(PPnBM)
Aldya Shafa Diba1, Anisa Haura Ladiba2, Erlinda Deviana3, Humaira
Nadya4, Marisa Adela Angelia5, Suci Latifah6
1Undergraduate Student of Tax Accounting, Padjadjaran University
Abstract
Value Added Tax (VAT) is a relatively new type of tax and is considered a modern form of taxation (Liam Ebrill,
2001). Before the implementation of VAT, the imposition of taxes on indirect consumption was only limited to
certain products. The ideas and concepts that emerged in the 1920s eventually form the conclusion that taxes
which constitute "Revised Circulation Taxes" are taxes that are levied and collected at each stage of production
and distribution of goods and services at the time of the transaction. VAT was first applied in France in 1948 in
the form of taxation at the manufacturing stage. In 1954, France then changed the imposition of VAT from the
manufacturing stage to taxation for all stages of production and distribution. The legal basis for PPnBM is Law
Number 8 of 1983 concerning Mining Tax for Value of Goods and Services Sales Tax on Luxury Goods (PPnBM)
which has been amended several times, most recently by Law Number 42 of 2009. The legal basis for PPnBM is
more specifically regulated in Regulation of the Minister of Finance (PMK) and later downgraded to the
Regulation of the Director General of Taxes (PER) and Circular (SE) of the Director General of Taxes.
Keywords:, Value Added Tax, Tax, Services Sales Tax on Luxury Goods
Abstrak
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) merupakan jenis pajak yang relatif baru dan dianggap sebagai bentuk pemajakan
modern (Liam Ebrill, 2001). Sebelum diterapkannya PPN, pengenaan pajak atas konsumsi yang bersifat tidak langsung
hanya dilakukan terbatas pada produk-produk tertentu. Gagasan serta konsep yang muncul di Tahun 1920-an tersebut
akhirnya membentuk kesimpulan bahwa pajak yang merupakan “Perbaikan Pajak Peredaran” adalah pajak yang
dikenakan dan dipungut pada setiap tahap produksi dan distribusi dari barang dan jasa saat terjadinya transaksi. PPN
pertama kali diterapkan di Prancis pada tahun 1948 dalam bentuk pengenaan pajak di tahap pabrikan. Pada tahun 1954,
Prancis kemudian mengubah pengenaan PPN yang semula hanya di tahap pabrikan menjadi pengenaan pajak di selurh
tahapan produksi dan distribusi. Dasar hukum PPnBM adalah Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak
Pertambangan Nilai Barang dan Jasa Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM) yang sudah diubah beberapa kali,
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009. Dasar hukum PPnBM yang lebih spesifik diatur dalam
Peraturan Menteri Keuangan (PMK) dan kemudian diturunkan menjadi Peraturan Direktur Jendral Pajak (PER) serta
Surat Edaran (SE) Direktur Jenderal Pajak.
Jawaban:
Transaksi ke-1 : PPN = 10% x
Rp1.500.000.000 = Rp150.000.000
(Pajak Keluaran)
Transaksi ke-2 : DPP = 100/10 x
Rp880.000.000 = Rp800.000.000
PPN = 10% x Rp800.000.000
= 80.000.000 (Pajak Keluaran)
Transaksi ke-3 : DPP = 20% x
Rp550.000.000 = Rp110.000.000
PPN = 10% x Rp110.000.0000 =
Rp11.000.000 (Pajak Keluaran)
Transaksi ke-4 : Tidak dikenakan PPN
karena uang tidak termasuk BKP
http:/news.ddtc.co.id/ini-sejarah-dan-perkembangan-
ppn-di-indonesia-bagian-terkahir- https://www.online-pajak.com/tentang-ppn-
19703?page_y=3454 efaktur/dasar-hukum-ppnbm
https://news.ddtc.co.id/awal-mula-ppn- https://www.online-pajak.com/tentang-ppn-
11412?page_y=1713 efaktur/mekanisme-pemungutan-
ppnbm#:~:text=Telah%20dijelaskan%20sebelumnya%2
https://ukirama.com/blogs/ciri-ciri-lengkap-ppn- C%20bahwa%20mekanisme,dilakukan%20dalam%20S
pajak-pertambahan-nilai-dan-ppnbm-pajak-penjualan- PT%20masa%20pajak.
atas-barang-mewah
https://www.pajak.go.id/id/pemungutan-pajak-
https://id.wikipedia.org/wiki/Pajak_Penjualan_Atas_ pertambahan-nilai
Barang_Mewah#cite_note-devitap7-1
https://www.online-pajak.com/tentang-ppn-
https://www.online-pajak.com/tentang-ppn- efaktur/mekanisme-pemungutan-ppn
efaktur/dasar-hukum-ppn
https://www.online-pajak.com/tentang-ppn- https://blog.pajak.io/apa-itu-daerah-pabean-dalam-
efaktur/ppnbm-mobil-mewah konteks-ppn/