COFFEE
INDUSTRY
OUTLOOK
2021
YUSWOHADY | AMANDA RACHMANIAR | FARID FATAHILLAH
GILANG BRILLIAN | ISTI HANIFAH
CONTENT
I. INTRODUCTION: 3M ANALYSIS
- Mega Changes
- Macro Changes
- Micro Changes
GOVERNMENT
(MIS) LEADERSHIP
Mega Changes
I. MEGA: THE 6 FORCES OF CHANGE
COVID-19 PROPAGATION
& VACCINE AVAILABILITY
GOVERNMENT
(MIS) LEADERSHIP
#1. COVID-19 PROPAGATION
& VACCINE AVAILABILITY
Berbeda dengan perubahan-perubahan industri
sebelumnya, di tahun 2021 perubahan industri sangat
ditentukan oleh penyebaran virus dan kemampuan
pemerintah dalam memproduksi dan
mendistribusikan vaksin kepada seluruh
warganegara.
Faktor ini menjadi "vital driver of change" karena
sejauh penyebaran virus tak bisa dihentikan dan
vaksin penangkal tak urung dikembangan, maka
seluruh elemen perekonomian, industri, dan bisnis
akan tetap lumpuh tak berdaya.
Namun begitu muncul titik terang vaksin diproduksi
dan didistribusikan, maka sentimen konsumen akan
cepat pulih, spending masyarakat (khususnya kelas
menengah) mulai bangkit, dan perekonomian
kembali menggeliat.
#2. SOCIETAL ANXIETY
Pandemi menimbulkan luka yang akut dan
kecematan luar biasa di kalanagan konsumen dan
masyarakat. Mereka takut dan cemas kehilangan
nyawa ("Fear of Death"), kehilangan pekerjaan dan
jatuh miskin ("Fear of Economic"), dan kehilangan
kehidupan sosial, harapan, kebergunaan ("Fear of
Actualization").
Ketakutan dan rasa cemas itu terjadi di tingkat
individu (personal) tapi kemudian bermetamorfosis
dan menjelma menjadi keresahan komunal (societal)
yang berujung pada berbagai persoalan sosial seperti
keputusasaan, isolasi, depresi, kejahatan, kenekatan,
hingga ekstrimisme.
Negara juga bisa semena-mena akan melarang orang asing masuk dengan
alasan perlindungan warganegara. Sebut saja ini: "Coronationalism".
Maka tak terhindarkan pandemi mendorong kohesi di dalam negara akan
meningkat, sebaliknya friksi antarnegara akan menguat. Pandemi adalah
antitesis globalisasi.
#4. GOVERNMENT
Beberapa negara sukses menangani krisis
pandemi seperti Selandia Baru, Taiwan, atau
Korea Selatan, namun sebagian besar negara di
(MIS) LEADERSHIP
dunia gagal menanganinya termasuk Indonesia.
Bukan suatu hal yang aneh karena pandemi
datang begitu cepat dan semua negara
gelagapan meresponnya: mulai dari kebijakan
PSBB/lockdown, antisipasi darurat
perlengkapan dan infrastruktur kesehatan,
menangani krisis ekonomi, hingga
produksi/distribusi vaksin.
Kini leadership para pemimpin negara di
seluruh dunia diuji. Efektif tidaknya
kepemimpinan mereka menangani krisis
COVID-19 akan menentukan cepat tidaknya
pemulihan ekonomi, industri, dan bisnis.
#5. GLOBAL Sebelum pandemi, sistem produksi global mengalami
SUPPLY-CHAIN
globalisasi dimana rantai pasok produksi tersebar di
berbagai untuk memanfaatkan spesialisasi, skala ekonomi,
pasok tenaga kerja, kedekatan dengan bahan baku, maupun
kedekatan pasar akhir.
DISRUPTION
Namun dengan adanya pandemi, maka kondisinya berbalik.
Memiliki rantai pasok tersebar di berbagai belahan dunia
membawa risiko kritikal ketika arus barang melintas negara
mengalami bottleneck.
CONSUMER
GO GO
CONFIDENTIAL GO DIGITAL DIGIWHERE
COVID-19
MEGASHIFTS GO
OMNI
GO
CONTACTLESS
Sumber: Nippon.com
#2. LOW-
TOUCH
Di masa pandemi kontak fisik akan
dihindari karena menjadi sumber
penularan COVID-19 yang massif.
Maka sifatnya high-touch seperti
hospitality & tourism harus
bertransformasi menjadi low-touch.
Maka digital menjadi solusi
sementara sekaligus selamanya.
Sumber: lowtoucheconomy.com
Ketika kerumunan orang (crowd) kian Untuk menghadapinya, digital dan
#3. LESS-
dihindari di era pandemi, maka industri- pengalaman online akan menjadi solusi
industri yang mengandalkan kerumunan sementara di masa transisi. Namun hybrid
massa seperti MICE (Meeting, Incentive, operating model yang menggabungkan
CROWD
Conference, Exhibition), transportasi publik, aktivitas fisik dan virtual akan menjadi solusi
bisnis pertunjukan, airport, hingga sport jangka panjang bagi para pelaku di berbagai
harus beradaptasi agar bisa survive. industri yang high-crowd.
Era pandemi adalah era low-mobility.
Masyarakat mengurangi mobilitas karena
semakin mobil, maka semakin besar pula
#4. LOW-MOBILITY
potensi penularan COVID-19.
Sumber: slocat.net
Micro Changes
III. MICRO: THE 4 NEW VALUE PROPOSITIONS
Banyaknya korban nyawa akibat
COVID-19 melahirkan masyarakat
baru yang penuh empa , welas asih,
Dengan adanya COVID-19
dan sarat solidaritas sosial. EMPATHIC konsumen menghindari
SOCIETY kontak fisik manusia, mereka
baralih menggunakan medium
virtual/digital.
THE GO
STAY NEW VALUE VIRTUAL
@ HOME
PROPOSITION
LIFESTYLE
Gaya hidup baru nggal di
rumah dengan ak vitas BACK TO Mengacu ke Piramida Maslow,
working-living-playing, karena THE BOTTOM OF
konsumen kini bergeser kebutuhannya
adanya social distancing. THE PYRAMID
dari “puncak piramida” yaitu aktualisasi
diri dan esteem ke “dasar piramida”
yaitu makan, kesehatan, dan keamanan
jiwa-raga.
STAY @ HOME ECONOMY
#1. STAY @ HOME The FALL & the RISE
LIFESTYLE
Food
MICE Delivery
/Airlines
citsigoL Logistic/
yrevileD Delivery
etdoom
Bar/oFeR Remote
g neikvriloeW
yrResto D Working
HIGH ecrHotel/
emmocE Grocery/
HIGH
Tourism Ecommerce
gnCinema/
imaertS
mroftalP
Entertainment Y @ HO M Streaming
Services
TA
THE THE
E
S
Penyebaran virus COVID-19 yang masih terus melonjak selama 9 bulan Sport FALL RISE Media &
Telco
terakhir menciptakan gaya hidup baru yang kami sebut: Stay @ Home
ECONOMY
Lifestyle.
Mal/ Online
Retail
MODERATE MODERATE Learning
Gaya hidup baru ini terbentuk karena di era pandemi semua semua Property/
Construction
Home
Fitness
Tak tak menentunya kapan krisis pandemi ini berakhir, gaya hidup baru ini
akan semakin permanen bahkan setelah vaksin diproduksi dan
Manufacturing Insurance
Stay @ Home Lifestyle akan memicu terciptanya apa yang kami sebut Stay
Behavioral & Attitudinal Changes Owning to COVID-19
@ Home Economy dimana begitu banyak industri yang berguguran (high-
touch industries) namun di sisi lain tak sedikit industri yang justru Spend most of my me at Home
79%
menikmati pertumbuhan dahsyat (low-touch industries).
Staying 31%
Watch a lot more TV
at Home
Krisis COVID-19 membawa manusia seperti kembali ke zaman purba Impact
Reduced Ea ng out, cooking 43% Nearly 80% Indonesians
dimana hidupnya hanya di “gua”, yaitu rumah mereka. Welcome stay @ more
spending Most of their
home economy.
Total Big Ci es Small Ci es Time at home!
Sumber: Kantar Indonesia
#2. BACK TO THE BOTTOM
OF THE PYRAMID
Kami di Inventure menyebut masa sebelum Maret 2020 saat
WHO menetapkan COVID-19 sebagai bencana pandemi sebagai
T
EN
era “Leisure Economy” dimana kebutuhan konsumen bergerak
ILM
PANDEMIC
ECONOMY
LF
cepat menuju puncak piramida Maslow yaitu Self Esteem dan A er
FO
SELF
Self Actualization. March 2020
LF
ACTUALIZATION
SE
GP TO THE TOP
Pasca Maret 2020, secara mendadak umat manusia dipaksa
GI
memasuki era “Pandemic Economy” dimana kebutuhan
LO
konsumen berbalik arah dari awalnya “go to the top”, menaiki
HO
YC
piramida Maslow menjadi “back to the bottom” menuju dasar SAFETY & SECURITY
PH
piramida.
SAFETY & SECURITY
S
ED
Health | Security | Employment | Free of Fear
Dengan merebaknya virus, kebutuhan-kebutuhan Self Esteem
NE
LEISURE
SIC
dan Self Actualization menjadi tidak prioritas lagi. Konsumen ECONOMY
PHYSIOLOGICAL NEEDS
BA
Before
kembali ke kebutuhandasar yaitu Safety (health), Security (free of March 2020 Food | Cloth | Shelter
fear, employment), dan Physiological Needs (food, cloth, shelter).
Menariknya, aktivitas virtual ini kian lama memiliki value bagi konsumen.
Survei dari Nielsen misalnya, menunjukkan bahwa konsumen rela
membayar tiket untuk menyaksikan konser secara personal.
Umat manusia di seluruh dunia terketuk hatinya menyaksikan ratusan ribu korban
meninggal di seluruh dunia. Begitu banyak orang yang cemas, takut, dan
mengalami kesulitan hidup.
Berbagai gerakan kepedulian dan aksi solidaritas dilakukan oleh berbagai kalangan
masyarakat secara genuine untuk mengurangi penderitaan orang-orang yang
terdampak. Rasa simpati yang luar biasa diberikan kepada para nakes yang telah
berjuang menyelamatkan para korban dengan risiko nyawa.
COVID-19 telah menciptakan masyarakat baru yang empatik, penuh cinta, dan
welas asih terhadap sesamanya. Sesuatu yang langka ketika wabah belum mendera.
II. RESTO & COFFEE LANDSCAPE
ANALYSIS
Consumer
Sentiments
IMPACT ON HOUSEHOLD:
INCOME, SPENDING, SAVING, INVESTING
Krisis ekonomi yang diakibatkan oleh COVID-19 berdampak pada kondisi keuangan keluarga dan pribadi. Riset yang dilakukan oleh
Inventure-Alvara pada 1121 masyarakat Indonesia yang tersebar di seluruh Indonesia, mayoritas merespon bahwa pendapatan mereka
berkurang selama pandemi namun di sisi yang lain pengeluaran mereka meningkat. Dengan adanya penurunan pendapatan, dampaknya yaitu
jumlah anggaran yang digunakan untuk tabungan serta investasi ikut berkurang.
30,9
30,9
48,6
48,6
67,6 57,6
57,6
67,6
33,8
33,8
44,8
44,8 33,4
33,4
28,4 35,3
28,4 35,3
6,6 9,0
4,0 9,0 N=1121
6,6
Kondisi pendapatan Kondisi pengeluaran Kondisi investasi Kondisi tabungan (saving)
Naik/meningkat Sama saja Turun/berkurang
Sumber: Inventure-Alvara
A1. Bagaimana pendapatan Anda dan keluarga selama masa pandemi COVID-19? (S)
A2. Bagaimana kondisi pengeluaran Anda dan keluarga selama masa pandemi COVID-19? (S)
A3. Bagaimana kondisi investasi Anda dan keluarga selama masa pandemi COVID-19 ini? (S)
A4. Bagaimana kondisi tabungan (saving) Anda dan keluarga selama masa pandemi COVID-19? (S)
INDONESIA OPTIMISM: 2021, "TIME TO WIN BACK”
Meskipun dari sisi pendapatan berkurang, menariknya, optimisme masyarakat Indonesia justru besar bahwa ekonomi akan
segera pulih. Sebanyak 47,2% optimis pandemi COVID-19 berakhir pada akhir tahun 2020 dan 51,4% menjawab ekonomi pulih
pada akhir 2021.
51,4
Persepsi responden pandemi berakhir 47,2
dan kondisi keuangan kembali normal
pada akhir 2020.
29,8
Persepsi responden pandemi berakhir 27,0
dan kondisi keuangan kembali normal
pada pertengahan 2021. 12,3 11,5
10,7 10,1
Persepsi responden pandemi berakhir
dan kondisi keuangan kembali normal
pada akhir 2021.
Prediksi pandemi Covid-19 berakhir Kondisi keuangan kembali normal N=1121
Persepsi responden pandemi berakhir Akhir tahun 2020 Pertengahan 2021 Akhir 2021 Setelah 2021
dan kondisi keuangan kembali normal
Sumber: Inventure-Alvara
setelah 2021.
A5. Menurut Anda, kapan pandemi COVID-19 akan berakhir di Indonesia? (S)
A6. Menurut Anda, kapan kondisi keuangan Anda dan keluarga akan membaik/kembali normal seperti sebelum pandemi? (S)
Projec on Real GDP growth is projected to fall to zero
2018 2019 2020 2021 percent in 2020 as COVID-19 impacts both domes c
demand and supply, and the external sector
Argen na -2,5 -2,2 -9,9 3,9
Australia 2,8 1,8 -4,5 4,0 2019 2020 2021 2022
Brazil 1,3 1,1 9,1 3,6 (Annual
Canada 2,0 1,7 8,4 4,9 Real GDP percent 5.0 0.0 4.8 6.0
change)
China 6,7 6,1 1,0 8,2
Egypt 2/ 5,3 5,6 2,0 2,0 Consumer (Annual
price index percent 2.8 2.6 2.8 3.0
France 1,8 1,5 -12,5 7,3 change)
Germany 1,5 0,6 7,8 5,4
Current
India 2/ 6,1 4,2 4,5 6,0
account (Percent
of GDP) -2.7 -1.9 -2.0 -2.1
Indonesia 5,2 5,0 -0,3 6,1 balance
Iran 2/ -5,4 7,6 -6,0 3,1
Government (Percent
Italy 0,8 0,3 -12,8 6,3 budget -2.2 -6.3 -4.1 -3.1
of GDP)
Japan 0,3 0,7 -5,8 2,4 balance
Kazakhstan 4,1 4,5 -2,7 3,0
Korea 2,9 2,0 -2,1 3,0
Sourc: BI; Central Bureau of Sta s cs (BPS); Ministry of Finance;
World Bank staff calcula ons
Malaysia 4,7 4,3 -3,8 6,3 Note: 2020-2022 are es mated and forecast figures
Source: Interna onal Monetary Fund, World Economic Outlook, June 2020 Update
Sumber: World Bank
Sumber: IMF, WEO June Update
HYGIENE
ECONOMY Di masa pandemi resto/FnB harus bisa hidup
dan beradaptasi di lingkungan 3 ekonomi:
Hygiene Economy dimana cleanliness,
healthiness, dan safey menjadi penentu
krusial. Low-Touch Economy dimana operasi
resto (front-end maupun back-end) harus
RESTO memperkecil persentuhan fisik. Dan Less-
BUSINESS Crowd Economy dimana jaga jarak menjadi
sebuah keharusan untuk mengurangi risiko
penularan COVID-19.
LESS-CROWD LOW-TOUCH
ECONOMY ECONOMY
Source:
RESTO & COFFEE LANDSCAPE 2021
R CIRCLE: CHANGES
OUTE
CHSE Digital
Concern Maturity
Menu Contactless
Innova on RESTO Automated
Solu on
BUSINESS
Tourism Government
Fast- Food
Disaster Casual @Home Mislead
Dining Lifestyle
Digi zed Ghost
CX Kitchen
Model
*CHS: Cleanliness More
Healthiness Value Oriented
Safety Take-away Drive-Thru
Services (curbside
pickup)
Food Accelerated
Supply-chain Digital Economy
Disrup on
Source:
Outer-Circle: Change
SAFETY ASSURANCE
BECOMES VALUE
PROPOSITION
Pandemi mendorong konsumen lebih aware dengan
konsep higienitas. Kedepannya, kebersihan dan higienitas 1,6
4,8
Sumber: Inventure-Alvara
RESTO & COFFEE Digitalisasi Resto di Era Pandemi
43,3
51,5
66,7
75,1
48,3
42,6
29,5
23,4
3,9 5,9 8,4
1,6 N=419
Mencari Informasi Reservasi Memilih Menu Transaksi Offline (Datang
Langsung)
Semakin offline Sama saja Semakin online
Sumber: Inventure-Alvara
36,3
27,0
18,9
16,7
N=441
Kopi sachet Kopi kemasan Kopi literan Biji kopi Paket manual
brew
Sumber: Inventure-Alvara
RESTO & COFFEE 54,5%
54,2%
52,7% 52,1%
49,6% 49%
DEMAND BEHIND
38,1% 38,7% 37,7%
36,9%
THE CRISIS
Selain mal dan pusat perbelanjaan, Fakta ini menjadi angin segar bagi para
peningkatan aktivitas juga terjadi untuk pemilik bisnis resto dan FnB Dibalik krisis
dine-in restoran. Peningkatan tertinggi ekonomi akibat COVID-19, demand Fast Food General Local Other Specialty
83,46%
80,59%
79,00%
Kedepannya, konsumen akan semakin responsible jumlah lonjakan kasus belum melandai. Semakin pola keseharian dan menjadi kebiasaan baru yang
(bertanggung jawab). Patuh terhadap standar protokol banyak kasus terkonfirmasi menandakan bahwa mengedepankan CHS (Cleanliness, Healthiness, Safety).
kesehatan bukan lagi dilihat sebagai persebaran virus sudah menyerang orang terdekat
instruksi/himbauan melainkan kesadaran diri. kita. Kebiasaan ini tidak akan hilang meskipun vaksin sudah
ada. Ketika kesadaran ini telah menjadi kesadaran
Kesadaran mengikuti protokol kesahatan adalah Dengan begitu, kesadaran untuk patuh dan bahkan bersama maka konsumen pun tidak akan enggan untuk
bentuk menjaga diri sendiri, keluarga dan orang lain meningkatkan standar protokol kesehatan akan dine-in di resto.
dari kontaminasi virus COVID-19. Di Indonesia sendiri, semakin kuat. Hal ini kemudian terinternalisasi dalam
Trends & Innovations
GENERIC RESTO SEGMENTATION
IN THE NEXT NORMAL
Source:
CHS-
Seeker
OFFERING
Value-
Seeker
Ea ng
Experience-
Seeker
*CHS: Cleanliness
Dine-in Delivery
Healthiness Loyalist Enthusiast
Safety
ACCESS
DINE-IN LOYALIST,
VALUE SEEKER
Konsumen di segmen ini lebih mempertimbangkan value
yang cenderung ke harga dan kepraktisan. Harga yang
terjangkau akan menjadi pertimbangan utama.
Sumber: Liputan6
DINE-IN LOYALIST,
EXPERIENCE SEEKER
DINE-IN LOYALIST,
CHS SEEKER
Konsumen di segmen ini sangat menengah ke atas. Selain itu, menu
tertib mengikuti protokol kesehatan resto juga menjadi penting. Resto
saat dine-in di resto. Faktor CHS yang menawarkan menu makanan
(Cleanliness, Healthiness, Safety) sehat seperti Burgreens yang
menjadi faktor pertimbangan utama. menghadirkan makanan dengan
Bahkan konsumen tipe ini tidak bahan dasar plant based bahan
segan untuk menegur apabila resto organik akan booming lebih disukai
tidak memberlakukan protokol karena dianggap dapat mendukung
kesehatan ketat. Umumnya, segmen kesehatan tubuh.
di kategori ini adalah kelas
DELIVERY ENTHUSIAST,
EXPERIENCE SEEKER
Permintaan produk frozen food Kondisi ini dimanfaatkan dengan
semakin meningkat di kala baik oleh Es Teler 77 dan Hokben
konsumen tak bisa dine-in di dengan mengeluarkan varian produk
restoran. Konsumen di segmen ini frozen food dan ready to eat, sebagai
misalnya yaitu emak-emak milenial respon dari tingkat penjualan dine-
yang tidak piawai memasak, in yang terus merosot.
sehingga mereka membutuhkan
resep makanan yang mudah dimasak
(simple cooking).
DELIVERY ENTHUSIAST,
EXPERIENCE SEEKER
Bisnis resto dan kafe merupakan salah satu sektor bisnis yang paling
berdampak dari krisis wabah COVID-19 saat ini, dimana tingkat
penjualan mengalami kemerosotan terutama penjualan dine-in.
Maka dari itu para pelaku bisnis resto terus melakukan berbagai
inovasi untuk menggenjot tingkat penjualan, salah satunya dengan
menghadirkan “resto experience” ke dalam rumah konsumen. Magal,
Raa Cha dan Shabu Jin yang terkenal dengan resto BBQ dan shabu-
shabunya menghadirkan layanan home delivery bertema “BBQ at
home”. Mulai dari bahan makanan, condiment sampai alat masak dan
piringnya semua disediakan dan dikirim ke rumah konsumen.
Di tengah situasi saat ini, para pelaku bisnis resto dan protokol kesehatan. Maka dari itu, memastikan makanan
kafe terus mengembangkan inovasi terbaru mereka, yang mereka pesan minim sentuhan maka layanan yang
salah satunya dengan menerbitkan fitur buy online ditawarkan Gojek yaitu pick-up service akan sangat
pickup in store (BOPIS). Fitur ini awalnya sebagai solusi memudahkan konsumen.
untuk mengurai antrean panjang yang seringkali
membuat konsumen malas untuk membeli produk Selain itu, konsumen tipe ini cenderung akan memesan
makanan/minuman di resto dan kafe favorit mereka. kategori healthy food. Bagi mereka, makanan yang masuk
ke tubuh mereka tidak hanya aman, bersih tetapi juga
Konsumen di segmen ini akan sangat mematuhi standar sehat.
DELIVERY
ENTHUSIAST,
VALUE SEEKER
Layanan online delivery dari platform daring menjadi cloud kitchen model.
penopang bisnis di masa pandemi seperti saat ini.
Namun, permasalahannya, tidak semua pelaku bisnis Seperti contoh, Hangry! bisnis multi-brand restoran
kuliner memiliki fasilitas proper kitchen untuk yang memudahkan konsumen saat memesan makanan.
memenuhi layanan delivery mereka. Cukup memesan di satu tempat, konsumen bisa membeli
makanan dari 3 resto sekaligus. Kepraktisan dan
Alhasil, di era kolaborasi kokreasi saat ini, mendorong menghemat biaya ongkir menjadi value proposition yang
para pemain bisnis kuliner menciptakan inovasi terbaru diinginkan oleh konsumen.
mereka dengan apa yang kami sebut sebagai multibrand-
NEXT NORMAL RESTO
BUSINESS STRATEGY
THE NEW FACES
OF RESTO
O2O
From Offline to Online
From Online to Offline
OFF-ON
PREMISE
Seamless MIX
Omni Experience
THE MILESTONE
OPTIMIZE ALIGN SHORT MID LONG
STORE THE MENU
FOOTPRINT CHS
Conver ng to CHS + V BRANDING
Source:
Delivery/pickup Concern CX & DATA
CHANNEL ANALYTIC
Only? DIGITIZATION & PERSONA
LIZATION
OFF-ON
PREMISE
MIX
C 2020
www.inventure.id
Design E-book:
Muhammad Ikbal
ikbaal23@gmail.com