Penegakan Hukum Kepabeanan Dan Cukai II (PHKC II)
Penegakan Hukum Kepabeanan Dan Cukai II (PHKC II)
I
PENEGAKAN HUKUM KEPABEANAN
DAN CUKAI II (PHKC II)
A. Pendahuluan.
Hal 1
1. Prasyarat Kompetensi
Sebelum mempelajari bahan ajar ini mahasiswa harus telah memiliki
kompetensi awal dan minimal kualifikasi memiliki pengetahuan dasar kepabeanan
dan cukai, pengetahuan dasar penyidik bea dan cukai, pengetahuan dasar tentang
KUHP dan KUHAP, mahasiswa diploma III tingkat II, dan pengetahuan sebagai
mahasiswa STAN spesialisasi kepabeanan dan cukai.
2. Kompetensi
Setelah mempelajari materi Modul Tindak Pidana Kepabeanan Dan Cukai
Untuk Penyidikan, siswa atau peserta didik diharapkan memahami, dan mampu
melaksanakan tugas menangani tindak pidana dibidang kepabeanan, melakukan
tugas sebagai penyidik, dan penghentian penyidikan, dan menangani tindak pidana
dibidang cukai, melakukan tugas sebagai penyidik, dan penghentian penyidikan.
Hal 2
Hal 3
Hal 4
Hal 5
Hal 6
Hal 7
Hal 8
Hal 9
Hal 10
D. Ruang Lingkup
Selama ini luas lingkup tugas dan tanggung jawab penyidik dalam sistem
penegakan hukum di Indonesia menyisakan banyak permasalahan, tidak saja terkait
banyaknya institusi yang diberi kewenangan untuk melakukan penyidikan atas suatu
tindak pidana, tetapi juga masih terdapatnya tumpang tindih kewenangan penyidikan
antara beberapa institusi. Akibatnya, antar institusi penyidik muncul kesan kurang
terjalin koordinasi dan sinergitas yang dapat berdampak pada berkurangnya
kredibilitas institusi penegak hukum dimata masyarakat. Permasalahan
sebagaimana digambarkan di atas tentunya akan terus berlanjut apabila tidak segera
ditemukan jalan keluarnya, dan yang lebih mengkhawatirkan adalah terancamnya
rasa keadilan masyarakat. Hanya karena muncul sikap ego sektoral di antara
masing-masing intitusi penegak hukum, rasa keadilan masyarakat yang seharusnya
dijunjung tinggi harus dikorbankan. Diberikannya wewenang untuk melaksanakan
tugas penyidikan kepada PPNS, di satu sisi tentunya akan memudahkan dalam
pengungkapan suatu tindak pidana mengingat banyaknya kendala yang dihadapi
oleh aparat kepolisian dalam melakukan penyidikan, seperti kualitas dan kuantitas
sumber daya manusia, sarana-prasarana pendukung, serta anggaran. Namun, di sisi
lain banyaknya institusi penyidik berpotensi menimbulkan tarik menarik kewenangan
antar institusi, terlebih apabila masing-masing institusi penyidik mengedepankan ego
sektoral, yang dapat berujung pada terhambatnya proses penegakan hukum.
Oleh karena itu, dalam mengantisipasi munculnya ketidaksinkronan dalam
melaksanakan tugas penyidikan, khususnya antara penyidik Polri dan PPNS, Kitab
Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) telah memberikan solusi terkait
kedudukan kedua intsitusi tersebut sebagaimana diatur dalam Pasal 7 ayat (2)
Hal 11
2. Fungsi penegakan hukum (law enforcement function), Tujuan obyektif fungsi ini
ditinjau dari pendekatan “tata tertib sosial” (social order), Penegakan hukum
“secara aktual” (the actual enforcement law) meliputi tindaka 1) Penyelidikan-
penyidikan (investigation), 2) Penangkapan (arrest)- penahanan (detention);
3) Persidangan pengadilan (trial), dan 4) Pemidanaan (punishment) –
pemenjaraan guna memperbaiki tingkah laku individu terpidana (correcting the
behaviour of individual offender), b. Efek “preventif” (preventive effect). Fungsi
penegakan hukum diharapkan mencegah orang (anggota masyarakat melakukan
tindak pidana). Dalam konteks kehadiran polisi berseragam ditengah-tengah
Hal 12
5. Penyidik Polri bila dilihat dari Sistem Peradilan Pidana merupakan salah satu
mata rantai dalam sistem tersebut. Polri merupakan salah satu sub sistem
peradilan pidana yang terdiri dari: sub Sistem Kepolisian (dalam hal ini penyidik
Polri), kejaksaan, pengadilan dan Lembaga Pemasyarakatan. Keempat Sub
sistem tersebut mempunyai peranan masing-masing yang satu sama lain saling
berkaitan. Dalam kerangka pemahaman sistem tersebut maka kepolisian,
kejaksaan, advokat, pengadilan dan lembaga pemasyarakatan merupakan
unsur-unsur yang membangun sistem tersebut. Masing-masing memang berdiri
sendiri dan menjalankan pekerjaan yang berbeda-beda, tetapi semuanya tetap
merupakan satu kesatuan.
6. Jika diperhatikan ketentuan Pasal 7 ayat (1) KUHAP terlebih jika dihubungkan
dengan beberapa bab dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana
(KUHAP), seperti Bab V (Penangkapan, Penahanan, Penggeledahan, Penyitaan,
dan Pemeriksaan Surat) serta Bab XIV (Penyidikan), ruang lingkup wewenang
dan kewajiban penyidik adalah sangat luas.
Hal 13
10. Oleh karena itu, untuk menghindarkan terjadinya tumpang tindih kewenangan
dalam melakukan penyidikan yang diperlukan peningkatan koordinasi dan
pengawasan antar institusi yang terkait dalam penegakan hukum, serta
sosialisasi peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan kewenangan
melakukan penyidikan agar diperoleh pemahaman yang tepat terkait tugas dan
kewenangan masing-masing institusi. Melalui sosialisasi ini diharapkan dapat
mempersempit jurang pemisah di antara masing-masing institusi sekaligus dapat
mewujudkan institusi penyidik yang saling melengkap.
Hal 14
Hal 15
Hal 16
II
KETENTUAN TINDAK PIDANA
KEPABEANAN DAN CUKAI
A. Pendahuluan.
Setiap orang yang mengangkut barang impor
yang tidak tercantum dalam manifes; dipidana karena
melakukan penyelundupan di bidang impor dengan
pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan
pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan
pidana denda paling sedikit lima puluh juta rupiah
dan paling banyak lima miliar rupiah.
Orang yang membongkar barang impor di luar kawasan pabean atau tempat lain
tanpa izin kepala kantor pabean; dipidana karena melakukan penyelundupan di
bidang impor dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan pidana
penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit lima puluh
juta rupiah dan paling banyak lima miliar rupiah.
Hal 17
Hal 18
Hal 19
Hal 20
Hal 21
Hal 22
Hal 23
Hal 24
Hal 25
Hal 26
Hal 27
Hal 28
Hal 29
Hal 30
Hal 31
Hal 32
Hal 33
Hal 34
Hal 35
Hal 36
Hal 37
Hal 38
Hal 39
Hal 40
Hal 41
Hal 42
Hal 43
Hal 44
Hal 45
Hal 46
Hal 47
Hal 48
Hal 49
http://waktuterindah.blogspot.com/2011/07/perkembangan-status-barang-bukti.html
Hal 50
Hal 51
Hal 52
Hal 53
Hal 54
Hal 55
Hal 56
Hal 57
Hal 58
Hal 59
Hal 60
Hal 61
Hal 62
Hal 63
Hal 64
Hal 65
Hal 66
Hal 67
3.Pelelangan
Harga terendah untuk Barang yang Dinyatakan Tidak Dikuasai dan Barang
yang Dikuasai Negara yang akan dilelang sekurang-kurangnya meliputi Bea Masuk,
Cukai, PPN, PPnBM, dan PPh Pasal 22; sewa gudang di Tempat Penimbunan
Sementara untuk selama- lamanya 2 (dua) bulan; sewa gudang di Tempat
Penimbunan Pabean; dan biaya pencacahan dan penimbunan di Tempat
Penimbunan Pabean.Untuk menghitung Bea Masuk, Cukai, dan Pajak dalam rangka
impor, Kepala Kantor Pabean menetapkan nilai pabean dari barang yang akan
dilelang berdasarkan data yang tersedia pada Kantor Pabean yang bersangkutan.
Penetapan harga terendah untuk barang yang akan dilelang dilakukan oleh Kepala
Kantor Pabean. Apabila penawaran pada pelelangan pertama tidak mencapai harga
terendah, selambat-lambatnya dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari dilakukan
pelelangan kedua.
Hal 68
Hal 69
M.Rangkuman
Tindak Pidana Kepabeanan dan Cukai adalah Tindak Pidana Khusus yang
diatur oleh Undang-Undang yang khusus pula yaitu Undang-undang No. 17 Tahun
2006 dan Undang-undang No. 10 Tahun 1995 mengenai Kepabeanan dan Undang-
undang No. 39 Tahun 2007 dan Undang-undang No. 11 Tahun 1995 mengenai
Cukai. Maka dapat dilihat dengan jelas bahwa Tindak Pidana Kepabeanan dan
Cukai itu berdiri sendiri. Secara umum, tindak pidana penyelundupan merupakan
salah satu masalah yang bersifat global. Istilah penyelundupan tidak dipakai semata-
mata untuk kegiatan membawa barang-barang keluar masuk wilayah Indonesia
secara ilegal baik itu melalui bandar udara internasional, pelabuhan-pelabuhan laut,
maupun melalui perbatasan negara seperti di wilayah Kalimantan, Tanjung Balai
Karimun, atau Papua. Dilihat dari akibat yang ditimbulkannya, jika tidak ditangani
dengan sungguh-sungguh, maka tindak pidana penyelundupan ini tidak hanya
berakibat buruk di masa sekarang tetapi juga buat masa depan ekonomi bangsa
Indonesia.
Berdasarkan Undang-undang Cukai Barang kena Cukai yang tersangkut
tindak pidana cukai dirampas untuk Negara. Barang-barang lain yang tersangkut
tindak pidana cukai dirampas untuk Negara. Yang dimaksud barang-barang lain
disini adalah barang-barang yang berkaitan langsung dengan Barang Kena Cukai
yang tersangkut tindak pidana cukai seperti sarana pengangkut yang digunakan
Hal 70
Hal 71
N.Test Formatif
Simaklah dengan baik materi yang terkandung dalam bahan ajar ini.
Jawablah pertanyaan-pertanyaan secara spontan, artinya pada waktu Anda
menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak diperkenankan melihat ke bahan
ajar dan kunci jawaban, tetapi jawablah menurut apa yang ada dalam pikiran Anda.
Pilihlah jawaban yang paling benar dan tepat, dengan cara memberikan
tanda lingkaran pada huruf a, b, c, d untuk tiap nomor pada soal dibawa ini.
(contoh:1. a b c d ).
Hal 72
Hal 73
Hal 74
12) Dokumen yang dibuat oleh orang yang tidak berhak; atau dokumen yang dibuat
oleh orang yang berhak tetapi memuat data tidak benar disebut Dokumen...
a. tidak sah
b. illegal
c. legal
d. palsu atau dipalsukan
13) Pelaksanaan penyidikan tindak pidana kepabeanan dan cukai dalam proses
penyidikan Penyidik PPNS Bea dan Cukai menggunakan ketentuan hukum acara
yang diatur dalam..
a. KUHAP
b. UU Kepabeanan
c. UU Cukai
d. UU Hukum Perdata
14) Pejabat Pegawai Negeri Sipil Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang diangkat
sebagai penyidik sekurang-kurangnya berpangkat..
a. II/A
b. II/B
c. II/C
d. III/A
15) Sebelum memangku jabatan sebagai penyidik, Penyidik Pegawai Negeri Sipil
DJBC harus diambil sumpahnya oleh..
a. Menteri Keuangan
b. Menteri Kehakiman
c. Dirjen Bea dan Cukai
d. Kepala Kantor
16) Penyidik PPNS DJBC karena kewajibannya dibidang cukai berwenang meneliti,
mencari, dan mengumpulkan keterangan yang ada hubungannya dengan tindak
pidana di bidang ....
Hal 75
Hal 76
Q.Daftar Pustaka
Republik Indonesia,Undang-Undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara
Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3209);Jakarta 1981
Hal 77
Kansil, C.S.T., Drs. S.H. Pengantar Hukum Indonesia Jilid II, PT. Balai
Pustaka, Jakarta, 1993.
R.Lampiran
Hal 78
“UNTUK KEADILAN”
. Demikian laporan terjadinya tindak pidana ini saya buat dengan sebenarnya
dengan mengingat Sumpah Jabatan ……………………………………
YANG MELAPORKAN,
Hal 79
“UNTUK KEADILAN”
KEPALA ……………………………
Selaku Penyidik,
( ………………………… )
NIP.
Tembusan :
1. Yth. Kepala Kantor …………………..
2.
Hal 80
“UNTUK KEADILAN”
Kepala ……………………………
Selaku Penyidik,
Tembusan : ( ………………………… )
1. Yth. Kepala Kantor atasan Penyidikan 5) NIP.
Hal 81
SURAT KETETAPAN
NOMOR : STAF …………….
TENTANG
PENGHENTIAN PENYIDIKAN
MEMUTUSKAN
DITETAPKAN DI : …………………
PADA TANGGAL : …………………
KEPALA ………………………… 5)
SEKALU PENYIDIK
( )
NIP. ………………………
Hal 82
“ UNTUK KEADILAN”
SURAT PANGGILAN
Nomor : SP- / /200…..
DASAR : 1.Pasal 112 ayat (1), ayat (2) huruf b, huruf e, dan huruf p Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan,
Pasal 63 ayat (1), ayat (2) huruf b, ayat (2) huruf n Undang-
Undang Nomor 39 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai
2. Pasal 7 ayat (1) huruf g, pasal 11, pasal 112 ayat (1) dan ayat
(2) dan pasal 113 KUHAP.
3. Laporan Kejadian Nomor : LK- / / 200.... tanggal …
MEMANGGIL
Nama : ………………………………………
Alamat : ………………………………………
Pekerjaan : ………………………………………
UNTUK: Menghadap kepada……….……… di ……………………. (bagian),
Jl. ……………… Pada hari…………..tanggal ……tahun 200 …….
Pukul ……… kamar nomor ……….. untuk didengar keterangannya
sebagai tersangka/saksi dalam perkara pidana …….……………
sebagai dimaksud dalam pasal ……………………………………...
……..………200 ……..
Kepala ………………..
Selaku Penyidik,
( ………………………… )
NIP. 0600……………….
Pada hari ini ………………………… tanggal ………………………… 200 ………….,
1 (satu) lembar Surat Panggilan ini telah diserahkan kepada yang bersangkutan.
Yang menerima, Yang menyerahkan,
………………………… …………………………
NIP. 0600 …….......…
Hal 83
Hal 84
“ UNTUK KEADILAN”
SURAT PERINTAH TUGAS PENYIDIKAN
Nomor : SPTP- / /200 …….
DASAR : 1. Pasal 112 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995
tentang Kepabeanan, Pasal 63 Undang-Undang Nomor 39
Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai.
2. Undang-Undang Nomor 8 tahun 1981 Pasal 6 (Ib), Pasal 7
ayat (2)
3. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 Pasal 17.
4. Laporan Kejadian Nomor LK. …………………………
PERTIMBANGAN : 1. bahwa dengan adanya laporan terjadinya tindak pidana .....
……………… yang diduga dilakukan oleh tersangka
…………….… maka di Pandang perlu untuk mencari dari
mengumpulkan bukti guna membuat terang tidak pidana
yang terjadi dan menemukan tersangkanya.
2. bahwa untuk maksud tersebut perlu dikeluarkan Surat
Perintah Tugas Penyidikan.
DIPERINT AHKAN
KEPADA: 1. Nama : …………………………………………
Pangkat/NIP : …………………………………………
Jabatan : …………………………………………
2. Nama : …………………………………………
Pangkat/NIP : …………………………………………..
Jabatan : …………………………………………..
KEPALA KANTOR
Selaku Penyidik,
…………………………
NIP. 0600 …………
Hal 85
“ UNTUK KEADILAN”
………………………….
NIP.................………….
Hal 86
“ UNTUK KEADILAN”
Hal 87
…………………..
Saksi-saksi
Saksi 1: Saksi 2:
………………………………. ……………………………….
……………………………..
*) Caret yang tidak perlu
Disk: jarm-idik basumpah.doc
Hal 88
WEWENANG PENYIDIKAN
III
TINDAK PIDANA KEPABEANAN
DAN CUKAI
A. Pendahuluan
Penyidik Pegawai Negeri Sipil Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai atau PPNS DJBC atau biasa
dikenal sebagai PPNS Bea dan Cukai adalah Penyidik
yang dimaksud Undang-undang (UU) Nomor: 8 tahun
1981 (8/1981) tanggal: 31 Desember 1981 LN
1981/ 76; TLN NO. 3209 Tentang Hukum Acara
Pidana pada Pasal 6 yang dimaksud dengan
Penyidik adalah pejabat Polisi negara Republik
Indonesia; dan pejabat pegawai negeri sipil tertentu
Hal 89
Hal 90
Yang dimaksud dengan kapal patroli yaitu kapal laut dan/atau kapal udara
milik Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang dipimpin oleh pejabat bea dan cukai
sebagai komandan patroli, yang mempunyai kewenangan penegakan hukum di
daerah pabean sesuai dengan undang-undang ini. Kelengkapan kapal patroli atau
sarana lain dengan senjata api pada ayat ini dimaksudkan untuk menghadapi
bahaya yang mengancam jiwa atau keselamatan pejabat bea dan cukai dan kapal
patroli dengan memperhatikan ketentuan yang berlaku. Dalam melaksanakan tugas
berdasarkan Undang- Undang ini pejabat bea dan cukai dapat meminta
bantuan Kepolisian Republik Indonesia, Tentara Nasional Indonesia, dan/atau
instansi lainnya. Atas permintaan tersebut Kepolisian Republik Indonesia, Tentara
Nasional Indonesia,dan/atau instansi lainnya berkewajiban untuk memenuhinya.
Hal 91
1. Prasyarat Kompetensi
Sebelum mempelajari bahan ajar ini mahasiswa harus telah memiliki
kompetensi awal dan minimal kualifikasi memiliki pengetahuan dasar kepabeanan
dan cukai, pengetahuan dasar Penegakan Hukum Kepabeanan I (PHKC I),
pengetahuan dasar tentang KUHP dan KUHAP, mahasiswa diploma III tingkat II,
dan pengetahuan sebagai mahasiswa STAN spesialisasi kepabeanan dan cukai.
2. Standar Kompetensi
Setelah mempelajari materi bahan ajar wewenang penyidikan tindak pidana
kepabeanan dan cukai Untuk Penyidikan Bea dan Cukai , mahasiswa diharapkan
memahami, dan mampu melaksanakan tugas menangani tindak pidana dibidang
kepabeanan, melakukan tugas sebagai penyidik, dan penghentian penyidikan, dan
menangani tindak pidana dibidang cukai, melakukan tugas sebagai penyidik, dan
penghentian penyidikan.
Hal 92
4. Petunjuk Pembelajaran
Bacalah dengan cermat dan teliti materi bahan ajar wewenang penyidikan
tindak pidana kepabeanan dan cukai. Setelah selesai membaca dan memahami
materi pembelajaran, jawablah soal latihan dan pahami rangkuman pembelajaran.
Dalam hal mahasiswa merasa jawaban soal latihan hasilnya belum mencapai enam
puluh lima persen, agar membaca dan memahami kembali bahan ajar ini utamanya
yang belum dimengerti. Dalam hal masih belum dapat dimengerti materi
pembelajaran ini tanyakan kepada pengajar, dosen, dan/atau kelompok belajar
Anda. Pada menjelang akhir pembelajaran kerjakan atau jawablah seluruh test
formatif, setelah selesai dikerjakan jawaban agar dicocokan hasil/jawaban dengan
kunci jawaban yang telah disediakan pada bahan ajar ini. Bila anda berhasil
menjawab dengan benar lebih dari enam puluh lima persen, dinyatakan cukup
berhasil, dalam hal ingin lebih baik lagi hasilnya agar mengulangi membaca kembali
bagian yang belum dipahami atau dimengerti.
Hal 93
Hal 94
Hal 95
Hal 96
C. PPNS DJBC
Ruang lingkup kewenangan PPNS DJBC dimaksud adalah segala sesuatu
yang berkaitan dengan penyidikan secara umum, maupun segala bagian dari prosedur
penyidikan tindak pidana dalam bidang Kepabeanan dan Cukai. Tujuan dari adanya
batasan atau ruang lingkup ini agar dasar hukum menjadi jelas, kewenangan PPNS
DJBC ini untuk pemungutan keuangan negara (kepentingan fiskal), perlindungan
kepentingan rakyat, negara, pemerintah atas barang yang dapat membahayakan
dan/atau merugikan kepentingan rakyat dan negara kesatuan Republik Indonesia.
Kewenangan terhadap barang ini adalah barang impor, ekspor dan pengawasan
pengangkutan barang antar pulau barang yang berasal dari sumber alam hayati
memberikan pengertian yang berbeda yang dapat mengakibatkan kesalahan pada.
Dalam bidang Kepabeanan dan Cukai, kriteria tindak pidana dan hal-hal yang
berkaitan dengan ketentuan pidana Kepabeanan diatur dalam Undang-Undang
Kepabeanan, Pasal 102 sampai dengan Pasal 111 (penyelundupan, pemalsuan
dokumen, pengeluaran barang yang merugikan keuangan negara, pembuatan data
palsu, pemilikan barang hasil penyelundupan, pengangkut barang hasil
penyelundupan, pengubahan data dari pembukuan, penghilangan data/ dokumen
Hal 97
Hal 98
Hal 99
Hal 100
Hal 101
Hal 102
2. Asas Keseimbangan.
Asas Keseimbangan dijumpai dalam kosideran huruf c yang menyatakan
dengan tegas bahwa dalam setiap penegakan hukum harus berlandaskan prinsip
keseimbangan yang serasi antara dua kepentingan, yakni perlindungan terhadap
harkat dan martabat manusia (HAM), dengan; dan perlindungan terhadap
kepentingan dan ketertiban masyarakat. Sebelum KUHAP berlaku, aparat penegak
Hal 103
Hal 104
Hal 105
Hal 106
8. Asas unifikasi.
Asas unifikasi hukum yang dianut KUHAP ditegaskan dalam konsideran huruf
b Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor IV
(MPR/1978) : bahwa demi pembangunan dibidang hukum perlu mengadakan usaha
peningkatan dan penyempurnaan hukum nasional dengan mengadakan
pembaharuan kodifikasi, serta., dan unifikasi hukum dalam rangkuman pelaksanaan
secara nyata wawasan nusantara.
Unifikasi hukum acara pidana, merupakan suatu usaha untuk mengikis pengkotak-
kotakan kelompok masyarakat warisan politik kolonial Belanda yang
mengelompokkan hu-kum berdasarkan daerah, golongan, keturunan, dan membe-
dakan acara pidana yang berlaku untuk Jawa-Madura dengan daerah Indonesia
lainnya, dan diskriminasi hukum acara pidana yang berlaku antara Bumi Putra
dengan keturunan Eropa.
Hal 107
Hal 108
Hal 109
Hal 110
13.Penggabungan Perkara :
Dalam KUHAP diatur dua perkara yang digabungkan menjadi satu, yaitu
Perkara pidana dengan perkara perdata, dan Perkara pidana sipil dengan pidana
militer (koneksitas). Penggabungan Perkara Pidana Dengan Perdata, Korban tindak
pidana dapat menggugat ganti rugi seperti gugatan ganti rugi dalam perkara perdata,
bersama-sama dengan pemeriksaan perkara pidana yang sedang berlangsung,
sebelum memasuki taraf penuntut umum memajukan tuntutan (rekuisitur). Gugatan
ganti rugi perdata yang digabung dengan per-kara pidana, maka yang perlu
diperhatikan, ialah tuntutan ganti rugi terbatas pada “kerugian yang dialami korban”
sebagai akibat langsung dari tindak pidana yang dilakukan oleh terdakwa/tergugat,
tuntutan ganti rugi terbatas sebesar yang diderita oleh sikorban/penggugat, tuntutan
ganti rugi terbatas pada pelaku tindak pidana/tergugat.
Penggabungan Perkara Pidana Sipil Dengan Pidana Militer (Koneksitas),
Tindak pidana yang dilakukan bersama-sama oleh mereka yang termasuk
lingkungan peradilan umum dan lingkungan peradilan militer (Koneksitas), diperiksa
dan diadili oleh pengadilan dalam lingkungan peradilan umum kecuali jika menurut
Hal 111
Hal 112
Hal 113
1. Hak-Hak Warganegara
Sebagai Negara Hukum, Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945 menjunjung tinggi hak asasi manusia dan perlindungan
terhadap warga negara. Hak warga negara dilindungi oleh negara baik warga negara
dalam status tersangka, terdakwa, terpidana ataupun sebagai warga negara yang
bebas, dan tidak membedakan jenis kelamin, umur, suku agama dan lain-lain. Hak
warga negara merupakan hak asasi manusia yang dijamin didalam ketentuan UUD
45 pada pasal 28 A sampai dengan pasal 28 J. Selain didalam UUD 45,
perlindungan terhadap hak warga negara dijamin didalam Undang-undang No. 9
Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan Undang-undang Nomor 8 tahun 1981
tentang Hukum Acara Pidana selanjutnya dikenal dengan Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (KUHAP) serta beberapa Undang-undang lain yang relevan. Tulisan
ini akan membahas mengenai hak warga negara yang diatur didalam KUHAP.
Tulisan ini akan lebih fokus kepada perlindungan terhadap hak warga negara yang
terlibat didalam peristiwa pidana, baik itu sebagai tersangka, terdakwa, terpidana dan
juga perlindungan terhadap hak saksi atau korban tindak pidana.
Hal 114
Hal 115
Tulisan ini akan membahas mengenai hak warga negara yang diatur didalam
KUHAP. Tulisan ini akan lebih fokus kepada perlindungan terhadap hak warga
negara yang terlibat didalam peristiwa pidana, baik itu sebagai tersangka, terdakwa,
terpidana dan juga perlindungan terhadap hak saksi atau korban tindak pidana.
Disamping itu tulisan ini akan mengutip hak-hak warga negara yang sedang
menjalani proses peradilan pidana yang diatur oleh Undang-undang lain selain
KUHAP yang relevan, misalnya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang
Kekuasaan Kehakiman, Undang-Undang Nomor 18 tahun 2003 tentang Advokat dan
Undang-undang lainnya. Proses Penyelidikan Dan Penyidikan, Hak Tersangka
Untuk Didampingi Penasehat Hukum.
Warga negara yang menjadi tersangka berhak untuk didamping oleh
Penasehat Hukum. Untuk kepentingan pembelaan dalam proses peradilan pidana
seorang warga negara yang menjadi tersangka berhak mendapatkan bantuan hukum
dari seorang atau lebih penasehat hukum selama dalam waktu dan pada setiap
tingkat pemeriksaan (pasal 54 KUHAP).Selain itu seorang tersangka atau terdakwa
berhak memilih sendiri penasehat hukumnya (pasal 55 KUHAP). Bagi tersangka atau
terdakwa yang disangka atau didakwa melakukan tindak pidana yang diancam
dengan pidana mati atau ancaman pidana lima belas tahun atau lebih atau bagi
Hal 116
Hal 117
Hal 118
Hal 119
G. Dimulainya Penyidikan
Pejabat Bea dan Cukai yang mengetahui terjadinya tindak pidana wajib
melaporkannya kepada Penyidik di wilayah kerja tempat terjadinya tindak pidana.
Dalam hal suatu tindak pidana diketahui langsung oleh Penyidik. Maka wajib
segera melakukan tindakan-tindakan sesuai kewenangannya kemudian membuat
Laporan Kejadian dan atau Berita Acara tindakan- tindakan yang dilakukan guna
penyelesaian selanjutnya. Setelah diketahui bahwa suatu peristiwa yang terjadi
di duga atau merupakan tindak pidana segera dilakukan penyidikan melalui
kegiatan- kegiatan penindakan, pemeriksaan serta penyelesaian dan
penyerahan berkas perkara. Saat dimulainya penyidikan dalam hal PPNS
telah mendapatkan dua alat bukti yang cukup.Alat-alat bukti yang sah
menurut Pasal 184 (1) KUHAP terdiri atas keterangan saksi, keterangan ahli,
surat, petunjuk, dan keterangan terdakwa. Permulaan penyidikan diberitahukan
kepada Penuntut Umum dengan Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan yang
sekurang-kurangnya dilampiri Laporan Kejadian dan Surat Perintah Tugas
Penyidikan. Pengertian "mulai melakukan penyidikan" adalah jika dalam kegiatan
penyidikan sudah dilakukan kegiatan/tindakan upaya paksa dari Penyidik.
Seperti pemanggilan, pemeriksaan, penggeledahan, penyitaan dan
sebagainya yang dalam suratnya dibubuhi kata-kata "UNTUK KEADILAN".
Hal 120
Hal 121
I.Penghentian Penyidikan
Penyidikan tindak pidana dibidang Kepabeanan dan Cukai hakekatnya
merupakan suatu upaya penegakan hukum yang bersifat pembatasan atau
pengekangan hak – hak azasi seseorang dalam rangka usaha untuk memulihkan
terganggunya keseimbangan antara kepentingan individu dan kepentingan umum
guna mengamankan hak – hak negara. Oleh karena itu, penyidikan tindak pidana di
bidang Kepabeanan dan Cukai sebagai salah satu tahap daripada penegakan
Hal 122
Hal 123
Hal 124
Hal 125
Hal 126
K.Pemanggilan
Dalam hal pemanggilan tersangka dan saksi maka harus diperhatikan bahwa
pejabat yang berwenang mengeluarkan surat panggilan tersangka dan saksi adalah
penyidik. Dalam hal kepala kantor adalah seorang penyidik, maka surat pemanggilan
ditandatangani oleh kepala kantor selaku penyidik. Dalam hal kepala kantor bukan
seorang penyidik, maka surat pemanggilan ditandatangani oleh penyidik dengan
diketahui oleh kepala kantor. Pemanggilan tersangka dan saksi itu sendiri adalah
salah satu kegiatan penindakan tindak pidana, untuk menghadirkan tersangka atau
saksi ke hadapan penyidik guna dilakukan pemeriksaan dalam rangka memperoleh
Hal 127
Hal 128
Hal 129
L.Penangkapan
Hal 130
Hal 131
Hal 132
Hal 133
Hal 134
M.Penahanan.
Definisi Penahanan sebagaimana ketentuan pasal 1 butir (21) KUHAP
adalah penempatan tersangka atau terdakwa ditempat tertentu oleh Penyidik atau
Penuntut Umum atau Hakim dengan penetapannya, dalam hal serta menurut cara
yang diatur menurut Undang-undang ini. Pada prinsipnya penahanan adalah
pembatasan kebebasan bergerak seseorang yang merupakan pelanggaran
terhadap hak asasi manusia yang harusnya dihormati dan dilindungi oleh negara.
Namun, penahanan yang dilakukan terhadap tersangka/terdakwa oleh pejabat yang
berwenang dibatasi oleh hak-hak tersangka/terdakwa dan peraturan-peraturan yang
harus dilaksanakan secara limitatif sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam
KUHAP. Adapun pihak-pihak yang berwenang melakukan penahanan dalam
berbagai tingkat pemeriksaan sebagaimana ketentuan pasal 20 KUHAP antara lain
Untuk kepentingan penyidikan, yang berwenang melakukan penahanan adalah
penyidik, untuk kepentingan penuntutan, yang berwenang adalah penuntut umum;
dan untuk kepentingan pemeriksaan disidang Pengadilan, yang berwenang untuk
menahan adalah Hakim. Syarat-syarat untuk dapat dilakukan penahanan dibagi
dalam 2 syarat, yaitu:
Syarat Subyektif. Dinamakan syarat subyektif karena hanya tergantung
pada orang yang memerintahkan penahanan tadi, apakah syarat itu ada atau tidak.
Syarat subyektif ini terdapat dalam Pasal 21 ayat (1), yaitu tersangka/terdakwa
diduga keras melakukan tindak pidana; berdasarkan bukti yang cukup; dalam hal
adanya keadaan yang menimbulkan kekhawatiran bahwa tersangka/terdakwa akan
melarikan diri merusak atau menghilangkan barang bukti, dan mengulangi tindak
Hal 135
Hal 136
Hal 137
Hal 138
Hal 139
Hal 140
Hal 141
Hal 142
Hal 143
N.Penggeledahan
1.Penggeledahan Rumah
Penggeledahan rumah dilakukan dengan Surat Perintah Penggeledahan
setelah mendapat izin Ketua Pengadilan Negeri Setempat kecuali dalam keadaan
yang sangat perlu dan mendesak sebagaimana dijelaskan di atas. Di samping
adanya prasyarat tersebut, sebuah tindakan penggeledahan atas rumah harus
dilakukan dengan disaksikan oleh Ketua Lingkungan/ Kepala Desa bersama dua
orang saksi dari lingkungan yang bersangkutan bila penghuni tidak menyetujui.
Dalam hal suatu tindak pidana kepabeanan dan cukai adalah tertangkap
tangan sehingga oleh karenanya dibutuhkan suatu tindakan penggeledahan maka
penggeledahan tersebut tidak sepenuhnya harus ada izin penggeledahan rumah dari
Ketua Pengadilan Negeri dan tidak diperlukan pula Surat Perintah Penggeledahan.
Hal 144
2.Penggeledahan Badan
Penggeledahan badan adalah salah satu dari macam penggeledahan yang
mungkin dilakukan, hal ini diartikan sebagai tindakan penyidik untuk mengadakan
pemeriksaan badan dan atau pakaian tersangka untuk mencari barang-barang yang
diduga keras ada pada badannya atau dibawanya serta untuk disita. Jika ternyata
harus dilakukan penggeledahan badan terhadap seorang wanita, maka
penggeledahan harus dilakukan oleh penyidik wanita dan dalam hal tidak ada
penyidik wanita maka dalam pelaksanaannya dibantu oleh petugas Bea dan cukai
wanitabukan penyidik, dengan pengawasan dari penyidik. Apabila diperlukan
penggeledahan terhadap rongga badan, dimintakan bantuan kepada pejabat
kesehatan. Sedapat mungkin segala macam tindakan penggeledahan atas pakaian
dan badan untuk tidak dilakukan di hadapan umum.
O.Penyitaan
Hal 145
Hal 146
Hal 147
Hal 148
Hal 149
Pemeriksaan adalah salah satu bagian dari proses penyidikan yang sangat
penting setelah segala tahap dalam penindakan telah terselesaikan. Pemeriksaaan
diartikan sebagai suatu tindakan untuk mendapat keterangan, kejelasan dan
keidentikan tersangka dan atau saksi dan atau barang bukti maupun tentang unsur-
unsur tindak pidana yang telah terjadi sehingga kedudukan atau peranan seseorang
maupun barang bukti dalam tindak pidana tersebut menjadi jelas dan dituangkan di
dalam Berita Acara Pemeriksaan. Adapun pemeriksa dalam hal ini adalah pejabat
yang mempunyai kewenangan untuk melakukan pemeriksaan sebagai penyidik.
Adapun proses pemeriksaan terhadap tersangka dan saksi dapat dilakukan dengan
beberapa metode antara lain interview, interograsi dan konfrontasi. Dalam metode
interview sebagai salah satu teknik dalam pemeriksaan tersangka dan saksi dalam
rangka penyidikan tindak pidana dengan cara mengajukan pertanyaan yang
jawabannya berupa uraian yang jelas dan lengkap untuk memperoleh keterangan
atau pengakuan. Sedangkan metode interograsi adalah teknik pemeriksaan
tersangka/ saksi dalam rangka penyidikan tindak pidana dengan cara mengajukan
sejumlah pertanyaan yang jawabannya pendek dan bersifat mempersempit fokus
pemeriksaan. Jadi jelas terlihat perbedaan antara interview dan interograsi, bahwa
interview lebih menitik beratkan pada detail keterangan atas jawaban yang
diharapkan atau uraian lengkapnya, sedangkan interograsi lebih cenderung atas
pengajuan pertanyaan yang singkat sehingga pemeriksaan atas suatu kasus tindak
pidana dapat lebih terfokus. Adapun metode lainnya adalah konfrontasi yang berarti
mempertemukan satu dengan yang lainnya (antara tersangka dan tersangka, saksi
dengan saksi dan tersangka dengan saksi) untuk menguji kebenaran dan
kesesuaian keterangan masing-masing serta dituangkan dalam Berita Acara
Pemeriksaan Konfrontasi. Dalam metode konfrontasi sangat jelas dimaksudkan
untuk melakukan uji kebenaran atas keterangan para tersangka dan atau saksi
dengan mengadi validitas pernyataan masing-masing.
Dalam pemeriksaan diharapkan dapat dihasilkan keterangan atau uraian dari
tersangka (seseorang yang karena perbuatannya atau keadaannya berdasarkan
bukti diduga sebagai pelaku tindak pidana), saksi (orang yang dapat memberikan
keterangan guna kepentingan penyidikan penuntutan dan peradilan tentang suatu
Hal 150
Hal 151
Hal 152
Hal 153
Q.Pemberkasan
Hal 154
Hal 155
Hal 156
1.Pengertian arsip/rekod
Rekod dan arsip diciptakan oleh semua orang dan institusi. Individu,
keluarga, bisnis, asosiasi dan kelompok, partai politik dan pemerintah semua
menciptakan arsip/rekod setiap hari. Arsip yang tercipta oleh lembaga pemerintah
Hal 157
Hal 158
3.Pemberkasan rekod/arsip
Badan korporasi menciptakan dan menerima rekod sebagai bagian
kegiatannya. Rekod yang diciptakan maupun yang diterima harus disusun, disimpan
untuk ditemu balik kemudian digunakan oleh pemakai. Penyimpanan ini memerlukan
Hal 159
Hal 160
4.Sistem Numerik
Sistem ini menggunakan nomor, atas dasar urutan angka/nomor, biasanya
dari angka terkecil ke angka terbesar. Pemberkasan urut angka merupakan sistem
yang paling sederhana. Rekod diatur berdasarkan urutan angka seperto 01, 02, 03,
04 dan seterusnya. Sistem ini umumnya digunakan untuk penyimpanan cek, slip
pembayaran, rekod personil, pasien dan semua tipe rekod yang memiliki nomor
tertentu dan menandai dokumen bersangkutan. Sistem urutan angka hanya efektif
jika rekodnya tidak melebihi 5000 berkas. Jika lebih dari itu akan mengalami
kesulitan. Karena akan memakan waktu jika memberkaskan dengan jumlah lebih
dari 4 angka (martono, 1990:23).
Susunan rekod personal seperti rekod pasien, kepegawaian dapat
digabungkan dengan indeks nama pemilik nomor bersangkutan. Untuk memudahkan
penemuan kembali, setiap 25 folder ditempatkan guide baru sebagai pembatas.
Pada perkembangan ada nomor tidak berurut yaitu penyusunan yang dilakukan
dengan cara tertentu, tanpa memperhatikan urutan penomoran seperti pada
umumnya. Aturan ini hanya diketahui oleh filer atau orang tertentu saja, seperti
sistem terminal – digit (angka terakhir) , middle – digit (angka tengah) dan urutan
tanggal.
5.Sistem berabjad
Sistem ini merupakan sistem atas dasar abjjad, yaitu dengan menggunakan
urutan abjad nama orang, organisasi, nama subyek, atau nama lokasi geografi.
Pemberkasan atas dasar sistem abjad merupakan sistem yang paling tua dan paling
sederhana. Rekod yang diatur berdasarkan sistem ini antara lain berkaitan dengan
rekod kepegawaian, nasabah langganan, pasien dan sejenisnya.
Hal 161
7.Kombinasi
Sistem dapat dikombinasikan antara abjad, nomer yang dapat menunjukkan
subyek atau lainnya. Persyaratan untuk sistem pemberkasan rekod
Sistem harus sederhana untuk mengurangi tingkat kesalahan dan memfasilitasi
penggunaannya untuk semua pegawai. Seharusnya dirancang untuk kebutuhan
normal organisasi dan tidak untuk atau kemungkinan perkecualian.
Berkas harus mengandung informasi yang berhubungan dengan kegiatan dan
fungsi yang mana didokumentasikan.
Sistem harus mempunyai struktur numerik atau alfanumerik, yang setiap
unsurnya sama dengan fungsi judul berkas maksimum 4 unsur. Jenis berkas
seperti yang sudah dijelaskan di atas, yaitu abjad, numerik, alfanumrik dan kata
kunci. Sistem yang umum digunakan adalah alfanumerik.
Kesesuaian : sistem harus memenuhi kebutuhan pengguna/departemen
Pemeliharaan yang baik: adanya system yang membantuk untuk mencari; cukup
aman; kebijakan tentang penyiangan yang jelas; control rekod yang sesuai pada
penciptaan dan penambahan pemberkasan; penyimpanan yang aman dan cukup
untuk bahan arsip.
Dapat mengadaptasi : system harus fleksibel dan cukup dalam memenuhi
kebutuhan organisasi.
Aksesibilitas : system harus memungkinkan pengguna untuk mengklasifikasi
rekod dan dapat mencarinya tanpa ada gangguan.
Hal 162
8.Klasifikasi
Pengertian klasifikasi (Standar Australia)’.... proses merencanakan dan
menerapkan skema berdasarkan kegiatan bisnis yang menghasilkan rekod, dimana
mereka dikelompokkan dalam cara yang sistematis dan konsisten untuk
memudahkan penangkapan, temu balik, pemeliharaan dan pemusnahan. Klasifikasi
termasuk memutuskan konvensi dokumen dan penamaan berkas, ijin pengguna dan
batas keamanan rekod.
Salah satu fungsi dari manajemen rekod adalah memilih secara tepat sistem
klasifikasi sehingga rekod dapat secara cepat, tepat dan cepat ditemukan kembali,
rekod dalam keadaan lengkap dan utuh, rekod merupakan satu kesatuan informasi.
Sebagai endapan informasi pelaksanaan kegiatan administrasi, rekod harus
diklasifikasikan berdasarkan fungsi atau kompetensi unit kerja dalam struktur
organisasi institusi, sehingga unit informasi yang terbentuk dapat ditetapkan jangka
simpan (retensi) dan nilai guna informasinya. Dengan demikian sistem klasifikasi
rekod pada prinsipnya mengacu pada pengertian memilah-milah rekod berdasarkan
pada pertimbangan tentang bagaimana suatu rekod akan digunakan sebagai
referensi atau akan ditemukan kembali (Wallace, 1992:513).
Klasifikasi adalah proses dimana rekod organisasi/lembaga dikategorikan
atau dikelompokkan ke dalam unit penemuan rekod (Kennedy, Jay, 1998:..). ICA
mendefinisikan sebagai penyiapan dari rencana pemberkasan atau sistem
pemberkasan atau skema klasifikasi untuk rekod dan penempatan series rekod
(rekod sebagai satu kesatuan informasi) dan atau item dalam suatu skema.
Sedangkan Patricia Wallace (1992) menyebut dengan istilah Records Classification
System (sistem klasifikasi arsip dinamis), ia menyebut juga tiga dasar sistem
Hal 163
Hal 164
10.Organisasi atau unit kearsipan pencipta dan penyimpan arsip dalam lembaga.
Arsip aktif : Central File atau Unit Kerja – Unit Pengolah, Rekod organisasi
sebanyak 25 % umumnya dikategorikan aktif yaitu rekod yang digunakan
administrasi sehari-hari oleh organisasi. Arsip aktif menyediakan informasi yang
dibutuhkan oleh manajer untuk melakukan kegiatan operasional terkini. Berhubung
rekod aktif adalah bagian yang vital dalam fungsi pembuatan keputusan, maka rekod
harus tersedia bagi manajer setiap saat ketika dibutuhkan. Kecepatan pelayanan
untuk rekod jenis ini adalah sangat perlu. Penelusuran difasilitasi dengan menyimpan
rekod aktif yang dekat dengan orang yang membutuhkannya. Pilihan sistem
penyimpanan rekod aktif bisa secara terpusat atau perbagian (sentralisasi dan
desentralisasi).
Hal 165
Hal 166
Hal 167
Hal 168
Hal 169
Hal 170
Hal 171
Hal 172
Kegiatan terakhir dari suatu proses penyidikan tindak pidana adalah kegiatan
penyelesaian dan penyerahan berkas perkara. Adapun salah satu bagian dari
tindakan penyelesaian tersebut adalah dengan membuat uraian resume atas hasil
proses penyidikan terhadap suatu tindak pidana di bidang Kepabeanan dan Cukai
yang telah dilakukan sebelumnya. Resume itu sendiri merupakan suatu bentuk
ikhtisar dan kesimpulan dari hasil penyidikan tindak pidana yang terjadi yang
dituangkan dalam bentuk dan persyaratan penulisan tertentu.
Setelah adanya pembuatan resume atas penyidikan suatu tindak pidana
maka dapat dilakukan penyusunan dan pemberkasan merupakan kegiatan
penyelesaian berkas perkara dari proses penyidikan. Kegiatan ini merupakan final
action yang harus dilakukan untuk menyelesaikan suatu proses penyidikan. Atas
penyusunan Isi Berkas Perkara ini dilakukan dengan menyusun hasil kelengkapan
Hal 173
S. Administrasi Penyidikan
Administrasi penyidikan merupakan penatausahaan kegiatan penyidikan
yang meliputi pencatatan, pelaporan, dan pendataan, baik untuk kepentingan
penyidikan, operasional, maupun pengawasan. Administrasi Penyidikan (MINDIK)
tindak pidana kepabeanan dan cukai ini, adalah kunci utama keberhasilan
penyidikan PPNS Bea dan Cukai karena tanpa administrasi penyidikan yang tepat,
akurat, tertib dan efisien, berkas perkara tidak akan sempurna. Kesempurnaan
berkas perkara adalah diterimanya berkas dengan diterbitkannya P-21 oleh Jaksa
Penuntut Umum, dapat disidangkan yang tindak pidananya dapat dibuktikan pada
Sidang Pengadilan dan dijatuhkan vonis oleh Majelis Hakim yang menyidangkan
perkara tindak pidana kepabeanan dan cukai. Kesalahan atau kekeliruan yang tidak
perlu jangan sampai menggugurkan berkas perkara karena kesalahan prosedur,
kesalahan nama, tempat dan waktu. Penyidikan memerlukan proses, sehingga
penyidikan yang dilakukan sedikitnya dilakukan oleh 2 (dua) orang Penyidik, satu
orang penyidik yang sudah berpengalaman/sering melakukan penyidikan dan
satu orang lagi penyidik baru atau yang belum berpengalaman melakukan
penyidikan.
Penyidik yang sering menangani penyidikan Tindak Pidana Kepabeanan dan
Cukai akan membuat Penyidik makin berpengalaman sehingga menjadi Penyidik
Hal 174
Hal 175
Hal 176
Hal 177
T.Latihan
1) Sebutkan beberapa peralatan yang harus disiapkan sebelum dilakukan
pemberkasan!
2) Bagaimanakah urutan penyusunan dari kelengkapan administrasi
pemberkasan!
3) Apa sajakah Persyaratan Penulisan Resume dalam Rangka Pemberkasan
Tindak Pidana Kepabeanan dan Cukai!
4) Sebutkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam Pemberkasan untuk
membuat Kesimpulan Resume Hasil Penyidikan!
5) Jelaskan persyaratan Formal Terhadap Pembuatan Resume dalam Rangka
Pemberkasan Tindak Pidana!
6) Jelaskan apa yang dimaksud dengan azas Praduga Tak Bersalah (presumption
of innocence), dalam rangka penyidikan yang dilakukan oleh PPNS DJBC?.
Hal 178
U.Rangkuman
Persiapan membuat berkas perkara, Menyiapkan peralatan-peralatan yang
dibutuhkan Penyusunan lembaran kelengkapan administrasi penyidikan yang
merupakan berkas perkara sesuai urutan yang ditentukan.
Membuat Resume Hasil Penyidikan Untuk Berkas Perkara dengan
sistematika sebagai berikut : D a s a r, Uraian singkat perkara, Fakta-fakta (sesuai
dengan kegiatan dalam proses penyidikan) Pemanggilan, Penangkapan,
Penahanan, Penagguhan Penahanan, Pengalihan jenis penanhanan, Perpanjangan
Penahanan, Pengeluaran Tahanan, Penggeledahanm, Penyitaan, Keterangan Saksi,
Keterangan Terrsangka, Barang Bukti.
Penyidikan merupakan hal yang sangat mendasar dalam proses
penegakkan hukum di bidang Kepabeanan dan Cukai. Istilah terganggunya
Hal 179
Hal 180
Hal 181
V.Tes Formatif
Simaklah dengan baik materi yang terkandung dalam bahan ajar ini.
Jawablah pertanyaan-pertanyaan secara spontan, artinya pada waktu Anda
menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak diperkenankan melihat ke bahan
ajar dan kunci jawaban, tetapi jawablah menurut apa yang ada dalam pikiran Anda.
Pilihlah jawaban yang paling benar dan tepat, dengan cara memberikan
tanda lingkaran pada huruf a, b, c, d untuk tiap nomor pada soal dibawa ini.
(contoh:1. a b c d ).
Hal 182
Hal 183
Hal 184
Hal 185
6. 7. 8. 9. 10.
Hal 186
Apabila tingkat pemahaman Anda dalam memahami materi yang sudah dipelajari
mencapai
Y.Daftar Pustaka
Republik Indonesia, Undang - Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang
Hukum Acara Pidana. Jakarta. 1981. Polri.
Hal 187
Kansil, C.S.T., Drs. S.H. Pengantar Hukum Indonesia Jilid II, PT. Balai
Pustaka, Jakarta, 1993
Z. Lampiran
Hal 188
“ UNTUK KEADILAN”
SURAT PANGGILAN
Nomor : SP- / /200…..
DASAR : 1. Pasal 112 ayat (1), ayat (2) huruf b, huruf e, dan
huruf p Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1995 tentang Kepabeanan, Pasal 63 ayat (1),
ayat (2) huruf b, ayat (2) huruf n Undang-Undang
Nomor 39 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang
Cukai
2. Pasal 7 ayat (1) huruf g, pasal 11, pasal 112 ayat (1)
dan ayat (2) dan pasal 113 KUHAP.
3. Laporan Kejadian Nomor : LK- / /200. ….....
tanggal ………………............................……………
MEMANGGIL
Nama : ………………………………………
Alamat : ………………………………………
Pekerjaan : ………………………………………
Hal 189
(………………………… )
NIP. 0600……………….
Pada …………………………………………………………………………………….
Pada hari ini …………………… tanggal ………………………… 200 …………......,
1 (satu) lembar Surat Panggilan ini telah diserahkan kepada yang bersangkutan.
………………………… …………………………
NIP. 0600 …......………
Hal 190
“ UNTUK KEADILAN”
SURAT PERINTAH MEMBAWA TERSANGKA / SAKSI
Nomor : SPM- / /200 …….
Hal 191
DITETAPKAN DI : ………….
PADA TANGGAL : …………
……………………… …………………………
NIP. 0600 ………… NIP. 0600 …………
Hal 192
“ UNTUK KEADILAN”
DASAR : 1. Pasal 112 ayat (1), ayat (2) huruf d, huruf p Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang
Kepabeanan, Pasal 63 ayat (1), ayat (2) huruf c, ayat (2)
huruf n Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995
tentang Cukai
2. Pasal 7 ayat (2), huruf d, Pasal 5 ayat (1) b angka 1,
Pasal 11, Pasal 16, Pasal 19 KUHP.
3. Laporan Kejadian Nomor : SP- ……../………../200……
tanggal …………………..............................................…
DIPERINTAHKAN
KEPADA : 1. Nama : ………………………………………
Pangkat/NIP : ………………………………………
Jabatan : ………………………………………
Hal 193
………………………
NIP. 0600 …………
………………………… …………………………
NIP. 0600 …………
Hal 194
“ UNTUK KEADILAN”
SURAT PERINTAH PENAHANAN
Nomor : SPM- / /200 ……
MEMERINTAHKAN
Agar tersangka :
Nama : …………………….......
Jenis kelamin : ....…………….............…
Tempat / Tanggal Lahir : ...................……............
Hal 195
DITETAPKAN DI : …….........…...........
PADA TANGGAL : ………………........
…………………………
NIP. 0600 …………
………………………… …………………………
NIP. 0600 …………
Hal 196
“ UNTUK KEADILAN”
SURAT PERINTAH PENGALIHAN JENIS PENAHANAN
Nomor : SPPJP- / /200 ……
DASAR : 1. Pasal 112 ayat (1), ayat (2) huruf d, huruf p Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang
Kepabeanan, Pasal 63 ayat (1), ayat (2) huruf c, ayat (2)
huruf n Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995
tentang Cukai.
2. Pasal 22 dan Pasal 23 - KUHAP.
3. Sura tPerintah Penahanan Nomor : SPP- …../…../200…
tanggal …........./..............................................................
DIPERINTAHKAN
KEPADA : TERSANGKA :
Nama : …………………………
Tempat / Tanggal Lahir : …………………………
Alamat : ………………………....
Pekerjaan : …………………………
Hal 197
DIKELUARKAN ……………...........
DITETAPKAN DI : …...................…
…………………………
NIP. 0600 …………
………………………… …………………………
NIP. 0600 …………
Hal 198
“ UNTUK KEADILAN”
SURAT PERINTAH PENANGGUHAN PENAHANAN
Nomor : SPPP- / /200 ……
DASAR : 1. Pasal 112 ayat (1), ayat (2) huruf d, huruf p Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang
Kepabeanan, Pasal 63 ayat (1), ayat (2) huruf c, ayat
(2) huruf n Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11
Tahun 1995 tentang Cukai.
2. Pasal 31 dan Pasal 123 - KUHP.
3. Laporan Kejadian Nomor : LK-…./…./200…tanggal …
4. Surat Perintah Penahanan Nomor : SPP- ...../…./200..…
tanggal …………………………………………………….
5. Surat Permohonan Tersangka tanggal …………………
DIPERINTAHKAN
KEPADA : TERSANGKA :
Nama : …………………………
Tempat / Tanggal Lahir : ………………………...
Hal 199
…………………………
NIP. 0600 …………
Register Kejahatan/Pelanggaran : Nomor........................... ……………..
Register Tahanan : Nomor ……………..
Register Sidik Jari : ……………………..
Pada hari ini ………..……….. tanggal …………………………………... 200
…….. Surat Perintah Penangguhan Penahanan ini diserahkan kepada
tersangka.
………………………… …………………………
NIP. 0600 …………
Hal 200
“ UNTUK KEADILAN”
SURAT PERINTAH PENGELUARAN TAHANAN
Nomor : SPPT- / /200 ……
DASAR : 1. Pasal 112 ayat (1), ayat (2) huruf d, huruf p Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang
Kepabeanan, Pasal 63 ayat (1), ayat (2) huruf c, ayat (2)
huruf n Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995
tentang Cukai.
2. Pasal 24 ayat (3) dan ayat (4) Pasal 29 ayat (6) KUHP.
MEMERINTAHKAN
Agar tersangka :
Nama : …………………………
Tempat / Tanggal Lahir : …………………………
Alamat : …………………………
Hal 201
…………………………
NIP. 0600 …………
………………………… …………………………
NIP. 0600 …………
Hal 202
“ UNTUK KEADILAN”
Nomor : ……….., 200 ..........
Klasifikasi :
Lampiran :
Perihal : Permintaan Ijin Penggeledahan
KEPADA
Yth. KETUA PENGADILAN NEGERI
……………………………………..
DI
…………………………….
1. Berdasarkan :
a. Laporan Kejadian Nomor : LK-.... / 200….................….
tanggal ….................................................................……
b. …………………………………………………….…….
c. ………………………………………….…………….…
Tersangka :
Nama : ……………………..
Tempat / Tanggal Lahir : ........………………..
Alamat : ……………………..
Pekerjaan : ……………………..
diduga telah melakukan tindak pidana …………………
sebagaimana dimaksud dalam Pasal …………………..
2. Untuk kepentingan penyidikan diperlukan tindakan
hukum berupa: ……………................................................
3. Guna keperluan tersebut diharapkan Ketua dapat
menerbitkan Surat Ijin khusus yang dimaksud.
4. Demikian untuk menjadi maklum dan mengharap keputusan.
…………………………
NIP. 0600 ………………
Hal 203
“ UNTUK KEADILAN”
Nomor : ………., 200…………..
Klasifikasi :
Lampiran :
Perihal : Permintaan Ijin / Ijin
Khusus Penyitaan
KEPADA
Yth. KETUA PENGADILAN NEGERI
……………………………………..
DI
…………………………….
1. Berdasarkan :
a. Laporan Kejadian Nomor : LK- / 200……tanggal ................
b. …………………………………………………………….....
c. ………………………………………………………………
Tersangka :
Nama : …………………………
Tempat / Tanggal Lahir : …………………………
Alamat : …………………………
Pekerjaan : …………………………
diduga telah melakukan tindak pidana ………………………
sebagaimana dimaksud dalam Pasal …………….........……
2. Untuk kepentingan penyidikan diperlukan tindakan hukum
berupa : …………………………………………………………
3. Guna keperluan tersebut diharapkan Ketua dapat menerbitkan
Surat Ijin / Ijin khusus yang dimaksud.
4. Demikian untuk menjadi maklum dan mengharap keputusan.
KEPALA KANTOR .
Selaku Penyidik,
…………………………
NIP. 0600 …………
Hal 204
“ UNTUK KEADILAN”
……………., …………………….… 200 …..
Nomor : LTDP- Kepada
Lampiran : Yth. Ketua Pengadilan Negeri …….
Perihal : Laporan telah dilakukannya …………………………………
Penyitaan di
…………………
Dipermaklumkan dengan hormat bahwa dalam rangka
penyidikan …............... tindak pidana .. atas nama tersangka :
Nama :
Tempat / tanggal lahir :
Pekerjaan :
Alamat :
berdasarkan Surat Penyitaan tanggal ………………………………
Nomor : Print ……………………….. telah kami lakukan penyitaan
atas benda bergerak terdiri dari (lihat lampiran), bertempat di …...…
dan dilakukan pada hari ………………… tanggal …………………
Hal tersebut kami laporkan dengan maksud memperoleh
persetujuan Ketua seperti dimaksud oleh Pasal 38 (2) KUHP.
Demikian untuk dimaklumi.
Kepala ………………… 1)
Tembusan :
1. Yth.
2.
3.
Hal 205
A. Pendahuluan
Hal 206
Hal 207
Hal 208
1. Prasyarat Kompetensi
Sebelum mempelajari bahan ajar ini mahasiswa harus telah memiliki
kompetensi awal dan minimal kualifikasi memiliki pengetahuan dasar kepabeanan
dan cukai, pengetahuan dasar Penegakan Hukum Kepabeanan I (PHKC I),
pengetahuan dasar tentang KUHP dan KUHAP, mahasiswa diploma III tingkat II,
dan pengetahuan sebagai mahasiswa STAN spesialisasi kepabeanan dan cukai.
2. Standar Kompetensi
Setelah mempelajari materi bahan ajar Kegiatan Intelijen Bea dan Cukai.
mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan, dan memahami tentang pengertian
intelijen, tipe-tipe intelijen, organisasi intelijen, nilai naskah intelijen, nilai informasi
intelijen, klandestin dan penyamaran, siklus intelijen, dan cara menghitung draft
kapal laut.
Hal 209
4. Petunjuk Pembelajaran
Bacalah dengan cermat dan teliti materi bahan ajar wewenang penyidikan
tindak pidana kepabeanan dan cukai. Setelah selesai membaca dan memahami
materi pembelajaran, jawablah soal latihan dan pahami rangkuman pembelajaran.
Dalam hal mahasiswa merasa jawaban soal latihan hasilnya belum mencapai enam
puluh lima persen, agar membaca dan memahami kembali bahan ajar ini utamanya
yang belum dimengerti. Dalam hal masih belum dapat dimengerti materi
pembelajaran ini tanyakan kepada pengajar, dosen, dan/atau kelompok belajar
Anda. Pada menjelang akhir pembelajaran kerjakan atau jawablah seluruh test
formatif, setelah selesai dikerjakan jawaban agar dicocokan hasil/jawaban dengan
kunci jawaban yang telah disediakan pada bahan ajar ini. Bila anda berhasil
menjawab dengan benar lebih dari enam puluh lima persen, dinyatakan cukup
berhasil, dalam hal ingin lebih baik lagi hasilnya agar mengulangi membaca kembali
bagian yang belum dipahami atau dimengerti.
B. Pengertian Intelijen
Hal 210
Hal 211
3.Organisasi Intelijen,
Mempunyai susunan yang biasanya terdiri dari unsur pimpinan, unsur staf,
dan unsur lapangan yang meliputi Observer, Agent, dan Informan
4.Observer.
Mempunyai tugas khusus mengadakan peninjauan, menyampaikan laporan.
Syarat seorang observer adalah harus dapat bergaul secara luas, dapat
menyesuaikan diri secara cepat, dimanapun ia ditugaskan, memiliki keahlian
istimewa untuk dapat mengetahui perubahan-perubahan penting, dan peka erhadap
apa yang sedang menjadi persoalan
5.Agent.
Mempunyai tugas melaksanakan instruksi pusat, memberikan laporan sesuai
kebutuhan pusat. Syarat seorang agent dapat dipercaya loyalitasnya, mempunyai
Hal 212
6.Informan.
Mempunyai tugas memberikan fakta tanpa membuat analisa atau saran,
memberikan laporan yang sifatnya petunjuk yang harus dinilai, diolah terlebih dahulu
untuk menjadi laporan intelijen.
Hal 213
9.Cyclus intelijen.
Cyclus intelijen merupakan suatu proses dasar untuk menentukan informasi
ap yang harus dikumpulkan. Cycus intelijen terdiri dari unsur sasaran (tugas),
pengumpulan informasi, pengolahan informasi menjadi produk intelije
(memulai,mengevaluasi, menganalisa), penyajian prosedur intelijen kepada
pimpinan, merencanakan pengumpuln informasi dan memerintahkan untuk
melaksanakan.
C. Tipe-Tipe Intelijen
1.Rationale
• Strategic substanstif (konteks keamanan vs response)
• Politik (democracy vs secrecy)
• Teknikal (komprehensi vs spesialisasi)
• Hukum (system building) – fungsi, tugas, organisasi, misi etc
Hal 214
Hal 215
Intelijen
Nasional
Intelijen Intelijen
Strategis Kriminal
dan Justisia
LKIN
Intelijen Lembaga-
lembaga
Tempur
Penunjang
Hal 216
INTEL
Kepolisi
an
Intel
BIN Imigra
si
Intel
BIS Bea
Cukai
Intel Intel
Tem Kejak
pur LKIN saan
Lem
baga LFN
Sandi
LA
SAR PAN
BA
BNN TAN
Hal 217
Hal 218
9. Manajemen Transisi
• mengacu efektifitas aturan undangan lama karena berlakunya undang ini, atau
sebaliknya: batas aktu pemberlakuan, batas waktu penyelesaian untuk
menyiapkan peraturan- peraturan pendukung yang diperlukan.
• kesiapan permbentukan lembaga baru
• status dari lembaga-lembaga intelijen yang sudah ada
• pola hubungan antara lembaga dan pejabat lama dengan lembaga
intelijen yang baru: untuk pertama kali lkin dijabar oleh kepala bin sampai
LKIN terbentuk dalam jangka waktu tertentu.
D. Organisasi Intelijen.
Hal 219
Dalam sebuah negara, terdapat dua jenis badan intelijen, yaitu badan intelijen
strategis dan badan-badan intelijen taktis. Pem- bedaan ini ditentukan berdasarkan
institusi dan ruang lingkup tugasnya. Di Indonesia, badan intelijen strategis hanyalah
Badan Intelijen Negara (BIN) untuk kebutuhan strategis negara dan cenderung
berfungsi mengatasi ancaman eksternal. Sementara badan-badan intelijen taktis terdapat
di lingkungan militer, kepolisian, kejaksaan, bea dan cukai, bahkan pemerintahan daerah
untuk kebutuhan-kebutuhan yang sangat terbatas di lingkungan institusi-institusi tersebut
dan cenderung bersifat internal Dokumen ini merupakan bagian dari 10 serial
Penjelasan Singkat (Backgrounder) yang diterbitkan atas kerjasama IDSPS dan
Rights and Democracy Kanada untuk menyediakan informasi isu-isu di bidang
reformasi sektor keamanan bagi masyarakat sipil.
Hal 220
Hal 221
Hal 222
Hal 223
Hal 224
Hal 225
Hal 226
Hal 227
Hal 228
Hal 229
Hal 230
Hal 231
Hal 232
Hal 233
Hal 234
Penafsiran
Analisa
Merupakan suatu proses pemilihan dan penyaringan bahan keterangan yang
telah dinilai baik sumber maupun isinya serta memisahkan dari bahan
keterangan lain berdasarkan kepentingan tugas pokok. Proses Analisa harus
dapat mengintegrasikan antara intelijen dasar dan intelijen aktual dalam rangka
Hal 235
Hal 236
Dalam penyampaian produk intelijen, dapat melalui beberapa bentuk tertulis maupun
tidak tertulis antara lain:
Tertulis, diantaranya:
•
Telaahan, Berupa: Catatan Memo, Analisa Daerah Operasi, Study Intel, Intisari
Informasi. Perkiraan Intelijen, Perkiraan Keadaan Intelijen, Perkiraan
Pengamanan, Perkiraan Keadaan. Keamanan. Laporan, laporan periodik.
Adalah laporan yang dibuat secara periode waktu yang ditentukan, berupa:
Laporan Harian, Laporan Mingguan, Laporan Tahunan, laporan Triwulan.
Laporan Non Periodik. Adalah laporan yang dibuat sesuai dengan kejadian
atau situasi yang berlaku dan dapat juga merupakan laporan lanjutan dari
laporan sebelumnya, berupa: Laporan Harian Khusus, Laporan Informasi,
Laporan Khusus, Laporan Atensi, Laporan Penugasan, Laporan Kegiatan,
Laporan Masalah menonjol.
Tidak Tertulis/Lisan, berupa: Paparan, Telepon dan Secara langsung.
Penggunaan Intelijen yang dihasilkan harus segera disampaikan kepada
pengguna, selanjutnya digunakan untuk:
penyusunan rencana
penentu kebijaksanaan
pengambilan keputusan
Pengguna yang dimaksud dalam hal ini adalah pimpinan yang meminta/
memerintahkan dan atau pejabat lain yang berkepentingan antara lain:
komandan
staf terkait
satuan lain yang berkepentingan
Hal 237
Hal 238
Latar belakang dan detail obyek operasi, dalam opsintaktis baik dalam rangka
pengumpulan informasi tambahan yang diperlukan untuk melengkapi informasi yang
telah terkumpul dalam kegiatan analisis maupun informasi yang diperlukan dalam
membantu unit operasional untuk menemukan target adalah informasi yang lebih
rinci dari obyek. Dalam ruang lingkup pabean, obyek opsintaktis adalah barang,
namun tetap saja barang tersebut berkaitan dengan entitas. Catatan pelanggaran,
Hal 239
Dalam hal menetapkan entitas sebagai target operasi agar penegakan hukum
efektif, hal yang perlu diperhatikan adalah adanya pelanggaran yang dilakukan
entitas yang biasa disebut sebagai PI (pelanggaran entitas). Pada awalnya PI hanya
berkaitan dengan pelanggaran aturan kepabeanan saja. Kemudian dalam
perkembangan selanjutnya dari waktu ke waktu customs fraud berkaitan juga
dengan pelanggaran wilayah (Border Fraud), perdagangan narkotika secara ilegal,
perdagangan flora dan fauna yang dilindungi, pencucian uang, illegal fishing,
pelanggaran HaKI, illegal logging, perdagangan manusia atau human trafficking
(untuk dijual sebagai pekerja paksa, seks dan phedophile), bahkan dengan
terorisme. Hal ini menyebabkan semakin luasnya problem intelijen pabean.
Hal 240
Hal 241
Pelanggaran dan penyelundupan yang telah terjadi, sedang terjadi dan akan
terjadi merupakan bahasan dalam intelijen pabean untuk menetapkan problem
intelijen. Berdasarkan analisis ketiga hal tersebut dikaitkan de-ngan ketentuan yang
diatur dalam peraturan perundang-undangan dapat diperoleh kesimpulan mengenai
problem intelijen yang akan dihadapi Bea Cukai.Pelanggaran atau penyelundupan
terjadi karena adanya celah dan penyalahgunaan dari suatu ketentuan dalam
peraturan perundang-undangan. Celah dimaksud dapat bersifat kelemahan karena
tidak diatur atau telah diatur dalam peraturan perundang-undangan yang semula
bertujuan untuk memberikan kemudahan/fasilitas/insentif bagi masyarakat tetapi
disalah-gunakan. Berdasarkan pasal-pasal dalam Undang-Undang Kepabeanan dan
Undang-Undang Cukai, customs/commercial fraud apa saja yang mungkin terjadi
dengan memanfaatkan celah dan kelemahan peraturan perundang-undangan
tersebut merupakan problem intelijen.
Dari enam belas contoh customs fraud yang diutarakan diatas sebagai
Problem Intelijen Pabean, berikut ini kita lihat beberapa pasal yang mempunyai celah
atau kelemahan yang mungkin sudah terjadi, akan terjadi atau baru akan terjadi
PI.(problem intelijen), sebagai berikut:
pemuatan dan pembongkaran di tempat yang tidak ada kantor pabean.
membongkar barang impor diluar kawasan pabean berdalih keadaan darurat.
dalih pengangkutan antar pulau .
dalih transhipment cargo.
unmanifest.
manipulasi manifes.
pemanfaatan celah sistem.
penyalahgunaan fasilitas impor sementara.
penyalahgunaan perbedaan pembebanan tarif.
manipulasi nilai transaksi sebagai dasar nilai pabean
Hal 242
Sejak tahun 1998 sudah mulai nampak bahwa Indonesia tidak hanya
sebagai tempat transit perdagangan dan pasar gelap narkotika tetapi juga sebagai
produsen dan eksportir narkotika dan psikotropika secara ilegal. Sebelumnya telah
ada perdagangan gelap ganja yang dibudidayakan secara ilegal di hutan dataran
tinggi Aceh. POLRI telah beberapa kali meng-ungkap pembuatan/pabrik narkotika
dan psikotropika secara gelap.
Impor secara ilegal bahan alamiah untuk pembuatan narkotika dan bahan
sintetis (prekursor) pembuatan psikotropika.
Hal 243
Impor secara legal bahan kimia yang dapat disalahgunakan sebagai bahan
prekursor pembuatan psikotropika (sintetis).
Jalur atau tempat transit perdagangan gelap narkotika dan psikotropika serta
bahan (alamiah dan sintetis) pembuat narkotika dan psikotropika.
Hal 244
Wilayah “Golden Triangle/Segi Tiga Emas” yang meliputi; Laos, Thailand dan
Myanmar (dekat dari Indonesia).
Wilayah “Golden Crescent/ Bulan Sabit Emas” yang meliputi Iran, Afganistan dan
Pakistan (relatif dekat dari Indonesia).
Wilayah “Amerika Latin” yang meliputi Peru, Bolivia dan Colombia (tidak dekat
tetapi dengan sarana transportasi saat ini tidak lagi terlalu susah untuk dicapai).
Salah satu sumber domestik dari narkotika adalah tanaman ganja liar dan
perkebunan gelap rakyat di wilyah pedalaman Aceh. Juga terdapat di pedalaman
Pulau Jawa hasil kultivasi masyarakat secara sembunyi-sembunyi dengan lahan
yang tidak begitu luas. Produsen gelap narkotika alamiah dan sintetis (narkotika
sintetis seperti: propoxiphene atau darvon, pentacozine atau talwin, methadone atau
dolophine, pethidine dan meperidine atau Demerol) serta semisintetis (seperti:
hydromophone atau dimorphone, oxycodone atau dyhidrone dan etorphine) banyak
ditemukan di Asia Tengah, Amerika Latin, China dan tempat lainnya, bahkan POLRI
juga beberapa kali menemukan di Tangerang dan Jakarta.
Ilustrasi
Hal 245
Hal 246
Special fraud berlangsung di tempat yang sebelumnya tidak ada kegiatan dan
tidak terjangkau. Tidak ada alasan bagi Menteri Keuangan untuk membentuk
Kantor Bea Cukai di pulau yang tak berpenghuni terutama pulau-pulau yang
bukan merupakan jalur pelayaran/perda-gangan dan tidak terjangkau oleh patroli
Bea Cukai.
Intelijen Bea Cukai diwaktu mendatang akan semakin disibukkan oleh kegiatan
sindikat kejahatan di bidang special fraud yaitu setelah memasuki era
perdagangan bebas secara global.
Barang Berkaitan dengan Terorisme dan Kejahatan Lintas Negara ( Pasal 64A
UUK:)
barang yang berdasarkan bukti permulaan diduga terkait dengan tindakan
terorisme dan/atau kejahatan lintas negara dapat dilakukan penindakan oleh
pejabat bea dan cukai.
ketentuan mengenai tata cara penindakan diatur lebih lanjut dengan atau
berdasarkan per-aturan menteri.
penjelasan: yang dimaksud dengan penindakan yaitu penindakan di bidang
kepabeanan yang perlu dilakukan oleh djbc terhadap barang yang diduga
terkait dengan kegiatan dan/atau kejahatan lintas negara.
Hal 247
Hal 248
Hal 249
Hal 250
Hal 251
Hal 252
Hal 253
2. pengumpulan;
Hal 254
3. pengolahan;
Pengolahan dengan pengubahan sejumlah besar informasi yang masuk ke
dalam sistem menjadi produk intelijen akhir, seperti penerjemahan bahasa dan
pemaknaan sandi. Informasi yang tidak langsung diserahkan kepada analist dipilah
dan disimpan dalam komputer agar sewaktu-waktu dengan mudah dapat digunakan
kembali. Dengan demikian pengolahan mengacu pada pemilahan berdasarkan
subyek dan juga pengurangan data, serta penafsiran dari informasiyang disimpan
dalam film dan pita melalui penggunaan proses fotografi dan elektronik lanjutan.
5.Penyebaran.
Penyebaran, langkah terakhir dari siklus ini, yang mencakup penanganan
dan distribusi intelijen akhir kepada pengguna intelijen, yakni pembuat kebijakan
yang sama yang kebutuhannnya telah memicu jalannya siklus pada awalnya. Ini
Hal 255
Hal 256
Hal 257
Hal 258
Hal 259
Hal 260
Anggota sindikat sudah mengerti petunjuk intelijen seperti ini sehingga pada
saat check in di bandara embarkasi mereka selalu berusaha untuk tidak duduk
berdekatan. Tempat duduknya bahkan berbeda kelas antara C dan Y class. Bahkan
bisa saja berbeda penerbangan tetapi waktu mendaratnya hanya berbeda 10 sampai
30 menit saja sehingga mereka masih dapat bertemu di ruang tunggu pengambilan
bagasi (baggage claim area). Disamping analisis seperti itu, IO yang diperbantukan
secara tertutup pada unit operasional, secara terus menerus harus memerhatikan
gerak-gerik seluruh penumpang. Baik penumpang yang sedang menunggu bagasi,
yang keluar masuk toilet, yang menggunakan hand phone, yang melakukan
penukaran uang, yang melakukan reservasi taksi atau hotel dan memasuki duty free
shop (toko bebas bea).
Kesulitan yang biasa dihadapi unit operasional pada saat telah menemukan
suspect adalah tidak ditemukannya barang yang menjadi target setelah dilakukan
pemeriksaan fisik. Kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi, adalah :
• Barang target tersebut sebenarnya ada dalam petikemas bersangkutan namun
teknik penyembunyiannya yang canggih. Ini dapat terjadi jika barang target
fisiknya kecil dan berharga mahal. Contoh: permata, narkotika atau barang mahal
lainnya.
• Barang target tersebut ditempatkan di kemasan atau petikemas lain. Apabila ini
terjadi maka petugas analis harus melakukan analisis tambahan atau lanjutan.
Bisa saja penerima atau pemberitahu berbeda. Itulah sebabnya dalam analisis
taktis diperlukan analisis hubungan atau dikenal dengan istilah link network and
network analysis. Dalam melakukan analisis hubungan jaringan, diperlukan
berbagai data dari perusahaan dan data kegiatan seperti pembukaan L/C,
perjalanan dan pertemuan-pertemuan orang-orang dengan para pemilik
perusahaan yang dicurigai, hubungan famili, keterkaitan dalam proses produksi,
distribusi dan jaringan pemasaran. Untuk memudahkan analisis biasanya dibuat
dalam matriks yang dikenal sebagai Association Matrix Format.
Hal 261
Gambar 1.1
Sistematika Menemukan target terhadap Container Cargo
Hal 263
Hal 264
19.Profil Penumpang
Secara umum untuk mengetahui adanya indikasi terhadap seseorang atau
penumpang yang sedang melakukan kegiatan penyelundupan dapat dilihat dari
tingkah laku verbal dan non verbal.
Hal 265
Hal 266
Gerakan fisik lainnya yang mungkin muncul adalah gejala fisik ketika pelaku
mengguna kan narkotika atau alkohol untuk menghilangkan rasa gugupnya.
Biasanya ini dlakukan oleh pembawa narkotika dengan jalan ditelan dan
kemungkinan bisa terjadi kebocoran dalam perutnya. Dalam kondisi demikian pelaku
menunjukkan sikap-sikap sebagai berikut:
• mata merah.
• mata membesar.
• mata berair/ berkaca-kaca.
• hilang konsentrasi.
• perut menggelembung.
• gemetar.
• berpenampilan capek/penat.
• secara fisik berpenampilan sakit.
• muka pucat.
Hal 267
11.Cara berpakaian
Dalam hal situasi seperti ini (tingkah laku verbal, non verbal dan cara
berpakaian), pemeriksa Bea Cukai yang merasakan adanya keganjilan sikap dan
tingkah laku penumpang agar jangan ragu. Mintalah agar penumpang tersebut
dilakukan pemeriksaan tingkat kedua (mendalam) untuk memastikan sesuatu yang
terjadi. Kadangkala pemeriksa takut kecurigaannya tidak terbukti atau enggan
menimbulkan masalah, atau takut disalahkan mengada-ada sehingga melepaskan
penumpang, padahal pemeriksa tadi menemukan keganjilan terhadap penumpang
tersebut.
Hal 268
13;Paspor
Paspor merupakan dokumen utama penumpang yang diperiksa petugas Bea
Cukai selain Customs Declaration. Paspor yang dipakai penyelundup umumnya
mempunyai indikator sebagai berikut:
• tanggal pengeluaran paspor (date of issued) berdekatan dengan tanggal
keberangkatan penumpang.
• biasanya merupakan paspor duplikat karena paspor asli dinyatakan hilang.
• paspor menunjukkan bahwa penumpang tersebut pernah mengunjungi negara-
negara sumber narkotika.
• pernah dilaporkan hilang.
• menunjukan perjalanan yang singkat (ini dapat diketahui dari catatan imigrasi)
• tidak ada materai (untuk beberapa negara).
• selain itu dari paspor atau kartu identitas juga dapat dilihat indikator lainnya
seperti pekerjaan disebutkan sebagai pebisnis, akan tetapi tidak ada dokumen
yang mendukung profesinya itu, seperti invoice, packing list, kartu nama/bisnis,
formulir purchase order, dokumen bank dan dokumen komersial lainnya.
14.Tiket Pesawat
Berdasarkan tiket perjalanan yang dimiliki penumpang, petugas operasional
dapat mempelajari beberapa indicator resiko sebagai berikut :
• pembayarannya secara tunai.
• adanya perubahan untuk keberangkatan lebih awal (untuk maksud agar tidak
terpantau oleh IO).
• tiket kembali yang terbuka, tidak ada tanggal pulang (open date return ticket).
• tiket untuk satu kali jalan (one way ticket) dan mungkin pernah dilaporkan hilang.
• dibeli pada hari atau dalam waktu dekat sebelum keberangkatan (go show).
Hal 269
• Kode utama:
Kode utama adalah kode untuk mengetahui tipe harga tiket yang dibayar
penumpang. Kode tersebut dapat dilihat pada kotak “Fare Basis” pada tiket. Kode
tersebut bisa saja tidak diikuti kode lain atau disertai kode seperti tiket musiman
(seasonal).
• Kelas Musiman.
Kode utama bisa saja diikuti satu, dua atau tiga huruf. Kode tambahan satu huruf
berarti tiket tersebut adalah tiket dengan tarif musiman yang biasanya dipakai
dalam hubungannya dengan “Fare Type Code”. Kode dengan satu huruf seperti
H, O, J, Z, T dan L menunjukkan kode tarif musiman yang harganya berturut-turut
dari termahal sampai termurah.
Hal 270
Contoh:
YLE2M Kode tipe tiket penumpang wisata kelas ekonomi berlaku dua bulan,
harga terendah dari tiket dengan tarif musiman.
YOAP90 Kode tipe tiket penumpang kelas ekonomi dibayar dimuka berlaku
90 hari kelas dua tarif musiman.
YU Kode tiket penumpang kelas ekonomi Standbay rate.
YDG. Kelas ekonomi, tarif pemerintah.
Gambar 1.2
Contoh Tiket Pesawat
Hal 271
Hal 272
17.Bagasi
Bagasi merupakan salah satu dari milik penumpang dimana kelainan fisik
dapat ditemukan dan dapat digunakan sebagai petunjuk atau indikator. Indikator
tersebut berupa kelainan seperti:
• tidak bisa dibuka.
• diisi secara berjejal (penuh dipaksa).
• berat yang berlebihan.
• berbentuk kaku dan tidak normal.
• terasa lembut seperti spons.
• segi empat yang tidak normal.
• di tempat paku keling (rivet)
• paku keling baru.
• paku keling bekas/pernah dibuka paksa.
Hal 273
18.Cargo/paket
Barang-barang yang diimpor, baik dibawa sendiri oleh penumpang atau melalui
kargo, maupun dikirim melalui pos bila diisi dengan barang selundupan dapat
menimbulkan kelainan fisik atau sesuatu kon-disi yang tidak seperti biasanya. Dari
pengamatan visual/terlihat atau tampaknya atau jika diraba atau ditimbang
dibandingkan dengan barang yang sama (standar) terdapat perbedaan. Kelainan
fisik itu seperti:
• kaku secara tidak normal.
• ketebalan yang tidak normal.
• berat yang berlebihan/tidak normal.
• tanda bekas dirubah pada pengemas/koli
• permukaan tidak rata.
• lebih bergumpal dari biasanya.
• retak bila dibengkokkan.
• tidak lentur seperti seharusnya.
• berat berbeda-beda atas barang yang sama dengan pengemas standar.
• ukuran yang tidak biasa/normal.
• bunyi bergema bila dipukul.
• lunak yang seharusnya kaku.
• tekstur permukaan yang tidak normal.
• berbeda dengan barang lainnya.
• bau yang aneh.
Hal 274
Rute perjalanan yang tidak logis baik jarak maupun waktu tempuh, keperluan
atau maksud perjalanan yang disebutkan dalam visa/paspor (visa bisnis, turis, kun-
jungan sosial dan lain-lain) maupun menyimpang dari rute yang normal dapat juga
menjadi petunjuk potensioal. Sebagai ilustrasi daftar di bawah ini adalah sejumlah
nama kota /kode bandara untuk melihat rute perjalanan.
20.Analisis Situasi
Situasi yang berkaitan dengan kegiatan penumpang terutama terhadap
kegiatan penumpang yang dicurigai membawa barang-barang ilegal dapat juga
menjadi salah satu indikator resiko. Situasi tersebut akan memiliki perbedaan yang
khas dengan situasi kegiatan penumpang yang normal. Indikasi ini dapat juga
berhubungan dengan pengiriman paket pos dengan indikator sebagai berikut:
• tidak ada nama pada barang kiriman, hanya alamat saja.
• tidak ada alamat pengirim.
• terdapat instruksi yang tidak biasa untuk menghindari terdeteksinya identitas
sipenerima dan kegiatannya.
• alamat yang tidak jelas atau tidak cukup lengkap.
• mengggunakan “dengan alamat- d/a, c/o atau u/p”.
• nama penerima yang tidak jelas untuk memudahkan menolak sebagai penerima.
Hal 275
Hal 276
22.paya penumpang
Indikator resiko berkaitan dengan upaya penumpang dapat ditemui atau
dilihat saat penumpang mengurus bagasi. IO yang berada di lapangan harus jeli
melihat tingkah laku penumpang yang berupaya untuk menghindari pemeriksaan
petugas Bea Cukai. Beberapa upaya penumpang yang mengindikasikan adanya
upaya-upaya penghindaran tersebut, antara lain:
• melakukan pertukaran bagasi dengan penumpang lain.
• melakukan pertukaran kartu penyerahan (claim tag) dengan penum-pang lain.
• menciptakan kegaduhan di meja pemeriksaan.
• berusaha melewati pintu pabean tanpa persetujuan petugas bea cukai.
• menolak dilakukan pemeriksaan badan.
• hanya mengambil sebagian bagasinya.
• menggunakan label bagasi palsu.
• bagasi ganda, hanya satu yang diakui oleh seseorang.
• acuh terhadap barang kabin (tentengan) atau bagasi yang dibawa se-olah-olah
tidak berharga, dibiarkan/ditinggal pergi ke toilet atau ke-tempat mengambil
bagasi.
Hal 277
Pada ruang mesin ada tanda-tanda perubahan pada saringan udara, lampu
atau sparkboard, ventilasi debu, dibawah cover voltage regulator/ distributor cap,
antara aki/baterei dengan dudukannya, didalam klakson dan alaram, tangki air
ekspansi untuk radiator dan pencuci kaca depan dan belakang yang menujukkan
bekas untuk menyembunyikan sesuatu. Tanda-tanda perubahan pada ruang bagasi
akan terlihat apabila terdapat perbedaan ukuran ban serep, bergesernya penutup
pintu atau sandaran kursi, pada kotak kunci-kunci di dasarnya di-beri lapisan sebagai
ruangan palsu untuk menyimpan narkotika. Adanya tangki cadangan, juga
merupakan indikator potensial. Hal yang paling penting bagi unit intelijen berkaitan
dengan indikator sarana pengangkut adalah memberikan produk intelijen secepatnya
kepada unit operasioanal berdasarkan hasil analisis dari profil sarana pengangkut
darat. Hendaknya produk intelijen yang diinformasikan antara lain memuat:
Hal 278
Hal 279
Hal 280
Hal 281
Hal 282
31.Untuk kategori pesawat kecil/light plane, bagian atau lokasi yang perlu di-
perhatikan antara lain:
• engine compartment/bagian dalam ruang mesin.
• bagian dalam tempat roda
Hal 283
Hal 284
CB = Volume Displacement / (L x B x d)
Hal 285
Gambar 1.3
Visualisasi menghitung coefisien block
4.Displacement (∆)
5.Dead Weight
Hal 286
6.Light Weight
Light weight (Lwt) atau Berat kapal kosong adalah berat badan kapal, bangunan
atas, pera-latan/perlengkapan kapal, permesinan kapal dan lain – lain.
7.Tonage (Tonase)
Sebuah harga yang didapat dengan menghitung sesuai peraturan dan cara tertentu
yang dapat dianggap menunjukkan internal capacity suatu kapal, yaitu banyaknya
ruangan di dalam kapal yang dapat memberikan keuntungan. Dalam sistem
penghitungan standar, terdapat dua macam register Tonage :
• BRT (Bruto Register Tonage).
• NRT (Netto Register Tonage).
1 RT menunjukkan suatu ruangan sebesar 100 Cub feet atau 2,8323 m3.
Cara menghitung berat muatan :
• menghitung dwt dengan memakai deadweight scale.
• menghitung displacement dengan menggunakan hydrostatic curve.
• menghitung displacement mempergunakan ukuran utama kapal.
• mempergunakan volume ruang muat yang tertera pada surat ukur kapal.
CARA I
Menghitung DWT dengan memakai Deadweight Scale
• Mencari sarat rata-rata (T rata-rata)
Diperoleh: TD = 20,5 ft
TB = 22,5 ft
Hal 287
Dwt = PB + Pc + Pm + Pf + Pe + Pa + Ptj
Jadi
PB = Dwt – Pc + Pm + Pf + Pe + Pa + Ptj
CARA II
Menghitung displacement dengan Hydrostatic Curve
• Mencari sarat rata – rata
Diperoleh : TD = 20, 5 ft
TB = 22,5 ft
Hal 288
CARA III
Mempergunakan Ukuran Utama Kapal. Hal ini dilakukan bila hanya diperoleh data
mengenai ukuran utama kapal
• Menghitung displacement
∆ = L x B x T x CB x BD air laut
= 96,08 m x 15 m x 4,5 m 0,8 x 1,025
= 5318,028 ton
Dimana CB untuk kapal tanker 0,75 – 0,85 dan diambil 0,8
BD air laut 1,025
• Menghitung berat kapal kosong (LWT)
LWT = 0,3 x 5318,028
= 1595,41 ton
• Menghitung DWT
DWT = Displacement – LWT
= 5318,028 – 1595,41 = 3722,608 ton
• Menghitung Berat Muatan
Sama seperti diatas
Hal 289
• Full Container Load (FCL), artinya bahwa seluruh ruangan kontener disewa oleh
satu perusahaan dengan kata lain, seluruh barang dalam kontainer dimiliki oleh
satu subyek/perusahaan;
• Less Conteiner Load (LCL), artinya bahwa ruangan kontener disewa oleh lebih
dari satu subyek/perusahaan. Konsekuensi dari status LCL tersebut maka
penyelesaian formalitas kepabeanan impor akan dilakukan oleh lebih dari satu
pemberitahuan (PIB).
9.Ukuran Kontener
Hal 290
Hal 291
Hal 292
Gambar 1.11
Tabel Bobot
Hal 293
Sebagai contoh, misalnya kode pemilik dan nomor seri kontener pada contoh
di dalam gambar 1.8 adalah SUDU 307007. Anggap saja bahwa kita meragukan
kode check digit (angka-9) yang tertera pada kontainer tersebut. Untuk menghitung
kode check digit yang sebenarnya, maka nilai equivalen kode pemilik dan kode
produk (SUDU) dikonversikan berdasarkan tabel equivalen.
Dengan demikian nilai equivalen (ne) dari kontener tersebut adalah sebagai
berikut:
30 32 14 32 3 0 7 0 0 7
Hal 294
Jenis kontener yang digunakan sebagai alat pengangkut barang ekspor dan
impor dibedakan berdasarkan tipe dan kegunaannya. Antara lain, sebagai berikut :
• Temperature Controlled Container , Kategori peti kemas ini adalah peti kemas
yang dilengkapi dengan perlengkapan listrik (heater) atau alat mekanik
(refrigeration) untuk kepentingan pemanasan atau pendinginan udara di dalam
ruangan peti kemas. Temperatur yang dapat dikondisikan dengan alat tersebut
sekitar -25 ° C sampai 25 ° C. Kegunaan utama peti kemas jenis ini adalah untuk
mengangkut barang-barang yang memerlukan kondisi suhu tertentu, agar
kualitasnya dapat dipertahankan.
• Open Top Container ; Peti kemas jenis open top memiliki struktur yang hampir
sama dengan general purpose, hanya saja jenis open top memiliki sisi atap yang
fleksibel dan dapat bergerak secara mekanis untuk membuka atau menutup.
Kegunaan peti kemas jenis ini terutama untuk mengangkut cargo yang berat
dan/atau besar yang hanya dapat dimasukan lewat atas.
• Flushfolding Flat-Rack Container ; Peti kemas ini merupakan tipe yang paling
mutakhir dari peti kemas jenis flat-rack. Ciri khas peti kemas jenis ini adalah sisi
dindingnya dapat dilipat hingga sejajar dengan sisi dasarnya. Kegunaannya
adalah untuk pengangkutan barang yang berat, besar dan lebih tinggi dari ukuran
peti kemas. Peti kemas ini juga dapat digunakan untuk menumpukkan beberapa
Hal 295
• Platform or Bolster; adalah kontainer yang hanya memiliki sisi dasar (lantai) nya
saja. Jenis kontainer ini terutama digunakan untuk membawa barang-barang
yang berat dan tebal serta barang setengah jadi, sepert: barrel dan drum, mesin-
mesin, crate, dan sebagainya. Bila diletakkan berdampingan di geladak atau di
palka kapal kontainer, mereka dapat digunakan untuk transportasi non-
containerizable kargo.
• Tank Container; adalah peti kemas yang terdiri dari dua elemen dasar yaitu
tanki tempat menampung benda cair, dan kerangka yang berguna untuk
melindungi tanki selama dalam pengangkutan. Kegunaan peti kemas ini adalah
untuk mengangkut muatan benda cair yang berbahaya (hazardous) maupun
yang tidak berbahaya. Untuk memudahkan pengisian maupun pengosongan
muatan, biasanya tanki tersebut telah dilengkapi dengan perlengkapan
pengisian.
• Open Side Container; Petikemas yang bagian sampingnya dapat dibuka untuk
memasukkan dan mengeluarkan barang. Sisi samaping didesian dapat dibuka
untuk memudahkan forklift menata barang di dalam ruangan peti kemas.
Kegunaannya adalah untuk mengangkut rak-rak botol bir atau minuman lainnya
maupun kayu-kayu timber.
Hal 296
Hal 297
Hal 298
Hal 299
K.Rangkuman
Kegiatan yang dilakukan dalam operasi intelijen taktis secara umum dapat
dikelompokan menjadi 3 (tiga), yaitu 1) mengumpulkan atau mencari informasi
tambahan yang diperlukan untuk keperluan analisis; 2) membantu unit operasional
dalam menemukan target atau sasaran, dan 3) melakukan kegiatan monitoring
pengawasan terhadap objek yang bergerak (mobile target) ataupun target yang tidak
bergerak (fixed target). Untuk mengumpulkan informasi tambahan, maka sio perlu
memerintahkan petugas pengumpul informasi untuk melakukan operasi intelijen
untuk mendapatkan informasi yang sejenis dengan informasi yang ada dari sumber
yang berbeda, informasi tambahan dari sumber yang sama tetapi dapat juga dari
sumber yang lain, dalam melakukan pengawasan terhadap mobile target, unit
operasional dapat menggunakan teknik surveillance yang biasanya terdiri dari tiga
tim dengan menggunakan metode leap frog method (lfm).
Secara umum unit intelijen dapat memprioritaskan sasaran potensial
terhadap tiga kategori:
1). Siapa yang mungkin dapat menjadi atau dijadikan sumber informasi yang
potensial.
Hal 300
L.Tes Formatif
Simaklah dengan baik materi yang terkandung dalam bahan ajar ini.
Jawablah pertanyaan-pertanyaan secara spontan, artinya pada waktu Anda
menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak diperkenankan melihat ke bahan
ajar dan kunci jawaban, tetapi jawablah menurut apa yang ada dalam pikiran Anda.
Pilihlah jawaban yang paling benar dan tepat, dengan cara memberikan
tanda lingkaran pada huruf a, b, c, d untuk tiap nomor pada soal dibawa ini.
(contoh:1. a b c d ).
1). Kegiatan intelijen yang berhubungan erat dengan pencapaian tujuan penegakan
hukum...
a. intelijen taktis
b. intelijen strategis
c. operasi intelijen
d. intelijen operasional
Hal 301
3). Kegiatan yang dilakukan dalam operasi intelijen taktis secara umum dapat
dikelompokan menjadi hal-hal sebagai berikut, kecuali...
a. mengumpulkan atau mencari informasi tambahan yang diperlukan untuk
keperluan analisis;
b. membantu unit operasional dalam menemukan target atau sasaran
c. melakukan operasi penyergapan (knock action) pada saat target telah
ditemukan
d. melakukan kegiatan monitoring pengawasan terhadap objek yang bergerak
(mobile target) ataupun target yang tidak bergerak (fixed target).
4). Alasan yang melatarbelakangi unit intelijen untuk melakukan kegiatan
pengumpulan informasi tambahan...
a. inisiatif langsung dari sio yang memimpin operasi intelijen taktis
b. berdasarkan hasil analisis disimpulkan bahwa informasi yang tersedia dalam
pangkalan data belum memadai.
c. inisiatif langsung io lapangan dalam rangka memperkaya dan melengkapi
informasi
d. berdasaran kegiatan evaluasi yang dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip
TIC
5). Tindakan strategis yang diperlukan ketika operasi intelijen taktis tidak
menemukan sasaran terhadap target penumpang yang telah dilakukan
penyergapan...
a. segera mencari sasaran penumpang lain yang diperkirakan adalah anggota
sindikat atau rekan si target
b. melepaskan target penumpang demi menghindari pelanggaran ham
c. melakukan kegiatan control delivery
d. mengulur-ulur waktu pemeriksaan sambil merayu ataupun menekan target
hingga mengaku
Hal 302
9). indikator yang dapat dikembangkan secara mendetail oleh IO berkaitan dengan
profil penumpang...
a. identitas penumpang
b. barang bawaan si penumpang
c. tingkah laku verbal dan non verbal
d. karakter wajah dan penampilan fisik penumpang
Hal 303
12). Pentingnya mempelajari tipe dan kelas tiket perjalanan yang digunakan
penumpang adalah...
a. mengestimasikan kemampuan finansiil dari target
b. mempelajari rute perjalanan penumpang
c. mempelajari apakah penumpang tersebut datang dari negara sumber
narkoba
d. mereferensikan tipe seperti apa penumpang tersebut dan dapat dicocokan
dengan penampilan fisik penumpang
13). Beberapa kelainan fisik yang terdapat pada bagasi/cabin penumpang yang
patut mendapat perhatian IO adalah sebagai berikut, kecuali...
a. ketebalan yang tidak normal.
b. warna bagasi/cabin agak menyolok
c. berat yang berlebihan/tidak normal.
d. tanda bekas dirubah pada pengemas/koli
14). Salah satu cara mengidentifikasi keaslian peti kemas adalah dengan cara
mengecek secara manual...
a. kode check digit dalam penomoran peti kemas
b. kode digit pemilik peti kemas
c. seluruh kode digit dalam nomor registrasi peti kemas
d. kode digit nomor pendaftaran peti kemas
Hal 304
1. 2. 3. 4. 5.
6. 7. 8. 9. 10.
Apabila tingkat pemahaman (TP) Anda dalam memahami materi yang sudah
dipelajari mencapai:
Hal 305
O.Daftar Pustaka
Republik Indonesia,Undang-Undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara
Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3209);Jakarta 1981
Hal 306
Kansil, C.S.T., Drs. S.H. Pengantar Hukum Indonesia Jilid II, PT. Balai
Pustaka, Jakarta, 1993.
P.Lampiran
Hal 307