Anda di halaman 1dari 4

1.

ERP (Enterprise Resource Planning)


ERP merupakan solusi yang tepat untuk meningkatkan produktivitas perusahaan, dengan
menyediakan informasi secara real-time. Alasan utama hadirnya konsep ERP adalah karena
secara umum perusahaan ingin mengintegrasikan sistem, divisi, ataupun departemen yang
terpisah sebagai satu kesatuan. ERP memungkinkan perusahaan untuk menggabungkan
sumber data yang terpisah ke dalam satu database. Hal ini dapat meningkatkan kemampuan
untuk membuat laporan dari data yang bersumber dari berbagai departemen. Namun untuk
menerapkan ERP, perlu biaya yang cukup tinggi sehingga harus benar-benar menjalankan
prosesnya secara benar.

ERP pada dasarnya memerlukan bantuan perangkat lunak khusus yang dinamakan SAP
(System Application and Product in data processingatau biasa disebut juga sebagai System
Anaysis and Program Development). SAP terdiri dari sejumlah modul aplikasi yang
mempunyai kemampuan mendukung semua transaksi yang perlu dilakukan suatu perusahaan
dan tiap aplikasi bekerja secara berkaitan satu dengan yang lainnya.
Menggunakan SAP dan ERP, suatu perusahaan dapat dengan mudah memperkirakan berapa
lama suatu pasokan bahan baku akan habis dan dibutuhkan kembali, mengetahui jumlah
produksi yang dapat dilakukan dengan performa perusahaan saat ini, menghitung keperluan
bahan baku yang kurang, dan berbagai hal lainnya secara real-time karena terhubung
langsung dengan database perusahaan. Hal ini mungkin untuk dilakukan, karena SAP
memiliki algoritma yang unik.

Untuk contoh kasus : penerapan ERP ini adalah pada perusahaan Nueske’s Applewood
Smoked Meats, sebuah perusahaan spesialis penyuplai daging asap, sosis, dan ayam di
Wisconsin, Amerika Serikat sejak tahun 1933. Berdasarkan video yang diunggah oleh
Aptean, sebuah perusahaan penyedia jasa perangkat lunak perusahaan (termasuk SAP), pada
situs jejaring sosial Youtube (https://goo.gl/sXSWXC), digambarkan bagaimana perubahan
positif yang terjadi ketika ERP mulai diimplementasikan pada perusahaan itu.
Pada video yang diunggah pada tanggal 22 April 2014 tersebut, Glenn Gazzolo, Chief
Operating Officer dari Nueske’s mengakui bahwa sebelum periode 2010-2011 semua yang
terjadi benar-benar sedikit berbeda dari apa yang telah terjadi sekarang. Ia berkata bahwa hal-
hal seperti berapa besar biaya produksi suatu produk, atau bagaimana yang harus dilakukan
dalam setahun ke depan, dapat memakan waktu berminggu-minggu hingga berbulan-bulan
hanya untuk sekadar menyusun suatu rencana yang tepat. “Itu sangat lambat dan banyak
duplikasi dalam pekerjaan kami”, ujarnya.

Namun setelah implementasi ERP, ia mengakui semuanya menjadi lebih cepat. “Bahkan
hanya dengan menekan satu tombol, kami sudah dapat menemukan sebuah jawaban yang
tepat”, tukas Glenn. Hal semacam ini menurutnya sangatlah efisien dan memberikan ruang
bagi Nueske’s untuk mengembangkan bisnisnya.

Menurut Andy Pietsch, Manajer Operasional Nueske’s juga mengatakan bahwa sebelum
implementasi ERP dilakukan, semua data-data harus dikumpulkan secara manual seperti
kebanyakan perusahaan yang bergantung pada berlembar-lembar spreadsheet Excel dan
menjaga agar data tersebut tetap valid. Ia juga menambahkan bahwa, pada lingkungan kerja
Nueske’s yang bersuhu dingin-lembab dan memprioritaskan keamanan makanan yang tinggi,
pengukuran untuk kebanyakan data ini (pada bahan baku) sangat sulit untuk dilakukan secara
akurat. “... dan kegiatan pelaporan data menjadi sangat rapi juga lancar, karena kami telah
memiliki database”, ujarnya.

REFERENSI :

 Bangsa, Bentar Dwika Putra. 2015. Faktor Sukses Implementasi Enterprise Resource


Planning

2. Pengertian Sistem Pendukung Keputusan


Sistem Pendukung Keputusan (SPK) atau Decision Support System (DSS) adalah sebuah
sistem yang mampu memberikan kemampuan pemecahan masalah maupun kemampuan
pengkomunikasian untuk masalah dengan kondisi semi terstruktur dan tak terstruktur. Sistem
ini digunakan untuk membantu pengambilan keputusan dalam situasi semi terstruktur dan
situasi yang tidak terstruktur, dimana tak seorangpun tahu secara pasti bagaimana keputusan
seharusnya dibuat (Turban, 2001).
SPK bertujuan untuk menyediakan informasi, membimbing, memberikan prediksi serta
mengarahkan kepada pengguna informasi agar dapat melakukan pengambilan keputusan
dengan lebih baik.

SPK merupakan implementasi teori-teori pengambilan keputusan yang telah diperkenalkan


oleh ilmu-ilmu seperti operation research dan menegement science, hanya bedanya adalah
bahwa jika dahulu untuk mencari penyelesaian masalah yang dihadapi harus dilakukan
perhitungan iterasi secara manual (biasanya untuk mencari nilai minimum, maksimum, atau
optimum), saat ini computer PC telah menawarkan kemampuannya untuk menyelesaikan
persoalan yang sama dalam waktu relatif singkat.

Sprague dan Watson mendefinisikan Sistem Pendukung Keputusan (SPK) sebagai sistem
yang memiliki lima karakteristik utama yaitu (Sprague et.al, 1993):
 Sistem yang berbasis komputer. 
 Dipergunakan untuk membantu para pengambil keputusan 
 Untuk memecahkan masalah-masalah rumit yang mustahil dilakukan dengan
kalkulasi manual 
 Melalui cara simulasi yang interaktif 
 Dimana data dan model analisis sebaai komponen utama.

Komponen Sistem Pendukung Keputusan


a) Database Management
Merupakan subsistem data yang terorganisasi dalam suatu basis data. Data yang merupakan
suatu sistem pendukung keputusan dapat berasal dari luar maupun dalam lingkungan. Untuk
keperluan SPK, diperlukan data yang relevan dengan permasalahan yang hendak dipecahkan
melalui simulasi.
b) Model Base
Merupakan suatu model yang merepresentasikan permasalahan kedalam format kuantitatif
(model matematika sebagai contohnya) sebagai dasar simulasi atau pengambilan keputusan,
termasuk didalamnya tujuan dari permaslahan (objektif), komponen-komponen terkait,
batasan-batasan yang ada (constraints), dan hal-hal terkait lainnya. Model Base
memungkinkan pengambil keputusan menganalisa secara utuh dengan mengembangkan dan
membandingkan solusi alternatif.
c) User Interfase / Pengelolaan Dialog
Terkadang disebut sebagai subsistem dialog, merupakan penggabungan antara dua komponen
sebelumnya yaitu Database Management dan Model Base yang disatukan dalam komponen
ketiga (user interface), setelah sebelumnya dipresentasikan dalam bentuk model yang
dimengerti computer. User Interface menampilkan keluaran sistem bagi pemakai dan
menerima masukan dari pemakai kedalam Sistem Pendukung Keputusan.

Manfaat Sistem Pendukung Keputusan


SPK dapat memberikan berbagai manfaat dan keuntungan. Manfaat yang dapat diambil dari
SPK adalah :
 SPK memperluas kemampuan pengambil keputusan dalam memproses data /
informasi bagi pemakainya. 
 SPK membantu pengambil keputusan untuk memecahkan masalah terutama barbagai
masalah yang sangat kompleks dan tidak terstruktur. 
 SPK dapat menghasilkan solusi dengan lebih cepat serta hasilnya dapat diandalkan. 
 Walaupun suatu SPK mungkin saja tidak mampu memecahkan masalah yang dihadapi
oleh pengambil keputusan, namun dia dapat menjadi stimulan bagi pengambil
keputusan dalam memahami persoalannya,karena mampu menyajikan berbagai
alternatif pemecahan.

REFERENSI :

 Sparague, R. H. and Watson H. J. 1993. Decision Support Systems: Putting Theory


Into Practice. Englewood Clifts, N. J., Prentice Hall.
 Turban , Efraim & Aronson, Jay E. 2001. Decision Support Systems and Intelligent
Systems. 6th edition. Prentice Hall: Upper Saddle River, NJ.

3. Tahapan-tahapan dalam metode SDLC  dan jelaskan setiap tahapannya

Menurut [6] bahwa Systems


Development Life Cycle (SDLC) merupakan suatu proses pembuatan dan pengubahan
sistem serta model dan metodologi yang digunakan untuk mengembangkan sebuah
sistem[6]. Sedangkan menurut [5] kaitan antara framework dengan Systems
Development Life Cycle (SDLC) adalah keduanya memiliki karakteristik yang sama
yaitu memiliki elemen – elemen yang saling berhubungan antara satu dengan lainnya
yaitu pada framework memiliki tahapan–tahapan antara tahapan satu dengan tahapan
yang lain memiliki hubungan, selain itu framework juga memiliki batasan yakni hanya
tertuju pada kasus tertentu yatiu pada setiap framework hanya memiliki tahapan–tahapan
untuk satu tujuan tertentu. Metode Systems Development Life Cycle (SDLC) dapat
digunakan untuk proses pengembangan framework karena memiliki tahapan – tahapan
yang dibutuhkan dalam pengembangannya. Dalam pengembangan framework dibutuhkan
beberapa tahapan yang ada pada SDLC yaitu planning, analysis, design,
implementation, dan maintenance [5].

Tahapan-tahapannya dapat dijelaskan sebagai berikut :


a) Planning atau tahap perencanaan bertujuan untuk mengidentifikasi dan
memprioritaskan sistem apa saja yang akan dikembangkan, dan sasaran-sasaran
yang ingin dicapai.
b) Analysis atau tahap analisis sistem merupakan tahap penelitian atas sistem
yang telah ada dengan tujuan untuk merancang sistem baru atau memperbaharui sistem
yang sudah ada. Pada tahap ini dilakukan aktivitas studi literatur untuk menentukan
suatu kasus yang bisa ditangani oleh sistem, juga melakukan identifikasi terhadap
sistem sebelumnya untuk dilakukan pengembangan sistem.
c) Design atau tahap perancangan sistem merupakan tahap untuk menetukan proses
tahapan atau teknik untuk menerapkan sistem baru atau sistem yang dikembangkan dari
sistem sebelumnya. Proses perancangan juga memerlukan analisa terhadap fungsi dari
tiap-tiap tahapan atau teknik yang dibangun.
d) Implementation atau tahap implentasi sistem merupakan tahap untuk
mengimplementasikan rancangan dari tahap-tahap sistem yang dibangun atau
dikembangkan serta melakukan uji coba terhadap sistem tersebut.
e) Maintenance atau tahap pemeliharaan sistem merupakan proses pemeliharaan
sistem selama penggunaan agar tetap mampu beroperasi secara benar.

REFERENSI :
[1] M. Nuh Al-Azhar, Digital Forensiks Practical Guidelines for Computer
Investigation, Jakarta : Salemba Infotek, 2012.
[2] R. Böhme, F. C. Freiling, T. Gloe, and M. Kirchner, “Multimedia Forensiks is
not Computer Forensiks,” Lect. Notes Comput. Sci. (including Subser. Lect.
Notes Artif. Intell. Lect. Notes Bioinformatics), Vol. 5718, pp. 90–103, 2009.
[3] Y. D. Rahayu and Y. Prayudi, “Membangun Integrated Digital Forensiks
Investigation Frameworks (IDFIF) Menggunakan Metode Sequential Logic,” in Semin.
Nas. SENTIKA, 2014.
[4] B. Schatz, “Digital Evidence : Representation and Assurance,” Queensl. Univ.
Technol. Aust., 2007.
[5] L. M. Saidi, “Pengembangan Framework untuk Investigasi Email Forensiks
Menggunakan Metode Systems Development Life Cycle (SDLC),” Universitas Islam
Indonesia, 2017.
[6] D. L. Rhodes, “The Systems Development Life Cycle (SDLC) as a
Standard : Beyond the Documentation,” SAS Glob. Forum 2012 Plan. Support, No. 194–
2012, pp. 1–5, 2012.
[7] G. Wicaksono and Y. Prayudi, “Teknik Forensika Audio Untuk Analisa Suara Pada
Barang Bukti Digital,” in Seminar Nasional Informatika dan Aplikasinya (SNIA), 2013,
pp.381-387.
[8] R. R. Huizen, N. K. D. A. Jayanti, and D. P. Hostiadi, “Model Acquisisi secara
benar.

Anda mungkin juga menyukai