Anda di halaman 1dari 9

II

URAIAN PROSES

Menurut Shreve (1984), Natrium nitrat (NaNO3) merupakan bahan kimia


intermediet dalam pembuatan pupuk yang menggandung senyawa nitrogen. Pada
pembuatannya diperoleh dari endapan alamiah yang terdapat di dataran tinggi
Chilli dan merupakan endapan yang cukup lebar, yaitu 8-65 km serta tebal 0,3-1,2
m. Produk dengan kualitas tinggi dapat dihasilkan dengan kristalisasi dan
pengeringan. (Riki, 2008)
Natrium nitrat (NaNO3) merupakan kristal bening tidak berwarna dan
tidak berbau. Bahan kimia ini mempunyai sifat-sifat diantaranya mudah larut
dalam air, gliserol, amoniak, alkohol, mempunyai titik lebur pada temperatur
308oC dan terdekomposisi pada temperatur 380oC. (Riki, 2008)
Natrium nitrat merupakan bahan kimia intermediet yang dapat diolah secara
sintetis dengan mereaksikan natrium klorida dengan asam nitrat. Akan tetapi ada
beberapa macam teknologi produksi natrium nitrat yang diterapkan. Untuk
memperoleh perancangan pabrik natrium nitrat yang optimal, maka dilakukan
studi literatur untuk memilih dari proses yang telah ada.

A. Jenis- Jenis Proses


Usaha produksi dalam Pabrik Kimia membutuhkan berbagai sistem
proses dan sistem pemroses yang dirangkai dalam suatu sistem proses
produksi yang disebut Teknologi proses. Secara garis besar, sistem proses
utama dari sebuah pabrik kimia adalah sistem reaksi serta sistem pemisahan
dan pemurnian. Proses perubahan bahan baku menjadi produk terjadi dalam
sistem reaksi. Sistem pemroses bagi sistem reaksi adalah reaktor. Sistem
pemisahan dan pemurnian bertujuan agar hasil dari sistem pereaksian sesuai
dengan permintaan pasar sehingga layak dijual.
1. Proses Shank
Bahan baku berasal dari garam hasil penambangan (garam Chili) yang
mengandung NaNO3. Proses Shank dimulai dengan memasukkan potongan
garam chili yang berukuran 10 in, ke dalam stage tunggal menjadi potongan
garam yang berukuran 1,5 – 2 in. Alat penghancur yang berisi potongan garam
dimasukkan ke dalam tabung-tabung dari baja yang lebar, masing-masing
tempat memuat 75 ton dan alat tersebut dilengkapi dengan koil pemanas uap
air. Sepuluh tabung yang berikutnya sama dipakai untuk proses rotasi, empat
untuk proses leaching. Prosesnya meliputi including, loading, leaching, washing
dan unloading. Hasil yang terakhir dimana telah melewati tabung-tabung lain
diperoleh 700 gram per liter.
Pada prinsipnya proses utamanya adalah pemurnian dari garam hasil
penambangan dimana zat-zat selain NaNO3 dikurangi kadarnya sehingga
diperoleh NaNO3 dengan kadar  60 % (Hayatun, 2012).
2. Proses Guggeinheim
Proses ini telah dikenal dimana proses Shank kurang efisien dalam
ekstraksi dan pemakaian bahan bakar. Pada awal tahun 1920 Guggenheim
Brothers mengembangkan proses leaching dengan temperatur rendah,
berdasarkan dua prinsip penting yaitu :
a. Jika proses leaching dilakukan pada temperatur rendah 40 0C hanya
natrium nitrat yang terekstraksi, impuritis lainnya sebagai natrium sulfat dan
natrium klorida tidak terekstraksi.
b. Jika proses leaching pada saat awal berisi garam proteksi maka yang
dihasilkan adalah CaSO4, MgSO4 dan K2SO4, garam NaNO3 yang terlarut
sedikit.
Pada prinsipnya proses Guggenheim sama dengan proses Shank, hanya
alatnya lebih disempurnakan, yaitu melalui proses crushing, leaching,
crystalising dan graining, sehingga kadar NaNO3 lebih besar, yaitu  85%.
(Hayatun, 2012)
3. Proses Sintesis
a. Mereaksikan caustic soda (NaOH) dengan konsentrasi 30 % dan Asam
Nitrat (HNO3) dengan konsentrasi 53 %.
NaOH (l) + HNO3 (l) NaNO3 (l) + H2O (l)
b. Mereaksikan Na2CO3dengan HNO3
Na2CO3 (l) + 2HNO3 (l) 2NaNO3 (l) + H2O (l) + CO2 (g)
c. Mereaksikan asam nitrat (HNO3) dengan natrium klorida (NaCl).
4HNO3 (l) + 3NaCl (s) 3NaNO3 (l) + NOCl (g) + Cl2 (g) + 2H2O (l)
Pada proses sintesis kadar NaNO 3 yang dihasilkan lebih tinggi dari proses
Shank dan Guggenheim, yaitu  90 – 99%.
Larutan asam nitrat pekat berwarna kuning yang berasal dari warna NO 2
terlarut. Untuk mengurangi penguraian asam nitrat, maka asam nitrat ini
disimpan dalam botol berwarna coklat.
Di dalam larutan pekatnya, asam nitrat mengalami ionisasi :
HNO3 + H2O H+ + NO3- + H2O
Asam nitrat pekat, dengan bilangan oksidasi nitrogen +5 bertindak sebagai
oksidator kuat.:
NO3 + 4H+ NO + 2H2O
Mengoksidasi untuk semua senyawa kimia yang mempunyai potensial 
0,93 volt. Sebagai contoh tembaga dan perak ( 0,3337) V dan 0,799 V.
Dimana proses sintesis ini merupakan proses penyempurnaan dari
Shank dan Guggeinheim yang alatnya lebih disempurnakan dan hasil proses
sintesis menghasilkan kadar NaNO3 yang lebih besar. (Hayatun, 2012)

Tabel 2.1 Perbandingan Ketiga Jenis Proses Sintesis Natrium Nitrat


Jenis Proses Keunggulan Kelemahan
Proses Shank Hanya memerlukan proses a. Kadar yang diperoleh
treatment pada natrium hanya berkisar 60%.
nitrat hasil penambangan. b. Hanya bisa dilakukan di
lokasi dimana natrium nitrat
tersedia melimpah.
Proses Kurang lebih sama dengan Kurang lebih sama dengan
Guggenheim proses Shank, hanya saja Proses Shank, hanya saja
pada proses ini proses kadarnya lebih besar, yaitu
ekstraksi dan pemakaian berkisar 80-85%.
bahan bakar lebih efisien.
Proses Sintesis a. Kadar yang dihasilkan Modal pembuatan pabrik
dapat mencapai 90-99%. dengan menggunakan
b. Bahan baku proses relatif proses ini biasanya relatif
lebih murah dan mudah jauh lebih besar daripada
didapat. kedua proses lainnya.

B. Uraian Proses
Pembuatan Natrium Nitrat dengan proses sintesis ini dilakukan dalam
beberapa tahap, yaitu :
1) Tahap persiapan bahan baku
2) Tahap reaksi
3) Tahap pemisahan dan pemurnian
a. Tahap Persiapan Bahan Baku
Umpan berupa asam nitrat (HNO3 60%) yang disimpan dalam fase
cair pada temperatur kamar dan tekanan atmosferik dipompa dari tangki
penyimpanan (T-01) menuju heater 1 (HE-01) yang beroperasi pada
tekanan 1 atm dengan menggunakan steam jenuh sebagai pemanas. Dalam
alat penukar panas asam nitrat dipanaskan dari 30 oC menjadi 60 oC. Asam
nitrat yang telah dipanaskan tersebut selanjutnya dialirkan ke reaktor (R-
01)
Sedangkan NaCl 99% yang berupa serbuk berukuran 0,1 mm
diangkut dari gudang penyimpanan (G-01) dengan menggunakan belt
conveyor (BC-01) dan bucket elevator (BE-01) menuju bin (H-01),
selanjutnya dimasukkan ke dalam reaktor (R-01). (Hayatun, 2012)
b. Tahap Reaksi
Umpan dimasukkan ke dalam reaktor (R-01) dengan rasio
perbandingan molar antara NaCl dengan HNO3 yaitu 3:4. Dalam reaktor
ini proses berlangsung isothermal pada fase cair dengan suhu 60 oC dan
tekanan 1 atm. Reaksi berlangsung eksotermis, sehingga untuk
mempertahankan suhu operasi maka panas yang timbul tersebut diserap
oleh air yang mengalir pada koil yang berada di dalam reaktor. Air
pendingin yang dipompakan masuk pada suhu 28 oC dan keluar pada suhu
43 oC.
Reaksi yang terjadi dalam reaktor adalah :
4HNO3 (l) + 3NaCl (s) 3NaNO3 (l) + NOCl (g) + Cl2 (g) + 2H2O (l)
(Hayatun, 2012)
c. Tahap Pemisahan dan Pemurnian
Keluaran dari reaktor (R-01) adalah campuran nitrosil klorida dan
klorin dalam fase gas yang merupakan produk atas, natrium klorida dan
asam nitrat yang tidak habis bereaksi serta natrium nitrat dan air dalam
fase cair merupakan produk bawah. Campuran nitrosil klorida dan klorin
dalam fase gas dinaikkan tekanannya hingga 5,196 atm dengan
menggunakan kompressor (K-01), kemudian masuk ke cooler (C-02) yang
bertujuan untuk mendinginkan campuran tersebut hingga suhu menjadi 30
o
C. Campuran tersebut kemudian masuk ke dalam Separator (S-01)
dengan tekanan 5,196 atm dan temperatur 30 oC untuk memisahkan klorin
dengan nitrosil klorida. Pada kondisi operasi tersebut, klorin akan tetap
berupa gas, sedangkan nitrosil klorida akan berubah fase menjadi cair.
Produk atas yang berupa gas klorin selanjutnya disimpan di dalam tangki
penyimpanan (T-02), sedangkan produk bawah yang berupa nitrosil
klorida disimpan di dalam tangki penyimpanan (T-03)
Produk bawah reaktor berupa natrium nitrat, air, asam nitrat, dan
natrium klorida dengan suhu 60 oC akan dialirkan ke dekanter (D-01),
o
sebelumnya campuran tersebut didinginkan hingga suhu 30 C
menggunakan cooler (C-01). Di dekanter campuran akan dipisahkan
dengan menggunakan prinsip densitas dan kelarutan. Komponen yang
mempunyai densitas lebih rendah (HNO3 dan H2O dengan sedikit NaCl)
akan menjadi light phase yang selanjutnya akan dialirkan menuju waste
water treatment. Sedangkan komponen yang mempunyai densitas lebih
tinggi (NaNO3 dengan sedikit H2O) akan menjadi heavy phase yang
selanjutnya akan diumpankan ke dalam crystallizer (CR-01) dengan tipe
swensen walker untuk dikristalkan dengan cara menurunkan suhunya dari
30 oC menjadi 20 oC.
Kristal natrium nitrat dari crystallizer (CR-01) dibawa screw
conveyor (SC-01) untuk diumpankan ke dalam rotary dryer (RD-01),
bersamaan dengan pemasukan kristal natrium nitrat, dialirkan udara yang
berasal dari blower (BL-01). Sebelum masuk ke dalam rotary dryer (RD-
01), udara dipanaskan dalam heater 2 (HE-02). Aliran masuk udara panas
ke dalam rotary dryer (RD-01) berlawanan (counter current) dengan
aliran masuk kristal natrium nitrat pada rotary dryer (RD-01). Udara yang
keluar dari rotary dryer (RD-01) mengandung debu dari kristal natrium
nitrat. Oleh karena itu perlu dipisahkan lagi dengan menggunakan cyclone
(CL-01) dan dust collector (DC-01), partikel yang berat akan jatuh ke
bawah.
Kristal natrium nitrat yang keluar dari rotary dryer, cyclone, dan
dust collector dimasukkan ke dalam hammer mill (HM-01) untuk
dikecilkan ukurannya hingga 0,05 mm. Serbuk natrium nitrat selanjutnya
diangkut ke dalam bin (B-01) menggunakan belt conveyor (BC-02).
Produk natrium nitrat dari bin akan dikemas pada unit pengemasan (UP-
01), selanjutnya disimpan dalam gudang produk (G-02) dan siap untuk
dipasarkan. (Hayatun, 2012).
II-9

H2O
Cl2 NaNO3
P = 5,196 atm P = 1 atm
T = 30 oC T = 60 oC

Cyclon
Flash Tank P = 1 atm
NOCl
(H-220) T = 60 oC
NaNO3
P = 5,196 atm P = 1 atm
T = 30 oC T = 60 oC
H2O NaNO3
NaNO3
NOCl HNO3 N2
Cl2 NaCl O2
P = 1 atm H2O P = 1 atm O2
T = 60 oC NaCl
P = 1 atm P = 1 atm T = 60 oC N2
HNO3 T = 30 oC H2O
T = 60 oC H2O P = 1 atm
H2O NaNO3 (K)
HNO3 NaNO3 T = 110 oC
NaNO3 NaNO3 (L)
H2O P = 1 atm
P = 1 atm P = 1 atm
T = 60 oC T = 30 oC T = 20 oC
Reaktor Dekanter Crystallizer Rotary Dryer
(R-210) (H-310) (X-320) (B-330) H2O
NaNO3 (K)
NaCl
NaNO3 (L)
H2O
P = 1 atm
P = 1 atm
T = 60 oC
T = 30 oC

Gambar 2.1 Diagram Alir Kualitatif

Anda mungkin juga menyukai