Anda di halaman 1dari 4

RADIOLOGI DASAR

“ Membuat Essay tentang Sejarah Sinar X ”

DISUSUN OLEH:

LINDAWATI (P22040119020)
A2

DOSEN PENGAMPU :

WIKE KRISTIANTI, ST., M.Si.

PROGAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK ELEKTROMEDIK

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II


Seorang ilmuwan asal Jerman yang bernama Wilhelm Conrard Rontgen (1845-1923)
menemukan sinar X atau biasa disebut dengan Sinar Rontgen. Penemuan yang dilakukan beliau
berawal dari ketidaksengajaan, beliau melakukan penelitian di laboratorium Wurzburg, Jerman.
Pada saat itu beliau dan beberapa timnya membuat rekayasa sinar katoda dan menyorotkannya ke
sebuah kaca berlapis beberaapa bahan kimia yang ada didekatnya, hasilnya sinar katoda yang
memiliki tekanan rendah ini mampu menembus benda-benda padat. Padahal seharusnya cahaya
tidak mampu menembusnya, sinar katoda merupakan sinar yang terdiri dari arus electron. Arus ini
diproduksi menggunakan voltase tinggi antara electrode yang ditempatkan masing-masing ujung
tabung gelas dengan udaranya yang hampir dikosongkan, rontgen telah sepenuhnya menutup tabung
sinar tersebut dengan kertas hitam tebal, seharusnya tidak ada cahaya yang bisa terlihat dari tabung
walaupun sinar listrik telah dinyalakan. Dia juga belajar bahwa sinar temuannya mampu
"menembus" badan manusia tetapi tak bisa menembus benda yang memiliki kepadatan yang lebih
tinggi seperti tulang atau timbal. Namun, hasilnya tetap bisa diabadikan melalui sebuah foto. Dia
lalu menyimpulkan bahwa ada sinar-sinar tampak yang mampu menerobos kertas hitam
tersebut. Dia pun menjuluki sinar yang menyebabkan hal itu dengan nama Sinar X atau X-Ray,
karena sifatnya yang tidak diketahui. Lewat penelitian-penelitian selanjutnya, X-Ray diketahui
gelombang energi elektromagnetik yang bertindak serupa dengan sinar cahaya namun memiliki
panjang gelombang seribu kali lebih pendek dari sinar cahaya. Dia akhirnya mengurung diri di
laboratoriumnya untuk melakukan percobaan agar lebih memahami penemuannya tersebut. Dari
sinilah ia kemudian mengetahui bahwa X-Ray mampu menembus daging manusia dan bisa difoto.
Pada beberapa percobaannya seperti dituliskan The Nobel Prize, dia juga sempat menggunakan
tangan kiri istrinya untuk menyimpan perkembangan lempengan pada gambar yang disinari oleh X-
Ray.  Dari sinilah kemudian diketahui bahwa sinar tersebut tidak bisa menembus bagian-bagian
yang lebih padat seperti tulang atau timah (pada saat itu cincin) yang dikenakan oleh
istrinya. Penemuan ini mendapat label sebagai "keajaiban medis" karena dapat melihat ke dalam
tubuh manusia untuk pertama kalinya tanpa operasi.
Setelah itu Wilhelm Conrad Rontgen meninggalkan penelitian awalnya, ia akhirnya focus
terhadap penumuan terbarunya yaitu gelombang jenis elektromagnetik baru yang telah
ditemukannya secara tidak sengaja. Dia menuliskan kertas kerja pertamanya pada bulan Desember
1895. Laporan ini tidak membutuhkan waktu lama untuk menggugah minat dan perhatian para
ilmuwannya, maka hanya dalam beberapa bulan saja berates ilmuwan melakukan penyelidikan
terhadap sinar X. Nama sinar X cukup mewakili sinar tersebut karena keberadaannya memang
awalnya misterius, sesuatu yang tidak terduga dan tidak diketahui. Dalam dunia matematika, X
biasanya memang menjadi lambang untuk sesuatu yang belum diketahui. Hanya dalam waktu
setahun, sekitar 1000 kertas kerja tentang sinar X telah diterbitkan, bahkan ada cerita lain dibalik
penelitian terhadap sinar X oleh ilmuwan lainnya yaitu dari Antoine Henri Becquerel. Pada
prosesnya meneliti sinar X, Becquerel juga menemukan fenomena penting lainnya yaitu tentang
radioaktivitas.

Pada tahun 1897, X-Ray pertama kali digunakan di medan perang, yakni ketika awal mula
Perang Turki-Yunani dan kelak juga dapat digunakan Perang Balkan (1912-1913) untuk
menemukan peluru dan tulang patah dalam tubuh pasien militer perang. Para ilmuwan dengan cepat
menyadari bahwa manfaat X-Ray, tetapi mereka memahami efek radiasi yang diakibatkan olehnya
yang cukup berbahaya. Pada mulanya, X-Ray berada hanya melewati daging seperti cahaya tanpa
menimbulkan bahaya cahaya. Namun dalam beberapa tahun, asisten Thomas Edison, Clarence
Dally yang telah bekerja secara ekstensif dari sinar tersebut meninggal akibat kanker
kulit. Kematian kemudian membuat para ilmuwan mulai memperhatikan secara radiasi yang
diakibatkan oleh X-Ray, meski belum terwujud mengerti apa yang terjadi. Selama tahun 1930-an
hingga 1950-an, banyak toko sepatu Amerika bahkan menampilkan fluoroskopi pemasangan sepatu
yang menggunakan X-Ray dan memungkinkan pelanggannya untuk melihat tulang di kaki
mereka. Barulah pada tahun 1950-an, praktik ini dinyatakan sebagai praktik yang berbahaya dan
berisiko. Hingga saat ini, teknologi X-Ray hasil penemuannya tersebut banyak digunakan di bidang
kedokteran, analisis bahan, dan perangkat pemindai seperti pada keamanan bandara namun dengan
dosis radiasi yang sangat kecil sehingga tidak menimbulkan efek negatif. Akhirnya, Wilhelm
Rontgen menerima banyak penghargaan untuk karyanya, termasuk Hadiah Nobel pertama dalam
bidang Fisika pada 1901. Namun, dia tak pernah mematenkan penemuannya. Pada 1904, Clarence
Dally yang merupakan asisten Thomas Alva Edison meninggal karena kanker kulit efek radiasi
sinar-x. Kematian Dally menjadikan ilmuwan untuk tetap berhati-hati dalam menggunakan sinar-x.
Kini pemindaian sinar-x yang identik dengan hitam-putih mulai berkembang menjadi berwarna.
Phil Butler, seorang profesor fisika, dan anaknya yang seorang profesor bioteknik, Anthony Butler,
menciptakan mesin pemindai sinar-X yang dapat merekam foto berwarna dari tubuh manusia.
Mereka menggabungkan teknlogi Medipix yang diciptakan oleh Organisasi Penelitian Nuklir Eropa
(XERN) dan alogaritma komputer untuk menghasilkan foto sinar-X yang tiga dimensi dan
berwarna. Materi yang lebih padat seperti tulang menyerap sinar-X, sedangkan materi yang lebih
lembut seperti otot dan jaringan lain membiarkan sinar-X lewat dan mencapai film.

Anda mungkin juga menyukai