Edisi 001
ICBP
Raja Mi Instan
yang Menolak Tua
INVESTABOOK
Daftar Isi
A. Gambaran Umum Perusahaan .................................................................. 2
B. Model Bisnis .............................................................................................. 3
C. Economic Moat.......................................................................................... 4
C.1. Profitabilitas Historis ............................................................................... 4
Profitabilitas Per Segmen Bisnis ................................................................ 6
C.2. Sumber Profitabilitas .............................................................................. 8
1. Dukungan Jaringan Distribusi yang Luas ............................................. 10
2. Jaminan Bahan Baku ............................................................................ 11
3. Skala Produksi yang Besar ................................................................... 12
4. Brand Loyalty ....................................................................................... 13
C.3. Daya Tahan Profitabilitas ...................................................................... 14
D. Pertumbuhan ........................................................................................... 16
D.1. Pertumbuhan Historis .......................................................................... 17
D.2. Sumber Pertumbuhan .......................................................................... 20
E. Kesehatan Finansial ................................................................................. 23
E.1. Penggunaan Utang ........................................................................... 23
E.2. Perputaran Kas ................................................................................. 24
F. Risiko dan Skenario Buruk ....................................................................... 25
G. Manajemen ............................................................................................. 26
G.1. Alokasi Modal ....................................................................................... 26
G.2. Transaksi Afiliasi ................................................................................... 27
H. Valuasi ..................................................................................................... 28
H.1. Nilai Intrinsik ......................................................................................... 28
H.2. Trik Membeli ICBP dengan Harga Lebih Murah .................................... 29
2
Analisis Fundamental Komprehensif
Indofood CBP Sukses Makmur:
Raja Mi Instan yang Menolak Tua
A. Gambaran Umum Perusahaan
Indofood CBP Sukses Makmur, selanjutnya disebut ICBP, adalah
perusahaan spin‐off dari segmen bisnis Consumer Branded Product
Indofood Sukses Makmur (INDF). Sejak IPO pada tahun 2010, ICBP
mempunyai beberapa segmen bisnis dengan core business yang sama:
pengolahan makanan dan minuman kemasan, mulai dari mi instan,
dairy (produk susu), makanan ringan dan biskuit, penyedap makanan,
nutrisi dan makanan khusus, hingga minuman yang baru dimulai pada
tahun 2013.
Berikut ini adalah berbagai ekuitas merek yang dimiliki oleh ICBP per
September 2018.
Dibuat oleh Investabook – Toko Buku Investasi Lengkap
https://www.instagram.com/investabook_
3
ICBP adalah bagian dari konglomerasi milik keluarga Salim yang kini
dipimpin oleh Anthoni Salim yang sekaligus menjabat sebagai Presiden
Direktur ICBP dan INDF sekaligus. INDF adalah induk usaha dari ICBP
yang memiliki 80,53% saham ICBP dan 19,47% saham lainnya dimiliki
oleh masyarakat.
B. Model Bisnis
Sebagai anak usaha dari INDF yang mengklaim sebagai total food
solution, ICBP mendapatkan dukungan bahan baku dan distribusi dari
pihak berelasi, yakni INDF dan anak usaha INDF lainnya. Berikut ini
adalah bagan alur value chain yang menggambarkan model bisnis ICBP.
ICBP mendapatkan bahan baku berupa tepung terigu dari Bogasari dan
minyak goreng serta lemak nabati dalam Salim Ivomas Pratama (SIMP).
Pada tahun 2018, jumlah pembelian bahan baku dari pihak berelasi
adalah 23,59% dari total beban pokok penjualan. Adapun penjualan
kepada pihak berelasi pada tahun 2018 adalah sebesar 76,68% dari total
penjualan.
Dibuat oleh Investabook – Toko Buku Investasi Lengkap
https://www.instagram.com/investabook_
4
C. Economic Moat
Economic moat yang disebut juga sebagai durable competitive
advantage adalah kemampuan perusahaan untuk memberikan imbal
hasil yang tinggi dalam jangka waktu yang panjang. Pada umumnya,
imbal hasil yang tinggi akan mengundang serangan dari pesaing dan
akan menurunkan tingkat imbal hasil di masa depan. Economic moat
adalah indikator utama dari perusahaan yang luar biasa.
Economic moat yang baik itu layaknya parit yang dalam ke bawah
(memberikan imbal hasil yang tinggi) dan membentang lebar (bisa
bertahan dalam jangka waktu panjang).
Berikut ini adalah tahapan untuk menganalisis economic moat:
1. Evaluasi profitabilitas historis perusahaan;
2. Temukan sumber profitabilitas perusahaan; dan
3. Perkirakan daya tahan dari sumber profitabilitas perusahaan
tersebut.
C.1. Profitabilitas Historis
Profitabilitas historis adalah bukti awal dari adanya economic moat.
Tahapan ini akan mengukur seberapa dalam economic moat yang
dimiliki oleh ICBP.
Dari data historis sejak tahun 2011 hingga Trailing Twelve Months (TTM)
Q1 2019, ICBP menunjukkan tingkat profitabilitas yang baik, stabil, dan
cenderung meningkat.
Profitabilitas ICBP diukur melalui ROIC dan Free Cash Flow to Firm (FCFF)
Margin serta ROE Pemilik dan Free Cash Flow to Equity (FCFE) Margin.
Empat indikator tersebut akan mengukur berapa imbal hasil dibanding
modal yang telah diinvestasikan dan berapa kas bersih yang tersedia,
baik untuk keseluruhan pemberi modal (shareholder dan debtholder)
maupun khusus untuk pemilik saham (shareholder).
Dibuat oleh Investabook – Toko Buku Investasi Lengkap
https://www.instagram.com/investabook_
5
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 TTM Q1 2019 Avg 9Y Avg 5Y
Profitabilitas
ROIC 0.20 0.28 0.25 0.21 0.24 0.28 0.27 0.31 0.23 0.25 0.27
ROE Pemilik 0.22 0.21 0.19 0.21 0.21 0.23 0.22 0.23 0.22 0.22 0.22
FCFF Margin 0.07 0.06 ‐0.02 0.04 0.04 0.08 0.04 0.01 ‐0.01 0.03 0.03
FCFE Margin 0.09 0.08 0.03 0.08 0.03 0.05 0.06 0.00 ‐0.02 0.05 0.02
Return on Invested Capital (ROIC) yang menggambarkan imbal hasil
usaha dibanding seluruh modal yang diinvestasikan baik oleh
shareholder maupun debtholder menunjukkan peningkatan yang cukup
mengesankan dari 20% pada tahun 2011 menjadi 31% pada tahun 2018.
Return on Equity (ROE) Pemilik ‐tidak termasuk bagian entitas non‐
pengendali‐ yang menggambarkan imbal hasil bersih atas modal ekuitas
yang telah diinvestasikan oleh shareholder menunjukkan nilai yang
cukup stabil pada rentang 19‐23%.
ROIC yang hampir selalu lebih tinggi dari ROE menunjukkan bahwa ICBP
masih memiliki cadangan kas yang cukup besar dan belum dialokasikan
dengan persentase kas 26‐31% dari total aset. Jumlah cadangan kas
yang cukup besar itu karena ICBP hampir selalu menghasilkan FCFF
dengan margin (perbandingan FCFF dengan total penjualan) yang cukup
tebal. Padahal di saat yang sama, nilai penjualan ICBP adalah yang paling
besar di industri makanan dan minuman murni (di bawah induk
usahanya yang merupakan konglomerasi dari beberapa bisnis). Pada
TTM Q1 2019, total nilai penjualan ICBP mencapai 39,8 Triliun Rupiah.
Jadi, penurunan ROIC pada TTM Q1 2019 adalah konsekuensi dari
penurunan cadangan kas akibat belanja modal yang sangat besar pada
tahun 2018 dan dilanjutkan pada Q1 2019. Padahal tahun 2018, ROIC
menyentuh ke nilai tertingginya di angka 31%. Karena belanja modal
yang sangat besar itu pula, FCFF dan FCFE margin ICBP pun akhirnya
sama‐sama minus pada TTM Q1 2019.
Adapun perbedaan nilai FCFF dan FCFE menunjukkan adanya dinamika
perubahan tingkat utang (berbunga) ICBP. Ketika FCFE lebih besar
dibanding FCFE seperti pada tahun 2011‐2014, ICBP berarti lebih banyak
Dibuat oleh Investabook – Toko Buku Investasi Lengkap
https://www.instagram.com/investabook_
6
menerima tambahan utang pada tahun tersebut. Adapun ketika FCFE
lebih kecil dibanding FCFF seperti pada tahun 2015, 2016, 2018, dan
TTM Q1 2019, ICBP berarti mulai lebih banyak melakukan pembayaran
pokok utang.
Jadi, perlu diingat bahwa pembayaran utang akan mengurangi nilai FCFE
yang merupakan kas bersih bagi pemilik saham. Jadi, berhati‐hatilah jika
sebuah perusahaan memiliki utang yang terlalu banyak dibandingkan
dengan kapasitasnya dalam menghasilkan kas bersih atau FCFF.
Perusahaan jenis itu akan menjadi ketergantungan dengan utang
berbunga. Beruntungnya, ICBP bukan bagian dari golongan perusahaan
tersebut.
Profitabilitas Per Segmen Bisnis
ICBP memiliki sejumlah segmen bisnis dengan tingkat profitabilitas dan
nilai penjualan yang berbeda. Analisis profitabilitas di tingkat segmen
bisnis akan membantu kita memahami peran dari masing‐masing
segmen bisnis terhadap profil profitabilitas ICBP.
Sebelum menganalisis tingkat profitabilitasnya, kita perlu petakan dulu
berapa besar kontribusi masing‐masing segmen bisnis terhadap nilai
keseluruhan penjualan ICBP.
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 TTM Q1 2019
Penjualan (Setelah Eliminasi)
Mi Instan dan Kemasan 69% 69% 64% 65% 65% 64% 64% 64% 64%
Dairy 19% 18% 17% 17% 19% 20% 20% 20% 19%
Makanan Ringan dan Biskuit 6% 7% 6% 7% 6% 7% 7% 7% 6%
Penyedap Makanan 3% 4% 4% 2% 2% 3% 2% 2% 3%
Nutrisi dan Makanan Khusus 3% 2% 2% 2% 2% 2% 2% 2% 2%
Minuman 7% 6% 6% 5% 5% 5% 5%
Bisnis mi instan yang digabung dengan bisnis kemasan, memiliki
kontribusi paling besar hingga mencapai hampir 2/3 dari total penjualan
ICBP. Kontributor terbesar berikut adalah bisnis dairy, makanan ringan
dan biskuit, minuman, penyedap makanan, dan yang paling kecil nutrisi
dan makanan khusus.
Dibuat oleh Investabook – Toko Buku Investasi Lengkap
https://www.instagram.com/investabook_
7
Berikut ini adalah margin laba usaha dari masing‐masing segmen bisnis.
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 TTM Q1 2019 Avg 9Y Avg 5Y
Margin Laba Usaha
Mi Instan dan Kemasan 16% 15% 13% 15% 17% 17% 21% 21% 22% 17% 19%
Dairy 7% 8% 8% 6% 10% 17% 11% 11% 12% 10% 12%
Makanan Ringan dan Biskuit 6% 7% 1% 1% 4% 5% ‐2% ‐8% ‐9% 1% ‐2%
Penyedap Makanan 5% 5% 6% 8% 7% 7% 8% 9% 14% 8% 9%
Nutrisi dan Makanan Khusus 10% 6% 2% 2% 2% 5% 5% 4% 4% 4% 4%
Minuman ‐3% ‐18% ‐18% ‐20% ‐19% ‐16% ‐16% ‐16% ‐18%
Bisnis mi instan yang digabung dengan bisnis kemasan memiliki margin
laba usaha paling tebal yang pada TTM Q1 2019 mencapai 22%. Secara
berturut‐turut kemudian diikuti oleh bisnis penyedap makanan, dairy,
nutrisi dan makanan khusus. Adapun bisnis makanan ringan dan biskuit
sejak tahun 2017 terus mengalami kerugian. Begitu pun dengan bisnis
minuman yang dimulai sejak tahun 2013 dan hampir selalu
membukukan rugi double digit.
Jika dirangkum, berikut ini adalah profil profitabilitas terkini dari masing‐
masing segmen segmen bisnis ICBP.
Segmen Bisnis Nilai Penjualan Profitabilitas
Mi Instan dan Kemasan Sangat Besar Sangat Tinggi
Dairy Sedang Sedang
Makanan Ringan dan Biskuit Kecil Rugi
Penyedap Makanan Sangat Kecil Sedang
Nutrisi dan Makanan Khusus Sangat Kecil Kecil
Minuman Kecil Rugi
Dengan profil profitabilitas per segmen bisnis seperti di atas, bisa kita
simpulkan bahwa ICBP adalah Raja Mi Instan dengan nilai penjualan
yang sangat besar sekaligus profitabilitas yang sangat tinggi.
Mari berandai‐andai. Jika ICBP menjual semua bisnis lainnya dan fokus
pada bisnis mi instan saja, maka profitabilitas ICBP sebenarnya akan
jauh lebih tinggi. Economic moat yang ada akan jauh lebih dalam dari
yang ada pada hari ini.
Dibuat oleh Investabook – Toko Buku Investasi Lengkap
https://www.instagram.com/investabook_
8
Namun, bukan itu langkah bisnis yang diambil oleh manajemen
sekaligus pemilik saham pengendali ICBP.
C.2. Sumber Profitabilitas
Kedalaman economic moat atau profitabilitas yang tinggi secara umum
bisa bersumber dari dua hal: biaya operasi bisnis yang murah (low cost
leadership) dan fleksibilitas untuk menentukan harga kepada konsumen
(pricing power). Tanpa mengidentifikasi sumber dari profitabilitas yang
tinggi, maka akan sulit memperkirakan seberapa lama profitabilitas
tersebut akan bertahan.
Salah satu cara kuantitatif yang bisa dilakukan untuk mengidentifikasi
sumber profitabilitas perusahaan adalah dengan membedah komponen
pembentuk ROIC dan ROE menggunakan analisis DuPont.
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 TTM Q1 2019 Avg 9Y Avg 5Y
Profitabilitas
Net Operating Profit After Tax Margin 0.10 0.10 0.08 0.08 0.09 0.10 0.10 0.12 0.12 0.10 0.11
Capital Turnover (y‐1) 1.95 2.82 2.98 2.73 2.64 2.75 2.70 2.57 1.86 2.55 2.50
ROIC 0.20 0.28 0.25 0.21 0.24 0.28 0.27 0.31 0.23 0.25 0.27
Net Profit Margin 0.11 0.11 0.09 0.08 0.09 0.11 0.10 0.12 0.12 0.10 0.11
Asset Turnover (y‐1) 1.45 1.42 1.41 1.41 1.27 1.30 1.23 1.21 1.16 1.32 1.24
Financial Leverage (y‐1) 1.43 1.42 1.48 1.60 1.66 1.62 1.56 1.56 1.51 1.54 1.58
ROE Pemilik 0.22 0.21 0.19 0.21 0.21 0.23 0.22 0.23 0.22 0.22 0.22
Margin laba usaha setelah pajak dan margin laba bersih yang cukup
stabil dan cenderung meningkat menunjukkan bahwa si Raja Mi Instan
ini memang memiliki pricing power di hadapan konsumennya. Selain itu,
meski perputaran modal dan asetnya cenderung menurun setelah
tahun 2012, nilainya masih cukup besar yang menunjukkan ICBP juga
memiliki low cost leadership dan mampu menjual produk dengan
volume yang besar dibandingkan dengan nilai aset dan modal yang
diinvestasikan.
Khusus untuk ROE, ada pula financial leverage yang mengukur seberapa
besar peran modal non‐ekuitas dalam menopang laba bersih. Sejak
tahun 2012, nilai financial leverage terus meningkat dan mencapai
puncaknya pada tahun 2015. Inilah yang sesungguhnya menjadi
Dibuat oleh Investabook – Toko Buku Investasi Lengkap
https://www.instagram.com/investabook_
9
penopang stabilitas ROE ICBP ketika margin laba bersih dan perputaran
asetnya menurun.
Financial leverage ada dua jenis, utang (liabilitas berbunga) dan liabilitas
tidak berbunga. Salah satu liabilitas tidak berbunga yang cukup dinamis
adalah utang usaha kepada pemasok. Dalam kasus ICBP, peningkatan
financial leverage pada tahun 2012‐2015 lebih didominasi oleh
penambahan utang berbunga. Jumlah utang berbunga ICBP meningkat
dari hanya 5% pada tahun 2011, menjadi 14% pada tahun 2014,
perlahan menurun menjadi 11% pada tahun 2015, dan stabil di angka
7% dari total aset hingga TTM Q1 2019. Adapun nilai tertinggi untuk
jumlah utang usaha hanya 10% dari total aset pada tahun 2014.
Secara umum, dapat disimpulkan bahwa si Raja Mi Instan ini memiliki
economic moat baik dari sisi operasi bisnis yang murah maupun
fleksibilitas untuk menentukan harga kepada konsumen.
Namun, jika kembali pada profil profitabilitas per segmen bisnis, super
deep economic moat tersebut hanya dimiliki oleh bisnis mi instan.
Artinya, ada economic moat yang dapat dinikmati oleh seluruh bisnis
ICBP, tetapi ada pula economic moat yang hanya dapat dinikmati oleh
segmen bisnis tertentu saja.
Meski secara umum economic moat hanya terdiri dari 2 kategori besar,
tetapi ada beberapa varian bentuk economic moat yang lebih detail
sesuai dengan model bisnis perusahaan yang bersangkutan.
Dibuat oleh Investabook – Toko Buku Investasi Lengkap
https://www.instagram.com/investabook_
Mau Versi
Lengkapnya?
Harga: Rp 250.000,-
Ebook (PDF) - 30 halaman
085715220369.
investabook@gmail.com atau DM
Instagram Investabook.
INVESTABOOK
Bonus
menjadi 100
berbagai rasio keuangan dengan
INVESTABOOK