Anda di halaman 1dari 19

KEARIFAN LOKAL

SUNDA
WIWITAN
KELOMPOK 2
KELOMPOK 2

Ayisha N. Hana K. Inez F. Rahel T. Sabrina N.


20021 40268 40280 40280 40130

Safira A. Tsalsabila A. Shafa H.


40197 20029 40083
TOPICS

Definisi, unsur, bentuk, dan Sejarah perkembangan &


fungsi kearifan lokal gambaran umum sunda wiwitan

Transformasi nilai-nilai
kearifan lokal pada perspektif
kepercayaan sunda wiwitan
TOPICS

Nilai-nilai karakter sunda BerkeTUHANan dalam


wiwitan perspektif kepercayaan sunda
wiwitan

Implementasi kearifan sunda


wiwitan dalam kehidupan
sehari-hari
KEARIFAN LOKAL (LOCAL WISDOM)
Gagasan, nilai, maupun pandangan-pandangan setempat yang

bersifat bijaksana, penuh kearifan, memiliki nilai-nilai yang baik, serta

tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya (Nadlir, 2014).

Tata aturan yang menjadi acuan maupun pegangan masyarakat

dalam seluruh aspek kehidupan, seperti dalam interaksi sosial antar

individu maupun kelompok, hierarki dalam kepemerintahan dan adat,

aturan perkawinan, maupun tata krama dalam kehidupan sehari-hari.

(Wahyudi, 2014)
BENTUK KEARIFAN LOKAL

Haryanto
(2014)
1. Nilai Bentuk nyata

2. Norma 1. Sistem nilai (tekstual)

3. Etika 2. Arsitektur bangunan

3. Benda-benda tradisional yang ditinggalkan


4. Keperca
yaan

5. Adat istia
dat
Bentuk tidak nyata
6. Hukum a
dat
1. Lagu-lagu yang mengandung nilai
7. Aturan-a
turan khusu
s. tradisional

2. Nilai-nilai sosial dari generasi satu ke

generasi berikutnya.
FUNGSI KEARIFAN LOKAL
Konservasi dan pelestarian Sarana membentuk membangun

intregrasi komunal
sumber daya alam

Pengembangan sumber daya


Sebagai etika dan moral
manusia

Pengembangan kebudayaan dan ilmu Fungsi politik

pengetahuan

Sumber petuah, kepercayaan, sastra dan pantangan


SEJARAH PERKEMBANGAN
SUNDA WIWITAN
Adanya penemuan arkeologi di berbagai daerah.

Dalam kepercayaannya (suku Badui) Sunda wiwitan adalah ajaran yang di bawa

oleh nabi Adam.

Pendiri agama/ kepercayaan Sunda wiwitan adalah Madrais Sadewa Alibasa

Kusumah Wijaya Ningrat.

Ajaran madrais disebut agama jawa Sunda atau yang sekarang disebut Sunda

wiwitan.

Terdapat banyak istilah penyebutan sunda wiwitan, yaitu jati sunda serta ajaran

pertama ketuhanan manusia pertama.


GAMBARAN UMUM SUNDA
WIWITAN

- Menurut Djatikusumah sebagaimana dikutip Ira, Sunda dapat dimaknai dengan

tiga konsep dasar filosofis, etnis, geografis.

- Sedangkan wiwitan berarti asal mula.

jadi, Sunda wiwitan dimaknai sebagai aliran kepercayaan yang dianut oleh orang

Sunda asli dari dahulu hingga saat ini.


TRANSFORMASI NILAI KEARIFAN LOKAL PADA
PERSPEKTIF KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN

s y a ra kat
Transformasi bertujuan untuk p a d a ma
o n to hnya
C
perubahan menuju ke arah yang d e u yang
n
da t Cireu
a
a w iwitan
lebih baru baik dalam bentuk ik an sund
d
menja
r c a y aan
u a t u kepe
ai s
maupun fungsi. Apabila suatu sebag
m a s i pada
. T ra nsfor
a
masyarakat maupun suatu merek ada
k a l p
k e a rifan lo
ilai
nilai-n
budaya tidak terbuka terhadap
C i r e undeu
k a t a dat
ra
masya
suatu perubahan maka d a n g an
p a d a pan
ak
terlet
re k a dan
masyarakat di daerah itu akan k in a n me
ey a
atas k rasi.
a itu
bergerak secara statis. o ko knya y
a ka nan p
m
TRANSFORMASI NILAI KEARIFAN LOKAL PADA
PERSPEKTIF KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN

Agen sosialisasi yang Masyarakat adat Cireundeu

membantu proses yang menganut keyakinan sunda

transformasi saat ini tidak wiwitan mulai tidak membatasi

hanya diperankan oleh diri untuk menikah dengan

keluarga, tetapi dibantu penganut agama lain.

dengan tokoh masyarakat

dan para pemuda.


ETIKA BERMASYARAKAT SUNDA WIWITAN

Etika masyarakat Sunda

Wiwitan sudah dimuat di

dalam Kitab Sanghyang

Siksakandang Karesian

yang menjadi pedoman

dalam bermasyarakat.
ETIKA BERMASYARAKAT SUNDA WIWITAN

Mula hiri mullah dengki deung deungeun sakahuluan. Maka nguni nyeueung nu
meunang pudyan, meunang parekan, nyeueung nu dineneh ku tohaan, teka dek
nyetnyot tineung urang. Haywa, pamali! Kapalmayanna karah: jadi neluh bareuh hate.
Hamo beunang gitambaan, jampe mo matih, paksa mo mretyaksa, ja hanteu kturutan
ku Sanghyang Siksakandan Karesian.

Kutipan Kitab Sanghyang Siksakandan Karesian menasihati bahwa

masyarakat terbagi menjadi dua yaitu kelompok yang berbuat kebaikan

dan kelompok yang berbuat kejahatan. Isi kitab ini juga menasihati

masyarakat untuk tidak iri dan dengki satu sama lain.


ETIKA BERMASYARAKAT SUNDA WIWITAN

Ini silokana: mas, perak, komala, inten, ya ta Sanghyang catur yogya ngaranana. Ini
kalingana. Mas ma ngaranya sabda tuhlu tepet bayakta panca aksara. Pirak ma
ngaranya ambek kreta yogya rahayu! Komala ma ngaranya geuing na padang caang
loganda. Hinten ma ngaranya cangcing ceuri semu imut rame ambek. Ya ta
sinangguh catur yogya ngaranya.

Makna dari kutipan kitab ini adalah masyarakat yang berbuat kebaikan

dibagi menjadi kategori, meliputi emas, permata, dan intan. Emas untuk

individu yang jujur, perak untuk individu yang hatinya tentram, permata

untuk individu yang hidup dengan penuh kecerahan, dan intan untuk

individu yang penuh tawa dan ceria.


ETIKA BERMASYARAKAT SUNDA WIWITAN
Kanvas gula jeung peuet, artinya hidup dengan penuh

kerukunan, saling menyayangi dan mengasihi.

Ulah merebutkeun balung tanpa eusi, artinya jangan

meributkan perkara yang tidak ada gunanya.

Ulah ngaliyarkeun taleus ateul, artinya jangan

menyebarkan perkara yang menimbulkan keresahan.

Ulah nyolok maata buncelik, artinya jangan melakukan

sesuatu yang dapat mempermalukan orang lain.

Buruk-buruk papan jati, artinya sebesar apapun

kesalahan seseorang, mereka tetap sahabat dan orang

tua mampu memaafkaannya.


ETIKA BERMASYARAKAT SUNDA WIWITAN

Masyarakat Sunda Wiwitan berhasil menginternalisasi nilai-nilai

secara turun menurun tanpa tergerus arus modernitas. Masyarakat

Sunda Wiwitan selalu menjunjung tinggi kesederhanaan, tidak

mengejek orang lain, saling mengasihi, menyayangi dan merawat

satu sama lain.


Berketuhanan dalam Perspektif
Kepercayaan Sunda Wiwitan
Menurut tafsiran arkeologi, situs Lingga Yoni dan artefak menhir merupakan bukti bahwa

nenek moyang manusia sunda sudah memiliki karakter dan sifat religius.

Terdapat beberapa pendapat yang mengatakan bahwa kerajaan Sunda beserta para rajanya

di masa lalu merupakan penganut agama Hindu namun ada juga yang beranggapan bahwa

orang sunda itu sudah Islam bahkan sebelum agama Islam tersebut masuk.

Dalam beberapa naskah kuno dikatakan bahwa orang sunda dari zaman prasejarah memang

sudah bersifat religius, atau bisa dikatakan bahwa mereka mempunyai kepercayaan serta

sistem kepercayaan terhadap yang mereka sembah seperti Hiang atau Hyang

Penganut agama ini menitikberatkan amal dan perbuatan mereka pada apa yang seharusnya

dilakukan sebagai manusia, bukan memperdebatkan pada apa yang mereka percayai.
Berketuhanan dalam Perspektif
Kepercayaan Sunda Wiwitan
Masyarakat Kenekes mendasarkan pikukuh pada Tri Tangtu (tata aturan

berdasarkan wilayah ke-Rama-an, ke-Resi-an, dan ke-Ratu-an), sedangkan

masyarakat Adat Karuhun Urang Sunda (AKUR) di Cigugur Kuningan, mendasarkan

aturannya dalam Pikukuh Tilu.

Penyebutan “Tuhan” dalam AKUR adalah “Gusti Sikang Sawiji-wiji”, wiji disini

artinya adalah inti.


Implementasi Nilai
Sunda Wiwitan dalam
Kehidupan Sehari-hari
Implementasi kearifan sunda wiwitan dalam kehidupan sehari-

hari dapat dilihat melalui kehidupan masyarakat Kampung

Naga. Diantaranya adalah:

masyarakat Kampung Naga sangat menghindari atau

pantang untuk hidup dalam kemewahan, hedonisme, boros,

dan lain sebagainya.

Tidak ada yang berlomba untuk menunjukkan

kemewahannya, tidak saling menyombongkan harta benda

yang dimiliki, dan mencegah perilaku konsumerisme.

hidup yang sedang dijalani harus selalu melihat pada

kenyataan, tidak boleh iri ataupun dengki atas keberhasilan

yang dicapai oleh orang lain

Anda mungkin juga menyukai