Kelompok 2 - Kearifan Lokal Sunda Wiwitan
Kelompok 2 - Kearifan Lokal Sunda Wiwitan
SUNDA
WIWITAN
KELOMPOK 2
KELOMPOK 2
Transformasi nilai-nilai
kearifan lokal pada perspektif
kepercayaan sunda wiwitan
TOPICS
(Wahyudi, 2014)
BENTUK KEARIFAN LOKAL
Haryanto
(2014)
1. Nilai Bentuk nyata
5. Adat istia
dat
Bentuk tidak nyata
6. Hukum a
dat
1. Lagu-lagu yang mengandung nilai
7. Aturan-a
turan khusu
s. tradisional
generasi berikutnya.
FUNGSI KEARIFAN LOKAL
Konservasi dan pelestarian Sarana membentuk membangun
intregrasi komunal
sumber daya alam
pengetahuan
Dalam kepercayaannya (suku Badui) Sunda wiwitan adalah ajaran yang di bawa
Ajaran madrais disebut agama jawa Sunda atau yang sekarang disebut Sunda
wiwitan.
Terdapat banyak istilah penyebutan sunda wiwitan, yaitu jati sunda serta ajaran
jadi, Sunda wiwitan dimaknai sebagai aliran kepercayaan yang dianut oleh orang
s y a ra kat
Transformasi bertujuan untuk p a d a ma
o n to hnya
C
perubahan menuju ke arah yang d e u yang
n
da t Cireu
a
a w iwitan
lebih baru baik dalam bentuk ik an sund
d
menja
r c a y aan
u a t u kepe
ai s
maupun fungsi. Apabila suatu sebag
m a s i pada
. T ra nsfor
a
masyarakat maupun suatu merek ada
k a l p
k e a rifan lo
ilai
nilai-n
budaya tidak terbuka terhadap
C i r e undeu
k a t a dat
ra
masya
suatu perubahan maka d a n g an
p a d a pan
ak
terlet
re k a dan
masyarakat di daerah itu akan k in a n me
ey a
atas k rasi.
a itu
bergerak secara statis. o ko knya y
a ka nan p
m
TRANSFORMASI NILAI KEARIFAN LOKAL PADA
PERSPEKTIF KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN
Siksakandang Karesian
dalam bermasyarakat.
ETIKA BERMASYARAKAT SUNDA WIWITAN
Mula hiri mullah dengki deung deungeun sakahuluan. Maka nguni nyeueung nu
meunang pudyan, meunang parekan, nyeueung nu dineneh ku tohaan, teka dek
nyetnyot tineung urang. Haywa, pamali! Kapalmayanna karah: jadi neluh bareuh hate.
Hamo beunang gitambaan, jampe mo matih, paksa mo mretyaksa, ja hanteu kturutan
ku Sanghyang Siksakandan Karesian.
dan kelompok yang berbuat kejahatan. Isi kitab ini juga menasihati
Ini silokana: mas, perak, komala, inten, ya ta Sanghyang catur yogya ngaranana. Ini
kalingana. Mas ma ngaranya sabda tuhlu tepet bayakta panca aksara. Pirak ma
ngaranya ambek kreta yogya rahayu! Komala ma ngaranya geuing na padang caang
loganda. Hinten ma ngaranya cangcing ceuri semu imut rame ambek. Ya ta
sinangguh catur yogya ngaranya.
Makna dari kutipan kitab ini adalah masyarakat yang berbuat kebaikan
dibagi menjadi kategori, meliputi emas, permata, dan intan. Emas untuk
individu yang jujur, perak untuk individu yang hatinya tentram, permata
untuk individu yang hidup dengan penuh kecerahan, dan intan untuk
nenek moyang manusia sunda sudah memiliki karakter dan sifat religius.
Terdapat beberapa pendapat yang mengatakan bahwa kerajaan Sunda beserta para rajanya
di masa lalu merupakan penganut agama Hindu namun ada juga yang beranggapan bahwa
orang sunda itu sudah Islam bahkan sebelum agama Islam tersebut masuk.
Dalam beberapa naskah kuno dikatakan bahwa orang sunda dari zaman prasejarah memang
sudah bersifat religius, atau bisa dikatakan bahwa mereka mempunyai kepercayaan serta
sistem kepercayaan terhadap yang mereka sembah seperti Hiang atau Hyang
Penganut agama ini menitikberatkan amal dan perbuatan mereka pada apa yang seharusnya
dilakukan sebagai manusia, bukan memperdebatkan pada apa yang mereka percayai.
Berketuhanan dalam Perspektif
Kepercayaan Sunda Wiwitan
Masyarakat Kenekes mendasarkan pikukuh pada Tri Tangtu (tata aturan
Penyebutan “Tuhan” dalam AKUR adalah “Gusti Sikang Sawiji-wiji”, wiji disini