Anda di halaman 1dari 31

TUGAS

PERATURAN SEKOLAH
TENTANG :

PELAYANAN BIMBINGAN KONSELING


DALAM RUANG KELAS
SMA NEGERI 10 TAKENGON
ACEH TENGAH

OLEH :
HENDRI PUTRA
NIM : 8156132069

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI


PENDIDIKAN
KONSENTRASI KEPENGAWASAN
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
Naskah Akademik :
Peraturan Sekolah Tentang Pelayanan Bimbingan Konseling Dalam
Ruang Kelas

2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT, Tuhan Yang Maha
Esa yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan Tugas Penyusunan Naskah Akademik ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak. Dr. Darwin, M.Pd.
sebagai

dosen

pengampu

matakuliah

Kebijakan

Pendidik

dan

Tenaga

Kependidikan Pendidikan Menengah.


Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam pembuatan Naskah
Akademik ini masih kurang sempurna, baik isi maupun penulisannya. Untuk itu
penulis menerima kritik dan saran yang bersifat konstruktif demi sempurnanya
Naskah Akademik ini. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, Februari 2016


Hormat Saya

Penulis

Naskah Akademik :
Peraturan Sekolah Tentang Pelayanan Bimbingan Konseling Dalam
Ruang Kelas

DAFTAR ISI
ii

HALAMAN SAMPUL ..................................................................................... i


KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 4
A. Latar Belakang...................................................................................... 4
B. Identifikasi Masalah.............................................................................. 5
C. Rumusan Masalah ................................................................................ 10
D. Tujuan Penyusunan .............................................................................. 11
E. Metode Penelitian.................................................................................. 12
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN FAKTA EMPIRIS..................................13
BAB III EVALUASI DAN ANALISA PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT........................................18
BAB IV KAJIAN TERHADAP IMPLIKASI PENERAPAN
SISTEM BARU YANG AKAN DIATUR DALAM
PERATURAN SEKOLAH ................................................................ 27
BAB V PENUTUP ............................................................................................ 30
DAFTAR PUSTAKA

Naskah Akademik :
Peraturan Sekolah Tentang Pelayanan Bimbingan Konseling Dalam
Ruang Kelas

NASKAH AKADEMIK

PERATURAN SEKOLAH TENTANG


PELAYANAN BIMBINGAN KONSELING DALAM RUANG
KELAS
SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 10 TAKENGON
KABUPATEN ACEH TENGAH

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan

adalah

usaha

sadar

dan

terencana

untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar


peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan
yang diperlukan

dirinya,

masyarakat,

bangsa

dan

Negara.

Untuk mewujudkan tujuan pendidikan di Indonesia salah satu


faktor yang paling penting dan sangat mempengaruhi adalah
keprofesionalan guru. Konselor atau guru BK adalah tenaga
pendidik profesional yang memiliki standar kualifikasi akademik
dan kompetensi konselor dengan keunikan konteks tugas dan
ekspektasi

kinerja.

Ekspektasi

kinerja

konselor

dalam

menyelenggarakan pelayanan ahli bimbingan dan konseling


senantiasa digerakkan oleh motif altruistik, sikap empatik,
menghormati keragaman, serta mengutamakan kepentingan
konseli, dengan selalu
dari

pelayanan

mencermati dampak

yang

jangka

diberikan. Kompetensi

panjang

guru

Naskah Akademik :
Peraturan Sekolah Tentang Pelayanan Bimbingan Konseling Dalam
Ruang Kelas

BK

mencakup

empat

hal

penting

yaitu

kompetensi profesional, kompetensi

kompetensi

sosial,

dan

personal,

kompetensi

paedagogik. Dalam hubungannya dengan tenaga profesional


kependidikan, kompetensi guru BK sangat diperlukan untuk
memenuhi spesifikasi dalam pelaksanaan tugas-tugas yang
berorientasi

pada kualitas.

Disamping

itu

pula

harus

ada

penghargaan dan pengakuan yang tinggi kepada seorang guru


BK

agar

yang

dapat menghasilkan pendidikan

berkualitas.

Dengan

demikian

dan pelayanan BK

kompetensi

konselor

diharapkan dapat menjadi dasar dalam memberikan penilaian


kinerja guru BK di Sekolah sehingga dapat mewujudkan guru
BK yang profesional.
B. Identifikasi Masalah
1. Tugas Guru bimbingan dan konseling
Guru bimbingan dan konseling/konselor memiliki tugas,
tanggungjawab, wewenang dalam pelaksanaan pelayanan
bimbingan
guru

dan konseling

bimbingan

pengembangan

terhadap

peserta

dan konseling/konselor
diri

peserta

didik

didik.

Tugas

terkait

dengan

yang sesuai

dengan

kebutuhan, potensi, bakat, minat, dan kepribadian peserta


didik

di

sekolah.

Tugas

guru

bimbingan

dan

konseling/konselor yaitu membantu peserta didik dalam:


a. Pengembangan
pelayanan

kehidupan

yang

pribadi,

membantu

yaitu

peserta

bidang

didik

dalam

memahami, menilai bakat dan minat.


b.

Pengembangan kehidupan sosial, yaitu bidang pelayanan


yang membantu peserta
menilai

serta

didik

dalam

memahami

mengembangkan kemampuan

dan

hubungan

Naskah Akademik :
Peraturan Sekolah Tentang Pelayanan Bimbingan Konseling Dalam
Ruang Kelas

sosial

dan

industrial

yang

harmonis,

dinamis,

berkeadilan dan bermartabat.


c. Pengembangan
pelayanan

kemampuan
yang

mengembangkan

belajar,

membantu

kemampuan

yaitu

bidang

peserta

belajar

didik

untuk mengikuti

pendidikan sekolah/madrasah secara mandiri.


d. Pengembangan

karir,

yaitu

bidang

pelayanan

yang

membantu peserta didik dalam memahami dan menilai


informasi, serta memilih dan mengambil keputusan karir.
Jenis layanan adalah sebagai berikut:
1). Layanan orientasi, yaitu layanan yang membantu
peserta didik memahami lingkungan baru, terutama
lingkungan sekolah/ madrasah dan obyek-obyek
yang dipelajari, untuk menyesuaikan diri serta
mempermudah dan memperlancar peran peserta
didik di lingkungan yang baru.
2). Layanan

informasi,

yaitu

membantu

peserta

didik

memahami

berbagai

layanan

yang

menerima

dan

informasi

diri,

sosial,

belajar, karir/jabatan, dan pendidikan lanjutan.


3). Layanan

penempatan

layanan

yang

dan

penyaluran,

membantu

peserta

yaitu
didik

memperoleh penempatan dan penyaluran yang


tepat

di

dalam

kelas,

kelompok

belajar,

jurusan/program studi, program latihan, magang,


dan kegiatan ekstra kurikuler.
4). Layanan penguasaan konten, yaitu layanan yang
membantu

peserta

didik

menguasai

konten

tertentu, terutama kompetensi dan atau kebiasaan


yang

berguna

dalam

kehidupan

di

Naskah Akademik :
Peraturan Sekolah Tentang Pelayanan Bimbingan Konseling Dalam
Ruang Kelas

sekolah/madrasah,

keluarga,

industri

dan

masyarakat.
5). Layanan

konseling

yang

membantu

perorangan,

yaitu

peserta

layanan

didik

dalam

mengentaskan masalah pribadinya.


6). Layanan
yang

bimbingan

kelompok,

membantu

pengembangan
sosial, kegiatan

pribadi,

peserta

yaitu
didik

kemampuan

belajar,

layanan
dalam
hubungan

karir/jabatan,

dan

pengambilan keputusan, serta melakukan kegiatan


tertentu melalui dinamika kelompok.
7). Layanan konseling kelompok, yaitu layanan yang
membantu peserta didik dalam pembahasan dan
pengentasan

masalah

pribadi

melalui dinamika

kelompok.
8). Layanan konsultasi, yaitu layanan yang membantu
peserta didik dan atau pihak lain dalam memperoleh
wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang perlu
dilaksanakan dalam menangani kondisi dan atau
masalah peserta didik.
9). Layanan mediasi, yaitu layanan yang membantu
peserta

didik menyelesaikan permasalahan dan

memperbaiki hubungan antar mereka.


Kegiatan-kegiatan tersebut didukung oleh:
1. Aplikasi instrumentasi, yaitu kegiatan mengumpulkan
data tentang diri peserta didik dan lingkungannya,
melalui aplikasi berbagai instrumen, baik tes maupun
nontes.
2.

Himpunan data, yaitu kegiatan menghimpun data


yang

relevan

dengan pengembangan peserta didik,

Naskah Akademik :
Peraturan Sekolah Tentang Pelayanan Bimbingan Konseling Dalam
Ruang Kelas

yang diselenggarakan secara berkelanjutan, sistematis,


komprehensif, terpadu dan bersifat rahasia.
3. Konferensi

kasus,

yaitu

kegiatan

membahas

permasalahan peserta didik dalam pertemuan khusus


yang

dihadiri

memberikan

oleh

data,

pihak-pihak

kemudahan

dan

yang

dapat

komitmen

bagi

terentaskannya masalah peserta didik, yang bersifat


terbatas dan tertutup.
4. Kunjungan rumah, yaitu kegiatan memperoleh data,
kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya masalah
peserta didik melalui pertemuan dengan orang tua atau
keluarganya.
5. Tampilan kepustakaan, yaitu kegiatan menyediakan
berbagai

bahan pustaka

peserta

didik

dalam

yang

dapat

digunakan

pengembangan

pribadi,

kemampuan sosial, kegiatan belajar, dan karir/jabatan.


6.

Alih

tangan

memindahkan

kasus,

yaitu

kegiatan

untuk

penanganan masalah peserta didik ke

pihak lain sesuai keahlian dan kewenangannya.


2.

Beban

Kerja

Minimum

Guru

Bimbingan

dan

Konseling/Konselor
Beban kerja guru bimbingan dan konseling/konselor
adalah mengampu bimbingan dan konseling paling sedikit
150 (seratus lima puluh) peserta didik dan paling banyak
250 (dua ratus lima puluh) peserta didik per tahun

pada

satu atau lebih satuan pendidikan yang dilaksanakan


dalam bentuk
untuk

layanan

layanan

tatap

muka

klasikal dan/atau di

terjadwal
luar

di

kelas

kelas
untuk

layanan perorangan atau kelompok bagi yang dianggap

Naskah Akademik :
Peraturan Sekolah Tentang Pelayanan Bimbingan Konseling Dalam
Ruang Kelas

perlu dan yang memerlukan. Sedangkan beban kerja


guru

yang diberi

tugas

tambahan

sebagai

kepala

sekolah/madrasah membimbing 40 (empat puluh) peserta


didik

dan

guru

yang

diberi

tugas tambahan

sebagai

wakil kepala sekolah/madrasah membimbing 80 (delapan


puluh) peserta.
Untuk

mengetahui

sejauhmana

penyelenggaraan

Bimbingan dan Konseling

(BK) di sekolah harus dilakukan

penilaian

untuk

(evaluasi)

dibutuhkan

dan

tentunya

menjaring

data

yang

diperlukan instrumen tertentu.

Penilaian Kinerja Bimbingan dan Konseling yaitu sebagai


berikut:
1.

Mencakup

kegiatan

mengintegrasikan

mengumpulkan

informasi tentang

klien

dan
dengan

cara tertentu yang bertujuan untuk meningkatkan


perlakuan efektif dalam BK.
2.

Proses

penilaian

sepanjang

berlangsung

perlakuan

atau

kontinu/berkelanjutan

proses

bimbingan

dan

konseling.
3.

Teknik-teknik

penilaian

secara

umum

yang

dapat

digunakan:
a. Penilaian Kualitatif,
Penilaian

kualitatif

berlangsung

dalam

proses

perubahan itu; terpadu dalam strategi treatmen


untuk memandu perkembangan diri sendiri dan
untuk menginformasikan kepada klien. Tidak seperti
tes standard, seringkali
atau

latihan

simulasi

terdiri
yang

atas

game-game

bersifat fleksibel,

terbuka, holistic, dan tidak statistic.


b. Penilaian Perilaku,

Naskah Akademik :
Peraturan Sekolah Tentang Pelayanan Bimbingan Konseling Dalam
Ruang Kelas

Penilaian perilaku dapat dilakukan dengan cara


merekam perilakuperilaku yang tampak:
1)

Mengidentifikasi

antisiden

terhadap

perilaku

bermasalah dan konsekuensi-konsekuensi yang


mengurangi frekuensi atau menghapuskannya,
2) Dilakukan dengan wawancara (langsung dan
tak langsung),
3) Daftar masalah perilaku atau prosedur-prosedur
khusus

yangdirancang

permasalahan

untuk

merekam

konseli secaralangsung,

atau

tidak langsung melalui catatan perilaku dari


prosesinteraksi bimbingan dan konseling.
c. Catatan Masa Lalu.
Catatan

masa

lalu

dilakukan

dengan

cara

meninjau ulang rekaman konseli sebelumnya dan


membantu

konselor

mengidentifikasi

polapola

penting yang mungkintidak disadari klien atau


segan untuk didiskusikan secara terus terang.
4.

Penilaian kinerja bimbingan dan konseling mencakup


proses

dan

produk,

yang

dilaksanakan

sebelum,

selama, atau sesudah proses.


5.

Penilaian kinerja profesional konselor sekolah dilakukan


terhadap tugastugaskinerja (performance tasks) dalam
bentuk portofolio.

C. Rumusan Masalah
Belum

berfungsinya

disekolah secara

optimal

pelayanan bimbingan konseling


dalam

proses

pembangunan

karakter siswa, lebih disebabkan karena dua hal. Pertama


rendahnya

identifikasi masalah yang dilakukan oleh guru

bimbingan konseling karena hanya menunggu dalam ruang


Naskah Akademik :
Peraturan Sekolah Tentang Pelayanan Bimbingan Konseling Dalam
Ruang Kelas

10

BK sehingga pelayanan bimbingan dan konseling juga belum


maksimal. Kedua belum
memayungi

adanya payung hukum yang

mekanisme

penyelenggaraan

program

Bimbingan konseling yang dapat dilakukan di dalam ruang


kelas sehingga peran guru Bimbingan dan konseling dapat
lebih maksimal. Atas dasar permasalahan tersebut Naskah
Akademik ini memberi landasan ilmiah tentang penyusunan
Rancangan

peraturan

sekolah

tentang

Pelayanan

Bimbingan konseling didalam ruang kelas.


D. Tujuan Penyusunan Naskah Akademik
Tujuan

menyusun

Naskah

Akademik

Rancangan

Peraturan Sekolah tentang Pelayanan Bimbingan Konseling


dalam Ruang Kelas sebagai berikut:
1.

Merumuskan
timbul

permasalahan-permasalahan

dalam

konseling,

pelaksanaan

sehingga

pelayanan

yang

bimbingan

Peraturan Sekolah tentang

Pelayanan Bimbingan Konseling dalam Ruang Kelas


dapat

memberi

landasan

dalam pelaksanaan

kegiatan

dan

kepastian hukum

pelayanan

bimbingan

konseling.
2.

Merumuskan keterkaitan Rancangan Peraturan Sekolah


tentang Pelayanan Bimbingan Konseling dalam Ruang
Kelas dengan peraturan perundang-undangan terkait.

3.

Merumuskan
dan

landasan

ekonomis

Peraturan

Sekolah

filosofis,

sosiologis,

yuridis,

dalam pembentukan Rancangan


tentang

Pelayanan

Bimbingan

Konseling dalam Ruang Kelas.


4.

Merumuskan sasaran yang akan diwujudkan, ruang


lingkup pengaturan, jangkauan, dan arah pengaturan

Naskah Akademik :
Peraturan Sekolah Tentang Pelayanan Bimbingan Konseling Dalam
Ruang Kelas

11

pembentukan

Rancangan

Peraturan Sekolah tentang

Pelayanan Bimbingan Konseling dalam Ruang Kelas.


E. Metode Penelitian
Penyusunan Naskah Akademik Rancangan Peraturan
Sekolah tentang Pelayanan Bimbingan Konseling dalam
Ruang Kelas

dilakukan

dengan

menggunakan metode

deskriptif melalui pendekatan yuridis normatif. Dengan


metode

dan

pendekatan

ini

diharapkan

dapat

menggambarkan berbagai permasalahan secara utuh dan


menyeluruh, sehingga hasil analisis permasalahannya dapat
dipergunakan sebagai landasan untuk mengenali hukum,
khususnya hukum tertulis yang berlaku dan diatur dalam
peraturan

sekolah

yang

berkaitan

dengan

Pelayanan

Bimbingan Konseling.
Data yang digunakan berasal dari data sekunder yang
terdiri atas bahan hukum primer yang berupa peraturan
perundang-undangan
konseling dan

yang

berkaitan dengan Bimbingan

bahan hukum tersier yang berupa hasil-hasil

penelitian, pengkajian, dan sebagainya, serta

data

lain

yang terkait dengan topik Pelayanan Bimbingan Konseling


dalam Ruang Kelas.

BAB II

Naskah Akademik :
Peraturan Sekolah Tentang Pelayanan Bimbingan Konseling Dalam
Ruang Kelas

12

KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTEK EMPIRIS

Setiap individu yang pernah sekolah di SMAyang sering


bermasalah, pasti sudah tidak asing lagi mendengar istilah
bimbingan
sering
mutu

dan

kali

konseling (BK).Tujuan

disalah

keberhasilan

artikan

oleh

akademis

pendidikan

menengah

pandangan umum,

seperti

persentase

demi

lulusan,

tingginya nilai ebtanas murni, atau persentase kelanjutan ke


perguruan tinggi negeri.
Kenyataan
tujuan

ini

sulit

dipungkiri,

kurikulum menekankan

(sekolah

menengah

karena

secara

penyiapan

umum/SMU)

sekilas

peserta

untuk

didik

melanjutkan

pendidikan ke jenjang lebih tinggi atau penyiapan peserta


didik (sekolah

menengah

kejuruan/SMK)

agar

sanggup

memasuki dunia kerja.


Penyiapan peserta didik demi melanjutkan ke pendidikan
yang lebih tinggi hanya memperhatikan sisi materi pelajaran
saja, agar para lulusannya dapat lolos tes masuk perguruan
tinggi

negeri

atau agar

siswanya

pekerjaan yang sesuai dengan


pendidikan di
bobot

dalam

jenjang
proses

dapat

memperoleh

bidangnya. Akibatnya, proses

sekolah menengah
pembentukan

akan

pribadi

kehilangan

individu yang

sebetulnya sangat penting dalam kehidupannya di masa yang


akan datang.
Pembentukan pribadi, pendampingan pribadi, pengasahan
nilai-nilai

kehidupan (values) dan pemeliharaan

kepribadian

siswa (cura personalis) terabaikan. Situasi demikian diperparah


oleh kerancuan peran di setiap sekolah. Pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

Naskah Akademik :
Peraturan Sekolah Tentang Pelayanan Bimbingan Konseling Dalam
Ruang Kelas

13

proses

pembelajaran

mengembangkan

agar

potensi

peserta

dirinya

didik

untuk

secara

memiliki

aktif

kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,


akhlak

mulia,

serta

ketrampilan

yang

diperlukan

dirinya,

masyarakat, bangsa dan Negara. Untuk mewujudkan tujuan


pendidikan di Indonesia salah satu faktor yang paling penting
dan sangat mempengaruhi adalah keprofesionalan guru.
Peran konselor

dalam pemberian pelayanan

konseling (BK) di Sekolah

sering

direduksi

bimbingan

sekedar

sebagai

polisi sekolah. Bimbingan konseling yang sebenarnya paling


potensial

menggarap

pemeliharaan

pribadi-pribadi,

ditempatkan dalam konteks tindakan-tindakan yang menyangkut


disipliner siswa. Memanggil, memarahi, menghukum adalah
proses klasik yang menjadi label BK di banyak sekolah. Dengan
kata

lain,

BK

diposisikan

sebagai

musuh

bagi

siswa

bermasalah atau nakal. Seharusnya BK itu dijadikan tempat


untuk membantu memandirikan siswa agar setiap peserta didik
mampu berkembang sesuai dengan tugas-tugas perkembangan
yang

yang

ada.

Hakikat

bimbingan

konseling

di sekolah

seharusnya bertujuan untuk dapat mendampingi siswa dalam


beberapa hal. Pertama, dalam perkembangan belajar di sekolah
(perkembangan akademis). Kedua, mengenal diri sendiri dan
mengerti
mereka,

kemungkinan-kemungkinan
sekarang

menentukan cita-cita

maupun
dan

yang

tujuan

yang terbuka
akan

dalam

datang.
hidupnya,

bagi
Ketiga,
serta

menyusun rencana yang tepat untuk mencapai tujuan-tujuan


itu. Keempat, mengatasi masalah pribadi yang mengganggu
belajar di sekolah. Empat peran di atas dapat efektif, jika
BK didukung oleh mekanisme struktural di suatu sekolah secara
baik.

Naskah Akademik :
Peraturan Sekolah Tentang Pelayanan Bimbingan Konseling Dalam
Ruang Kelas

14

Shertzer

dan

Stone

(1981)

mengemukakan

bahwa

bimbingan (guidance) adalah suatu proses membantu orangperseorangan

untuk

memahami

dirinya

sendiri

dan

lingkungan hidupnya. Dalam kerangka ini, maka bimbingan


bisa diartikan sebagai proses pemberian bantuan yang dilakukan
oleh orang yang ahli kepada

seorang

atau

beberapa

orang

individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa agar orang


yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya
sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu
dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan
norma-norma yang berlaku (Prayitno, 2004: 99). Senada dengan
itu, Djumhur dan Moh. Surya (1975:15), berpendapat bahwa
bimbingan
terus

adalah

menerus

suatu

proses

dan sistematis

memecahkan

masalah

kemampuan

untuk

yang

kemampuan

kepada

bantuan

dalam

agar tercapai

memahami
untuk

yang

individu

dihadapinya,

dapat

understanding), kemampuan
acceptance),

pemberian

dirinya

(self

menerima

dirinya

(self

untuk mengarahkan

dirinya

(self

direction) dan kemampuan untuk merealisasikan dirinya (self


realization)

sesuai

dengan

potensi

atau

kemampuannya

dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan, baik


keluarga, sekolah dan masyarakat.
Sedangkan konseling
Prayitno dan Erman Amti
pemberian

bantuan

(counseling)
(2004:

yang

didefinisikan oleh

105)

dilakukan

sebagai

proses

melalui wawancara

konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu


yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut klien atau
konseli)

yang

bermuara pada

dihadapi

klien.

konseling

sebagai

Sedangkan
serangkaian

teratasinya
menurut

masalah

yang

Winkel (2005:35),

kegiatan paling

pokok

Naskah Akademik :
Peraturan Sekolah Tentang Pelayanan Bimbingan Konseling Dalam
Ruang Kelas

dari

15

bimbingan dalam usaha membantu konseli/klien secara tatap


muka dengan tujuan agar klien dapat
jawab

sendiri

terhadap

berbagai

mengambil

persoalan

tanggung

atau masalah

khusus.Dari sini kemudian bisa disimpulkan bahwa konseling


adalah usaha membantu konseli atau klien dengan tujuan
agar klien dapat mengambil tanggung jawab sendiri terhadap
berbagai persoalan atau masalah khusus yang dihadapinya
dan berujung pada pemecahan masalah tersebut. Jika diambil
benang merah antara bimbingan (guidance) dan konseling
(counseling),

maka

mempunyai

peranan

satu sama

bisa dikatakan

bahwa

masing-masing

yang

khas

namun

saling melengkapi

lain. Bimbingan

lebih

bersifat membantu secara

preventif (menentukan langkah atau mengambil keputusan ke


depan untuk menghindari munculnya masalah atau problem),
sedangkan konseling merupakan bantuan yang lebih

bersifat

represif (mengupayakan solusi setelah mengalami masalah


atau problem).
Dengan
bimbingan

demikian,

dapat

dan konseling

diketahui

merupakan

bahwa
proses

pelayanan
pemberian

bantuan yang dilakukan oleh konselor kepada konseli agar


dapat

mengembangkan

kemampuan

dirinya

sendiri

dan

mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana


yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma
yang berlaku serta dapat mengambil tanggung jawab sendiri
terhadap

berbagai

persoalan

atau

masalah

khusus

yang

dihadapinya dan berujung pada pemecahan masalah tersebut.


Tuntutan

keprofesionalan

melukiskan sejumlah

suatu

persyaratan

pekerjaan
yang

pada

harus

dasarnya

dimiliki

oleh

seseorang yang akan memangku pekerjaan tersebut. Tanpa


dimilikinya

sejumlah

persyaratan

tersebut,

maka seseorang

Naskah Akademik :
Peraturan Sekolah Tentang Pelayanan Bimbingan Konseling Dalam
Ruang Kelas

16

tidak dapat dikatakan profesional. Dengan demikian

ia tidak

memiliki kompetensi

Konselor

merupakan

untuk

pekerjaan

menerapkan

pekerjaan

profesi, karenanya

kurikulum

yang

konselor

kompetensi

personal, kompetensi

dan

dengan

mencakup

kompetensi

tenaga

LPTK

berdasarkan

Kompetensi
sosial,

tersebut.

empat

kompetensi.
penting

profesional,

paedagogik.

profesional

hal

telah
yaitu

kompetensi

Dalam hubungannya

kependidikan,

kompetensi

menunjuk pada performance atau perbuatan yang bersifat


rasional dan memenuhi spesifikasi dalam pelaksanaan tugastugas kependidikan mencakup karakteristik-karakteristik yang
berorientasi pada kualitas. Keberadaan
penting
karena

khususnya
itu

minimal

dalam

diperlukan

S1

BK

dan

konselor

lingkup pendidikan

adanya

standar

Pendidikan

sangatlah

formal,

oleh

kualifikasi akademik

Profesi

Konselor

serta

kompetensi konselor yang terdiri dari kompetensi paedagogik,


profesional,
berada

kepribadian

dalam

dan sosial.

kawasan

Konteks

pelayanan

tugas konselor

yang

bertujuan

mengembangkan potensi dan memandirikan konseli dalam


pengambilan keputusan

dan

pilihan

untuk

mewujudkan

kehidupan yang produktif, sejahtera, dan peduli kemaslahatan


umum. Pelayanan dimaksud adalah pelayanan bimbingan dan
konseling.Konselor

adalah

pengampu

pelayanan

ahli

bimbingan dan konseling, terutama dalam jalur pendidikan


formal dan nonformal.
Ekspektasi
pelayanan

kinerja

konselor

ahli bimbingan

dan

dalam

menyelenggarakan

konseling

senantiasa

digerakkan oleh motif altruistik, sikap empatik, menghormati


keragaman, serta mengutamakan kepentingan konseli, dengan

Naskah Akademik :
Peraturan Sekolah Tentang Pelayanan Bimbingan Konseling Dalam
Ruang Kelas

17

selalu mencermati dampak jangka panjang dari pelayanan yang


diberikan.
BAB III
EVALUASI DAN ANALISIS
PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN TERKAIT

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistim


Pendidikan Nasional dan
2005

tentang

Guru

Undang-Undang

dan

Dosen

Nomor

menyatakan

14

Tahun

bahwa

guru

sebagai pendidik merupakan tenaga profesional. Pengakuan


kedudukan
dengan

guru

sertifikat

sebagai
profesi

tenaga

pendidik

profesional dibuktikan
yang

sertifikasi dan bagi guru yang telah


pendidik

akan

diberikan tunjangan

diperoleh

mendapat
profesi

melalui
sertifikat

yang besarnya

setara dengan satu kali gaji pokok.


Dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen pasal 35 ayat (2) dinyatakan bahwa beban kerja guru
mengajar sekurang-kurangnya 24

jam

dan

sebanyak-

banyaknya 40 jam tatap muka per minggu. Peraturan Menteri


Pendidikan Nasional Nomor 18 Tahun 2007 Tentang Sertifikasi
Bagi Guru Dalam Jabatan mengamanatkan bahwa guru yang
telah memperoleh sertifikat pendidik, nomor registrasi, dan
telah memenuhi beban kerja mengajar minimal 24 jam tatap
muka

per

minggu

memperoleh

satu kali gaji pokok. Tidak semua

tunjangan profesi
guru berada

sebesar

pada kondisi

ideal dengan beban mengajar minimal 24 jam tatap muka per


minggu . Oleh karena itu diperlukan suatu panduan bagi guru
dalam pemenuhan wajib mengajar minimal 24 jam per minggu

Naskah Akademik :
Peraturan Sekolah Tentang Pelayanan Bimbingan Konseling Dalam
Ruang Kelas

18

agar guru yang telah memiliki sertifikat pendidik memperoleh


haknya, yaitu tunjangan profesi.
Keberadaan konselor dalam sistem pendidikan nasional
dinyatakan sebagai salah satu kualifikasi pendidik, sejajar
dengan kualifikasi guru, dosen, pamong
widyaiswara,

fasilitator,

2003

Pasal

Ayat

termasuk konselor,

dan

instruktur

6).Masing-masing

memiliki

keunikan

belajar,

(UU

tutor,

No.

20 Tahun

kualifikasi

pendidik,

konteks

tugas

dan

ekspektasi kinerja. Standar kualifikasi akademik dan kompetensi


konselor dikembangkan dan dirumuskan tas

dasar

kerangka

pikir yang menegaskan konteks tugas dan ekspektasi kinerja


konselor.
Pelayanan

konseling

kegiatan pengembangan
kurikulum

yang

yang
diri

merupakan

telah

termuat

ditetapkan dalam

bagian
dalam

dari

struktur

Peraturan

Menteri

Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006


tentang

Standar

isi

untuk

Satuan

Pendidikan

Dasar

Menengah.Beban kerja Guru bimbingan dan konseling atau


konselor pada Pasal 54 ayat (6) Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru yang menyatakan
bahwa beban kerja Guru bimbingan dan konseling atau konselor
yang memperoleh tunjangan profesi dan maslahat tambahan
adalah mengampu bimbingan dan konseling paling sedikit
150 (seratus lima puluh) peserta didik per tahun pada satu
atau lebih satuan pendidikan.
Lebih lanjut dalam penjelasan Pasal 54 ayat (6) yang
menyatakan bahwa
pemberian

layanan

perhatian,

bimbingan

pengarahan,

dan

konseling

pengendalian,

dan

pengawasan kepada sekurang-kurangnya 150 (seratus lima


puluh) peserta didik, yang dapat dilaksanakan dalam bentuk

Naskah Akademik :
Peraturan Sekolah Tentang Pelayanan Bimbingan Konseling Dalam
Ruang Kelas

19

pelayanan

tatap muka

terjadwal

di

kelas

dan

layanan

perseorangan atau kelompok bagi yang dianggap perlu dan


memerlukan.
Konselor

adalah tenaga pendidik profesional yang telah

menyelesaikan pendidikan akademik strata satu (S-1) program


studi Bimbingan dan Konseling dan program Pendidikan Profesi
Konselor

dari

pengadaan

perguruan
tenaga

tinggi

penyelenggara

kependidikan

yang

program

terakreditasi.

Sedangkan bagi individu yang menerima pelayanan profesi


bimbingan

dan

konseling

disebut konseli, dan pelayanan

bimbingan dan konseling pada jalur pendidikan formal dan


nonformal diselenggarakan oleh konselor.
Dalam

Permendiknas

Standar

Kualifikasi

dinyatakan

bahwa

No.

27

Akademik

kompetensi

tahun

dan
yang

2009

tentang

Kompetensi

Konselor

harus

dikuasai

guru

Bimbingan dan Konseling/Konselor mencakup 4 (empat) ranah


kompetensi,

yaitu:

kompetensi

kepribadian, kompetensi
Keempat

pedagogik,

sosial, dan kompetensi

rumusan kompetensi ini

menjadi

kompetensi
profesional.
dasar

bagi

Penilaian Kinerja Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor.


Rumusan
dikembangkan
yang

Standar

dan dirumuskan

menegaskan

konselor.Namun
pendidik
rumusan
dapat

Kompetensi

konteks

bila

ditata

sebagaimana

tugas

dan

dasar

dan ekspektasi

dalam

empat

tertuang

dalam

PP

dan

dirumuskan

telah

kerangka

ke

kompetensi akademik

dipetakan

atas

Konselor

kinerja

kompetensi

19/2005,

profesional
ke

pikir

maka

konselor

dalam kompetensi

pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional sebagai berikut.

Naskah Akademik :
Peraturan Sekolah Tentang Pelayanan Bimbingan Konseling Dalam
Ruang Kelas

20

1. Kompetensi Pedagogik
a. Menguasai teori dan praktsis pendidikan.Mendeskripsikan
ilmu

pendidikan

prinsip

dan

pendidikan

landasan

dan

keilmuannya, prinsip-

proses

pembelajaran,

dan

menguasai landasan budaya dalam praksis pendidikan.


b. Mengaplikasikan perkembangan fisiologis dan psikologis
serta

perilaku

konseli.

Melaksanakan

perilaku manusia, perkembangan

kaidah-kaidah

fisik dan

psikologis

individu terhadap sasaran pelayanan bimbingan dan


konseling

dalam

kepribadian,

upaya

pendidikan;

individualitas

dan

kaidah-kaidah

perbedaan

terhadap sasaran pelayanan bimbingan dan


dalam

upaya

pendidikan;

konseli
konseling

kaidah-kaidah

belajar

terhadap sasaran pelayanan bimbingan dan konseling


dalam

upaya

pendidikan; kaidah-kaidah

keberbakatan

terhadap sasaran pelayanan bimbingan dan konseling


dalam

upaya

pendidikan;

mental terhadap

sasaran

kaidah-kaidah
pelayanan

kesehatan

bimbingan

dan

konseling dalam upaya pendidikan.


c. Menguasai esensi pelayanan bimbingan dan konseling
dalam

jalur,

Menguasai

jenis,

esensi

dan

jenjang

bimbingan

satuan

dan

pendidikan

konseling

pada

satuan jalur pendidikan formal, nonformal dan informal.


2. Kompetensi Kepribadian
a.

Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa


Menampilkan kepribadian yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang
menjalankan

Maha

kehidupan

Esa,

konsisten

beragama

dalam

dan toleran

terhadap pemeluk agama lain, b erakhlak

mulia dan

berbudi pekerti luhur.

Naskah Akademik :
Peraturan Sekolah Tentang Pelayanan Bimbingan Konseling Dalam
Ruang Kelas

21

b.

Menghargai

dan

menjunjung

tinggi

nilai-nilai

kemanusiaan, individualitas dan kebebasan memilih.


Mengaplikasikan
tentang

pandangan

manusia

bermoral,
individu

sebagai

sosial,

menghargai

positif

makhluk

individual,

dan

pada

dan

dan

dinamis
(spiritual,

berpotensi),

mengembangkan

potensi

positif

umumnya

konseli

pada

dan

khususnya, p eduli terhadap kemaslahatan manusia


pada umumnya
menjunjung
sesuai

dan

tinggi

dengan

permasalahan

konseli

harkat

pada

khususnya,

dan martabat

manusia

hak

asasinya,

toleran

terhadap

konseli

serta

mampu

bersikap

demokratis.
c.

Menunjukkan integritasdan stabilitas kepribadian yang


kuat Menampilkan

kepribadian

dan

perilaku

yang

terpuji (seperti berwibawa, jujur, sabar, ramah, dan


konsisten);

menampilkan

emosi

yang stabil; peka,

bersikap empati, serta menghormati keragaman dan


perubahan; menampilkan

toleransi

tinggi

terhadap

konseli yang menghadapi stres dan frustasi.


d.

Menampilkan kinerja berkualitas tinggi. Melakukan


tindakan

yang

cerdas,

produktif; bersemangat,
berpenampilan

kreatif,
berdisiplin,

menarik

dan

inovatif,
dan

dan

mandiri;

menyenangkan;

berkomunikasi secara efektif


3. Kompetensi Sosial
a.

Mengimplementasikan
bekerja Memahami
peran

pihak-pihak

kolaborasi

dasar,

intern

tujuan,

di

tempat

organisasi,

dan

lain (guru, wali kelas, pimpinan

sekolah/madrasah, komite sekolah/madrasah) di tempat

Naskah Akademik :
Peraturan Sekolah Tentang Pelayanan Bimbingan Konseling Dalam
Ruang Kelas

22

bekerja;

mengkomunikasikan

dasar,

tujuan,

dan

kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling kepada


pihak-pihak lain di tempat bekerja; b ekerja sama
dengan pihak-pihak terkait di dalam tempat bekerja
(seperti guru, orang tua, tenaga administrasi).
b.

Berperan

dalam

organisasi

dan

kegiatan

profesi

bimbingan dan konseling. Memahami dasar, tujuan, dan


AD/ART organisasi profesi bimbingan dan
untuk

pengembangan

diri

dan

konseling

profesi;

menaati

Kode Etik profesi bimbingan dan konseling; aktif dalam


organisasi

profesi

bimbingan

dan

konseling

untuk

pengembangan diri dan profesi


c.

Mengimplementasikan kolaborasi antarprofesi.


Mengkomunikasikan

aspek-aspek

profesional

bimbingan dan konseling kepada organisasi profesi


lain, memahami peran organisasi profesi lain dan
memanfaatkannya

untuk

suksesnya

pelayanan

bimbingan dan konseling, dapat bekerja dalam tim


bersama tenaga paraprofesional dan profesional profesi
lain, Melaksanakan referal kepada ahli profesi lain
sesuai dengan keperluan.
4. Kompetensi Profesional
a. Menguasai konsep dan praksis penilaian (assessment)
untuk

memahami kondisi, kebutuhan, dan masalah

konseli. Mendeskripsikan
keperluan
penilaian
bimbingan

pelayanan konseling,
sesuai
dan

mengembangkan
keperluan

hakikat

dengan

untuk

memilih

teknik

kebutuhan

konseling,
instrumen

bimbingan

asesmen

pelayanan

menyusun
penilaian
dan

dan
untuk

konseling,

Naskah Akademik :
Peraturan Sekolah Tentang Pelayanan Bimbingan Konseling Dalam
Ruang Kelas

23

mengadministrasikan asesmen untuk mengungkapkan


masalah-masalah

peserta

didik,

memilih

dan

mengadministrasikan teknik penilaian pengungkapan


kemampuan dasar dan kecenderungan pribadi peserta
didik, memilih dan mengadministrasikan instrumen
untuk mengungkapkan kondisi aktual peserta didik
berkaitan dengan

lingkungan,

mengakses

data

dokumentasi tentang peserta didik dalam pelayanan


bimbingan

dan

konseling,

menggunakan

hasil

penilaian dalam pelayanan bimbingan dan konseling


dengan

tepat,

menampilkan

tanggung

jawab

profesional dalam praktik penilaian.


b.

Menguasai kerangka teoretik dan praksis Bimbingan


dan Konseling. Mengaplikasikan
bimbingan
profesi

dan

pelayanan

konseling,mengaplikasikan

bimbingan

dasardasar

hakikat

dan

arah

konseling, mengaplikasikan

pelayanan

bimbingan

dan

konseling,

mengaplikasikan pelayanan bimbingan dan konseling


sesuai

kondisi

mengaplikasikan

dan

tuntutan

wilayah

pendekatan/model/jenis

kerja,

pelayanan

dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling,


mengaplikasikan

dalam

praktik

format

pelayanan

dan

Konseling.

bimbingan dan konseling.


c.

Merancang

Program

Bimbingan

Menganalisis kebutuhan konseli, menyusun program


bimbingan dan konseling yang berkelanjutan berdasar
kebutuhan

konseli

secara komprehensif

pendekatan

perkembangan,

pelaksanaan

program

menyusun

bimbingan

dan

dengan
rencana
konseling,

Naskah Akademik :
Peraturan Sekolah Tentang Pelayanan Bimbingan Konseling Dalam
Ruang Kelas

24

merencanakan

sarana

dan biaya penyelenggaraan

program bimbingan dan konseling.


d.

Mengimplementasikan

Program

Bimbingan

dan

Konseling yang komprehensif.


Melaksanakan

program

melaksanakan

pendekatan

pelayanan

bimbingan

bimbingan

dan

konseling,

kolaboratif

dan

dalam

konseling, memfasilitasi

perkembangan akademik, karier, personal, dan sosial


konseli,

mengelola

sarana

dan

biaya

program

bimbingan dan konseling.


e.

Menilai proses dan hasil kegiatan Bimbingan dan


Konseling. Melakukan
program

evaluasi

bimbingan

penyesuaian
konseling,

proses

hasil,

proses,

dan konseling,
pelayanan

menginformasikan

dan

melakukan

bimbingan

hasil

dan

pelaksanaan

evaluasi pelayanan bimbingan dan konseling kepada


pihak
evaluasi

terkait,

menggunakan

untuk

merevisi

hasil pelaksanaan

dan

mengembangkan

program bimbingan dan konseling.


f.

Memiliki

kesadaran

dan

komitmen

profesional. Memberdayakan
keprofesionalan

terhadap

kekuatan

Guru

pribadi,

Bimbingan

etika
dan
dan

Konseling/konselor, meminimalkan dampak lingkungan


dan keterbatasan

pribadi

Konseling/konselor,

menyelenggarakan

sesuai

dengan

Guru

kewenangan

Bimbingan
dan

dan

pelayanan
kode

etik

profesional Guru Bimbingan dan Konseling/konselor,


mempertahankan obyektivitas
tidak

larut

melaksanakan

dengan
referal

dan

masalah
sesuai

menjaga
peserta

dengan

agar
didik,

keperluan,

Naskah Akademik :
Peraturan Sekolah Tentang Pelayanan Bimbingan Konseling Dalam
Ruang Kelas

25

peduli

terhadap

pengembangan
peserta didik

identitas

profesi,
daripada

profesional

mendahulukan
kepentingan

dan

kepentingan
pribadi

Guru

Bimbingan dan Konseling/konselor.


g.

Menguasai

konsep

dan

praksis

penelitian

dalam

Bimbingan dan Konseling.


Mendeskripsikan

berbagai

jenis

dan

metode

penelitian, mampu merancang penelitian bimbingan


dan

konseling,

melaksanakan

penelitian bimbingan

dan konseling, memanfaatkan hasil penelitian dalam


bimbingan dan konseling dengan mengakses jurnal
pendidikan dan bimbingan dan konseling.

BAB IV
KAJIAN TERHADAP IMPLIKASI PENERAPAN SISTEM
BARU YANG AKAN DIATUR DALAM PERATURAN SEKOLAH.

Naskah Akademik :
Peraturan Sekolah Tentang Pelayanan Bimbingan Konseling Dalam
Ruang Kelas

26

Penilaian Kinerja Guru dilaksanakan secara teratur setiap


tahun diawali dengan penilaian formatif di awal tahun dan
penilaian sumatif di akhir tahun dengan memperhatikan hal-hal
berikut.
1. Obyektif. Penilaian kinerja guru dilaksanakan secara
obyektif

sesuai

dengan

kondisi

nyata

guru

dalam

melaksanakan tugas sehari-hari.


2. Adil.

Penilai

kinerja

guru

memberlakukan

syarat,

ketentuan, dan prosedur standar kepada semua guru


yang dinilai.
3. Akuntabel. Hasil pelaksanaan penilaian kinerja guru
dapat dipertanggungjawabkan.
4. Bermanfaat. Penilaian kinerja guru bermanfaat bagi
guru dalam rangka peningkatan kualitas kinerjanya
secara berkelanjutan dan sekaligus pengembangan karir
profesinya.
5. Transparan.

Proses

penilaian

kinerja

guru

memungkinkan bagi penilai, guru yang dinilai, dan pihak


lain yang berkepentingan, untuk memperoleh akses
informasi atas penyelenggaraan penilaian tersebut.
6. Praktis.
secara

Penilaian kinerja guru dapat dilaksanakan


mudah

tanpa

mengabaikan

prinsip-prinsip

lainnya.
7. Berorientasi

pada

tujuan.Penilaian

dilaksanakan

dengan berorientasi pada tujuan yang telah ditetapkan.


8. Berorientasi pada proses. Penilaian kinerja guru tidak
hanya

terfokus

pada

hasil,

namun

juga

perlu

memperhatikan proses, yakni bagaimana guru dapat


mencapai hasil tersebut.

Naskah Akademik :
Peraturan Sekolah Tentang Pelayanan Bimbingan Konseling Dalam
Ruang Kelas

27

9. Berkelanjutan.Penilaian

kinerja

guru

dilaksanakan

secara periodik, teratur, dan berlangsung secara terus


menerus selama seseorang menjadi guru.
10.Rahasia.Hasil PK GURU hanya boleh diketahui oleh
pihak-pihak terkait yang berkepentingan.

BAB V
PENUTUP
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dari pelayanan
Bimbingan Konseling di sekolah dan berdasarkan kajian ilmiah

Naskah Akademik :
Peraturan Sekolah Tentang Pelayanan Bimbingan Konseling Dalam
Ruang Kelas

28

diatas kiranya peraturan sekolah yang menerapkan pelayan


bimbingan konseling di dalam ruang kelas sudah menjadi
tuntutan dalam program bimbingan dan konseling. Sehingga
tujuan pendidikan nasional dapat terwujud. Target dari peraturan
sekolah yang menerapkan pelayanan bimbingan konseling di
dalam ruang kelas adalah sebagai berikut :
1. Tugas, Peran Dan Kewajiban.
Tugas, kewajiban dan peran Guru Bimbingan Konseling sama
dengan guru mata pelajaran yaitu memiliki waktu dan
kesempatan berdiri di depan kelas.
2. Tahapan Pelaksanaan
Guru bimbingan dan konseling mendapatkan jam mengajar,
dan masuk kedalam roster / jadwal mengajar yang sama
dengan guru mata pelajaran.
3. Kerja Sama dan Partisipasi Masyarakat
Guru bimbingan dan konseling dapat dengan mudah membuat
grafik perkembangan kognitif, afektif dan psikomotor peserta
didik, sehingga memudahkan program pelayanan bimbingan
konseling melakukan evaluasi dan kerja sama dengan lintas
stage holder yang ada dalam masyarakat sekolah.
4. Pembiayaan
Segala

biaya

yang

timbul

akibat

pelaksanaan

program

pelayanan Bimbingan Konseling dapat dibebankan kedalan


Rencana Anggaran Belanja Sekolah (RAB) yang bersumber
sumber dari pembiayaan yang sah.
5. Ketentuan Penutup
Peraturan Sekolah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
dan Agar warga sekolah mengetahuinya,

memerintahkan

pengundangan

ini

Peraturan

Sekolah

Naskah Akademik :
Peraturan Sekolah Tentang Pelayanan Bimbingan Konseling Dalam
Ruang Kelas

dengan

29

penempatannya dalam Berita Acara Sekolah SMA Negeri 10


Takengon Kabupaten Aceh Tengah.

DAFTAR

PUSTAKA

Kemdiknas, 2010, Pembinaan dan Pengembangan Profesi


Guru Buku 2 : Pedoman Pelaksanaan Penilaian
Kinerja Guru.
Kemdikbud, 2013 Rencana Strategis Kementerin
Pendidikan dan Kebudayaan 2010 2014.
Handaka, Irvan Budhi, 2015, Studi Deskriptif Tentang Model
Evaluasi Pelaksanaan Program Bimbingan Dan
Konseling Di Sma Negeri Di Kabupaten Bantul. Jurnal
Naskah Akademik :
Peraturan Sekolah Tentang Pelayanan Bimbingan Konseling Dalam
Ruang Kelas

30

Konseling, Program Studi Bimbingan dan Konseling


Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
Kemdikbud, BUKU 2
: Petunjuk Teknis Pelaksanaan
Sertifikasi Guru Dalam Jabatan.
Budiamin. 2011.
Penilaian Kinerja Bimbingan dan
Konseling. http.//www.kinerja konselor.com.
Depdiknas. 2007.
Penataan
Pendidikan
Profesional
Konselor dalam Jalur Pendidikan Formal dan Non
Formal.
Hamalik, Oemar. 2003. Pendidikan Guru. Jakarta: Bumi
Aksara
Ifdil. 2011. Bimbingan dan Konseling dalam Peraturan
dan Perundangan di Indonesia. http.//www. referensi
konseling.com.
Mulyasa, E. 2006. Menjadi Guru Profesional (Menciptakan
Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Munib, Achmad. 2005. Pengantar Ilmu Pendidikan.
Semarang: UPT MKK UNNES Pengurus Besar ABKIN.
2007.
Naskah
Akademik
Penataan
Profesionalisasi
Konselor dalam Sistem Pendidikan Nasional.
Permendiknas Nomor 27 tahun 2008 tentang Standar
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor.
Setia Tunggal, Hadi. 2006.
Undang-undang Sistem
Pendidikan Nasional No. 20 Th 2003 Beserta Aturan
Pelaksanaannya. Jakarta: Harvarindo.
Uzer Usman, Moh. 2004. Menjadi Guru Profesional.
Bandung: Remaja Rosdakarya.

Naskah Akademik :
Peraturan Sekolah Tentang Pelayanan Bimbingan Konseling Dalam
Ruang Kelas

31

Anda mungkin juga menyukai