Anda di halaman 1dari 8

IJGC 2 (4) (2013)

Indonesian Journal of Guidance and Counseling:


Theory and Application
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jbk

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU BIMBINGAN DAN KONSELING


DALAM PELAKSANAAN PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

Mugi Lestari, Mungin Eddy Wibowo, Supriyo

Jurusan Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang,
Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kompetensi professional guru bimbingan dan konseling dalam
Diterima Desember 2012 pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling di SMP Negeri se-Kota Cilacap. Jenis penelitian ini adalah
Disetujui Februari 2013 penelitian survai dengan metode kuantitatif dan pendekatan deskriptif. Populasi penelitian adalah seluruh guru
bimbingan dan konseling di SMP Negeri se-Kota Cilacap yang berjumlah 24. Penelitian ini tidak menggunakan
Dipublikasikan Juni 2013
sampel. Instrumen yang digunakan adalah angket model skala Likert. Teknik analisis data deskriptif persentase.
________________ Hasil penelitian menunjukkan kompetensi profesional guru bimbingan dan konseling dalam pelaksanaan
Keywords: pelayanan bimbingan dan konseling di SMP Negeri se-Kota Cilacap tergolong tinggi (78.71%). Semua sub
counselors, professional variabel berada pada kriteria tinggi dengan perincian sub variabel yaitu menguasai konsep dan praksis asesmen
competence, guidance and untuk memahami kondisi, kebutuhan, dan masalah konseli (77.58%); menguasai kerangka teoritik dan praksis
bimbingan dan konseling (81.4%); merancang program bimbingan dan konseling (77.11%);
counseling services
mengimplementasikan program bimbingan dan konseling yang komprehensif (79%); menilai proses dan hasil
____________________ kegiatan bimbingan dan konseling (76.14%); memiliki kesadaran dan komitmen terhadap etika professional
(81.4%). Simpulan penelitian ini yakni guru bimbingan dan konseling SMP Negeri se-Kota Cilacap telah dapat
menguasai dan mengaplikasikan kompetensi profesionalnya dalam pelaksanaan pelayanan bimbingan dan
konseling dengan kriteria tinggi.

Abstract
___________________________________________________________________

This study aims to determine the professional competence of counselors in the implementation of guidance and counseling services
in the Junior High School of Cilacap City. Type of this research is survey with methods of quantitative and descriptive approach.
Population was all of counselor amounting to 24. It didn’t use samples. The instrument used was a questionnaire Likert scale
models. Percentage of descriptive were used for data analysis. The results showed that the professional competence of counselors is
high (78.71%). All of the sub variabel is high with details are the mastering of the concepts and practices of assessment to
understand the conditions, needs, and problems of the counselee (77.58% ); mastering the theoretical framework and practical
guidance and counseling (81.4%); design a guidance and counseling program (77.11%); implement a comprehensive guidance
and counseling (79%); assess the process and outcomes of guidance and counseling activities (76.14%); have awareness and
commitment to professional ethics (81.4%). The conclusions of the study, counselors in the Junior High School of Cilacap city
has been able to master and apply their professional competence in the implementation of guidance and counseling services with
high criteria.

©2013 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: ISSN 2252-6374
Gedung A2, Kampus Sekarang gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: journalbkunnes@yahoo.com

17
Mugi Lestari / Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application 2 (4) (2013)

PENDAHULUAN Yang Maha Esa, menghargai dan menjunjung


tinggi nilai-nilai kemanusiaan, idividualitas dan
Bimbingan dan konseling merupakan kebebasan memilih, menampilkan kinerja
proses pemberian bantuan yang diberikan berkualitas. Kompetensi sosial mencakup
kepada individu-individu dalam upaya kemampuan mengimplementasikan kolaborasi
membantu individu dalam mencapai tugas-tugas intern di tempat bekerja, berperan dalam
perkembangannya sehingga dapat tercapai organisasi dan kegiatan profesi bimbingan dan
perkembangan yang optimal. Untuk mencapai konseling, mengimplementasikan kolaborasi
tujuan dapat diwujudkan melalui pelayanan antarprofesi, Sedangkan kompentensi
bimbingan dan konseling yang bermutu. profesional mencakup penguasaan konsep dan
Perwujudan pelayanan bimbingan dan konseling praksis asesmen untuk memahami kondisi,
yang bermutu dipengaruhi salah satunya yaitu kebutuhan, dan masalah konseli, menguasai
kinerja konselor/guru bimbingan dan konseling kerangka teoritik dan praksis konseling,
( selanjutnya disebut guru BK). Pada dasarnya mengimplementasikan program bimbingan dan
kinerja guru BK profesional ditentukan oleh konseling yang komprehensif, menilai proses
standar kualifikasi akademik dan kompetensi. dan hasil kegiatan bimbingan dan konseling,
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan memiliki kesadaran dan komitmen terhadap
Nasional Nomor 27 Tahun 2008 (Permendiknas etika professional, menguasai konsep dan
No. 27 Tahun 2008) tentang Standar Kualifikasi praksis penelitian dalam bimbingan dan
Akademik dan Kompetensi Konselor (SKAKK) konseling.
Pasal 1 Ayat 1 yang menyebutkan bahwa untuk Keutuhan kompetensi guru BK tidak
dapat diangkat sebagai konselor, seseorang dapat dipisah satu sama lainnya. Guru BK wajib
wajib memenuhi standar kualifikasi akademik menguasai dan mengimplementasikan keempat
dan kompetensi konselor yang berlaku secara kompetensi tersebut yaitu kompetensi
nasional (Depdiknas, 2008). Berdasarkan pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional
Permendiknas tersebut sangat jelas bahwa untuk sehingga pelaksanaan pelayanan bimbingan dan
menjadi seorang guru BK profesional, seseorang konseling menjadi bermutu dan bermartabat.
wajib memenuhi standar kualifikasi akademik Namun demikian berdasarkan hasil studi
dan kompetensi. Adapun standar kualifikasi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada
akademik guru BK dalam satuan pendidikan tanggal 25 Februari-2 Maret 2013 di SMP
pada jalur pendidikan formal dan nonformal Negeri 3 Cilacap dan SMP Negeri 2 Cilacap
adalah sarjana pendidikan (S-1) dalam bidang melalui wawancara dengan guru bimbingan dan
bimbingan dan konseling dan berpendidikan konseling terkait dengan pelaksanaan pelayanan
profesi konselor. Sedangkan kompetensi guru bimbingan dan konseling menunjukkan
BK mencakup kompetensi akademik dan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling
kompetensi professional. Kompetensi akademik tidak ideal atau tidak sesuai dengan porsinya
dan professional tersebut secara terintegrasi seperti layanan konseling individu yang tidak
membangun keutuhan kompetensi pedagogik, menggunakan teknik dan pendekatan, layanan
kepribadian, sosial, dan professional. bimbingan kelompok belum terlaksana, layanan
Kompetensi pedagogik konselor atau guru penguasaan konten dan penempatan penyaluran
BK mencakup kemampuan dalam menguasai dilaksanakan lebih sedikit dari porsi idealnya.
teori dan praksis pendidikan, mengaplikasikan Di samping itu selama ini program yang
perkembangan fisiologis dan psikologis serta dibuat lebih cenderung didasarkan atas
perilaku konseli, menguasai esensi pelayanan penyesuaian dengan visi dan misi sekolah tanpa
bimbingan dan konseling dalam jalur, jenis, dan mempertimbangkan analisis kebutuhan siswa.
jenjang satuan pendidikan. Kompetensi Dengan kata lain, program yang telah disusun
kepribadian mencakup seorang guru BK yang belum sesuai dengan kebutuhan siswa.
harus beriman dan bertakwa kepada Tuhan Sekalipun program yang telah dibuat sesuai
18
Mugi Lestari / Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application 2 (4) (2013)

dengan kebutuhan siswa, ada beberapa layanan Adapun populasi penelitian ini adalah
atau kegiatan yang tidak dilaksanakan. seluruh guru bimbingan dan konseling SMP
Selain itu kemampuan dalam penguasaan Negeri se-Kota Cilacap yang berjumlah 24 yang
teknologi seperti komputer masih terbatas. tersebar dalam sembilan sekolah yaitu SMP
Akibat keterbatasan dalam penguasaan Negeri 1 Cilacap (4 orang), SMP Negeri 2
teknologi juga menghambat pelaksanaan Cilacap (2 orang), SMP Negeri 3 Cilacap (2
kegiatan pendukung seperti dalam penyusunan orang), SMP Negeri 4 Cilacap (3 orang), SMP
instrumen, penggunaan instrumen yang masih Negeri 5 Cilacap (3 orang), SMP Negeri 6
terbatas (terbatas pada observasi dan Cilacap (3 orang), SMP Negeri 7 Cilacap (3
wawancara), pengolahan data hasil orang), SMP Negeri 8 Cilacap (2 orang), SMP
instrumentasi yang masih manual, dan Negeri 9 Cilacap (2 orang). Apabila subyeknya
menghimpun data hasil pelayanan yang tidak kurang dari 100, lebih baik diambil semua
rutin dilakukan. sehingga penelitiannya merupakan penelitian
Fenomena kinerja guru BK di SMP populasi (Arikunto, 2006). Tetapi, jika jumlah
Negeri 2 dan 3 dalam mengimplementasikan subyeknya besar, maka dapat diambil antara 10-
dan mengaplikasikan pengetahuan dan 15 % atau 20-25 % atau lebih. Oleh karena
ketrampilannya dalam layanan BK terkait dalam subyek penelitian kurang dari 100, maka dalam
assesmen kebutuhan, layanan-layanan dan penelitian ini tidak menggunakan sampel.
program bimbingan dan konseling, pendekatan Penelitian ini menggunakan satu variabel yaitu
konseling merupakan bagian dari sub variabel kompetensi professional guru bimbingan dan
kompetensi profesional. Dalam Permendiknas konseling dalam pelaksanaan pelayanan
No. 27 Tahun 2008 Tentang Standar Kualifikasi bimbingan dan konseling.
Akademik dan Kompetensi Konselor yang Instrumen yang dipergunakan dalam
menyatakan bahwa guru BK harus menguasai penelitian ini adalah angket atau kuesioner.
empat kompetensi tanpa terkecuali termasuk Angket ini digunakan karena memiliki kelebihan
kompetensi profesional, namun hal ini yaitu dapat digunakan dalam populasi yang
bertolakbelakang dengan fenomena yang terjadi besar. Angket yang digunakan dalam penelitian
di SMP Negeri 2 dan 3 Cilacap. Berdasarkan ini adalah menggunakan angket tertutup model
fenomena tersebut peneliti tertarik untuk skala likert. Pemilihan menggunakan angket
meneliti “Kompetensi Profesional Guru tertutup ini beralasan bahwa peneliti ingin
Bimbingan dan Konseling dalam Pelaksanaan memperoleh jawaban dari guru BK sesuai
Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah dengan data yang ingin diungkap. Jika
Pertama Negeri se-Kota Cilacap Tahun Ajaran mengunggunakan angket terbuka yang
2012/2013. memungkinkan guru memberikan secara bebas
sesuai dengan keinginannya maka
Metode Penelitian dikhawatirkan data yang diperoleh menyimpang
dari data yang ingin diungkap. Sedangkan skala
Jenis penelitian yang digunakan pada likert dimaksudkan untuk mengukur variabel
penelitian ini adalah jenis penelitian survei keperilakuan.
dengan metode deskriptif pendekatan Angket yang digunakan berisi 102 butir,
kuantitatif. Survei digunakan untuk setelah diujicobakan kepada 23 responden dan
mengumpulkan informasi dengan populasi yang dianalisis menggunakan rumus product
cukup besar seperti populasi dalam penelitian moment, item yang valid ada 89, sedangkan 13
ini. Pendekatan deskriptif kuantitatif merupakan item lainnya tidak valid. 12 butir soal yang tidak
metode penelitian untuk meneliti dan valid dihilangkan karena sudah ada butir-butir
mendeskripsikan hasil data penelitian yang soal lain yang dipandang sudah dapat diwakili
berupa angka-angka dan telah dianalisis dari tiap-tiap indikator yang diungkap.
sebelumnya menggunakan statistik. Sedangkan satu butir soal pada no. 39 diperbaiki
19
Mugi Lestari / Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application 2 (4) (2013)

agar soal dapat menjadi genap. Dengan penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan
demikian jumlah item yang dapat digunakan konseling. Kualitas pelayanan bimbingan dan
untuk penelitian ada sebanyak 90 butir soal konseling ditentukan oleh kinerja guru BK
Angket ini juga dianalisis reliabilitasnya dengan dalam mengaplikasikan kompetensi professional
menggunakan rumus koefisien alpha. Setelah yang dimilikinya.
diujicobakan dan dianalisis diperoleh harga r Berdasarkan hasil analisis deskriptif
hitung sebesar 0,956. Dengan demikian angket persentase pada penelitian Kompetensi
tersebut lebih besar daripada r tabel sebesar 0.413 Profesional Guru Bimbingan dan Konseling
maka angket tersebut reliabel. Metode analisis Dalam Pelaksanaan Pelayanan Bimbingan dan
data yang dipakai untuk menganalisis data Konseling Di SMP Negeri Se-Kota Cilacap
dalam penelitian in adalah dengan Tahun Pelajaran 2012/2013 diperoleh data 75%
menggunakan teknik analisis data deskriptif (18 orang) guru BK memiliki penilaian dengan
persentase kriteria tinggi, 16.67% (4 orang) berada pada
kriteria sangat tinggi, dan 8.33 (2 orang) berada
Hasil dan Pembahasan pada kriteria sedang. Sedangkan hasil analis
deskriptif secara menyeluruh menunjukkan hasil
Dalam penjelasan Peraturan Pemerintah persentase 78.71% dengan kriteria tinggi. Hasil
Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar data penelitian ini menunjukkan bahwa secara
Nasional Pendidik Pasal 28 butir 3 dijelaskan keseluruhan kompetensi professional guru
kompetensi professional memiliki makna bimbingan dan konseling dalam pelaksanaan
penguasaan materi pembelajaran secara luas dan pelayanan bimbingan dan konseling di SMP
mendalam yang memungkinkannya Negeri Se-Kota Cilacap Tahun Pelajaran
membimbing peserta didik memenuhi standar 2012/2013 telah dapat diaplikasikan dengan
kompetensi yang ditetapkan dalam Standar kriteria tinggi.
Nasional Pendidikan (Depdiknas, 2006). Hasil analisis deskriptif persentase
Sedangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor menunjukkan keseluruhan sub variabel
74 Tahun 2008 Tentang Guru Pasal 3 Butir 7 termasuk dalam kriteria tinggi. Hal ini
juga dijelaskan arti kompetensi professional membuktikan bahwa guru BK SMP Negeri se-
sebagai kemampuan guru dalam menguasai Kota Cilacap telah dapat mengaplikasikan
pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, kompetensi profesionalannya dalam
teknologi, dan/atau seni dan budaya yang pelaksanaan pelayanan bimbingan dan
diampunya yang sekurang-kurangnya meliputi konseling dengan kriteria tinggi. Secara rinci per
penguasaan materi pelajaran secara luas dan sub variabel memiliki persentase bervariasi,
mendalam, konsep dan metode disiplin yaitu menguasai konsep dan praksis asesmen
keilmuan, teknologi, atau seni yang relevan untuk memahami kondisi, kebutuhan, dan
(Depdiknas, 2008). masalah konseli(77.58%); menguasai kerangka
Dengan demikian kompetensi teoritik dan praksis bimbingan dan konseling
professional dapat diartikan sebagai penguasaan (81.4%); merancang program bimbingan dan
baik secara teoritis maupun praktek konseling (77.11%); mengimplementasikan
penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan program bimbingan dan konseling yang
konseling guna membantu peserta didik dalam komprehensif (79%); menilai proses dan hasil
mencapai tugas perkembangan dan kegiatan bimbingan dan konseling (76.14%);
pengembangan potensi secara optimal dengan memiliki kesadaran dan komitmen terhadap
tetap berpegang pada kode etik profesi. Hal ini etika professional termasuk dalam kriteria tinggi
berarti bahwa seorang guru BK tidak hanya (81.4%).
dituntut untuk menguasai konsep pelayanan Pada sub variabel menguasai konsep dan
bimbingan dan konseling, tetapi juga harus praksis asesmen untuk memahami kondisi,
mampu mengaplikasikannya dalam kebutuhan, dan masalah konseli meskipun
20
Mugi Lestari / Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application 2 (4) (2013)

memiliki nilai rata-rata keseluruhan termasuk tanggung jawab profesionalnya. Hal yang dapat
dalam kriteria tinggi, namun ada satu indikator dilakukan oleh guru BK memahami bahwa
pada sub variabel tersebut yang memiliki kewenangan seorang guru BK untuk membantu
persentase paling rendah di antara keseluruhan konselinya dalam menyelesaikan masalah
indikator pada penelitian ini. Adapun indikator berada dalam kriteria konseli dan masalah yang
tersebut adalah memilih teknik asesmen sesuai masih normal, bukan yang sudah abnormal.
dengan kebutuhan pelayanan bimbingan dan Pada sub variabel merancang program
konseling mencapai persentase keseluruhan bimbingan dan konseling secara keseluruhan
58.33% dengan kriteria sedang. Pada indikator indikatornya berada dalam kriteria tinggi. Hal
tersebut terdapat 11 orang guru BK memiliki ini berarti guru BK telah dapat merancang
kriteria rendah, persentase tersebut dianntaranya program bimbingan dan konseling dengan
5 orang guru BK dengan persentase 40%, 6 kriteria tinggi. Guru BK yang telah dapat
orang guru BK dengan persentase 50%. Hal merancang program bimbingan dan konseling
yang dapat dilakukan guru BK yang memiliki maka kegiatan pelayanan bimbingan dan
kriteria rendah adalah guru BK lebih konseling yang dilakukan akan lebih sistematis
meningkatkan kompetensi profesionalnya dan terarah. Indikator dengan persentase
khususnya pada indikator memilih teknik tertinggi pada sub variabel ini yakni menyusun
asesmen sesuai dengan kebutuhan pelayanan program bimbingan dan konseling yang
bimbingan dan konseling yaitu dalam memilih berkelanjutan berdasarkan kebutuhan peserta
teknik asesmen berupaya untuk menyesuaikan didik secara komprehensif dengan pendekatan
dengan data yang diungkap dan diperlukan, perkembangan mencapai persentase 82.29%.
selain itu dalam menentukan teknik asesmen Sedangkan indikator terendah pada sub variabel
mempertimbangkan usia, gender, bahasa, dan ini adalah merencanakan sarana dan biaya
faktor lainnya. penyelenggaraan bimbingan dan konseling
Pada sub variabel menguasai kerangka dengan persentase 70.67%. Rendahnya
teoritik dan praksis bimbingan dan konseling persentase ini dikarenakan aspek dalam
secara keseluruhan indikatornya berada pada penyelenggaraan bimbingan dan konseling
kriteria tinggi. Pada sub variabel ini guru BK dalam hal administrasi keuangan kurang
tidak hanya menunjukkan bahwa menguasai diperhatikan. Hal yang dapat dilakukan oleh
kerangka teoritik bimbingan dan konseling tetapi guru BK adalah mulai memahami dan
juga mampu mengaplikasikannya dalam mengaplikasikan perencanaan tidak hanya
pelayanan bimbingan dan konseling yang sarana tetapi juga biaya, karena biaya atau
sesungguhnya. Indikator pada sub variabel ini anggaran juga akan membantu proses pelayanan
yang memiliki persentase tertinggi yaitu bimbingan dan konseling.
mengaplikasikan dasar-dasar pelayanan Pada sub variabel mengimplementasikan
bimbingan dan konseling mencapai persentase program bimbingan dan konseling yang
87.5%, sedangkan indikator dengan persentase komprehensif secara keseluruhan indikatornya
terendah yaitu mengaplikasikan arah profesi berada pada kriteria tinggi. Hal ini menunjukkan
bimbingan dan konseling dengan persentase bahwa program bimbingan dan konseling yang
73.33%. Persentase rendah pada indikator dirancang oleh guru BK tidak hanya sebatas
mengaplikasikan arah profesi bimbingan dan rancangan saja, tetapi juga mampu
konseling ini dikarenakan 10 dari 24 orang guru direalisasikan. Namun demikian pada indikator
BK memiliki kriteria sedang. Berdasarkan data melaksanakan program bimbingan dan
angket, guru BK masih menganggap konseli konseling menunjukkan bahwa 10 dari 24 guru
yang terganggu mentalnya masih menjadi bimbingan dan konseling menyatakan bahwa
wewenangnya. Dengan demikian guru BK dalam program bimbingan dan konseling ada
dalam memberikan pelayanan bimbingan dan beberapa kegiatan yang tidak terlaksana. Hal
konseling belum sesuai dengan wewenang dan yang dapat dilakukan adalah melakukan
21
Mugi Lestari / Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application 2 (4) (2013)

evaluasi terhadap program bimbingan dan dibandingkan dengan indikator-indikator


konseling terkait kendala atau hambatan yang lainnya pada sub variabel ini. Hal yang dapat
menyebabkan adanya kegiatan dalam program dilakukan adalah bahwa guru BK seyogyanya
yang tidak terlaksana, dan melakukan menyadari bahwa guru BK dengan kelemahan
penyesuaian program agar untuk program- dan kelebihannya adalah faktor yang
program di masa yang akan datang dapat menentukan jalannya pelayanan bimbingan dan
dimungkinkan untuk dilaksanakan seluruhnya. konseling. Guru BK seyogyanya mampu
Berdasarkan analisis data penelitian, sub memanfaatkan kelebihan secara personal &
variabel yang memiliki persentase paling rendah profesional dan memahami dan mengelola
di antara yang lainnya yaitu sub variabel menilai keterbatasan-keterbatasan tertentu yang
proses dan hasil kegiatan bimbingan dan dimilikinya seperti keterbatasan dalam
konseling dengan persentase 76.14%. Kegiatan menyelesaikan masalah konseli, keterbatasan
menilai proses dan hasil kegiatan bimbingan dan dalam memahami individu lainnya, demikian
konseling merupakan kegiatan yang dilakukan pula keterbatasan dalam membentengi diri dari
mengetahui atau memperoleh gambaran yang permasalahan yang dihadapi oleh konseli,
bersifat informasi akurat tentang keefektifan dan egoisme konselor, dan lain-lain.
efisiensi sesuatu yang telah dilaksanakankan. Seorang guru BK yang kompeten
Informasi berkenaan dengan keefektifan dan seyogyanya mampu menampilkan sosok utuh
keefisiensian ini selanjutnya akan melahirkan seorang pendidik dalam kinerjanya yang
suatu keputusan tertentu. Selain itu penilaian berkualitas. Salah satu wujud seorang guru BK
dilakukan sebagai perbaikan, pengendalian dapat dikatakan kompeten adalah memenuhi
proses dan mutu pelayanan bimbingan dan kualifikasi dan standar kompetensi yang salah
konseling. Indikator yang perlu mendapat satunya adalah kompetensi profesional. Dalam
perhatian adalah melakukan penyesuaian proses profesi bimbingan dan konseling, kompetensi
pelayanan bimbingan dan konseling., dimana profesional dapat diartikan sebagaii penguasaan
ada beberapa guru BK yang memiliki persentase konsep dan praksis pelayanan bimbingan dan
40% dan 50% dengan kriteria rendah. Hal yang konseling dari penguasaan konsep dan praksis
dapat dilakukan oleh guru BK yang memiliki asesmen, penguasaan kerangka teoritik dan
kriteria rendah adalah guru BK seyogyanya praksis bimbingan dan konseling, mampu
memiliki komitmen untuk meningkatkan merancang dan merancang program, menilai
kompetensi profesionalnya dalam melakukan proses dan hasil kegiatan, serta memiliki
penyesuaian proses pelayanan bimbingan dan kesadaran dan komitmen terhadap etika
konseling dengan cara seperti perbaikan profesional sehingga memungkinkan guru BK
terhadap program, contohnya metode, materi, dalam memberikan pelayanan bimbingan dan
media yang dianggap sesuai dengan kebutuhan konseling yang berkualitas kepada konseli
berdasarkan hasil evaluasi hasil, proses, dan mencapai perkembangan yang optimal guna
program bimbingan dan konseling. memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan
Pada sub variabel memiliki kesadaran dan dalam Standar Nasional Pendidikan.
komitmen terhadap etika profesional secara Setiap profesi berupaya untuk
keseluruhan indikatornya berada pada kriteria menumbuhkembangkan profesinya melalui
tinggi. Meskipun secara keseluruhan berada organisasi profesi. Seperti profesi lainnya, guru
pada kriteria tinggi, namun pada indikator BK juga berupaya untuk
memahmi dan mengelola kekuatan dan menumbuhkembangkan melalui organisasi
keterbatasan pribadi dan profesional ada dua profesi yaitu ABKIN (Asosiasi Bimbingan dan
guru BK yang memiliki kriteria rendah dan Konseling Indonesia) meskipun masih dalam
empat orang lainnya memiliki kriteria sedang. lingkup daerah yaitu Kabupaten Cilacap dan
Selain itu pada indikator tersebut adalah belum semua guru BK di SMP se-Kabupaten
indikator dengan persentase terendah Cilacap. Adanya organisasi profesi bimbingan
22
Mugi Lestari / Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application 2 (4) (2013)

dan konseling di tingkat daerah juga merupakan didik (konseli). Hal ini sejalan dengan
indikator pada daerah tersebut guru bimbingan Permendiknas No. 27 Tahun 2008 Tentang
dan konseling sudah maju, karena tidak semua Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi
daerah memilikinya. Konselor yang menyatakan untuk menjadi
Selain itu guru BK memiliki wadah seorang guru BK profesional, seseorang wajib
musyawarah lainnya yaitu MGP (Musyawarah memenuhi standar kualifikasi akademik dan
Guru Pembimbing) atau yang sekarang berubah kompetensi.
menjadi MGBK (Musyawarah Guru Bimbingan
dan Konseling). MGBK dikembangkan Simpulan
bertujuan untuk memberikan kerangka pikir dan
kerangka kerja utuh tentang penyelenggaraan Berdasarkan hasil penelitian dapat
pelayanan bimbingan dan konseling dalam jalur disimpulkan bahwa guru bimbingan dan
pendidikan formal. Di samping itu dengan konseling SMP Negeri se-Kota Cilacap telah
adanya wadah tersebut para guru BK dapat dapat menguasai dan mengaplikasikan
saling bertukar pikiran, pengetahuan, wawasan, kompetensi profesionalnya dalam pelayanan
dan ketrampilan untuk meningkatkan bimbingan dan konseling dengan kriteria tinggi.
kemampuannya dan kinerja guru BK sehingga Hal ini berarti, guru bimbingan dan konseling
pelayanan bimbingan dan konseling yang SMP Negeri Se-Kota Cilacap dapat dinyatakan
diberikan juga berkualitas. kompeten dalam memberikan pelayanan
Hasil data penelitian menunjukkan secara bimbingan dan konseling yang berkualitas dan
keseluruhan tingkat kompetensi profesional guru bermandat.
BK dalam pelaksanaan pelayanan bimbingan Adapun saran yang dapat disampaikan
dan konseling mencapai 78.7% dengan kriteria bagi guru bimbingan dan konseling agar lebih
tinggi. Sebagai perbandingan hasil pencapaian meningkatkan kemampuan profesionalnya
persentase ini tidak jauh berbeda dengan hasil khususnya dalam hal memilih teknik asesmen
penelitian yang dilakukan oleh Jumail tentang sesuai dengan kebutuhan pelayanan bimbingan
Kompetensi Profesional Dalam Perspektif dan konseling yaitu dalam memilih teknik
Konselor dan Peranannya Terhadap Pelayanan asesmen berupaya untuk menyesuaikan dengan
Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri Se- data yang diungkap dan diperlukan,
Kota Padang menunjukkan hasil secara menentukan teknik asesmen
keseluruhan mencapai 81.6% (Jumail, 2013). mempertimbangkan usia, gender, bahasa, dan
Selain itu hasil penelitian yang dilakukan oleh faktor lainnya melalui mengikuti kegiatan-
Istiqomah tentang Profesionalisasi Konselor kegiatan ilmiah seperti workshop, seminar, diklat,
menunjukkan bahwa tingkat kompetensi yang diskusi panel ataupun pertemuan ilmiah lainnya
dimiliki oleh 26 dari 30 konselor SMA Negeri yang diselenggarakan oleh MGBK, organisasi
se-Kabupaten Rembang juga memiliki kriteria profesi, maupun instansi lainnya atau mengikuti
sedang (Istiqomah, 2008). Dengan kata lain, studi lanjut. Bagi MGBK diharapkan secara
tingkat kompetensi profesional guru BK SMP rutin mengadakan seminar, workshop, pelatihan,
Negeri se-Kota Cilacap tidak jauh berbeda diklat maupun pertemuan rutin baik yang
dengan guru BK SMA Negeri se-Kota Padang berkala nasional atau daerah sebagai wadah
maupun guru BK SMA Negeri se-Kabupaten untuk sharing, tukar pendapat, dan memadukan
Rembang. persepsi dalam peningkatan dan pengembangan
Berdasarkan data hasil penelitian dan kompetensi dan profesionalisme guru BK.
perbandingan tersebut menunjukkan bahwa Berikutnya bagi kepala sekolah untuk
guru BK SMP Negeri se-Kota Cilacap telah memfasilitasi dan mendorong guru BK untuk
menguasai kompetensi profesional untuk bisa mengikuti kegiatan-kegiatan ilmiah seperti
menjadi seorang pendidik dalam memberikan workshop, seminar, diklat yang diselenggarakan
pelayanan bimbingan dan konseling bagi peserta oleh organisasi profesi, MGBK, ataupun instansi
23
Mugi Lestari / Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application 2 (4) (2013)

lainnya agar dapat menambah wawasan,


ketrampilan.

Ucapan Terima Kasih

Peneliti mengucapkan terima kasih


kepada ibu, Yusuf Zabidi, teman-teman yang
senantiasa selalu memberi motivasi, dan Drs.
Heru Mugiarso, M.Pd.,Kons selaku dosen
penguji utama atas bimbingan beliau peneliti
dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan
artikel ilmiah ini, serta almamater.

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian


Suatu Pendekatan Praktek (Edisi Revisi IV).
Jakarta: Rineka Cipta
Istiqomah. 2008. Profesionalisasi Konselor Di
SMA Negeri Se-Kabupaten Rembang.
Skripsi. Semarang: Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Semarang
Jumail. 2013. Kompetensi Profesional Dalam
Perspektif Konselor dan Peranannya
Terhadap Pelayanan Bimbingan dan
Konseling Di SMA Negeri Se-Kota
Padang. Jurnal Ilmiah Konseling. 2[1]: 250-
255
Peranturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 27 Tahun 2008 Tentang Standar
Kualifikasi dan Kompetensi Konselor.
Jakarta: Depdiknas
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar
Nasional Pendidikan. Jakarta: Depdiknas
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru.
Jakarta:Depdiknas

24

Anda mungkin juga menyukai