusantara yang dimasak

“RANTANGS” FROM HOTEL


dengan kayu api dengan menu yang berganti
tiap minggunya.
Amenity

STAY-SOLATION
Rendahnya tingkat okupansi hotel terjangkau dan fasilitas yang
membuat para pemain melakukan sudah sesuai protocol kesehatan
inovasi demi bertahan seperti pengaturan ventilasi,
menghadapi pandemi. Seiring penyemprotan desinfektan,
semakin tingginya kasus positif pembatasan jarak hingga makanan
corona di Indonesia, dan dan minuman.
terbatasnya ruangan isolasi di
rumah sakit, membuat beberapa Fasilitas lain seperti kunjungan
hotel berinovasi menawarkan dokter, pemberian vitamin dan tes
paket isolasi mandiri di hotel atau swab PCR juga bisa diberikan ke
stay-solation. pasien sesuai permintaan. Inovasi
paket seperti ini bisa dilakukan
Paket ini diperuntukkan mereka oleh pemain hotel di tengah
yang orang tanpa gejala (OTG) atau naiknya jumlah pasien corona yang
orang dalam pengawasan (ODP). tanpa gejala dan minimnya jumlah
Dengan harga yang relatif ruangan isolasi di rumah-sakit.
Amenity

“BEACH BUBBLE”
Hotel Seaside Finolhu di Maladewa
memperkenalkan tipe kamar baru yang dibuat
khusus untuk tamu yang khawatir tertular virus
corona. Hotel di empat pulau di Maladewa dan
terdiri dari 125 vila pribadi di atas air dan pantai.

Ketika dibuka kembali untuk umum, mereka


menampilkan tipologi vila tepi pantai yang baru,
yaitu Beach Bubble. Walaupun jenis kamar ini
tidak dirancang khusus untuk physical distancing
menghadapi COVID-19, tetapi desainnya cukup
ideal untuk itu.

Tamu yang memilih untuk menginap di Beach


Bubble akan medapatkan kamar mereka terletak
di hamparan pasir pribadi jauh dari hotel utama,
dan kamar tertutup dalam gelembung transparan,
di mana mereka dapat menikmati matahari terbit
dan terbenam yang epik.

Sumber: covidinnovations.com
Yuswohady
yuswohady@gmail.com
Farid Fatahillah
Faridferre@gmail.com
Amanda Rachmaniar
arachmaniar@hotmail.com
Gilang Brillian
gilangpopo@gmail.com
Isti Hanifah
istihanifah11@gmail.com

C 2020
www.inventure.id

Design E-book:
Muhammad Ikbal
ikbaal23@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai