Anda di halaman 1dari 55

RESTO &

COFFEE
INDUSTRY
OUTLOOK
2021
YUSWOHADY | AMANDA RACHMANIAR | FARID FATAHILLAH
GILANG BRILLIAN | ISTI HANIFAH
CONTENT
I. INTRODUCTION: 3M ANALYSIS
- Mega Changes
- Macro Changes
- Micro Changes

II. RESTO & COFFEE LANDSCAPE ANALYSIS


- Consumer Sen ments
- 3C Analysis
- Research Findings
- Trends & Innova ons
I. INTRODUCTION: 3M ANALYSIS
INDUSTRY MEGASHIFTS AFTER PANDEMIC
(The Framework)
Di tahun 2021 kita akan menghadapi perubahan peta
industri besar, barangkali terbesar dalam sejarah
peradaban umat manusia.
 
COVID-19 telah meluluh-lantakkan sendi-sendi
perekonomian, industri, dan bisnis yang memaksa
kita memasuki dunia yang sama sekali baru: A
WHOLE NEW WORLD.
MEGA MACRO MICRO  
(CHANGES) (COMPETITION) (CUSTOMER)
Di tahun 2021 kita akan menghadapi pergeseran
industri maha dahsyat dan ekstrim, karena itu saya
menyebutnya: INDUSTRY MEGASHIFTS.
COVID-19 PROPAGATION  
& VACCINE AVAILABILITY

Bagaimana peta pergeserannya?


HYGIENE
 
EMPATHIC
ACCELERATED SOCIETY
SOCIETAL
DIGITALIZATION ANXIETY
Secara sederhana saya kelompokkan ke dalam 3
THE LOW THE LOW- THE
bagian besar yaitu pergeseran di tingkat MEGA
GO
NEW FORCES MOBILITY NEW RULES TOUCH STAY NEW VALUE VIRTUAL
OF CHANGE OF THE GAME @ HOME
PROPOSITION

GLOBAL SUPPLY-CHAIN THE RISE


LIFESTYLE
("Changes), MACRO ("Competition") dan MICRO
("Customer).
DISRUPTION OF NATIONALISM BACK TO
LESS-CROWD THE BOTTOM OF
THE PYRAMID

GOVERNMENT
(MIS) LEADERSHIP
Mega Changes
I. MEGA: THE 6 FORCES OF CHANGE
COVID-19 PROPAGATION
& VACCINE AVAILABILITY

ACCELERATED SOCIETAL Pergeseran di tingkat Mega mencakup


DIGITALIZATION ANXIETY perubahan-perubahan besar di bidang
teknologi, politik, regulasi, sosial, ekonomi,
THE hingga lingkungan. Secara umum ada 6
NEW FORCES perubahan besar yang terjadi di tingkat Mega
OF CHANGE
ini yaitu:

GLOBAL SUPPLY-CHAIN THE RISE


DISRUPTION OF NATIONALISM

GOVERNMENT
(MIS) LEADERSHIP
#1. COVID-19 PROPAGATION
& VACCINE AVAILABILITY
Berbeda dengan perubahan-perubahan industri
sebelumnya, di tahun 2021 perubahan industri sangat
ditentukan oleh penyebaran virus dan kemampuan
pemerintah dalam memproduksi dan
mendistribusikan vaksin kepada seluruh
warganegara.
 
Faktor ini menjadi "vital driver of change" karena
sejauh penyebaran virus tak bisa dihentikan dan
vaksin penangkal tak urung dikembangan, maka
seluruh elemen perekonomian, industri, dan bisnis
akan tetap lumpuh tak berdaya.
 
Namun begitu muncul titik terang vaksin diproduksi
dan didistribusikan, maka sentimen konsumen akan
cepat pulih, spending masyarakat (khususnya kelas
menengah) mulai bangkit, dan perekonomian
kembali menggeliat.
#2. SOCIETAL ANXIETY
Pandemi menimbulkan luka yang akut dan
kecematan luar biasa di kalanagan konsumen dan
masyarakat. Mereka takut dan cemas kehilangan
nyawa ("Fear of Death"), kehilangan pekerjaan dan
jatuh miskin ("Fear of Economic"), dan kehilangan
kehidupan sosial, harapan, kebergunaan ("Fear of
Actualization").
 
Ketakutan dan rasa cemas itu terjadi di tingkat
individu (personal) tapi kemudian bermetamorfosis
dan menjelma menjadi keresahan komunal (societal)
yang berujung pada berbagai persoalan sosial seperti
keputusasaan, isolasi, depresi, kejahatan, kenekatan,
hingga ekstrimisme.

Mindfulness dan well-being menjadi kelangkaan di


tengah-tengah era ketakutan ini.
#3. THE RISE OF CORONATIONALISM
Di era pandemi masing-masing negara akan semakin selfish dengan
berupaya keras melindungi kepentingan masing-masing. Pembatasan dan
pelarangan arus keluar-masuk orang (penerbangan), barang (ekspor-
impor), kontrol perbatasan akan kian massif dengan alasan kepentingan
nasional masing-masing negara.
 
Negara-negara saling menyalahkan seperti yang dilakukan Presiden
Trump yang menuduh Cina sebagai biang kerok bencana COVID-19. Ketika
vaksin diproduksi nanti, semua negara akan "berebut" mendapatkan vaksin
demi kepentingan warganegara masing-masing.

Negara juga bisa semena-mena akan melarang orang asing masuk dengan
alasan perlindungan warganegara. Sebut saja ini: "Coronationalism".
 
Maka tak terhindarkan pandemi mendorong kohesi di dalam negara akan
meningkat, sebaliknya friksi antarnegara akan menguat. Pandemi adalah
antitesis globalisasi.
#4. GOVERNMENT
Beberapa negara sukses menangani krisis
pandemi seperti Selandia Baru, Taiwan, atau
Korea Selatan, namun sebagian besar negara di

(MIS) LEADERSHIP
dunia gagal menanganinya termasuk Indonesia.
 
Bukan suatu hal yang aneh karena pandemi
datang begitu cepat dan semua negara
gelagapan meresponnya: mulai dari kebijakan
PSBB/lockdown, antisipasi darurat
perlengkapan dan infrastruktur kesehatan,
menangani krisis ekonomi, hingga
produksi/distribusi vaksin.
 
Kini leadership para pemimpin negara di
seluruh dunia diuji. Efektif tidaknya
kepemimpinan mereka menangani krisis
COVID-19 akan menentukan cepat tidaknya
pemulihan ekonomi, industri, dan bisnis.
#5. GLOBAL Sebelum pandemi, sistem produksi global mengalami

SUPPLY-CHAIN
globalisasi dimana rantai pasok produksi tersebar di
berbagai untuk memanfaatkan spesialisasi, skala ekonomi,
pasok tenaga kerja, kedekatan dengan bahan baku, maupun
kedekatan pasar akhir.

DISRUPTION
 
Namun dengan adanya pandemi, maka kondisinya berbalik.
Memiliki rantai pasok tersebar di berbagai belahan dunia
membawa risiko kritikal ketika arus barang melintas negara
mengalami bottleneck.

Dampaknya serius di sektor-sektor manufaktur seperti:


otomotif, komputer/elektronik, garmen, farmasi, kimia,
hingga makanan/minuman.
 
Pasca pandemi berbagai industri akan membangun
resiliensi dengan membagun ekosistem rantai pasok yang
lebih terkonsentrasi di lingkup regional bahkan bahkan
nasional, tak lagi tersebar di berbagai belahan dunia.

Implikasinya, ketergantungan pasok bahan baku/suku


cadang hanya di satu negara (Cina atau India) semakin
dihindari.
#6. ACCELERATED DIGITALIZATION
Pandemi menjadi katalis bagi konsumen untuk
bermigrasi ke ranah digital/online. Dengan
munculnya stay @ home economy akibat
pandemi, maka seluruh aktivitas konsumen kini
dilakukan secara digital: berbelanja, bekerja,
belajar, berobat, menikmati hiburan, bahkan
beribadah.
 
Ketika ekonomi fisikal mandek akibat pandemi,
maka ekonomi digital menggantikannya
sehingga geliat perekonomian masih berjalan.

Tak heran jika transformasi digital menjadi


agenda terpenting bagi perusahaan untuk tetap
bisa survive di tengah pandemi. Semboyannya:
"Go digital or die!!!"
5 DIGITAL GO
VIRTUAL

CONSUMER
GO GO
CONFIDENTIAL GO DIGITAL DIGIWHERE
COVID-19

MEGASHIFTS GO
OMNI
GO
CONTACTLESS

GO VIRTUAL: GO DIGIWHERE: GO CONTACTLESS: GO OMNI: GO CONFIDENTIAL:


1. Living in the virtual century 16. The Urgency of 27. The rise of robot 34. Family becomes 43. Awareness for privacy:
2. The surge of children's screen time Digital Re-skilling 28. The end of cash. high-touch... and high-tech Security & trust
3. Remote working: 17. Podcast is the new Welcome cashless 35. Hybrid learning 44. Health surveillance
the birth of Zoom generation "theater of mind" society is the ultimate solution & social control
4. Thriving of digital stay @ home jobs 18. Hoax is the new 29. Payment: more digital, 36. Omnichannel becomes 45. Cybersecurity threat
5. Zoom fatigue: the age of nightmare more contactless mainstream 46. Data tracking & tracing
depression and loneliness 19. Essentials are moving 30. Is it the end of in-branch 37. Cloud kitchen is 47. Customer centricity
6. The emergence of cloud workstyle online (e-commerce banking? The birth of the new normal 48. Micro inuencers
7. Digital signature: the dawn of deepening, e-grocery) Digital Branch 38. O2O is king are more powerful
"wet" signature 20. Shopping for utility 31. Chatbot attack: The death 39. Virtual or hybrid concert? and relevant
8. Online education gains momentum (purchase triggers of Customer Service 40. Digital nomad 49. Marketing is
9. "Live" is the new cool become more "functional") 32. QR-code is the new 41. Travellers want about experimentation
10. The birth of real-time consumers 21. Wider usage of digital services pin-code a seamless "look-book-pay" 50. Welcome the age of
11. Close-loop shopping 22. Every consumer is 33. The birth of self-service 42. Zakat-tech: More personalization
12. Digital banking gets the momentum hyper-value consumer travellers digital, more donations
13. The growth of Telemedecine 23. Every consumer is researcher
14. Virtual gym 24. Digital reputation:
15. E-ibadah solutions get acceptance the rise of AI-based credit scoring
("ibadah virtual") 25. On-demand revolution:
The growth of subscription model
26. TV goes online
Macro Changes
II. MACRO: THE 4 NEW RULES OF THE GAME
Pergeseran di tingkat Makro mencakup perubahan-
perubahan besar yang menghasilkan peta kompetisi
baru di era pandemi. Perubahan besar yang didorong
oleh bencana dahsyat COVID-19 ini menghasilkan
lanskap industri baru yang ditandai dengan empat
HYGIENE karakeristik: Hygiene, Low-Touch, Less-Crowd, dan
Low-Mobility.
 
Perusahaan yang sukses di era pandemi adalah
LOW THE LOW- perusahaan-perusahaan yang bisa beradaptasi
MOBILITY NEW RULES TOUCH dengan 4 karakteristik tersebut. Itu sebabnya
OF THE GAME perusahaan di sektor industri digital misalnya, lebih
sustainable di era pandemi karena bersifat low-
touch.
 
LESS-CROWD Sementara perusahaan-perusahaan yang high-touch
dan high-crowd seperti di sektor pariwisata mau tak
mau harus bertransformasi dan mengadopsi model
bisnis yang low-touch dan less-crowd untuk bisa
sukses melewati badai krisis pandemi.
#1. HYGIENE
Ketika ancaman COVID-19 terus mengintai, maka Cleanliness,
Healthiness, Safety, Environment (CHSE) menjadi prioritas dan preferensi
utama konsumen. Maka kepatuhan pada protokol kesehatan menjadi
faktor kunci pulihnya berbagai industri. Di hygiene economy, disiplin
protokol kesehatan menjadi alat branding paling ampuh.

Survei dari Nippon, perilaku personal hygiene seperti mencuci tangan,


menggunakan hand sanitizer, dan memakai masker mengalami
peningkatan dibandingkan saat virus Influenza tahun 2018.

Ketika CHSE menjadi preferensi dan prioritas utama konsumen, maka


perusahaan yang bisa membangun customer confidence terkait CHSE
akan lebih diminati konsumen.

Tak hanya itu, di era pandemi kepatuhan perusahaan terhadap protokol


kesehatan menjadi jaminan terciptanya loyaltas dan customer trust
dalam jangka panjang.

Sumber: Nippon.com
#2. LOW-
TOUCH
Di masa pandemi kontak fisik akan
dihindari karena menjadi sumber
penularan COVID-19 yang massif.
Maka sifatnya high-touch seperti
hospitality & tourism harus
bertransformasi menjadi low-touch.
Maka digital menjadi solusi
sementara sekaligus selamanya.

Sumber: lowtoucheconomy.com
Ketika kerumunan orang (crowd) kian Untuk menghadapinya, digital dan

#3. LESS-
dihindari di era pandemi, maka industri- pengalaman online akan menjadi solusi
industri yang mengandalkan kerumunan sementara di masa transisi. Namun hybrid
massa seperti MICE (Meeting, Incentive, operating model yang menggabungkan

CROWD
Conference, Exhibition), transportasi publik, aktivitas fisik dan virtual akan menjadi solusi
bisnis pertunjukan, airport, hingga sport jangka panjang bagi para pelaku di berbagai
harus beradaptasi agar bisa survive. industri yang high-crowd.
Era pandemi adalah era low-mobility.
Masyarakat mengurangi mobilitas karena
semakin mobil, maka semakin besar pula
#4. LOW-MOBILITY
potensi penularan COVID-19.

“Low-mobile society” yang terbentuk oleh


adanya bencana pandemi akan memukul
berbagai industri seperti otomotif,
penerbangan, energi, pariwisata, hingga
dine-in resto.

DI sisi lain mobilitas manusia yang kian


terbatas mendorong ekonomi digital
berkembang lebih cepat.

Setiap pemain di industri apapun harus jeli


merespons peluang maupun ancaman yang
muncul sebagai akibat munculnya “low
mobile society” ini..

Sumber: slocat.net
Micro Changes
III. MICRO: THE 4 NEW VALUE PROPOSITIONS
Banyaknya korban nyawa akibat
COVID-19 melahirkan masyarakat
baru yang penuh empa , welas asih,
Dengan adanya COVID-19
dan sarat solidaritas sosial. EMPATHIC konsumen menghindari
SOCIETY kontak fisik manusia, mereka
baralih menggunakan medium
virtual/digital.

THE GO
STAY NEW VALUE VIRTUAL
@ HOME
PROPOSITION
LIFESTYLE
Gaya hidup baru nggal di
rumah dengan ak vitas BACK TO Mengacu ke Piramida Maslow,
working-living-playing, karena THE BOTTOM OF
konsumen kini bergeser kebutuhannya
adanya social distancing. THE PYRAMID
dari “puncak piramida” yaitu aktualisasi
diri dan esteem ke “dasar piramida”
yaitu makan, kesehatan, dan keamanan
jiwa-raga.
STAY @ HOME ECONOMY
#1. STAY @ HOME The FALL & the RISE

LIFESTYLE
Food
MICE Delivery
/Airlines
citsigoL Logistic/
yrevileD Delivery
etdoom
Bar/oFeR Remote
g neikvriloeW
yrResto D Working

HIGH ecrHotel/
emmocE Grocery/
HIGH
Tourism Ecommerce

gnCinema/
imaertS
mroftalP
Entertainment Y @ HO M Streaming
Services
TA
THE THE

E
S
Penyebaran virus COVID-19 yang masih terus melonjak selama 9 bulan Sport FALL RISE Media &
Telco

terakhir menciptakan gaya hidup baru yang kami sebut: Stay @ Home
ECONOMY
Lifestyle.
Mal/ Online
Retail
MODERATE MODERATE Learning

Gaya hidup baru ini terbentuk karena di era pandemi semua semua Property/
Construction
Home
Fitness

aktivitas masyarakat terpaksa harus dilakukan di rumah. Mulai dari Consumer


Electronic
Cloud
Services

bekerja, berbelanja, belajar, menikmati hiburan, berobat, bahkan beribadah.


gni&
Oil naGas
elC
ylppuS
BETWEEN Cleaning
Services Telemedicine/
Automotive Pharma

Survei dari Kantar, hampir 80% masyarakat Indonesia menghabiskan


waktu di rumah selama masa karantina. eEducation
rachtaleH Banking Agriculture

Tak tak menentunya kapan krisis pandemi ini berakhir, gaya hidup baru ini
akan semakin permanen bahkan setelah vaksin diproduksi dan
Manufacturing Insurance

didistribusikan. Contohnya untuk belanja online, WFH, home


entertainment, hingga sekolah online.
Source:

Stay @ Home Lifestyle akan memicu terciptanya apa yang kami sebut Stay
Behavioral & Attitudinal Changes Owning to COVID-19
@ Home Economy dimana begitu banyak industri yang berguguran (high-
touch industries) namun di sisi lain tak sedikit industri yang justru Spend most of my me at Home
79%
menikmati pertumbuhan dahsyat (low-touch industries).
Staying 31%
Watch a lot more TV
at Home
Krisis COVID-19 membawa manusia seperti kembali ke zaman purba Impact
Reduced Ea ng out, cooking 43% Nearly 80% Indonesians
dimana hidupnya hanya di “gua”, yaitu rumah mereka. Welcome stay @ more
spending Most of their
home economy.
Total Big Ci es Small Ci es Time at home!
Sumber: Kantar Indonesia
#2. BACK TO THE BOTTOM
OF THE PYRAMID
Kami di Inventure menyebut masa sebelum Maret 2020 saat
WHO menetapkan COVID-19 sebagai bencana pandemi sebagai

T
EN
era “Leisure Economy” dimana kebutuhan konsumen bergerak

ILM
PANDEMIC
ECONOMY

LF
cepat menuju puncak piramida Maslow yaitu Self Esteem dan A er

FO
SELF
Self Actualization. March 2020

LF
ACTUALIZATION

SE
GP TO THE TOP
Pasca Maret 2020, secara mendadak umat manusia dipaksa

BACK TO THE BOTTOM


CA
SELF ESTEEM

GI
memasuki era “Pandemic Economy” dimana kebutuhan

LO
konsumen berbalik arah dari awalnya “go to the top”, menaiki

HO
YC
piramida Maslow menjadi “back to the bottom” menuju dasar SAFETY & SECURITY

PH
piramida.
SAFETY & SECURITY

S
ED
Health | Security | Employment | Free of Fear
Dengan merebaknya virus, kebutuhan-kebutuhan Self Esteem

NE
LEISURE

SIC
dan Self Actualization menjadi tidak prioritas lagi. Konsumen ECONOMY
PHYSIOLOGICAL NEEDS

BA
Before
kembali ke kebutuhandasar yaitu Safety (health), Security (free of March 2020 Food | Cloth | Shelter
fear, employment), dan Physiological Needs (food, cloth, shelter).

Consumer Megashit ini menghasilkan preferensikonsumen yang


menuntut marketers melakukan perubahan value proposition
yang mendasar.
#3. GO
VIRTUAL
Di tengah pandemi industri-industri yang by-default bersifat “high-
touch” seperti pariwisata, MICE, bisnis pertunjukkan, hingga sport pada
berguguran.

Di tengah berbagai aktivitas di industri-industri ini tidak bisa dilakukan


secara fisik, maka medium digital menjadi solusi sementara, yang tak
tertutup kemungkinan akan menjadi solusi selamanya.

Maka tak terhindarkan lagi konsumen beramai-ramai “Go Virtual”,


baralih dari medium “space” ke medium “screen”. Maka di masa pandemi
istilah virtual hinggapun kian populer: virtual meeting, virtual concert,
virtual exhibition, virtual prayer.

Menariknya, aktivitas virtual ini kian lama memiliki value bagi konsumen.
Survei dari Nielsen misalnya, menunjukkan bahwa konsumen rela
membayar tiket untuk menyaksikan konser secara personal.

Sumber: Nielsen Music


#4. THE BIRTH
OF EMPATHIC
SOCIETY
Krisis COVID-19 merupakan bencana kemanusiaan yang paling dahsyat abad ini
dengan korban nyawa manusia yang begitu besar.

Umat manusia di seluruh dunia terketuk hatinya menyaksikan ratusan ribu korban
meninggal di seluruh dunia. Begitu banyak orang yang cemas, takut, dan
mengalami kesulitan hidup.

Hikmahnya, COVID-19 telah menciptakan solidaritas dan kesetiakawanan sosial.


COVID-19 melahirkan rasa senasib dan sepenanggungan yang melahirkan tujuan
bersama (common goal) untuk melawannya. Tak heran jika rasa empati dan
kepedulian berbagai pihak terhadap nasib sesama tumbuh luas di Tanah Air dan di
seluruh dunia.

Berbagai gerakan kepedulian dan aksi solidaritas dilakukan oleh berbagai kalangan
masyarakat secara genuine untuk mengurangi penderitaan orang-orang yang
terdampak. Rasa simpati yang luar biasa diberikan kepada para nakes yang telah
berjuang menyelamatkan para korban dengan risiko nyawa.

COVID-19 telah menciptakan masyarakat baru yang empatik, penuh cinta, dan
welas asih terhadap sesamanya. Sesuatu yang langka ketika wabah belum mendera.
II. RESTO & COFFEE LANDSCAPE
ANALYSIS
Consumer
Sentiments
IMPACT ON HOUSEHOLD:
INCOME, SPENDING, SAVING, INVESTING
Krisis ekonomi yang diakibatkan oleh COVID-19 berdampak pada kondisi keuangan keluarga dan pribadi. Riset yang dilakukan oleh
Inventure-Alvara pada 1121 masyarakat Indonesia yang tersebar di seluruh Indonesia, mayoritas merespon bahwa pendapatan mereka
berkurang selama pandemi namun di sisi yang lain pengeluaran mereka meningkat. Dengan adanya penurunan pendapatan, dampaknya yaitu
jumlah anggaran yang digunakan untuk tabungan serta investasi ikut berkurang.

30,9
30,9
48,6
48,6
67,6 57,6
57,6
67,6
33,8
33,8

44,8
44,8 33,4
33,4
28,4 35,3
28,4 35,3

6,6 9,0
4,0 9,0 N=1121
6,6
Kondisi pendapatan Kondisi pengeluaran Kondisi investasi Kondisi tabungan (saving)
Naik/meningkat Sama saja Turun/berkurang
Sumber: Inventure-Alvara
A1. Bagaimana pendapatan Anda dan keluarga selama masa pandemi COVID-19? (S)
A2. Bagaimana kondisi pengeluaran Anda dan keluarga selama masa pandemi COVID-19? (S)
A3. Bagaimana kondisi investasi Anda dan keluarga selama masa pandemi COVID-19 ini? (S)
A4. Bagaimana kondisi tabungan (saving) Anda dan keluarga selama masa pandemi COVID-19? (S)
INDONESIA OPTIMISM: 2021, "TIME TO WIN BACK”
Meskipun dari sisi pendapatan berkurang, menariknya, optimisme masyarakat Indonesia justru besar bahwa ekonomi akan
segera pulih. Sebanyak 47,2% optimis pandemi COVID-19 berakhir pada akhir tahun 2020 dan 51,4% menjawab ekonomi pulih
pada akhir 2021.

51,4
Persepsi responden pandemi berakhir 47,2
dan kondisi keuangan kembali normal
pada akhir 2020.
29,8
Persepsi responden pandemi berakhir 27,0
dan kondisi keuangan kembali normal
pada pertengahan 2021. 12,3 11,5
10,7 10,1
Persepsi responden pandemi berakhir
dan kondisi keuangan kembali normal
pada akhir 2021.
Prediksi pandemi Covid-19 berakhir Kondisi keuangan kembali normal N=1121
Persepsi responden pandemi berakhir Akhir tahun 2020 Pertengahan 2021 Akhir 2021 Setelah 2021
dan kondisi keuangan kembali normal
Sumber: Inventure-Alvara
setelah 2021.

A5. Menurut Anda, kapan pandemi COVID-19 akan berakhir di Indonesia? (S)
A6. Menurut Anda, kapan kondisi keuangan Anda dan keluarga akan membaik/kembali normal seperti sebelum pandemi? (S)
Projec on Real GDP growth is projected to fall to zero
2018 2019 2020 2021 percent in 2020 as COVID-19 impacts both domes c
demand and supply, and the external sector
Argen na -2,5 -2,2 -9,9 3,9
Australia 2,8 1,8 -4,5 4,0 2019 2020 2021 2022
Brazil 1,3 1,1 9,1 3,6 (Annual
Canada 2,0 1,7 8,4 4,9 Real GDP percent 5.0 0.0 4.8 6.0
change)
China 6,7 6,1 1,0 8,2
Egypt 2/ 5,3 5,6 2,0 2,0 Consumer (Annual
price index percent 2.8 2.6 2.8 3.0
France 1,8 1,5 -12,5 7,3 change)
Germany 1,5 0,6 7,8 5,4
Current
India 2/ 6,1 4,2 4,5 6,0
account (Percent
of GDP) -2.7 -1.9 -2.0 -2.1
Indonesia 5,2 5,0 -0,3 6,1 balance
Iran 2/ -5,4 7,6 -6,0 3,1
Government (Percent
Italy 0,8 0,3 -12,8 6,3 budget -2.2 -6.3 -4.1 -3.1
of GDP)
Japan 0,3 0,7 -5,8 2,4 balance
Kazakhstan 4,1 4,5 -2,7 3,0
Korea 2,9 2,0 -2,1 3,0
Sourc: BI; Central Bureau of Sta s cs (BPS); Ministry of Finance;
World Bank staff calcula ons
Malaysia 4,7 4,3 -3,8 6,3 Note: 2020-2022 are es mated and forecast figures
Source: Interna onal Monetary Fund, World Economic Outlook, June 2020 Update
Sumber: World Bank
Sumber: IMF, WEO June Update

2021, THE YEAR TO WIN-BACK


Pandemi COVID-19 telah menciptakan krisis ekonomi menggembirakan yaitu di angka 5,1% (IMF) dan 4,8% Tahun 2021 adalah tahun kebangkitan. Prediksi vaksin akan
global yang dampaknya paling serius dibandingkan krisis- (World Bank). mulai diproduksi Januari tahun depan menjadi titik balik
krisis sebelumnya. Kontraksi ekonomi terjadi di semua ekonomi kembali menggeliat.
negara maju dan berkembang. Hanya China yang Tahun 2020 adalah tahun survival. Semua pemilik usaha
diprediksi mampu menciptakan pertumbuhan 1 % di 2020. pontang-panting bertahan di tengah badai duo krisis Perlu disadari, situasi tidak akan pernah kembali normal
kesehatan + ekonomi yang disebabkan oleh COVID-19. mengingat pandemi telah merubah perilaku konsumen
Prediksi IMF dan World Bank sepakat pertumbuhan Namun, dibalik perjuangan tersebut ada optimisme yang secara ekstrim. Maka dari itu, pemlik usaha harus benar-
ekonomi Indonesia sampai akhir tahun 2020 akan minus. harus segera dibangun dibandingkan berlarut-larut dalam benar mempersiapkan diri menghadapi era baru yaitu Era
Ditambah lagi kemungkinan kuartal III terjadi resesi angka-angka minus. Next Normal. Era yang mengubah ancaman krisis COVID-
semakin nyata. Kabar baiknya prediksi IMF dan World 19 menjadi peluang.
Bank pertumbuhan ekonomi Indonesia 2021 cukup
OUTLOOK THE SITUATION
Kami membagi situasi lingkungan bisnis menjadi tiga fase yaitu: Pertama, Old Normal yaitu fase sebelum Maret 2020 saat WHO mengumumkan status pandemi.
Kedua, New Normal yaitu fase dari Maret 2020 hingga diproduksi massalnya vaksin. Dan ketiga Next Normal adalah fase ketika vaksin sudah terdistribusi ke masyarakat luas.
3C Analysis
RESTO LIVES IN THE 3 NEW ECONOMY

HYGIENE
ECONOMY Di masa pandemi resto/FnB harus bisa hidup
dan beradaptasi di lingkungan 3 ekonomi:
Hygiene Economy dimana cleanliness,
healthiness, dan safey menjadi penentu
krusial. Low-Touch Economy dimana operasi
resto (front-end maupun back-end) harus
RESTO memperkecil persentuhan fisik. Dan Less-
BUSINESS Crowd Economy dimana jaga jarak menjadi
sebuah keharusan untuk mengurangi risiko
penularan COVID-19.
LESS-CROWD LOW-TOUCH
ECONOMY ECONOMY

Source:
RESTO & COFFEE LANDSCAPE 2021
R CIRCLE: CHANGES
OUTE

Global + Intermi ent


Na onal Social Distancing
Recession Outdoor Online Policy
IRCLE: CUSTOM
Dining ER-C ER
Delivery
INN Pla orm

CHSE Digital
Concern Maturity
Menu Contactless
Innova on RESTO Automated
Solu on
BUSINESS
Tourism Government
Fast- Food
Disaster Casual @Home Mislead
Dining Lifestyle
Digi zed Ghost
CX Kitchen
Model
*CHS: Cleanliness More
Healthiness Value Oriented
Safety Take-away Drive-Thru
Services (curbside
pickup)
Food Accelerated
Supply-chain Digital Economy
Disrup on

Source:
Outer-Circle: Change

#1. Global + National Recession #4. Tourism Disaster


Pandemi COVID-19 telah memukul perekonomian seluruh negara, baik negara maju Penurunan bisnis pariwisata dan perjalanan berdampak pada usaha kuliner. Dunia
maupun negara berkembang. Beberapa negara termasuk Indonesia telah pariwisata erat kaitannya dengan kuliner dan ketika tidak ada perjalanan wisata tentu
mengonfirmasi bahwa ancaman resesi tidak terelakkan. Dampaknya yaitu, konsumen wisata kuliner ini menjadi mandeg dan perlu memaksimalkan konsumen lokal.
mulai mengurangi pengeluaran.
#5. Food-Supply Chain Disruption
#2. Intermittent Social-Distancing Pandemi COVID-19 telah mengacaukan rantai pasok global secara dramatis dimana
Pembatasan sosial dampak dari COVID-19 memberikan pukulan telak bagi industri terjadi perubahan ketika pabrik menghentikan produksinya, perusahaan transportasi
resto dan FnB. Sejumlah gerai terpaksa harus ditutup sehingga berdampak pada sistem mengurangi operasi dan pemerintah memantau logistik untuk memastikan keamanan
operasional karena praktis untuk pemasukan hanya bisa mengandalkan dari layanan dan kesehatan bahan pangan.
delivery dan take away.
#6. Government Mislead
#3. Accelerated Digital Economy Krisis yang terjadi karena pandemi COVID-19 saat ini dipandang sangat berbeda
COVID-19 menciptakan era baru yang begitu besar dampaknya bagi umat manusia dengan krisis keuangan Asia 1998 maupun krisis keuangan global 2008. dalam masa
yaitu “The Virtual Century”. Sebuah abad dimana semua orang bekerja (work), belajar pandemi yang penuh ketidakpastian, pemerintah memiliki peran sangat penting dalam
(learn) dan bermain/menikmati hiburan (play) menggunakan perangkat digital. penanganan krisis karena pandemi ini membuat semua sektor baik publik dan swasta
terkena imbas COVID-19.
Mid-Circle: Competition
#1. Outdoor Dining Dengan drive-thru, konsumen bahkan tidak perlu turun dari kendaraan sehingga bisa
Menurunnya aktivitas dine-in di restoran selama pandemi COVID-19 memaksa pemblk meminimalisir kontak fisik. Alasan lainnya yaitu biaya ongkir yang dirasa memberatkan
bisnis resto dan kafe untuk menata ulang konsep gerai mereka secara keseluruhan. sehingga drive-thru (curbside) menjadi solusi yang paling menguntungkan.
Salah satunya yaitu dengan menghadirkan konsep dine-in di luar ruangan (outdoor
dining). #6. Ghost Kitchen Model
Perubahan perilaku konsumen yang lebih sering berada di rumah mendorong pemilik
#2. Menu Innovation usaha resto/kafe untuk mengevaluasi model bisnis mereka. Konsep resto yang luas dan
Berbagai inovasi wajib dilakukan untuk bertahan di tengah pademi. Salah satunya yaitu instagrammable tentu tidak lagi relevan seiring konsumen yang khawatir berlama-lama
dengan menghadirkan inovasi menu yang relevan dengan pergeseran perilaku di luar rumah. Kedepannya, ghost kitchen yang menerapkan sharing kitchen dengan
konsumen. Seperti misalnya, Yoshinoya yang membuat menu ready to heat yang bisa tenant lain akan menjadi solusi untuk efisiensi biaya operasional resto. Selain itu, dari
disimpan selama beberapa hari di kulkas sebagai stok makanan di rumah. sisi konsumen tentu akan lebih menguntungkan karena dalam satu tempat, konsumen
dapat memesan menu dari beberapa tenant sehingga dapat menghemat ongkos
#3. Digitized CX kirim/biaya perjalanan.
Di era Next Normal, industri resto dan kafe perlu melakukan re-desain terhadap
consumer journey. Imajinasi bahwa konsumen masih ingin datang ke resto yang waiting #7. Contactless Automation Solution
list, buku menu fisik dan tempat duduk sharing tentu tidak akan ada lagi. Konsumen Pandemi telah melahirkan pola ekonomi baru yang minim sentuhan (Contactless
menuntut experience yang minim sentuhan saat dine-in. Strategi yang harus dilakukan Economy). Pandemi memaksa pemilik bisnis resto/kafe untuk melakukan digitalisasi
oleh pemilik resto/kafe yaitu melakukan digitalisasi layanan seperti misalnya buku pola consumer journey dari mulai konsumen datang ke resto, memesan makanan,
menu digital. membayar hingga pulang.

#4. Take-away Services #8. Online Delivery Platform


Untuk menekan biaya ongkos kirim yang dianggap mahal dan kekhawatiran konsumen Digital menjadi katalis yang menjembatani antara konsumen dengan aktivitas sehari-
untuk dine-in, layanan take-away akan lebih diminati konsumen di era Next Normal. hari. Termasuk untuk memesan makanan. Layanan online delivery platform mengalami
Tantangan yang dihadapi pemilik resto/kafe dalam menjaga loyalitas pelanggan yaitu peningkatan selama masa pandemi. Oleh karena itu bagi pemilik resto/kafe memiliki
menghadirkan layanan take-away yang sebisa mungkin meminimalisir kontak fisik. channel penjualan di online delivery platform adalah suatu keharusan untuk bisa
bertahan di tengah pandemi.
#5. Drive-Thru (Curbside Pickup)
Selain take-away layanan drive-thru seperti yang diterapkan oleh McD akan booming
kedepannya. Pemicunya yaitu, konsumen yang khawatir berada di luar ruangan.
Inner-Circle: Customer

#1. CHSE Concern #4. Food @ Home Lifestyle


Pandemi selain mendorong akselerasi digital juga meningkatkan kesadaran terhadap Aktivitas konsumen yang lebih sering di rumah termasuk untuk aktivitas leisure
konsep CHSE (Cleanliness-Healthy-Safety-Environment). Hal ini berdampak pada kemudian melahirkan gaya hidup baru, food @ home lifestyle. Sebuah konsep dimana
prefernsi konsumen dalam memilih tempat makan. Kebersihan dan kandungan resto/café membuat paket-paket menu dalam format family size untuk bisa dinikmati
makanan yang menyehatkan menjadi pertimbangan utama konsumen. bersama keluarga di rumah. Salah satu yang telah dilakukan oleh bisnis kafe yaitu
menghadirkan menu kopi seliter.
#2. Fast Casual Dining
Kebiasaan masyarakat Indonesia yang suka “nongkrong” dan berlama-lama di #5. Digital Maturity
resto/kafe akan kian menghilang. Hal ini dilatarbelakangi kekhawatiran akan tertular Pandemi COVID-19 memaksa konsumen untuk segera beradaptasi dengan teknologi
virus. Kedepannya, konsep resto/kafe yang fast casual dining akan lebih diminati digital. Jika sebelumnya memesan makanan via online delivery platform hanya
konsumen karena mereka hanya datang untuk makan tanpa harus berlama-lama di dilakukan oleh generasi muda. Kini, penetrasi memesan makanan secara online pun
resto/kafe. juga dilakukan oleh orangtua bahkan kakek dan nenek kita. Artinya, dalam menghadapi
bombardir digital konsumen sudah semakin matang (mature) dan siap menghadapi era
#3. More Value Oriented baru Next Normal.
Dengan adopsi digital yang begitu masif di era pandemi, konsumen akan menuntut
biaya yang lebih murah. Konsumen menjadi lebih realistis terhadap uang yang mereka
keluarkan. Mereka akan sangat memperhatikan uang yang dikeluarkan dengan value
yang didapat. Pandemi membuat konsumen menjadi more value oriented.
Research Findings
RESTO & COFFEE

SAFETY ASSURANCE
BECOMES VALUE
PROPOSITION
Pandemi mendorong konsumen lebih aware dengan
konsep higienitas. Kedepannya, kebersihan dan higienitas 1,6
4,8

menjadi faktor pertimbangan utama bagi konsumen dalam


hal memilih tempat makan. 5,9
Konsumen ragu resto telah menerapkan
15,0
standar protokol kesehatan yang ketat
Terlebih untuk sesuatu yang mereka konsumsi. Bukan lagi Saya dak mempercayai bahwa resto/bar/hotel telah
menerapkan protokol kesehatan
diskon, promo atau cashback yang diinginkan konsumen 34,0
Setuju: 59.7%

melainkan sejauh mana pemilik resto mempedulikan faktor


Tidak setuju: 40.4%

Sangat dak setuju sekali


keamanan dan kesehatan pelanggan. 38,8 Sangat dak setuju
Tidak setuju
Setuju
Sangat setuju
Sangat setuju sekali N=441

Sumber: Inventure-Alvara
RESTO & COFFEE Digitalisasi Resto di Era Pandemi

43,3
51,5
66,7
75,1

48,3
42,6
29,5
23,4
3,9 5,9 8,4
1,6 N=419
Mencari Informasi Reservasi Memilih Menu Transaksi Offline (Datang
Langsung)
Semakin offline Sama saja Semakin online
Sumber: Inventure-Alvara

DIGITAL ADOPTION IN RESTO JOURNEY


Setelah vaksin diproduksi, mayoritas Hal ini tentu merubah consumer restoran untuk going digital sehingga
akan semakin melakukan aktivitas journey ketika ingin dine-in di resto. consumer journey menjadi lebih efektif
secara online terkait pemilihan, Tidak ada lagi waiting list dan antrean dan efisien.
reservasi sampai transaksi di Restoran. mengular karena konsumen menuntut
RESTO & COFFEE

COFFEE IN SACHET IS BACK ON TRACK


Seiring dengan konsumen yang membatasi aktivitas di luar sehingga mengurangi aktivitas nongkrong-nongkrong di
kedai kopi maka mereka beralih ke jenis kopi yang bisa dinikmati di rumah. Kopi sachet kembali diminati oleh konsumen

Kopi sachet lebih dimina konsumen selama pandemi


48,4

36,3

27,0

18,9
16,7

N=441
Kopi sachet Kopi kemasan Kopi literan Biji kopi Paket manual
brew
Sumber: Inventure-Alvara
RESTO & COFFEE 54,5%
54,2%
52,7% 52,1%
49,6% 49%

DEMAND BEHIND
38,1% 38,7% 37,7%
36,9%

THE CRISIS
Selain mal dan pusat perbelanjaan, Fakta ini menjadi angin segar bagi para
peningkatan aktivitas juga terjadi untuk pemilik bisnis resto dan FnB Dibalik krisis
dine-in restoran. Peningkatan tertinggi ekonomi akibat COVID-19, demand Fast Food General Local Other Specialty

untuk kategori makanan general yang konsumen untuk membelanjakan uangnya


Juli 2020 Agustus 2020
merupakan tempat makan dengan varian ke produk kuliner baik yang sifatnya utility
menu beragam dan biasanya untuk maupun indulgence masih cukup tinggi. 54%
55%
52%
kalangan menengah ke bawah. 48%
46%
45% 36% 37%
Terlebih kuliner adalah jenis konsumsi
35% 36%
Selain itu peningkatan yang cukup yang sifatnya cenderung leisure atau
signifikan juga terjadi pada kategori untuk menyenangkan diri. Permintaan
specialty. Kategori ini melingkupi makanan konsumen untuk merasakan experience
yang menawarkan menu spesifik seperti yang sifatnya leisure tidak akan bisa
japanesse, western, eastern menu yang tergantikan dengan digital seutuhnya.
cenderung diminati oleh kelas menengah Maka dari itu, setelah PSBB dibuka,
ke atas. konsumen dine-in loyalist akan tetap
eksis. Jabodetabek Makassar Medan Surabaya Denpasar

Sumber: Mandiri Institute


PRESENTASE PERUSAHAAN YANG MENERAPKAN
RESTO & COFFEE PROTOKOL KESEHATAN MENURUT WILAYAH
Kabupaten Kota
91,73%
89,97% 88,39%

83,46%
80,59%
79,00%

Physical Sarana masker atau


Distancing cuci tangan pelindung wajah
Sumber: Badan Pusat Statistik

PEOPLE ARE MORE


RESPONSIBLE
81,91% 81,87% 85,88%
Menerapkan Physical Menyediakan sarana Mewajibkan penggunaan
Distancing cuci tangan (air, sabun masker atau pelindung
dan hand sani zer wajah

Kedepannya, konsumen akan semakin responsible jumlah lonjakan kasus belum melandai. Semakin pola keseharian dan menjadi kebiasaan baru yang
(bertanggung jawab). Patuh terhadap standar protokol banyak kasus terkonfirmasi menandakan bahwa mengedepankan CHS (Cleanliness, Healthiness, Safety).
kesehatan bukan lagi dilihat sebagai persebaran virus sudah menyerang orang terdekat
instruksi/himbauan melainkan kesadaran diri. kita. Kebiasaan ini tidak akan hilang meskipun vaksin sudah
ada. Ketika kesadaran ini telah menjadi kesadaran
Kesadaran mengikuti protokol kesahatan adalah Dengan begitu, kesadaran untuk patuh dan bahkan bersama maka konsumen pun tidak akan enggan untuk
bentuk menjaga diri sendiri, keluarga dan orang lain meningkatkan standar protokol kesehatan akan dine-in di resto.
dari kontaminasi virus COVID-19. Di Indonesia sendiri, semakin kuat. Hal ini kemudian terinternalisasi dalam
Trends & Innovations
GENERIC RESTO SEGMENTATION
IN THE NEXT NORMAL
Source:

CHS-
Seeker

OFFERING
Value-
Seeker

Ea ng
Experience-
Seeker

*CHS: Cleanliness
Dine-in Delivery
Healthiness Loyalist Enthusiast
Safety
ACCESS
DINE-IN LOYALIST,
VALUE SEEKER
Konsumen di segmen ini lebih mempertimbangkan value
yang cenderung ke harga dan kepraktisan. Harga yang
terjangkau akan menjadi pertimbangan utama.

Seperti misalnya konsumen makan di warteg yang


dikelola oleh startup warung Wahyoo. Preferensi
konsumen yaitu menu makanan warteg dengan harga
yang lebih murah asalkan warteg tersebut cukup bersih
dan masih menerapkan protokol kesehatan.
Bagi seorang Experience Seeker, makan di
resto bukan hanya sekedar menikmati sajian
menu tetapi juga merasa atmosfer/ suasana
resto yang bagi mereka dianggap
menghadirkan experience yang tak terlupakan.
Konsumen di segmen ini masih mencari
experience yang bisa mereka rasakan dengan
panca indera.

Contohnya yaitu kafe Atjeh Connection yang


tidak hanya menerapkan standar protokol
kesehatan tetapi juga merubah desain resto
kafe mereka dengan memberi sekat antar
tempat duduk untuk mencegah kontaminasi
droplets.

Sumber: Liputan6

DINE-IN LOYALIST,
EXPERIENCE SEEKER
DINE-IN LOYALIST,
CHS SEEKER
Konsumen di segmen ini sangat menengah ke atas. Selain itu, menu
tertib mengikuti protokol kesehatan resto juga menjadi penting. Resto
saat dine-in di resto. Faktor CHS yang menawarkan menu makanan
(Cleanliness, Healthiness, Safety) sehat seperti Burgreens yang
menjadi faktor pertimbangan utama. menghadirkan makanan dengan
Bahkan konsumen tipe ini tidak bahan dasar plant based bahan
segan untuk menegur apabila resto organik akan booming lebih disukai
tidak memberlakukan protokol karena dianggap dapat mendukung
kesehatan ketat. Umumnya, segmen kesehatan tubuh.
di kategori ini adalah kelas
DELIVERY ENTHUSIAST,
EXPERIENCE SEEKER
Permintaan produk frozen food Kondisi ini dimanfaatkan dengan
semakin meningkat di kala baik oleh Es Teler 77 dan Hokben
konsumen tak bisa dine-in di dengan mengeluarkan varian produk
restoran. Konsumen di segmen ini frozen food dan ready to eat, sebagai
misalnya yaitu emak-emak milenial respon dari tingkat penjualan dine-
yang tidak piawai memasak, in yang terus merosot.
sehingga mereka membutuhkan
resep makanan yang mudah dimasak
(simple cooking).
DELIVERY ENTHUSIAST,
EXPERIENCE SEEKER
Bisnis resto dan kafe merupakan salah satu sektor bisnis yang paling
berdampak dari krisis wabah COVID-19 saat ini, dimana tingkat
penjualan mengalami kemerosotan terutama penjualan dine-in.

Maka dari itu para pelaku bisnis resto terus melakukan berbagai
inovasi untuk menggenjot tingkat penjualan, salah satunya dengan
menghadirkan “resto experience” ke dalam rumah konsumen. Magal,
Raa Cha dan Shabu Jin yang terkenal dengan resto BBQ dan shabu-
shabunya menghadirkan layanan home delivery bertema “BBQ at
home”. Mulai dari bahan makanan, condiment sampai alat masak dan
piringnya semua disediakan dan dikirim ke rumah konsumen.

Konsumen di segmen ini menginginkan service experience, dengan


membawa suasana dine-in di restoran ke dalam rumah konsumen.
DELIVERY
ENTHUSIAST,
CHS SEEKER

Di tengah situasi saat ini, para pelaku bisnis resto dan protokol kesehatan. Maka dari itu, memastikan makanan
kafe terus mengembangkan inovasi terbaru mereka, yang mereka pesan minim sentuhan maka layanan yang
salah satunya dengan menerbitkan fitur buy online ditawarkan Gojek yaitu pick-up service akan sangat
pickup in store (BOPIS). Fitur ini awalnya sebagai solusi memudahkan konsumen.
untuk mengurai antrean panjang yang seringkali
membuat konsumen malas untuk membeli produk Selain itu, konsumen tipe ini cenderung akan memesan
makanan/minuman di resto dan kafe favorit mereka. kategori healthy food. Bagi mereka, makanan yang masuk
ke tubuh mereka tidak hanya aman, bersih tetapi juga
Konsumen di segmen ini akan sangat mematuhi standar sehat.
DELIVERY
ENTHUSIAST,
VALUE SEEKER

Layanan online delivery dari platform daring menjadi cloud kitchen model.
penopang bisnis di masa pandemi seperti saat ini.
Namun, permasalahannya, tidak semua pelaku bisnis Seperti contoh, Hangry! bisnis multi-brand restoran
kuliner memiliki fasilitas proper kitchen untuk yang memudahkan konsumen saat memesan makanan.
memenuhi layanan delivery mereka. Cukup memesan di satu tempat, konsumen bisa membeli
makanan dari 3 resto sekaligus. Kepraktisan dan
Alhasil, di era kolaborasi kokreasi saat ini, mendorong menghemat biaya ongkir menjadi value proposition yang
para pemain bisnis kuliner menciptakan inovasi terbaru diinginkan oleh konsumen.
mereka dengan apa yang kami sebut sebagai multibrand-
NEXT NORMAL RESTO
BUSINESS STRATEGY
THE NEW FACES
OF RESTO
O2O
From Offline to Online
From Online to Offline
OFF-ON
PREMISE
Seamless MIX
Omni Experience

DIGITIZE PLACE Drive-Thru


THE CX RESTO REDESIGN
ADAPTING & Pickup lane
THE NEXT
NORMAL

THE MILESTONE
OPTIMIZE ALIGN SHORT MID LONG
STORE THE MENU
FOOTPRINT CHS
Conver ng to CHS + V BRANDING
Source:
Delivery/pickup Concern CX & DATA
CHANNEL ANALYTIC
Only? DIGITIZATION & PERSONA
LIZATION
OFF-ON
PREMISE
MIX

End of 2020 2021 2022 and Beyond


Yuswohady
yuswohady@gmail.com
Farid Fatahillah
Faridferre@gmail.com
Amanda Rachmaniar
arachmaniar@hotmail.com
Gilang Brillian
gilangpopo@gmail.com
Isti Hanifah
istihanifah11@gmail.com

C 2020
www.inventure.id

Design E-book:
Muhammad Ikbal
ikbaal23@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai