DISUSUN OLEH:
LINDAWATI (P22040119020)
A2
DOSEN PENGAMPU :
Pada tahun 1897, X-Ray pertama kali digunakan di medan perang, yakni ketika awal mula
Perang Turki-Yunani dan kelak juga dapat digunakan Perang Balkan (1912-1913) untuk
menemukan peluru dan tulang patah dalam tubuh pasien militer perang. Para ilmuwan dengan cepat
menyadari bahwa manfaat X-Ray, tetapi mereka memahami efek radiasi yang diakibatkan olehnya
yang cukup berbahaya. Pada mulanya, X-Ray berada hanya melewati daging seperti cahaya tanpa
menimbulkan bahaya cahaya. Namun dalam beberapa tahun, asisten Thomas Edison, Clarence
Dally yang telah bekerja secara ekstensif dari sinar tersebut meninggal akibat kanker
kulit. Kematian kemudian membuat para ilmuwan mulai memperhatikan secara radiasi yang
diakibatkan oleh X-Ray, meski belum terwujud mengerti apa yang terjadi. Selama tahun 1930-an
hingga 1950-an, banyak toko sepatu Amerika bahkan menampilkan fluoroskopi pemasangan sepatu
yang menggunakan X-Ray dan memungkinkan pelanggannya untuk melihat tulang di kaki
mereka. Barulah pada tahun 1950-an, praktik ini dinyatakan sebagai praktik yang berbahaya dan
berisiko. Hingga saat ini, teknologi X-Ray hasil penemuannya tersebut banyak digunakan di bidang
kedokteran, analisis bahan, dan perangkat pemindai seperti pada keamanan bandara namun dengan
dosis radiasi yang sangat kecil sehingga tidak menimbulkan efek negatif. Akhirnya, Wilhelm
Rontgen menerima banyak penghargaan untuk karyanya, termasuk Hadiah Nobel pertama dalam
bidang Fisika pada 1901. Namun, dia tak pernah mematenkan penemuannya. Pada 1904, Clarence
Dally yang merupakan asisten Thomas Alva Edison meninggal karena kanker kulit efek radiasi
sinar-x. Kematian Dally menjadikan ilmuwan untuk tetap berhati-hati dalam menggunakan sinar-x.
Kini pemindaian sinar-x yang identik dengan hitam-putih mulai berkembang menjadi berwarna.
Phil Butler, seorang profesor fisika, dan anaknya yang seorang profesor bioteknik, Anthony Butler,
menciptakan mesin pemindai sinar-X yang dapat merekam foto berwarna dari tubuh manusia.
Mereka menggabungkan teknlogi Medipix yang diciptakan oleh Organisasi Penelitian Nuklir Eropa
(XERN) dan alogaritma komputer untuk menghasilkan foto sinar-X yang tiga dimensi dan
berwarna. Materi yang lebih padat seperti tulang menyerap sinar-X, sedangkan materi yang lebih
lembut seperti otot dan jaringan lain membiarkan sinar-X lewat dan mencapai film.