ERP pada dasarnya memerlukan bantuan perangkat lunak khusus yang dinamakan SAP
(System Application and Product in data processingatau biasa disebut juga sebagai System
Anaysis and Program Development). SAP terdiri dari sejumlah modul aplikasi yang
mempunyai kemampuan mendukung semua transaksi yang perlu dilakukan suatu perusahaan
dan tiap aplikasi bekerja secara berkaitan satu dengan yang lainnya.
Menggunakan SAP dan ERP, suatu perusahaan dapat dengan mudah memperkirakan berapa
lama suatu pasokan bahan baku akan habis dan dibutuhkan kembali, mengetahui jumlah
produksi yang dapat dilakukan dengan performa perusahaan saat ini, menghitung keperluan
bahan baku yang kurang, dan berbagai hal lainnya secara real-time karena terhubung
langsung dengan database perusahaan. Hal ini mungkin untuk dilakukan, karena SAP
memiliki algoritma yang unik.
Untuk contoh kasus : penerapan ERP ini adalah pada perusahaan Nueske’s Applewood
Smoked Meats, sebuah perusahaan spesialis penyuplai daging asap, sosis, dan ayam di
Wisconsin, Amerika Serikat sejak tahun 1933. Berdasarkan video yang diunggah oleh
Aptean, sebuah perusahaan penyedia jasa perangkat lunak perusahaan (termasuk SAP), pada
situs jejaring sosial Youtube (https://goo.gl/sXSWXC), digambarkan bagaimana perubahan
positif yang terjadi ketika ERP mulai diimplementasikan pada perusahaan itu.
Pada video yang diunggah pada tanggal 22 April 2014 tersebut, Glenn Gazzolo, Chief
Operating Officer dari Nueske’s mengakui bahwa sebelum periode 2010-2011 semua yang
terjadi benar-benar sedikit berbeda dari apa yang telah terjadi sekarang. Ia berkata bahwa hal-
hal seperti berapa besar biaya produksi suatu produk, atau bagaimana yang harus dilakukan
dalam setahun ke depan, dapat memakan waktu berminggu-minggu hingga berbulan-bulan
hanya untuk sekadar menyusun suatu rencana yang tepat. “Itu sangat lambat dan banyak
duplikasi dalam pekerjaan kami”, ujarnya.
Namun setelah implementasi ERP, ia mengakui semuanya menjadi lebih cepat. “Bahkan
hanya dengan menekan satu tombol, kami sudah dapat menemukan sebuah jawaban yang
tepat”, tukas Glenn. Hal semacam ini menurutnya sangatlah efisien dan memberikan ruang
bagi Nueske’s untuk mengembangkan bisnisnya.
Menurut Andy Pietsch, Manajer Operasional Nueske’s juga mengatakan bahwa sebelum
implementasi ERP dilakukan, semua data-data harus dikumpulkan secara manual seperti
kebanyakan perusahaan yang bergantung pada berlembar-lembar spreadsheet Excel dan
menjaga agar data tersebut tetap valid. Ia juga menambahkan bahwa, pada lingkungan kerja
Nueske’s yang bersuhu dingin-lembab dan memprioritaskan keamanan makanan yang tinggi,
pengukuran untuk kebanyakan data ini (pada bahan baku) sangat sulit untuk dilakukan secara
akurat. “... dan kegiatan pelaporan data menjadi sangat rapi juga lancar, karena kami telah
memiliki database”, ujarnya.
REFERENSI :
Sprague dan Watson mendefinisikan Sistem Pendukung Keputusan (SPK) sebagai sistem
yang memiliki lima karakteristik utama yaitu (Sprague et.al, 1993):
Sistem yang berbasis komputer.
Dipergunakan untuk membantu para pengambil keputusan
Untuk memecahkan masalah-masalah rumit yang mustahil dilakukan dengan
kalkulasi manual
Melalui cara simulasi yang interaktif
Dimana data dan model analisis sebaai komponen utama.
REFERENSI :
REFERENSI :
[1] M. Nuh Al-Azhar, Digital Forensiks Practical Guidelines for Computer
Investigation, Jakarta : Salemba Infotek, 2012.
[2] R. Böhme, F. C. Freiling, T. Gloe, and M. Kirchner, “Multimedia Forensiks is
not Computer Forensiks,” Lect. Notes Comput. Sci. (including Subser. Lect.
Notes Artif. Intell. Lect. Notes Bioinformatics), Vol. 5718, pp. 90–103, 2009.
[3] Y. D. Rahayu and Y. Prayudi, “Membangun Integrated Digital Forensiks
Investigation Frameworks (IDFIF) Menggunakan Metode Sequential Logic,” in Semin.
Nas. SENTIKA, 2014.
[4] B. Schatz, “Digital Evidence : Representation and Assurance,” Queensl. Univ.
Technol. Aust., 2007.
[5] L. M. Saidi, “Pengembangan Framework untuk Investigasi Email Forensiks
Menggunakan Metode Systems Development Life Cycle (SDLC),” Universitas Islam
Indonesia, 2017.
[6] D. L. Rhodes, “The Systems Development Life Cycle (SDLC) as a
Standard : Beyond the Documentation,” SAS Glob. Forum 2012 Plan. Support, No. 194–
2012, pp. 1–5, 2012.
[7] G. Wicaksono and Y. Prayudi, “Teknik Forensika Audio Untuk Analisa Suara Pada
Barang Bukti Digital,” in Seminar Nasional Informatika dan Aplikasinya (SNIA), 2013,
pp.381-387.
[8] R. R. Huizen, N. K. D. A. Jayanti, and D. P. Hostiadi, “Model Acquisisi secara
benar.