PROPOSAL PENELITIAN
Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh :
01031381823118
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
i
DAFTAR ISI
2.3. Belanja Modal dan Belanja Pemeliharaan Dalam Anggaran Daerah ............... 14
i
I. PENDAHULUAN
Belanja Modal Gedung dan Belanja Modal Bahan Baku Gedung dan
Bangunan
Bangunan Belanja Modal Upah Tenaga Kerja dan
Honor Pengelola Teknis Gedung dan
Belanja Modal Peralatan dan Belanja Modal Bahan Baku Peralatan dan Mesin
Mesin
Belanja Modal Upah Tenaga Kerja dan Honor
Pengelola Teknis Peralatan dan Mesin
Belanja Modal Jalan, Irigasi Belanja Modal Bahan Baku Jalan dan Jembatan
dan Jaringan
Belanja Modal Perencanaan dan Pengawasan
Jalan dan Jembatan dan Pengawasan Jalan dan
Jembatan
Belanja Modal Fisik lainnya Belanja Modal Bahan Baku Fisik Lainnya
Sepanjang ini di dalam paradigma warga, kota umumnya sering memiliki anggaran
belanja yang lebih besar daripada
4 kabupaten. Sementara itu realitas yang terjadi dewasa ini,
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
2. Apakah terdapat perbedaan antara belanja modal dengan belanja pemeliharaan pada
anggaran pemerintah daerah ?
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh
informasi tentang Hubungan Belanja Modal Dan Belanja Pemeliharaan Pada Anggaran
Pemerintah Daerah adapun rinciannya :
1. Untuk memberikan bukti empiris tentang hubungan antara alokasi belanja modal
dengan belanja pemeliharaan pada anggaran pemerintah daerah
2. Untuk memberikan bukti empiris apakah hubungan belanja modal dengan belanja
pemeliharaan pada anggaran pemerintah daerah .
Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai, penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat baik secara teoritis dan praktis. Adapun manfaat penelitian sebagai
berikut :
a. Manfaat Teoritis
b. Manfaat Praktis
1. Bagi Peneliti
2. Bagi Penulis
6
I. TINJAUAN PUSTAKA
2. Belanja Daerah
3. Pembiayaan daerah
Proses perencanaan dan penyusunan APBD, mengacu pada PP Nomor 58 Tahun 2005
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, secara garis besar sebagai berikut: (1) penyusunan
rencana kerja pemerintah daerah; (2) penyusunan rancangan kebijakan umum anggaran; (3)
penetapan prioritas dan plafon anggaran sementara; (4) penyusunan rencana kerja dan
anggaran SKPD; (5) penyusunan rancangan perda APBD; dan (6) penetapan APBD.
Apabila DPR tidak menyetujui Rancangan Peraturan Daerah maka untuk membiayai
keperluan setiap bulan Pemerintah Daerah dapat melaksanakan pengeluaran setinggi-
tingginya sebesar angka APBD tahun anggaran sebelumnya
Gambar 2.1
a. Fungsi Otorisasi, mengandung arti bahwa anggaran daerah menjadi dasar untuk
melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan.
b. Fungsi Perencanaan, mengandung arti bahwa anggaran daerah menjadi pedoman bagi
manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan.
c. Fungsi Pengawasan, mengandung arti bahwa anggaran daerah menjadi pedoman untuk
menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintah daerah sesuai dengan ketentuan
yang telah ditetapkan.
d. Fungsi Alokasi, mengandung arti bahwa anggaran daerah harus diarahkan untuk
menciptakan lapangan kerja/mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya,
serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian.
e. Fungsi Distribusi, mengandung arti bahwa kebijakan daerah harus memperhatikan rasa
keadilan dan kepatutan
f. Fungsi Stabilisasi, mengandung arti bahwa anggaran pemerintahan daerah menjadi alat
untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian
daerah.
Data belanja modal dan belanja pemeliharaan yang digunakan pada penelitian ini
adalah data realisasi APBD dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2006, maka struktur
APBD yang dibahas dalam penelitian ini masih mengacu pada Kepmendagri No.29 tahun
2002 terdiri dari pendapatan, belanja, dan pembiayaan. Adapun format laporan APBD yang
mengacu pada Kepmendagri No.29 Tahun 2002
9
Tabel 2.2
a. Pajak Daerah
b. Retribusi Daerah
Dana Perimbangan
a. Belanja Pegawai/Personalia
d. Belanja Pemeliharaan
d. Belanja Pemeliharaan
3) Belanja Modal
2. PELAYANAN PUBLIK
d. Belanja Pemeliharaan
a. Belanja Pegawai/Personalia
d. Belanja Pemeliharaan
3) Belanja Modal
2. Pengeluaran Daerah
2) Penyertaan Modal
Belanja Modal adalah pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan modal
yang sifatnya menambah aset tetap/inventaris yang memberikan manfaat lebih dari satu
periode akuntansi, termasuk didalamnya adalah pengeluaran untuk biaya pemeliharaan
yang sifatnya mempertahankan atau menambah masa manfaat, meningkatkan kapasitas dan
kualitas aset
Belanja Modal Peralatan dan Mesin adalah pengeluaran/biaya yang digunakan untuk
pengadaan/penambahan/penggantian, dan peningkatan kapasitas peralatan dan mesin
serta inventaris kantor yang memberikan manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan dan
sampai peralatan dan mesin dimaksud dalam kondisi siap pakai.
Belanja Modal Gedung dan Bangunan adalah pengeluaran/ biaya yang digunakan
untuk pengadaan/penambahan/penggantian, dan termasuk pengeluaran untuk
perencanaan, pengawasan dan pengelolaan pembangunan gedung dan bangunan yang
menambah kapasitas sampai gedung dan bangunan dimaksud dalam kondisi siap
pakai.
Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan adalah pengeluaran/biaya yang digunakan
untuk pengadaan/penambahan/penggantian/peningkatan pembangunan/pembuatan
serta perawatan, dan termasuk pengeluaran untuk perencanaan, pengawasan dan
pengelolaan jalan irigasi dan jaringan yang menambah kapasitas sampai jalan irigasi
dan jaringan dimaksud dalam kondisi siap pakai.
Sedangkan menurut PSAP Nomor 2, belanja Modal adalah pengeluaran anggaran untuk
perolehan asset tetap dan asset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode
akuntansi. Selanjutnya pada pasal 53 ayat 2 Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 ditentukan
bahwa nilai asset tetap berwujud yang dianggarkan dalam belanja modal sebesar harga
beli/bangun asset ditambahseluruh belanja yang terkait dengan pengadaan/pembangunan
13
asset sampai asset tersebut siap digunakan. Kemudian pada pasal 53 ayat 4 Permendagri
Nomor 59 Tahun 2007 disebutkan bahwa Kepala Daerah menetapkan batas minimal
kapitalisasi sebagai dasar pembebanan belanja modal selain memenuhi batas minimal juga
pengeluaran anggaran untuk belanja barang tersebut harus memberi manfaat lebih satu
periode akuntansi bersifat tidak rutin. Ketentuan hal ini sejalan dengan PP 24 Tahun 2004
tentang Standar Akuntansi Pemerintahan khususnya PSAP No 7, yang mengatur tentang
akuntansi asset tetap. Belanja modal merupakan pengeluaran anggaran yang digunakan
dalam rangka memperoleh atau menambah asset tetap dan asset lainnya yang memberikan
manfaat lebih dari satu periode akuntansi serta melebihi batasan minimal kapitalisasi asset
tetap atau asset lainnya yang ditetapkan pemerintah
Aset tetap yang dimiliki sebagai akibat adanya belanja modal merupakan prasayarat
utama dalam memberikan pelayanan publik oleh pemerintah daerah. Untuk menambah aset
tetap, pemerintah daerah mengalokasikan dana dalam bentuk anggaran belanja modal
dalam APBD. Alokasi belanja modal ini didasarkan pada kebutuhan daerah akan sarana
dan prasarana, baik untuk kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan maupun untuk
fasilitas publik. Biasanya setiap tahun diadakan pengadaan aset tetap oleh pemerintahan
daerah, sesuai dengan prioritas anggaran dan pelayanan publik yang memberikan dampak
jangka panjang secara finansial.
Belanja modal dimaksudkan untuk mendapatakan aset tetap pemerintah daerah, yakni
peralatan, bangunan, infrastruktur, dan harta tetap lainnya. Secara teoretis ada tiga cara
untuk memperoleh aset tetap tersebut, yakni dengan membangun sendiri, menukarkan
dengan aset tetap lain, dan membeli. Namun, untuk kasus di pemerintahan, biasanya cara
yang dilakukan adalah dengan cara membeli. Proses pembelian yang dilakukan umumnya
dilakukan melalui sebuah proses lelang atau tender yang cukup rumit.
Berbeda dengan belanja modal, belanja pemeliharaa terjadi pada semua satuan kerja
atau unit organisasi pemerintah daerah karena semua memiliki aset tetap. Karena bersifat
rutin, belanja pemeliharaan tidak tergantung pada Tupoksi satuan kerja, tetapi pada jumlah
aset yang dimiliki.
Belanja modal berbeda dengan belanja operasional dan pemeliharaan dalam hal
pembuatan keputusan. Anggaran operasional dan pemeliharaan melibatkan para eksekutif,
bagian anggaran, dan pimpinan dinas, badan, bagian, dan kantor, sementara belanja modal,
terutama infrastruktur sangat tergantung pada masukan dari insinyur, arsitek, dan
perencanaan. Di sisi lain pembiayaan untuk kedua anggaran tersebut juga berbeda. Belanja
modal pada umumnya berasal dari dana bantuan (fund), sedangkan pendanaan untuk
belanja operasional cenderung bersumber dari pendapatan, misalnya biaya pelayanan
(service charges) dan pajak yang dibebankan kepada masyarakat. Perbedaan yang lain
adalah anggaran operasional biasanya dirancang untuk satu tahun belanja, sementara
kebanyakan anggaran modal untuk beberapa periode atau tahun anggaran (Bland dan
Nunn, 1992).
Perbedaan mendasar lainnya yaitu dari pihak yang terkait dalam proses pembuatan
keputusan. Keduanya melibatkan pihak eksekutif, tetapi pada belanja modal juga dilibatkan
insinyur, perencana dan juga arsitek. Sumber pendanaan (funding) untuk kedua belanja
tersebut juga berbeda. Belanja modal biasanya didasarkan pada one-time sources, seperti
obligasi dan grants, sedangkan anggaran operasi (dalam hal ini belanja pemeliharaan)
umumnya berasal dari sumber pendapatan yang bersifat rutin, seperti pajak (taxes) dan
retribusi (service charges). Perbedaan berikutnya adalah time-frame yang dimasukkan
dalam setiap anggaran. Belanja pemeliharaan biasanya dianggarkan untuk satu tahun
anggaran, sementara hampir semua anggaran belanja modal mengandung komitmen
adanya pengeluaran dalam waktu melebihi satu tahun.
Kamensky (1984) yang melakukan penelitian atas kota-kota yang menjadi anggota
National League of Cities menyatakan
16 bahwa sebanyak 57% kota di Amerika Serikat, tidak
mempertimbangkan biaya pemeliharaan dan perbaikan terhadap expected life dari suatu
proyek. Menurutnya manajer publik perlu memahami lebih jauh biaya total dari belanja
modal, bukan hanya pengeluaran untuk konstruksi dan pengadaan.
Thomassen (1990) menyatakan bahwa paling tidak setengah dari state yang
melaporkan item belanja modal dan non belanja modal secara terpisah, gagal
menggabungkan anggarannya untuk melakukan evaluasi secara simultan dan komparatif
untuk kedua item belanja tersebut. Dia menyatakan bahwa the adoption of capital
budgeting is a tacit admission that outlays for the purchases of capital are fundamentally
different from other government purchases. Their effects linger whereas those of other
outlays fade.
Keputusan untuk meningkatkan belanja modal merupakan bagian dari keinginan untuk
meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan publik, yang diikuti dengan peningkatan
belanja-belanja lain, seperti belanja pemeliharaan. Namun, bukan berarti belanja modal
selalu sebagai penyebab atau predictor bagi kenaikan belanja pemeliharaan. Beberapa
argumen menyatakan perlunya kehati-hatian dalam melihat hubungan belanja modal dan
belanja pemeliharaan, yaitu :
Adanya kesenjangan waktu (lag of time) antara realisasi belanja modal dan
pengaruhnya yang terasa dalam kenaikan atau perubahan dalam belanja pemeliharaan
yang berbeda diantara berbagai bentuk pelayanan. - Hubungan investasi modal
kemungkinan ditutupi oleh kehadiran budget slack (excess resources) atas pelayanan
publik, khususnya jika slack tersebut digunakan untuk meningkatkan biaya yang
muncul dari peningkatan belanja modal.
Mengukur magnitude dan timing belanja modal merupakan pekerjaan yang rumit
karena tidak lengkapnya data dan tidak terhitungnya kontribusi pihak swasta dalam
pengadaan infrastruktur pemerintah daerah (Bland & Nunn, 1992).
17
Belanja modal menyebabkan diperolehnya aset tetap (fixed asset) pada saat belanja
tersebut direalisasi sepenuhnya atau ketika output telah diperoleh. Hal ini berarti
pemerintah daerah akan memiliki penambahan pada aset tetap. Dalam perspektif
manajemen keuangan dan akuntansi, selain diperhitungkan cost untuk penggunaan aset
tersebut dalam bentuk depresiasi, juga harus diperhitungkan cost untuk pemeliharaan aset
tersebut sehingga dapat dimanfaatkan secara efektif sesuai dengan kegunaannya. Biaya
pemeliharaan dikeluarkan secara rutin atau terjadi berulang-ulang setiap tahun (recurrent)
atas aset tetap yang dimiliki oleh pemerintah daerah (Abdullah & Halim, 2006).
Pada Kepmendagri No. 29 Tahun 2002 tidak dijelaskan secara eksplisit bahwa belanja
pemeliharaan harus dialokasikan berdasarkan estimasi atas kondisi keseluruhan aset tetap
yang dimiliki pemerintah daerah. Bahkan dalam peraturan yang harus dipatuhi oleh Pemda
ini, belanja pemeliharaan terdapat dalam dua jenis belanja, yakni dalam belanja
administrasi umum (BAU) dan dalam belanja operasional dan pemeliharaan (BOP).
Belanja pemeliharaan dalam BAU lebih bersifat rutin atau terjadi secara kontinyu,
sementara dalam BOP merupakan kegiatan (insidentil). Namun tidak ada penjelasan lebih
jauh batas antara kedua objek belanja pemeliharaan ini. Untuk di luar Indonesia, beberapa
studi yang menganalisa hubungan belanja modal dengan belanja pemeliharaan telah
dilakukan. Bland & Nunn (1992) menyatakan bahwa terdapat perbedaan dalam proses
pembuatan keputusan pengalokasian antara anggaran belanja modal dengan anggaran
belanja pemeliharaan. Perbedaan itu terjadi karena sifat kedua belanja yang berbeda.
Belanja modal adalah belanja variabel, yakni belanja yang terjadi karena adanya kebutuhan
atau aktivitas untuk menghasilkan aset tetap, sementara belanja pemeliharaan bersifat rutin
dari tahun ke tahun, sesuai dengan keadaan aset tetap yang dimiliki oleh pemerintah.
Dalam tinjauan pustaka, penulis akan menelaah penelitian terdahulu yang berkaitan
dengan penelitian yang akan dilakukan penulis. Dengan demikian, penulis mendapatkan
rujukan pendukung, pelengkap serta pembanding dalam menyusun laporan skripsi ini
sehingga dapat lebih memadai. Setelah penulis melakukan tinjauan pustaka pada hasil
penelitian terdahulu, ditemukan beberapa penelitian tentang Pajak Bumi dan Banguan.
Berikut ini penelitian mengenai Pajak Bumi dan Bangunan
19
Tabel 2.5.1
NO NAMA JUDUL METODE HASIL PENELITIAN
PENULIS, PENELITIAN PENELITIAN
TAHUN DAN
SUMBER
2 Syukriy Studi atas Belanja Hasil studi yang dilakukan dengan model
Abdullah & Modal pada yang sederhana menunjukkan bahwa
Abdul Halim, Anggaran alokasi untuk belanja modal berasosiasi
JURNAL Pemerintah Daerah positif terhadap belanja pemeliharaan
AKUNTANSI dalam untuk konteks pemerintahaan daerah di
PEMERINTA Hubungannya Indonesia setelah otonomi daerah
H Vol. 2, No. dengan Belanja dilaksanakan. Besaran belanja modal
2, November Pemeliharaan dan berasosiasi dengan pendapatan daerah
2006 (hal 17- Sumber yang bersumber dari pemerintah pusat,
32) yang Pendapatan tapi tidak dengan pendapatan sendiri.
diterbitkan oleh
Departemen
Keuangan
republik
Indonesia
Temuan Bland & Nunn (1992), memberikan bukti empiris yang cukup tentang
hubungan antara belanja modal dengan belanja operasional dan pemeliharaan. Meskipun
para manajer sektor pubik, termasuk pemerintahan, menyadari bahwa realisasi belanja
modal memiliki konsekuensi akan adanya belanja pemeliharaan, namun dalam pembuatan
keputusan pengalokasian dan belanja modal merupakan hal yang terpisah. Hal ini
menunjukkan seolah-olah tidak ada hubungan antara belanja modal dengan belanja
pemeliharaan. Kamensky (1984) berargumen perlunya menghubungkan keputusan belanja
modal dengan keputusan belanja operasional. Karo-karo (2006) justru menemukan bahwa
di Indonesia tidak ada hubungan belanja modal dengan belanja operasional dan
pemeliharaan.
Penelitian yang dilakukan Abdullah dan Halim (2006) menemukan bahwa belanja
modal berasosiasi positif terhadap belanja operasional dan pemeliharaan. Sedangkan
penelitian yang dilakukan oleh Abdullah (2006) menyatakan bahwa belanja modal 2003
tidak mempunyai korelasi dengan belanja pemeliharaan 2003 untuk wilayah pulau Jawa,
namun mempunyai korelasi positif bagi wilayah luar pulau Jawa, dan hubungan antara
belanja modal 2003 dan belanja pemeliharaan 2004 mempunyai korelasi yang cukup kuat
baik di pulau Jawa maupun wilayah luar pulau Jawa. Selanjutnya hasil analisis belanja
modal 2004 dan belanja pemeliharaan 2004 menunjukkan bahwa di daerah pulau Jawa dan
luar pulau Jawa tidak memiliki korelasi, begitu juga untuk total selisih belanja modal dan
selisih belanja pemeliharaan tidak memiliki korelasi
.7 Kerangka konseptual
Variabel independent yang digunakan dalam penelitian ini adalah Belanja modal yang
dimaksudkan dalam penelitian ini adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap
dan aset lainnya yang memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Sedangkan
Belanja pemeliharaan yang dimaksudkan
22
pada penelitian ini adalah belanja yang sengaja
dialokasikan dan bertujuan untuk menjaga aset agar selalu siap dipergunakan sesuai
dengan kondisi ekonomis (belanja yang mendukung pemeliharaan aset)adalah variabel
Dependennya. Hubungan yang logis pada masing-masing variabel independen dan variabel
dependen pada penelitian ini divisualisasikan dalam kerangka pemikiran berikut ini.
BELANJA MODAL
ANGGARAN PENDAPATAN
DAN BELANJA PEMERINTAH
DAERAH
BELANJA
PEMELIHARAAN
23
II. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analisis, yaitu dengan menjelaskan cara-
cara pengumpulan data kuantitatif yang akurat dan aktual serta berkaitan erat dengan
masalah yang diteliti (Indrianto dan Supomo, 2002). Penelitian ini dilakukan dengan
menguji dua variabel (analisis bivariate) yaitu belanja langsung fisik (belanja modal) dan
belanja pemeliharaan.
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan di
tarik kesimpulannya (Sugiyono, 2003). Populasi penelitian ini adalah Pemerintah Daerah
(Pemda) baik kabupaten maupun kota. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Pemerintah Daerah (Pemda) se Sumbagsel yang dipilih, baik kabupaten maupun kota
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan
sumber data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara
(diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder ini dapat diperoleh dari: studi
kepustakaan, buku-buku literatur, majalah, jurnal, internet serta laporan penelitian yang ada
hubungannya dengan masalah yang di teliti (Indriantoro dan Supomo, 2002:147). Dalam
Penelitian ini data belanja modal dan belanja pemeliharaan pada laporan realisasi APBD
kabupaten dan kota di Wilayah Sumatera Bagian Selatan di peroleh dari internet situs
Dirjen Perimbangan Keuangan (djpk), dengan alamat situs: www.djpk.depkeu.go.id
Untuk lebih jelasnya unsur-unsur yang dipergunakan dalam penelitian ini secara
operasional adalah sebagai berikut:
24
1. Belanja modal yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah pengeluaran anggaran
untuk perolehan aset tetap dan aset lainnya yang memberikan manfaat lebih dari satu
periode akuntansi. Belanja modal meliputi antara lain belanja modal untuk perolehan
tanah, gedung dan bangunan, peralatan, dan aset tak berwujud yang ditetapkan pada
Standar Akuntansi Pemerintahan (Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005). Ukuran
belanja modal didapatkan dari laporan realisasi APBD dimana diperoleh data mengenai
jumlah realisasi anggaran Belanja Modal (BM).
2. Belanja pemeliharaan yang dimaksudkan pada penelitian ini adalah belanja yang sengaja
dialokasikan dan bertujuan untuk menjaga aset agar selalu siap dipergunakan sesuai
dengan kondisi ekonomis (belanja yang mendukung pemeliharaan aset). Belanja
pemeliharaan meliputi belanja pemeliharaan gedung, bangunan, kendaraan, dan
sebagainya. Ukuran belanja pemeliharaan didapatkan dari laporan realisasi APBD dimana
diperoleh data mengenai jumlah realisasi anggaran Belanja Pemeliharaan (BP).
Dalam penelitian ini, uji statistik dilakukan dengan menggunakan alat bantu SPSS 12.0
For Windows.
a. Analisis Deskriptif Teknik analisis yang bertujuan untuk menguraikan tentang sifat-sifat
(karakteristik) dari suatu keadaan (Supranto, 1997). Pada penelitian ini, analisis deskriptif
berfungsi untuk menentukan nilai tertinggi (maximum) dan juga nilai terendah (minimum)
dari hasil analisa belanja modal dan belanja pemeliharaan pada pemerintah kabupaten dan
kota
c. Uji Beda Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan Independent Sample t-test, yang
bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan antara belanja modal dengan
belanja pemeliharaan pada wilayah
25
kota dan wilayah kabupaten di wilayah Sumbagsel.
Pada penelitian ini, uji beda berfungsi untuk menentukan hasil hipotesis ketiga.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Syukriy & Abdul Halim.2006. Studi Atas Belanja Modal pada Anggaran
Pemerintah Daerah dalam Hubungannya dengan Belanja Pemeliharaan dan
Sumber Pendapatan, Jurnal Akuntansi Pemerintah, Vol. 2 Nomor. 2 November
2006, hal 17-35.
http://eprints.polsri.ac.id/4896/3/BAB%20II.pdf
http://saifulrahman.lecture.ub.ac.id/files/2010/03/Pertemuan-4.pdf
2006. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah.
26