mereduksi sulfat pada kondisi anaerob menjadi sulfida, selanjutnya H2S yang
dihasilkan dapat mengendapkan logam-logam toksik (Cu, Zn, Cd) sebagai logam
sulfida. BPS memerlukan substrat organik yang berasal dari asam organik
berantai pendek seperti asam piruvat. Dalam kondisi alamiah, asam tersebut
air, di sedimen dan limbah. Kekhususan dari bakteri pereduksi sulfat yaitu bakteri
pereduksi sulfat menggunakan sulfat atau hidrogen sebagai akseptor elektron dan
dalam kondisi anaerob, ketersediaan sulfat dalam tanah akan dibatasi terutama
pada pH tanah di atas 5.5 (FAO, 2001). Tingginya jumlah BPS telah ditemukan di
endapan danau dan lahan tergenang, rumen sapi, geothermal. BPS juga dapat
berkembang dalam lingkungan manusia seperti sawah, pabrik kertas dan sungai
Dalam prosesnya, BPS mereduksi sulfat menjadi sulfida yang tidak larut sebagai
logam yang sulit ditangani seperti mereduksi uranium (VI) (larut) menjadi
bakteri yang memiliki fisiologis yang kompleks dan berbagai kekayaan telah
Grup ini berbeda, dengan bervariasi bentuk dan ciri-ciri fisiologi yang
diwakili.
di sawah.
sampai 700 C dan menetap pada lingkungan temperatur tinggi seperti panas
geothermal.
4. BPS archaeal termofilik berkembang pada temperatur di atas 800 C dan telah
ditemukan hanya di panas hidrotermal laut. Semua BPS di grup ini termasuk
energi yaitu sebagai akseptor elektron dan menggunakan bahan organik sebagai
sumber karbon (C). Karbon tersebut berperan selain sebagai donor elekton dalam
metabolisme juga merupakan bahan penyusun selnya. Pada kondisi anaerob bahan
organik akan berperan sebagai donor elektron (Groudev et al., 2001 ; Widyati,
2006). Ketika sulfat menerima elektron dari bahan organik maka akan mengalami
meningkatkan pH tanah. Hal ini terjadi karena beberapa proses yang saling
elektron dan karbon (C) dari kompos sebagai donor elektron dengan
logam membentuk logam sulfida yang tidak larut sehingga ketersediaan logam
turun. Keseluruhan reaksi reduksi sulfat dan logam yang melibatkan BPS
(Widyati, 2007).
akseptor elektron inorganik. BPS dapat mereduksi senyawa sulfur lain (thiosulfat,
sulfit, dan sulfur) menjadi sulfida atau dapat mereduksi nitrat menjadi amonium.
Senyawa lain yang merupakan akseptor elektron untuk beberapa BPS termasuk
sederhana seperti asam organik atau alkohol untuk menyediakan sebagai donor
hidrogen (Logan et al., 2005 ; Doshi, 2006). BPS tidak dapat mensintesis enzim
lanjut Doshi (2006) juga menegaskan bahwa ketika bahan organik digunakan
masam. BPS dapat bertahan pada berbagai macam pH, tetapi kurang aktif di
presipitasi logam yang efektif dan degragasi karbon organik (Doshi, 2006).
Suhu rendah memperlambat BPS dan demikian dengan laju reaksi. Dalam
percobaan kolom, BPS efektif berfungsi sampai pada suhu 60C yitu suhu
tergantung pada tersedianya sumber energi dan karbon, kondisi lingkungan seperti
bakteri yang menggunakan kontaminan sebagai sumber karbon dan energi. Awal
terjadinya degradasi adalah terjadinya kontak antara bakteri dan kontaminan. Hal
ini tidak mudah dicapai, apabila tidak ada mikroba atau kontaminan lain yang
yang tepat dan kombinasi dan kondisi lingkungan yang sesuai. Bio-stimulasi dan
nitrogen dan phospor), oksigen atau elektron donor lain atau aseptor. Pemberian
(Munir, 2006).
Luas lahan rawa di Indonesia diperkirakan 33.40 juta ha, yang terdiri atas
20 juta ha rawa pasang surut dan 13.40 juta ha rawa lebak. Lahan sulfat masam
merupakan bagian dari lahan rawa pasang surut dan luasnya sekitar 6.70 juta ha
(Suriadikarta, 2005). Lahan sulfat masam tergolong lahan yang marginal dan
fragile (rapuh) yang dicirikan oleh adanya lapisan tanah yang mengandung pirit
2,0 % atau lebih pada kedalaman kurang dari 50 cm (Suastika et al., 2008).
mengandung bahan sulfida (FeS) pada kedalaman 0-50cm. Jenis tanah ini
dibedakan menjadi tanah sulfat masam potensial (SMP) dan tanah sulfat masam
kedalaman 0-50 cm, belum terjadi proses oksidasi dan dalam keadaan tergenang
akan bersifat stabil dan tidak membahayakan tanaman. Tanah menjadi sulfat
masam aktual apabila bahan sulfidanya telah mengalami proses oksidasi menjadi
pirit (FeS2) yang bila kena udara akan terjadireaksi oksidasi membentuk asam
sulfat dan oksida besi, sehingga mengubah tanah menjadi sangat masam dansusah
Pirit (FeS2) yang banyak terkandung di tanah sulfat masam bersifat stabil
jika berada dalam kondisi reduktif, tetapi jika tanah sufat masam
tanah, pada kondisi ini pH tanah dapat mencapai kurangdari 3,5 (pH < 3,5).
Masalah yang timbul akan diikuti beberapa proses antara lain: 1) Pada pH
yang rendah, ion aluminium (Al3+) akan dibebaskan dalam larutan tanah, dan
dapat mencapai konsentrasi yang bersifat toksik terhadap pertumbuhan padi atau
tanaman lain. 2) Konsentrasi besi-III yang tinggi dan adanya ion Al yang
melimpah dalam larutan tanah, akan mengikat ion fosfat yang tersedia, sehingga
dipertukarkan pada kompleks pertukaran kation, dan membebaskan ion Ca, Mg,
dibawa hanyut oleh air yang mengalir. Tidak hanya pasokan K menjadi terbatas,
tetapi juga mengakibatkan kahat unsur Ca dan Mg. 4) Secara ringkas, akibat
penurunan pH tanah di bawah pH 3,5 terjadi keracunan ion H+, Al, SO42-, dan
Fe3+, serta penurunan kesuburan tanah alami akibat hilangnya basa basa tanah.
Berdasarkan keberadaan pirit dalam tanah, sifat tanah sulfat masam terdiri
dari enam tipologi, yaitu : (1) aluvial bersulfida dangkal, kedalaman pirit
kurang dari 50-100 cm dan pH lebih dari 4.0 ; (3) aluvial bersulfida sangat dalam,
kedalaman pirit lebih dari 100 cm dan pH lebih dari 4.0-4.5 ; (4) aluvial bersulfat
1, kedalaman pirit kurang dari 100 cm dan belum ada ciri horison sulfurik, pH
lebih dari 3.5 dan tampak bercak berpirit ; (5) aluvial bersulfat 2, kedalaman pirit
kurang dari 100 cm dan adanya ciri horison sulfurik dan pH kurang dari 3.5 dan
(6) aluvial bersulfat 3, kedalaman pirit lebih dari 100 cm dan menunjukkan
adanya ciri horison sulfurik dan pH tanah kurang dari 3.5. tipologi aluvial
Tanaman Jagung
yaitu letak bunga jantan terpisah dengan bunga betina pada satu tanaman. Jagung
seperti intensitas radiasi surya tinggi dengan suhu siang dan malam tinggi, curah
hujan rendah dengan cahaya musiman tinggi disertai suhu tinggi serta kesuburan
tanaman C4 antara lain aktivitas fotosintesis pada keadaan normal relatif tinggi,
fotorespirasi sangat rendah, transpirasi rendah, serta efisien dalam penggunaan air.
yang baik, pH tanah 5,6-7,0. Jenis tanah yang dapat toleran ditanami jagung
antara lain andosol, latosol dengan syarat pH-nya harus memadai untuk tanaman
tersebut. Pada tanah-tanah yang bertekstur berat, jika akan ditanami jagung maka
perlu dilakukan pengolahan tanah yang baik. Namun, apabila kondisi tanahnya
(Rukmana, 1997).
daerah yang optimum untuk pertumbuhan jagung adalah antara 0-600 mdpl (Tim