Anda di halaman 1dari 12

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Bahan Mewah

(PPnBM)
Aldya Shafa Diba1, Anisa Haura Ladiba2, Erlinda Deviana3, Humaira
Nadya4, Marisa Adela Angelia5, Suci Latifah6
1Undergraduate Student of Tax Accounting, Padjadjaran University

Abstract

Value Added Tax (VAT) is a relatively new type of tax and is considered a modern form of taxation (Liam Ebrill,
2001). Before the implementation of VAT, the imposition of taxes on indirect consumption was only limited to
certain products. The ideas and concepts that emerged in the 1920s eventually form the conclusion that taxes
which constitute "Revised Circulation Taxes" are taxes that are levied and collected at each stage of production
and distribution of goods and services at the time of the transaction. VAT was first applied in France in 1948 in
the form of taxation at the manufacturing stage. In 1954, France then changed the imposition of VAT from the
manufacturing stage to taxation for all stages of production and distribution. The legal basis for PPnBM is Law
Number 8 of 1983 concerning Mining Tax for Value of Goods and Services Sales Tax on Luxury Goods (PPnBM)
which has been amended several times, most recently by Law Number 42 of 2009. The legal basis for PPnBM is
more specifically regulated in Regulation of the Minister of Finance (PMK) and later downgraded to the
Regulation of the Director General of Taxes (PER) and Circular (SE) of the Director General of Taxes.

Keywords:, Value Added Tax, Tax, Services Sales Tax on Luxury Goods

Abstrak
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) merupakan jenis pajak yang relatif baru dan dianggap sebagai bentuk pemajakan
modern (Liam Ebrill, 2001). Sebelum diterapkannya PPN, pengenaan pajak atas konsumsi yang bersifat tidak langsung
hanya dilakukan terbatas pada produk-produk tertentu. Gagasan serta konsep yang muncul di Tahun 1920-an tersebut
akhirnya membentuk kesimpulan bahwa pajak yang merupakan “Perbaikan Pajak Peredaran” adalah pajak yang
dikenakan dan dipungut pada setiap tahap produksi dan distribusi dari barang dan jasa saat terjadinya transaksi. PPN
pertama kali diterapkan di Prancis pada tahun 1948 dalam bentuk pengenaan pajak di tahap pabrikan. Pada tahun 1954,
Prancis kemudian mengubah pengenaan PPN yang semula hanya di tahap pabrikan menjadi pengenaan pajak di selurh
tahapan produksi dan distribusi. Dasar hukum PPnBM adalah Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak
Pertambangan Nilai Barang dan Jasa Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM) yang sudah diubah beberapa kali,
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009. Dasar hukum PPnBM yang lebih spesifik diatur dalam
Peraturan Menteri Keuangan (PMK) dan kemudian diturunkan menjadi Peraturan Direktur Jendral Pajak (PER) serta
Surat Edaran (SE) Direktur Jenderal Pajak.

Kata Kunci: PPN, Pajak, PPnBM


PENDAHULUAN menyadari adanya masalah yang ditimbulkan dari
penerapan pajak peredaran. Pada tahun 1920-an, melalui
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) merupakan tulisannya von Siemens kemudian mengembangkan
jenis pajak yang relative baru dan dianggap sebagai gagasannya tersebut, yang Ia namakan “Perbaikan Pajak
bentuk pemajakan modern (Liam Ebrill, 2001). Peredaran” atau “Penyempurnaan Pajak Peredaran” (Alan
Sebelum diterapkannya PPN, pengenaan pajak atas Schenk dan Oliver Oldman, 2007). Gagasan serta konsep
konsumsi yang bersifat tidak langsung hanya yang muncul di tahun 1920-an tersebut akhirnya
dilakukan terbatas pada produk-produk tertentu. membentuk kesimpulan bahwa pajak yang merupakan
Gagasan serta konsep yang muncul di Tahun 1920- “Perbaikan Pajak Peredaran” adalah pajak yang dikenakan
an tersebut akhirnya membentuk kesimpulan dan dipungut pada setiap tahap prodksi dan distribusi dari
bahwa pajak merupakan “Perbaikan Pajak barang dan jasa saat terjadinya transaksi. Akan tetapi,
Peredaran” adalah pajak yang dikenakan dan walaupun dikenakan pada setiap tahap produksi dan
dipungut pada setiap tahap produksi dan distribusi distribusi, dengan adanya metode pengkreditan pajak
dari barang dan jasa saat terjadinya transaksi. PPN masukan terhadap pajak keluaran maka pajak yang
pertama kali diterapkan di Pranics pada tahun 1948 dikenakan hanya atas pertambahan nilai yang timbul pada
dalam bentuk pengenaan pajak di tahap pabrikan. setiap tahapan tersebut. Gagasan dan konsep inilah yang
Pada tahun 1954, Prancis kemudian mengubah menjadi asal muasal lahirnya PPN.
pengenaan PPN yang semula hanya di tahap Banyak negara Eropa memberlakukan PPN pada Tahun
pabrikan menjadi pengenaan pajak di seluruh 1960-an dan 1970-an. Sementara itu, negara berkembang
tahapan produksi dan distribusi. mengikuti penerapan PPN pada Tahun 1980-an dan
Dasar hukum PPnBM adalah Undang-Undang sesudahnya. Dalam kurun waktu kurang dari setengah
Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambangan abad, PPN telah menjadi salah satu instrument penerimaan
Nilai Barang dan Jasa Pajak Penjualan dengan yang paling dominan di berbagai negara. Sampai 1 Januari
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009. Dasar 2016, menurut OECD (2016), terdapat 167 negara di dunia
hukum PPnBM yang lebih spesifik diatur dalam yang telah menerapkan PPN sebagai bentuk pajak atas
Peraturan Menteri Keuangan (PMK) dan kemudian konsumsi di negaranya.
diturunkan menjadi Peraturan Direktur Jenderal Setelah Periode Pajak Pembangunan I (PPb I), Periode
Pajak (PER) serta Surat Edaran (SE) Direktur Pajak Peredaran 1950 (PPe 1950), dan Periode Pajak
Jenderal Pajak. Penjualan 1951 (PPn 1951), kelas pajak kali ini akan
memberikan penjabaran mengenai Periode Pajak
SEJARAH PAJAK PERTAMBAHAN NILAI Pertambahan Nilai (PPN). Periode ini merupakan bagian
(PPN) terakhir dari empat periode sejarah dan perkembangan
Dalam sejarahnya, PPN merupakan suatu inovasi pemungutan PPN di Indonesia. Pada akhir 1983,
fiscal terbaru. Bahkan Sijbern Cnossen Pemerintah Indonesia mencanangkan reformasi
mengklaim bahwa pengenalan PPN secara perpajakan yang kedua setelah reformasi perpajakan 1970
universal dapat dianggap sebagai peristiwa sebagai langkah mengoptimalkan penerimaan pendapatan
terpenting dalam evolusi struktur pajak yang dari sector pajak. Untuk mencapai sasaran kebtuhan
terjadi pada paruh terakhir di abad ke-20 pembangunan yang dikehendaki, seperti meningkatkan
(Kathryn James, 2015). Sebelum diterapkannya penerimaan negara, mendorong ekspor, serta pemerataan
PPN, pengenaan pajak atas konsumsi yang beban pajak, sistem PPN dianggap perlu diganti. Akan
bersifat tidak langsung hanya dilakukan terbatas tetapi, penggantian sistem yang baru ini pada dasarnya
pada produk-produk tertentu. Misalnya, dimaksudkan untuk menghilangkan sisi negatif dari sistem
pengenaan cukai atas alcohol dan tembakau. PPN yang selama ini berlaku, yaitu menghulangkan efek
Selain cukai, dikenal juga jenis pajak tidak pajak atas pajak (cascading effect) dari penerapan PPN.
langsung lainnya, yaitu pajak penjualan dan pajak Atas dasar alas an tersebut diatas, UU PPN dianggap tidak
peredaran. Namun, distorsi yang dihasilkan dari dapat digunakan lagi untuk memenuhi kebutuhan dan
pajak penjualan dan pajak peredaran karena diganti dengan sistem PPN yang diatur dalam Undang-
adanya pajak atas pajak (cascading effect) dari Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan
penerapan kedua jenis pajak tersebut serta Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Barang Mewah
ditambah dengan adanya tuntutan peningkatan (UU PPN Nomor 8 Tahun 1983). Dalam pelaksanaannya,
penerimaan, memberikan dorongan bagi UU PPN Nomor 8 Tahun 1983 ini diatur lebih lanjut dalam
pemerintah untuk mencari alternatif bentuk pajak Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 1983 yang pada
lainnya. Gagasan dasar mengenai PPN pertama awalnya akan diberlakukan pada tanggal 1 Juli 1984.
kali muncul dari seorang pengusaha Jerman Namun, melalui Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
bernama Dr. Wilhelm von Siemens yang Undang Nomor 1 Tahun 1984 (Perppu),
Pemerintah memutuskan untuk menangguhkan Penyerahan BKP dalam peraturan tentang PPN ini
pelaksanaan UU PPN Nomor 8 Tahun 1983 adalah penyerahan BKP karena suatu perjanjian,
menjadi selambat-lambatnya tanggal 1 Januari pengalihan BKP karena suatu perjanjian sewa beli
1986. Pelaksanaan UU PPN yang ditangguhkan, (leasing) dan penghasilan hasil produksi dalam keadaan
telah mulai diberlakukan pada 1 April 1985. bergerak.
Ketentuan tersebut diatur dalam Peraturan Sedangkan yang dimaksud penyerahan JKP meliputi
Pemerintah Nomor 22 Tahun 1985 sebagai pemberian JKP yang dilakukan dalam lingkungan
penganti dari Peraturan Pemerintah Nomor 38 perusahaan/untuk kepentingan sendiri. Tarif PPN
1983 (Soerjono Sastrohadikoesoemo, 2004). ditetapkan sebesar 10% dan tarif atas ekspor BKP/JKP
Dalam kurun waktu 35 tahun sejak disahkan pada sebesar 0% dengan ketentuan dapat diubah serendah-
tanggal 31 Desember 1983, UU PPN Nomor 8 rendahnya menjadi 5% dan setinggi-tingginya 15%.
Tahun 1983 telah mengalami tiga kali perubahan Undang-undang ini berlaku sejak 1 Januari 1984
: bersamaan dengan UU No. 6 Tahun 1983 tentang
1. Perubahan pertama dilakukan dengan UU Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Indonesia
Nomor 11 Tahun 1994 ( UU PPN Nomor 11 serta UU No.7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.
Tahun 1994), mulai berlaku pada 1 Januari Namun, dasar hukum PPN ini baru disahkan pada 1 April
1995; 1985.
2. Perubahan kedua dilakukan dengan UU B. Dasar Hukum PPN UU Nomor 11 Tahun 1994
Nomor 18 Tahun 2000 (UU PPN Nomor 18 Beberapa poin penting dari kebijakan ini adalah
Tahun 2000), mulai berlaku pada 1 Januari penjelasan, PPN sebagai pajak tidak langsung yang
2001; dan dihitung oleh penjual tetapi dibayar oleh orang lain
3. Perubahan yang ketiga dilakukan dengan UU (pembeli). Selanjutnya, dasar hukum PPN ini menjelaskan
Nomor 42 Tahun 2009 (UU PPN Nomor 42 adanya sistem Muli Stage Tax sebagai pajak yang
Tahun 2009), mulai berlaku pada 1 April dikenakan secara bertingkat, pada rantai produksi dan
2010. distribusi. UU No. 11 Tahun 1994 ini juga membahas
Dalam konsiderans “Menimbang” UU Nmoor 42 mengenai consumption type VAT sebagai pajak yang
Tahun 2009 mencantumkan dasar pertimbangan dipungut atas nilai tambah, penerapan Non cumulative Tax
perubahan ketiga UU PPN sebagai berikut : yaitu sistem pengenaan pajak pada barang/jasa yang telah
1. Lebih meningkatkan kepastian hukum dan dikenakan terhadap barang/jasa yang telah dikenakan
keadilan; pajak daerah. Penerapan tarif tunggal 10% diberlakukan
2. Menciptakan sistem perpajakan yang untuk pungutan PPN dan pajak objektif sebagai pajak
sederhana; yang dikenakan atas barang/jasa tanpa melihat orang/adan
3. Mengamankan penerimaan negara agar yang melakukan transaksi.
pembangunan nasional dapat dilaksanakan C. Dasar Hukum PPN UU Nomor 42 Tahun 2009
secara mandiri. UU No. 42 tahun 2009 adalah perubahan ketiga atas
DASAR HUKUM PPN UU PPN. Dengan kata lain, peraturan ini merupakan dasar
PPnBM dan PPN diatur dalam Undang- hukum terbaru yang mengatur tentang PPN. Undang-
Undang yang sama, karena PPnBM tidak dapat undang yang menjadi dasar hukum PPN ini membahas
dikenakan tersendiri tanpa pengenaan PPN. PPN sejumlah perubahan dari undang-undang sebelumnya
merupakan pajak yang dikenakan atas setiap seperti mengenai status KPK sebagai pihak yang wajib
pertambahan nilai dan Barang Kena Pajak atau menyetor melaporkan PPN dan PPnBM yang terutang,
Jasa Kena Pajak dalam peredarannya dan hingga kewajiban pengusaha kecil yang sudah memilih
produsen ke konsumen. Hampir semua barang untuk dikukuhkan sebagai PKP.
konsumsi dikenakan PPN, maka PPN ditetapkan Berdasarkan peraturan ini, PPN dkenakan atas
bertarif tunggal 10% dari harga jual. Sedangkan penyerahan JKP dalam daerah pabean yang dilakukan
PPnBM lebih spesifik lagi, dikenakan hanya pada oleh pengusaha, impor BKP, penyerahan JKP dalam
saat penyerahan Barang Kena Pajak yang daerah pabean yang dilakukan oleh pengusaha,
berkategori mewah, denga tarif beragam, sesuai pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah pabean
jenis barang. di dalam daerah pabean, ekspor BKP berwujud oleh PKP,
A. Dasar Hukum PPN UU Nomor 8 Tahun ekspor BKP tidak berwujud oleh PKP dan ekspor JKP
1983 oleh PKP.
Undang-Undang No. 8 Tahun 1983 mengatur UU No. 43 tahun 2009 juga mengatur bahwa PPN atas
tentang daerah pabean, barang berwujud dan penyerahan JKP yang dibatalkan (sebagian/seluruhnya)
BKP. dapat dikurangkan dari PPN terutang yang terjadi dalam
masa pajak terjadinya pembatalan.
D. Dasar Hukum PMK No. 197/PMK.03/2013 1. Kendaraan CKD
Peraturan mengenai pemungutan, penyetoran 2. Kendaraan sasis
dan pelaporan PPN diatur melalui PMK No. 3. Kendaraan pengangkutan barang
197/PMK.03/2013 yang juga mengatur PKP 4. Kendaraan bermotor beroda dua dengan
sebagai pihak yang wajib melaporkan pajaknya kapasitas isi silinder sampai dengan 250 cc
karena jumlah penjualan barang dan jasa yang 5. Kendaraan bermotor untuk pengangkutan 16
sudah melebihi Rp 4.800.000.000. Pelaporan orang atau lebih termasuk pengemudi
dilakukan pada akhir bulan berikutnya setelah Sementara, Pasal 8 menyebutkan kendaraan bermotor yang
jumlah penjualan berhasil melebihi Rp mendapat fasilitas dibebaskan dari pungutan PPnBM
4.800.000.000. adalah kendaraan bermotor yang memenuhi kriteria
DASAR HUKUM PPnBM berikut ini:
Sebagai dasar hukum, UU PPN hanya 1. Kendaraan bermotor berupa kendaraan
menjabarkan mengenai ketentuan umum terkait ambulance, kendaraan jenazah, kendaraan
PPnBM. Sementara, dasar hukum PPnBM yang pemadam kebakaran, kendaraan tahanan, dan
lebih spesifik diatur dalam Peraturan Menteri kendaraan pengangkutan umum.
Keuangan (PMK) dan kemudian diturunkan 2. Kendaraan protokoler kenegaraan.
menjadi Peraturan Direktur Jenderal Pajak (PER) 3. Kendaraan bermotor untuk pengangkutan 10
serta Surat Edaran (SE) Direktur Jenderal Pajak. orang sampai dengan 15 orang, termasuk
Sama dengan UU PPN, dasar hukum pengemudi, yang digunakan untuk kendaraan
PPnBM dalam bentuk PMK juga selalu dinas Tentara Nasional Indonesia (TNI) atau
mengalami pembaharuan, mengacu pada Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri).
perubahan kondisi yang terjadi dalam praktek. 4. Kendaraan patroli TNI atau Polri.
Bahkan, PER dan SE telah merinci berbagai hal PMK Nomor 64/PMK.011/2014 ini mengalami perubahan
mengenai PPnBM, hingga saat terutangnya kecil menjadi PMK 33/PMK.010/2017. Namun,
PPnBM dan PPnBM atas penyerahan BKP dari perubahan yang terjadi hanya pada rincian kendaraan
pusat ke cabang atau sebaliknya. Namun PER bermotor yang terkena pungutan PPnBM.
dan SE ini tidak bisa dikatakan sebagai dasar PPnBM mobil mewah adalah pajak penjualan yang
hukum, melainkan merupakan petunjuk dikenakan pada kendaraan jenis mobil tertentu
pelaksanaan dan petunjuk teknis PPnBM sebagaimana telah diatur oleh PP 22 Tahun 2014 dan
Sementara yang dikatakan sebagai dasar PMK-64/PMK.011/2014.
hukum PPnBM yang akan menjadi pembahasan Tarif PpnBM mobil, khususnya mobil mewah
tulisan ini adalah PMK, baik PMK untuk mengacu pada beberapa peraturan diantaranya :
kendaraan bermotor dan non kendaraan  PP Nomor 41 Tahun 2013 tentang kelompok
bermotor. Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah
A. Dasar Hukum PPnBM Kendaraan berupa Kendaraan Bermotor yang Dikenai Pajak
Bermotor Penjualan atas Barang Mewah.
PMK Nomor 64/PMK.011/2014 merupakan  PMK/PMK.010/2017.
dasar hukum PPnBM kendaraan bermotor yang  PP Nomor 22 Tahun 2014.
secara rinci menjabarkan tarif PPnBM yang Dalam PP Nomor 22 Tahun 2014 tercantum beberapa
dikenakan atas beberapa klasifikasi kendaraan peraturan yang dapat Anda jadikan acuan untuk menghitung
bermotor serta penghitungan Dasar Pengenaan PPnBM mobil mewah. Berikut ini penjelasannya:
Pajak (DPP) PPnBM BKP yang tergolong mewah. 1. Kelompok Barang Kena Pajak yang tergolong mewah
PMK Nomor 64/PMK.011/2014 sebagai berupa kendaraan bermotor yang dikenai PPnBM
dasar hukum PPnBM kendaraan bermotor juga dengan tarif 10%:
mengatur mengenai jenis-jenis penyerahan dan  Kendaraan bermotor untuk mengangkut 1 sampai
impor kendaraan bermotor yang mendapatkan 15 orang termasuk pengemudi.
fasilitas tidak dikenakan PPnBM, serta  Kendaraan dengan motor diesel/ semi diesel untuk
penyerahan dan impor kendaraan bermotor yang semua kapasitas silinder.
mendapatkan fasilitas pembebasan dari pungutan  Kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang
PPnBM. Hal ini diatur dalam Pasal 7 dan Pasal 8 dari 10 orang, termasuk pengemudi selain sedan
PMK Nomor 64/PMK.011/2014. atau station wagon dengan motor diesel atau semi
Pasal 7 PMK Nomor diesel.
64/PMK.011/2014 menyebutkan bahwa,  Memiliki sistem satu gardan penggerak 4×2
pungutan PPnBM tidak dikenakan pada barang- dengan kapasitas isi silinder sampai dengan 1500
barang berikut: cc.
2. Kendaraan bermotor yang dikenai PPnBM pengangkutan kurang dari 10 orang termasuk
sebesar 20%: pengemudi dengan mesin diesel/semi diesel
 Kendaraan bermotor untuk pengangkutan berupa sedan/ station wagon.
kurang dari 10 orang termasuk  Kendaraan selain sedan atau station wagon
pengemudi. dengan sistem satu gardan penggerak (4×2)
 Kendaraan selain sedan/ station wagon dengan sistem 2 gardan penggerak (4×4) dengan
dengan motor diesel/ semi diesel dengan kapasitas isi silinder lebih dari 2.500 cc.
sistem satu gardan penggerak (4×2)  PPnBM mobil mewah 125% juga dikenakan atas
dengan kapasitas isi silinder lebih dari trailer, semi trailer, dan tipe karavan.
1.500 cc sampai dengan 2.500 cc. B. Dasar Hukum PPnBM Non Kendaraan Bermotor
 Mobil dengan kabin ganda dalam bentuk PMK Nomor 35/PMK.010/2017 merupakan dasar
kendaraan bak terbuka. hukum PPnBM untuk BKP yang tergolong mewah yang
3. Kendaraan bermotor yang dikenai tarif masuk kelompok non kendaraan bermotor. Untuk
PPnBM 30%: kelompok BKP tergolong mewah yang bukan kendaraan
 Kendaraan bermotor yang mengangkut bermotor, yang terutama diatur adalah jenis BKP dan tarif
kurang dari 10 orang termasuk yang dikenakan.
pengemudi. Jenis barang mewah yang terkena pungutan PPnBM ini
 Kendaraan bermotor sedan/station wagon tertera dalam lampiran PMK Nomor 35/PMK.010/2017,
dengan motor diesel atau semi diesel misalnya rumah mewah, town house, apartemen hingga
dengan kapasitas isi silinder sampai pengenaan PPnBM pada kapal pesiar dan yacht.
1.500 cc. Secara rinci, barang mewah selain kendaraan bermotor
 Kendaraan bermotor selain sedan/ station yang terkena pungutan PPnBM adalah sebagai berikut:
wagon dengan motor diesel/semi diesel. 1. Tarif PPnBM untuk non kendaraan bermotor sebesar
 Memiliki sistem dua gardan penggerak 20% diberlakukan pada:
(4×4) dengan kapasitas isi silinder 1500  Rumah dan town house dari jenis nonstrata title
cc. dengan harga jual sebesar Rp 20 miliar atau lebih.
4. Kelompok kendaraan bermotor yang dikenai  Apartemen, kondominium, town house dari jenis
PPnBM dengan tarif 40%: strata title dan sejenisnya dengan harga jual
 Kendaraan bermotor selain sedan/ station sebesar Rp 10 miliar atau lebih.
wagon. 2. Tarif PPnBM untuk non kendaraan bermotor sebesar
 Memiliki sistem satu gardan penggerak 40% diberlakukan pada:
(4×2).  Kelompok balon udara dan balon udara yang
 Kapasitas silinder lebih dari 2.500 cc dapat dikemudikan, pesawat udara lainnya tanpa
sampai 3.000 cc. tenaga penggerak.
5. Kendaraan bermotor yang dikenai PPnBM  Kelompok peluru senjata api dan senjata api
tarif 50%: lainnya, kecuali untuk keperluan negara, yang
 Semua jenis kendaraan khusus yang terdiri dari peluru dan bagiannya, tidak termasuk
dimanfaatkan untuk golf. peluru senapan angin.
6. Kendaraan Bermotor yang dikenai PPnBM 3. Tarif PPnBM untuk non kendaraan bermotor sebesar
60%: 50% diberlakukan pada:
 Kendaraan khusus yang dibuat untuk  Kelompok pesawat udara, kecuali untuk keperluan
perjalanan di atas salju, pantai, gunung negara atau angkutan udara niaga yang terdiri dari
dan kendaraan semacam itu. helokopter, pesawat udara dan kendaraan udara
7. Kendaraan Bermotor dengan PPnBM 125% lainnya, selain helikopter.
 Mengangkut kurang dari 10 orang  Kelompok senjata api dan senjata api lainnya,
termasuk pengemudi. kecuali untuk keperluan negara yang terdiri dari
 Sedan/station wagon. senjata artileri, revolver dan pistol, senjata api
 Kendaraan selain sedan atau station (selain senjata artileri, revolver dan pistol) dan
wagon dengan sistem 1 gardan peralatan semacam itu yang dioperasikan dengan
penggerak 4×2. penembakan bahan peledak.
 Kendaraan yang memiliki sistem 2
gardan penggerak 4×4 dengan kapasitas
4. Tarif PPnBM untuk non kendaraan bermotor sebesar
isi silinder lebih dari 3.000 cc.
75% diberlakukan pada:
 Kendaraan bermotor untuk
 Kapal pesiar, kapal ekskursi, dan kendaraan air
semacam yang dirancang untuk 1. PPN Merupakan Pajak atas Konsumsi
pengangkutan orang, kapal feri dari semua PPN adalah bagian dari pajak yang dikenakan atas
jenis, kecuali untuk kepentingan negara konsumsi suatu barang atau jasa. Ini artinya, pajak ini
atau angkutan umum. dibebankan kepada pembeli atau konsumen yang tidak
 Yacht, kecuali untuk kepentingan negara akan menjual kembali barang yang sudah dibelinya.
atau angkutan umum. Pembayaran PPN dari konsumen akhir ini dilakukan
Pendahulu PMK Nomor melalui penambahan biaya beli dan nantinya akan
35/PMK.010/2017 sebagai dasar hukum PPnBM disetorkan oleh produsen.
adalah PMK Nomor 106/PMK.010/2015 yang di 2. PPN Merupakan Pajak Tidak Langsung
dalamnya juga hanya mengatur mengenai jenis Pajak disebut tidak langsung karena pajak ini tidak
barang mewah selain kendaraan bermotor yang disetorkan langsung oleh si pembayar dan penyetor
dikenai pungutan PPnBM. dari pihak berbeda. Seperti yang sudah dijelaskan di
CIRI-CIRI DAN KRITERIA PPN DI atas, pajak dibayarkan oleh konsumen melalui
INDONESIA pembayaran barang yang sudah dikenai PPN oleh
Pertanyaan yang paling umum tentang PPN produsen, lalu yang berkewajiban menyetorkan PPN
adalah barang atau jasa apa saja yang dikenakan tersebut adalah produsen.
kewajiban pajak ini? Perlu diketahui bahwa ada 3. PPN Merupakan Pajak Objektif
banyak jenis barang atau jasa yang dikenai PPN. PPN merupakan pajak objektif artinya bahwa pajak ini
Oleh karena itu untuk memudahkan, maka dinilai berdasarkan objek pajaknya (barang atau jasa)
pembedanya bisa diketahui dari beberapa ciri bukan subjek pajaknya (pembayar). Jadi, siapapun
barang atau jasa yang tidak dikenakan PPN yang membeli barang atau jasa kena pajak yang
tersebut. dimaksud, maka nilai pajaknya akan sama saja.
Berikut ini merupakan kriteria untuk barang yang 4. PPN Merupakan Pajak Atas Konsumsi Barang/Jasa di
tidak berkewajiban dikenakan PPN: Dalam Negeri
 Barang hasil pertambangan atau Perlu diketahui pula bahwa PPN hanya dikenakan
pengeboran yang diambil langsung dari untuk Barang Kena Pajak (BKP) dan Jasa Kena Pajak
sumbernya (JKP) yang transaksinya terjadi di dalam negeri saja.
 Barang dan bahan kebutuhan pokok yang Sebagai contoh transaksi impor juga dikenai PPN
umum digunakan masyarakat banyak karena konsumsi berada di dalam negeri.
untuk kehidupan sehari-hari 5. PPN Menggunakan Tarif Tunggal
 Makanan dan minuman yang disediakan di Sesuai peraturan perundang-undangan pajak, tarif
hotel, restoran, rumah makan, katering, dan dasar PPN bersifat tunggal untuk semua BKP atau JKP
sejenisnya. yaitu 10%. Ini artinya pajak ini akan bersifat regresif
 Uang, surat berharga, dan emas batangan. karena besar kecilnya nilai pajak sangat relatif antara
Sedangkan untuk jasa, kriteria yang tidak terkena satu orang dengan orang lainnya.
kewajiban PPN adalah jasa pelayanan sosial, 6. PPN bersifat Multi Stage Levy
pelayanan medis dan kesehatan, keuangan, Hal yang dimaksud Multi Stage Levy adalah PPN tidak
keamanan, pengiriman surat berperangko, menimbulkan efek pemungutan pajak ganda atau
asuransi, keagamaan, pendidikan, seni dan berulang. Padahal PPN ini sendiri dikenakan pada
hiburan, angkutan umum, tenaga kerja, setiap tahap produksi dan distribusi muali dari pabrik,
perhotelan, penyiaran bukan iklan, penyedia pedagang besar, grosir, hingga ke pengecer.
tempat parkir, telepon umum dengan uang logam, Tidak bersifat pemungutan pajak ganda tersebut terjadi
pengiriman uang dengan wesel pos, katering atau lantaran mekanismenya yang menggunakan sistem
boga, serta jasa yang disediakan pemerintah untuk pengkreditan Pajak Keluaran dan Pajak Masukan.
keperluan umum. 7. PPN Menggunakan Metode Indirect Subtraction
Selain kriteria barang/jasa yang dikenakan Dalam perhitungannya, mekanisme PPN menggunakan
PPN, perlu diketahui pula bahwa PPN memiliki metode pengurangan secara tidak langsung (indirect
beberapa kriteria atau ciri-ciri khusus substraction method). Metode ini berarti Pengusaha
dibandingkan dengan pajak jenis lainnya. Berikut Kena Pajak (PKP) dapat mengkreditkan pajak masukan
kriteria atau ciri-ciri lengkap dari PPN tersebut: atas BKP dan JKP yang berbeda. Misalnya pajak
masukan didapat dari pembelian BKP sedangkan pajak
keluaran dari penjualan jasa.
CIRI-CIRI DAN KRITERIA PPnBM DI Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
INDONESIA 136/PMK.03/2012 tentang Perubahan atas Peraturan
Berbeda dengan PPN, besaran PPnBM yang Menteri Keuangan Nomor 85/PMK.03/2012 tentang
ditetapkan menurut Pasal 8 UU No.42 Tahun 2009 Penunjukan Badan Usaha Milik Negara untuk Memungut,
adalah paling rendah 10% dan paling tinggi hingga Menyetor, dan Melaporkan Pajak Pertambahan Nilai atau
200%. Hal ini berlaku untuk semua transaksi Pajak Penjualan atas Barang Mewah, serta Tata Cara
berkaitan barang mewah kecuali untuk ekspor. Pemungutan, Penyetoran, dan Pelaporannya, mekanisme
Dalam upaya menggenjot angka ekspor maka pemungutan PPN adalah:
pemerintah menetapkan pajak 0% untuk barang 1. Rekanan memiliki kewajiban dalam membuat faktur
mewah tersebut. pajak dan Surat Setoran Pajak (SSP) atas tiap
Berikut 4 kriteria barang yang terkena PPnBM: penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dan/atau Jasa
 Barang yang bukan dikategorikan sebagai Kena Pajak (JKP) kepada Badan Usaha Milik Negara
kebutuhan pokok (BUMN).
 Barang yang dikonsumsi oleh masyarakat 2. Faktur pajak dibuat sesuai ketentuan di bidang
tertentu saja perpajakan.
 Barang yang dikonsumsi masyarakat 3. Mencantumkan NPWP dan identitas rekanan dan
berpenghasilan tinggi melakukan penandatanganan SPP yang dilakukan oleh
 Barang yang menunjukkan status atau kelas BUMN sebagai penyetor atas nama rekanan tersebut.
sosial tinggi 4. Atas penyerahan BKP, selain terutang PPN, yakni
Ciri dan Keriteria PPnBM: terutang pula PPnBM, maka rekanan mencantumkan
1. PPnBM Merupakan pungutan tambahan di pula jumlah PPnBM terutang pada faktur pajak.
samping PPN 5. Faktur pajak dibuat rangkap 3. Lembar pertama untuk
Ini artinya, PPnBM terpisah dengan kewajiban BUMN, lembar kedua untuk rekanan, dan ketiga untuk
PPN. Barang yang sudah terkena PPN dan BUMN yang dilampirkan pada SPT Masa PPN.
tergolong mewah maka terkena pula PPnBM 6. SSP dibuat rangkap 5. Lembar pertama untuk rekanan,
sehingga nilai pajaknya menjadi lebih besar. kedua untuk KPPN lewat bank persepsi atau kantor
2. PPnBM Hanya Dikenakan Satu Kali pos, ketiga untuk rekanan yang dilampirkan pada SPT
Pemungutan PPnBM hanya diberlakukan satu Masa PPN, keempat untuk bank persepsi atau kantor
kali yaitu pada saat impor Barang Kena Pajak pos, kelima untuk BUMN yang dilampirkan pada SPT
(BKP) yang tergolong mewah tersebut. Selain Masa PPN bagi pemungut PPN.
itu bisa juga saat penyerahan BKP yang 7. Melakukan pemungutan wajib menyertakan cap
tergolong mewah yang dilakukan oleh “Disetor tanggal ……….” dan menandatanganinya
Pengusaha Kena Pajak atau pabrikan yang pada faktur pajak.
membuatnya. 8. Faktur pajak dan SSP adalah bukti pemungutan dan
3. PPnBM Tidak Dapat Dikreditkan dengan PPN penyetoran atas PPN dan PPnBM.
PPnBM memiliki ciri tidak dapat dikreditkan Mekanisme pemungutan PPnBM oleh pemungut
dengan PPN. Hal ini lantaran BKP yang PPN/PPnBM, yakni bendaharawan Pemerintah, badan, atau
terkena PPnBM bersifat konsumtif. Selain itu instansi pemerintah yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan
hal ini dilakukan sebagai upaya penerapan untuk memungut, menyetor, dan melaporkan pajak yang
keadilan antara orang kaya dan miskin. terutang oleh PKP atas penyerahan BKP kepada pemungut
4. PPnBM untuk Eksportir bisa Melakukan PPN/PPnBM, terdiri atas tiga yakni:
Restitusi 1. Mekanisme pemungutan PPN oleh bendaharawan
Meskipun tidak dapat dikreditkan, khusus PKP pemerintah dan Kantor Pelayanan Perbendaharaan
yang mengekspor BKP yang tergolong mewah Negara (KPPN).
bisa meminta restitusi (permohonan Mekanisme pemungutan PPnBM oleh bendaharawan
pengembalian pembayaran) PPnBM yang pemerintah dan KPPN adalah sebagai berikut:
sudah dibayar. 1. PKP rekanan pemerintah membuat faktur pajak dan
SISTEM PEMUNGUTAN PPN DAN PPnBM Surat Setoran Pajak (SSP) pada saat menyampaikan
Secara umum, mekanisme pemungutan PPN tagihan kepada bendaharawan Pemerintah atau KPKN
merupakan rekanan menerbitkan faktur pajak dan baik untuk sebagian maupun seluruh pembayaran.
menerbitkan SSP atas setiap penyerahan BKP/JKP 2. Rekanan menerbitkan faktur pajak dengan kode
ke pemungut PPN. Dengan demikian, pembeli atas transaksi 02.
BKP/JKP yang terkait wajib membayar ke PKP 3. Apabila pembayaran diterima sebelum penagihan atau
penjual sebesar harga jual ditambah PPN terutang. sebelum penyerahan BKP, faktur pajak wajib
Tarif PPN sebesar 10%. diterbitkan pada saat pembayaran diterima.
4. PKP rekanan mencantumkan jumlah PPnBM Sementara, untuk SSP diisi dengan membubuhkan NPWP
yang terutang pada faktur pajak. dan identitas rekanan, namun yang menandatangani SSP
Pada lembar faktur pajak oleh bendaharawan adalah kontraktor atau pemegang kuasa/pemegang izin
pemerintah yang melakukan pemungut wajib selaku penyetor PPN/PPnBM atas nama rekanan.
dibubuhi cap yang menunjukan tanggal penyetoran SSP-nya sendiri dibuat lima rangkap dengan peruntukan
PPnBM dan ditandatangani bendaharawan sebagai berikut:
pemerintah. Sementara, apabila pemungutan oleh 1. Lembar kesatu untuk rekanan.
bendaharawan Pemerintah, SSP dibuat dalam 2. Lembar kedua untuk KPPN melalui bank persepsi atau
rangka 5. Setelah PPnBM disetor di bank persepsi kantor pos
atau kantor pos, lembar-lembar SSP tersebut 3. Lembar ketiga untuk rekanan yang dilampirkan pada
diperuntukkan sebagai berikut: SPT masa pajak.
1. Lembar ke-1, untuk PKP rekanan 4. Lembar keempat untuk bank persepsi atau kantor pos.
2. Lembar ke-2, untuk KPP melalui KPPN 5. Lembar kelima untuk kontraktor atau pemegang
3. Lembar ke-3, untuk PKP rekanan guna kuasa/pemegang izin yang dilampirkan pada SPT masa
dilampirkan pada SPT masa pajak pajak bagi pemungut PPN/PPnBM.
4. Lembar ke-4, untuk bank persepsi atau kantor 3. Mekanisme Pemungutan PPnBM oleh BUMN
pos atau pertinggal untuk KPPN Rekanan BUMN membuat faktur pajak dan SSP saat
5. Lembar ke-5, untuk arsip bendahara penyerahan BKP yang tergolong mewah kepada BUMN.
Apabila pemungutan oleh KPKN, SSP dibuat 4 Faktur pajak yang dibuat oleh rekanan BUMN
rangkap yang masing-masing diperuntukkan menggunakan kode faktur 03.
sebagai berikut: Ketentuan mengenai faktur pajak terkait mekanisme
1. Lembar ke-1 untuk PKP rekanan pemerintah. pemungutan PPnBM oleh BUMN adalah sebagai berikut:
2. Lembar ke-2 untuk Kantor Pelayanan Pajak 1. Faktur pajak dibuat saat penyerahan.
(KPP) melalui KPKN. 2. Faktur pajak dibuat dua rangkap, untuk BUMN dan
3. Lembar ke-3 untuk PKP rekanan pemerintah rekanan BUMN.
dilampirkan pada SPT masa pajak. 3. Pada faktur pajak yang dibuat, dibubuhi cap yang
4. Lembar ke-4 untuk KPKN. menunjukan tanggal penyetoran dan ditandatangani
KPPN kemudian membubuhkan cap “TELAH oleh BUMN.
DIBUKUKAN” pada SSP lembar ke-1 dan lembar Sementara, ketentuan mengenai SSP adalah sebagai
ke-2. Selain itu, KPPN yang melakukan berikut:
pemungutan harus mencantumkan nomor dan 1. Rekanan mengisi SSP dengan membubuhkan NPWP
tanggal advis SPM pada setiap lembar Faktur Pajak serta identitas rekanan BUMN, tetapi penandatanganan
dan SSP. Untuk pengisian SSP, menggunakan kode SSP dilakukan oleh BUMN sebagai penyetor atas nama
akun pajak 411211 dengan kode jenis setoran 910. rekanan
2. Mekanisme pemungutan PPN oleh 2. SSP dibuat 4 rangkap, masing-masing untuk:
bendaharawan pemerintah dan Kantor  Rekanan BUMN
Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN).  Untuk KPPN melalui bank persepsi atau kantor pos.
Mekanisme pemungutan PPnBM oleh kontraktor  Untuk rekanan yang dilampirkan pada SPT masa pajak.
kontrak kerja sama adalah sebagai berikut:  Untuk bank persepsi atau kantor pos.
1. Rekanan membuat faktur pajak pada saat DAERAH PABEAN
pemungutan Daerah pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang
2. Rekanan membuat faktur pajak dengan kode meliputi wilayah darat, perairan, dan ruang udara di atasnya.
faktur 030 serta tempat tertentu Zona Ekonomi Eksklusif dan landas
3. Faktur pajak dibuat dalam tiga rangkap, kontinen yang didalamnya berlaku Undang-Undang yang
masing-masing untuk kontraktor atau mengatur mengenai kepabeanan.
pemegang kuasa, untuk rekanan dan untuk Kemudian, berdasarkan pasal yang telah disebutkan tadi,
kontraktor atau pemegang kuasa yang akan dapat pula disimpulkan yang termasuk dalam daerah pabean
dilampirkan dalam SPT masa pajak. adalah yang meliputi:
Pada faktur pajak tersebut, kontraktor atau 1. Wilayah darat Indonesia;
pemegang kuasa yang melakukan pemungutan Wilayah darat Indonesia berbatasan dengan Wilayah
wajib membubuhkan cap yang menunjukan Negara Malaysia, Papua Nugini, dan Timor Leste. Hal ini
tanggal penyetoran PPnBM dan kemudian diatur dalam Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008
menandatangani. tentang Wilayah Negara pada Pasal 6 ayat 1 huruf a.
2. Wilayah perairan Indonesia; NPWP. Apabila penjual belum mendaftarkan dirinya
Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 4 sebagai pengusaha wajib pajak, maka tentu saja barang
Prp Tahun 1960 tentang Perairan Indonesia, yang yang dijualnya tidak akan dikenakan pajak. Yang akan
ditetapkan sebagai wilayah perairan Indonesia menanggung PPN adalah pihak pembeli,tarif pajak akan
adalah laut wilayah Indonesia beserta perairan ditambahkan pada faktur pajak sebesar 10% dari seluruh
pedalaman Indonesia. total harga barang. Maka yang termasuk ke dalam
3. Ruang udara di atas Indonesia; pengertian Barang Kena Pajak adalah sebagai berikut:
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun  Penyerahan Barang Ke Pedagang Perantara atau Pihak
2008 tentang Wilayah Negara pada Pasal 6 ayat 1 Supplier atau Juru Lelang
huruf c diatur bahwa batas ruang udara di  Adanya Penyerahan Hak Atas Suatu Barang Kena
Indonesia mengikuti batas kedaulatan negara di Pajak
darat dan di laut, dan batasnya dengan angkasa  Penyerahan Barang Kena Pajak secara Konsinyasi
luar ditetapkan berdasarkan perkembangan  Penyerahan Barang Kena Pajak Antar Cabang
hukum internasional. Perusahaan
4. Tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi  Pengalihan Barang Kena Pajak karena adanya suatu
Eksklusif (ZEE) yang di dalamnya berlaku perjanjian
Undang-Undang Kepabeanan PPN Barang kena Pajak diatur dalam Undang-Undang
ZEE diatur dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor Nomor 42 Tahun 2009, yang isinya adalah:
5 Tahun 1983 tentang ZEE, yang mengatur bahwa 1. Adanya tarif PPN 0% bisa diberlakukan pada ekspor
ZEE adalah jalur di luar dan berbatasan dengan barang kena pajak berwujud ataupun tidak berwujud
laut wilayah Indonesia sebagaimana ditetapkan dan pada ekspor jasa kena pajak.
berdasarkan undang-undang yang berlaku tentang 2. Tarif PPN 10% bisa diberlakukan pada seluruh produk
perairan Indonesia yang meliputi dasar laut, tanah yang beredar secara bebas di dalam negeri, termasuk
di bawahnya, dan air di atasnya dengan batas pada daerah Zona Ekonomi Eksklusif dan Landas
terluar 200 (dua ratus) mil laut diukur dari garis Kontinen yang di dalamnya diberlakukan undang-
pangkal laut wilayah Indonesia. undang tertentu yang mengatur terkait kepabeanan.
5. Landas Kontinen yang didalamnya berlaku 3. Paling rendah, PPN yang ditetapkan pada PPN barang
Undang-Undang Kepabeanan. mewah adalah 10% dan paling besar adalah 200%.
Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 4. Pada produk barang dan jasa yang terkena PPN 10%,
Tahun 1973 tentang Landas Kontinen Indonesia maka tarifnya bisa diturunkan menjadi minimal 5% dan
mengatur bahwa landas kontinen merupakan dasar paling tinggi adalah 20% dengan tetap mengikuti
laut dan tanah di bawahnya di luar perairan wilayah peraturan yang berlaku.
Republik Indonesia sebagaimana diatur dalam Terdapat dua jenis BKP yaitu barang berwujud dan tidak
Undang-Undang Nomor 4 Prp Tahun 1960 sampai berwujud, barang kena pajak berwujud adalah suatu barang
kedalaman 200 meter atau lebih, di mana masih yang bisa digunakan secara fisik sedangkan, barang kena
mungkin diselenggarakan eksplorasi dan pajak tidak berwujud adalah suatu barang yang manfaatnya
eksploitasi kekayaan alam. Adapun batas luar bisa dirasakan dan mempunyai nilai tapi tidak bisa
landas kontinen suatu negara diatur berdasarkan dirasakan secara fisik. Di dalam laporan keuangan, BKP
Pasal 76 ayat 6 Konvensi Hukum Laut 1982, yaitu berwujud ini terbagi lagi menjadi dua, yakni BKP berwujud
tidak boleh melebihi 350 (tiga ratus lima puluh) mil bergerak dan juga BKP berwujud tidak bergerak.
dari garis pangkal dari mana lebar laut teritorial Merujuk pada Peraturan Pemerintah No. 31 tahun 2007
diukur. tentang impor dan penyerahan barang kena pajak yang
BARANG KENA PAJAK (BKP), JASA KENA sifatnya lebih strategis dan bisa dibebaskan dari pengenaan
PAJAK (JKP), PENGUSAHA KENA PAJAK PPN, adalah:
(PKP)  Mesin dan alat pabrik yang terpasang ataupun terurai
Barang Kena Pajak adalah barang yang bergerak tanpa mencakup suku cadang di dalamnya.
ataupun barang yang tidak bergerak, atau tidak
 Bahan baku atau makanan untuk unggas, ikan, dan
berwujud yang didalamnya terkena pajak
makanan ternak.
berdasarkan undang-undang tersebut. Barang
 Barang hasil tani, kebun, ternak, dan hasil perhutanan
tersebut akan dikenakan Pajak Pertambahan Nilai
yang dipotong dan diambil langsung dari sumbernya.
(PPN) dan atau pajak khusus pada barang mewah
yang disesuaikan dengan adanya Undang-Undang  Bibit ataupun benih dari setiap produk dari hasil
Nomor 42 Tahun 2009 terkait PPN dan juga perkebunan, pertanian, peternakan, kehutanan,
PPnBM. Barang Kena Pajak terjadi karena pihak perikanan, atau penangkaran.
yang menjual Barang Kena Pajak adalah pihak  Bahan baku perak dalam bentuk butir atau dalam
yang terkena wajib pajak dan sudah mengantongi bentuk batangan.
 Bahan baku pembuatan uang kertas serta uang juta rupiah).
logam Syarat untuk menjadi Pengusaha Kena Pajak
 Air bersih yang disalurkan dengan 1. Memiliki pendapatan bruto (omzet) dalam 1 tahun buku
menggunakan pipa oleh pihak PT Perusahaan mencapai Rp 4,8 miliar. Tidak termasuk pengusaha
Air Minum atau perusahaan dengan pendapatan bruto kurang dari
 Listrik, terkecuali untuk perumahan dengan Rp 4,8 miliar, kecuali pengusaha tersebut memilih
daya yang tidak melebihi 6600 watt. dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak.
Jasa Kena Pajak dalam Pasal 1 angka 5 UU PPN 2. Melewati proses survei yang dilakukan oleh KPP atau
adalah setiap kegiatan pelayanan yang berdasarkan Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi
suatu perikatan atau perbuatan hukum yang Perpajakan (KP2KP).
menyebabkan suatu barang, fasilitas, kemudahan, 3. Melengkapi dokumen dan persyaratan pengajuan PKP
atau hak sedia untuk dipakai, termasuk jasa yang atau pengukuhan PKP.
dilakukan untuk menghasilan barang karena
pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas CONTOH KASUS 1 (PPN & PPnBM)
petunjuk dari pemesan. PT Mitsubishi merupakan produsen mobil. Dalam
Didalam Pasal 4c ayat 1 huruf c UU PPN menghasilkan mobil, PT Mitsubishi juga membeli AC pada
menentukan bahwa konsumsi/penyerahan jasa mobil yang diproduksinya. Atas perolehan AC tersebut, PT
yang dapat dikenakan PPN adalah penyerahan jasa Mitsubishi telah membayar PPnBM sebesar Rp500.000.
kena pajak yang dilakukan di dalam daerah pabean Harga produksi mobil sebesar Rp350.000.000 dan tariff
oleh pengusaha. Penyerahan JKP yang terutang PPnBM sebesar 30%. PT Mitsubishi berencana mengambil
PPN harus memiliki syarat sebagai berikut : keuntungan sebesar Rp70.000.000 atas mobil tersebut.
 Jasa yang dikenakan merupakan JKP Berapa besaran PPN dan PPnBM yang seharusnya
 Penyerahan dilakukan di dalam daerah pabean dibayarkan PT Mitsubishi?
 Penyeraha dilakukan dalam kegiatan usaha
atau pekerjaannya. Jawaban: :
Sesuai ketentuan pasal tersebut, penentuan suatu DPP : Rp350.000.000 + Rp70.000.000 + Rp500.000
penyerahan jasa kena pajak didasarkan kepada (PPnBM): Rp420.500.000
tempat terjadinya/dilakukannya penyerahan jasa
atau tempat kegiatan/aktivitas/pengerjaan PPN = 10% x Rp420.500.000
pelayanan (jasa) tersebut oleh pemberi jasa, dan = Rp42.050.000
tidak didasarkan kepada tempat
kedudukan/domisili penerima jasa. PPnBM = 30% x Rp420.500.000
PPN yang dikenakan atas JKP yang dilakukan di = Rp126.150.000
dalam daerah pabean oleh Pengusaha Kena Pajak Jadi, berdasarkan perhitungan di atas maka besaran PPN
kepada pihak manapun,termasuk kepada wajib dan PPnBM PT Mitsubishi adalah Rp42.050.000 dan
pajak orang pribadi maupun badan. Rp126.150.000
Menurut Pasal 1 UU PPN, PKP atau yang
merupakan singkatan dari Pengusaha Kena CONTOH KASUS 2 (PPnBM)
Pajak merupakan Pengusaha yang melakukan Leo merupakan seorang pengusaha muda di bidang
penyerahan Barang Kena Pajak dan atau teknologi, suatu hari Leo membeli pesawat jet pribadi
penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenakan pajak dengan harga Rp280.000.000.000. Berdasarkan DPP, mobil
berdasarkan Undang-Undang Pajak Pertambahan tersebut terkena tariff PPnBM sebesar 50%. Lalu berapa
Nilai (UU PPN), tidak termasuk Pengusaha Kecil. yang harus dibayarkan Leo untuk membawa masuk
Batasan ini ditetapkan dengan Peraturan Menteri mobilnya ke Indonesia?
Keuangan, kecuali Pengusaha Kecil yang memilih
untuk dianggap sebagai Pengusaha Kena Pajak. Jawaban:
Dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) PPnBM = 50% x Rp280.000.000.000
Nomor 197/PMK.03/2013 yang sudah secara = Rp140.000.000.000
efektif berlaku mulai per tanggal 1 Januari 2014,
Pengusaha kecil merupakan pengusaha yang PPN = Tarif PPN x (Harga Barang – PPnBM)
selama 1 (satu) tahun buku telah melakukan = 10% x (Rp280.000.000.000 – Rp140.000.000.000)
penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena = 10% x Rp140.000.000.000
Pajak yang memiliki jumlah peredaran bruto atau = Rp14.000.000.000
penerimaan bruto sebanyak tidak lebih dari
Rp4.800.000.000,- (empat milyar delapan ratus
Jadi, total harga pesawat jet pribadi yang harus PPN yang harus disetorkan = PK – PM
dibayar Leo adalah : Harga Barang + PPN + = Rp241.000.000 – Rp50.000.000 = Rp191.000.000
PPnBM=Rp434.000.000.000
Jadi, total PPN yang perlu PT Boss setorkan atas transaksi
CONTOH KASUS 3 (PPN) yang dilakukan selama Januari 2021 adalah sebesar
PT Boss adalah PKP yang menjual elektronik di Rp191.000.000
Jakarta. Selama Januari 2021, PT Boss melakukan
transaksi sebagai berikut:
1. Penjualan secara langsung kepada
konsumen sebesar Rp. 1.500.000.000
2. Penyerahan BKP yaitu barang elektronik
kepada Pemerintah Kota Jakarta sebesar Rp.
880.000.000. Harga tersebut sudah termasuk
PPN
3. PT Boss membangun sebuah Gedung
elektonik seluas 500m2 di Kawasan
pergudangan sendiri dengan biaya sebesar
Rp. 550.000.000
4. Menyumbang ke sebuah yayasan panti
jompo sebesar Rp. 20.000.000
Selain transaksi di atas, terdapat tambahan
transaksi selama bulan Januari sebagai berikut:
1. Membeli sebuah mobil box untuk
mengangkut barang dengan harga
Rp.440.000.000 dan harga tersebut sudah
termasuk PPN
Dari transaksi-transaksi yang terjadi diatas,
berapakah PPN dari transaksi tersebut? Berapa
total PPN yang harus PT Boss setorkan?

Jawaban:
Transaksi ke-1 : PPN = 10% x
Rp1.500.000.000 = Rp150.000.000
(Pajak Keluaran)
Transaksi ke-2 : DPP = 100/10 x
Rp880.000.000 = Rp800.000.000
PPN = 10% x Rp800.000.000
= 80.000.000 (Pajak Keluaran)
Transaksi ke-3 : DPP = 20% x
Rp550.000.000 = Rp110.000.000
PPN = 10% x Rp110.000.0000 =
Rp11.000.000 (Pajak Keluaran)
Transaksi ke-4 : Tidak dikenakan PPN
karena uang tidak termasuk BKP

Transaksi ke-1 : DPP = 100/110 x


Rp550.000.000 = Rp500.000.000
PPN = 10% x Rp500.000.000
= Rp50.000.000 (Pajak Masukan)

PPN Keluaran = Rp150.000.000 + Rp80.000.000


+ Rp11.000.000
Rp241.000.000
PPN Masukan = Rp50.000.000
DAFTAR PUSTAKA

http:/news.ddtc.co.id/ini-sejarah-dan-perkembangan-
ppn-di-indonesia-bagian-terkahir- https://www.online-pajak.com/tentang-ppn-
19703?page_y=3454 efaktur/dasar-hukum-ppnbm

https://news.ddtc.co.id/awal-mula-ppn- https://www.online-pajak.com/tentang-ppn-
11412?page_y=1713 efaktur/mekanisme-pemungutan-
ppnbm#:~:text=Telah%20dijelaskan%20sebelumnya%2
https://ukirama.com/blogs/ciri-ciri-lengkap-ppn- C%20bahwa%20mekanisme,dilakukan%20dalam%20S
pajak-pertambahan-nilai-dan-ppnbm-pajak-penjualan- PT%20masa%20pajak.
atas-barang-mewah
https://www.pajak.go.id/id/pemungutan-pajak-
https://id.wikipedia.org/wiki/Pajak_Penjualan_Atas_ pertambahan-nilai
Barang_Mewah#cite_note-devitap7-1
https://www.online-pajak.com/tentang-ppn-
https://www.online-pajak.com/tentang-ppn- efaktur/mekanisme-pemungutan-ppn
efaktur/dasar-hukum-ppn
https://www.online-pajak.com/tentang-ppn- https://blog.pajak.io/apa-itu-daerah-pabean-dalam-
efaktur/ppnbm-mobil-mewah konteks-ppn/

Anda mungkin juga menyukai